NO KABUPATEN/KOTA
TAHUN
2005
2006
2007
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
1
Nias
27
179
6,62962963
14
93
6,642857143
7
108
2
Mandailing Natal
305
2.291
7,51147541
400
3.005
7,5125
185
1.626
3
Tapanuli Selatan
162
1.559
9,62345679
976
9.392
9,62295082
382
1.694
4
Tapanuli Tengah
191
1.550
8,115183246
374
3.035
8,114973262
251
2.768
5
Tapanuli Utara
20
77
3,85
20
77
3,85
6
33
6
Toba Samosir
-
-
-
-
-
-
1
1.626
7
Labuhan Batu
20
70
3,5
20
70
3,5
14
69
8
Asahan
14
55
3,928571429
20
79
3,95
6
145
9
Simalungun
20
258
12,9
20
258
12,9
-
-
10 Dairi
67
342
5,104477612
29
148
5,103448276
20
248
11 Karo
-
-
-
-
-
-
-
-
12 Deli Serdang
62
427
6,887096774
62
427
6,887096774
41
492
13 Langkat
48
442
9,208333333
91
801
8,802197802
24
799
14 Nias Selatan
-
-
-
-
-
-
3
33
15 H. Hasundutan
6
40
6,666666667
2
13
6,5
3
36
16 Pakpak Barat
10
51
5,1
10
51
5,1
-
-
17 Samosir
-
-
-
-
-
-
-
-
18 Serdang Bedagai
54
338
6,259259259
62
388
6,258064516
20
286
19 Batubara
-
-
-
-
-
-
-
-
20 Pd. Lawas Utara
-
-
-
-
-
-
-
-
21 Padang Lawas
-
-
-
-
-
-
-
-
NO
KABUPATEN/KOTA
TAHUN
2009
2010
2011
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
1
Nias
14
93
6,642857143
5,00
5,00
1
4,15
8,50
2
Mandailing Natal
14
312
22,28571429
40,01
559,60
13,9865034
32,82
656,60
3
Tapanuli Selatan
107
550
5,140186916
59,75
640,10
10,7129707
265,31
1.949,80
4
Tapanuli Tengah
252
3.605
14,30555556
252,94
1.857,20
7,34245276
104,41
974,80
5
Tapanuli Utara
253
1.173
4,636363636
7,73
115,70
14,9676585
19,10
62,30
6
Toba Samosir
16
120
7,5
0,75
1,80
2,4
-
7
Labuhan Batu
2
8
4
0,60
7,00
11,6666667
15,07
47,80
8
Asahan
35
338
9,657142857
19,92
99,80
5,01004016
28,76
148,50
9
Simalungun
7
20
2,857142857
12,89
160,70
12,4670287
3,00
75,50
10
Dairi
27
270
10
1,00
8,30
8,3
20,70
198,90
11
Karo
21
519
24,71428571
0,10
1,10
11
2,00
10,00
12
Deli Serdang
1
10
10
175,80
2.274,80
12,9397042
239,28
2.959,80
13
Langkat
105
1.653
15,74285714
34,95
702,10
20,0886981
25,04
516,40
14
Nias Selatan
10
140
14
28,12
66,10
2,35064011
-
15
H. Hasundutan
-
-
-
0,71
5,60
7,88732394
0,76
7,30
16
Pakpak Barat
2
20
10
-
-
-
-
17
Samosir
-
-
-
-
-
-
-
18
Serdang Bedagai
-
-
-
29,14
604,50
20,7446809
12,68
124,90
19
Batubara
41
556
13,56097561
2,37
45,80
19,3248945
1,15
5,80
NO
KABUPATEN/KOTA
2013
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
Luas Panen (H
1
Nias
8,3
78,1
9,46666667
15,
2
Mandailing Natal
167,1
1.358,1
8,12698223
3
Tapanuli Selatan
85,1
1.515,5
17,8063682
68,
4
Tapanuli Tengah
121,4
2.089,9
17,2135738
51,
5
Tapanuli Utara
23,5
158,4
6,72897196
28,
6
Toba Samosir
3,2
24,6
7,6875
7
Labuhan Batu
11,9
109,7
9,21848739
13,
8
Asahan
26,1
273,5
10,4749138
33,
9
Simalungun
5,9
86,9
14,7038917
10 Dairi
2,7
25,8
9,73584906
11 Karo
6,0
12,5
2,08333333
15,
12 Deli Serdang
199,4
3.041,8
15,2524695
223,
13 Langkat
61,2
2.190,3
35,7775237
130,
14 Nias Selatan
3,3
5,5
1,69230769
21,
15 H. Hasundutan
3,8
4,1
1,07894737
16 Pakpak Barat
-
-
-
17 Samosir
-
-
-
18 Serdang Bedagai
23,8
436,1
18,3466554
19 Batubara
0,5
4,4
8,8
20 Pd. Lawas Utara
24,0
251,0
10,4583333
16,
21 Padang Lawas
29,5
279,8
9,48474576
70,
Lampiran 2. Data Nilai Ekspor Manggis Sumatera Utara, Nilai Tukar
Nominal, Volume Ekspor, Dummy Variabel, Harga Ekspor Manggis Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2014
Tahun Nilai Ekspor US $ Nilai Tukar Nominal Rp/$ Volume Ekspor (Kg) Dummy Variabel Harga Ekspor Manggis US $ 2005 12.762,00 9.165,00 12.577 0 1,01
Tahun Nilai Ekspor (Rp) Nilai Tukar Nominal Rp/$ Volume Ekspor (Kg) Dummy Variabel Harga Ekspor Manggis (Rp) 2005 116.963.730 9.165,00 12.577 0 9.300
Lampiran 4. Data Harga Ekspor Manggis dan Harga Domestik Manggis Tingkat Petani di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2005 - 2014
Lampiran 5a. Tabel Summary Regresi Linier Berganda
Tahun Harga Ekspor Manggis (Rp/Kg)
Harga Domestik Manggis Tingkat
Petani (Rp/Kg) 2005 2474,55 1484,73 2006 2706 1623,6 2007 3168,9 1901,34 2008 3661,2 2196,72 2009 3948 2368,8 2010 4640,48 2784,288 2011 4458,48 2853,4272 2012 5400 3456 2013 5896,87 3773,9968 2014 7765,97 4970,2208
Model Summaryb Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,934a ,872 ,858 2,00224E8 1,640
a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Nominal, Volume Ekspor , Hambatan Non Tarif, Harga Ekspor,
Lampiran 5c. Tabel ANOVA Regresi Linier Berganda
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9,577E18 4 2,394E18 59,723 ,000a
Residual 1,403E18 35 4,009E16
Total 1,098E19 39
a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Nominal, Volume Ekspor, Hambatan Non Tarif, Harga Ekspor
b. Dependent Variable: Nilai Ekspor
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -2,791E8 3,599E8 -,775 ,443
Lampiran 6a. Tabel Uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 1,89678793E8 Most Extreme Differences Absolute ,161
Positive ,161
Negative -,160
Kolmogorov-Smirnov Z 1,020
Asymp. Sig. (2-tailed) ,249
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Lampiran 6b. Tabel Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3,865E8 1,870E8 2,067 ,979
Nilai Tukar Nominal -50550,595 19041,159 -,345 -2,655 ,660
Volume Ekspor 906,395 201,367 ,646 4,501 ,943
Hambatan Non Tarif -9402775,421 39516290,807 -,034 -,238 ,813
Harga Ekspor 16779,930 5589,739 ,409 3,002 ,396
N dL du dL du dL du dL du dL du
Lampiran 8. Tabel Hasil Uji Granger Causality
Lampiran 9. Tabel Coefficient Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -209,245 60,131 -3,480 ,008
Harga Ekspor ,669 ,013 ,999 51,943 ,000
a. Dependent Variable: Penerimaan Petani Pairwise Granger Causality Tests
Date: 01/10/16 Time: 12:51 Sample: 2005 2014
Lags: 2
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
Anonimous.2013.http://www.ilmuekonomi.net/2015/11/pengertian-tarif-pajak-bea-cukai-kuota-dan-hambatan-dalam-perdagangan-internasional.html diakses pada tanggal 1 Maret 2016
BPS.2005.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
BPS.2006.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
BPS.2007.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
BPS.2008.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
BPS.2009.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
BPS.2010.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
BPS.2011.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
BPS.2012.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
BPS.2013.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
BPS.2014.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Hadisaputra, Denny Indra Praja.2012.Super Foods.FlashBooks: Jogjakarta.
Jhingan, M.L.2014.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.Rajawali Pers: Jakarta.
Krugman, Paul R., Obstfeld, Maurice. 1999. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Krugman, Paul R and Obstfels, Maurice.2000.Ekonomi Internasional Teori dan
Kustiari, Reni dkk.2011. “Jurnal Agro Ekonomi”.Analisis Daya Saing Manggis Indonesia di Pasar Dunia.1(30),81-107.
Malian, Husni A.2003.”Jurnal Pertanian”.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian dan Produk Industri Pertanian Indonesia. 97-121.
Marlina, Lisa.2005.Analisis Ekspor Kopi Sumatera Utara dan Pengaruhnya
terhadap Tingkat Pendapatan Petani Kopi serta Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah.Skripsi.Medan: Program Pasca Sarjana, Universitas
Sumatera Utara.
Nachrowi, Djalal Nachrowi dkk. 2005. Penggunaan Teknik Ekonometrika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Nachrowi, D dan Usman, Hardius.2006.Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika: untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan.Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.
Pradipta, Amalia dan Firdaus M.2014.”Jurnal Manajemen dan Agribisnis”.Posisi Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia.11(2),129-143.
Priyatno, Duwi.2011.Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS.Andi: Yogyakarta.
Purwito, Ali dan Indriani.2015.Ekspor, Impor, Sistem Harmonisasi, Nilai Pabean,
dan Pajak Dalam Kepabeanan.Mitra Wacana Media: Bogor.
Satuhu, Suyanti.1997.Penanganan Manggis Segar untuk Ekspor.Penebar Swadaya: Jakarta.
Setyo, Arlisda Febriana.2009.Analisis Aliran Perdagangan Manggis Indonesia.Skripsi.Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Sobir dan Mega Amaliya.2013.20 Tanaman Buah Koleksi Eksklusif.Penebar Swadaya: Depok.
Sunarjono, Hendro.2013.Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah.Penebar Swadaya: Jakarta.
Supriana, Tavi.2013.Ekonomi Makro.USU Press: Medan.
Qosim, W.A.(2013).”Jurnal Kultivasi”.Pengembangan Buah Manggis sebagai
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara teritorial atau wilayah yaitu di wilayah
Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini dipilih secara purposive (sengaja)
dengan mempertimbangkan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu
Provinsi pengekspor buah manggis dan Bandar Udara Kualanamu merupakan
pintu gerbang ekspor manggis Provinsi Sumatera Utara.
3.2Metode Penentuan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan range
tahun 2005-2014 yang dianalisis dengan alat bantu program SPSS (Statistical
Package for Social Science) versi 19.0 dan Eviews versi 7.0 berupa data sekunder.
3.3Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Sumatera Utara yaitu data perkembangan volume dan nilai
ekspor manggis Sumatera Utara. Dinas Pertanian yaitu data negara tujuan ekspor
dan negara impor di Provinsi Sumatera Utara, data luas panen, produksi dan
produktivitas buah manggis menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan yaitu data realisasi ekspor manggis di
Provinsi Sumatera Utara ke negara tujuan. CV Indah Sakti Trans Logistik yaitu
data harga ekspor manggis dan harga domestik manggis tingkat petani Sumatera
3.4Metode Analisis Data
Untuk menganalisis masalah (1) metode analisis yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara
linier antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen
yang digunakan untuk memprediksi atau meramalkan suatu nilai variabel
dependen berdasarkan variabel independen (Priyatno, 2011).
Data yang dibutuhkan adalah nilai ekspor manggis sebagai variabel terikat. Nilai
tukar nominal rupiah terhadap dollar, volume ekspor, hambatan non tarif dan
harga ekspor manggis ditetapkan sebagai variabel bebas karena keempat variabel
ini merupakan faktor terbesar yang dianggap memberikan pengaruh besar
terhadap nilai ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara.
Persamaan regresi linier berganda yang di peroleh menggunakan rumus:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b4H + b3X3 + ɛ
Keterangan :
Y = Nilai ekspor manggis Sumatera Utara
a = Koefisien intersep
b1-b4 = Koefisien variabel regresi
X1 = Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar (Rp)
X2 = Volume Ekspor Manggis (Kg)
H = 0 ; sebelum ada hambatan non tarif
H = 1 ; sesudah ada hambatan non tarif
X3 = Harga ekspor manggis (Rp/Kg)
Untuk menganalisis masalah (2) metode analisis yang digunakan adalah uji
Kausalitas Granger. Uji Kausalitas Granger pada intinya dapat mengindikasikan
apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja.
Pada uji ini yang dilihat adalah pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang,
sehingga data yang digunakan adalah data time series (Nachrowi, 2006).
Langkah awal yang dilakukan membentuk model persamaan regresinya. Terdapat
dua persamaan regresi antara lain sebagai berikut :
Persamaan 1: Yt = α + Xt+ ɛt
Keterangan:
Yt = Harga ekspor manggis pada waktu t
Xt = Harga domestik manggis pada waktu t
α, = Koefisien intersep
ɛt = error term
Persamaan 2: Yt = α + Xt + ɛt
Keterangan:
Yt = Harga domestik manggis pada waktu t
Xt = Harga ekspor manggis pada waktu t
α, = Koefisien intersep
ɛt = error term
Kedua persamaan diatas akan diuji hubungan kausalitasnya dengan uji Granger
Causality. Model persamaan kausalitas dapat ditulis sebagai berikut :
Yt = ∑ + ∑ i Xt i + ɛt
Xt = ∑ + ∑λi Yt i + ɛt2
Keterangan:
Xt = variabel bebas (harga ekspor, harga domestik) pada periode t
Yt = variabel terikat (harga ekspor, harga domestik) pada periode t
i = waktu
α, , , λ = Koefisien Intersep
εt = error term
Hipotesis nol untuk pengujian ini :
a. Jika ∑ dan ∑ maka X mempengaruhi Y
b. Jika ∑ dan ∑ maka Y mempengaruhi X
Di dalam perhitungan secara statistik, jika nilai probabilitas F statistik < α, maka
ada pengaruh yang signifikan. Setelah diketahui variabel bebas dan variabel
terikat dari uji Granger Causality, maka diperoleh persamaan regresinya sebagai
berikut :
Yt = α + Xt + ɛ
Keterangan:
Yt = variabel terikat (harga ekspor, harga domestik) pada periode t
Xt = variabel bebas (harga ekspor, harga domestik) pada periode t
α, = koefisien intersep
ε = error term
Setelah ditemukan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara harga ekspor
dianalisis dengan metode regresi linier sederhana untuk menjawab masalah (3).
Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu variabel
independen dengan satu variabel dependen yang digunakan untuk memprediksi
atau meramalkan suatu nilai variabel dependen berdasarkan variabel independen
(Priyatno, 2011).
Dalam penelitian ini, variabel harga domestik manggis tingkat petani diasumsikan
sebagai penerimaan total petani manggis atau Total Revenue. Sehingga data yang
diregresikan adalah harga domestik manggis tingkat petani dan harga ekspor
manggis sedangkan variabel yang diregresikan adalah harga ekspor manggis
sebagai variabel bebas dan penerimaan petani sebagai variabel terikat.
Persamaan regresi linier sederhana yang diperoleh menggunakan rumus:
Y = a + bX + ɛ
Keterangan:
Y = Penerimaan petani (Rp/Kg)
a = Koefisien intersep
b = Koefisien variabel regresi
X = Harga ekspor manggis (Rp/Kg)
ɛ = error term
3.4.1 Pengujian Hipotesis
Model yang dianalisis merupakan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang
dilakukan. Hal ini bertujuan untuk melihat nyata tidaknya pengaruh variabel yang
1. Uji-t
Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu
berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel terikat.
Hipotesis :
H0: variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat;
H1: variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
Kriteria Uji SPSS:
Signifikansi t > α (0,05) : maka terima H0 tolak H1
Signifikansi t ≤ α (0,05) : maka tolak H0 terima H1
Jika signifikansi t ≤ α (0,05) maka tolak H0 artinya variabel bebas dalam model
secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pada taraf nyata 5%,
demikian pula sebaliknya.
2. Koefisien Determinasi
Pendugaan parameter suatu model diperoleh dari pengamatan sampel untuk
semua variabel dalam model. Teori sampling menjadi salah satu kriteria uji untuk
menghasilkan keakuratan pendugaan. Untuk evaluasinya, digunakan nilai
koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan suatu nilai statistik yang
dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh
variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory
variables). Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas
Nilai koefisien determinasi (R²) berkisar antara 0 < R² < 1, dengan kriteria
pengujiannya adalah R² yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model
yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian
pula sebaliknya.
3. Uji-F
Pengujian ini digunakan untuk menguji parameter secara serentak variabel bebas
secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi dari variabel terikat.
Hipotesis :
H0: variabel bebas secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat;
H1: variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat.
Kriteria Uji SPSS:
Signifikansi F > α (0,05) : maka terima H0 tolak H1
Signifikansi F ≤ α (0,05) : maka tolak H0 terima H1
Jika signifikansi F ≤ α (0,05) maka tolak H0 artinya variabel bebas dalam model
secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pada taraf nyata 5%,
demikian pula sebaliknya.
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis
regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Pada
klasik yang akan dilakukan dalam penelitian in antara lain uji normalitas,
heterokedastisitas, multikolinieritas dan autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Salah satu pengujian yang dilakukan dalam persamaan regresi untuk menguji
apakah nilai-nilai dari Y berdistribusi normal pada tiap nilai dari X adalah uji
normalitas. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan metode yang digunakan
untuk menguji kenormalan data adalah metode Kolmogorov Smirnov (KS).
Hipotesis:
H0: Sebaran Normal;
H1: Sebaran Tidak Normal.
Kriteria Uji SPSS:
Signifikansi KS > α (0,05): maka terima H0 tolak H1
Signifikansi KS ≤ α (0,05): maka tolak H0 terima H1
Jika signifikansi KS > α (0,05) maka terima H0 artinya tidak ada perbedaan antara
distribusi residual dengan distribusi normal, data residual model berdistribusi
normal, dan sebaliknya.
2. Uji Heterokedastisitas
Uji asumsi heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
heterokedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Uji Glejser.
Hipotesis:
H0: Homokedastisitas;
H1: Heterokedastisitas.
Kriteria Uji SPSS:
Signifikansi t > α (0,05): maka terima H0 tolak H1
Signifikansi t ≤ α (0,05): maka tolak H0 terima H1
Jika nilai signifikansi t > α (0,05): maka terima H0 tolak H1, artinya tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi atau model regresi merupakan
homokedastisitas, dan sebaliknya.
3. Uji Multikolinieritas
Salah satu dari asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak terdapat
multikolinieritas antara variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model. Uji
asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya
korelasi atau hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi di
antara variabel bebas seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik.
Multikolinieritas dapat dideteksi dengan cara melihat nilai toleransi dan VIF.
Hipotesis:
H0: tidak terjadi multikolinieritas;
H1: terjadi multikolinieritas.
Kriteria Uji SPSS:
Nilai toleransi > 0,10 dan VIF < 10: maka terima H0 tolak H1
Nilai toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10: maka tolak H0 terima H1
Jika nilai toleransi > 0,10 dan VIF < 10, maka terima H0 tolak H1 artinya tidak
ada korelasi antara variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi
multikolinieritas pada model regresi, dan sebaliknya.
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi ialah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan
yang berbeda waktu atau individu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi
pada data time series. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
autokorelasi adalah dengan melihat pola hubungan antara residual dan variabel
bebas atau waktu (X). Metode yang digunakan adalah uji Durbin-Watson (Uji d).
Hipotesis:
H0: tidak ada autokorelasi;
H1: ada autokorelasi.
Kriteria Uji SPSS:
d < dL: maka tolak H0 terima H1 (ada autokorelasi positif)
dL ≤ d ≤ du: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa
du ≤ d ≤ 4-du: maka terima H0 tolak H1
4-du ≤ d ≤ 4-dL: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa
d > 4-dL: maka tolak H0 terima H1 (ada autokorelasi negatif)
Jika nilai du ≤ d ≤ 4-du: maka terima H0 tolak H1, artinya tidak ada autokorelasi
3.5Definisi dan Batasan Operasional
3.5.1 Definisi
1. Manggis adalah tanaman yang menjadi objek penelitian.
2. Nilai tukar nominal adalah jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu
banyaknya rupiah nominal atau terendah yang dibutuhkan untuk memperoleh
satu unit mata uang asing yang dinyatakan dalam satuan Rp.
3. Volume ekspor manggis adalah jumlah buah manggis yang diekspor ke negara
tujuan dalam 1 tahun yang dinyatakan dalam satuan Kg.
4. Harga ekspor manggis adalah harga di tingkat eksportir yang dinyatakan
dalam satuan Rp/Kg.
5. Harga domestik manggis tingkat petani adalah harga manggis yang berlaku di
tingkat petani lokal dimana produk manggis yang dihasilkan akan diekspor
yang dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.
6. Penerimaan petani manggis adalah total penghasilan yang diterima petani
manggis per kilogram sebelum dikurangi biaya produksi dimana penerimaan
petani ini merupakan harga domestik manggis tingkat petani yang dinyatakan
dalam satuan Rp/Kg.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Data yang diambil adalah data dalam kurung waktu tahun 2005-2014 meliputi
data perkembangan volume dan nilai ekspor manggis, negara tujuan ekspor
dan negara impor, luas panen, produksi dan produktivitas buah manggis
manggis ke negara tujuan, harga domestik manggis tingkat petani di Provinsi
Sumatera Utara dan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISKTIK NEGARA TUJUAN
EKSPOR MANGGIS SEGAR PROVINSI SUMATERA UTARA
4.1 Deskripsi Provinsi Sumatera Utara
4.1.1 Kondisi Geografis
Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1°-4° Lintang Utara dan 98°-100° Bujur
Timur. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km². Sumatera Utara
dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan
5.456 kelurahan/desa.
Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan
156 pulau di Pantai Barat. Provinsi ini berbatasan dengan daerah perairan dan laut
serta provinsi lain. Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat
di sebelah Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat, serta Selat Malaka di
sebelah Timur. Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur
strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura,
Malaysia dan Thailand. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km² atau
sekitar 14,95% dari seluruh luas Sumatera dan 3,69% dari luas wilayah Indonesia,
sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-Pulau Batu, serta beberapa pulau kecil,
baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Hal inilah yang
menjadikan provinsi Sumatera Utara adalah Provinsi yang sangat potensial dalam
Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas kelompok
wilayah, yaitu Pesisir Timur, Pegunungan Bukit Barisan, Pesisir Barat dan
Kepulauan Nias. Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dan
luas untuk dikembangkan menjadi areal pertanian dalam menunjang pertumbuhan
industri.
Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara sekaligus yang juga
merupakan pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara, memiliki fasilitas
komunikasi, perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang mampu
mendorong pertumbuhan wilayah. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur
pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu
masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik
maupun luar negeri (ekspor-impor).
4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi
Provinsi Sumatera Utara terletak dekat garis khatulistiwa, oleh karena itu Provinsi
ini tergolong ke dalam daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Pasat
dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78%-91% per tahun, Curah hujan
(800-4000) mm/tahun dan penyinaran matahari 43%.
Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi,
sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim
cukup panas bisa mencapai 30,10C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan
yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian
Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai
musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada
bulan November sampai dengan Maret dan musim penghujan biasanya terjadi
pada bulan April sampai dengan bulan September, diantara kedua musim itu
terdapat musim pancaroba.
Berdasarkan Topografi Daerah Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu
bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai
berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah Pantai
Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77 persen
dari luas wilayah Sumatera Utara adalah Daerah yang subur, kelembaban tinggi
dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi
yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah
Pantai Barat dan dataran tinggi.
4.1.3 Kondisi Demografi
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di
Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Merupakan provinsi
multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini dan
menganut berbagai agama seperti Kristen, Katolik, Islam, Budha, Hindu dan
berbagai aliran kepercayaan lainnya.
Penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dari
pada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera utara yang tinggal di pedesaan
sebesar 50, 84% dan yang tinggal di daerah perkotaan adalah sebesar 49,16%
(BPS, 2015).
4.2 Karakteristik Negara China
Menurut CIA World Factbook Tahun 2015, Republik Rakyat China menempati
urutan pertama dan merupakan Negara yang memiliki Populasi atau Jumlah
Penduduk terbanyak di Dunia dengan jumlah penduduknya sekitar 1,36 milliar
jiwa atau tepatnya adalah 1.367.485.388 jiwa. Angka tersebut merupakan 18,8%
dari keseluruhan Jumlah Penduduk Dunia ini. Populasi China mencapai 1,3 miliar
yang merupakan populasi negara terbesar di dunia. GDP China di tahun 2014
mencapai $10,35 triliun dengan pertumbuhan GDP sebesar 7,3% dan inflasi
sebesar 2%.
China merupakan sebuah negara yang mayoritas penduduknya adalah petani,
pertanian menduduki tempat penting dalam ekonomi China. Walaupun wilayah
China seluas 9,6 juta kilometer persegi, namun luas tanah pertaniannya hanya
1,27 juta kilometer persegi, kira-kira menempati 7 persen daripada luas tanah
pertanian dunia. Daerah pertanian China sebagian besar terletak di dataran dan
lembangan di kawasan mansun bagian timur. Tanaman utamanya meliputi padi,
gandum, jagung, kacang soya dan lain-lain. Sedangkan tanaman ekonominya
antara lain kapas, kacang tanah, sawi bunga, tebu, bit dan lain-lain. Dalam
beberapa tahun ini, kerajaan China senantiasa menumpukkan perhatian terhadap
pengembangan pertanian, meningkatkan penelitian dalam bidang pertanian,
menaikkan pendapatan petani dan mewujudkan selangkah demi selangkah
perkembangan selaras antara pedesaan dengan perkotaan.
Kerjasama pemerintah Indonesia dengan China di bidang ekspor-impor produk
pertanian sudah cukup baik. China mengimpor berbagai macam produk
produk hortikultura sendiri ada beberapa jenis buah yang sudah tidak asing lagi di
pasaran China yaitu, kelengkeng, pisang, dan manggis. Jenis buah-buahan tropis
lainnya seperti alpukat, papaya, salak, dan rambutan saat ini sedang dalam masa
promosi untuk melakukan penetrasi pasar ke China.
Pola konsumsi buah-buahan di RRC saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut China Custom Trade Information, beberapa faktor tersebut antara lain :
1. Peningkatan pendapatan masyarakat Cina karena adanya pertumbuhan
ekonomi RRC.
2. Adanya perubahan preferensi konsumen terhadap pola makan karena adanya
perubahan standar hidup dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat.
3. Pengaruh musiman juga banyak berdampak pada pola konsumsi masyarakat
RRC dalam mengkonsumsi buah-buahan. Sehingga manakala musim tertentu
dimana ketersediaan buah-buahan tertentu di RRC terbatas, maka adanya
buah-buahan dari manca negara akan menunjang pasokan buah-buahan agar
tetap ada untuk dikonsumsi.
4. Konsumsi beberapa buah-buahan tropika tertentu seperti durian dan semangka
juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsinya.
Sebagai contoh misalnya buah-buahan dari Thailand terutama durian banyak
dikonsumsi di Propinsi Guangdong. Sementara di daerah lain menyukai
manggis, nenas, belimbing, pisang dan semangka. Dari beberapa pengamatan
di berbagai pasar di RRC, buah-buahan tropika yang banyak masuk ke RRC
terutama dari Thailand dan Malaysia.
5. Konsumsi buah sebagai oleh-oleh. Buah-buahan yang dikemas secara khusus
untuk hadiah atau oleh-oleh saat ini semakin populer di Cina, terutama bila
dikaitkan dengan perayaan hari besar, saat berkunjung keluarga, dan
kesempatan atau moment penting lainnya. Menurut survey di Beijing dan
Shanghai, hampir 63 persen hingga 71 persen responden menyatakan bahwa
mereka lebih suka membeli produk buah-buahan dan olahan lainnya untuk
oleh-oleh atau hadiah terutama makanan alami yang banyak nutrisinya.
6. Daya tarik impor dari komoditas buah-buahan yang ditawarkan. Sebenarnya
ada beberapa negara yang memiliki peluang ekspor komoditas buah-buahan
ke RRC selain Thailand dan Malaysia, yaitu Indonesia, Philipina dan
Vietnam. Dari kesemuanya itu ternyata Thailand masih mendominasi pasar
ekspor buah-buahan tropika, sehubungan dengan daya tarik impor yang
diberikan pemerintah Thailand dengan membebaskan hambatan tarif pada
komoditas yang diekspornya, khususnya ke RRC.
Hubungan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah China dalam hal
perdagangan komoditas pertanian dinilai cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat
pada penandatanganan Protokol Pemeriksaan Karantina Tumbuhan antara Badan
Karantina Pertanian Deptan dengan Badan Karantina Cina (AQSIQ) yang
berisikan penghapusan hambatan non tariff untuk produk pertanian Indonesia
yang masuk ke China. Produk-produk yang mendapat kemudahan karantina
tersebut adalah manggis, duku, pisang, dan salak. Kesepakatan tersebut secara
signifikan akan lebih memudahkan komoditi pertanian Indonesia untuk
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Buah Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara
Data pada Lampiran 2 merupakan data awal hasil penelitian dimana satuan
pengukuran belum sama. Menurut Nachrowi (2005), walaupun unit yang
digunakan dalam regresi berbeda-beda, kesimpulan akhir dari model tersebut akan
sama bila berhati-hati dalam menginterpretasikan model. Namun untuk
mengurangi salah interpretasi, sebaiknya digunakan satuan ukuran/unit yang sama
dalam mengukur variabel-variabel bebas maupun terikat.
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data per tiga bulan yaitu data mulai
dari tahun 2005 sampai tahun 2014. Dalam persamaan diketahui variabel bebas
terdiri dari nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar (X1), volume ekspor
manggis (X2), harga ekspor manggis (X3) dan hambatan non tarif (dummy) (H).
Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya
terhadap nilai ekspor manggis sebagai variabel dependen (variabel terikat),
dimana hasil regresi yang diperoleh melalui penelitian ini menggunakan Model
Regresi Linier Berganda dengan bentuk persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b4H + b3X3 + ɛ
Keterangan :
Y = Nilai ekspor manggis Sumatera Utara
a = Koefisien intersep
X2 = Volume Ekspor Manggis (Kg)
H = 0 ; sebelum ada hambatan non tarif
H = 1 ; sesudah ada hambatan non tarif
X3 = Harga ekspor manggis (Rp/Kg)
ɛ = Random error
Setelah diproses dengan menggunakan software SPSS ( Stasistical Product and
Service Solution) maka hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor
[image:33.595.110.513.353.525.2]buah manggis di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 5.1. Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Buah Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara
Variabel Koefisien Regresi Standar Error Signifikansi t
Constanta -0,0000000279 0,00000003599 0,443 X1 = Nilai Tukar
Nominal
-12402,921 36644,561 0,737 X2 = Volume Ekspor 4954,285 387,529 0,000 H = Hambatan Non
Tarif
-0,00000001404 76048792,055 0,073 X3 = Harga Ekspor -67547,568 10757,409 0,000 R = 0,934a
R-Square = 0,872
Sumber: Lampiran 5a dan 5b
Adapun persamaan yang diperoleh dari hasil analisis adalah
Y= -0,0000000279-12402,921X1+4954,285X2 - 0,00000001404H - 67547,568X3
Dari persamaan ini dapat diartikan bahwa apabila seluruh variabel bebas yaitu,
nilai tukar nominal, volume ekspor, hambatan non tarif dan harga ekspor bernilai
nol maka variabel terikat yaitu nilai ekspor manggis menurun sebesar Rp
5.2.1 Pengaruh Nilai Tukar Nominal Rupiah terhadap Dollar terhadap Nilai Ekspor Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara
Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 5.1 dapat dilakukan uji-t dengan
melihat nilai signifikansi t pada variabel nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar
adalah sebesar 0,737 > α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1
ditolak, artinya variabel bebas yaitu nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu nilai ekspor
manggis di Provinsi Sumatera Utara pada taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat nilai variabel X1
yaitu nilai tukar nominal bertanda negatif (-) yaitu sebesar 12402,921. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap adanya penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar
sebesar 1 rupiah (depresiasi) maka akan menaikkan nilai ekspor manggis sebesar
Rp 12.402,921 dan sebaliknya (ceteris paribus). Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan A. Husni Malian pada tahun 2003 bahwa peubah kebijakan
yang mempengaruhi secara dominan ekspor produk pertanian adalah nilai tukar
riil dan investasi pemerintah di sektor pertanian, sementara yang mempengaruhi
ekspor produk industri pertanian adalah nilai tukar riil.
Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang ditetapkan dimana variabel
nilai tukar nominal rupiah ternyata secara parsial tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara. Variabel nilai tukar riil
ini baru dapat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan nilai ekspor manggis
pada taraf kepercayaan 25% atau nilai α = 0,75. Sehingga signifikansi-t variabel
nilai tukar nominal rupiah akan lebih kecil dari nilai α yaitu 0,737 < 0,75.
5.2.2 Pengaruh Volume Ekspor terhadap Nilai Ekspor Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara
Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 5.1 dapat dilakukan uji-t dengan
melihat nilai signifikansi t pada variabel volume ekspor manggis adalah sebesar
0,000 ≤ α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, artinya
variabel bebas yaitu volume ekspor manggis secara parsial berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat yaitu nilai ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara
pada taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat nilai variabel X2
yaitu volume ekspor bertanda positif (+) yaitu sebesar 4954,285. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan volume ekspor sebesar 1 Kg maka
akan terjadi kenaikan nilai ekspor manggis sebesar Rp 4.954,285 dan sebaliknya
(ceteris paribus).
Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang ditetapkan dimana variabel
volume ekspor secara parsial berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor manggis
segar di Provinsi Sumatera Utara.
5.2.3 Pengaruh Hambatan Non Tarif terhadap Nilai Ekspor Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara
Dari persamaan yang telah diperoleh maka dapat diuraikan persamaan untuk
variabel dummy sebagai berikut:
- Nilai ekspor manggis sebelum adanya hambatan non tarif (H=0) =
Y= -0,0000000279-12402,921X1+4954,285X2- 67547,568X3
- Nilai ekspor manggis setelah adanya hambatan non tarif (H=1) =
Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 5.1 dapat dilakukan uji-t dengan
melihat nilai signifikansi t pada variabel hambatan non tarif adalah sebesar 0,073
> α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, artinya
variabel bebas yaitu hambatan non tarif secara parsial tidak berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat yaitu nilai ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara
pada taraf kepercayaan 95%. Atau dapat diartikan bahwa nilai ekspor manggis
pada saat sebelum ada hambatan non tarif yaitu kandungan timbal dan sesudah
adanya kandungan timbal tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hal ini
berarti bahwa adanya hambatan non tarif ini hanya mampu mempengaruhi nilai
ekspor manggis ke negara China saja akan tetapi tidak mampu mempengaruhi
nilai ekspor manggis Provinsi Sumatera Utara ke negara lain.
Hambatan non tarif secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor
manggis, hasil ini tidak sejalan dengan hipotesis yang ditetapkan yaitu hambatan
non tarif secara parsial berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor manggis segar di
Provinsi Sumatera Utara. Variabel hambatan non tarif ini baru dapat berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan nilai ekspor manggis pada taraf kepercayaan 92%
atau nilai α = 0,08. Sehingga signifikansi-t variabel hambatan non tarif akan lebih
kecil dari nilai α yaitu 0,07 < 0,08.
5.2.4 Pengaruh Harga Ekspor Manggis terhadap Nilai Ekspor Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara
Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 5.1 dapat dilakukan uji-t dengan
melihat nilai signifikansi t pada variabel harga ekspor manggis adalah sebesar
0,00 < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, artinya
terhadap variabel terikat yaitu nilai ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara
pada taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat nilai variabel X3
yaitu harga ekspor bertanda negatif (-) yaitu sebesar 67547,568. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan harga ekspor sebesar 1 rupiah
menurunkan nilai ekspor manggis sebesar Rp 67.547,568. Menurut Lipsey (1997),
harga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi jumlah permintaan yang
diminta oleh konsumen, semakin tingginya harga yang ditetapkan maka akan
mengakibatkan penurunan terhadap jumlah permintaan.
Hasil yang diperoleh yaitu harga ekspor manggis berpengaruh negatif terhadap
nilai ekspor manggis segar di Provinsi Sumatera Utara sejalan dengan penelitian
yang telah dilakukan Amalia Pradipta dan Muhammad Firdaus pada tahun 2014
bahwa harga ekspor memengaruhi secara nyata dan negatif terhadap volume
ekspor manggis, mangga, dan pisang Indonesia ke negara tujuan.
Hasil ini juga sesuai dengan hipotesis penelitian yang ditetapkan dimana variabel
harga ekspor secara parsial berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor manggis
segar di Provinsi Sumatera Utara.
Hasil Pengujian Hipotesis
Kesesuaian Model ( Test of Goodness of Fit)
Setelah dilakukan analisis terhadap model regresi tersebut, maka diperoleh nilai R
square sebesar 0,872 (Lampiran 5a) yang artinya 87,2% variasi variabel terikat Nilai
hambatan non tarif dan harga ekspor manggis. Sisanya sebesar 12,8% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi ini.
Uji F ( Uji Simultan)
Berdasarkan tabel ANOVA (Lampiran 5b) hasil estimasi menunjukkan bahwa
tingkat signifikansi F sebesar (0,000) ≤ α (0,05) maka H0 ditolak H1 diterima,
artinya variabel bebas yaitu nilai tukar nominal, volume ekspor, hambatan non tarif
dan harga ekspor manggis dalam model secara serempak berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat yaitu nilai ekspor manggis atau variabel terikat nilai
ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara dapat dijelaskan oleh variabel bebas
nilai tukar nominal, volume ekspor, hambatan non tarif dan harga ekspor manggis
pada taraf nyata 5%.
Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan dimana variabel nilai tukar
nominal rupiah terhadap dollar, volume ekspor manggis, hambatan non tarif dan
harga ekspor manggis secara serempak berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor
manggis di Provinsi Sumatera Utara.
Hasil Asumsi Regresi Linier Berganda
Uji Normalitas
Pada tabel hasil uji Kolmogorov Smirnov (Lampiran 6a) hasil estimasi
menunjukkan bahwa tingkat signifikansi KS adalah sebesar 0,249 > α (0,05) maka
terima H0 tolak H1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal, data residual model
berdistribusi normal.
Uji Heterokedastisitas
Pada tabel hasil uji Glejser (Lampiran 6b) hasil estimasi menunjukkan bahwa
tingkat signifikansi t seluruh variabel lebih besar dari nilai α (0,05) yaitu
signifikansi nilai tukar nominal 0,660 > α (0,05), volume ekspor 0,943 > α (0,05),
hambatan non tarif 0,813> α (0,05), harga ekspor 0,396 > α (0,05), maka terima H0 tolak H1. Sesuai dengan hipotesis apabila H0 diterima artinya tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi atau model regresi merupakan
homokedastisitas.
Uji Multikolinieritas
Pada tabel Coefficient (Lampiran 5b) diketahui nilai toleransi dan VIF pada
[image:39.595.112.517.413.564.2]masing-masing variabel. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 5.2. Nilai Toleran Variabel Independen
Model Collinearity Statistics Kesimpulan Tolerance VIF
Nilai Tukar Nominal 0,852 ( > 0,10) 1,173 ( < 10) tidak terjadi multikolinieritas Volume Ekspor 0,698 ( > 0,10) 1,433 ( < 10) tidak terjadi
multikolinieritas Hambatan Non Tarif 0,722 ( > 0,10) 1,385 ( < 10) tidak terjadi
multikolinieritas Harga Ekspor 0,777 ( > 0,10) 1,287 ( < 10) tidak terjadi
multikolinieritas
Sumber: Lampiran 5b
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa seluruh variabel bebas memiliki nilai
toleransi dan VIF yang memenuhi hipotesis H0 artinya tidak ada korelasi antara
variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model
Uji Autokorelasi
Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi dalam perhitungan
regresi atas penelitian ini maka digunakan Durbin-Watson Test (DWTest). Dari
hasil pengolahan data diperoleh nilai Durbin-Watson Test sebesar 1,640
(Lampiran 5a).
Dengan menggunakan tabel statistik dW dan signifikansi 0,05% dengan n=40
serta jumlah variabel bebas sebanyak 4 maka diperoleh angka dL = 1.285 dan dU
= 1.721, sedangkan untuk nilai 4-dU = 2,279 dan 4-dL = 2,715.
Nilai dW pada hasil SPSS adalah sebesar 1,640 yang terletak diantara nilai dL dan
dU yaitu 1.285 < 1,640 < 1.721 (dL<d<dU), maka sesuai dengan kriteria uji
maka tidak dapat diambil kesimpulan ada tidaknya autokorelasi.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa variabel Nilai tukar nominal
rupiah terhadap dollar, Volume ekspor manggis, Hambatan non tarif, Harga
ekspor manggis secara serempak berpengaruh nyata terhadap Nilai ekspor
manggis segar di Provinsi Sumatera Utara. Nilai tukar nominal rupiah terhadap
dollar secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor, Volume
ekspor manggis secara parsial berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor manggis,
Hambatan non tarif secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor
manggis, Harga ekspor manggis secara parsial berpengaruh nyata terhadap nilai
ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara. Dengan ini dapat dinyatakan bahwa
hipotesis (1) ditolak.
5.3 Analisis Kausalitas antara Harga Ekspor Manggis dengan Harga Domestik Manggis Tingkat Petani di Provinsi Sumatera Utara
Analisis kausalitas digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari
setiap variabel. Hubungan kausalitas antara variabel harga ekspor manggis dengan
[image:41.595.119.518.215.368.2]harga domestik manggis tingkat petani yang ada dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.3. Hasil Uji Granger Causality Variabel
Terikat (Y)
Variabel Bebas (X)
Probabilitas Kesimpulan
Harga Domestik Manggis Tingkat Petani Harga Ekspor Manggis
0.0553 (<0,05) Harga Ekspor Manggis mempengaruhi Harga Domestik Manggis Tingkat Petani Harga Ekspor
Manggis
Harga Domestik Manggis Tingkat Petani
0.0307 (<0,05) Harga Domestik Manggis Tingkat Petani mempengaruhi Harga Ekspor Manggis
Sumber: Lampiran 8
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara
harga ekspor manggis dengan harga domestik manggis tingkat petani memiliki
hubungan sebab akibat.
Perubahan harga ekspor manggis dapat mempengaruhi perubahan harga domestik
manggis tingkat petani, hal ini disebabkan oleh adanya faktor yang mempengaruhi
harga ekspor manggis itu sendiri seperti nilai tukar rupiah terhadap US dollar.
Sehingga apabila rupiah terdepresiasi maka harga ekspor akan meningkat yang
menyebabkan para eksportir mampu membayar lebih manggis dari petani lalu
harga domestik manggis tingkat petani akan meningkat dan penerimaan petani
manggis juga akan meningkat.
Perubahan harga domestik manggis tingkat petani dapat mempengaruhi perubahan
petani menyumbang sebesar ± 40% dari harga ekspor manggis. Sehingga apabila
harga dari petani turun maka harga ekspor manggis juga akan ikut turun.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kausalitas
antara harga ekspor manggis dengan harga domestik manggis tingkat petani di
Provinsi Sumatera Utara. Hal ini sesuai dengan hipotesis 2, maka dinyatakan
hipotesis (2) diterima.
5.4 Analisis Pengaruh Harga Ekspor Manggis terhadap Penerimaan Petani Manggis di Provinsi Sumatera Utara
Dari hasil analisis masalah (3) diperoleh bahwa harga ekspor manggis dengan
harga domestik manggis tingkat petani memiliki hubungan sebab akibat. Oleh
karena itu peneliti ingin melihat seberapa besar harga ekspor manggis
mempengaruhi harga domestik manggis tingkat petani dimana dalam penelitian
ini harga domestik manggis tingkat petani diasumsikan merupakan total
penerimaan petani manggis di Provinsi Sumatera Utara.
Data Lampiran 3 merupakan data yang dianalisis dengan regresi linier sederhana.
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data harga ekspor manggis dan
data harga domestik manggis tingkat petani mulai dari tahun 2005 sampai tahun
2014. Dalam persamaan diketahui harga ekspor manggis sebagai variabel bebas
dan penerimaan petani sebagai variabel terikat.
Hasil regresi yang diperoleh melalui penelitian ini menggunakan Model Regresi
Linier Sederhana dengan bentuk persamaan sebagai berikut:
Y = a + bX + ɛ
Keterangan:
Y = Penerimaan petani (Rp/Kg)
a = Koefisien intersep
b = Koefisien variabel regresi
X = Harga ekspor manggis (Rp/Kg)
ɛ = error term
Setelah diproses dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product and
Service Solution) maka hasil analisis pengaruh harga ekspor manggis terhadap
penerimaan petani manggis di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada
Lampiran 9.
Adapun persamaan yang diperoleh dari hasil analisis adalah
Y = -209,245 + 0,669 X
Dari hasil persamaan ini dapat dilihat bahwa koefisien intersep bertanda negatif
(-) sebesar 209,245 artinya apabila variabel bebas yaitu harga ekspor bernilai nol
maka variabel terikat yaitu penerimaan petani akan berkurang adalah sebesar Rp
209,245. Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai
variabel bebas yaitu harga ekspor manggis bertanda positif (+) yaitu sebesar
0,669. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan harga ekspor sebesar 1
rupiah maka akan terjadi kenaikan penerimaan petani sebesar Rp 0,669/Kg dan
sebaliknya (ceteris paribus).
Pada Lampiran 4 harga ekspor manggis di tahun 2013 sampai 2014 meningkat
dari Rp 5.896,87 menjadi Rp 7.765,97 terjadi kenaikan harga sebesar Rp 1.869,1.
Rp 1.869,1 maka penerimaan petani akan mengalami peningkatan sebesar Rp
1.250,4/Kg manggis yang diekspor (Rp 1.869,1 x Rp 0,669) . Apabila dalam satu
kali ekspor satu petani mampu menghasilkan 1000 Kg manggis lalu terjadi
perubahan harga pada saat penjualan ke pihak eksportir maka penerimaan petani
dengan harga baru akan mengalami peningkatan sebesar Rp 1.250.400,- (Rp
1.250,4 x 1000Kg) dari penerimaan dengan harga lama.
Harga ekspor berpengaruh positif terhadap harga domestik manggis tingkat petani
yang dalam penelitian ini di asumsikan sebagai penerimaan petani yang
memperlihatkan adanya pengaruh kegiatan ekspor terhadap penerimaan petani
manggis. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lisa
Marlina pada tahun 2005 bahwa pendapatan petani kopi tidak hanya didasarkan
kepada jumlah produksi kopi yang dihasilkan tetapi juga tergantung pada harga
kopi yang terjadi pada tingkat petani. Harga kopi pada tingkat petani sangat
tergantung pada perubahan harga pada tingkat ekspor yang memperlihatkan
adanya pengaruh tidak langsung kegiatan ekspor terhadap pendapatan petani.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa harga ekspor manggis
berpengaruh positif terhadap penerimaan petani manggis di Provinsi Sumatera
Utara. Oleh karena itu dinyatakan hipotesis (3) diterima.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar, Volume ekspor manggis,
Harga ekspor manggis, Kandungan timbal secara serempak berpengaruh nyata
terhadap Nilai ekspor manggis segar di Provinsi Sumatera Utara. Nilai tukar
nominal rupiah secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor,
Volume ekspor manggis secara parsial berpengaruh nyata terhadap nilai
ekspor manggis, Hambatan non tarif secara parsial tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai ekspor, Harga ekspor manggis secara parsial berpengaruh nyata
terhadap nilai ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara.
2. Terdapat hubungan kausalitas antara harga ekspor manggis dengan harga
domestik manggis tingkat petani di Provinsi Sumatera Utara.
3. Harga ekspor manggis berpengaruh positif terhadap penerimaan petani
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat
diajukan:
1. Para petani manggis diharapkan mampu meningkatkan kualitas buah manggis
yang dihasilkan sesuai dengan standar ekspor agar harga jual yang diperoleh
tinggi serta mampu menjalin relasi bisnis yang baik dengan para eksportir.
2. Kepada pemerintah khususnya pemerintah daerah diharapkan turut serta
dalam upaya pengembangan budidaya buah manggis dengan memberikan
insentif kepada petani agar petani mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas
buah manggis serta berupaya untuk menanggulangi kandungan timbal dalam
manggis dengan melakukan fumigasi pada buah manggis yang akan diekspor
melalui Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.
3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti data di tahun terbaru,
meneliti variabel-variabel lain seperti pajak ekspor dan kualitas buah manggis,
serta meneliti dampak isu-isu politis terhadap ekspor komoditi pertanian di
Provinsi Sumatera Utara.
2.1 Manggis
Manggis merupakan tanaman buah tropis yang asal usul nya tidak disebutkan
secara pasti. Satu kepustakaan menyebutkan bahwa tanaman manggis berasal dari
Malaysia, hal ini dinyatakan oleh Steenis pada tahun 1949. Sumber lain juga
menyebutkan bahwa tanaman manggis berasal dari Semenanjung Malaya.
Perdagangan di masa lalu menyebabkan tanaman manggis menyebar dari satu
benua ke benua lain, dari satu daerah ke daerah lain, dari Malaysia, ke Indonesia,
terus ke Philipina, Vietnam, Thailand, Burma dan Srilanka.
Pada sekitar tahun 1925, sebuah perusahaan besar bernama The United Fruit Coy
di Honduras membudidayakan tanaman manggis secara besar-besaran yang
bersifat komersial dalam bentuk perkebunan. Hasil budidaya manggis tersebut
diperdagangkan oleh perusahaan tersebut dan membawa kesejahteraan bagi
masyarakatnya. Kini tanaman manggis sudah menyebar dan dibudidayakan antara
lain di Myanmar, Indo-cina, Australia, dan Amerika Tengah. Di Indonesia sendiri,
tanaman manggis terdapat di hampir semua provinsi, dari barat sampai ke ujung
timur, dari Sabang sampai Merauke.
Menurut Warisno dan Kres Dahana (2012), tanaman manggis merupakan anggota
genus Garcinia dari keluarga Gruttiferae. Berdasarkan sistem nomenklatur,
tanaman manggis memiliki klasifikasi tata nama sebagai berikut:
Kingom : Plantae
Class : Dicotyledonae Ordo : Parietales Family : Guttiferae Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.
2.1.1 Sifat Botani
Manggis merupakan pohon hutan. Sosoknya tidak terlalu tinggi, sekitar 20 m.
Tanaman tumbuh lambat, biasanya daun muda muncul 1-2 kali setahun. Hal ini
karena akar sampingnya hanya sedikit.
a. Daun dan Cabang
Mahkota daun (kanopi) tampak indah menyerupai setengah kerucut. Daunnya
lebar dan tebal. Batang dan cabang banyak, tumbuh condong mendatar, tetapi
umumnya tidak rata dan banyak benjolan.
b. Bunga
Bunga berukuran besar. Kelopak tebal terdiri dari empat helai dan berwarna hijau.
Putik pendek. Bakal buah bulat besar dan berwarna hijau. Kepala putik bercabang
4-8 yang tetap melekat pada ujung buah.
c. Buah
Buah yang telah matang berwarna merah kecokelatan dengan bekas kepala putik
berwarna merah kehitaman. Semua bagian tanaman yang masih muda bergetah
kekuningan. Biji terbentuk tanpa melalui penyerbukan (aporniksis) karena tidak
memiliki polen (tepung sari) kelamin rudimenter.
2.1.2 Agroekologi
Tanaman manggis dapat hidup pada dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl
dengan tipe iklim basah. Curah hujan antara 1.500-3.000 mm/tahun dan merata
sepanjang tahun. Suhu udara rata-rata 20-30o C, pH tanah 5-7, tetapi lebih toleran
pada pH rendah (masam) di lahan gambut. Daunnya peka sekali terhadap sinar
matahari langsung karena mudah terbakar. Di daerah beriklim agak lembap
hingga agak kering, tanaman manggis masih mampu hidup asalkan air tanah agak
dangkal. Bibit yang baru dipindah ke kebuh harus diberi naungan. Bila tidak,
hidupnya akan merana dan daunnya terbakar matahari.
2.1.3 Varietas unggul
Menurut Sobir dan Mega Amaliya (2013), varietas unggul manggis yang telah
dilepas adalah kaligesing (Purworejo). Namun, karena manggis masih dianggap
monoklonal (genetik seragam) maka pelepasan varietas unggul lokal yang lain
masih perlu dipertimbangkan. Hal ini disebabkan biji yang terbentuk tanpa
melalui pembuahan (perkawinan).
Di Indonesia, varietas unggul manggis masih sangat jarang. Varietas unggul yang
ada biasanya berasal dari seleksi petani, misalnya varietas Tasikmalaya,
Wanayasa, Padang, Payakumbuh, Puspahiang dan Malinau. Selain varietas lokal
unggul, juga telah dikembangkan beberapa klon unggul antara lain, MBS 1, MBS
2, MBS 3, MBS 4, MBS 5, MBS 6, MBS 7. Sayangnya, ketersediaan bibit unggul
ini tidak dapat diakses dengan mudah oleh petani, sehingga petani tetap menanam
2.1.4 Budidaya
[image:50.595.168.458.110.257.2]Sumber: mitrabibit.com
Gambar 2.1. Benih Manggis Siap Semai
Sumber: tokopedia.com
Gambar 2.2. Bibit Manggis Siap Tanam
Menurut Sobir dan Mega Amaliya (2013), bibit ditanam menjelang musim hujan
pada lubang ukuran 60 x 60 x 50 cm. Pupuk yang digunakan berupa pupuk
kandang sebanyak 20 kg/lubang. Bibit yang tumbuh condong perlu diberi ajir.
Bibit yang baru dipindahkan perlu diberi naungan dari daun kelapa atau jerami
selama panas terik. Dosis pupuk buatan tiap aplikasi sebanyak 60 g Urea + 50 g
SP-36 + 25 g KCl/pohon. Pupuk diberikan empat kali dengan selang tiga bulan
pada tahun pertama hingga ke lima. Selanjutnya, dosis pupuk buatan dapat
ditingkatkan hingga empat kali lipat.
[image:50.595.164.459.303.475.2]Sumber: klatenherbal.com
Gambar 2.3. Pohon Manggis
Sumber: omkicau.com
Gambar 2.4. Proses Pematangan Buah Manggis
Pohon Manggis yang dirawat dengan baik akan mulai berbuah setelah berumur 5
tahun. Buah manggis dipetik setelah berwarna merah kehitaman, kira-kira
berumur 120 hari setelah bunga mekar. Bunga akan mekar (anthesis) setelah 25
hari sejak muncul bunga (kuncup). Buah harus dipanen satu per satu dengan
[image:51.595.153.475.373.483.2]2.1.5 Manfaat
Buah manggis memiliki berbagai macam khasiat yang bermanfaat bagi manusia,
bukan hanya sebagai obat-obatan tetapi juga sebagai pewarna dan kosmetik.
Seperti yang dipublikasikan oleh Journal of Pharmacology bahwa salah satu
kandungan manggis yaitu xanthone memiliki efek antikanker, seperti kanker
payudara, kanker darah (leukimia), dan kanker hati. Selain itu xanthone juga
mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, terutama kesehatan
kardiovaskuler, seperti mengatasi sakit jantung, aterosklerosis, hipertensi, dan
trombosit. Xanthone pun bisa memperlebar pembuluh darah dan memperlancar
peredaran darah. Manggis juga kaya mineral kalium yang membantu metabolisme
energi (Hadisaputra, 2012).
Beragam manfaat buah manggis diantaranya adalah:
a. Air rebusan akar manggis dapat digunakan untuk menyebuhkan penyakit
disentri dan mengatasi haid yang tidak teratur.
b. Kulit batang digunakan sebagai obat sakit perut.
c. Daun manggis digunakan untuk meredakan demam dan gangguan kencing,
serta ekstraknya digunakan sebagai salep luka.
d. Jus daging buah digunakan sebagai obat diare, radang amandel, keputihan,
disentri, wasir, borok, peluruh dahak, dan sakit gigi.
e. Kulit buah sebagai obat anti kanker, anti tumor, anti inflamasi/anti radang,
diabetes, antioksidan, mengatasi TBC, mengatasi Retinoblastoma (kanker