• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2020

TENTANG

BUKU SAKU PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperlancar pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia;

b. bahwa untuk memberikan petunjuk dan arahan dalam melaksanakan perencanaan dan pengelolaan anggaran yang benar secara transparan, akuntabel, tertib administrasi, efisien, efektif, dan akuntabel serta taat pada aturan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal Ombudsman tentang Buku Saku Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

(2)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4899);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

6. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2009 tentang Sekretariat Jenderal Ombudsman Republik Indonesia, sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 108 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2009 tentang Sekretariat Jenderal Ombudsman Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 247);

7. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun

(3)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan

Laporan Pertanggungjawaban Bendahara

Kementerian/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/ 2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 678);

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

190/PMK.05/2012 tentang Pedoman Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191);

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

164/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Perjalanan Dinas Luar Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1272 , sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.05/2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Perjalanan Dinas Luar Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1547);

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.02/2019 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2020 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 567);

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38/PMK.02/2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian dan/atau

(4)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

Stabilitas Sistem Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 382);

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.02/2020 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2020 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 383), sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

117/PMK.02/2020 tentang Peubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.02/2020 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2020 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 974);

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.05/2020 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Belanja atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Dalam Penanganan Pendemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 410);

17. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN

TENTANG BUKU SAKU PELAKSANAAN DAN

PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA.

Pasal 1

Buku Saku Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut Buku Saku Pelaksana dan Pertanggungjawaban Anggaran digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia.

(5)
(6)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

LAMPIRAN

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2O2O

TENTANG

BUKU SAKU PELAKSANAAN DAN

PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

(7)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

(8)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi BUKU SAKU

PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

Tim Penyusun:

Pengarah : Suganda Pandapotan Pasaribu

Penanggung Jawab : Hartoyo

Ketua : Indahwati

Sekretaris : Heru Purwadi

Anggota : 1. Noerman Adi S.

2. Kuncoro Harimurti 3. Royana Monoarfa 4. Dicky Yosepial 5. Stefanus Inkiriwang 6. Zaily Oktosab Fitri A. 7. M. Komarudin

8. M. Bahrunsyah L.

Desain Grafis : Maharandy F. Monoarfa

Sekretariat : 1. Fitri Afiani

2. Nugroho

Tim Teknis:

Ketua : Nurma Wijareni

Sekretaris : Fajar Yudha Pratama

Anggota : 1. Slamet Riyadi

2. Tri Astanto 3. Tri Yulianto

4. M. Yusuf Nugroho 5. M. Pulung Aji Sukmo 6. Ardiansyah

7. Lutfi Gandi Sandhika 8. Andika A.P. H. Napitupulu 9. Delviadri Arwin

10. David Anugrah Lumban Gaol

(9)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi KATA PENGANTAR

Sebagai lembaga negara pengguna APBN, Ombudsman Republik Indonesia tidak terlepas dari kewajiban menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Berdasarkan Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 5 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Ombudsman Republik Indonesia Bab II Bagian Kedua Pasal 5 dan 6, Biro Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan perencanaan, pengelolaan keuangan pusat, fasilitasi keuangan perwakilan, akuntansi dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, berfungsi antara lain koordinasi dan penyusunan rencana strategis, rencana kerja tahunan, anggaran pendapatan dan belanja negara, pemantauan dan evaluasi, melakukan koordinasi dan pengelolaan tata laksana keuangan, perbendaharaan, akuntansi, dan pelaporan keuangan, melakukan koordinasi dan fasilitasi pengelolaan keuangan perwakilan, serta pelaksanaan administrasi biro. Untuk mewujudkan tata kelola keuangan negara yang efektif, efisien , transparan dan akuntabel, Biro Perencanaan dan Keuangan berupaya menciptakan sistem dalam pengelolaan keuangan negara di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia.

Sebagai langkah konkrit dalam menciptakan sistem pengelolaan keuangan negara yang kondusif, Biro Perencanaan dan Keuangan menyusun Buku Saku Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia. Buku Saku Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran ini merangkum dan menjabarkan secara lengkap berbagai hal terkait pelaksanaan dan pertanggungjawaban penggunaan anggaran disertai dengan contoh kasus yang konkrit yang terjadi di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia. Tim Penyusun berharap buku ini dapat mengedukasi sekaligus sebagai panduan bagi seluruh pengelola keuangan di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia sekaligus bentuk pemberian layanan terbaik Biro Perencanaan dan Keuangan kepada para pemangku kepentingan.

Tim Penyusun menyadari bahwa Buku Saku Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran ini masih memiliki banyak kekurangan yang memerlukan penyempurnaan, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Buku Saku Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran dikemudian hari.

Jakarta, 05 November 2020 TIM PENYUSUN

(10)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... - 9 - DAFTAR ISI ... - 10 - DAFTAR FORMAT ... - 12 - DAFTAR ISTILAH ... - 13 - BAB I PENDAHULUAN ... - 17 - A. LATAR BELAKANG ... - 17 -

B. MAKSUD DAN TUJUAN ... - 19 -

C. RUANG LINGKUP ... - 20 -

BAB II PEDOMAN UMUM ... - 21 -

A. ALUR KERJA PENCAIRAN ANGGARAN ... - 21 -

B. TUGAS DAN WEWENANG PEJABAT PERBENDAHARAAN ... - 22 -

C. KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN ANGGARAN ... - 25 -

D. KETENTUAN KHUSUS PELAKSANAAN ANGGARAN ... - 27 -

BAB III BELANJA KONSUMSI RAPAT ... - 28 -

A. PENGERTIAN ... - 28 -

B. TATA CARA PERTANGGUNGJAWABAN ... - 28 -

C. KELENGKAPAN TAGIHAN ... - 28 -

SIMULASI 1 ... - 30 -

BAB IV BELANJA ALAT TULIS KANTOR ... - 34 -

A. PENGERTIAN ALAT TULIS KANTOR ... - 34 -

B. KODE AKUN (MAK) PEMBELIAN ATK ... - 34 -

C. JENIS-JENIS ATK MENURUT FUNGSINYA ... - 34 -

D. TATA CARA PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA ATK ... - 35 -

E. KELENGKAPAN TAGIHAN ... - 36 -

SIMULASI 2 ... - 38 -

F. PENATAUSAHAAN MASUK DAN KELUAR ATK ... - 40 -

G. PELAPORAN PERSEDIAAN/ATK ... - 40 -

H. LAIN-LAIN ... - 40 -

BAB V BELANJA PERJALANAN DINAS ... - 41 -

A. PENGERTIAN PERJALANAN DINAS ... - 41 -

B. PRINSIP PERJALANAN DINAS ... - 41 -

C. JENIS PERJALANAN DINAS ... - 42 -

D. KOMPONEN BIAYA PERJALANAN DINAS ... - 45 -

E. TINGKAT BIAYA PERJALAN DINAS ... - 49 -

F. SURAT TUGAS ... - 51 -

(11)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

H. KELENGKAPAN DOKUMEN ... - 54 - SIMULASI 3 ... - 57 - BAB VI ... - 64 - BELANJA HONORARIUM ... - 64 - A. PENGERTIAN ... - 64 - B. DASAR HUKUM ... - 64 - C. RUANG LINGKUP ... - 64 -

D. KELENGKAPAN DOKUMEN PENDUKUNG ... - 64 -

E. KETENTUAN PENTING DALAM PENCAIRAN HONORARIUM ... - 65 -

SIMULASI 4 ... - 72 - BAB VII ... - 77 - REVISI ANGGARAN ... - 77 - A. PENGERTIAN ... - 77 - B. DASAR HUKUM ... - 77 - C. RUANG LINGKUP ... - 78 -

D. BATASAN REVISI ANGGARAN ... - 80 -

E. JENIS REVISI ANGGARAN ... - 80 -

F. SYARAT PENGAJUAN REVISI ANGGARAN ... - 82 -

G. PROSES PENYELESAIAN REVISI ANGGARAN ... - 83 -

H. CATATAN TAMBAHAN ... - 84 -

BAB VIII ... - 85 -

MEKANISME PENGELOLAAN DANA HIBAH ... - 85 -

A. PENGERTIAN HIBAH ... - 85 -

B. PRINSIP DALAM PENGELOLAAN HIBAH ... - 85 -

C. RUANG LINGKUP DALAM PENGELOLAAN HIBAH ... - 85 -

D. KLASIFIKASI HIBAH ... - 86 -

E. PENGESAHAN HIBAH RUPIAH MURNI ... - 86 -

F. PENGESAHAN HIBAH BARANG/JASA ... - 89 -

G. ALUR PROSES DOKUMEN DANA HIBAH LANGSUNG DAN PENJELASANNYA ... - 91 -

BAB IX ... - 93 -

PENUTUP... - 93 -

(12)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi DAFTAR FORMAT

FORMAT 1 Surat Tugas Ketua ... .- 96 -

FORMAT 2 Surat Tugas Selain Ketua ... - 97 -

FORMAT 3 Daftar Rincian Permintaan Pembayaran ... - 98 -

FORMAT 4 Kuitansi Pembayaran UP ... - 99 -

FORMAT 5 Surat Perintah Bayar (SPBy) ... - 100 -

FORMAT 6 Surat Perjalanan Dinas (SPD) ... - 101 -

FORMAT 7 Rincian Belanja Perjalanan Dinas ... - 103 -

FORMAT 8 Form Kehadiran Perjalanan Dinas ... - 104 -

FORMAT 9 Daftar Pengeluaran Riil ... - 105 -

FORMAT 10 Surat Pernyataan Pembatalan Tugas Perjalanan Dinas Jabatan - 106 - FORMAT 11 Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak ... - 108 -

FORMAT 12 Permintaan Pembebanan Anggaran (PPA) ... - 109 -

FORMAT 13 Form Pertanggungjawaban Perjalanan Dinas (SPPD) ... - 110 -

FORMAT 14 Routing Slip ... - 111 -

FORMAT 15 Format Daftar Nominatif Honorarium Tim ... - 112 -

(13)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi DAFTAR ISTILAH

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagai acuan pengguna anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN.

3. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. 4. Kementerian Negara/Lembaga adalah Kementerian Negara/ Lembaga

Pemerintah Non Kementerian Negara/Lembaga Negara.

5. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat

pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian

Negara/Lembaga.

6. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

7. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit organisasi lini Kementerian Negara/Lembaga atau unit organisasi Pemerintah Daerah yang melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga dan memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.

8. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.

9. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut PPSPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran.

10. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,

menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan

mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam pelaksanaan APBN pada kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga. 11. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat BPP adalah

(14)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu.

12. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.

13. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LS adalah

pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara

Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS).

14. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran tagihan kepada negara.

15. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut SPP-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, dalam rangka pembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran.

16. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran UP.

17. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA.

18. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA dalam rangka pembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran.

19. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan SPM-UP. 20. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah

surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.

21. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat BAS adalah daftar perkiraan buku besar meliputi kode dan uraian organisasi, fungsi dan sub fungsi, program, kegiatan, output, bagian anggaran/unit organisasi Eselon I/Satker dan kode perkiraan yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran, serta pertanggungjawaban dan laporan keuangan pemerintah pusat.

(15)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

22. Biaya riil adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan bukti pengeluaran yang sah.

23. Honorarium Narasumber adalah honorarium yang diberikan kepada Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri yang memberikan informasi/pengetahuan kepada pegawai negeri lainnya/ masyarakat dalam kegiatan seminar/rapat koordinasi/ sosialisasi/diseminasi/bimbingan teknis/workshop/rapat kerja/ sarasehan/simposium/lokakarya/Focus Group Discussion / kegiatan sejenis, tidak termasuk kegiatan diklat/pelatihan.

24. Honorarium Moderator adalah honorarium yang diberikan kepada seseorang yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas sebagai moderator pada kegiatan seminar/rapat koordinasi/sosialisasi/diseminasi/bimbingan teknis/workshop/rapat kerja/sarasehan/simposium/lokakarya/ Focus Group Discussion/kegiatan sejenis.

25. Honorarium Panitia adalah honorarium yang dapat diberikan kepada seseorang yang diberikan tugas oleh pejabat yang berwenang sebagai panitia atas pelaksanaan kegiatan seminar/rapat/sosialisasi, dan kegiatan sejenisnya sepanjang peserta yang menjadi sasaran utama kegiatan berasal dari luar lingkup unit Eselon I Penyelenggara/Kementerian/Lembaga/ masyarakat.

26. Honorarium Rohaniawan adalah honorarium yang diberikan kepada seseorang yang ditugaskan oleh pejabat yang berwenang sebagai rohaniawan pada saat pengambilan sumpah jabatan.

27. Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan adalah honorarium yang dapat diberikan kepada seseorang yang berdasarkan Keputusan Presiden/Menteri/Pejabat Setingkat Menteri/Pejabat Eselon 1/KPA diangkat dalam suatu tim pelaksana kegiatan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu.

28. Honorarium Penerjemah adalah satuan biaya yang digunakan untuk perencanaan kebutuhan biaya penerjemahan dari naskah asli ke dalam bahasa yang diinginkan.

29. Honorarium Penceramah adalah honorarium yang dapat diberikan kepada Pejabat Negara/Pegawai Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri/ Praktisi yang memberikan wawasan pengetahuan dan/atau sharing experience sesuai dengan keahliannya kepada peserta diklat pada kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. berasal dari luar lingkup unit Eselon I Penyelenggara;

b. berasal dari lingkup unit Eselon I Penyelenggara sepanjang peserta yang menjadi sasaran utama kegiatan berasal dari luar lingkup unit Eselon I Penyelenggara/masyarakat; dan

(16)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

c. khusus untuk Pegawai Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri, honorarium tersebut dipergunakan untuk kegiatan pengajaran diklat yang materi diklatnya diampu oleh Pejabat Eselon II ke atas/setara.

30. Kegiatan adalah penjabaran dari program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu Kementerian/Lembaga yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran (output) dengan indikator yang terukur.

31. Keluaran (Output) adalah presentasi kerja berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program serta kebijakan.

32. Komponen input (Komponen) adalah bagian atau tahapan kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah keluaran (output).

33. Kota adalah Kota/Kabupaten pembagian wilayah administratif di Indonesia dibawah Provinsi.

34. Lumpsum adalah suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu (pre-calculated amount) dan dibayarkan sekaligus.

(17)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Tahun 2020 merupakan tahun pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024, Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman berperan mengawasi seluruh agenda pembangunan, yang secara spesifik mendukung pencapaian pembangunan agenda ke-7, yaitu memperkuat stabilitas politik, hukum, ketahanan dan keamanan, serta transformasi pelayanan publik.

Berdasarkan hal tersebut, Ombudsman fokus mengawal dan berperan dalam pengawasan pelaksanaan program prioritas pembangunan nasional aspek pelayanan publik sesuai mandat Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia. Salah satu aspek keberhasilan dalam pelaksanaan RPJMN diperlukan adanya pengawasan. Pengawasan pelayanan publik berkontribusi positif terhadap perbaikan reformasi birokrasi dan tata kelola pada pemerintahan pusat maupun daerah.

Dalam rangka mendukung visi dan misi Ombudsman, Sekretariat Jenderal Ombudsman melaksanakan Program Dukungan Managemen yang terdistribusi dalam beberapa kegiatan dengan sasaran, indikator, dan target kinerja Indikator Kinerja Program (IKP) untuk pencapaian hasil outcome dan indikator kinerja kegiatan untuk mengukur pencapaian output satu kegiatan.

Visi dan Misi Ombudsman untuk periode 2020-2024, sebagai berikut: Visi : “Pengawasan Pelayanan Publik yang Efektif dan Berkeadilan”

Misi :

1. Memperkuat Kelembagaan Ombudsman 2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan

3. Mendorong Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Untuk mendukung pelaksanaan visi dan misi tersebut, diperlukan peran penting dan penguatan perencanaan dan pengelolaan anggaran di lingkungan Ombudsman. Sebagai tindakan nyata sebagai pengawas pelayanan publik, Ombudsman harus menjadi contoh bagi penyelenggara

(18)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

Negara yang menjadi objek pengawasannya, termasuk dalam penggunaan, dan pengelolaan keuangan Negara. Ombudsman dituntut untuk memahami seluruh jenis pekerjaan dan harus dapat bekerja dengan baik serta mampu menciptakan hal yang baru dalam hubungannya mengawasi penyelenggara Negara. Penyelenggaraan Negara dituntut bekerja dengan baik, khususnya dalam hal dimulai dari perencanaan, pelaksanaan pengelolaan pertanggungjawaban, dan pelaporan keuangan negara lebih tertib, transparan dan akuntabel serta terbebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Agar hal tersebut tercapai, maka pengelolaan keuangan negara didasarkan pada 3 (tiga) paket Undang-Undang di bidang Keuangan Negara yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Guna memastikan agar implementasi berbagai kebijakan dalam peraturan perundang-undangan di bidang keuangan tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah. Adapun kebijakan yang telah dilakukan antara lain tercermin melalui kebijakan reformasi di bidang keuangan Negara, yang ditandai dengan terbitnya berbagai peraturan turunan di bidang keuangan Negara, baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan maupun peraturan-peraturan lainnya yang intinya bertujuan untuk dapat menyelenggarakan dan mempertanggungjawabkan keuangan Negara secara tertib, efektif, efisien dan transparan serta taat pada aturan sehingga tercipta penyelenggaraan pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa.

Agar pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut lebih implementatif perlu disusun Buku Saku Pelaksanaan Anggaran agar lebih mudah dipahami oleh para pelaksana. Dengan adanya Buku Saku Pelaksanaan Anggaran ini diharapkan mampu untuk menjembatani, berbagai kesenjangan yang terjadi sekaligus sebagai petunjuk praktis dalam rangka pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara, dan upaya untuk membantu Insan Ombudsman agar lebih cepat memahami penggunaan anggaran. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dipandang perlu menyusun Buku Saku Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran dengan harapan buku ini dapat menjadi bekal dan panduan bagi Insan Ombudsman dalam memahami dan mengimplementasikan berbagai

(19)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

peraturan perundang-undangan di bidang Keuangan Negera, dan bentuk perwujudan pertanggungjawaban keuangan Negara yang lebih tertib, efektif, efisien dan akuntabel demi terciptanya good governance and clean government serta terbebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Untuk menjaga akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan Negara, maka aspek pengawasan berikut tindak lanjut atas hasil pengawasan perlu mendapat perhatian. Lingkup pengendalian internal bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi keandalan laporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan pada peraturan perundangan.

Dalam upaya menyelaraskan pelaksanaan program dan kegiatan pelaksanaan anggaran, maka ditetapkan Buku Saku Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia Tahun Anggaran 2020.

B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud

Buku Saku Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran ini

dimaksudkan sebagai panduan dalam pemahaman dan

implementasikan Insan Ombudsman terhadap peraturan perundangan yang menjadi dasar hukum dasar perencanaan anggaran, pengelolaan keuangan Negara dan pedoman praktis dalam pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara di lingkungan Ombudsman. Pedoman ini dimaksudkan juga untuk membantu para pengelola anggaran dalam melaksanakan DIPA dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK).

2. Tujuan

Buku Saku Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran ini bertujuan untuk memberikan petunjuk dan arahan dalam melaksanakan perencanaan anggaran dan pengelolaan anggaran yang benar agar perencanaan dan pengelolaan anggaran dilakukan secara transparan, akuntabel, tertib administrasi, efisien, efektif dan akuntabel serta taat pada aturan demi terciptanya good governance dan clean government, serta terbebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan dan/atau penyimpangan serta menjadi dasar pelaksanaan pengawasan yang dilakukan secara terus menerus.

(20)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi C. RUANG LINGKUP

Buku Saku Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran ini memuat berbagai ketentuan terkait pelaksanaan anggaran DIPA dan POK Satker di lingkungan Ombudsman, meliputi:

1. Belanja Konsumsi Rapat; 2. Belanja Alat Tulis Kantor; 3. Belanja Perjalanan Dinas; 4. Belanja Honorarium;

5. Mekanisme Pengelolaan Hibah; dan 6. Revisi Anggaran.

DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berlaku untuk 1 (satu) tahun anggaran. DIPA memuat informasi satuan kegiatan yang terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bagi Satker dan dasar pencairan anggaran dan pengesahan pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran (BP) dan Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP). Pagu dalam DIPA merupakan batas tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan serta sebagai pengendali operasional kegiatan. Sedangkan POK adalah dokumen yang dibuat oleh PA/KPA yang berisi petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan. POK sebagai pengendali operasional kegiatan dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan sebagaimana tertuang dalam DIPA Tahun 2020. POK mengakomodir semua program dan kegiatan di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia dan pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di Ombudsman Republik Indonesia dan 34 Perwakilan Ombudsman di daerah. Setiap kegiatan mempunyai output, setiap output dicapai melalui tahapan yang disebut komponen, dan setiap komponen terdiri dari beberapa akun.

Dokumen DIPA dan POK sebelumnya telah direviu Aparatur Pengawas Internal Pemerintah (APIP)/Inspektorat.

(21)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi BAB II

PEDOMAN UMUM A. ALUR KERJA PENCAIRAN ANGGARAN

Keterangan:

1. PIC Unit Kerja (staf disetiap unit kerja) Ombudsman Republik Indonesia dan 34 Perwakilan Ombudsman di Daerah melakukan verifikasi dokumen pencairan anggaran dan melakukan pencatatan pembebanan realisasi setelah mendapatkan persetujuan dan otorisasi dari Kooordinator/Subkoordinator dan/atau Kepala Bagian/Kepala Sub Bagian unit masing-masing. Selanjutnya dokumen diserahkan ke Biro Perencanaan dan Keuangan untuk dibuatkan SPP dan SPM; 2. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan proses pengujian

pembebanan anggaran dan verifikasi untuk mengetahui apakah pagu anggaran masih tersedia, menerbitkan SPP dan SPM, dilakukan otorisasi oleh para Pejabat (PPK, Bendahara Pengeluaran dan PPSPM) yang mengotorisasi pencairan;

3. Proses otorisasi rampung, Biro Perencanaan dan Keuangan mengajukan dokumen ke KPPN Jakarta VII;

4. Proses di KPPN Jakarta VII sampai terbit SP2D;

5. Proses pencairan dilakukan oleh Biro Perencanaan dan Keuangan melalui Bendahara Pengeluaran menerima transfer dari KPPN Jakarta VII, selanjutnya Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran kepada para unit kerja melalui Bendahara Pengeluaran Pembantu dan PIC Unit Kerja (untuk Pusat);

6. Selesai. PIC UNIT KERJA

• PUSAT • PERWAKILAN BIRO RENKEU • PEMBEBANAN ANGGARAN • PROSES VERIFIKASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK) • PERSETUJUAN PEMBEBAANAN • SPP BENDAHARA PENGELUARAN (BP) • PEMBAYARAN • UP/TUP DAN LS BENDAHARA

BIRO RENKEU (TRANSFER)

• BENDAHARA : UP/TUP/LS BENDAHARA • PIHAK KE-3 KPPN JAKARTA VII • SP2D BIRO RENKEU • PROSES ADM • REKAM ADK SPM PEJABAT PENANDATANGAN SPM • PENGUJIAN SPP

(22)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi B. TUGAS DAN WEWENANG PEJABAT PERBENDAHARAAN

Ombudsman mempunyai 1 Satker yang dipimpin Pimpinan Tinggi Madya/Sekretaris Jenderal. Sekretarias Jenderal Ombudsman RI selaku PA dan KPA/KPB menguasai bagian anggaran dan mempunyai kewenangan atas penggunaan dan pertanggungjawaban pengelolaan anggaran di lingkungan Ombudsman. Setiap awal tahun anggaran dalam rangka pengelolaan dan/atau pelaksanaan anggaran, Sekretaris Jenderal selaku PA/KPA menetapkan pejabat perbendaharaan.

Penetapan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar (PPSPM) dilimpahkan kepada KPA. KPA menetapkan PPK, PPSPM, Bendahara Pengeluaran, dan Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan. Apabila tidak ada perubahan jabatan yang ditetapkan sebagai PPK dan/atau PPSPM pada saat pergantian periode tahun anggaran, penetapan PPK dan/atau PPSPM tahun anggaran yang lalu masih berlaku.

Bendahara Pengeluaran (BP)/Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) ditetapkan dengan Surat Keputusan yang berlaku sejak serah terima jabatan. Apabila tidak ada perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai BP/BPP pada saat penggantian periode tahun anggaran, penetapan BP/BPP tahun anggaran yang lalu masih berlaku.

Dalam hal PPK, PPSPM dan BP/BPP bila terjadi perubahan dipindah tugaskan /pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK, PPSPM, BP/BPP, pengganti dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan. Pejabat KPA, Pejabat Penguji/Penerbit SPM dan BP/BPP ketiganya tidak boleh saling merangkap. Pejabat Kuasa PA dan Pejabat Penguji/Penerbit SPM dapat merangkap jabatan, jika pejabat/pegawai pada satker tersebut tidak memungkinkan adanya pemisahan fungsi. Tembusan Surat Keputusan penunjukan para Pejabat disampaikan kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN. PA/Kuasa PA berdasarkan DIPA, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sesuai rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan dalam DIPA.

1. Pejabat Pengguna Anggaran

Pada setiap awal tahun anggaran, Sekretaris Jenderal selaku PA menunjuk pejabat perbendaharaan, sebagai berikut:

(23)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

b. Pejabat penguji tagihan kepada negara dan menandatangani SPM; dan

c. Bendahara Pengeluaran. 2. KPA

Tugas dan Wewenang KPA: a. Menyusun DIPA;

b. Menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang

mengakibatkan pengeluaran; c. Anggaran Belanja Negara;

d. Menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM;

e. Atas beban Anggaran Belanja Negara;

f. Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelola anggaran/keuangan;

g. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan, rencana penarikan dan menyusun Rencana Umum Pengadaan di awal tahun anggaran;

h. Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan penarikan dana;

i. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran;

j. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

k. Merumuskan strandar operasional pelaksanaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah; dan

l. Melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai denga keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah ditetapkan.

3. PPK

Tugas dan Wewenang PPK:

a. Menyusun rencana pelaksaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan DIPA;

b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

c. Membuat, menandatangani dan melaksanakan

(24)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

d. Melaksanakan kegiatan swakelola;

e. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang dilakukannya;

f. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

g. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;

h. Membuat dan menandatangani SPP;

i. Melaporkan pelaksanaan/peyelesaian kegiatan kepada KPA; j. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA

dengan Berita Acara Penyerahan;

k. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; dan

l. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. PPSPM

Tugas dan wewenang PPSPM:

a. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;

b. Menolak dan mengembalikan SPP apabila SPP tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;

c. Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;

d. Menerbitkan SPM;

e. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih; f. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran

kepada KPA; dan

g. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.

5. BP

Tugas dan wewenang BP:

a. Melakukan penatausahaan pengelolaan keuangan untuk semua transaksi termasuk surat berharga yang berkaitan dengan rekening BP baik pengeluaran melalui UP maupun LS;

b. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;

(25)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

c. Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK;

d. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;

e. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran yang dilakukan;

f. Menerima, menyetor dan melaporkan semua penerimaan Negara; g. Mengelola rekening BP untuk menyimpan UP; dan

h. Dalam melaksanakan tugasnya BP dapat dibantu oleh BPP yang bertanggung jawab kepada BP.

6. BPP

Melakukan tugas kebendaharan yang membantu BP yang berada di dalam lingkungan kerja PPK yang berfungsi sebagai penghubung antara PPK dengan BP, dengan tugas:

a. Melakukan penatausahaan administrasi dan distribusi surat, dokumen, naskah dinas dan kearsipan;

b. Melakukan penatausahaan anggaran dan kegiatan unit Kerja Pusat dan Perwakilan;

c. Menangani dan menatausahakan administarsi urusan rumah tangga khususnya data stock barang persediaan (in/out) barang setiap bulan dilaporkan ke petugas Persediaan/ BMN di Pusat. 7. PIC Unit Kerja

PIC Unit Kerja adalah staf disetiap unit kerja yang ditunjuk oleh masing-masing unit kerja yang bertugas melakukan penatausahaan administrasi keuangan pada unit kerja (Biro/Inspektorat/Pusat/ Perwakilan).

C. KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN ANGGARAN

Ketentuan umum pelaksanaan anggaran di lingkungan Ombudsman RI dibuat untuk menjadi dasar pemahaman dan kesepakatan bersama untuk memberikan dukungan supporting pelaksanaan kegiatan Ombudsman sebagai berikut:

1. Tidak menunda proses pembayaran atas pekerjaan yang telah selesai. 2. Penyelesaian tagihan terpenuhi sesuai dengan ketentuan,

mengendalikan dan mengawasi setiap tagihan.

3. Penyelesaian tagihan diselesaikan paling lambat 17 (tujuh belas) hari kerja setelah timbulnya hak tagih, dalam arti bahwa SPM-LS telah

(26)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

disampaikan kepada KPPN paling lambat 17 (tujuh belas) hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada Negara.

4. Ketentuan nomor 3 di atas berlaku untuk semua pengajuan tagihan dengan menggunakan mekanisme SPM-LS, meliputi:

a. SPM-LS yang ditujukan kepada penyedia barang/jasa.

b. SPM-LS yang ditujukan kepada Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya untuk keperluan belanja pegawai non gaji induk,

5. Norma waktu penyelesaian tagihan dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Dalam hal jangka waktu penyelesaian tagihan melebihi waktu 17 hari kerja, diminta kepada setiap PIC unit kerja yang mengajukan tagihan untuk melampirkan Surat Pernyataan SPM melebihi batas waktu pada saat pengajuan SPM yang ditandatangani Kuasa Pengguna Anggaran.

b. Pertanggungjawaban perjalanan dinas paling lambat 5 hari kerja setelah pelaksanaan kegiatan dilaksanakan (PMK 113/PMK.05/2012 Bab IX Pertanggungjawaban Biaya Perjalanan

Dinas pasal 34 ayat (1): “Pelaksana SPD

mempertanggungjawabkan pelaksanaan Perjalanan Dinas kepada pemberi tugas dan biaya Perjalanan Dinas kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah Perjalanan Dinas dilaksanakan”).

c. Penyampaian data perjanjian/kontrak kepada KPPN paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah ditandatangani perjanjian/kontrak.

d. Uang muka kegiatan yang telah diterima harus segera dipertanggungjawabkan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja. • BAST • INVOICE 5 & 5 HK • SPP • SPM 5 & 2 HK • KPPN • SP2D 5 HK 17 HARI KERJA

(27)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

e. Dalam hal jangka waktu penyelesaian dokumen

pertanggungjawaban UP melebihi 30 (tiga puluh) hari kerja, unit kerja harus melaporkan Surat Pernyataan dari PPK.

f. Untuk pengajuan tagihan pekerjaan maupun honorarium yang belum selesai kegiatannya (khusus kegiatan akhir tahun), harus menyertakan SPTJM yang ditandatangani PPK atau mengacu kepada Langkah-Langkah Akhir Tahun Penyelesaian Tagihan. g. Semua transaksi (kuitansi, nota, bon, dan/atau struk) wajib

divalidasi oleh PPK.

D. KETENTUAN KHUSUS PELAKSANAAN ANGGARAN

1. Revolving/pertanggungjawaban GU minimal 1 (satu) kali dalam sebulan.

2. Pengajuan Perjalanan Dinas LS kepada Biro Perencanaan dan Keuangan Kelompok Keuangan Pusat melalui Bendahara Pengeluaran bagi yang belum mempertanggungjawabkan Perjadin sebelumnya tidak diproses sampai melakukan pertanggungjawaban perjalanan dinas.

3. Perjalanan dinas yang menggunakan kendaraan dinas tidak diberikan uang transportasi, namun dapat diberikan uang transport dengan melampirkan Surat Pernyataan Tidak Menggunakan Kendaraan Dinas yang ditandatangani oleh pelaksana kegiatan.

(28)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi BAB III

BELANJA KONSUMSI RAPAT A. PENGERTIAN

Satuan biaya konsumsi rapat merupakan satuan biaya yang digunakan untuk perencanaan kebutuhan biaya pengadaan konsumsi makanan termasuk minuman dan kudapan untuk rapat/pertemuan baik untuk rapat koordinasi Pimpinan Ombudsman/Eselon I/setara Eselon I maupun untuk rapat biasa yang diselenggarakan di kantor.

B. TATA CARA PERTANGGUNGJAWABAN

Pembelian konsumsi rapat menggunakan uang muka UP, maka staf Subbbagian Rumah Tangga, mengajukan permintaan UM UP kepada BP sebelum pelaksanaan rapat dengan melampirkan:

1. Kuitansi Pembayaran Langsung (Format Kuitansi di Lampiran); dan 2. Surat Perintah Bayar (SPBy) lengkap dengan tanda tangan PPK dan

BP (Format SPBy di Lampiran).

Jika konsumsi rapat menggunakan mekanisme reimbursment, maka pertanggungjawaban dengan melampirkan dokumen tagihan lengkap: 1. Memo/surat undangan kegiatan rapat;

2. Daftar hadir;

3. Notulensi rapat/Laporan Naratif Kegiatan;

4. Bukti Pembayaran (kuitansi, bon, nota, struk) lengkap dan benar; dan

5. Surat Perintah Bayar (SPBy)/Kuitansi Pembayaran.

C. KELENGKAPAN TAGIHAN

Biaya konsumsi rapat dapat dicairkan dengan memenuhi kelengkapan sbb: 1. Memo/Surat undangan kegiatan rapat;

2. Daftar hadir peserta rapat;

3. Notulensi rapat/Laporan Naratif Kegiatan; dan 4. Bukti Pembayaran/Kuitansi:

a. Jika belanja kurang dari Rp. 1.000.000 Kelengkapan:

✓ Kuitansi/Bon/Nota/Struk *

✓ Materai 3000 (jika belanja Rp250.000 s.d Rp1.000.000) ✓ Stempel Toko

(29)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

✓ Nama jelas dan tanda tangan PPK ** b. Jika belanja ≥ Rp. 1.000.000

Kelengkapan:

✓ Kuitansi/Bon/Nota/Struk * ✓ Materai 6000

✓ Stempel Toko

✓ Nama jelas dan tanda tangan PPK **

c. Jika pertanggungjawaban konsumsi menggunakan struk tidak perlu menggunakan materai.

d. Bukti pembayaran harus dilengkapi dengan cap dan tanda tangan PPK, BP, dan Pejabat Penerima Barang/Jasa.

e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM), yang ditandatangani oleh Kepala Unit Kerja (Kepala Biro/Inspektorat/ Kepala Perwakilan).

Catatan:

* Nama Toko, Alamat, Tanggal Transaksi, dan Nomor Telepon ** Validasi oleh PPK

(30)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi SIMULASI 1

1. Pertanyaan:

Pada tanggal x Juli 2019, Biro Perencanaan dan Keuangan melaksanakan rapat koordinasi dengan mengundang peserta dari unit kerja lain sebanyak 20 orang. Konsumsi sudah disediakan sesuai dengan jumlah undangan. Bagaimana teknis pertanggungjawaban pada kuitansi?

Jawaban:

Kelengkapan tagihan:

Memo/surat undangan kegiatan rapat; Daftar hadir peserta rapat;

Notulensi/Hasil Rapat/Laporan naratif kegiatan; Bukti pembayaran/kuitansi/nota/struk;

SPTJM; dan SPBy

2. Pertanyaan:

Dalam Standar Biaya Masukan (SBM) untuk snack maksimal @Rp22.000 dan makan maksimal @Rp47.000. Dalam Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) yang telah disahkan terdapat belanja konsumsi makan 1 kali @Rp47.000 dan snack 1 kali Rp22.000. Apakah diperbolehkan pada saat pengajuan pembayaran makan 1 kali @Rp40.000 dan snack @Rp24.000, secara total biaya konsumsi masih dibawah SBM?

Jawaban:

Dapat dibayarkan, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuanggan (PMK) Nomor 78/PMK.02/2019 tentang Standar Biaya Masukan Tahun 2020, satuan biaya konsumsi rapat terdapat dalam Lampiran II.

3. Pertanyaan:

Apakah pembelian konsumsi rapat dilakukan di warung makan dengan nominal diatas Rp1.000.000, bagaimana perhitungan pajaknya dan warung tersebut tidak mempunyai NPWP?

Jawaban:

Atas kegiatan pengadaan konsumsi (makanan dan minuman) oleh Bendahara Pemerintah melalui pembelian langsung ke warung/rumah makan terutang PPh Pasal 22 (nilai pengadaan diatas Rp1.000.000) sehingga bendahara wajib memungut dan menyetorkan PPh Pasal 22 dengan tarif pajak 1,5 % x Nilai pembelian makanan atau minuman,

(31)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka tarif PPh Pasal 22 sebesar 3% x Nilai Pembelian Makanan atau minuman.

4. Pertanyaan:

Jika pembelian konsumsi rapat dilakukan oleh Jasa Katering atau Jasa Boga diatas Rp2.000.000, bagaimana perhitungan pajaknya dan rekanan tersebut tidak mempunyai NPWP?

Jawaban:

Atas kegiatan pengadaan konsumsi (makanan dan minuman) oleh Bendahara Pemerintah melalui penyedia Jasa Boga atau Katering terutang PPh Pasal 23 sehingga bendahara wajib memotong dan menyetorkan PPh Pasal 23 dengan tarif 2 % x Jumlah Jasa Boga atau Jasa Katering, apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka tarif PPh Pasal 23 sebesar 4 % x Jumlah Jasa Boga atau Jasa Katering.

Catatan:

• Atas kegiatan pengadaan konsumsi (makanan dan minuman) oleh Bendahara Pemerintah melalui pembelian langsung ke warung / rumah makan maupun ke penyedia Jasa Katering tidak terutang PPN sehingga tidak ada kewajiban pemungutan PPN.

• Berdasarkan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM pasal 4 A ayat (3) huruf (q) disebutkan bahwa Jasa Boga atau Katering adalah termasuk dalam jasa tertentu yang tidak dikenakan PPN.

• Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 244/PMK.3/2008 Pasal 1 ayat 2 huruf (aa) disebutkan bahwa Jasa Boga atau Katering adalah termasuk dalam jenis jasa lain yang kenakan PPh Pasal 23.

5. Pertanyaan:

Apabila ada kegiatan rapat dikantor yang dilaksanakan pada jam kerja apakah bisa dibayarkan biaya konsumsi rapatnya?

Jawaban:

Sesuai dengan PMK nomor 32/PMK.02/2018 tentang SBM TA 2019, mengenai konsumsi rapat diatur sebagai berikut :

Satuan biaya konsumsi rapat merupakan satuan biaya yang digunakan untuk perencanaan kebutuhan biaya pengadaan makan dan kudapan termasuk minuman untuk rapat/pertemuan baik untuk rapat koordinasi tingkat menteri/eselon I/ setara maupun untuk rapat biasa yang

(32)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

pesertanya melibatkan eselon II lainnya/ eselon I lainnya/ kementerian negara/lembaga lainnya/ Instansi Pemerintah/masyarakat dan dan dilaksanakan minimal selama 2 (dua) jam.

6. Pertanyaan:

Bisakah mengadakan konsumsi untuk rapat internal tanpa mengundang pihak lain apabila durasi rapat hanya 2 jam?

Jawaban:

Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam PMK Nomor 32/PMK.02/2018, konsumsi rapat dapat diberikan untuk rapat biasa yang pesertanya melibatkan eselon II lainnya/ eselon I lainnya/kementerian negara/ lembaga lainnya/ Instansi Pemerintah/masyarakat dan dilaksanakan minimal selama 2 (dua) jam.

Dalam hal rapat internal Satker dan tidak melibatkan unit lain, maka tidak dapat diberikan konsumsinya karena pegawai telah mendapatkan uang makan.

7. Pertanyaan:

Apabila mengadakan rapat internal pada saat bulan puasa apakah diperbolehkan menganggarkan biaya konsumsi rapat?

Jawaban:

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 32/PMK.02/2018 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2019, satuan biaya konsumsi rapat merupakan satuan biaya yang digunakan untuk perencanaan kebutuhan biaya pengadaan makan dan kudapan termasuk minuman untuk rapat/pertemuan baik untuk rapat koordinasi tingkat Menteri/Eselon I/setara maupun untuk rapat biasa, yang pesertanya melibatkan Eselon II lainnya/Eselon I lainnya/Kementerian Negara/Lembaga lainnya/Instansi Pemerintah/Masyarakat dan dilaksanakan minimal selama 2 (dua) jam. Rapat koordinasi tingkat Menteri/Eselon I/setara adalah rapat koordinasi yang pesertanya Menteri/Eselon I/pejabat yang setara.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, konsumsi rapat dapat diberikan apabila pesertanya melibatkan Eselon II lainnya/Eselon I

(33)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

Pemerintah/masyarakat dan dan dilaksanakan minimal selama 2 (dua) jam.

8. Pertanyaan:

Apakah dapat diberikan Konsumsi Rapat untuk peserta yang tidak hadir secara fisik diruang rapat?

Jawaban:

Dalam hal satker menyelenggarakan kegiatan rapat melalui video conference dimana peserta rapat statusnya Work from Office (WFO), namun yang hadir diruang rapat hanyalah penyelenggara saja dan peserta lainnya hanya hadir diruang meeting online (tidak hadir secara fisik diruang rapat), maka sesuai Surat Direktur Jenderal Anggaran kepada para Setjen dan Pejabat Eselon I di seluruh K/L nomor S-1200/AG/2020, konsumsi rapat dapat diberikan dengan ketentuan yaitu memenuhi syarat dan ketentuan dalam PMK SBM dan hanya untuk peserta yang hadir di kantor/satker penyelenggara.

9. Pertanyaan:

Akun apa yang digunakan untuk membeli konsumsi pelatihan yang terpisah untuk kegiatan Paket Meeting Dalam Kota?

Jawaban:

Untuk membeli konsumsi pelatihan dimaksud dapat menggunakan akun Belanja Bahan (521211), yang menunjuk Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-211/PB/2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun Pada Bagan Akun Standar, digunakan untuk mencatat pengakuan beban atas biaya bahan pendukung kegiatan (yang habis dipakai) seperti :

• Konsumsi/bahan makanan; • Dokumentasi;

• Spanduk; dan • Biaya fotokopi.

yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan non operasional seperti pameran, seminar, sosialisasi, rapat, diseminasi dan lain lain yang terkait langsung dengan output suatu kegiatan dan tidak menghasilkan barang persediaan.

(34)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi BAB IV

BELANJA ALAT TULIS KANTOR A. PENGERTIAN ALAT TULIS KANTOR

Alat Tulis Kantor (ATK) adalah perlengkapan kantor yang digunakan setiap saat dan masa pemakaiannya kurang dari satu tahun dan termasuk barang habis pakai. ATK salah satu dari komponen persediaan yang merupakan aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang diperoleh, disimpan dan didistribusikan untuk mendukung kegiatan operasional kantor, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

B. KODE AKUN (MAK) PEMBELIAN ATK

Kode Akun (MAK) yang digunakan untuk belanja ATK terdiri atas beberapa: 1. Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi (521811)

Digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan barang persediaan berupa barang konsumsi seperti : ATK, bahan cetakan, alat-alat rumah tangga, dll.

2. Belanja Keperluan Perkantoran (521111)

Digunakan untuk mencatat membiayai keperluan sehari-hari perkantora yang secara langusung menunjang kegiatan operasional Kantor, namun tidak menghasilkan barang persediaan seperti: biaya makan/minum kecil untuk rapat, biaya penerimaan tamu, dan pengadaan/pengganti inventaris yang berhubungan dengan penyelenggaran administrasi kantor/satker dibawah nilai kapitalisasi. 3. Belanja Bahan (521211)

Digunakan untuk mencatat pengeluaran yang digunakan untuk pembayaran biaya bahan pendukung kegiatan (yang habis pakai) seperti: konsumsi, dokumentasi, spanduk, biaya fotokopi, yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan non operasional.

C. JENIS-JENIS ATK MENURUT FUNGSINYA

No Kategori Item

1 Kategori Alat

Menulis

ballpoint, pensil, pena, rautan, spidol, pensil warna, penghapus.

(35)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

2 Kategori Buku buku, buku agenda, buku kwarto, buku gambar, buku akuntasi; buku quarto, buku kas, buku ekspedisi dll.

3 Kategori Kertas HVS, folio, kuitansi, nota, surat jalan, amplop, map, kertas warna, continuous form, kertas foto, kertas printer, kertas fax.

4 Kategori File organizer; rak surat susun, expanding file, business file, box kartu, nama, box file, binder clip.

5 Kategori Pendukung

stepler, kalkulator, cutter, stempel, bak stempel, gunting, penggaris, lem, lakban, isolasi dll.

D. TATA CARA PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA ATK

Pembelian ATK dapat menggunakan prosedur uang muka UP atau LS pihak ketiga (mengikuti prosedur pengadaan lewat ULP). Jika prosedur yang digunakan adalah Uang Muka UP, maka staf Subbbagian Rumah Tangga/Staf Perwakilan mengajukan permintaan Uang Muka UP kepada BP/BPP sebelum pelaksanaan pembelian ATK dengan melampirkan dokumen berikut:

1. Form pengajuan pembayaran (harus diisi tanggal

pertanggungjawaban);

2. Surat Perintah Bayar (SPby) lengkap dengan tanda tangan PPK dan BP (untuk transaksi di Kantor Pusat Jakarta) atau BPP (untuk transaksi di Kantor Perwakilan);

3. Jika pembelian ATK menggunakan mekanisme reimbursment, maka pertanggungjawaban dengan melampirkan dokumen tagihan lengkap: a. Memo/surat/form permintaan ATK yang ditandatangani oleh Kepala Unit Kerja/ Kepala Biro/ Inspektur/ Kepala Perwakilan atau Kepala Bagian/Koordinator (Contoh: Nota Dinas Bagian PRTLP pada Biro SDM dan Umum berdasarkan Naskah Dinas Nomor B/99/PL.02.01/V/2020 Tanggal 04 Mei 2020 perihal Pengajuan Alat Tulis Kantor Ombudsman Republik Indonesia); b. Naskah Dinas surat permintaan Pengadaan ATK dari Bagian

PRTLP kepada PPK;

c. Bukti Pembayaran (Kuitansi, Bon, Nota, Struk)*/**; dan

(36)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi Catatan:

* Nama Toko, Alamat, Tanggal Transaksi, dan Nomor Telepon ** Validasi oleh PPK

4. Pengajuan pertanggungjawaban atau reimbursment untuk Perwakilan, belanja ATK disampaikan langsung kepada PPK Perwakilan melalui staf PPK.

E. KELENGKAPAN TAGIHAN

Biaya pembelian ATK dapat dicairkan dengan memenuhi kelengkapan sebagai berikut:

1. Memo/surat/form permintaan ATK yang ditandatangani oleh Kepala Unit Kerja/Kepala Biro/Inspektur/Kepala Perwakilan atau Kepala Bagian/Koordinator.

(Contoh: Nota Dinas Bagian PRTLP pada Biro SDM dan Umum berdasarkan Naskah Dinas Nomor B/99/PL.02.01/V/2020 Tanggal 04 Mei 2020 perihal Pengajuan Alat Tulis Kantor Ombudsman Republik Indonesia).

2. Naskah Dinas surat permintaan Pengadaan ATK dari Bagian PRTLP kepada PPK.

3. Bukti Pembayaran/Kuitansi:

a. Jika belanja kurang dari Rp1.000.000 Kelengkapan:

✓ Kuitansi/Bon/Nota/Struk*

✓ Materai 3000 (jika belanja > Rp250.000 s.d < Rp1.000.000 ✓ Stempel Toko

✓ Nama jelas dan tanda tangan PPK** b. Jika belanja > Rp1.000.000

Kelengkapan:

✓ Kuitansi/Bon/Nota/Struk* ✓ Materai 6000

✓ Stempel Toko

✓ Nama jelas dan tanda tangan PPK** Catatan:

* Nama Toko, Alamat, Tanggal Transaksi, dan Nomor Telepon ** Validasi oleh PPK

(37)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

c. Jika pertanggungjawaban pembelian ATK menggunakan Struk (jelas ada nama toko, alamat lengkap) tidak perlu menggunakan materai.

4. Bukti pembayaran harus dilengkapi dengan cap/stempel dan tanda tangan PPK, Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat Penerima Barang/Jasa.

(38)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi SIMULASI 2

1. Pertanyaan:

Pembelian kalkulator seharga Rp.200.000,- menggunakan akun 521811 apakah masuk ke BMN?

Jawaban:

Menurut PSAP 05, Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, sedangkan Aset Tetap menurut PSAP 07 adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Berdasarkan definisi persediaan dan aset tetap tersebut, kalkulator termasuk kategori aset tetap sehingga dicatat melalui aplikasi SIMAK-BMN. Menurut Kepdirjen Perbendaharaan nomor- KEP-211/PB/2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada BAS, pembelian inventaris dibawah nilai satuan minimum kapitalisasi menggunakan akun 521111. Untuk itu, sebaiknya Saudara melakukan ralat akun pembelian kalkulator tersebut.

Apabila Saudara tidak melakukan ralat akun, dan tetap menggunakan akun 521811, maka:

1. Pada SAIBA akan terbentuk jurnal:

Debet Persediaan belum diregister 200.000

Kredit Ditagihkan Ke Entitas Lain

200.000

2. Pada perekaman SIMAK-BMN untuk aset ekstrakomptabel ketika dikirim ke SAIBA tidak terbentuk jurnal sehingga pada neraca masih terdapat akun persediaan belum diregister pada sisi debet.

3. Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian pada SAIBA sebagai berikut:

Debet Beban Aset Ekstrakomptabel 200.000

Kredit Persediaan belum diregister 200.000 Jika Saudara melakukan ralat akun menjadi 521111, tidak terdapat akun Persediaan belum diregister di Neraca.

(39)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi 2. Pertanyaan:

Penggunaan akun pada komponen 002 operasional dan pemeliharaan kantor, penjelasan mengenai penggunaan akun Belanja Keperluan Sehari-hari perkantoran.

Jawaban:

Akun 521111 (Belanja Keperluan Perkantoran) digunakan untuk mencatat belanja barang keperluan sehari-hari perkantoran yang tidak menghasilkan persediaan. Apabila suatu belanja direncanakan akan menghasilkan persediaan maka menggunakan Akun 521811 (Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi) digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa barang konsumsi, seperti ATK, bahan cetakan, alat-alat rumah tangga, dll.

3. Pertanyaan:

Bagaimanakah Pertanggungjawaban Belanja dalam Rangka HUT RI? Jawaban:

Pada PP no 45 tahun 2013 tidak secara eksplisit melarang kegiatan-kegiatan dimaksud. Meskipun demikian pelaksanaan anggaran dan tagihan kepada negara tetap harus mengedepankan prinsip ekonomis, efektifitas, dan efisiensi. Tata cara pencairan dan pertanggungjawaban tetap berpedoman pada PMK nomor 190 tahun 2012.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Perbendaharaan nomor KEP-211/PB/2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun Pada Bagan Akun Standar, maka dapat kami sampaikan hal sebagai berikut :

• Belanja seminar kit atau tool kit untuk kegiatan seminar, sosialisasi dan sejenisnya (dalam hal ini perayaan HUT Kemerdekaan), dapat dibebankan pada akun 521211 (Belanja Bahan);

• Bentuk belanja, boleh apa saja, sepanjang digunakan untuk pembayaran biaya bahan pendukung kegiatan (yang habis dipakai), yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan non operasional seperti pameran, seminar, sosialisasi, rapat, diseminasi dan lain-lain yang terkait langsung dengan output suatu kegiatan dan tidak menghasilkan barang persediaan;

• Seminar kit berbentuk pakaian diperbolehkan sepanjang pakaian tersebut memang diperuntukkan untuk dikenakan pada saat acara kegiatan berlangsung dan mendukung output kegiatan, semisal dalam kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan sinergi yang

(40)

Koodinator Kelompok Akuntansi dan Pelaporan

Koordinator Kelompok Hukum

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Organisasi

kuat, salah satu bentuknya menggunakan seragam saat kegiatan berlangsung.

F. PENATAUSAHAAN MASUK DAN KELUAR ATK

ATK yang sudah dibeli harus disimpan dalam satu tempat ruangan penyimpanan. Tempat tersebut tidak untuk umum. Staf yang ditugaskan

untuk menyimpan, mengeluarkan, menatausahakan dan

mempertanggungjawabkan barang ATK dalam gudang menyimpan secara tertib dan teratur.

Semua item barang ATK dibuatkan kartu barang untuk mencatat jenis-jenis ATK dan keluar masuknya ATK. Disamping itu dibuatkan Buku Persediaan secara elektronik dalam bentuk excel untuk mencatat /membukukan ATK yang masuk dan keluar dari gudang/tempat penyimpanan barang ATK oleh staf yang ditunjuk untuk mengelola barang ATK.

G. PELAPORAN PERSEDIAAN/ATK

Petugas yang ditunjuk untuk mengelola persediaan khususnya ATK, wajib membuat pelaporan setiap bulan (minggu pertama bulan berikutnya) disampaikan kepada Bagian Perlengkapan, Rumah Tangga dan Layanan Pengadaan, tembusan kepada Koordinator Kelompok Fasilitasi Keuangan Perwakilan khusus di 34 Kantor Perwakilan Ombudsman, untuk di kantor pusat karena sudah satu pintu pengelolaan dan penatausahaan persediaan khsususnya ATK langsung dibawah koordinasi Bagian Perlengkapan, Rumah Tangga dan Layanan Pengadaan.

H. LAIN-LAIN

Apabila Pengelola Persediaan tidak melaporkan persediaan ATK setiap minggu pertama bulan berikutnya kepada Bagian Perlengkapan, Rumah Tangga dan Layanan Pengadaan selama 2 (dua) bulan berturut-turut maka Bagian Perlengkapan, Rumah Tangga dan Layanan Pengadaan berkewajiban untuk berkoordinasi dan memberikan teguran tertulis kepada pengelola persediaan.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana halnya dengan pendapatan negara dan hibah, realisasi belanja negara diperkirakan lebih tinggi dari yang ditetapkan dalam APBN 2004, berubah menjadi

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

bahwa dalam rangka efektivitas pelaksanaan pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan memperhatikan

Tahun ………… tentang Pedoman Belanja Hibah Dan Bantuan Sosial yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, kami telah melakukan

Sementara Program Bantuan Penelitian, Publikasi Ilmiah, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (Litapdimas) lanjutan Tahun Anggaran 2021 pada DIPA Satker PTKIN didasarkan

bahwa untuk melaksanakan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi secara terbuka dan kompetitif pada tingkat nasional sesuai dengan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah