BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Personal Hygiene
1. Pengertian personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memilihara dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2007). Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, sampah, dan bau.
Di zaman modern setelah Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri pathogen, dan bahan kimia yang berbahaya. Kebersihan merupakan salah satu tanda dari keadaan hyiene yang baik.Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri sendiri, seperti mandi, penyakit gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih (Wartonah, 2007)
2. Macam Macam Personal Hygiene
1. Perawatan kulit kepala dan rambut 2. Perawatan Mata
3. Perawatan Hidung 4. Perawatan Telinga
5. Perawatan Kuku dan Tangan (Wartonah, 2007)
3. Tujuan Perawatan Personal Hygiene
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki Personal Hygiene yang kurang d. Pencegahan penyakit
e. Meningkatkan percaya diri f. Menciptakan keindahan
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri minsalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak perduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene.
c. Status sosio ekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakanya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting, karenan pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka boleh dimandikan.
f. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentudalam perawatan diri, seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain. g. Kondisi fisik
h. Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukanya.
5. Dampak Yang Sering Timbul Pada masalah Personal Hygiene
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpilihara kebersihan perorangan baik.Gangguan fisik yang sering terjadi dalam gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukusa mulut, infeksi pada mata dan telingga dan gangguan fisik pada kuku. b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
B. Tinea Cruris 1. Defenisi
Tinea Cruris (Jock Itch) merupakan infeksi jamur pada lipatanpaha yang dapat melus ke paha bagian dalam dan daerah pantat (Brunner Suddarth, 2001).
Tinea Cruris adalah penyakit Dermatofitosis (penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk) yang disebabkan infeksi golongan jamur dermatofita(Trichopyhton Rubrum (90%) dan Epidermophython Fluccosum, Trichophyton Mentagrophytes (4%), Trichopyhton Tonsurans) pada daerah Cruris (sela paha, perineum, perianal, gluteus, pubis) dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. (Muttaqin, 2011)
2. Etiologi
Penyebab utama dari Tinea Cruris adalah Trichopyhton Rubrum (90%) dan Epidermophython Fluccosum, Trichophyton Mentagrophytes (4%), Trichopyhton Tonsurans (6%). Tinea Crurisbiasanya timbul akibat penjalanan infeksi dari bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi melaluikontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain. (Handoko, 2009)
3. Manifestasi Klinis
Menurut Budimulya (1999), Nasution (2005), Berman (2011) dan Wiederkehr (2012) antara lain penderita merasa gatal hebat pada daerah Cruris, ruam kulit berbatas tegas Eritematosa dan bersisik. Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik.
4. Patofosiologi
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung.Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau spreipenderita atau autoinokulasi (inokulasi dengn mikroorganisme dari tubuh sendiri) dari Tinea Pedis, Tinea Inguium, dan Tinea Manum. Jamur
ini menghasilkan keratinase (pemecahan kreatinin) yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi kestratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. (Handoko, 2009)
Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringanepidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.Pertumbuhannya dengan pola Radial Distratum Korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan. (Afraniza, 2011)
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:
a. Faktor virulensi dari Dermatofita Virulensi ini bergantung pada Afinitas jamur apakah jamur Antropofilik, Zoofilik, Geofilik. Selainafinitas ini masing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya;Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython Fluccosum paling sering menyerang lipatan paha bagian dalam.
b. Faktor trauma kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c. Faktor suhu dan kelembapan kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau
lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.
d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan. Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripadagolongan ekonomi yang baik.
5. Pencegahan
Menurut Nasution M.A. (2005), disamping pengobatan, yang penting juga adalah nasehat kepada penderita misalnya pada penderita Dermatofitosis, disarankan agar :
a. Memakai pakaian yang tipis.
b. Memakai pakaian yang berbahan katun.
c. Tidak memakai pakaian dalam yang terlalu ketat.
Oleh karena itu, berikan anjuran-anjuran pada pasien agar tidak terjadi infeksi berulang. Anjurkan pasien menggunakan handuk terpisah untuk mengeringkan daerah sela paha setelah mandi, anjurkan pasien untuk menghindari mengenakan celana ketat untuk mencegah kelembaban daerah sela paha, anjurkan pasien dengan Tinea Cruris yang mengalami obesitas untuk menurunkan berat badan, dan anjurkan pasien untuk memakai kaus kaki sebelum mengenakan celana untuk meminimalkan kemungkinan transfer jamur dari kaki ke sela paha (autoinokulasi). Bubuk antifungal, yang memiliki manfaat tambahan
pengeringan daerah sela paha, mungkin dapat membantu dalam mencegah kambuhnya Tinea Cruris.
6. Komplikasi
Pada penderita Tinea Cruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh organisme candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topical dapat mengakibatkan eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit menyebar (Wiederkehr, 2012).
7. Prognosis
Prognosis Tinea Crurisakan baik, asalkan kelembaban dan kebersihan kulit selalu dijaga (Siregar, 2007).
C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu. Ilmu pengetahuan senantiasa memiliki subjek, yakni yang mengetahui tidak mungkin ada ilmu pengetahuan. Jika ada subjek pasti ada pula objek, yakni sesuatu yang awalnya diketahui atau hendak di ketahui. Tanpa objek, tidak mungkin ada ilmu pengetahuan. (Soertriono & Hanafi, 2007)
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Selain itu, pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberi penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku. (Mubarak, 2007)
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Mubarak (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dalam pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya kedalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan atau menerangkan dengan baik dan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan.
Aplikasi adalah kemampuan untuk mengungkapkan atau menerangkan materiatau suatu objek yang diketahui dan dapatmenginterprestasikan.
d. Analisa (analisys)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan dan menguraikan materi kedalam komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut masih ada kaitan antara satu sama lain.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis adalah kemampuan melakukan atau menghubungkan bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan dari seseorang untuk melakukan objek penelitian terhadap suatu materi atau objek.Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden.
3. Faktor-faktor yang menpengaruhi pengetahuan
Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin
banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru.Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan
pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
f. Kebudayaan
Lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.
g. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
4. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengukuran pengetahuan yaitu : a) Pengetahuan tinggi : 76 - 100%.
b) Pengetahuan cukup : 56 - 75% c) Pengetahuan kurang baik : 56%.
D. Sikap
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Manifestasi sikap tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum tentu merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo, 2007)
2. Komponen Sikap
Menurut Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek
Bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.
Bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.
c. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave) artinya sikap adalah merupakan pembentuk sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap
komponen yang mendahului tindakan atau prilaku terbuka.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama akan membentuk sikap yang utuh (total attitude).
3. Tingkat Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (valving)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko mempunyai sikap yang paling tinggi.
4. Pengukuran Sikap
a. Skala Thurstone (Methode of equel-Appearing Interval)
Metode ini menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorable hingga sangat favorable. Derajat ini disebut nilai skala. Menghitung nilai skala diberikan pernyataan kepada penilai (judges) 100 buah atau lebih.
Teknik ini disusun oleh thrustone didasarkan pada asumsi : 1. Ukuran sikap seseorang.
2. Nilai skala yang berasal dari rating para penilai. b. Skala Likert (Method of Summateds Rating)
Skala ini terdiri dari 5 point, yaitu : 1. Sangat setuju
2. Setuju 3. Ragu-ragu 4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Untuk pertanyaan favorable, sangat tidak setuju nilai nya 1, sangat setuju nilainya 5. Sebaliknya dengan pertanyaan unfavourable. c. Unobstrusive Measure
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.
Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kayadibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional.
e. Involuntary Behavior (pengukuran terselubung)
1. Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan .
2. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhioleh kerelaan responden.
3. Observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
4. Observed dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung dan beberapaaspek fisiologis lainnya.
5. Sifat Sikap
Menurut Heri Purwanto (1998 dalam Wawan, 2011) sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif :
a. Sikap positif cenderung mendekati, menyenangi, mengharap kanobyek tertentu.
b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci tidak menyukai obyek tertentu.
6. Penelitian Terkait
Penelitian lain yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:
Tuti Astriyanti (2012), telah melakukan penelitian mengenai perilaku hygiene perorangan pada napi penderita penyakit kulit dan bukan penderita penyakit kulit di Lembaga Pemasyarakat Kelas II A di Kupang.Penelitian ini menggunakan 93 orang responden.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data tentang perilaku hygiene perorangan pada napi penderita penyakit dan bukan penderita penyakit kulit.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat.perilaku hygiene perorangan pada napi penderita penyakit kulit dan bukan penderita penyakit kulit.
Penelitian yang dilakukan Deva Rianti 2013 tentang “Hubungan Pengetahuan Narapidan tentang Personal Hygiene dengan penyakit tinea cruris di Lapas Tembesi Kota Batam”. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan analitik dengan desain penelitian cross sectional. Dengan jumpah responden 124 orang Hasil penelitian adalah responden terdapat pengetahuan kurangyakni 4 orang atau 5,63% pengetahuan cukup yakni 29 sampai 40, 85% dan pengetahuan baik yakni 38 orang atau 53,52 %, ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan Napi tentang Personal Hygiene dan sikap Napi dengan upaya pencegahan Tinea Cruris pada Napi di Lapas Tembesi Kota Batam.
E. Kerangka Teori
Kerangka Teori adalah suatu kerangka yang merupakan rangkuman dari teori-teori yang ada sehingga membentuk suatu kesatuan yang memilikimakna dan saling berhubungan (Notoadmodjo, 2010).
Skema 2.1 Kerangka Teori
Sifat sikap Pengukuran sikap Tingkat sikap Pengertian Sikap Personal hygiene Pengukuran pengetahuan Pengertian pengetahuan Tingkat pengetahuan Factor-faktor pengetahuan
Tujuan personal hygiene Macam-macam personal hygiene Factor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene Komponen sikap
Dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene
-Dampak fisik.DampakPsikososial
F. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2010).
Skema 2.2 Kerangka Konsep
G. Hipotesa Penelitian
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap narapidana tentang personal hygiene dengan kejadian tinea cruris.
Pengetahuan narapidana tentang personal hygiene: - Tinggi 76 – 100% - Sedang 56 - 75% - Rendah < 56%
Sikap narapidana tentang personal hygiene:
- Positif - Negatif
Variabel Independent Variabel Dependent