BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN II. . 11.. LLaattaar r BBeellaakkaanngg
Kesehatan merupakan suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan Kesehatan merupakan suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sos
sosial ial yanyang g semsempurpurna. na. DalDalam am perperjaljalnan nan hidhidup, up, masmasa a remremaja aja adaadalah lah suasuatutu periode transisi yang memiliki rentang dari masa kanak – kanak yang bebas periode transisi yang memiliki rentang dari masa kanak – kanak yang bebas dari tanggung jawab sampai mencapai tanggung jawab masa remaja. Batasan dari tanggung jawab sampai mencapai tanggung jawab masa remaja. Batasan usia remaja adalah 10 sampai 20 tahun. (WHO,2002)
usia remaja adalah 10 sampai 20 tahun. (WHO,2002)
Dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi Dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial. Masa remaja ini juga merupakan periode pencarian fisik, mental dan sosial. Masa remaja ini juga merupakan periode pencarian ident
identitas itas diri, sehinggdiri, sehingga a remaja sangat remaja sangat mudah terpengamudah terpengaruh ruh oleh lingkungoleh lingkungan.an. Um
Umumumnynya a pproroseses s pepemmatatanangagan n fifisisik k lelebibih h ceceppat at ddarari i ppemematatanangganan ps
psikoikologlogisnisnya. ya. OleOleh h karkarena ena itu itu sersering ing terjterjadi adi ketketidaidaksekseimbimbangangan an yanyangg meny
menyebabkebabkan an remaja sangat remaja sangat senssensitif itif dan rawan dan rawan terhadterhadap ap stres. (Desti,2stres. (Desti,2010)010).. Tu
Tugagas s – – tutugagas s peperkrkemembabangngan an papada da mamasa sa reremamaja ja yayang ng didisesertrtai ai ololeheh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan – harapan baru yang berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan – harapan baru yang dialami remaja membuat remaja mudah mengalami gangguan baik berupa dialami remaja membuat remaja mudah mengalami gangguan baik berupa ga
gangngguguan an pipikikiraran, n, peperasrasaan aan mamaupupun un gagangngguguan an peperilrilakaku.u.(I(IDADAI,I,20200808).). Gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan – tekanan Gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan – tekanan yang dialami remaja akibat perubahan fisik atau psikis, perubahan lingkungan yang dialami remaja akibat perubahan fisik atau psikis, perubahan lingkungan sosial, kebimbangan mencari identitas diri, minat dalam pendidikan, minat sosial, kebimbangan mencari identitas diri, minat dalam pendidikan, minat seks dan perilaku seks atau mulai beradaptasi dengan lawan jenis, sehingga seks dan perilaku seks atau mulai beradaptasi dengan lawan jenis, sehingga keadaan emosional pun sering mengalami
keadaan emosional pun sering mengalami ketidakseimbangan. (Yusuf,2004) .ketidakseimbangan. (Yusuf,2004) . Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan fungsi perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan fungsi
fis
fisioliologiogis. s. PerPerubaubahan han tubtubuh uh disdisertaertai i dendengan gan perperkemkembanbangan gan berbertahtahap ap dardarii karateristik seksual primer dan sekunder, misalnya pada remaja putri ditandai karateristik seksual primer dan sekunder, misalnya pada remaja putri ditandai dengan
dengan menarchemenarche ( menstruasi pertama kali) (Kaplan,2002).( menstruasi pertama kali) (Kaplan,2002).
Ciri khas kedewasaan wanita adalah menstruasi. Pada wanita siklus Ciri khas kedewasaan wanita adalah menstruasi. Pada wanita siklus ya
yang ng beberurulalang ng di di dadalalam m akaksisis s hihipopotaltalamamusus, , hihipopofifisisis, s, dadan n ovovariariumum men
persiapan uterus dalam kehamilan jika terjadi fertilisasi. Namun, jika tidak persiapan uterus dalam kehamilan jika terjadi fertilisasi. Namun, jika tidak
ter
terjadjadi i konkonsepsepsi, si, setsetiap iap siksiklus lus berberakhakhir ir dendengan gan perperdardarahaahan n menmenstrstruasuasii (Heffener,2008)
(Heffener,2008)
Stres merupakan suatu respons fisiologis, psikologis dan perilaku dari Stres merupakan suatu respons fisiologis, psikologis dan perilaku dari man
manusiusia a yanyang g menmencobcoba a untuntuk uk menmengadgadaptaptasi asi dan dan menmengatgatur ur baibaik k tektekanaanann int
internernal al dan dan ekseksterternal nal (Sr(Sriariarti,ti,2002008). 8). StrStres es dikdiketahetahui ui mermerupaupakan kan fakfaktor tor etiolo
etiologi gi dari dari banyabanyak k ganggangguan . guan . MisalMisalnya nya mengamengacaukan siklus menstruasicaukan siklus menstruasi.. Namun, hubungan antara stres dan siklus menstruasi ini sangat kompleks Namun, hubungan antara stres dan siklus menstruasi ini sangat kompleks dan pemahaman kita mengenai hubungan ini masih sangat terbatas. Stres dan pemahaman kita mengenai hubungan ini masih sangat terbatas. Stres atau kecemasan dapat mengacaukan siklus menstruasi karena pusat stres di atau kecemasan dapat mengacaukan siklus menstruasi karena pusat stres di ot
otak ak sasangngat at dedekakat t dedengngan an pupusasat t pepengngatatururan an sisiklklus us memensnstrtruauasi si di di ototak ak (Riani,2005)
(Riani,2005) St
Stres res dadan n kekececemamasasan n sesebabagagai i rarangngsasangngan an memelalalului i sisiststem em sasaraf raf diteruskan ke susunan saraf pusat, yaitu
diteruskan ke susunan saraf pusat, yaitu sistem limbik sistem limbik , , selanjuselanjutnya tnya melalumelaluii saraf autonom (simpatis dan parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar – saraf autonom (simpatis dan parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar – kelen
kelenjar jar endokendokrin.(Srin.(Sriartiriarti,2008,2008). ). NeuroeNeuroendokndokrin rin menumenuju ju hipohipofisis fisis melalumelaluii si
siststem em prpronontatal l memengngeleluauarkrkan an gogonanadodotrtropopin in dadalalam m bebentntuk uk Folikel Folikel Stimulating Hormone
Stimulating Hormone (FSH)(FSH) dandan Leutinizing Hormone Leutinizing Hormone (LH) dan nantinya(LH) dan nantinya akan
akan mempemempengarungaruhi hi terjadterjadinya inya prosproses es menstmenstruasi ruasi (Sherw(Sherwood,ood,20012001). ). StresStres berkelanjutan dapat menyebabkan depresi, yaitu apabila
berkelanjutan dapat menyebabkan depresi, yaitu apabila sense of control sense of control atau kemampuan untuk mengatasi stres
atau kemampuan untuk mengatasi stres seseorang kurang baik (Desti,2010).seseorang kurang baik (Desti,2010). Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah (Wiknjosastro,2007). yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah (Wiknjosastro,2007). Siklus Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi Siklus Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya (Sherwood,2001). Siklus menstruasi berkisar antara 21 – 35 hari berikutnya (Sherwood,2001). Siklus menstruasi berkisar antara 21 – 35 hari (Wikbjosastro,2007). Hanya 10 – 15 % wanita yang memiliki siklus 28 hari (Wikbjosastro,2007). Hanya 10 – 15 % wanita yang memiliki siklus 28 hari dan lebih dari 35 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya dan lebih dari 35 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah
terjadi sesaat setelahmenarchemenarche dan sesaat sebelumdan sesaat sebelum menopausemenopause (Baso,1999).(Baso,1999). Beberapa studi, menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita Beberapa studi, menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 18-55 tahu
usia 18-55 tahun mengalami gangguan n mengalami gangguan dengan menstruasinya dengan menstruasinya dan juga daridan juga dari hasil penelitian pelajar
hasil penelitian pelajar lebih sering lebih sering menunmenunjukkajukkan n variasvariasi i menstmenstruasi yangruasi yang bermasalah, seperti menstruasi tidak teratur.
persiapan uterus dalam kehamilan jika terjadi fertilisasi. Namun, jika tidak persiapan uterus dalam kehamilan jika terjadi fertilisasi. Namun, jika tidak
ter
terjadjadi i konkonsepsepsi, si, setsetiap iap siksiklus lus berberakhakhir ir dendengan gan perperdardarahaahan n menmenstrstruasuasii (Heffener,2008)
(Heffener,2008)
Stres merupakan suatu respons fisiologis, psikologis dan perilaku dari Stres merupakan suatu respons fisiologis, psikologis dan perilaku dari man
manusiusia a yanyang g menmencobcoba a untuntuk uk menmengadgadaptaptasi asi dan dan menmengatgatur ur baibaik k tektekanaanann int
internernal al dan dan ekseksterternal nal (Sr(Sriariarti,ti,2002008). 8). StrStres es dikdiketahetahui ui mermerupaupakan kan fakfaktor tor etiolo
etiologi gi dari dari banyabanyak k ganggangguan . guan . MisalMisalnya nya mengamengacaukan siklus menstruasicaukan siklus menstruasi.. Namun, hubungan antara stres dan siklus menstruasi ini sangat kompleks Namun, hubungan antara stres dan siklus menstruasi ini sangat kompleks dan pemahaman kita mengenai hubungan ini masih sangat terbatas. Stres dan pemahaman kita mengenai hubungan ini masih sangat terbatas. Stres atau kecemasan dapat mengacaukan siklus menstruasi karena pusat stres di atau kecemasan dapat mengacaukan siklus menstruasi karena pusat stres di ot
otak ak sasangngat at dedekakat t dedengngan an pupusasat t pepengngatatururan an sisiklklus us memensnstrtruauasi si di di ototak ak (Riani,2005)
(Riani,2005) St
Stres res dadan n kekececemamasasan n sesebabagagai i rarangngsasangngan an memelalalului i sisiststem em sasaraf raf diteruskan ke susunan saraf pusat, yaitu
diteruskan ke susunan saraf pusat, yaitu sistem limbik sistem limbik , , selanjuselanjutnya tnya melalumelaluii saraf autonom (simpatis dan parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar – saraf autonom (simpatis dan parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar – kelen
kelenjar jar endokendokrin.(Srin.(Sriartiriarti,2008,2008). ). NeuroeNeuroendokndokrin rin menumenuju ju hipohipofisis fisis melalumelaluii si
siststem em prpronontatal l memengngeleluauarkrkan an gogonanadodotrtropopin in dadalalam m bebentntuk uk Folikel Folikel Stimulating Hormone
Stimulating Hormone (FSH)(FSH) dandan Leutinizing Hormone Leutinizing Hormone (LH) dan nantinya(LH) dan nantinya akan
akan mempemempengarungaruhi hi terjadterjadinya inya prosproses es menstmenstruasi ruasi (Sherw(Sherwood,ood,20012001). ). StresStres berkelanjutan dapat menyebabkan depresi, yaitu apabila
berkelanjutan dapat menyebabkan depresi, yaitu apabila sense of control sense of control atau kemampuan untuk mengatasi stres
atau kemampuan untuk mengatasi stres seseorang kurang baik (Desti,2010).seseorang kurang baik (Desti,2010). Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah (Wiknjosastro,2007). yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah (Wiknjosastro,2007). Siklus Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi Siklus Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya (Sherwood,2001). Siklus menstruasi berkisar antara 21 – 35 hari berikutnya (Sherwood,2001). Siklus menstruasi berkisar antara 21 – 35 hari (Wikbjosastro,2007). Hanya 10 – 15 % wanita yang memiliki siklus 28 hari (Wikbjosastro,2007). Hanya 10 – 15 % wanita yang memiliki siklus 28 hari dan lebih dari 35 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya dan lebih dari 35 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah
terjadi sesaat setelahmenarchemenarche dan sesaat sebelumdan sesaat sebelum menopausemenopause (Baso,1999).(Baso,1999). Beberapa studi, menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita Beberapa studi, menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 18-55 tahu
usia 18-55 tahun mengalami gangguan n mengalami gangguan dengan menstruasinya dengan menstruasinya dan juga daridan juga dari hasil penelitian pelajar
hasil penelitian pelajar lebih sering lebih sering menunmenunjukkajukkan n variasvariasi i menstmenstruasi yangruasi yang bermasalah, seperti menstruasi tidak teratur.
be
berhurhubunbungan gan dendengan gan strstres es psipsikolkologi ogi (Ne(Nepompomnasnaschychy, , 2002007), 7), dadan n dardari i hashasilil penelitian beberapa studi juga menjelaskan bahwa sewaktu stres
penelitian beberapa studi juga menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasiterjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom yang menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi yang menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi yakni siklus menstruasi yang abnormal
yakni siklus menstruasi yang abnormal (Nevid,2005; Pinel, 2009; Carlson,(Nevid,2005; Pinel, 2009; Carlson, 2005; Sriarti, 2008).
2005; Sriarti, 2008). Dari data beberapa hasil studi dikatakan bahwa pelajar Dari data beberapa hasil studi dikatakan bahwa pelajar perawat di Kusyu University dilaporkan sebanyak 34% mengalami menstruasi perawat di Kusyu University dilaporkan sebanyak 34% mengalami menstruasi
tid
tidak ak terteratuatur r akiakibat bat strstress ess (O(Onimnimura ura dan dan YaYamagmaguchuchi, i, 1991996),6), penelipenelitian tian didi Jepang, terdapat 63% pelajar mahasiswi mengalami menstruasi tidak teratur Jepang, terdapat 63% pelajar mahasiswi mengalami menstruasi tidak teratur (Yamamoto dkk, 2009).
(Yamamoto dkk, 2009). Pad
Pada a remremaja aja suksuka a menmengelgeluh uh tententantang g seksekolaolah, h, mismisalkalkan an kegkegiatiatanan belajar, banyaknya tugas – tugas, ketakutan menghadapi ujian akhir juga belajar, banyaknya tugas – tugas, ketakutan menghadapi ujian akhir juga minat terhadap pendidikan jenjang yang lebih tinggi untuk meraihnya dan minat terhadap pendidikan jenjang yang lebih tinggi untuk meraihnya dan lain – lainnya dapat berpengaruh terhadap siklus menstruasi. Stres dapat lain – lainnya dapat berpengaruh terhadap siklus menstruasi. Stres dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada hormon dan dapat menyebabkan menyebabkan terjadinya penekanan pada hormon dan dapat menyebabkan kegagalan ovulasi pada wanita sehingga terjadinya menstruasi (Desti,2010). kegagalan ovulasi pada wanita sehingga terjadinya menstruasi (Desti,2010). Fak
Faktor tor yanyang g memmempenpengargaruhi uhi ketketidaidaktekteratraturan uran siksiklus lus menmenstrstruasuasi i dapdapatat dipengaruhi oleh gaya hidup, gizi, usia dan faktor stres.
dipengaruhi oleh gaya hidup, gizi, usia dan faktor stres.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan timbul pemikiran untuk Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan timbul pemikiran untuk mengetahui lebih lanjut dan peniliti tertarik untuk membuktikan kebenaran mengetahui lebih lanjut dan peniliti tertarik untuk membuktikan kebenaran hasil penelitian-penelitian tersebut di kalangan
hasil penelitian-penelitian tersebut di kalangan remaja kelas XII di SMANremaja kelas XII di SMAN 64
64 JakJakartarta. a. SebSebeluelumnymnya a sudsudah ah ada ada bebbeberaperapa a penpenelielitian tian serserupaupa, , tettetapiapi pe
perberbedaadaan n penpenelielitian tian ini ini dendengan gan penpenelielitian tian sebsebeluelumnymnya a adaadalah lah subsubyek yek penelitian dan waktu penelitian
penelitian dan waktu penelitian
II. . 22. . PPeerruummuussaan n MMaassaallaahh
Berdasarkan alasan pemilihan judul permasalahan yang diambil dalam Berdasarkan alasan pemilihan judul permasalahan yang diambil dalam p
penenelelititian ian inini i adadalalah ah “A“Adadakakah h huhububungngan an titingngkakat t ststreres s teterhrhadadap ap sisiklklusus menstruasi pada remaja kelas XII di SMAN 64 Jakarta ?”
II. . 33.. TTuujjuuaan n PPeenneelliittiiaann I. 3
I. 3. 1.. 1. TujuTujuan Uman Umum :um :
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat stres terhada
stres terhadap siklus menstruasp siklus menstruasi i pada remaja putri kelas XII pada remaja putri kelas XII di SMAN 64di SMAN 64 Jakarta.
Jakarta.
I. 3. 2. Tujuan Khusus : I. 3. 2. Tujuan Khusus :
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1.
1. MenMengetgetahuahui gambi gambaran tiaran tingkngkat streat stres pada rems pada remaja kelaja kelas XII IPA dias XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta
SMA Negeri 64 Jakarta 2.
2. MenMengetgetahuahui gambai gambaran tinran tingkagkat stres padt stres pada remaja remaja kelas XII IPS dia kelas XII IPS di SMA Negeri 64 Jakarta
SMA Negeri 64 Jakarta 3.
3. MengeMengetahui gtahui gambaraambaran sikln siklus meus menstrunstruasi padasi pada remaja remaja kelas a kelas XII IPAXII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta
di SMA Negeri 64 Jakarta 4.
4. MengeMengetahui tahui gambagambaran sikran siklus mlus menstruenstruasi padasi pada remaja remaja kelas a kelas XII IPXII IPSS di SMA Negerri 64 Jakarta
di SMA Negerri 64 Jakarta 5.
5. MengeMengetahui htahui hubunubungan tingan tingkat stgkat stres terhres terhadap sikadap siklus mlus menstruenstruasi padasi padaa remaja kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta
remaja kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta 6.
6. MengeMengetahui htahui hubunubungan tingan tingkat stgkat stres terhres terhadap sikadap siklus mlus menstruenstruasi padasi padaa remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta
remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta 7.
7. MengeMengetahui htahui hubunubungan tingan tingkat stgkat stres terhres terhadap sikadap siklus mlus menstruenstruasi padasi padaa remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta
remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta 8.
8. MeMengngetetahahui ui huhububungngan an jujururusasan n kekelalas s teterhrhadadap ap titingngkakat t ststres res papadada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta
remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta
II. 4. 4.. MMaannffaaaat Pt Peenneelliittiiaann
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk: Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1.
1. SuSubjbjek ek PePenenelilititianan
Mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi Mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi 2
Untuk menambah wawasan tentang ilmu kedokteran khususnya tentang hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi serta untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat khususnya ilmu CRP(Commmunity Research Program)
3. Tempat dilakukan penelitian
Sebagai data yang menggambarkan angka tingkat stres pada remaja kelas XII di institusi tersebut, sehingga diharapkan dapat dilakukan cara mengendalikan dan manajemen stres agar masalah tersebut tidak sampai menyebabkan gangguan yang lebih lanjut.
4. Pemerintah dan Praktisi Kesehatan
Sebagai sumber informasi bagi pemerintah dan praktisi kesehatan agar lebih memperhatikan masalah kesehatan psikologis berupa tingkat stres karena mempunyai dampak terhadap gangguan siklus menstruasi.
5. Masyarakat umum
Sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sehingga diharapkan masyarakat dapat mengatasi, mengelola, mengendalikan stres karena dapat berdampak pada siklus menstruasi.
6. Masyarakat Ilmiah
Sebagai data untuk penelitian selanjutnya. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1.Landasan Teori II. 1. 1.Stres
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: 1) perubahan fisiologis. 2) psikologis, bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan fisik dan psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman yang mengiduksi respon stres) (Pinel,2009)
Menurut Selye stres digolongkan stmenjadi dua yang berdasarkan atas persepsi individu terhadap yang dialaminya
(Rice,1992), yaitu:
a. Distress (stres negatif)
Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana inidvidu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah, sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
b. Eustress (stres positif)
Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase joy of stress untuk mengucapkan hal – hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat
meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performasi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.
Menurut Sriarti (2008) Stres merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk
mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan ekstrenal.
Branon dan Feist (2007) menjelaskan bahwa stres dapat didefinisikan melalui tiga cara yang berbeda, yaitu :
1. Stimulus, yaitu sebagai respons dan sebagai interaksi yang menimbulkan stres disebut juga dengan stresor
2. Respon, yaitu suatu individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respons yang muncul dapat berupa respon fisiologis, seperti: jantung berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis, seperti: takut, cemas, sulit tidur, sulit
konsentrasi dan mudah tersinggung
3. Interaksi, yaitu hubungan seseorang dengan stimulus lingkungannya, individu sendiri merupakan agen aktif yang bisa mempengaruhi akibat dari stresor melalui tingkah laku, kognisi dan strategi emosi.
Berdasarkan berbagai definisi tersebut, Indri (2007) mengemukakan bahwa stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntunan internal maupun eksternal yang dapat membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis dan melakukan penyesuaian diri terhadap situasi yang
menjadi stresor.
II. 1. 1. 2. Klasifikasi Stres
Struart dan Sundeen (1998) dalam Maramis (2009) mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:
1. Stres Ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari – hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi
2. Stres Sedang
Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
3. Stres Berat
Pada tingkat sres ini, persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal – hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.
II. 1. 1. 3 Sumber Stres (Stresor)
Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres. Stress reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan
kemampuan mengatasi (copying capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya
(Sunaryo, 2004).
Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stesor fisik berasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan diri dalam diri individu biasa yang bersifat negatif yang menimbulkan frustasi, kecemasan, dan rasa bersalah, khawatir berlebihan, serta rasa rendah hati, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interakasi individu dengan lingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat traumatik yang tidak dapat dihindari seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan lain – lain.
Sumber stres bisa berasal dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004). Menurut Maramis (2009) dalam bukunya, ada empat sumber atau penyebab stres
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi
2. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespons langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu:
a. `Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama – sama disukai. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilahan yang sama – sama tidak disenangi. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan menyelesaikan karena masing – masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan
c. Approach-avoidance confilict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama.
1. Tekanan ( presure)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tigkah laku tertentu. Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari – hari dan memiliki bentuk yang berbeda – beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber – sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya. Bahkan bila berlebihan dapat
mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya. Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus dijalani seseorang, atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari – hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
2. Krisis
Krisis yaitu keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus dioperasi.
Maramis (2009) menyatakan ada empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme respons
stres:
1. Kontrol: Keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor yang mengurangi intesifitas stresor.
2. Prediktabilitas: Stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respon stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi.
3. Persepsi: Pandangan individu tentang dunia dan persepsi stesor saat ini dapat meningkatakan atau meurunkan intensitas respons stres
4. Respon koping: Ketesediaan dan efektifitas mekanisme meningkatnya ansietas dapat menambah atau mengurangi respon stres.
II. 1. 1. 4. Tahapan stres
Sebagai mana dikemukakan Dadang Hawari (2001) mengatakan bahwa Robert J. Van Amberg dalam penelitiannya membagi tahapan – tahapan stres sebagai berikut:
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan – perasaan sebagai berikut:
– Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting) – Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya
– Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi
semakin menipis.
1) Stres tahap kedua
Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor yang semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap pertama mulai menghilang dan timbul keluhan – keluhan yang disebabkan oleh cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi
yang mengalami defisit. Keluhan – keluhan yang sering dikemukakakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap kedua adalah :
– Merasa letih seaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar
– Merasa mudah lelah sesudah makan siang – Lekas merasa lelah menjelang sore hari
– Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort)
– Detakan jantung lebih lebih keras dari biasanya (berdebar – debar)
– Otot – otot punggung dan tengkuk merasakan tegang – Tidak bisa santai
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan – keluhan yang
semakin nyata dan mengganggu, yaitu:
– Ganguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag, buang air besar tidak teratur (diare)
– Ketegangan otot – otot semakin terasa
– Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat
– Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu pagi hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia)
– Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa mau pingsan).
Pada tahapan ini seseorang harus berkonsultasi kepada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
1) Stres tahap keempat
Gejala stres tahap keempat, akan muncul:
– Untuk bertahan sepanjang baru saja sudah terasa amat sulit
– Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
– Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate)
– Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari – hari
– Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi – mimpi yang menegangkan. Sering kali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan
– Daya konsentrasi, daya ingat menurun
– Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya
1) Stres tahap kelima
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang akan jatuh dalam stres tahap kelima, yang ditandai dengan hal – hal sebagai berikut:
– Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (psychical dan psychological exhaustion)
– ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari – hari yang ringan dan sederhana
– gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder)
– timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik
1) Stres tahap keenam
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang oarang yang mengalami stres pada tahap ini berulang
dibawa ke Instalasi Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap keenam ini adalah sebagai berikut:
– Debaran jantung teramat keras – Susah bernapas (Sesak)
– Sekujur tubuh terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
– Ketiadaan tenaga enaga untuk hal – hal yang ringan – Pingsan atau kolaps
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan diatas lebih didominasi oleh keluhan – keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan fungsional oragan tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya
II. 1. 1. 5. Respon Terhadap Stres 1. Respon Fisiologis
Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus, yaitu mengakitivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya. Sebagai contohnya, meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal. Untuk melepaskan epinefrin dan noreepinefrin ke aliran darah.
Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresi CRF (Corticotropin Releasing Factor), suatu zat kimia yang bekerja padda kelenjar hipofisis yang terletak dibawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresi hormon ACTH (adenocorticotropin hormon), yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight (Nevid,2005; Pinel, 2009; Carlson, 2005).
Walter Canon (1929) memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang
mengancam. Ia menyebutnya reaksi tersebut sebagai fight or flight respone karena respon fisiologis mempersiapkan individu
untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight or flight respone menyebabkan individu dapat berespon cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi bila keadaan fisiologis dan psikologis yang reaktif terhadap rangsangan tersebut tinggi dan terus menerus muncul dapat membahayakan kesehatan individu (Alloy dkk, 2005; Branon dan Feist, 2007 ; Pinel, 2009).
Hans Syle mempelahari akibat yang diperoleh bila stresor terus menerus muncul, yang kemudian mengemukakannya dengan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stresor (Alloy dkk, 2005; Branon dan Feist, 2007 ; Pinel, 2009).
1) Alarm reaction
Pada tahap awal ini perlawanan tubuhmelawan stresor yang diarahkan melalui aktivasi sistem saraf simpatis. Aktivasi sistem – sistem tubuh untuk kekuatan maksimal dan mempersiapkan mereka untuk respons fight or flight. Adrenalin (epinefrin) dilepaskan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, nafas jadi lebih cepat, dan aktivitas gastriontestinal menurun. Sebagai respon jangka pendek untuk keadaan emergensi , reaksi – reaksi fisik ini dapat disesuaikan.
2) Stage of Resistance
Pada tahap ini, tahap adaptasi dengan stresor. Seberapa lama tahap ini tergantung pada keparahan stresor dan kemampuan organisme. Jika organisme mampu beradaptasi maka kekuatan melawan pada tahap ini akan berlanjut untuk jangka waktu yang lama. Selama tingkatan ini, seseorang memberikan gambaran
tingkatan normal. Akan tetapi, menurut ilmu jiwa, fungsi internal tubuh tidak normal. Stres yang terus menerus akan menyebabkan perubahan neurologis dan hormon. Hipotesis Seyle, menyatakan bahwa ketakutan dalam melawan stres akan menyebabkan perubahan terhadap sistem imun sehingga rentan terhadap infeksi.
3) Stage of Exhaustion
Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh. Sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat menyebabkan kematian.
Secara umum orang yang mengalami stres mengalami sejumlah gangguan fisik seperti: (Maramis, 2009)
a. Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif dalam salah satu sistem tertentu. Contohnya : tekanan darah naik, sistem pencernaan terganggu seperti terjadi kembung, mual atau diare
b. Gangguan pada sistem reproduksi, seperti pada wanita terganggunya siklus menstruasi, impoten pada pria.
c. Gangguan pada sistem pernafasan seperti sesak, nafas terasa berat
d. Gangguan lainnya seperti migrain, tegang otot sampai timbulnya jerawat
1. Respon Psikologik
a. Keletihan emosi, jenuh, mudah menangis, frustasi, kecemasan, rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta
rasa rendah diri.
b. Terjadi depersonalisasi; dalam keadaan stres berkepanjangan, sering dengan keletihan emosi, ada
kecenderungan yang bersangkutan memperlakukan orang lain sebaga ‘sesuatu’ ketimbang ‘seseorang’
c. Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa kompeten dan rasa
sukses.
1. Respon Perilaku
a. Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku yang tidak diteerima oleh masyarakat.
b. Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
c. Pelajar yang stres berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti pembelajaran (Yulianti,2004 ; Chomaria, 2009)
1. Coping Stres
Coping yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Efek stres dapat bervariasi tergantung pada bagaimana individu menghadapi situasi tersebut. Lazarus dan
koleganya mengidentifikasidua dimensi coping
Coping yang berfokus pada masalah (problem
focused coping)
Yaitu mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi.
Coping yang berfokus pada emosi (emotion focused
coping)
Merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres,
contohnya dengan mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa nyaman dengan orang lain.
II. 1. 1. 6. Penatalaksaan Stres
Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stesor dengan cara melakukan perbaikan diri secarapisikis atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetepatan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor.
Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa pendekatan antara lain:
1) Pendekatan farmakologi; menggunakan obat – obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter
disusun saraf pusat otak (sistem limbik). Sebagaimana diketahui sostem limbik merupakan bagian otak yang mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolutic) dan anti depresi (anti depressant ).
2) Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi/ adaptabilitas terhadap stres, menyimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi, serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.
3) Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu berpikir positif dan sikap positif, membekali diri dengan pengetahuan
tetntang stres, menyimbangkan aktivitas otak kiri dan otak kanan, serta hipnoterapi.
4) Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada 3 macam relaksasi yaitu relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan
relaksasi melalui yoga, meditasi maupun transendensi/keagamaan (Yulianti,2004 ; Chomaria,2009).
II. 1. 2. Siklus Menstruasi II. 1. 2. 1. Definisi
Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah (Wiknjosastro, 2007).
Siklus Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya (Sherwood,2001). Siklus menstruasi berkisar antara 21 – 35 hari. Hanya 10 – 15 % wanita yang
memiliki siklus 28 hari dan lebih dari 35 hari dengan lama menstruasi 3 – 5 hari, ada yang 7 – 8 hari. Panajangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik, adanya penyakit kronis seperti lupus, diabetes, penyakit kelenjar gondok, penyakit ginjal dan kelainan pada alat reproduksi juga dilihat dari status gizi (Wiknjosastro,
2007).
II. 1. 2. 2. Gambaran Klinis
Pada siklus menstruasi menggambarkan suatu interaksi kompleks antara hipotalamus, kelenjar pituitary, ovarium dan endometrium. Siklus menstruasi terdiri dari dua fase, fase di ovarium dan fase di endometrium (Ganong, 2002; Guyton, 2007; Sherwood, 2001; Speroff dan Fritz, 2005; Wiknjosastro, 2007). Menurut Cohen (2003) siklus menstruasi dibagi menjadi lima fase,
yaitu: fase awal folikuler, fase akhir folikuler, fase praovulasi dan ovulasi, fase awal luteal dan fase akhir luteal. Kelima fase ini sudah mencakup fase di ovarium dan di endometrium.
Gambar 1. Fase Perkembangan Folikel
a. Fase awal folikel
Fase awal folikuler berlangsung 1 sampai 6 hari. Pada fase ini terjadi dua peristiwa yakni hari pertama menstruasi dan permulaan perkembangan folikel. Penurunan estrogen dan progesteron akibat degenerasi korpus luteum sewaktu tidak
terjadinya pembuahan terhadap ovum secara simultan menyebabkan terlepasnya endometrium (menstruasi) dan perkembangan folikel – folikel baru di ovarium di bawah pengaruh Folicle Simulating Hormone (FSH) dan Leutenizing Hormone (LH) yang kembali meningkat akibat dari menghilangnya efek inhibisi dari hipotalamus (Sherwood, 2001).
Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing – masing ovum dikelilingi oleh selapis sel granulosa dan ovum dengan selubung granulosanya disebut folikel primordial. Sesudah pubertas, hormon FSH dan LH dari kelnjar hipofisis anterior
mulai disekresikan dalam jumlah besar, seluruh ovarium bersama folikelnya akan mulai berkembang. Perkembnagan folikel dengan meningkatnya ukuran oosit dan sel granulosa menjadi kuboid. Pada saat yang sama, taut erat yag kecil berkembang antara oosit dan granulosa, berfungsi sebagai pertukaran nutrisi, ion – ion, dan molekul – molekul, juga
memebntuk sakuran protein yang dikenal sebagai connexin yang berguna untuk pertumbuhan dan multipikasi dari sel granulosa (Guyton, 2007).
Pada setiap kali menstruasi, seluruh lapisan endometrium terlepas, kecuali suatu lapisan dalam dan tipis yang terdiri dari sel – sel epitel dan kelenjar yang akan menjadi bakal regenerasi endometrium. Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium. Kontraksi – kontrkasi itu membatu mengeluarkan darah dan debris endometrium dari rongga uterus melalui vagina (Sherwood, 2001).
b. Fase akhir folikel
Fase akhir folikuler berlangsung 7 sampai 14 hari. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel dari folikel primer menjalani tahap antral. Pertumbuhan awal dari folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH. Efek awalnya adalah proliferasi yang berlangsung cepat dari sel granulosa, menyebabkan lebih banyak sel – sel granulosa. Selain itu, banyak sel – sel berbentuk kumparan yang dihasilkan dari intertisium ovarium yang berkumpul dalam beberapa lapisan di luar sel granulosa, membentuk kelompok sel yang disebut sel teka. Sel teka terbagi menjadi dua, yaitu sel teka interna dan eksterna (Guyton, 2007).
Sel granulosa dan sel teka, keduanya bekerja sama dalam menghasilkan estrogen. Reseptor LH hanya ada pada sel teka, begitu juga reseptor FSH hanya ada pada sel granulosa pada
teka intersitial, yang berlokasi di sel teka interna memiliki kira – kira 20.000 reseptor LH di membran selnya yang merangsang jaringan sel teka untuk menghasilkan androgen yang akan mengalami aromatisasi sehingga menjadi estrogen melalui FSH di sel granulosa (Speroff dan Fritz, 2005). Di bawah pengaruh estrogen dan FSH terjadi peningkatan peningkatan jarak folikel pada rongga interseluler granulosa,
cairan folikuler ini mengandung estrogen konsentrasi tinggi. pengumpulan cairan ini menyebabkan munculnya antrum di dalam masa sel granulosa, sehingga sel teka dan sel granulosa berproliferasi lebih cepat dengan laju sekresinya mengingat,
dan masing – masing folikel akan tumbuh menjadi folikel antral.
Dibawah pengaruh estrogen yang tinggi, sel – sel stroma dan sel – sel epitel di endometrium berproliferasi dengan cepat. Permukaan endometrium mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi. Sebelum terjadi ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat karena jumlah sel stroma bertambah banyak, dan karena pertumbuhan kelenjar endotelium serta pembuluh darah yang baru yang progresif ke dalam endometrium (Guyton, 2007). Ruang di folikel matang fase proliferasi ini berlangsung dari akhir menstruasi sampai ovulasi (Sherwood,2001).
c. Fase praovulasi dan ovulasi
Fase praovulasi dan ovulasi berlangsung 13 sampai 14 hari. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang cepat sebagai persiapan untuk terjasinya ovulasi (Guyton, 2007). Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada folikel – folikel yang lain, berkembang menjadi folikel matang (de Graaf) ) (Sheerwood, 2001). Pertumbuhan ini di sebabkan oleh
ekspansi antrum yang drastis, disamping itu juga pertumbuhan sel teka dan sel granulosa. Antrum menempati sebagian besar di folikel matang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida dan selapis sel granulosa, tergeser secara asimetris ke salah satu sisi folikel yang sedang tumbuh dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam antrum, kemudian menonjol dari permukaan ovarium, membentuk suatu daerah tipis yang mudah pecah (stigma) untuk mengeluarkan oosit saat ovulasi (Guyton, 2007).
Folikel - folikel yang mengalami atresia, dan hanya satu folikel yang terus mengalami perkembangan folikel ini tumbuh
lebih cepat, menyekresikan lebih banyak estrogen, sehingga menyebabkan suatu efek umpan balik positif dalam folikel tunggal tersebut karena FSH meningkatkan prliferasi sel granulosa dan sel teka, sehingga menghasilkan suatu siklus umpan balik positif yang lain, efek – efek inilah yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan pada folikel tunggal ini (Guyton, 2007).
Selama fase akhir folikuler, estrogen pertama sekali meningkat lambat, kemudian secara cepat dan mencapai puncaknya sebelum ovulasi. Waktu mula lonjakan LH terjadi
ketika estrogen mencapai puncak. LH mempunyai efek khusus terhadap sel granulosa dan selteka, yang mengubah kedua jenis sel tersebut menjadi lebih bersifat sel yang menyekresikan progesteron dan sedikit esterogen. Oleh kerena itu, kecepatan sekresi estrogen mulai menurun sebelum ovulasi sementara sejumlah kecil progesteron mulai disekresikan. Sesaat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya. Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua peristiwa yang dibutuhkan untuk ovulasi : 1) sel teka eksterna mulai melepaskan enzim proteolitik dari lizosim yang mengakibatkan pelarutan dinding kapsul dan akibatnya melemahkan dinding, menyebabkan makin membengkaknya seluruh folikel dan degenerasi dari stigma. 2) secara bersama, juga akan terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat
kedalam dinding folikel, dan pada saat yang sama, prostaglandin (hormon setempat yang mengakibatkan
vasodilatasi) akan disekresi dalam jaringan folikuler. Kedua efek ini selanjutnya akan mengakibatkan transudasi plasma ke dalam folikel yang juga berperan pada pembengkakan folikel. Akhirnya kombinasi dari pembengkakan folikel dan degenerasi stigma mengakibatkan pecahanya folikel disertai dengan pengeluaran ovum sehingga terjadi ovulasi (Guyton, 2007).
Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan sekitar 3 – 4 mm, kelenjar endometrium khususnya di daerah
servix akan menyekresi mukus yang encer mirip benang. Benang mukus akan tersusun di sepanjang kanalis servikalis, membentuk saluran yang membantu mengarahkan sperma kearah yang tepat menuju ke dalam uterus (Ganong, 2005).
d. Fase awal luteal
Fase awal luteal berlangsung 14 sampai 21 hari, ruptur folikel pada ovulasi merupakan tanda berakhirnya fase folikel dan mulainnya fase luteal. Folikel yang ruptur dan tertinggal di ovarium mengalami perubahan cepat segera terisi darah ( Sherwood, 2001). Perdarahan ringan dari folikel keldalam rongga abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri abdomen bawah singkat. Sel – sel granulosa dan sel teka yang melapisi folikel mulai berproliferasi dan bekuan darah cepat diganti oleh sel luteal yang kaya lemak dan bewarna kekuningan, membentuk korpus luteum. Lemak pada sel luteal ini sebagai molekul prekursor steroid (Ganong, 2005).
Sel – sel granulosa dalam korpus luteum mengembangkan sebuah retikulum endoplasma halus yang luas, yang akan membentuk sejumlah besar hormon seks wanita progesteron dan estrogen akan tetapi lebih banyak progesteron (Guyton, 2007). Progesteron bekerja pada endometrium tebal yang sudah dipersiapkan oleh esterogen untuk mengubahnya menjadi jaringan yang kaya pembuluh darah dan glikogen. Fase ini disebut sekretorik, karena kelenjar – kelenjar endometrium secara aktif mengeluarkan glikogen, dalam kaitannya dengan pembenntukan lapisan endometrium subur yang mampu menunjang perkembangan mudigah (Sherwood, 2001).
e. Fase akhir luteal
Fase akhir luteal berlangsung 21 sampai 28 ahri, esterogen dan progesteron yang disekresi oleh korpus luteum mempunyai efek umpan balik yang kuat terhadap hipofisis anterior dalam
mempertahankan kecepatan sekresi FSH maupun terhadap LH yang rendah. Selain dari itu sel lutein juga meyekresikan sejumlah kecil hormon inhibin yang juga menghambat sekresi hipofisis anterior, khususnya sekresi FSH, megakibatkan konsentrasi FSH dan LH dalam darah menjadi rendah dan hilangnya hormon ini menyebabkan korpus luteum berdegenerasi secara menyeluruh, terjadi hampir tepat 12 hari
setelah korpus luteum terbentuk, yaitu 2 hari sebelum dimulainya menstruasi (Ganong, 2002; Guyton, 2007; Sherwood, 2001; Speroff dan Fritz, 2005; Wiknjosastro, 2007). Proses tersebut menyebabkan penurunan progesteron dan estrogen secara tajam sehingga menghilangkan rangsanganh terhadap endometrium sehingga endometrium mengalami involusi yakni kira – kira 65% dari ketebalan semula. Kemudian 24 jam sebelum menstruasi terjadi, pembuluh darah yang berkelok – kelok yang mengarah ke lapisan mukosa endometrium akan menjadi vasospastik., mungkkin disebabkan oleh efek degenerasi, seperti pelepasan vasokonstriktor seperti prostaglandin yang terdapat dalam jumlah banyak saat ini.
Vasospasme dan hilangnya rangsangan hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah (Sherwood, 2001; Guyton, 2007).
Gambar 2. Siklus Menstruasi dan Perubahan Hormon
II. 1. 2. 3. Regulasi Neuroendokrin Sewaktu Menstruasi
Proses ovulasi bukan hanya dipengaruhi oleh suatu kerja sama yang harmonis antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis dan ovarium, melainkan juga dipengaruhi oleh kelenjar tiroid, korteks adrenal dan kelenjar – kelenjar endokrin lain (Wiknjsasatro,2007; Guyton, 2007).
Aktifitas saraf menyebabkan pelepasan GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) dengan cara pulsatil terutama terjadi di dalam mediobasal hipotalamus khususnya di nukleus arkuata. Banyak pusat saraf dalam sistem limbik otak menghantarkan sinyak ke nuklues arkuatus untuk modifikasi intensitas GnRH dan frekuensi pulsatil. Hipotalamus menyekresikan GnRH secara beberapa menit yang terjadi setiap 1
samapai 3 jam. Pelepasan GnRH secara pulsatil menyebabkan pengeluaran LH dan FSH secara pulsatil juga (Guyton,2007).
Rangkaian peristiwa akan diawali oleh sekresi FSH dan LH yang menyebabkan produksi estrogen dan progesteron dari ovarium dengan akibat perubahan fisiologi uterus. Estrogen dan progesteron juga mempengaruhi produksi GnRH spesifik sebagai mekanisme umpan balik yang mengatur kadar hormon gonadotropik (Price, 2002; Sherwood, 2001; Guyton.2007).
Estrogen menghambat hipotalamus dan hipofisis anterior melalui umpan balik negatif. Terhadap hipotalamus, esterogen bekerja secara langsung menghambat sekresi GnRH akibatnya pengeluaran FSH dan LH yang dipicu oleh GnRH menjadi tertekan, tetapi efek primernya terhadap hipofisis anterior yakni menurunkan kepekaan sel penghasil gonadotropin terutama penghasil FSH (Guyton, 2007).
Melalui umpan balik positif kadar estrogen yang rendah dan meningkat pada fase awal folikel menghambat sekresi LH, tetapi kadar estrogen yang tinggi pada saat puncak sekresi estrogen pada akhir fase folikel merangsang ssekresi LH dan menimbulkan lonjakan LH. Konsentrasi estrogen plasma yang tinggi bekerja langsung pada hipotalamus untuk meningkatkan frekuensi denyut sekresi GnRH, sehingga meningkatkan sekresi LH dan FSH. Kadar tersebut juga bekerja langsung pada hipofisis anterior untuk secara spesifik meningkatkan kepekaan sel penghasil LH terhadap GnRH. Efek yang terakhir merupakan penyebab lonjakan sekresi LH yang jauh lebih besar daripada sekresi FSH pada pertengahan siklus (Sherwood,2001; Ganong,2005; Guyton
2007).
LH berfungsi memicu perkembangan korpus luteum dan merangsang korpus luteum untuk mengeluarkan hormon steroid, terutama progesteron. Estrogen konsentrasi tinggi merangsang sekresi LH, progesteron yang mendominasi fase luteal,
dengan kuat menghambat pertumbuhan folikel baru sehingga sistem reproduksi dapat dipersiapkan untuk menunjang ovum yang baru dilepaskan. Jika tidak terjadi pembuahan maka korpus luteum
akan mengalami regresi yang akhirnya akan menyebabkan penurunan hormon steroid secara tajam, mengakibatkan lenyapnya efek inhibisi dari hormon FSH dan LH sehingga sekresi kedia hormon ini meningkat. Di bawah pengaruh kedua hormon ini, sekelompok folikel baru kembali mengalami proses pematangan (Sherwood, 2001; Guyton,2007).
II. 1. 2. 4. Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstuasi
Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan kasus dengan siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai :
1. Fungsi hormon terganggu
Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid pun akan terganggu.
2. Kelainan Sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus
3. Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.
4. Kelenjar Gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias menjadi penyebab idak teraturnya siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid ) maupun terlalu rendah (hipertiroid ), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
5. Hormon prolakin berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga bisa tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala (Sahara, 2009).
II. 1. 2. 5. Gangguan Siklus Menstruasi
Gangguan siklus menstruasi disebabkan ketidakseimbangan FSH dan LH sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan siklus menstruasi
yang sering terjadi adalah sikkus menstruasi yang tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat
sampingan yang ditimbulkannya, seperti nyeri perut, pusing mual atau mutah (Wiknjosastro, 2007).
1) Hipomenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya.
2) Hipermenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama dari biasanya ,atau lebih dari 8 hari .
a. Menurut Siklus atau Durasi perdarahan 1) Polimenorea
Siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya atau kurang dari 21 hari.
2) Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari 3) Amenorea
Keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut – turut.
II. 1. 2. 6. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi
Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada siklus menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi selama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres melibatkan isistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita (Sriarti,2008).
Gangguan pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi integratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler tubuh termasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus – hipofisis – ovarium yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada amygdala pada sistem limbik. Sistem ini akan menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu Corticotropic Releasing Hormone (CRH). Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi GnRH
hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi opioid endogen.
Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan Adenocorticotropin Hormone (ACTH) kedalam darah. Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan kadar kortisol darah. Pada wanita dengan gejala amenore hipotalamik menunjukan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH.
Hormon – hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka stres menyebabkan gangguan silkus menstruasi
(Nevid,2005; Pinel, 2009; Carlson, 2005; Sriarti, 2008).
ACTH akan merangsang kelenjar adrenal untuk menyekresikan kortisol. Kortisol berperan dalam menghambat sekresi LH oleh pusat aktivasi otak. Kortisol menekan pulsatil LH dengan cara menghambat respons hipofisis anterior terhadap GnRH (Breen dan Karsxh,2004). Selama siklus menstruasi, peran hormon LH sangat dibutuhkan dalam menghasilkan hormon estrogen dan progesteron, yang memiliki peran peranan penting selama siklus menstruasi yang secara normal terjadi pada wanita setiap bulannya (Wiknjsastro, 2007; Guyton,2007; Ganong, 2005; Speroff dan Fritz,2005; Sherwood,2001). Pengaruh hormon kortisol ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormon yang berpengaruh terhadap siklus menstruasi, biasanya siklus menstruasi menjadi tidak teratur (Breen dan Karsch,2004).
Respon neurologis
Respon Hormonal
CRH
ACTH
Menstimulasi Kelanjar Adrenal
BAGAN 1. Neuroendokrin Kaskade Stres II. 1. 3. Remaja II. 1. 3. 1. Definisi Hipotalamus Hipofisis Respon Stres ↑CRH ↓GnRH ↑ACTH ↑Cortisol LH
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik.
Piaget mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang – orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang
sama, sekurang – kurangnya dalammasalah hak (Sumiati,2009). Menurut Monks (1999) remaja adalah individu yang berusia 12- 21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa anak – anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12 – 15 tahun masa remaja awal, 15 – 18 tahun masa remaja pertengahan dan 18 – 21 tahun masa remaja akhir (Sarwono,2007).
Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa, dimulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usai matang secara hukum.
Berdasarkan apa yang telah dikemukan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa remajaadalah individu yang berusia 12 – 21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari
masa kanak – kanknya ke masa dewasa.
Menurut Havighurst ciri – ciri masa remaja antara lain (Hurlock, 1999) :
1. Masa remaja sebagai periode penting
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru pada tahap berikutnya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung pesat. Perubahan fisik menurun, perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalah sendiri – sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki – laki maupun anak perempuan. Ada dua
alasan bagi kesulitan ini, yaitu:
a. Sepanjang masa kanak – kanak, masa anak – anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru – guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
b. Remaja merasa mandiri. Sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orangtua dan guru – guru.
Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak – kanak, menyesuaikan diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap individualistis. Penyesuain diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap penting bagi anak laki – laki dan anak perempuan, namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan orang lain.
2. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak – anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan perilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengatasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
3. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiridan orang lain sebagai mana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya , terlebih dalam hal cita – cita. Semakin tidak realistik cita – citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya. 4. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekati usia kematangan, para remaja gelisah untuk meninggalkan streotip belasan tahun dan memberikan kesan bahwa mereka hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum – minuman keras, menggunakan obat – obatan terlarang dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan
memberi citra yang di inginkan.
Sesuai dengan pembagian usia remaja terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju
1. Remaja awal (12 – 15 tahun)
Pada tahap ini, remaja masih merasa heran pada perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan – dorongan yang menyertai perubahan – perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran – pikiran baru, cepat tertarik lawan jenis dan
mudah terangsang. Keadaan ini menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
2. Remaja madya (15 – 18 tahun)
Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai – ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya.
3. Remaja akhir (18 – 21 tahun )
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian :
a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi – fungsi intelek
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang – oang lain dan mendapatkan pengalaman – pengalamn baru
c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Dapat menyeimbangkan kepentingan sendiri dengan orang lain
e. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dan masyarakat umum.
Perkembangan maturitas seks sekunder pada remaja wanita, sebagai berikut (Pardede,2008) :
1. < 9 tahun Pra Pubertas 2. 10- 11 tahun
Rambut pubis mulai tumbuh jarang, sedikit berpigmen, Rambut pubis mulai tumbuh jarang, sedikit berpigmen, lurus batas medial labia
lurus batas medial labia Pay
Payudaudara ra dardari i pappapila ila menmenonjonjol ol sebsebagaagai i bukbukit it keckecil,il, diameter areola bertambah
diameter areola bertambah 3
3.. 1122- 1- 13 t3 taahhuunn Ra
Rambmbut ut pupubibis s lelebibih h hihitamtam, , mumulalai i kekerirititing ng jujumlmlahah bertambah
bertambah
Payudara dan areola membesar tidak ada pemisah garis Payudara dan areola membesar tidak ada pemisah garis bentuk
bentuk 4
4.. 1144- 1- 15 t5 taahhuunn
Rambut pubis kasar, lenih hitam, keriting, banyak tapi Rambut pubis kasar, lenih hitam, keriting, banyak tapi lebih sedikit dari orang dewasa
lebih sedikit dari orang dewasa
Areola dan papila terbentuk bukit kedua Areola dan papila terbentuk bukit kedua 5
5.. > > 116 6 ttaahhuunn Rma
Rmabut but pubpubis is segsegitiitiga ga wanwanita ita dewdewasa asa menmenyebyebar ar keke permukaan medial paha
permukaan medial paha Pa
Payuyudadara ra bebentntuk uk dedewawasasa, , papapipila la memenononjnjolol, , areareololaa merupakan bagian dari garis
merupakan bagian dari garis umum bentuk payudaraumum bentuk payudara IIII. 1. 1. 3. 3. 3. 3.. RReemmaajja a ddaan n OOrraannggttuuaa
Ora
Orang ng tua tua berberperperan an penpentinting g daladalam m emoemosi si remremajaaja,, b
baiaik k yayanng g mmemembeberi ri efefek ek ppososititif if mmauauppun un neneggatatifif. . HaHal l ininii menunjukan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang menunjukan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang sangat penting bagi remaja (Yusuf, 2004).
sangat penting bagi remaja (Yusuf, 2004). Re
Remamaja ja seseriring ng memengngalalamami i didilelema ma sasangngat at bebesasar r anatra mengikuti kehendak orangtua atau mengikuti keinginannya anatra mengikuti kehendak orangtua atau mengikuti keinginannya sendiri. Situasi ini dikenal sebagai keadaan ambivalensi dan dalam sendiri. Situasi ini dikenal sebagai keadaan ambivalensi dan dalam hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Konflik ini hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Konflik ini mempe
mempengarungaruhi hi remaja dalam remaja dalam usahausahanya nya untuuntuk k mandimandiri, ri, sehinsehinggagga sering menimbul
sering menimbulkan kan hambhambatan atan dalam penyesuaidalam penyesuaian an diri diri terhadterhadapap lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang re
remamaja ja memenjnjadadi i frfrusustatasi si dadan n memememendndam am kekemamararahahan n yayangng men