• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ENGAGEMENT MOTIVATIONS, PERCEIVED VALUE, DAN SATISFACTION TERHADAP MOBILE ENGAGEMENT INTENTION (STUDI KASUS: SMARTPHONE MEREK SAMSUNG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ENGAGEMENT MOTIVATIONS, PERCEIVED VALUE, DAN SATISFACTION TERHADAP MOBILE ENGAGEMENT INTENTION (STUDI KASUS: SMARTPHONE MEREK SAMSUNG)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ENGAGEMENT MOTIVATIONS, PERCEIVED

VALUE, DAN SATISFACTION TERHADAP MOBILE

ENGAGEMENT INTENTION

(STUDI KASUS: SMARTPHONE MEREK SAMSUNG)

Mohammad Khalief Aditya, Nissa Ghulma Ratnasari

Program Studi Ekstensi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia E-mail : moh.khalief.aditya@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel utilitarian motivation, social motivation, hedonic motivation, perceived value, satisfaction dan mobile engagement intention. Responden penelitian ini berjumlah 171 orang para pengguna smartphone Samsung dengan usia minimal 17 tahun dan tinggal di wilayah Jabodetabek. Model penelitian dengan dua belas hipotesis

diolah dengan software LISREL 8.5 menggunakan teknik Structural Equation Modelling (SEM). Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa hanya utilitarian motivation yang tidak memiliki

pengaruh signifikan namun tetap positif terhadap perceived value dan mobile engagement intention. Engagement motivations memiliki pengaruh signifikan positif terhadap perceived value,

satisfaction dan mobile engagement intention.

Kata Kunci: mobile user engagement (MoEN), hedonic, social, utilitarian engagement, motivation, perceived value, satisfaction, mobile engagement intention

(2)

The Influence of Engagement Motivations, Perceived Value and Satisfaction against Mobile Engagement Intention (Case Study of Brand Samsung

Smartphone)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of variable utilitarian motivation, social motivation, hedonic motivation, perceived value, satisfaction and intention of mobile engagement. This survey

respondents totaled 171 Samsung device users with a minimum age of 17 years and living in the Greater Jakarta area. A research model with hypotheses twelve processed by LISREL 8.5 software

using Structural Equation Modeling (SEM). The results of data processing show that only utilitarian motivation has no significant influence but remain positive on perceived value and intention of mobile engagement. Engagement motivations have a significant positive effect on

perceived value, satisfaction and intention of mobile engagement.

Key words : mobile user engagement (MoEN), hedonic, social, utilitarian engagement, motivation, perceived value, satisfaction, mobile engagement intention

(3)

LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi, alat komunikasi seperti ponsel memegang peranan penting dalam aktifitas setiap manusia. Dengan peran yang penting dan cukup besar di tengah aktifitas manusia, jumlah ponsel yang diproduksi pun cukup besar sampai mengimbangi jumlah penduduk satu negara. Kabar terbaru dari data Bank Dunia menjelaskan bahwa saat ini keberadaan jumlah ponsel di dunia melaju pesat hingga mencapai sekitar enam miliar. Angka tersebut akan tumbuh dinamis dan bahkan bisa melampaui jumlah penduduk dunia, hal ini berarti penduduk dunia tiga seperempatnya memegang ponsel. Khususnya di negara berkembang, pertumbuhan pengguna ponsel bertambah dari tahun 2000 hingga 2010, dan jumlah pesan singkat yang masuk di tahun 2010 mencapai 5 triliun short message service (SMS) sesuai data yang didapat oleh operator seluler se-dunia (Kompas, 2014). Hal ini dapat disimpulkan bahwa negara berkembang memiliki potensi tinggi untuk penyebaran ponsel di dunia.

Seiring dengan perkembangannya, ponsel akan diberi harga yang terjangkau, inilah yang mengakibatkan pertumbuhannya semakin meningkat, khususnya di pasar Asia, hingga saat ini masih memiliki potensi yang cukup besar, hingga jumlah ponsel nya pun melampaui jumlah penduduknya (Kompas, 2014). Produksi ponsel yang melampaui jumlah manusia dipengaruhi perubahan gaya hidup manusia. Tidak dapat dibantah masyarakat Indonesia khususnya yang hidup di wilayah perkotaan mulai mengalami perubahan gaya hidup. Saat ini, manusia dituntut untuk lebih cepat dalam mengetahui setiap perkembangan yang terjadi. Penyebaran teknologi secara besar memungkinkan mobilitas manusia tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu, sadar akan teknologi menjadi penopang penting dalam arus globalisasi, revolusi di bidang teknologi dan informatika, khususnya komunikasi, telah mengubah struktur kehidupan masyarakat. Peristiwa-peristiwa di belahan dunia manapun juga dengan begitu mudah dapat diketahui dalam hitungan menit bahkan detik.

Melihat semakin cepatnya perkembangan teknologi ponsel yang disertai dengan perubahan gaya hidup membuat ponsel tidak hanya digunakan sebagai alat untuk menelpon atau mengirim pesan saja, tetapi dapat untuk melakukan browsing, memutar musik, bermain

games, merekam suara, merekam video kamera, bahkan berkomunikasi menggunakan media

sosial seperti Facebook, Twitter, Whatsapp, Line, Blackberry Messenger. Dengan semakin besarnya tuntutan hidup di zaman sekarang banyak perusahaan ponsel berlomba-lomba untuk terus menciptakan suatu inovasi terhadap produknya. Hal ini bisa terlihat dari semakin beraneka ragamnya merek dan jenis ponsel yang ada di Indonesia, salah satunya adalah

(4)

Smartphone hadir dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan di era globalisasi. Smartphone adalah ponsel yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi, kadang-kadang

dengan fungsi yang menyerupai komputer. Belum ada standar pabrik yang menentukan arti

smartphone, sedangkan bagi beberapa orang, smartphone merupakan ponsel yang bekerja

menggunakan seluruh perangkat lunak sistem operasi yang menyediakan hubungan standar dan mendasar bagi pengembang aplikasi, sedangkan bagi yang lainnya smartphone hanyalah merupakan sebuah ponsel yang menyajikan fitur canggih seperti surel (surat elektronik), internet dan kemampuan membaca buku elektronik (e-book) atau terdapat papan ketik dan penyambung VGA   (Video Graphics Array). Dengan kata lain, smartphone merupakan komputer kecil yang mempunyai kemampuan sebuah ponsel.

Menurut, data lembaga riset IDC, smartphone mulai menguasai 52% pangsa pasar di Indonesia sejak kuartal II 2012, tercatat lebih dari 10 vendor smartphone dan Tablet yang membawa sistem operasi Android. Di Indonesia smartphone berbasis Android terus bergerak lewat beberapa vendor papan atas, mulai dari Samsung, LG, Motorola, HTC, Huawei hingga Sony Ericson semuanya ambil bagian menjual ke pasar Indonesia. Sedangkan dari vendor lokal seperti, IMO, Nexian, Tiphone dan lain lain. Menariknya, hampir semua segmen menjadi target smartphone, pada segmen low end umumnya menjadi target para vendor lokal, sementara vendor papan atas lebih menargetkan pasar menengah ke atas.

Karena semakin banyak konsumen yang mengadopsi smartphone, strategi mobile menjadi semakin penting bagi banyak perusahaan. Mobile channel memberikan perusahaan dan brand peluang untuk terlibat dengan pelanggannya. Strategi pemasaran tradisional dimana “one size fits all” telah digantikan secara lebih spesifik untuk lebih memahami apa yang di inginkan oleh konsumen, ada bahaya jika merek melibatkan konsumen secara buruk, konsumen yang mobile dapat dengan mudah mencari merek alternatif, mereka bahkan dapat berbagi pengalaman buruknya terhadap suatu merek dengan ratusan orang lain di jaringan sosial. Teknologi yang baik adalah tidak hanya sekedar untuk bisa digunakan, tetapi turut melibatkan pengguna itu sendiri (Heather L. O’brien dan Elaini G. Toms, 2008). Teknologi

mobile dalam hal ini smartphone merubah cara berkomunikasi, gaya hidup dan lain-lain.

Pertumbuhan dari smartphone menciptakan peluang baru bagi para marketing dan manajer,

smartphone memberi penggunanya suatu variasi pengalaman yang membuat mereka secara

berkelanjutan terus terlibat dalam aktifitas sehari-hari yang menciptakan nilai dan kepuasan. Keterlibatan (engagement) adalah suatu dimensi kegunaan, dan dipengaruhi oleh kesan pertama. Setiap orang memiliki motivasi dalam keterlibatan pada smartphone, motivasi tersebut dapat bersifat utilitarian (fungsional), yaitu keinginan untuk mencapai suatu manfaat

(5)

yang bersifat fungsional atau praktis, bersifat hedonic, yaitu suatu motivasi yang melibatkan respon yang bersifat emosional dan motivasi social, yaitu suatu motivasi untuk dapat terus terhubung dan berinteraksi dengan orang lain.

Dengan adanya kebutuhan yang ingin dipenuhi, maka konsumen akan mempunyai motivasi sebagai suatu proses yang mendorong konsumen dalam bertindak. Keterlibatan dalam smartphone dapat mendorong berbagai pengalaman pengguna untuk menjadi fungsional, hedonis dan sosial, tergantung dari konteks masing-masing pengguna. Keterlibatan dalam smartphone secara terus-menerus dapat dipengaruhi oleh motivasi fungsional, hedonis dan sosial. Smartphone memberikan pengguna berbagai pengalaman yang mendorong mereka untuk terus melakukan kegiatan yang menciptakan nilai dan kepuasan bagi mereka. Dengan adanya globalisasi terus mendorong terjadinya perubahan lingkungan bisnis secara cepat dan mendorong peningkatan kompetisi dalam lingkungan suatu bisnis. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, para manajer harus mencari solusi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang selalu terjadi. Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi dinilai akan dapat memberi dampak yang baik bagi profit perusahaan dimasa yang akan datang. Kepuasan merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut. Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para konsumen yang merasa puas. Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan konsumen menjadi harmonis. Kepuasan secara keseluruhan bertindak sebagai kondisi dasar untuk membangun kepercayaan sehingga tercipta hubungan antara pelanggan dengan penyedia produk tertentu, selain itu kepuasan secara positif dan langsung dapat mempengaruhi kepercayaan dan komitmen hubungan dengan pelanggan (Aurier dan N’Goala, 2010).

Keterlibatan yang berkelanjutan dalam teknologi mobile sebagai bagian dari kehidupan melihat penerimaan teknologi sebagai titik awal keterlibatan teknologi. Penerimaan umumnya mengacu pada tahap di mana sesuatu (misalnya, smartphone) dipilih untuk digunakan oleh individu atau organisasi sementara keterlibatan mengacu pada keadaan yang terlibat, diduduki, dipertahankan, dan secara intrinsik tertarik pada sesuatu. Keterlibatan digambarkan sebagai suatu aliran perilaku tanpa pola pikir yang disengaja misalnya, pengendalian, perhatian, fokus, dan rasa ingin tahu. Keterlibatan bukan sekedar sesaat atau tiba-tiba, tetapi lebih gigih dan meresap kedalam wilayah kognitif dan afektif. Ketika sebuah perusahaan mampu meningkatkan keterlibatan pengguna dan mampu membangun suatu lingkungan yang membantu untuk mendorong keterlibatan (engagement),

(6)

mereka dapat secara signifikan meningkatkan peluang sukses dalam bisnisnya (Young Hon Kim, 2013).

TINJAUAN TEORITIS

Engagement Motivations (Motivasi Keterlibatan)

Beberapa perusahaan perlu mempelajari bagaimana para pengguna teknologi ponsel seperti smartphone dapat digunakan untuk membantu aktifitas mereka seperti bekerja, hiburan dan lain-lain. Selain itu faktor–faktor apa saja yang mendorong keterlibatan lebih lanjut dengan smartphone mereka. Fitur, fungsi, dan aplikasi membangun sebuah hubungan menarik yang dapat menghubungkan teman-teman, para pekerja, dan orang lain di dalam jaringan sosial. Engagement adalah suatu keterlibatan, perhatian terus-menerus, menghasilkan konsekuensi dari suatu rangsangan atau penolakan (Higgins dan Scholer, 2009), engagement dipahami sebagai segala usaha untuk melibatkan customer di dalam interaksi emosional antara perusahaan dan customernya. Karena biasanya di dalam bisnis, interaksi dengan customer hanya dipandang sebagai proses belaka, tidak sebagai hubungan jangka panjang.

Dengan menempatkan customer engagement sebagai sebuah program untuk menangani semua permasalahan customers dan membuat mereka dengan mudah untuk meresponnya kembali adalah langkah yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk mempertahankan eksistensi dan mempertahankan hubungan jangka panjang dengan customer dengan mengelola dua arah komunikasi secara baik. Penggunaan terus-menerus mendorong mereka untuk menciptakan perilaku motivasi yang membuat mereka lebih loyal terhadap perangkatnya (smartphone).

Perceived Value

Perceived value dan loyalitas pelanggan sangat penting dan bermanfaat untuk semua

jenis perusahaan. Dengan kemajuan berbagai teknologi yang salah satunya smartphone menjadi pendukung komunikasi dunia maya yang dapat mempermudah pelanggan utuk mengakses informasi secara mudah melalui ponsel, maka dapat menumbuhkan arti dari sebuah perceived value (nilai pelanggan) dan loyalitas pelanggan. Perceived value adalah selisih nilai pelanggan total dan biaya pelanggan total dimana nilai pelanggan total adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu dan biaya pelanggan total adalah sekumpula biaya yang diharapkan oleh konsumen yang dikeluarkan

(7)

untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan, dan membuang produk atau jasa (Kotler, 2005). Nilai pelanggan atau customer perceived value yaitu persepsi pelanggan terhadap nilai dimana perusahaan harus mempertimbangkan nilai dalam mengembangkan produk dan jasanya sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan.

Nilai pelanggan adalah rasio antara keuntungan atau atau manfaat yang dirasakan dengan pengorbanan yang dkeluarkan, dimana keuntungan yang dirasakan adalah kombinasi dari atribut fisik, atribut jasa dan teknik pendukung dalam pemanfaatan produk (Vanessa, 2007). Pengorbanan yang dikeluarkan adalah total biaya yang dikeluarkan konsumen termasuk biaya pembelian dan biaya tambahan (seperti biaya pemesanan, transportasi, instalasi, penanganan pesanan) serta biaya diluar pembelian (mengganti kerusakan, resiko kegagalan, atau pelayanan yang buruk). Selain itu, nilai pelanggan ialah selisih antara total nilai tambah yang diperoleh konsumen dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan.

Satisfaction (Kepuasan)

Pengertian secara umum mengenai kepuasan atau ketidakpuasan konsumen merupakan hasil dari adanya perbedaan-perbedaan antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan oleh konsumen terebut. Dari beragam definisi kepuasan konsumen telah diteliti dan didefinisikan oleh para ahli pemasaran, dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen merupakan suatu tanggapan perilaku konsumen berupa evaluasi purna beli terhadap suatu barang atau jasa yang dirasakannya (kinerja produk) dibandingkan dengan harapan konsumen. Kepuasan konsumen ini sangat tergantung pada persepsi dan faktor konsumen itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen ketika melakukan pembelian suatu barang atau jasa adalah kebutuhan atau keinginan yang dirasakan oleh konsumen tersebut pada saat melakukan pembelian suatu barang atau jasa, pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi barang atau jasa tersebut dan periklanan. Didalam lingkungan yang kompetitif, indikator yang dapat menunjukkan kepuasan konsumen adalah apakah konsumen tersebut akan membeli kembali dan menggunakan produk tersebut di waktu yang akan datang.

Mobile Engagement Intention

Pengalaman keterlibatan ini dapat membangun nilai keseluruhan, kepuasan, dan loyalitas jangka panjang dengan keterlibatan yang berkelanjutan bagi pengguna. Pengguna memiliki motivasi sendiri untuk menggunakan dan terlibat dengan teknologi mobile mereka dalam kasus ini smartphone Samsung. Motivasi keterlibatan mereka

(8)

dengan teknologi mobile dapat membentuk pengaruh sikap mereka pada nilai keseluruhan, keterlibatan lanjut, dan niat untuk melanjutkan keterlibatan pada aktivitas mobile mereka. Teknologi mobile yang memungkinkan untuk menciptakan suatu keterlibatan bagi para penggunanya untuk alasan atau tujuan apapun dapat meningkatkan kemungkinan kesediaan para pengguna untuk terus terlibat di masa yang akan mendatang (Young Hon Kim, 2013).

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain riset konklusif yang mana terdiri dari deskriptif dan kausal. Sesuai dengan definisi desain riset deskriptif dan kausal, penelitian ini juga bertujuan untuk menggambarkan, menentukan, serta membuktikan pengaruh yang ada pada tiap variabel. Desain penelitian ini merupakan kelanjutan dari desain riset eksploratori yang mana salah satu hasilnya adalah hipotesis yang akan dibuktikan pada penelitian ini. Desain penelitian ini dipilih karena peneliti ingin melakukan penelitian yang sama dengan objek demografi yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Desain penelitian ini juga menggunakan 2 tahap yaitu data primer berupa kuisioner dan data sekunder berupa jurnal hasil penelitian sebelumnya, referensi, buku dan lain-lain.

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian kuantitatif akan dilakukan satu kali dalam satu periode (single crosssection) (Malhotra, 2006). Pengumpulan data dilakukan melalui teknik survey sehingga data yang diambil dan diolah untuk metode kuantitatif tersebut, penulis menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner tersebut terdiri berdasarkan variabel-variabel yang dikonstruksikan sehingga membentuk pengaruh

engagement motivations, perceived value, dan satisfaction terhadap mobile engagement intention.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan, penelitian ini menggunakan

cross sectional design, yaitu jenis desain penelitian yang terdiri dari pengumpulan informasi

mengenai sampel tertentu dari elemen populasi hanya satu kali. Studi dengan menggunakan

(9)

pemasaran (Malhotra, 2007). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu data primer dan sekunder. Pada penelitian ini, data primer dikumpulkan dengan metode survei menggunakan kuesioner yang terstruktur. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data sekunder melalui studi pustaka untuk membangun landasan teori yang sesuai dengan model penelitian. Studi pustaka dilakukan dengan membaca buku-buku referensi, jurnal, artikel-artikel dan situs-situs web yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini dalam rangka mencari teori-teori dan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan di dalam model penelitian ini.

Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu teknik dimana setiap unsur dalam populasi tidak memilki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Malhotra, 2007). Secara garis besar teknik non-probability sampling dibagi menjadi empat jenis, yaitu convenience sampling, judgmental sampling, quota sampling, dan

snowball sampling. Dalam penelitian ini, jenis non-probability sampling yang digunakan oleh

peneliti adalah convenience sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana peneliti memilih sampel dari anggota populasi yang mudah dijangkau oleh peneliti karena mereka berada pada tempat dan waktu yang tepat sesuai ruang lingkup penelitian ini (Malhotra, 2007). Convenience sampling dipilih karena menurut peneliti memiliki kelebihan yaitu adari segi biaya dan waktu yang dikeluarkan lebih sedikit. Dalam pelaksanaannya, peneliti akan membagikan kuesioner secara langsung maupun secara online di berbagai macam media seperti milis, facebook, twitter, google, dan juga blackberry messenger dengan memberikan

link yang langsung terkait dengan kuesioner kepada responden. Metode pengambilan sampel

yang dilakukan pada penelitian ini akan dilaksanakan di daerah sekitar Jabodetabek. Ukuran sampel merujuk pada jumlah indikator tiap konstruk yang dimasukkan ke dalam penelitian.

Desain Kuesioner

Pada kuesioner penelitian ini terbagi atas beberapa bagian, yaitu bagian screening, pertanyaan inti, dan profil responden. Bagian screening berisikan pertanyaan saringan bagi responden. Pada bagian ini, terdapat pertanyaan untuk memastikan apakah responden benar-benar menggunakan produk smartphone Samsung. Bagian pertanyaan inti merupakan bagian terpenting dari kuesioner karena berisikan indikator-indikator pertanyaan dari setiap variabel yang diteliti. Dalam bagian ini, digunakan skala Likert dengan 6 tingkatan mulai dari poin 1 yang berarti sangat tidak setuju sampai dengan poin 6 yang berarti sangant setuju. Kemudian,

(10)

bagian profil responden merupakan bagian akhir dari kuesioner yang berisikan data diri demografis dan perilaku dari responden, di dalamnya terdapat pertanyaan seperti usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, lama penggunaan produk smartphone Samsung, pengeluaran rata-rata sebulan, pendapatan rata-rata sebulan. Adapun bentuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuisioner dengan pertanyaan terstruktur atau close-ended

question berupa skala yaitu bentuk pertanyaan yang mengharuskan responden untuk

mengambil posisi tertentu sesuai jawaban mereka pada skala yang disajikan. Pada bagian akhir kuesioner terhadap pembahasan mengenai penggunaan smartphone yang terdiri berbagai pilihan jawaban pada setiap pertanyaannya.

Model Penelitian dan Hipotesis

Model yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan jurnal yang berjudul A study

of mobile user engagement (MoEN): Engagement motivations, perceived value, satisfaction, and continued engagement intention yang merupakan hasil penelitian dari Young Hoon Kim,

Dan J. Kim, dan Kathy Wachter (2013). Berikut ini adalah model yang digunakan pada penelitian tersebut.

Sumber: Kim, Young Hoon, Dan J. Kima, Wachter, Kathy (2013) “ A study of mobile user engagement (MoEN): Engagement motivations, perceived value, satisfaction, and continued

engagement intention

Penelitian ini menggunakan dua belas hipotesis yang terdiri dari:

1 H1A. Terdapat pengaruh positif antara utilitarian motivation dengan perceived

value.

2 H1B. Terdapat pengaruh positif antara hedonic motivation dengan perceived value. 3 H1C. Terdapat pengaruh positif antara social motivation dengan perceived value.

(11)

4 H2A. Terdapat pengaruh positif antara utilitarian motivation dengan satisfaction. 5 H2B. Terdapat pengaruh positif antara hedonic motivation dengan satisfaction. 6 H2C. Terdapat pengaruh positif antara social motivation dengan satisfaction.

7 H3A. Terdapat pengaruh positif antara utilitarian motivation dengan mobile

engagement intention.

8 H3B. Terdapat pengaruh positif antara hedonic motivation dengan mobile

engagement intention.

9 H3C. Terdapat pengaruh positif antara social motivation dengan mobile engagement

intention.

10 H4: Terdapat pengaruh positif antara perceived value dengan satisfaction.

11 H5: Terdapat pengaruh positif antara perceived value dengan mobile engagement

intention.

12 H6: Terdapat pengaruh positif antara satisfaction dengan mobile engagement

intention

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 20 dan Lisrel 8.5 dalam mengolah dan menganalisis data yang didapatkan dari kuesioner. Structual Equation Model (SEM) merupakan suatu teknik statistik yang mampu menganalisis variabel latent, variabel indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung. Dengan SEM kita mampu menganalisis hubungan antara variabel latent dengan variabel indikatornya, hubungan antara variabel latent yang satu dengan variabel latent yang lain, juga mengetahui besarnya kesalahan pengukuran.

Uji Validitas dan Reliabilitas a. Analisa Uji Validitas

Dilakukan untuk mengukur seberapa baik konstruksi penelitian didefinisikan oleh variabel pengukuran yang digunakan (Hair et al. 2006). Suatu dimensi dikatakan valid jika indikator atau dimensi tersebut mencapai tujuan hipotesis dengan tepat (Malhotra, 2007). Pengujian pada analisis faktor ini menggunakan Factor Analysis yang dapat digunakan untuk mengukur validitas suatu variabel dan indikator-indikatornya. Hasil dari Factor Analysis berupa KMO (Kaiser Meyer Olkin), Measurement of Sampling

(12)

b. Analisa Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk mengukur kehandalan atau reliabilitas dimana responden termasuk dalam cakupan skala yang sama pada dua waktu yang berbeda dengan kondisi yang dianggap sama (Wijaya, 2009). Peneliti melakukan uji reliabilitas untuk mengukur konsistensi dan reliabiltas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner terhadap variabelnya. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan reliability analysis yaitu metode koefisien alpha (Cronbach’s

Alpha). Besarnya koefisien alpha bervariasi dari 0 sampai 1. Menurut Malhotra

(2007), dengan melihat batas nilai Alpha Cronbach’s lebih besar sama dengan 0.6 maka pertanyaan dalam kuesioner dianggap sudah reliable, konsisten dan relevan terhadap variabel atau faktor dalam penelitian. Bila terbukti skala dalam kuesioner ini dapat diandalkan maka hal ini akan meningkatkan kepercayaan terhadap kehandalan hasil penelitian ini (Hair et al., 2006).

Structural Equation Model (SEM)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan software Lisrel 8.54 dalam mengolah dan menganalisis data yang didapatkan dari kuesioner. Structual Equation Model (SEM) merupakan suatu teknik statistik yang mampu menganalisis variabel latent, variabel indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung. Dengan SEM kita mampu menganalisis hubungan antara variabel latent dengan variabel indikatornya, hubungan antara variabel latent yang satu dengan variabel latent yang lain, juga mengetahui besarnya kesalahan pengukuran.

Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Metode analisa SEM yang digunakan adalah pendekatan CFA. Dalam pendekatan CFA ini peneliti melakukan spesifikasi terlebih dahulu untuk model rinci yang menunjukan hubungan antara variabel laten dan variabel teramati. Hubungan ini bersifat reflektif, yang berarti bahwa variabel-variabel teramati merupakan refleksi dari variabel-variabel laten terkait. Umumnya di dalam SEM hubungan ini memiliki sifat con-generic, yaitu satu variabel teramati hanya mengukur atau merefleksikan sebuah variabel laten.

Penetapan variabel-variabel teramati yang merefleksikan sebuah variabel laten dilakukan berdasarkan substansi dari studi yang bersangkutan. Kemudian model pengukuran berusaha untuk mengkonfirmasi apakah variabel-variabel teramati tersebut memang merupakan refleksi dari sebuah variabel laten. Maka dari itulah analisis model pengukuran ini

(13)

disebut juga sebagai CFA atau Confirmatory Factor Analysis. Hasil akhir CFA diperoleh melalui analisis validitas model pengukuran, uji kecocokan keseluruhan model, dan analisis reliabilitas model (Wijanto, 2008).

Model Struktural

Tahap selanjutnya dari two-step approach setelah melakukan analisis Confirmatory

Factor Analysis (CFA) adalah model struktural, yaitu sebuah hubungan antara konstruk yang

memiliki hubungan sebab akibat yang ditunjukkan dengan adanya variabel dependen dan variabel independen yang berdasarkan teori yang berkaitan dengan adanya hubungan tersebut (Hair et.al, 2006; Santoso, 2007). Kesesuaian model absolut merupakan indikator esensial yang perlu dipenuhi, khususnya RMSEA dan GFI pada nilai yang sesuai..

Analisis Hubungan Kausal

Analisis ini untuk melihat apakah hipotesis yang dibuat telah didukung oleh data yang telah didapat dan memiliki hasil yang signifikan. Data yang dikatakan mendukung hipotesis apabila nilai-t pada persamaan struktural (Structural Equation) ≥ 1,65 maka berarti bahwa koefisien persamaan struktural signifikan dan hipotesis dapat diterima. untuk pengujian hipotesis yang memiliki pengaruh positif (uji kanan) dan t-value ≤ -1,65 untuk hipotesis yang memiliki pengaruh negatif, maka koefisien lintasan persamaan struktural adalah signifikan dan hipotesis diterima. Sebaliknya ketika nilai t-value < 1,65 atau > -1,65 maka variabel laten tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel laten lainnya.

(14)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Penelitian

Pada pelaksanaanya peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner secara online maupun offline di lingkungan Jabodetabek. Dengan jumlah data yang telah ada, maka peneliti dapat memilih 171 responden yang paling layak.

Profil Responden dan Persentase Profil

Usia : Pengguna smartphone samsung terbanyak adalah dengan rentang usia 17-25 tahun dengan persentase 78,4%, disusul oleh responden dengan kategori usia 26-35 tahun dengan persentase sebesar 19,8%, sedangkan untuk kategori usia 36-45 tahun hanya memiliki persentase sebesar 1,8%.

Pekerjaan : Mayoritas pengguna smartphone Samsung terbanyak adalah para pelajar/mahasiswa dengan persentase 56,7%, di ikuti oleh responden dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri/swasta dengan persentase sebesar 33,3%. Sisanya adalah bekerja sebagai wiraswasta dengan persentaase 9,4%, sedangkan untuk yang belum bekerja hanya memiliki persentase sebesar 0,6%.

Pengeluaran : Pada penelitian ini responden yang berpartisipasi juga dilihat karateristiknya berdasarkan pengeluaran perbulan dari masing-masing responden tersebut. Pengguna smartphone Samsung terbanyak adalah pada kategori pengeluaran per bulan < Rp 1.000.000,- dengan persentase 51,4%, di ikuti oleh responden dengan pengeluaran per bulan dengan rentang Rp 1.000.000 - Rp 2.500.000,- dengan persentase sebesar 36,3%. Hal ini berkaitan dengan rata–rata mayoritas profil responden adalah berusia 17-25 tahun dan bekerja sebagai mahasiswa dan pegawai negeri/swasta.

(15)

Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Berikut tabel rangkuman hasil uji validitas dan reliabilitas model struktural dan pengukuran.

Tabel 1 Rangkuman Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Sumber: Output LISREL 8.51 Hasil Olahan Peneliti

Hair (2006) dan Wijanto (2008) menyebutkan, syarat reliabilitas yang baik adalah jika

Construct Reliability >0,70 dan Variance Extracted >0,50. Perhitungan pada Tabel 1

menunjukan nilai Construct Reliability dan Variance Extracted yang sesuai dengan ketentuan tersebut. Hal tersebut menyatakan bahwa reliabilitas model struktural dan pengukuran ini sudah baik karena telah memenuhi dua syarat tersebut. Sehingga semua variabel dapat disertakan dalam model struktural dan pengukuran.

Variabel

Kriteria Validitas Kriteria Reliabilitas

SLF t-value CR VE UM Valid Valid 0,90 0,89 HM Valid Valid 0,92 0,90 SM Valid Valid 0,86 0,81 PV Valid Valid 0,82 0,85 S Valid Valid 0,84 0,87

(16)

Uji Kecocokan Model Pengukuran (Goodness of Fit)

Berikut adalah hasil uji kecocokan keseluruhan model pengukuran yang berhasil diperoleh oleh peneliti :

Tabel 2 Ukuran (Goodness of Fit) Model Pengukuran

Ukuran GOF Kriteria Nilai Keterangan

Goodness of Fit Index (GFI) ≥0.90 0.87 Marginal

Fit Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) ≤ 0.08 0,060 Good Fit Tucker-Lewis Index atau Non Normed Fit Index (TLI

atau NNFI) ≥0.90 0.97 Good Fit

Normed Fit Index (NFI) ≥0.90 0.94 Good Fit

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) ≥0.90 0.83 Marginal

Fit

Relative Fit Index (RFI) ≥0.90 0.92 Good Fit

Incremental Fit Index (IFI) ≥0.90 0.97 Good Fit

Comparative Fit Index (CFI) ≥0.90 0.97 Good Fit

Sumber: Hasil Olahan Peneliti dengan LISREL 8.5 (2014) Uji Kecocokan Model Struktural

Berikut adalah hasil uji kecocokan model struktural yang berhasil diperoleh oleh peneliti :

Tabel 3 Uji Kecocokan (Goodness of Fit) Model Struktural

Ukuran GOF Kriteria Nilai Keterangan

Goodness of Fit Index (GFI) ≥0.90 0.87 Marginal

Fit Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) ≤ 0.08 0,060 Good Fit Tucker-Lewis Index atau Non Normed Fit Index (TLI

atau NNFI)

≥0.90 0.97 Good Fit

Normed Fit Index (NFI) ≥0.90 0.94 Good Fit

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) ≥0.90 0.83 Marginal

Fit

Relative Fit Index (RFI) ≥0.90 0.92 Good Fit

Incremental Fit Index (IFI) ≥0.90 0.97 Good Fit

Comparative Fit Index (CFI) ≥0.90 0.97 Good Fit

Sumber: Hasil Olahan Peneliti dengan LISREL 8.5 (2014)  

   

(17)

Analisis Hubungan Kausal

a) Nilai-t dan koefisien persamaan struktural model penelitian

Berdasarkan hasil output LISREL 8.5 di atas, maka dapat dilakukan beberapa tahapan analisis model struktural sebagai berikut :

Tabel 4 Nilai-t dari Model Struktural

No Path

Nilai

T-Value Kesimpulan 1 Utilitarian Motivation → Perceived

Value 1.07 Positif & Tidak Signifikan

2 Hedonic Motivation → Perceived

Value 2.99 Positif & Signifikan

3 Social Motivation → Perceived

Value

2.69 Positif & Signifikan 4 Utilitarian Motivation →

Satisfaction

3.01 Positif & Signifikan 5 Hedonic Motivation → Satisfaction 2.34 Positif & Signifikan 6 Social Motivation → Satisfaction 2.93 Positif & Signifikan 7 Utilitarian Motivation → Mobile

Engagement Intention 0.84 Positif & Tidak Signifikan

8 Hedonic Motivation → Mobile

Engagement Intention 2.02 Positif & Signifikan

9 Social Motivation → Mobile

Engagement Intention 2.26 Positif & Signifikan

10 Perceived Value → Satisfaction 2.57 Positif & Signifikan 11 Perceived Value → Mobile

Engagement Intention

2.43

Positif & Signifikan 12 Satisfaction → Mobile Engagement

Intention

2.79

Positif & Signifikan Sumber: Hasil Olahan Peneliti dengan LISREL 8.5 (2014)

b) Pengujian Hipotesis dan Analisa Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang ditampilkan pada Bab Metodologi Penelitian dengan kriteria pengujian model struktural yaitu dengan melihat

t-value. Tabel berikut ini menampilkan hasil pengujian hipotesis untuk model struktural

pengaruh dari variabel utilitarian motivation, social motivation, hedonic motivation,

(18)

Tabel 5 Pengujian Hipotesis

Hipotesis Nilai T-Value Keterangan

H1a

Utilitarian motivation memiliki

pengaruh yang tidak signifikan dan positif terhadap perceived value pada pengguna smartphone Samsung

1.07 Data tidak mendukung

hipotesis

H1b

Hedonic motivation memiliki

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap perceived value pada pengguna smartphone Samsung

2.99 Data

mendukung hipotesis

H1c

Social motivation memiliki

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap perceived value pada pengguna smartphone Samsung

2.69 Data

mendukung hipotesis

H2a

Utilitarian motivation memiliki

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap satisfaction pada pengguna

smartphone Samsung

3.01 Data

mendukung hipotesis

H2b

Hedonic motivation memiliki

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap satisfaction pada pengguna

smartphone Samsung

2.34 Data

mendukung hipotesis

H2c

Social motivation memiliki

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap satisfaction pada pengguna

smartphone Samsung

2.93 Data

mendukung hipotesis

H3a

Utilitarian motivation memiliki

pengaruh yang tidak signifikan dan positif terhadap mobile engagement

intention pada pengguna smartphone Samsung

0.84 Data tidak mendukung

(19)

Tabel 5 Hasil Analisis Pengujian Hipotesis (Lanjutan)

Hipotesis Nilai T-Value Keterangan

H3b

Hedonic motivation memiliki

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap mobile engagement

intention pada pengguna smartphone Samsung

2.02 Data

mendukung hipotesis

H3c

Social motivation memiliki

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap mobile engagement

intention pada pengguna smartphone Samsung

2.26 Data

mendukung hipotesis

H4

Perceived value memiliki pengaruh

yang signifikan dan positif terhadap

satisfaction pada pengguna smartphone Samsung

2.57 Data

mendukung hipotesis

H5

Perceived value memiliki pengaruh

yang signifikan dan positif terhadap

mobile engagement intention pada

pengguna smartphone Samsung

2.43 Data

mendukung hipotesis

H6

Satisfaction memiliki pengaruh yang

signifikan dan positif terhadap

mobile engagement intention pada

pengguna smartphone Samsung

2.79 Data

mendukung hipotesis

Sumber: Hasil Olahan Peneliti dengan LISREL 8.5 (2014) Berikut implikasi yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini :

Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan hasil pengujian hipotesis model struktural penelitian sebagai berikut :

Hipotesis 1

a. H1a Utilitarian motivation memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan positif terhadap perceived value pada pengguna smartphone Samsung.

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 1.07. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini kurang dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel utilitarian motivation memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perceived value. Hasil tersebut sesuai dengan hasil temuan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013)

(20)

bahwa utilitarian motivation memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap

perceived value, sehingga responden memiliki suatu persepsi yang berbeda mengenai

motivasi pengguna. Hal tersebut juga dapat dimungkinkan dari hasil pembahasan penggunaan

smartphone bahwa pertimbangan dalam membeli smartphone adalah harga dengan

persentase sebesar 38%, sedangkan alasan seseorang untuk membeli smartphone didominasi karena gaya hidup dengan persentase sebesar 42%.

b. H1b Hedonic motivation memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

perceived value pada pengguna smartphone Samsung

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 2.99. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini adalah lebih dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel hedonic motivation memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perceived value. Hal tersebut sesuai dengan temuan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013) yang menemukan bahwa bahwa hedonic motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perceived value. Dengan demikian hipotesis H1b didukung oleh data dan dapat diterima.

c. H1c Social motivation memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

perceived value pada pengguna smartphone Samsung

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 2.69. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini adalah lebih dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel hedonic motivation memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perceived value. Hal tersebut sesuai dengan temuan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013) yang menemukan bahwa bahwa social motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perceived value. Dengan demikian hipotesis H1c didukung oleh data dan dapat diterima.

Hipotesis 2

d. H2a Utilitarian motivation memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

(21)

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 3.01. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini adalah lebih dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel utilitarian motivation memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap satisfaction. Hal tersebut sesuai dengan temuan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013) yang menemukan bahwa bahwa utilitarian motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap. Dengan demikian hipotesis H2a didukung oleh data dan dapat diterima. e. H2b Hedonic motivation memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

satisfaction pada pengguna smartphone Samsung

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 2.34. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini adalah lebih dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel hedonic motivation memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap satisfaction. Hal tersebut sesuai dengan temuan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013) yang menemukan bahwa bahwa hedonic motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap. Dengan demikian hipotesis H2b didukung oleh data dan dapat diterima.

f. H2c Social motivation memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

satisfaction pada pengguna smartphone Samsung

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 2.93. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini adalah lebih dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel social motivation memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap satisfaction. Hal tersebut sesuai dengan temuan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013) yang menemukan bahwa bahwa social motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Dengan demikian hipotesis H2c didukung oleh data dan dapat diterima.

Hipotesis 3

g. H3a Utilitarian motivation memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan positif terhadap mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung

(22)

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 0.84. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini kurang dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel utilitarian motivation memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap mobile engagement intention. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil temuan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013) bahwa utilitarian motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention. Berdasarkan hasil penggunaan smartphone yang tergambar dalam pembahasan yang berasal dari penelitian ini, bahwa persentase

utilitarian motivation jauh lebih kecil, hanya 17% jika dibandingkan dengan 2 faktor

motivasi yang lainnya yang membuat orang akan terus terlibat pada smartphone, sedangkan fasilitas yang sering digunakan dalam smartphone didominasi untuk hiburan dengan persentase sebesar 40%.

h. H3b Hedonic motivation memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 2.02. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini adalah lebih dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel hedonic motivation memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention pada pengguna

smartphone Samsung. Hal tersebut sesuai dengan temuan dari hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013) yang menemukan bahwa bahwa hedonic

motivation para pengguna smartphone memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap mobile engagement intention. Dengan demikian hipotesis H3b didukung oleh data dan dapat diterima.

i. H3c Social motivation memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 2.26. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini adalah lebih dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel social motivation memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Mobile Engagement Intention. Hal tersebut sesuai

(23)

dengan temuan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013) yang menemukan bahwa bahwa social motivation para pengguna smartphone memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention. Dengan demikian hipotesis H3c didukung oleh data dan dapat diterima.

Hipotesis 4

j. H4 Perceived value memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap satisfaction pada pengguna smartphone Samsung

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 2.57. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini adalah lebih dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel perceived value memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap satisfaction. Hal tersebut sesuai dengan temuan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013) yang menemukan bahwa bahwa perceived value para pengguna smartphone memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap satisfaction. Dengan demikian hipotesis H4 didukung oleh data dan dapat diterima.

Hipotesis 5

k. H5 Perceived value memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 2.43. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini adalah lebih dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel perceived value memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention. Hal tersebut sesuai dengan temuan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013) yang menemukan bahwa bahwa perceived value para pengguna smartphone memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention. Dengan demikian hipotesis H5 didukung oleh data dan dapat diterima

(24)

Hipotesis 6

l. H6 Satisfaction memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung

Berdasarkan hasil output dari LISREL 8.5 yang ditampilkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pengolahan dari data model struktural variabel penelitian diperoleh nilai t-value sebesar 2.79. Hasil t-value yang diperoleh dari pengolahan data ini adalah lebih dari 1.65, maka dapat disimpulkan bahwa variabel satisfaction memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention. Hal tersebut sesuai dengan temuan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Young Hon Kim, 2013) yang menemukan bahwa bahwa satisfaction para pengguna smartphone memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention. Dengan demikian hipotesis H6 didukung oleh data dan dapat diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh engagement motivations, perceived

value, dan satisfaction terhadap mobile engagement intention (Studi Kasus: smartphone

merek Samsung). Setelah melakukan analisis data dengan menggunakan structural equation

modelling, menunjukkan bahwa data pada penelitian ini memiliki kecocokan dengan

pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang diajukan pada penelitian juga berhasil membentuk model yang good fit baik secara pengukuran maupun struktural. Peneliti berhasil mendapatkan hasil berupa kesimpulan berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Utilitarian motivation memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan

terhadap perceived value pada pengguna smartphone Samsung.

2. Hedonic motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perceived value pada pengguna smartphone Samsung.

3. Social motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perceived value pada pengguna smartphone Samsung.

4. Utilitarian motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap satisfaction pada pengguna smartphone Samsung.

(25)

5. Hedonic motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap satisfaction pada pengguna smartphone Samsung.

6. Social motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap satisfaction pada pengguna smartphone Samsung.

7. Utilitarian motivation memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan

terhadap mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung. 8. Hedonic motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung.

9. Social motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung.

10. Perceived value memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap satisfaction pada pengguna smartphone Samsung.

11. Perceived value memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung.

12. Satisfaction memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung.

Implikasi Manajerial

1. Berdasarkan kesimpulan 1, 2 dan 3 yaitu utilitarian motivation memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap perceived value pada pengguna smartphone Samsung, hedonic motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perceived value pada pengguna smartphone Samsung dan social motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perceived value pada pengguna smartphone Samsung. Implikasi manajerial yang dapat dibentuk khususnya untuk para pemasar adalah agar dapat lebih jeli lagi dalam melihat faktor apa saja yang mempengaruhi

perceived value, terutama untuk faktor utilitarian motivation yang ternyata

pengaruhnya tidak signifikan. Hal ini menggambarkan bahwa pengguna tidak terlalu menganggap penting faktor motivasi utilitarian yaitu manfaat

smartphone untuk mengupdate informasi terbaru dan mengorganisir jadwal.

Untuk hedonic motivation dan social motivation memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini mencerminkan bahwa pengguna lebih menggunakan

smartphone untuk kepentingan seperti hiburan dan berkomunikasi serta

(26)

perusahaan harus lebih mengfokuskan terhadap 2 unsur motivasi saja dengan lebih mengedepankan fitur-fitur yang berbasis terhadap hedonic dan social motivation saja. Salah satunya dengan meluncurkan Samsung Galaxy S5, ponsel yang memiliki kualitas yang baik dan sangat mendukung untuk mempermudah aktifitas hiburan dan komunikasi.

2. Berdasarkan kesimpulan 4, 5 dan 6 yaitu utilitarian motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap satisfaction pada pengguna

smartphone Samsung, hedonic motivation memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap satisfaction pada pengguna smartphone Samsung dan

social motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap satisfaction pada pengguna smartphone Samsung. Implikasi manjerial yang

dapat dibentuk adalah dengan mengetahui ketiga motivasi itu akan memperngaruhi suatu tingkat kepuasan bagi para penggunanya. Diharapkan para manajemen smartphone Samsung juga dapat terus menjaga 3 nilai dari motivasi utama. Salah satu caranya dengan melakukan roadshow ke beberapa tempat di Indonesia untuk dapat menciptkan interaksi langsung kepada para pengguna dengan memberikan pemahaman keunggulan produknya di banding dengan produk-produk pesaing. Dapat juga dengan meningkatkan kualitas pelayanan konsumen dan membantu pemecahan masalah bagi para pengguna. 3. Berdasarkan kesimpulan 7, 8 dan 9 yaitu utilitarian motivation memiliki

pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap mobile engagement

intention pada pengguna smartphone Samsung, hedonic motivation memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung dan social motivation memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mobile engagement intention pada pengguna smartphone Samsung. Implikasi manajerial yang dapat dibentuk khususnya untuk para pemasar smartphone samsung agar dapat mengetahui, terutama pada variabel utilitarian motivation karena ditemukan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap mobile engagement intention. Peneliti menyarankan agar pihak manajemen smartphone Samsung meninjau kembali ulang konten–konten yang ada di dalamnya, karena hasil penelitian ini menemukan bahwa hedonic dan social motivation terhadap mobile

engagement intention memiliki hubungan yang signifikan. Salah satu cara

(27)

terhadap produknya khususnya yang berkaitan dengan social dan hedonic supaya dapat membangun kepuasan dan loyalitas yang berkelanjutan dan merekomendasikan keterlibatannya kepada orang lain. Selain itu perusahaan juga dapat mengadakan program undian dan loyalty bagi para pengguna baru dan lama, dengan adanya program tersebut diharapkan dapat membuat pengguna smartphone Samsung untuk terus menggunakan dan terlibat dalam jangka panjang.

Keterbatasan dan Saran Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan antara lain sebagai berikut.

1. Pernyataan pada kuesioner penelitian ini merupakan replikasi dari jurnal utama peneliti, dimana pernyataan dalam tiap variabel khususnya variabel

social, hedonic motivation, dan mobile engagement intention hanya berjumlah

3 (tiga) atau 2 (dua) saja.

2. Penelitian ini tidak memasukkan kriteria responden berdasarkan faktor sosial dan ekonomi, sehingga hasil dari penelitian ini di dapat kecenderungan adanya perbedaan pola pikir dan perilaku pada masyarakat. dengan kelas sosial dan ekonomi yang berbeda dapat memperlihatkan hasil yang berbeda pula sehingga dapat dihasilkan penelitian yang lebih mendalam.

3. Penelitian ini hanya membahas 1 (satu) studi kasus saja dengan tidak melakukan perbandingan dengan produk pesaing.

4. Penelitian ini menemukan bahwa variabel utilitarian motivation terhadap

mobile engagement intention yang tidak signifikan dengan penelitian jurnal

utama dikarenakan kecepatan jaringan internet di Indonesia sangat terbatas dan berbeda jika dibandingkan dengan di luar negeri, masyarakat cenderung untuk tidak hanya mengakses informasi melalui smartphone saja tapi bisa menggunakan media cetak, radio ataupun televisi, hal ini mengakibatkan kurang terciptanya engagement intention yang kuat pada smartphone khususnya di Indonesia, selain itu jurnal utama pada penelitian ini menggunakan program PLS dalam mengolah model strukturalnya, sedangkan peneliti hanya menggunakan LISREL dalam pengolahan model strukturalnya dikarenakan keterbatasan software yang beredar di lingkungan peneliti.

(28)

Berdasarkan keterbatasan tersebut, diperlukan adanya perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang. Berikut ini adalah saran yang dapat dipertimbangkan dalam pengembangan untuk penelitian selanjutnya

1. Menambahkan beberapa pernyataan pada masing-masing variabel berdasarkan literatur atau jurnal pendukung yang sesuai dengan topik yang dibahas, hal ini akan memperkuat gambaran dari masing-masing variabel yang akan di uji. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memasukkan kriteria berdasarkan

faktor sosial dan ekonomi responden. Faktor sosial dan ekonomi ini salah satunya adalah kelas sosial yang dapat diketahui dengan melakukan penyebaran kuesioner pada tempat–tempat dan target yang lebih spesifik, salah satunya responden menengah ke atas. dengan kelas sosial dan ekonomi yang berbeda dapat memperlihatkan hasil yang berbeda pula sehingga dapat dihasilkan penelitian yang lebih mendalam.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti antara 2 brand smartphone yang berbeda, supaya dapat melihat secara lebih mendetail karakter dan perilaku konsumen terhadap dari masing–masing brand, tidak sekedar melihat dari 1 sudut pandang saja.

4. Melakukan analisis model struktural dengan menggunakan program PLS dalam penelitian.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Kim, Young Hoon, Dan J. Kima, Wachter, Kathy., 2013. A study of mobile user engagement (MoEN): Engagement motivations, perceived value, satisfaction, and continued engagement intention Journal of Decison Support Systems 361 – 370.

Abigail A. Scholer, E. Tory Higgins., 2009. Exploring the complexities of value creation: The role of engagement strength. Journal of Consumer Psychology 137 – 143.

W.A. Kahn., 1990. Psychological conditions of personal engagement and disengagement at work, Academy of Management Journal 33 (4) 692–724.

R.L. Oliver., 1980. A cognitive model of the antecedents and consequences of satisfaction decisions, Journal of Marketing Research 460–469.

G. Kearsley, B. Shneiderman., 1998. Engagement theory: a framework for technologybased teaching and learning, Educational Technology 38 (5) 20–23.

Aurier, Philip., N’Goala, Gilles., 2010. The Differing and Mediating Roles of Trust and Relationship Commitment in Service Relationship Maintenance and Development. Academy of Marketing Science, 303–325.

Cooper, Donald R and Pamela S. Schindler., 2006. Business Research Method. 9th ed. New York: McGraw-Hill.

Low, G.S. and Lamb, C.W., Jr., 2000. “The measurement and dimensionality of brand associations”, Journal of Product and Brand Management, Vol. 9 No. 6, pp. 350-68.

Cooper, Donald R and Pamela S. Schindler., 2006. Business Research Method. 9th ed. New York: McGraw-Hill.

Doney, P.M. and J.P. Cannon., 1997. An eximination of the nature trust in buyer seller relationship. Journal of marketing, vol 61.

Malhotra, Naresh K., 2007. Marketing Research: An Applied Orientation. 5th Ed., New Jersey : Pearson Education, Inc.

Peter, J. Paul and Jerry C. Olson., 2010. Consumer Behavior & Marketing Strategy. 9th ed. New York: McGraw-Hill.

Chen, Ching-Fu ., 2009. Experience quality, perceived value, satisfaction and behavioral intentions for heritage tourists. Journal of Tourist Management 31, pp. 29-35.

(30)

Lau, G. T. and Lee, S. H., 1999. “Consumers’ trust in a brand and the link to brand loyalty”.

Journal of MarketFocused Management. 4, pp. 341-370.

Schiffman, Leon G. and Leslie Lazar Kanuk., 2010. Consumer Behavior. 10th ed. United States of America: Pearson - Prentice Hall.

Tjiptono, Fandy., 2000. Strategi Pemasaran. Jakarta: Andi Publisher.

Hair, dkk.., 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. New Jersey : Pearson .

EducationKotler, Philip. Marketing Manajemen, 11th Edition Prentice Hall Int’l, New Jersey, 2003, p. 138.

Zeithaml, Valarie A. and Bitner, Mary Jo. Service Marketing. McGraw Hill Inc, Int’l Edition, New York, 2003, p.162

Guilitnan,Joseph,P,Paul,Gordon W and Madden, Thomas J. 1997. Marketing Management. 6th edition. McGraw-Hill Companies.Hal 6

Lovelock, Christoper H dan Wright, Lauren. K., 2005. Manajemen Pemasaran Jasa. Indeks. Schiffman, Leon. G and Kanuk, Leslie Lazar., 2004. Consumer Behaviour 8th edition. Pearson Prentice Hall.

Rangkuti, Freddy., 2002. Measuring Customer Satisfaction. Gramedia ustaka Utama. Bhote, Keki R. 1996. Beyond Customer Satisfaction to Customer Loyalty. American Management Association.

Kotler, Philips. Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Edisi Milenium, PT Prenhalindo, Jakarta, 2002.

Wijanto., 2008. Structural equation modeling dengan lisrel 8.8: konsep dan tutorial, Graha Ilmu, Yogyakarta.

(31)

Gambar

Tabel 1 Rangkuman Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 2 Ukuran (Goodness of Fit) Model Pengukuran
Tabel 4 Nilai-t dari Model Struktural
Tabel 5 Pengujian Hipotesis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari variabel-variabel Country Of Origin, Perceived Value, dan Minat beli peneliti ingin meneliti apakah Country Of Origin dari handphone yang berasal dari China

Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan pada kesempatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh Country Of Origin terhadap Perceived Value dan Minat

ANGKET COUNTRY OF ORIGIN, PERCEIVED VALUE.. DAN

antara perceived value dengan loyalty pada pelanggan The Sunan Hotel. diperoleh nilai C.R &gt; dari

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji peran mediasi nilai yang dirasakan ( perceived value ) dan kepuasan pelanggan ( customer satisfaction ) dalam

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutami ( 2016 ), Siti Hamidah (2013), dan Yessika Alana (2013) menunjukkan bahwa fitur

Bagi perusahaan, dengan melihat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel perceived value merupakan variabel yang paling berpengaruh siginifikan baik terhadap