• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. moneter terutama sudah sangat banyak dilakukan oleh para peneliti di dunia,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. moneter terutama sudah sangat banyak dilakukan oleh para peneliti di dunia,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Studi mengenai jalur kredit dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter terutama sudah sangat banyak dilakukan oleh para peneliti di dunia, antara lain Oliver Hulsewig (2003) yang meneliti eksistensi dari jalur Bank Lending di Jerman dan Kirsten Ludi (2006) yang meneliti eksistensi jalur Bank Lending di Afrika Selatan. Selain itu terdapat Veronica Bayangos (2010) yang juga meneliti eksistensi jalur Bank Lending di Filipina. Sementara itu di Indonesia salah satunya adalah Yeniwati (2010) yang juga meneliti eksistensi jalur Bank Lending dan dampaknya terhadap PDB di Indonesia. Namun keempat studi di atas menggunakan data perbankan secara agregat. Berbeda dengan studi di atas, skripsi ini menggunakan data masing-masing jenis Bank yang ada di Indonesia yaitu Bank Persero, Bank Pembangunan Daerah, Bank Swasta Nasional, dan Bank Asing dan Campuran. Selain itu skripsi ini akan mengeksplorasi peran jalur kredit dari masing-masing jenis Bank tersebut terhadap perekonomian Indonesia.

Terdapat dua pendekatan kebijakan moneter yaitu pendekatan kuantitas (sasaran multi) dan pendekatan harga (penargetan inflasi). Pendekatan kuantitas merupakan paradigma lama dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter yang membuat Bank Sentral harus membagi konsentrasi mengenai sasaran kebijakan (Ascarya, 2002). Paradigma ini menggunakan inflasi, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan keseimbangan neraca

(2)

commit to user

pembayaran sebagai sasaran kebijakan moneter. Pendekatan kuantitas beranggapan bahwa pengendalian besaran-besaran moneter dapat mengendalikan stabilitas perekonomian.

Berbeda dengan pendekatan harga yang berkonsentrasi pada satu sasaran, yaitu stabilitas harga. Stabilitas harga yang dimaksud adalah inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka panjang. Walaupun pendekatan harga hanya berkonsentrasi pada stabilitas harga, bukan berarti pertumbuhan ekonomi tidak menjadi concern dari Bank Sentral. Justru dengan rendah serta stabilnya inflasi dalam jangka panjang akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (www.bi.go.id).

Dengan kata lain mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah proses dimana kebijakan moneter ditransmisikan menjadi perubahan inflasi dan output riil (Taylor, 1995). Dalam implementasinya, mekanisme transimisi kebijakan moneter merupakan proses yang kompleks, dan karenanya dalam teori ekonomi moneter sering disebut dengan “black box” (Bernanke dan Gertler, 1988).

Kompleksitas mekanisme transmisi kebijakan moneter menuntut perlunya kajian serta riset untuk memetakan bekerjanya kebijakan moneter melalui berbagai jalur. Hal ini menjadi penting karena dengan mengetahui jalur mana yang paling dominan dalam mentransmisikan kebijakan moneter, maka jalur tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar bagi perumusan strategi kebijakan moneter. Hal penting lainnya yang perlu dikaji adalah untuk mengetahui seberapa kuat dan lamanya tenggat waktu masing-masing jalur transmisi tersebut bekerja. Analisis ini penting untuk dilakukan karena akan

(3)

commit to user

menentukan variabel ekonomi mana yang paling kuat terhadap pergerakan inflasi dan output riil kedepan. Kemudian dengan mengetahui time lag dari jalur transmisi dalam mengarahkan kebijakan moneter dalam mempengaruhi inflasi dan output riil, Bank Sentral dapat lebih mampu mengarahkan kebijakan moneter yang ditempuhnya saat ini pada sasaran akhir yang ditetapkan ke depan.

Dalam sejarah mekanisme transmisi kebijakan moneter, hingga tahun 1999 Bank indonesia masih menggunakan mekanisme transmisi paradigma lama. Mekanisme transmisi paradigma lama mengatakan bahwa Bank Indonesia dapat mengendalikan M0 dengan asumsi multiplier uang (money multiplier) tetap, BI akan dapat mengendalikan M1 dan M2. Melalui pengendalian M1 dan M2, Bank Indonesia dapat mempengaruhi PDB nominal atau permintaan agregat (Hakim, 2001).

Mekanisme tersebut jelas sudah tidak sesuai dengan kenyataan. Sekitar 70% dari M0 adalah uang kartal dan kebutuhan masyarakat akan alat pembayaran sedangkan 30% sisanya pun tidak selalu mudah untuk dipengaruhi oleh Bank Indonesia. Oleh karena itu, Bank Indonesia tidak jarang harus menerima kenyataan bahwa M0 meleset yang kadangkala jauh dari target yang direncanakan (Boediono, 1998).

Hingga tahun 2000 melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, laju inflasi yang terkendali menjadi sasaran Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan moneter, atau lebih dikenal dengan penargetan inflasi. Penargetan inflasi merupakan sebuah mekanisme transmisi kebijakan moneter yang menjadikan inflasi sebagai sasaran akhirnya.

(4)

commit to user

Penggunaan penargetan inflasi bukan tanpa sebab, karena dalam pengalaman empiris di berbagai negara yang menggunakan pendekatan penargetan inflasi terbukti mampu menurunkan inflasi tanpa meningkatkan volatilitas output riil (www.bi.go.id).

Penargetan inflasi menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebagai sasaran inflasi. Penggunaan IHK sebagai sasaran inflasi lebih berdasarkan pertimbangan karena lebih diterima oleh publik, sehingga sasaran inflasi tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan dalam perencanaan bisnis dan karenanya mampu mempengaruhi ekspektasi inflasi yang terjadi di masyarakat (Warjiyo dan Solikin, 2003).

Namun pada akhirnya baik dalam paradigma lama atau pendekatan kuantitas dan paradigma baru atau penargetan inflasi kompleksitas mekanisme transmisi kebijakan moneter menuntut perlunya kajian serta riset untuk memetakan bekerjanya kebijakan moneter melalui jalur yang ada, yaitu jalur uang beredar, jalur suku bunga, jalur nilai tukar, jalur kredit, jalur harga aset, atau jalur ekspektasi. Hal ini menjadi penting karena dengan mengetahui jalur mana yang paling dominan dalam mentransmisikan kebijakan moneter, maka jalur tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar bagi perumusan strategi kebijakan moneter (Warjiyo, 2004).

Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit perbankan banyak mengundang perhatian kalangan ekonom dalam beberapa tahun terakhir. Jalur kredit sendiri pertama kali dikemukakan oleh Bernanke dan Gertler pada tahun 1988. Jalur kredit muncul sebagai kritik atas jalur suku bunga karena memiliki variabel yang sulit diidentifikasi. Berbeda

(5)

commit to user

dengan pendekatan bukan suku bunga akan sangat mudah mengindentifikasi dampaknya terhadap variabel-variabel makroekonomi seperti output riil, penjualan, atau aliran kas yang sangat berpengaruh terhadap pengeluaran (Lukman Hakim, 2001).

Gambar 1.1

Skema Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Bank Lending

Sumber: Mishkin, 1995

Dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter jalur kredit, terdapat sub-jalur yang menekankan pada kredit yang disalurkan Bank, dikenal dengan jalur Bank Lending. Dalam jalur Bank Lending, apabila Bank Sentral melaksanakan kebijakan moneter kontraktif, diharapkan deposito bank yang menjadi salah satu pembentuk loanable funds akan berkurang, sehingga kemampuan Bank dalam menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit dapat berkurang sehingga menurunkan investasi, dan pada akhirnya menurunkan output riil. Sebaliknya apabila Bank Sentral melaksanakan kebijakan moneter ekspansif, diharapkan loanable funds Bank umum menjadi meningkat agar fungsi Bank dalam menyalurkan dana ke masyarakat menjadi maksimal sehingga meningkatkan investasi, dan pada akhirnya meningkatkan output riil (Mishkin, 1995).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran Bank cukup penting dalam mentransmisikan kebijakan moneter. Peran Bank sebagai intermediasi harus maksimal demi mentransmisikan kebijakan moneter yang

Bank Deposits Investasi Bank Loans Kebijakan Moneter

(6)

commit to user

dilaksanakan Bank Indonesia. Intermediasi dari masing-masing jenis Bank yaitu Bank Persero, Bank Pembangunan Daerah, Bank Swasta Nasional, dan Bank Asing Campuran dapat dimanfaatkan mengingat masing-masing jenis Bank tersebut memiliki nasabah yang beragam, mulai dari perusahaan besar, perusahaan kecil, hingga perorangan sehingga kebijakan moneter yang dilaksanakan Bank Indonesia akan memiliki dampak langsung kepada berbagai tipe nasabah dari keempat jenis Bank tersebut.

Perkembangan aset juga perlu dipertimbangkan karena proses intermediasi sangat bergantung dengan tingkat likuiditas masing-masing jenis Bank. Perkembangan masing-masing jenis Bank yang cenderung meningkat 1% hingga 3% perbulan. Walaupun perkembangan aset masing-masing jenis Bank memiliki tingkat pertumbuhan aset yang hampir sama, namun besaran aset yang dimiliki masing-masing jenis Bank tersebut sangat jauh berbeda. Tercatat di Statistik Perbankan Indonesia yang dipublikasikan Bank Indonesia pada tahun 2012 aset Bank Persero sebesar 16.308.412 miliar, Bank Pembangunan Daerah sebesar 433.857 miliar, Bank Swasta Nasional sebesar 20.093.181 miliar, dan Bank Asing dan Campuran sebesar 5.894.125 miliar. Dengan perbedaan besaran dan tingkat pertumbuhan aset tentu akan memiliki pola dan scope intermediasi yang berbeda.

Seperti yang telah disinggung diatas, kajian serta riset mengenai jalur mekanisme transmisi kebijakan moneter sangat penting dilakukan karena akan menentukan dasar penentuan strategi kebijakan moneter. Penelitian tentang jalur Bank Lending cukup penting untuk membuktikan eksistensi dari jalur Bank Lending di Indonesia. Selain itu juga penting untuk diketahui

(7)

commit to user

apakah kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia dapat diakses oleh keempat jenis Bank di Indonesia sehingga fungsi intermediasi masing-masing jenis Bank dapat ditransmisikan menjadi sasaran moneter yang telah ditetapkan.

Hal penting lainnya adalah pendapat bahwa penargetan inflasi mengorbankan output riil. Penting untuk diteliti apakah shock kebijakan moneter memberi dampak yang signifikan bukan hanya kepada variabel inflasi tetapi juga kepada variabel output riil.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian merumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat jalur bank lending pada Bank Persero.

2. Apakah terdapat jalur bank lending pada Bank Pembangunan Daerah. 3. Apakah terdapat jalur bank lending pada Bank Swasta Nasional 4. Apakah terdapat jalur bank lending pada Bank Asing dan Campuran. 5. Bagaimana dampak transmisi kebijakan moneter jalur bank lending pada

Bank Persero terhadap inflasi dan output riil.

6. Bagaimana dampak transmisi kebijakan moneter jalur bank lending pada Bank Pembangunan Daerah terhadap inflasi dan output riil.

7. Bagaimana dampak transmisi kebijakan moneter jalur bank lending pada Bank Swasta Nasional terhadap inflasi dan output riil.

8. Bagaimana dampak transmisi kebijakan moneter jalur bank lending pada Bank Asing dan Campuran terhadap inflasi dan output riil.

(8)

commit to user

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Mengetahui apakah terdapat jalur bank lending pada Bank Persero. 2. Mengetahui apakah terdapat jalur bank lending pada Bank Pembangunan

Daerah.

3. Mengetahui apakah terdapat jalur bank lending pada Bank Swasta Nasional

4. Mengetahui apakah terdapat jalur bank lending pada Bank Asing dan Campuran.

5. Mengetahui dampak transmisi kebijakan moneter jalur bank lending pada Bank Persero terhadap inflasi dan output riil.

6. Mengetahui dampak transmisi kebijakan moneter jalur bank lending pada Bank Pembangunan Daerah terhadap inflasi dan output riil.

7. Mengetahui dampak transmisi kebijakan moneter jalur bank lending pada Bank Swasta Nasional terhadap inflasi dan output riil.

8. Mengetahui dampak transmisi kebijakan moneter jalur bank lending pada Bank Asing dan Campuran terhadap inflasi dan output riil.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian untuk Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan sebagai pelaksana kebijakan moneter. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi oleh akademisi maupun praktisi mengenai studi kebijakan moneter.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh negatif terhadap tax avoidance adalah proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit, komite audit, dan

BMT Muamalat sangat berpedoman kepada aturan yang telah dibuat sesuai dengan hukum Islam yang ada namun tetap ada beberapa hal yang kurang sesuai dengan aturan yang ada

Hal demikian secara kontinuitas tetap d ij aga oleh masyarakat Pariaman, sehingga kesenian indang dapat tampil dalam berbagai aktivitas masyara- kat, seperti dalam acara

Pengertian makna hidup dalam penelitian ini adalah sesuatu yang dianggap penting dalam hidup seseorang guru SLB, yang mana dengan pekerjaannya yang berat, guru tersebut masih

Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian atau pengawasan selama proses, pengkajian dokumen produksi termasuk

Kualitas buah juga dapat meningkatkan harga jual, sehingga buah pisang yang dihasilkan dengan menggunakan Teknologi Anjuran memiliki harga yang relatif lebih tinggi dibanding

Setelah ditelusuri seluruh daftar skripsi yang ada di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum Pidana, tidak ditemukan

Password yang bisa anda curi adalah password yang ada di server HTTP (server yang tidak terenkripsi), bila data tersebut ada di server yang terenkripsi maka anda harus mendekripsi