• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Komunitas Dewasa DM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Komunitas Dewasa DM"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN LANJUT KOMUNITAS LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN LANJUT KOMUNITAS AGREGAT DEWASA DENGAN MENDERITA DM DI KELURAHAN AGREGAT DEWASA DENGAN MENDERITA DM DI KELURAHAN

MOJO SURABAYA MOJO SURABAYA Disusun oleh: Disusun oleh: Widhiarti Widhiarti Maria Manungkalit Maria Manungkalit Farida Umamah Farida Umamah Arief Widya Prasetya Arief Widya Prasetya

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2010 2010

(2)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daiabetes militus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun, World health organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah pasien diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, bahkan Indonesia menempati urutan keempat di dunia sebagai jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak setelah India, China dan Amerika (Pratiwi, 2007).

Pengobatan diabetes memerlukan waktu yang lama (karena diabetes merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup) dan sangat kompleks (tidak hanya membutuhkan pengobatan tetapi juga perubahan gaya hidup) sehingga seringkali pasien tidak patuh dan cenderung menjadi putus asa dengan program terapi yang lama, komples dan tidak menghasilkan kesembuhan. Hasil penelitian di beberapa Negara, ketidak patuhan pasien diabetes dalam  berobat mencapai 40 – 50%. Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan

rata – rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di Negara maju hanya sebesar 50% dan di Negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Tahun 2006 jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 14 juta orang, dari jumlah itu baru 50% penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% diantaranya melakukan pengobatan secara teratur (delamater, 2009; Pratiwi, 2007).

Perawat merupakan faktor yang mempengaruhi peran penting dalam merubah perilaku pasien sehingga terjadi kondisi keseimbangan (equilibrium) dalam diri pasien. Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana perawatan komunitas pada kelompok dewasa dengan diabetes militus.

(3)

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada komunitas agregat orang dewasa di Kelurahan Mojo termasuk upaya pencegahan dan  penanganannya melalui pendekatan proses keperawatan.

Tujuan Khusus:

1. Mengidentifikasi permasalahan yang dialami komunitas agregat orang dewasa.

2. Melakukan analisis dan sintesa data komunitas agregat orang dewasa. 3. Merumuskan diagnosa keperawatan komunitas agregat orang dewasa. 4. Membuat perencanaan tindakan terkait diagnosa keperawatan.

1.3 Manfaat

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan di atas, asuhan keperawatan yang ditujukan pada komunitas agregat orang dewasa di Kelurahan Mojo diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Membantu orang dewasa lainnya melalui kelompok  peer nya baik dalam institusi pendidikan formal maupun masyarakat luar.

2. Membantu orang dewasa dalam mencegah terjadinya perilaku berisiko. 3. Memberikan informasi data tentang orang dewasa dan risiko yang

mungkin terjadi.

4. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait orang dewasa.

5. Membantu masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai anak orang dewasa dalam memberikan intervensi.

6. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam memberikan penanganan orang dewasa dalam hal promotif dan preventif.

(4)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dan Deskripsi Komunitas. 2.1.1 Definisi Komunitas

Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah dewasa yang tergolong kelompok berisiko (at risk ) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait  perilaku tidak sehat.

2.1.2 Deskripsi wilayah Komunitas

Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat dewasa dengan DM di kelurahan Mojo pada tanggal 20 desember 2010.

2.1.3 Besarnya Komunitas

Komunitas agregat dewasa dengan diabetes millitus yang menjadi sasaran  pengkajian adalah orang dewasa yang berusia 22 tahun – 55 tahun pada lingkup

RW 8 Kelurahan Mojo Surabaya.

2.2Konsep DM 2.2.1 Pengertian

Kata Diabetes berasal dari Diabetus berarti banyak mengeluarkan  pancuran. Mellitus berarti : Madu atau gula (http//artikelindonesia.com). Diabetes Mellitus adalah penyakit herediter dengan gangguan metabolik dari karbohidrat, lemak dan protein, karena defisiensi dari fungsi insulin yang disertai dengan degenerasi vaskuler dalam tubuh. Mungkin produksi insulin tinggi, tetapi efektivitasnya rendah. Insulin diproduksi dalam kelenjar pankreas (pulau-pulau Langerhans). Produksi insulin normal 40-50 unit/ 24 jam. Fungsi insulin untuk  merubah glukosa menjadi glycogen. Menurut Mansyoer (2001) Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik misalnya

(5)

 pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Sedangkan menurut Susan Martin Tucker (1998) Diabetes mellitus adalah Gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin/ secara relatif kekurangan insulin : dua klasifikasi yang terpenting adalah type I : Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) dan type II: Non Insulin –  Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM).

2.2.2 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Gambar 2.1 Patofisiologi diabetes Mellitus (Hudak & Gallo, 1999) Defisiensi Insulin (absolut atau relatif) ↓Ambila n ↑Katabolisme ↑Lipolisis Hiperglikem ↑Asa m ↑Kehilangan ↑Gliserol ↑Asam Lemak ↑Glukoneogene sis Diuresis Kehilangan Elektrolit ↑Ketogenesis ↑Ketonemia ↑Ketonuria

Penipisan Volume

Ketoasidosis

Asidosis Metabolik Syo

Koma

Kehilan an hi otonik

(6)

Karbohidrat merupakan komponen diet yang penting, karbohidrat yang dimakan akan dicernakan menjadi monosakarida dan diabsorbsi terutama dalam duodenum dan jejunum proximal. Sesudah diabsorbsi kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara waktu dan akhirnya akan kembali pada batas dasarnya. Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian tergantung dari: 1)Ekskresi glukosa, 2)Sintesis glikogen, 3)Glikoneogenesis dalam hati.

Selain itu jaringan-jaringan perifer, otot-otot dan adiposit juga mempergunakan glukosa sebagai sumber energi, jaringan-jaringan ini ikut dalam mempertahankan kadar glukosa darah, meskipun secara kwalitatif tidak sebesar kemampuan hati. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hepar dan yang dipergunakan oleh jaringan-jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologi beberapa hormon. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai:

1) Hormon yang merendahkan kadar glukosa darah 2) Hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah

Insulin merupakan hormon yang menurunkan kadar glukosa darah, dibentuk sel-sel beta pulau-pulau Langerhans Pankreas. Sebaliknya ada beberapa hormon tertentu yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah antara lain:

(1) Glukagon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau Langerhans

(2) Epineprin yang disekresikan oleh medulla adrenal dan jaringan kromatin lain (3) Glukokortikoid yang disekresikan oleh konteks adrenal

(4) Hormon pertumbuhan yang disekresikan oleh kelenjar hypopisis anterior  Keempat hormon ini membentuk suatu membentuk suatu mekanisme yang mencegah timbulnya hipoglikemi akibat pengaruh insulin.

2.2.3 Etiologi.

Etiologi Diabetes Mellitus masih belum jelas atau belum dapat ditentukan dari berbagai literatur yang telah dibaca oleh peneliti ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi serta mengganggu pembuatan insulin dan metabolisme karbohidrat didalam sel-sel sehingga dapat menyebabkan hiperglikemia dan glukosuria (Sylvia A. Price, 1997)

1. Faktor Keturunan

Pada keluarga yang mempunyai penderita Diabetes Mellitus ada kemungkinan ± 25% akan menurunkan pada anggota keluarga dekat yang lain.

(7)

2. Faktor Obesitas

Sekitar 80% penderita Diabetes Mellitus obesitas. Obesitas merupakan faktor  resiko untuk terjadinya Diabetes Mellitus, diketahui bahwa jumlah reseptor  insulin menurun ada obesitas dan penurunan berat badan, biasanya sebesar 20  pon.

3. Faktor Hormonal, meliputi: Pankretektomi,

Alloxan, Zat anti insulin, Penyakit-penyakit pancreas, Hipofisis, Suprarenal, Thyroid.

2.2.4 Tanda dan Gejala

Manifestasi klinik dikaitkan dengan konsekuensi tubuh terhadap metabolik  defisiensi insulin. Klien yang mengalami defisiensi insulin tak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi glukosa sesudah makan karbihidrat. Kalau hiperglikemia nya parah dan melebihi ambang ginjal bagi zat tersebut, maka timbul glukosuria. Glukosuria ini mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliurine) dan timbul rasa haus (polidipsi). Karena glukosa hilang bersama urine, maka klien menderita keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin hebat (poliphagi) yang timbul akibat banyak kalori yang hilang dan klien mengeluh lelah dan ngantuk.

Pada klien NIDDM dapat tidak memperlihatkan gejala apapun, pada keadaan hiperglikemi yang lebih berat baru muncul gejala-gejala diatas. Biasanya mereka tidak menderita ketoasidosis kalau hiperglikeminya parah dan klien tidak  memberi respon terhadap terapi diet, mungkin diperlukan terapi insulin untuk  menormalkan kadar glukosanya. Klien ini biasanya memperlihatkan kehilangan sensitifitas perifer terhadap insulin eksogen.

Diabetes Mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga klien tidak  menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang terjadi lebih banyak,  buang air kecil sering, berat badan menurun. Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa dapat diperhatikan. Seringkali gambaran klinis tidak jelas. Dari sudut klien Diabetes sendiri hal yang sering menyebabkan klien datang berobat ke dokter dan kemudian di diagnosis sebagai Diabetes ialah keluhan : Kelainan kulit

(8)

gatal, bisul, Kelainan ginekologis keputihan, Kesemutan, rasa baal, Kelemahan tubuh, Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh, Infeksi saluran kemih

2.3 Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat orang dewasa menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (dewasa) dengan DM digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlane, 2000 dalam Ervin, 2002).

Delapan subsistem yang dikaji seperti berikut: I. Pengkajian

Data inti komunitas, terdiri dari:

1) Demografi: Jumlah dewasa keseluruhan, jumlah klien dewasa DM menurut jenis kelamin, golongan umur.

2) Etnis: suku bangsa, budaya, status perkawinan, tipe keluarga.

3)  Nilai, kepercayaan dan agama: nilai dan kepercayaan yang dianut oleh klien dewasa berkaitan dengan gaya hidup, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang ada, adanya organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh klien dewasa.

Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut: 1. Lingkungan Fisik 

a. Inspeksi:

Lingkungan rumah tempat orang dewasa tinggal, kebersihan lingkungan, aktifitas orang dewasa di lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.

b. Auskultasi:

Mendengarkan aktifitas yang dilakukan orang dewasa dari tokoh masyarakat, kader kesehatan, dan kader melalui wawancara.

c. Angket:

Adanya kebiasaan pada lingkungan orang dewasa yang kurang baik bagi  perkembangan orang dewasa.

(9)

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus orang dewasa, bentuk pelayanan kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi orang dewasa melalui wawancara.

3. Ekonomi

Jumlah orang dewasa yang telah bekerja, jenis pekerjaan. Politik dan pemerintahan

Keikutsertaan orang dewasa dalam organisasi sosial dan politik di masyarakat, kebutuhan orang dewasa terhadap terbentuknya organisasi orang dewasa untuk mencegah terjadinya masalah pada orang dewasa, kebijakan pemerintah tentang orang dewasa.

6. Komunikasi

a. Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh orang dewasa untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang latihan dan nutrisi padapasien DM,  perubahan-perubahan yang terjadi pada orang dewasa baik secara fisik dan  psikologis dan masalah-masalah lain yang lazim terjadi pada orang dewasa. Keikutsertaan orang dewasa pada pertemuan yang membahas masalah DM  pada orang dewasa.

 b. Komunikasi informal

Komunikasi/diskusi yang dilakukan orang dewasa dengan orang lain, keterlibatan orang lain dan lingkungan dalam menyelesaikan orang dewasa. 7. Pendidikan

Status pendidikan formal dan non formal yang diikuti oleh orang dewasa. 8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang digunakan orang dewasa, tempat sarana penyaluran  bakat orang dewasa seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu  penggunaan.

Peran Perawat Komunitas Terkait Diabetic

(10)

Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis pelayanan keperawatan yang berbasiskan pada masyarakat dimana perawat mengambil tanggung jawab untuk berkontribusi meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Fokus utama upaya CHN adalah pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan kesehatan dengan tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi dengan penekanan pada kesehatan kelompok populasi daripada individu dan keluarga.

2. Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Orang dewasa

Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat orang dewasa antara lain:

a. Kolaborator 

Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam membuat keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah orang dewasa. Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM,  NGO, BKKBN, PKBI dan sebagainya.

 b. Koordinator 

Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan orang dewasa, menetapkan penyedia pelayanan untuk orang dewasa.

c. Case finder 

Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat orang dewasa, menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus  penyakit dan risiko pada orang dewasa.

d. Case manager 

Mengidentifikasi kebutuhan orang dewasa, merancang rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan orang dewasa, mengawasi pelaksanaan pelayanan dan mengevaluasi dampak pelayanan.

e. Pendidik 

Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak orang dewasa di masyarakat dan orang dewasa di institusi formal, memberikan   pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan

(11)

f. Konselor  

Membantu orang dewasa mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi, membantu orang dewasa mengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.

g. Peneliti

Merancang riset terkait orang dewasa, mengaplikasikan hasil riset pada orang dewasa, mendesiminasikan hasil riset.

h. Caregiver 

Mengkaji status kesehatan komunitas orang dewasa, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana tindakan dan mengevaluasi hasil intervensi.

i. Pembela

Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi orang dewasa, menentukan kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus orang dewasa terhadap pengambil keputusan, mempersiapkan orang dewasa untuk mandiri.

(12)

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DIABETES MILLITUS

Asuhan keperawatan agregat orang dewasa yang dilakukan di Kelurahan Mojo menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian status kesehatan orang dewasa, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,   pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader 

kesehatan, orang dewasa dan orang tua, kelompok pengajian, pimpinan wilayah setempat.

1. Pengkajian

Pengkajian pada agregat orang dewasa menggunakan pendekatan Community as partner meliputi: data inti komunitas dan subsystem. Dan untuk asuhan keperawatan menggunakan pendekatan teori Roy

2. Status perkawinan

100% dari responden sudah menikah. 3.  Nilai, kepercayaan dan agama:

mayoritas responden beragama Islam yaitu 75%.

4. Data subsystem

Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :

1) Lingkungan Fisik  

a. Inspeksi:

Tipe perumahan mayoritas permanen, jarak antara satu rumah yang satu dengan lainnya sangat berdekatan. Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik, status kepemilikan sebagian besar rumah sendiri dan sebagaian rumah kontrakan. Tampak aktifitas orang dewasa di beberapa rumah karena sebagian besar ibu rumah tangga.

 b.Auskultasi:

Hasil wawancara dengan kader, orang dewasa dan orang tua. Banyak  kegiatan yang ada pengajian rutin orang dewasa sekali seminggu di majelis ta’lim dan qosidahan.

c.Angket:

Adanya kebiasaan pada lingkungan orang dewasa dengan DM yang kurang baik karena sering jalan pagi tanpa menggunakan alas kaki.

(13)

2) Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Pelayanan kesehatan khusus orang dewasa dan konseling untuk orang dewasa DM belum ada di wilayah kelurahan Mojo.

3) Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara perekonomian warga kelurahan mojo kebanyakan membuka took bagi ibu rumah tangga selain itu ada juga yang  bekerja diluar rumah.

4) Keamanan dan transportasi.

a. Keamanan : pos keamanan di masing – masing RT  b. Transportasi

Jenis transportasi yang dapat digunakan orang dewasa berdasarkan inspeksi dan wawancara adalah sepeda motor, dan angkutan umum. 5) Politik dan pemerintahan

Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi orang dewasa adalah keikutsertaan orang dewasa dalam organisasi sosial di masyarakat serta kebijakan pemerintah terhadap masalah yang terkait dengan orang dewasa.

6) Komunikasi

a. Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh orang dewasa untuk  memperoleh informasi pengetahuan tentang diabetes militus,  perubahan-perubahan yang terjadi pada orang dewasa dengan DM baik  secara fisik dan psikologis dan masalah-masalah lain yang lazim terjadi pada orang dewasa.

  b. Komunikasi informal

Komunikasi informal yang dilakukan orang dewasa di wilayah Kelurahan Mojo meliputi data tentang diskusi yang dilakukan orang dewasa dengan DM dalam menyelesaikan dan mencegah masalah orang dewasa dengan DM, keterlibatan lingkungan dalam menyelesaikan orang dewasa.

7) Pendidikan

Rata – rata pendidikan orang dewasa di kelurahan Mojo RW 8 sebagian  besar Perguruan Tinggi

(14)

8) Rekreasi

Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan warga biasanya ke mall yang letaknya cukup dekat dengan pemukiman. Untuk pengembangan bakat orang dewasa dibidang olah raga dan seni diwilayah kelurahan mojo terdapat lapangan volly, lapangan bulutangkis, lapangan tenis meja, sanggar senam dan fitness.

5. Analisis Data

Data Masalah

Dari hasil wawancara telah didapatkan: 1) Kelompok penderita DM

mengungkapkan telah melakukan olah raga secara teratur meskipun hanya berjalan kaki.

2) Kelompok penderita DM

mengungkapkan melakukan olahraga tersebut tanpa menggunakan alas kaki yang memadai

3) Kelompok penderita DM mengatakan tidak mengetahui cara perawatan kaki.

4) Kelompok penderita DM mengatakan  belum mengetahui atau melakukan

senam kaki.

5) Hasil inspeksi didapatkan kaki

tampak bersih dan belum tampak ada luka.

Resiko Cidera (ulcerasi pada kaki)

6. Diagnosa Keperawatan komunitas yang muncul adalah

Risiko cidera (peningkatan terjadinya ulcerasi pada kaki) berhubungan dengan kurang pengetahuan

(15)

7. Prioritas Masalah Diagnosa keperawatan pada agregrate orang dewasa Pentingnya  penyelesaian masalah 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi Perubahan   positif untuk   penyelesaian di komunitas 0 : tidak ada 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi Penyelesaian untuk  Peningkatan kualitas hidup 0 : tidak ada 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi Total score Resiko Cidera (ulcerasi pada kaki)

3 3 3 9

Kesimpulan:

masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah Resiko Cidera (ulcerasi pada kaki) dan yang direncanakan adalah pembentukan paguyuban DM karena dengan terbentuknya wadah untuk melakukan bagi penderita DM, dengan demikian   penderita DM di wilayah Kelurahan Mojo akan mempunyai wadah atau

organisasi sebagai tempat berbagi informasi tentang masalah yang sering dialami oleh orang dewasa terutama masalah kesehatan dan alternativ penyelesaiannya secara positif.

Tujuan terbentuknya Paguyuban (kelompok) penderita DM ini adalah peduli kesehatan tersebut untuk memelihara serta meningkatkan status kesehatan  penderita DM dewasa di wilayah Kelurahan Mojo.

(16)
(17)

Rencana/ Intervensi keperawatan Diagnosa

keperawatan

Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metoda Waktu Tempat

Resiko cidera (peningkatan terjadinya ulcerasi  pada kaki)  berhubungan dengan kurang  pengetahuan Jangka Panjang: 1) Terbentuknya paguyuban DM dewasa di kelurahan Mojo 2) Terbentuknya perilaku yang sehat pada  penderita DM dewasa yaitu perawatan kesehatan kaki DM Jangka Pendek: 1) Penderita mengelami  peningkatan pengetahuan dalam melakukan  perawataan kaki

1) Lakukan pendekatan secara informal dengan pengurus organisasi kesehatan di RW

2) Diskusikan rencana pembentuk-an paguyubpembentuk-an penderita DM dewasa dengan aparat   pemerintah terkait berdasarkan

data yang diperoleh

3) Lakukan kemitraan dengan lintas  program dan sector yang terkait dengan penderita DM dewasa: dengan institusi Puskesmas

Ketua RW dan Kader kesehatan di kelurahan Mojo. Kepala seksi Kesejahteraan Sosial, Babinkam tibmas Puskemas Komunikasi dan informasi Diskusi Kerjasama

Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metoda Waktu Tempat

Lapoaran Praktik Keperawatan Lanjut Komunitas Page 17

Di Kelurahan Mojo Surabaya

keperawatan

4) Lakukan kemitraan dengan LSM yang berminat dengan kesehatan  penderita DM

5) Lakukan pembentukan peguyub-an dengpeguyub-an cara rekruitmen   penderita DM untuk menjadi  pengurus paguyuban.

6) Beri penyuluhan pada seluruh  penderita DM dewasa yang ada di wilayah kelurahan Mojo tentang perawatan penderita DM terutama pada perawatan kaki yang termasuk senam kaki.

LSM DM Penderita DM Dewasa Penderita DM Dewasa Kerjasama Sosialisasi Informed Consent Komunikasi Informasi Edukasi

(18)

keperawatan

4) Lakukan kemitraan dengan LSM yang berminat dengan kesehatan  penderita DM

5) Lakukan pembentukan peguyub-an dengpeguyub-an cara rekruitmen   penderita DM untuk menjadi  pengurus paguyuban.

6) Beri penyuluhan pada seluruh  penderita DM dewasa yang ada di wilayah kelurahan Mojo tentang perawatan penderita DM terutama pada perawatan kaki yang termasuk senam kaki.

LSM DM Penderita DM Dewasa Penderita DM Dewasa Kerjasama Sosialisasi Informed Consent Komunikasi Informasi Edukasi

Lapoaran Praktik Keperawatan Lanjut Komunitas Page 18

Di Kelurahan Mojo Surabaya

BAB 4 PENUTUP

1. Kesimpulan

1) Pengkajian dilakukan pada agregat dewasa dengan masalah DM dengan menggunakan frame work ”Model Konsep Adaptasi oleh Roy” dengan  berbagai modifikasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi agregat yang dikaji, sedangkan Metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi.

2) Masalah keperawatan yang ditemukan adalah Resiko cidera (peningkatan terjadinya ulcerasi pada kaki) berhubungan dengan kurang pengetahuan. 3) Perencanaan keperawatan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi

(19)

BAB 4 PENUTUP

1. Kesimpulan

1) Pengkajian dilakukan pada agregat dewasa dengan masalah DM dengan menggunakan frame work ”Model Konsep Adaptasi oleh Roy” dengan  berbagai modifikasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi agregat yang dikaji, sedangkan Metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi.

2) Masalah keperawatan yang ditemukan adalah Resiko cidera (peningkatan terjadinya ulcerasi pada kaki) berhubungan dengan kurang pengetahuan. 3) Perencanaan keperawatan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi

adalah dengan melakukan pendekatan secara informal dengan pengurus organisasi kesehatan di RW, mendiskusikan rencana pembentukan   paguyuban penderita DM dewasa dengan aparat pemerintah terkait,

lakukan kemitraan dengan lintas program dan sector yang terkait dengan   penderita DM dewasa, Lakukan kemitraan dengan LSM yang berminat

dengan kesehatan penderita DM, melakukan pembentukan peguyuban dengan cara rekruitmen penderita DM untuk menjadi pengurus  paguyuban, memberikan penyuluhan pada seluruh penderita DM dewasa

tentang perawatan penderita DM terutama pada perawatan kaki yang termasuk senam kaki

2. Rekomendasi

a. Perlu dilakukan pengkajian dengan total populasi agar hasilnya lebih representatif.

 b. Instrumen yang digunakan dalam pengkajian belum sesuai sehingga hendaknya dilakukan modifikasi dan dilakukannya uji validitas dan reliabilitas.

c. Perlu waktu yang panjang apabila melakukan kemitraan dengan lintas   program dan lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatan dalam

Gambar

Gambar 2.1 Patofisiologi diabetes Mellitus (Hudak & Gallo, 1999)DefisiensiInsulin(absolut ataurelatif)↓Ambilan↑Katabolisme  ↑LipolisisHiperglikem↑Asam↑Kehilangan↑Gliserol  ↑AsamLemak↑GlukoneogenesisDiuresisKehilanganElektrolit↑Ketogenesis↑Ketonemia↑Ket

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan dan beban selain bunga yang berhubungan dengan waktu telah diakui selama jangka waktunya, namun untuk pendapatan dan beban yang tidak material diakui pada saat

Resiko terjadinya peningkatan penyakit difteri akibat lingkungan yang tidak sehat di RW III Tambak Grngsing Kelurahan Perak Timur Kecamatan Cantikan Kota Surabaya b.d

Teratasi, klien tidak menunjukkan tanda-tanda terjadinya defisit volume cairan DX.2 Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan

Penderita diabetes dengan hipertensi juga meningkatkan resiko terjadinya retinopati dan nefropati (Anonim, 2006). Pada tahun 2013menurut data di RSUD Undata DM

Penderita diabetes dengan hipertensi juga meningkatkan resiko terjadinya retinopati dan nefropati (Anonim, 2006). Pada tahun 2013menurut data di RSUD Undata DM

Dx 1: Resiko terjadinya peningkatan penyakit kronis (Hipertensi) pada lansia di Lingkungan VIII Kelurahan Pangkalan Mansyur Kecamatan Medan Johor berhubungan dengan

kesehatan di RW II kelurahan Manyar Sabrangan pada tanggal 25 – 29 Juli 2012...56 3.22 Distribusi lansia berdasarkan pengetahuan lansia tentang Diabetes Mellitus di RW II

irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark. 4) Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan