• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU HARIAN PECUK HITAM (Phalacrocorax sulcirostis) SAAT MUSIM BERBIAK DI SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT, JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU HARIAN PECUK HITAM (Phalacrocorax sulcirostis) SAAT MUSIM BERBIAK DI SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT, JAKARTA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

jenis kowak (

urung tersebut pada saat musim

innya yang ilakukan pada saat musim berbiak.

BAHAN DAN METODE

dengan menggu

Suaka Margasatwa Pulau Rambut (106˚31’30”E, 5˚57’S) merupakan sebuah pulau kecil dan masih merupakan bagian dari Kepulauan Seribu. Pulau ini merupakan habitat burung air terbesar di Jawa Barat dan telah ditetapkan menjadi Suaka Margasatwa pada tahun 1999 melalui SK. Menteri Kehutanan dan

Perkebunan No. 275/kpts-II/1999. Pulau Rambut dihuni 14 jenis burung-burung air yaitu: 2 jenis cangak, 3 jenis kuntul, roko-roko, pelatuk besi, bangau bluwok, pecuk ular, 3 jenis pecuk, 2

PERILAKU HARIAN PECUK HITAM (Phalacrocorax sulcirostis) SAAT

MUSIM BERBIAK DI SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT,

JAKARTA

Erni Jumilawaty

Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Jalan. Bioteknologi No. 1, Padang Bulan, Medan 20155

Abstract

Black Cormorants (Phalacrocorax sulcirostis) Daily Behavior ofreeding Season in Pulau Rambut Wildlife Sanctuary, Jakarta was observed during February–June 2001. There were 10 pair cormorant selected for study daily behavior in theirs nest, that is nest construction, take care of child, body maintenance, locomotion and social behavior. The nests were marked with textile band. 265 hours were spent to study behavior. Body maintenance (2709 point), locomotion (1430 point), take care of child (1352 point) and social interaction (1307 point) were in the greatest quantities and turn over brood (53 point) were smaller quantities than the others behavior. Nest contruction and take care of child were done by two parents. Nest contruction were spent 7 - 12 days. Turn over ensued to three time in 11 hour i.e 09.00 – 10.00 AM, 12.00 – 13.00 PM dan 16.00 – 17.00 PM child of cormorant were eaten four time in 11 hour i.e 06.00 - 07.00 AM, 09.00 – 10.00 AM, 13.00 – 14.00 PM and 16.00 – 17.00 PM.

Keywords: cormorant, daily behavior, breeding season, Pulau Rambut Wildlife

PENDAHULUAN

Setiap organisme memiliki kemampuan untuk hidup, tumbuh, dan berkembang biak pada habitat yang sesuai dengannya. Salah satu cara untuk mempertahankan hidupnya adalah dengan mempertahankan perilaku keseharian pada saat musim berbiak.

Faktor yang sangat menentukan perilaku ini di antaranya habitat tempat tinggalnya meliputi keamanan dan ketersediaan sumber daya hayati yang dapat mendukung kelestariannya terutama pada saat berbiak, di mana organisme membutuhkan keamanan dan ketersediaan makanan lebih baik dibandingkan pada saat tidak memasuki musim berbiak.

Perilaku harian organisme merupakan faktor yang berasal dari hewan itu sendiri. Setiap hewan memiliki karakter perilaku harian yang berbeda sesuai anatomi dan morfologi tubuh yang dimilikinya. Seperti halnya pada burung air, jenis perilaku harian yang kelihatan pada saat musim berbiak tiba akan berbeda dengan jenis perilaku yang tampak pada jenis burung lainnya.

Mardiastuti, 1992; Mahmud, 1991).

Burung-burung ini memiliki musim berbiak yang hampir bersamaan pada setiap tahunnya sehingga merupakan pemandangan yang sangat menarik untuk mengamati perilaku harian dari burung-b

berbiak tiba.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku harian burung pecuk pada saat musim berbiak tiba meliputi perilaku membuat sarang, mengasuh anakan, dan perilaku la

d

Studi ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2001 bertepatan dengan musim biak 2001 di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, dengan mengambil 10 pasang pecuk yang sedang berbiak. Pohon tempat bersarang ditandai dengan pita dan diberi nomor. Studi dilakukan dari sebuah pohon dengan bantuan teropong binokuler mulai jam 06.00-17.00 WIB

nakan metode scan sampling.

Perilaku yang diamati meliputi: mengeram, membuat sarang, perawatan diri, memberi makan, agonistik, melompat, dan

(2)

Vol. 1, 2006 J. Biologi Sumatera 21

Tets,

1965; M ).

HASIL DAN PEMBAHASAN

dan tidak da entase perilaku diringka k menger yang selalu mengik

ibandingkan dengan pecuk yang tid

menit dari jam

ndungi anakan dan telur dari sinar atahar

bila pengam

unya untuk merawat dan melindu

terbang dengan mencocokkan gambar perilaku berdasarkan buku acuan menurut (Van

endall, 1936 dan Johnsgard, 1993

Perilaku harian pecuk yang diamati dalam penelitian ini meliputi: perilaku membuat sarang, perilaku mengeram dan perilaku mengasuh anak. Hasil pengamatan jumlah dan persentase lama aktivitas masing-masing dibagi menjadi tiga waktu yang diringkas pada Gambar 1, 2, dan 3 yaitu jam pengamatan 06.00-10.00 (pagi hari) WIB, 10.00-14.00 (siang hari) WIB dan 14.00-17.00 (sore hari) WIB. Gambar 1-3 terlihat 4 aktivitas yang paling sering dilakukan yaitu: perawatan diri, lokomosi, interaksi sosial, dan mengasuh anak. Persentase perilaku perawatan diri memiliki nilai tertinggi pada ketiga waktu pengamatan (pagi, siang, dan sore hari), diikuti dengan lokomosi, interaksi sosial dan mengasuh anakan (pagi dan siang), hal ini disebabkan ke 4 aktivitas ini saling berkaitan

pat dipisahkan satu dengan lainnya. Pada Gambar 1-3 dapat dilihat bahwa aktivitas perilaku paling banyak dilakukan pada jam 10.00-14.00 WIB dan terendah pada jam 14.00-17.00 WIB. Aktivitas mengeram, mengasuh anak dan membuat sarang paling tinggi terjadi pada jam 06.00-10.00 WIB. Data keseluruhan jumlah dan pers

m

s pada Gambar 4 dan 5.

Pada Gambar 4 dapat dilihat ada 3 aktivitas yang dilakukan dengan proporsi yang hampir sama yaitu perilaku perawatan tubuh, lokomosi, dan interaksi sosial. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sarjono (1995) dan Fithri (1987) perilaku istirahat pecuk yang sedang berbiak lebih kecil dibandingkan dengan pecuk non berbiak, hal ini dikarenakan pecuk lebih banyak menghabiskan waktu untu

am, melindungi, dan mengasuh anakan. Untuk memberi makan anakan biasanya induk dapat berkali-kali datang dan pergi sampai anakan benar-benar memperoleh makanannya. Setiap memberi makan, induk datang 2-4 kali datang dan pergi. Seiring dengan bertambahnya usia anakan, aktivitas induk mencari makan juga akan bertambah selain itu bila anakan sudah hampir besar induk juga harus menambah ranting untuk sarang, sehingga lokomosi merupakan kegiatan yang senantiasa dilakukan, diiringi dengan aktivitas perawatan tubuh

uti semua aktivitas lainnya.

Dengan kata lain pecuk yang sedang berbiak lebih banyak melakukan aktivitas utama di antaranya perawatan tubuh, lokomosi, dan interaksi sosial, dibandingkan pecuk yang tidak

dalam keadaan berbiak. Sedang waktu istirahat lebih rendah bila d

ak berbiak.

Pada Gambar 4 terdapat variasi jam pertukaran pengeraman dan pemberian makan atau mengasuh anak, hal ini disebabkan data yang diperoleh selama pengamatan berasal dari 15 individu yang berbeda. Umumnya ke-15 individu ini memperlihatkan jam pertukaran yang hampir sama setiap hari, meskipun terjadi perbedaan hanya beberapa menit (10-15

pertukaran di hari sebelumnya).

Pada Gambar 4 terlihat bahwa puncak perilaku mengeram terjadi dua kali yaitu pada jam 6.00-7.00 WIB dan antara jam 8.00-12.00 WIB. Yang dimaksud dengan mengeram ini meliputi mengeram dalam arti sebenarnya, dan duduk di dalam sarang untuk melindungi anakan. Hal ini diduga erat kaitannya dengan faktor suhu, di mana pada saat pagi hari (6.00-7.00 WIB) induk melindungi telur dan anakan dari udara yang lembab (menghangatkan) dan pada saat menjelang siang di mana suhu udara mulai naik dan sinar matahari mulai meningkat maka induk akan meli

i.

Kenyataannya, sulit untuk mengetahui apakah anakan sudah menetas atau belum karena anakan tidak mengeluarkan suara. Kesulitan membedakan ini terutama pada saat pengamatan perilaku mengasuh anakan dan mengeram, karena pohon sarang tidak di panjat seperti pemeriksaan harian telur. Baru setelah anakan berumur seminggu terlihat mulai menggerak-gerakkan kepalanya. Untuk mengetahui apakah anakan sudah menetas dapat dilakukan dengan cara: 1) melihat cangkang yang terdapat di sekitar pohon yang diamati, 2) mendengarkan suara anakan, 3) mengamati bila induk sering berdiri dan jarang terlihat mengeram serta seperti menarik sesuatu dari dalam sarang (selain ranting). Hal kedua dapat dilakukan

atan dilakukan dekat dengan objek.

Berdasarkan pembagian waktu pengamatan pagi, siang, dan sore (Gambar 1-3) dapat dilihat bahwa aktivitas paling tinggi pecuk pada saat bersarang terjadi pada saat siang hari, aktivitas paling rendah terjadi pada saat sore hari di mana pecuk sudah kembali ke sarang setelah lelah melakukan aktivitas pada saat siang dan pagi hari. Pada pagi hari pecuk lebih banyak menghabiskan wakt

ngi anakan.

Pecuk yang mengeram lebih banyak melakukan beberapa aktivitas dibandingkan dengan yang mengasuh anakan. Dari semua aktivitas selama mengeram yang paling sering

(3)

worring umumny

dengan hasil ).

dilakukan oleh pecuk adalah berputar, berdiri, menelisik. Sedangkan pointing, gaving paling sering dilakukan pada saat banyak gangguan dan umum dilakukan pada saat siang hari. Nest

saat udara panas bersamaan dengan kegiatan

cooling dan panting. Semua jenis kegiatan dan

gerakan yang dilakukan oleh pecuk selama pengamatan dicocokkan

a dilakukan pada saat siang hari pengamatan van Tets (1965

Persentase perilaku p

Gambar 1. ecuk pada jam 06.00-10.00 (pagi hari) WIB di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, 2001

Persentase perilaku p

Gambar 2. ecuk pada jam 10.00-14.00 (siang hari) WIB di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, 2001

(4)

Vol. 1, 2006 J. Biologi Sumatera 23

Gambar 3. Persentase pecuk pada jam 14.00-17.00 (sore hari) WIB di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, 2001

Gambar 4. Histogram jumlah perilaku pecuk pada setiap jam pengmatan

Gambar 5. Histogram perbedaan tiga aktivitas utama pecuk di tiga lokasi tanpa membedakan waktu pengamatan

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Altmann J. 1974. Observational Study of Behaviour: Sampling Method. Behaviour 49: 227-265.

Faaborg J. 1988. Ornithology an Ecological Approach. New Jersey: Prentice Hall Fithri A. 1987. Studi Perilaku Makan Burung

Pecuk Kecil (Phalacrocorax niger) Dan Pecuk Besar (P. sulcirostris). Skripsi Mahasiswa Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Bogor.

Kortlandt A. 1995. Patterns of Pair-Formation and Nest-Building in The European Cormorant Phalacrocorax carbo sinensis.

Ardea 83: 11-25.

Matthews CW & Fordham RA. 1995. Behaviour of The Little Pied Cormorant

Phalacrocorax melanoleucos. Emu 96:

118-121.

Sarjono AP. 1995. Ekologi Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris Brandt, 1931) di Taman Burung Kota Baru Bandar Kemayoran, Jakarta. Skripsi mahasiswa. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Sellers RM. 1995. Wing-Spreding Behaviour of Cormorant Phalacrocorax carbo. Ardea 83: 27-36.

Van Tets GF. 1965. Comparative Study of Some Sosial Communication Patterns in The Pelecaniformes. Lawrence, Kansas: The Allen Press.

Van Eerden MR & Voslamber B. 1995. Mass Fishing by Cormorants Phalacrocorax

carbo at Lake Ijsselmeer, The Netherlands:

a Recent and Succesfull adaptation to a Turbid Environment. Ardea 83: 199-212. Welty JC. 1982. The Life of Birds. New York:

Gambar

Gambar 2.   ecuk pada jam 10.00-14.00 (siang hari) WIB di Suaka Margasatwa  Pulau Rambut, 2001
Gambar 3.  Persentase pecuk pada jam 14.00-17.00 (sore hari) WIB di Suaka Margasatwa Pulau  Rambut, 2001

Referensi

Dokumen terkait

private javax.swing.JButton bt_cariKry2; private javax.swing.JButton bt_cariKry3; private javax.swing.JButton bt_editAbsen; private javax.swing.JButton bt_editGaji;

diperoleh untuk menghitung elastisitas beton, setelah didapatkan nilai elastisitas beton kemudian dihitung nilai kuat tekan beton. e) Nilai kuat tekan beton yang

St eadm an dalam Tezza, m engat akan bahw a salah sat u ide yang m elekat pada arsit ekt ur organik adalah pada m et ode kom posisi yang bekerja dari dalam ke luar,

Proses analisa secara eksternal akan menggambarkan posisi merk atas perusahaan tersebut di pasaran, perilaku konsumen dan proses komunikasi yang efektif dan media yang digunakan

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nurmadinah (2015) yang menyatakan bahwa secara parsial CR menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan terhadap

Sudaryono dan Natangsa Surbakti, 2005, Hukum Pidana (Buku Pegangan Kuliah), Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal.112.. harus diperlakukan secara

Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah agar membantu siswa dalam proses belajar dengan adanya model pembelajaran problem based learning dengan media

Dalam sehari-hari pembelajaran bersifat konvensional, yang mana metode pembelajaran masih berpusat pada guru serta kurangnya sarana dan prasarana disekolah, tujuan