• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR TEH PTPN

6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN

Analisis regresi berganda dengan metode OLS didasarkan pada beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. Asumsi-asumsi tersebut diujikan pada model yang digunakan. Variabel indpenden yang digunakan dalam model adalah volume produksi PTPN (X1), harga ekspor teh PTPN (X2), kurs rupiah terhadap dollar (X3), harga teh domestik (X4), harga kopi (X5), volume ekspor periode t-1 (X6), harga ekspor teh periode t-1 (X7), volume produksi periode t-1 (X8), dan curah hujan Indonesia (X9). Sedangkan variabel dependennya adalah volume ekspor teh PTPN (Y).

6.1.1. Pengujian Asumsi

Uji Normalitas dilakukan untuk melihat apakah error atau data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji ini bisa dilakukan dengan metode kolmogorov Smirnov (Lampiran 3). Pada One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dihasilkan Nilai-p(0.825). Nilai tersebut lebih besar dari alpha lima persen maka terima H0, artinya galat menyebar normal sehingga model tersebut memiliki error yang terdistribusi normal yang berarti data tersdistribusi secara normal. Keadaan tersebut memenuhi asumsi regresi linear berganda.

Uji Park digunakan untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas. Kondisi heteroskedastisitas merupakan kondisi yang melanggar asumsi dari regresi linear. Heteroskedastisitas menunjukkan nilai varian dari variabel bebas yang berbeda, sedangkan asumsi yang dipenuhi dalam linear berganda adalah mempunyai varian yang sama atau homoskedastisitas. Pengambilan keputusan yang digunakan adalah jika P-value lebih besar dari lima persen maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

(2)

Tabel. 9 Hasil Uji Homoskedastisitas Terhadap Semua Variabel Independen

Peubah Nilai - P Kesimpulan

Volume produksi (kg) 0,727 Homoskedastisitas

Harga ekspor (Rp) 0,653 Homoskedastisitas

Kurs Rp/$ 0,816 Homoskedastisitas

Harga domestic (Rp) 0,838 Homoskedastisitas

Harga kopi (Rp) 0,774 Homoskedastisitas

Volume ekspor periode t-1 (kg) 0,828 Homoskedastisitas Harga ekspor periode t-1 (Rp) 0,919 Homoskedastisitas Volume produksi periode t-1 (kg) 0,735 Homoskedastisitas Curah hujan Indonesia (mm) 0,661 Homoskedastisitas

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Nilai-p untuk peubah volume produksi adalah 0,727 nilai tersebut lebih besar dari alpha lima persen. Nilai-p untuk peubah harga ekspor adalah 0,653 nilai tersebut lebih besar dari alpha lima persen. Nilai-p untuk peubah kurs rupiah adalah 0,816, nilai tersebut lebih besar dari alpha lima persen. Nilai-p untuk peubah harga domestik adalah 0,838, nilai tersebut lebih besar dari alpha lima persen. Nilai-p untuk peubah harga kopi adalah 0,774, nilai tersebut lebih besar dari alpha lima persen. Nilai-p untuk peubah volume ekspor periode t-1 adalah 0,828, nilai tersebut lebih besar dari alpha lima persen. Nilai-p untuk peubah harga ekspor teh periode t-1 adalah 0,919, nilai tersebut lebih besar dari alpha lima persen. Nilai-p untuk peubah volume produksi periode t-1 teh periode t-1 adalah 0,735, nilai tersebut lebih besar dari alpha lima persen. Nilai-p untuk peubah curah hujan Indonesia adalah 0,661, nilai tersebut lebih besar dari alpha lima persen. Semua variabel bebas diatas mempunyai nilai-p lebih besar dari alpha lima persen, sehingga dapat disimpulkan tidak ada masalah heteroskedastisitas yang berarti data dalam model ekspor teh PTPN mempunyai variasi yang sama, hal itu memenuhi asumsi analisis regresi linear berganda.

Multikolinearitas mengacu pada kondisi dimana terdapat korelasi linear diantara variabel bebas sebuah model. Jika dalam suatu model terdapat multikolinear maka akan menyebabkan nilai R2 yang tinggi dan lebih banyak variabel bebas yang tidak signifikan daripada variabel bebas yang signifikan atau bahkan tidak ada satu pun, oleh karena itu multikolinear harus dihindari. Uji Multikolinearitas dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel independennya. Apabila nilai VIF

(3)

pada masing-masing variabel independennya kurang dari sepuluh maka variabel independen tersebut tidak terdapat masalah multikolinearitas. Nilai VIF dari kesepuluh variabel independen yang ada semuanya kurang dari sepuluh, yaitu volume produksi 1,553, harga ekspor 4,953, kurs rupiah/$ 2,506, harga domestik 2,732, harga kopi 1,647, volume ekspor periode 1 5,376, harga ekspor periode t-1 6,549, volume produksi periode t-t-1 3,346, dan curah hujan Indonesia t-1,476. Hal ini menunjukkan tidak terdapat masalah multikolinearitas pada semua variabel independen yang berarti variebel-variabel bebas pada model ekspor teh PTPN tidak mempunyai keterkaitan.

Dalam data time series sering dijumpai adanya masalah autokorelasi sehingga perlu dilakukan uji autokorelasi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah error pada suatu persamaan bersifat independen atau dependen. Masalah autokorelasi dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson (Lampiran ). Hasil uji statistik Durbin Watson menunjukan nilai d = 1,952, nilai ini berada diantara du (1,77) dan 4-du (2,23) sehingga dapat dinyatakan berada di daerah dimana tidak terjadi autokorelasi. Dengan demikian tidak ada masalah autokorelasi yang terjadi dalam model ekspor teh PTPN yang berarti data dalam model ekspor teh PTPN saling bebas dan tidak terpengaruh perbedaan waktu.

6.1.2. Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil analisis regresi ekspor teh PTPN dengan metode OLS menghasilkan persamaan ekspor sebagai berikut :

Y = 753862.314+ 0,292 X1 + 165,662 X2 + 28,839 X3 + 28,102 X4 + 6,160 X5 + 0,319 X6 – 130,233 X7 – 0,012 X8 + 1019,276 X9

Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien dari masing-masing variabel indpenden yang digunakan dalam model ada yang memiliki tanda (positif atau negatif) yang sesuai dengan hipotesis dan ada pula yang tidak sesuai dengan hipotesis yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat pada Tabel 10.

(4)

Tabel 10. Hasil Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN

Variabel Koefisien P-Value VIF

Constant 753862.314 0.383

Volume produksi teh PTPN (kg) 0.292 0 1.533

Harga ekspor teh PTPN (Rp) 165.662 0.001 4.953

Kurs Rp/$ 22.839 0.83 2.506

Harga teh domestik (Rp) 28.102 0.743 2.732

Harga kopi (Rp) 6.16 0.918 1.647

Volume ekspor teh PTPN periode t-1 (kg) 0.319 0.058 5.376 Harga ekspor teh PTPN perode t-1 (Rp) -130.233 0.019 6.549 Volume produksi teh PTPN periode t-1 (kg) -0.012 0.844 3.346 Curah hujan Indonesia (mm) 1019.276 0.461 1.476

R-sq 78,6%

R-sq (adj) 74,2%

F-hitung 17.959

Durbin Watson 1.952

Hasil regresi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN menunjukkan determinasi R2 sebesar 74,2 persen yang berarti bahwa 74,2 persen perubahan volume ekspor teh PTPN dapat diterangkan oleh variasi variabel independen dalam model, sedangkan sisanya sebesar 25,8 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model.

Nilai F-hitung yang diperoleh sebesar 17,959, nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai F-tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel independen yang terdapat pada model berpengaruh secara bersama-sama terhadap ekspor teh PTPN pada taraf nyata lima persen.

Hasil regresi memperlihatkan ada beberapa variabel independen yang berpengaruh nyata dan ada pula yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel independen yang berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen atau signifikan pada pada tingkat kepercayaan 95 persen terhadap volume ekspor teh PTPN adalah volume produksi dengan nilai-p (0.000), harga ekspor dengan nilai-p (0.001), volume ekspor periode t-1 dengan nilai-p (0,058), harga ekspor periode t-1 dengan nilai-p (0,019), dan curah hujan Indonesia dengan nilai-p (0,0461) karena semua nilai-p dari semua variabel independen tersebut lebih kecil dari nilai alpha lima persen. Sedangkan variabel independen yang tidak berpengaruh nyata pada taraf lima persen adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga domestik, harga kopi, dan volume produksi teh

(5)

periode t-1, karena nilai-p dari kelima variabel independen tersebut lebih besar dari nilai alpha lima persen.

Analisis pengaruh variabel independen pada hasil regresi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Volume Produksi

Perubahan volume produksi teh akan mempengaruhi penawaran teh tersebut. Semakin besar teh yang diproduksi maka akan semakin besar jumlah teh yang diekspor oleh perusahaan, ceteris paribus. Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh, nilai koefisien volume produksi memberikan pengaruh yang positif terhadap volume ekspor dengan nilai koefisien 0,292 dan berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen. Tanda positif pada koefisien volume produksi menunjukkan bahwa peningkatan produksi sebesar satu kg akan meningkatkan volume ekspor teh PTPN sebesar 0,292 kg.

Variabel volume produksi berpengaruh nyata pada taraf lima persen, artinya variabel tersebut menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan bagi PTPN untuk terus melakukan peningkatan produksi. Dalam teori penawaran dijelaskan apabilai produksi naik maka jumlah barang yang akan ditawarkan akan naik juga. Pada saat terjadi peningkatan produksi, PTPN akan berusaha meningkatkan volume ekspornya. Hal itu bisa terlihat dari tren volume produksi dan volume ekspor, dimana pada saat volume produksi naik maka volume ekspor pun mengalami kenaikan 2. Harga Ekspor

Koefisien harga ekspor teh PTPN bernilai 165,662 dan berpengaruh positif terhadap volume ekspor teh PTPN. Artinya apabila terjadi peningkatan harga ekspor teh sebesar satu rupiah maka akan berdampak pada peningkatan volume ekspor teh PTPN sebesar 165,662 kg. Hal ini sesuai dengan teori penawaran yang menyatakan bahwa apabila harga suatu komoditi naik maka kuantitas komoditi yang ditawarkan akan bertambah. Fakta dilapangan juga menunjukan demikian, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir disaat harga teh terus meningkat PTPN terus meningkatkan produksinya agar bisa menawarkan produknya dalam jumlah banyak

(6)

sehingga diharapkan volume ekspornya bisa meningkat. Dewan Teh Indonesia (DTI) berencana menerapkan pola lelang teh berbasis on-line dalam perdagangan di Kantor Pemasaran Bersama PTPN (Jakarta Tea Auction/JTA) untuk mendongkrak harga jual komoditas itu dipasaran internasional. Menurut Ketua DTI, selama ini pola lelang teh Indonesia dalam JTA itu masih menggunakan pola konvensional kehadiran fisik calon-calon pembeli dalam tawar menawar harga komoditas tersebut. Dalam JTA itu hadir 20-an calon pembeli, tapi yang aktif melakukan pembelian hanya lima atau enam pembeli saja.

Harga ekspor teh pada model ekspor PTPN memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume ekspor pada taraf nyata lima persen. Artinya variabel tersebut menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan bagi PTPN dalam melakukan ekspor.

3. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar

Nilai tukar yang digunakan dalam model ini adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar. Variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen dan berpengaruh positif terhadap ekspor teh. Koefisien regresi sebesar 22,839 berarti bahwa peningkatan nilai tukar sebesar satu rupiah per dollar akan meningkatkan volume ekspor teh PTPN sebesar 22,839 kg.

Koefisien regresi variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar menunjukkan nilai yang positif. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang diharapkan dalam model, dimana koefisien tersebut bernilai negatif artinya secara teori meningkatnya nilai tukar akan menyebabkan harga teh PTPN di pasar teh internasional cenderung lebih mahal bila dibandingkan dengan yang lainnya sehingga daya saing menjadi lebih rendah dari segi harga dan akan menyebabkan jumlah produk yang diminta menurun. Perbedaan tersebut diduga karena pihak PTPN tidak terlalu merespon perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar. Selain itu dalam kurun waktu tiga tahun terakhir nilai tukar rupiah terhadap dollar cendrung stabil sehingga PTPN tidak terlalu terpengaruh dengan perubahan nilai tukar tersebut terhadap volume ekspornya.

(7)

4. Harga domestik

Nilai koefisien dari hasil regresi harga domestik adalah 28,102, artinya bahwa jika terjadi kenaikan harga domestik sebesar satu rupiah akan meningkatkan volume ekspor teh PTPN sebesar 28,102 kg. Harga domestik tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh PTPN pada taraf nyata lima persen. Artinya harga domestik tidak menjadi pertimbangan utama bagi PTPN dalam melakukan ekspor

Koefisien harga teh domestik tidak sesuai dengan hipotesis awal yang diharapkan, yaitu jika harga domestik suatu barang meningkat maka jumlah yang ditawarkan di pasar dalam negeri akan meningkat, dan akan mengakibatkan jumlah barang yang diekspor menjadi berkurang. Hal itu diperkirakan terjadi karena kisaran harga teh domestik jauh lebih rendah dibanding harga ekspor, selain itu orientasi PTPN selama ini memang menghkhususkan untuk ekspor.

5. Harga Kopi

Hipotesis awal terhadap variabel harga kopi dunia adalah positif, karena diasumsikan bahwa kopi merupakan barang subtitusi bagi teh. Hasil regresi menunjukkan koefisien harga kopi sebesar 6,16 yang berarti bahwa jika terjadi kenaikan harga kopi sebesar satu rupiah akan menaikan volume ekspor teh PTPN sebesar 6,16 kg. Hasil regresi terhadap harga kopi menunjukan nilai positif, artinya kopi bagi konsumen teh merupakan barang subtitusi teh meskipun pengaruhnya tidak nyata, hal itu terjadi mengingat teh dan kopi sama-sama komoditas perkebunan yang diolah menjadi minuman.

Variabel harga kopi tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh PTPN pada taraf nyata lima persen. Hal ini menunjukan bahwa harga kopi bukan merupakan faktor utama yang dipertimbangkan PTPN dalam melakukan ekspor teh. Hal tersebut diduga karena cita rasa kopi dan teh yang jauh berbeda meskipun sama-sama minuman produk olahan perkebunan, sehingga konsumen kopi dan teh terpisah secara sendiri-sendiri dan tidak terpengaruh satu sama lain.

(8)

6. Volume Ekspor periode t-1

Koefisien volume ekspor teh periode sebelumnya memberikan pengaruh yang positif terhadap volume ekspor teh PTPN dengan nilai koefisien 0,319. Tanda positif pada koefisien volume ekspor teh periode sebelumnya menunjukan bahwa peningkatan volume ekspor teh PTPN periode sebelumnya sebesar satu kg akan meningkatkan volume ekspor teh PTPN periode berikutnya sebesar 0,319 kg. Variabel volume ekspor periode sebelumnya berpengaruh nyata pada taraf lima persen terhadap volume ekspor teh PTPN. Artinya variabel tersebut menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan untuk melakukan ekspor ke negara tersebut. Hal itu sesuai dengan hipotesis awal, PTPN akan merespon positif peningkatan volume ekspor periode sebelumnya.

7. Harga ekspor teh periode t-1

Koefisien harga ekspor teh periode sebelumnya tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan, dimana dalam teorinya jika harga suatu produk meningkat maka jumlah yang ditawarkan akan meningkat pula. Hasil regresi yang diperoleh menunjukan nilai yang negatif yaitu sebesar -130,233, artinya jika terjadi kenaikan harga ekspor teh PTPN periode sebelumnya sebesar satu rupiah maka akan menurunkan volume ekspor teh PTPN periode berikutnya sebesar 130,233 kg.

Nilai koefisien yang negatif disebabkan karena harga ekspor yang meningkat tidak diikuti dengan produksi yang meningkat dengan cepat sehingga volume yang diekspor tidak bertambah atau bahkan cenderung berkurang.

Variabel harga ekspor periode sebelumnya berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen, artinya variabel tersebut menjadi faktor yang menjadi pertimbangan PTPN untuk melakukan ekspor.

8. Volume produksi teh PTPN periode t-1

Koefisien volume produksi teh PTPN periode sebelumnya tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan, dimana dalam teorinya jika volume produksi suatu produk meningkat maka jumlah yang ditawarkan akan meningkat pula. Hasil regresi yang diperoleh menunjukan nilai yang

(9)

negatif yaitu sebesar -0,012, artinya jika terjadi kenaikan volume produksi teh PTPN periode sebelumnya sebesar satu kg maka akan menurunkan volume ekspor teh PTPN periode berikutnya sebesar 0,012 kg.

Penurunan tersebut diduga karena PTPN tidak maskimal dalam menawarkan produknya, selain itu masalah kualitas bisa menjadi salah satu penyebab kenapa PTPN tidak bisa memaksimalkan penawarannya disaat produksinya meningkat.

9. Curah hujan Indonesia

Koefisien curah hujan indonesia memberikan pengaruh yang positif terhadap volume ekspor teh PTPN dengan nilai koefisien 1019,276. Tanda positif pada koefisien curah hujan indonesia menunjukan bahwa peningkatan curah hujan Indonesia sebesar satu mm akan meningkatkan volume ekspor teh PTPN sebesar 1019,276 kg. Variabel curah hujan Indonesia berpengaruh nyata pada taraf lima persen terhadap volume ekspor teh PTPN. Artinya variabel tersebut menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan. Hal itu sesuai dengan hipotesis awal, PTPN akan sangat memperhatikan masalah curah hujan, karena hal itu akan berdampak langsung terhadap volume produksi dan kualitas teh, mengingat teh adalah tanaman yang memerlukan banyak air dalam pertumbuhannya. Jika curah hujan meningkat maka dimungkinkan volume produksi dan kualitas akan meningkat, dan jika volume produksi meningkat dimungkinkan volume ekspor akan meningkat. Asosiasi Teh Indonesia menyatakan jika terjadi badai El Nino, produksi hasil perkebunan teh PTPN dipastikan turun sampai 50 persen sama seperti hasil produksi selama musim kemarau panjang yang terjadi pada tahun 2003 lalu.

6.2 Faktor-faktor yang Tidak Dijelaskan Oleh Model

Berdasarkan hasil regresi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN, diperoleh nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 74,2 persen. Koefisien determinasi menjelaskan berapa besar variabel-variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Artinya model hanya mampu menerangkan perubahan volume ekspor sebesar koefisien determinasi yang diperoleh (74,2

(10)

persen), sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model (25,8 persen).

Penulis mencoba menganalisis secara deskriptif faktor-faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap ekspor teh PTPN yang tidak dapat diterangkan dalam model, meliputi tarif, dan banyaknya pesaing yang menentukan tingkat persaingan. Faktor-faktor tersebut berdasarkan penelitan terdahulu yang bahasannya sama yaitu ekspor.

6.2.1 Tarif

Hambatan perdagangan yang paling penting dalam perdagangan internasional adalah tarif. Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial. Ditinjau dari aspek asal komoditas ada dua macam tarif yaitu tarif ekspor dan impor. Tarif ekspor merupakan pajak untuk setiap komoditas yang diekspor. Tarif impor yaitu pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain. Besar kecilnya tarif akan mempengaruhi jumlah komoditi yang akan diekspor. Apabila tarif tidak terlalu besar produsen akan tertarik mengekspor dalam jumlah besar, dan sebaliknya. Dalam ekspor teh, tarif cukup mempengaruhi jumlah yang akan diekspor ke negara tujuan. Tarif yang besar jelas akan memberatkan produsen teh, karena biaya yang dikeluarkan akan menjadi besar. Hal itu menyebabkan teh yang akan dijual harganya menjadi mahal, dan dampaknya teh tersebut akan sulit bersaing di pasaran.

6.2.2 Pesaing

Pesaing merupakan salah satu variabel independen yang ikut mempengaruhi volume ekspor. Pesaing adalah negara-negara yang menghasilkan produk yang sama dan memuaskan pelanggan yang sama. Pesaing PTPN berasal dari negara-negara produsen teh dunia seperti Kenya, Sri lanka, India, China, dan Vietnam. Besar kecilnya jumlah yang diekspor oleh pesaing akan mempengaruhi jumlah yang akan diekspor oleh PTPN.

(11)

6.3 Resume

Hasil analisis penunjukkan bahwa volume ekspor teh dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu volume produksi PTPN, harga ekspor teh PTPN, kurs rupiah terhadap dollar, harga teh domestik, harga kopi, volume ekspor periode t-1 , harga ekspor teh periode t-1, volume produksi periode t-1, dan curah hujan Indonesia. Variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh PTPN antara lain, volume produksi, harga ekspor teh PTPN, volume ekspor periode sebelumnya, harga ekspor periode sebelumnya, dan curah hujan Indonesia Sedangkan variabel bebas yang tidak berpengaruh nyata antara lain harga teh domestik, harga kopi, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan volume produksi periode sebelumnya. Dari semua variabel tersebut ada yang berpengaruh positif dan ada juga yang berpengaruh negatif terhadap ekspor teh PTPN. Yang berpengaruh positif antara lain, volume produksi, harga ekspor teh PTPN, nilai tukar rupiah terhadap dollar, volume ekspor teh periode sebelumnya, harga kopi, curah hujan, dan harga teh domestik. Sedangkan yang berpengaruh negarif yaitu harga ekspor teh periode sebelumnya dan volume produksi teh periode sebelumnya. PTPN sudah seharusnya memperhatikan kembali faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor khususnya yang berpengaruh nyata, karena berdasarkan hasil analisis faktor tersebut berpengaruh terhadap volume ekspor teh PTPN. Diharapkan dengan diperhatikannya faktor-faktor tersebut khususnya yang berpengaruh nyata volume ekspor teh PTPN akan meningkat dan stabil..

Gambar

Tabel  10.  Hasil  Regresi  Faktor-faktor  yang  Mempengaruhi  Ekspor  Teh  PTPN

Referensi

Dokumen terkait

terdapat dua variabel yang berpengaruh signifikan pada taraf nyata 1 persen, yaitu variabel kurs rupiah terhadap dollar dan nilai RCA CPO Indonesia di India sedangkan

Nilai t-hitung pada variabel harga jagung domestik sebesar -358996.14 lebih besar dibanding nilai t-tabel sebesar -1.833 yang diatas taraf nyata lima persen yang

Variabel bebas untuk regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar, volume ekspor, hambatan non tarif, harga ekspor

Variabel bebas untuk regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar, volume ekspor, hambatan non tarif, harga ekspor

Variabel bebas untuk regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah GDP perkapita riil China, nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar, volume ekspor,

Besamya pengaruh variabel independen, yaitu variable tingkat produksi tuna Indonesia, harga rata-rata internasional dan nilai tukar dollar mempengamhi volume ekspor tuna Indonesia,

Dengan metode pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria volume ekspor kopi Jawa Timur, nilai tukar rupiah, harga domestik kopi,

Dari hasil regresi pengaruh harga kopi domestik, harga kopi dunia, pendapatan perkapita, kurs rupiah terhadap dollar, dan konsumsi kopi Amerika terhadap ekspor kopi Indonesia ke