• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pengelolaan pemerintahan daerah yang baik. Sebab hal ini secara tidak langsung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pengelolaan pemerintahan daerah yang baik. Sebab hal ini secara tidak langsung"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Pengelolaan aset dewasa ini telah memainkan peranan strategis dalam pengelolaan pemerintahan daerah yang baik. Sebab hal ini secara tidak langsung berpengaruh pada peningkatan pendapatan dan daya saing daerah. Menurut Siregar (2004: 561), pemanfaatan dan pengelolaan aset daerah yang tidak optimal akan berdampak negatif terhadap nilai kemanfaatan potensial yang dapat diperoleh aset itu sendiri. Pengelolaan aset daerah memiliki tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya. Dalam suatu tata kelola aset yang baik salah satu tahapan pentingnya adalah penginventarisasian aset yang baik. Saat ini dalam penginventarisasian aset, masih banyak terdapat daerah yang menghadapi kendala disebabkan tidak baiknya sistem basis data aset yang dibangun, terutama aspek informasi basis data tersebut.

Permasalahan serupa dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Pontianak, pihak eksekutif pemerintahan di Kabupaten Pontianak masih belum memperhatikan sisi strategis manajemen aset dalam perspektif pengelolaan pemerintahan yang baik. Permasalahan pengelolaan aset daerah di Kabupaten Pontianak lebih banyak disebabkan karena inventarisasi dan identifikasi aset secara fisik, penguasaan secara yuridis dan penilaian potensi yang dimiliki belum sepenuhnya terlaksana, sehingga basis data aset daerah belum tersusun dengan baik. Hal ini berimplikasi pada pemanfaatan aset daerah yang belum efektif dan efisien. Terlebih setelah terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Pontianak menjadi

(2)

tiga kabupaten baru, kejelasan pemilikan dan pengelolaan aset daerah hasil pemekaran semakin memainkan peranan dalam pembentukan opini Badan Pemeriksa Keuangan di mana selama ini masalah pengelolaan aset masih menjadi kendala dalam memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Letak geografis Kabupaten Pontianak yang menghadap langsung ke Laut China Selatan merupakan posisi yang strategis terutama karena kabupaten ini diproyeksikan sebagai salah satu pintu gerbang keluar masuknya arus ekonomi dari dan ke wilayah timur Kalimantan Barat. Sudah semestinya Pemerintah Kabupaten Pontianak merespon potensi ini dengan berbagai langkah strategis guna menunjang pertumbuhan iklim investasi di Kabupaten Pontianak.

Berdasarkan data dari Badan Pengelola Statistik (BPS) Kabupaten Pontianak, pada tahun 2012 jumlah investasi yang telah terealisasi di Kabupaten Pontianak adalah sebesar Rp156.089.220.000 untuk realisasi PMDN dan sebesar US $47.590.490 untuk realisasi proyek PMA. Sebagian besar investasi tersebut bergerak di bidang pertambangan dan energi. Pemerintah Kabupaten Pontianak saat ini mengelola setidaknya 567 persil aset tanah dan 901 unit bangunan dengan nilai berdasar nilai perolehan sebesar Rp44.227.163.249 untuk aset tanah dan Rp274.123.438.724 untuk aset bangunan. Di antara jumlah tersebut masih banyak terdapat aset tanah dan bangunan non operasional yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Pontianak yang seharusnya dapat dijadikan sumber pendapatan potensial bagi daerah.

Aset milik Pemerintah Kabupaten Pontianak yang memiliki beragam karakteristik serta berada dalam posisi geografis tersebar terutama aset daerah

(3)

berbentuk tanah dan bangunan memerlukan pendekatan keruangan dalam pengelolaannya. Kondisi riil data aset tanah dan bangunan di Kabupaten Pontianak yang dapat diamati oleh penulis beberapa diantaranya adalah:

1. informasi mengenai aset tanah dan bangunan masih ditampilkan dengan cara konvensional dalam bentuk berkas dan dokumen;

2. kenyataan bahwa masih banyak aset tanah yang belum memiliki dokumen kepemilikan (sertifikat) berpotensi menyebabkan sengketa;

3. belum tersedianya sebuah sistem informasi aset dengan pendekatan keruangan (spasial) dalam pengelolaan aset tanah dan bangunan.

Beberapa fakta di atas berimplikasi pada proses pengambilan keputusan perencanaan strategis terkait aset berjalan lambat dan menjadi lebih sulit. Oleh karenanya diperlukan pengelolaan (manajemen) informasi aset tanah dan bangunan dengan menggunakan pendekatan spasial. Pendekatan ini akan sangat membantu proses pengelolaan serta pemanfaatan aset tanah dan bangunan secara akurat, karena dapat menampilkan data spasial dan atribut secara terintregrasi serta dapat lebih komunikatif dalam penyajiannya.

Peluang pengembangan teknologi informasi dapat diaplikasikan pada bidang pengelolaan aset yang memiliki karakteristik spasial. Penyajian informasi aset tanah dan bangunan dapat memanfaatkan integrasi teknologi informasi ruang kebumian (geospasial) kedalam konsep manajemen aset melalui arsitektur layanan komunikasi internet. Konsep ini sering disebut dengan istilah geospatial web, yaitu penggunaan prasarana jaringan komunikasi internet untuk mendukung bentuk tampilan dan ragam aplikasi teknologi informasi kebumian.

(4)

Konsep geospatial web sendiri sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep webmaps yaitu menampilkan bentuk peta konvensional ke dalam jaringan internet. Menurut Kraak (2001) pengkatagorian model peta berbasis internet terdiri atas dua model, yaitu peta statis dan peta dinamis. Peta dinamis untuk selanjutnya terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu view only dan interaktif. Saat ini bentuk tampilan dan ragam aplikasi yang menggunakan konsep geospatial web dengan mudah ditemui dan digunakan baik untuk tujuan komersial maupun untuk kepentingan akademik.

1.2 Rumusan Masalah

Dari pemaparan kondisi pengelolaan aset khususnya pada basis data informasi hasil inventasisasi aset tanah dan bangunan yang telah ada saat ini, terdapat permasalahan yang dapat dijadikan celah penelitian yaitu belum adanya sebuah sistem tampilan informasi spasial dan atribut aset tanah dan bangunan milik daerah yang diintegrasikan dengan arsitektur layanan internet.

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini membuat pembahasan dengan sejumlah batasan-batasan. Berikut beberapa diantaranya:

1. daerah cakupan, yang hanya mencakup 4 (empat) wilayah administratif Kelurahan dan 1 (satu) wilayah administratif Desa di lingkup Kota Mempawah sebagai daerah studi;

2. detail penyajian, yang akan menggeneralisasi kenampakan-kenampakan sesuai tujuan awal pembuatannya;

3. tematik, berupa tampilan aset tanah dan bangunan milik Pemerintah Kabupaten Pontianak saja dan tidak menampilkan unsur lain yang tidak terkait;

(5)

4. data mentah, data yang digunakan diperoleh dari instansi terkait tanpa analisis mengenai data tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat tampilan manajemen informasi basis data aset tanah dan bangunan milik Pemerintah Kabupaten Pontianak dalam format Keyhole Markup Languange (KML) dan membuat model tampilan tiga dimensi aset bangunan dengan Trimble SketchUp. Penyimpanan data informasi hasil pengolahan memanfaatkan teknologi komputasi awan tipe IaaS (Infrastructur as a Service) Google Drive. Hasil pengolahan selanjutnya ditumpangtindihkan pada tampilan global seluruh permukaan bumi menggunakan aplikasi Google Earth.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat, antara lain:

1. merealisasikan suatu tampilan informasi geospasial aset tanah dan bangunan memanfaatkan sarana dengan perspektif baru yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi informasi berbasis geospatial web;

2. membuka peluang pengembangan sistem lebih lanjut dengan penambahan luas cakupan, pemanfaatan lebih lanjut pada bidang informasi publik seperti manajemen informasi pertanahan kabupaten (kerjasama dengan BPN/kantor pertanahan), informasi kependudukan (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil), informasi data wajib pajak seperti PBB dan BPHTB (Dinas Pendapatan

(6)

Daerah) atau informasi zonasi dan pengembangan wilayah (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah);

3. pembangunan sistem basis data informasi aset daerah khususnya aset tanah dan bangunan yang dapat terintegrasi dengan jaringan infrastruktur data spasial daerah dan dapat diakses oleh berbagai instansi daerah terkait agar dapat saling bersinergi dalam membangun, mengelola, memperbaharui serta memanfaatkan basis data dalam batas tugas pokok dan fungsi masing-masing instansi.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang mengangkat pendekatan spasial untuk manajemen informasi aset telah banyak dilakukan oleh para akademisi dan praktisi didalam maupun di luar negeri, namun penelitian spesifik tentang penerapan manajemen informasi aset dengan berbasis pada geospatial web relatif belum banyak dilakukan sejauh yang penulis ketahui. Berikut beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

1. Wahyuningsih (2009), melakukan penelitian penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk manajemen basis data aset tanah dan bangunan Pemerintah Kota Yogyakarta.

2. Saido dan Suryoto (2013), melakukan inventarisasi tanah aset pemerintah kota Probolinggo untuk menghasilkan pengelolaan tanah aset pemerintah kota lebih lengkap dan terpadu.

3. WinklerPrins dan Aldrich (2010), melakukan inventarisasi dan visualisasi basis data ADE/Amazonian Dark Earth (sejenis lapisan tanah subur antrophogenic/

(7)

hasil perkembangan peradaban suku Indian) di sepanjang lembah sungai Amazon dengan memanfaatkan aplikasi SIG interaktif Google Earth.

4. Singh, dkk. (2009), meneliti tentang pemanfaatan geoinformasi dalam bentuk sistem informasi pedesaan sebagai sebuah sistem pendukung pengambilan keputusan bagi perangkat administrasi daerah.

5. Stanchev, dkk. (2009), meneliti tentang keunggulan penggunaan teknik model tiga dimensi dan citra satelit resolusi tinggi dalam melakukan kajian (assessment) risiko banjir pada area Teluk Varna, Bulgaria.

6. Hu (2009), meneliti tentang solusi untuk masalah kualitas data spasial yang diperlukan dalam manajemen infrastruktur kota termasuk ketersediaan dan keakuratan data yang diintegrasikan dengan GISmaps, model CAD (Computer Aided Design) dan basis data informasi fasilitas yang ada.

7. Eljamasi dan Abeaid (2013), meneliti tentang keuntungan menggunakan SIG dan DSS (Desicion Support System) berbasis pemodelan jaringan pipa untuk manajemen operasi dan perawatan jaringan.

8. Qiuntana (2011), mengembangkan GFOAMS (The GIS Fiber Optics Asset Management System) untuk mengelola insfastruktur serat optik kota El Paso. 9. Ahmad, dkk. (2013), membuat sistem manajemen asrama mahasiswa

Universitas Punjab sebagai tool pengambilan keputusan interaktif.

Hal yang membedakan studi ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah studi ini menggali pemanfaatan layanan komputasi awan untuk menfasilitasi pendistribusian informasi geospasial ke pihak-pihak internal organisasi tanpa terikat lokasi dan waktu. Dalam konteks penelitian ini, informasi

(8)

geospasial yang didistribusikan ialah data aset tanah dan bangunan pada wilayah studi kepada semua instansi daerah yang terkait dengan pengelolaan aset daerah dalam lingkup kerja Pemerintah Kabupaten Pontianak.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi atas: Bab I Pengantar memberikan uraian mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka menguraikan tentang tinjauan pustaka, landasan teori dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III Analisis Data menjelaskan bagaimana cara penelitian, gambaran objek penelitian dan hasil analisis. Bab IV Kesimpulan Saran memuat kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis yang diperoleh, keterbatasan penelitian dan saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan.

Referensi

Dokumen terkait

penelitian tersebut disimpulkan bahwa revisi kepercayaan pada keputusan harga saham secara signifikan lebih besar (kecil) dalam kondisi ber urutan, ketika

Pondok Pesantren An-Nahdhoh, PT Indonesia Power UP Saguling menyelenggarakan acara silaturahim dengan para tokoh serta masyarakat di Kecamatan Batujajar (yang merupakan

Pelayanan puskesmas tidak hanya berpusat pada pelayanan kesehatan yang dilakukan di dalam gedung puskesmas, namun juga banyak kegiatan di luar gedung yang harus dilakukan

(1) Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, Pungutan dan Penataan Ruang yang telah disetujui bersama dengan BPD, sebelum ditetapkan

Pola pikir seperti inilah yang membuat individu selalu terfokus untuk selalu membeli produk atau barang yang disukai secara spontan, cepat, ingin membeli dengan segera,

Tokoh pelayan muda atau perempuan muda dianggap melanggar maksim kesantunan karena ada dua tuturan yang ia sampaikan secara kasar dan tidak sesuai dengan peran

Hasil dari penelitian ini adalah terumuskan 5 strategi dan kebijakan IS/IT yang sebaiknya diterapkan di FIT Tel-U berdasarkan pertimbangan 3 hal, pertama kebutuhan

L : Ya Tuhan Yesus yang telah mati di kayu salib, hanya oleh karena kasihMu kepada orang berdosa ini. P : Ajarilah kami selalu mengingat Tuhan yang mati di kayu