1 1
PENTINGNYA SEKTOR PERTANIAN
PENTINGNYA SEKTOR PERTANIAN
DI INDONESIA
DI INDONESIA
Oleh :
Oleh :
Nofridy Widya Eswaratika
Nofridy Widya Eswaratika
NIM : H0809088
NIM : H0809088
TUGAS MATA KULIAH PIP
TUGAS MATA KULIAH PIP
Prof.Dr.Ir.H.Suntoro.MS.
Prof.Dr.Ir.H.Suntoro.MS.
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
2009
2009
DAFTAR ISI
Halaman Judul... 1 Daftar Isi... ... ... 2 Pendahuluan... ... 3 Pokok Bahasan... ... 5 Kesimpulan... ... 8 Daftar Pustaka... ... 93
PENDAHULUAN
Di dunia ini, individu, kelompok dan negara mana pun ingin memperoleh satu tingkat kemakmuran yang optimal. Bagaimana mencapai tujuan itu adalah merupakan sutau masalah yang dihadapi terus-menerus. Kemajuan lebih mudah diperoleh jika dapat dimanfaatkan sarana-sarana atau fasilitas-fasilitas yang telah t ersedia.
³Sumber kekayaan alam, selama masih tersedia, dapat membawa kekayaan pada beberapa cabang industri dan negara.´
Negara yang mempunyai sumber daya alam patut mempunyai ekonomi yang lebih maju dibandingkan dengan negara-negara lain. Sebagaimana yang kita ketahui, negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya alam yang berlimpah ruah terutama pada sektor pertanian. Sumber daya alam di negara tropis ini yang tidak akan ada habisnya dapat dimanfaatkan oleh siapa pun dari berbagai kalangan. Yang sangat menguntungkan adalah bahwa negara Indonesia memiliki berbagai keunggulan komparatif di bidang pertanian diantaranya :
1. Suhu di negara indonesia yang cocok untuk pertumbuhan maksimal.
2. Jumlah radiasi sinar matahari sepanjang tahun, melebihi solar radiasi di negara maju. 3. Indonesia terletak di garis khatulistiwa dengan iklim kepulauan yang sangat
mendukung untuk tumbuh kembangnya tanaman.
4. Indonesia terletak di luar zona angin topan yang dapat merusak tana man.
5. Angka-angka yang membuktikan perbedaan daya tumbuh di daerah Indonesia dibandingkan negara-negara dengan musim dingin.
Sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar. Jika dikelola secara baik dan profesional hal ini dapat menyejahterakan masyarakat. Dewasa ini, sektor pertanian menjadi begitu penting sejalan dengan kebutuhan penduduk dunia yang semakin hari kian bertambah padat.
Pengalaman pahit krisis moneter dan ekonomi tersebut memberikan bukti empiris bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling tangguh menghadapi terpaan krisis
global. Bahkan hanya sektor pertanian satu-satunya sektor yang masih mampu bertumbuh positif 0,03 persen (1998) sementara sektorsektor yang lain bertumbuh negatif sebesar -13,7
persen (1998). Kekeliruan mendasar dalam pembangunan selama ini adalah sektor pertanian hanya diperlakukan sebagai sektor pendukung yang cenderung hanya untuk mengamankan kepentingan makro.
Sektor pertanian hanya pengemban tugas penyediaan pangan dan bahan baku industri serta menampung tenaga kerja dalam rangka menjamin stabilitas ekonomi nasional. Sementara di sisi lain, disadari atau tidak, petani yang menjadi pelaku utama pembangunan pertanian sering terabaikan kesejahteraannya.
5
POKOK BAHASAN
Secara umum posisi sektor pertanian dalam perekonomian nasional mempunyai fungsi ganda. Pertama, mengemban fungsi ekonomi guna penyediaan pangan dan kesempatan kerja. Kedua, fungsi sosial yang berkaitan dengan pemeliharaan masyarakat perdesaan sebagai penyangga budaya bangsa. Ketiga, fungsi ekologi guna perlindungan lingkungan hidup, konservasi lahan,dan cadangan sumber air. Era baru pertanian ke depan menghendaki orientasi pada pencapaian nilai tambah, pendapatan, serta kesejahteraan petani sebagai acuan utama dalam pembangunan pertanian.
Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang sangat potensial dalam tiga bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
1. Kontibusi terhadap kesempatan kerja
Di suatu Negara besar seperti Indonesia, di mana ekonomi dalam negerinya masih di dominasi oleh ekonomi pedesaan sebagian besar dari jumlah penduduknya atau jumlah tenaga kerjanya bekerja di pertanian. Di Indonesia daya serap sektor tersebut pada tahun 2000 mencapai 40,7 juta lebih. Jauh lebih besar dari sektor manufaktur. Ini berarti sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
Kalau dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur, pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Perubahan
struktur kesempatan kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu proses pembangunan ekonomi jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin kecil peran dari sektor primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan semakin besar peran dari sektor sekunder, seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di bidang ekonomi. Namun semakin besar peran tidak langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai pemasok bahan baku bagi sektor industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi
6 2. Kontribusi devisa
Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah.
Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sektor pertanian terhadap pasar dan industri domestik bisa tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri domestik disuplai oleh produk-produk impor. Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negatif
terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu faktor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah
kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris, termasuk Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah
terutama karena keterbatasan teknologi, SDM, dan modal.
3. Kontribusi terhadap produktivitas
Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan-lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan. Bukan hanya dialami oleh Indonesia tetapi secara umum ketergantungan negara agraris terhadap impor pangan semakin besar.
Kemampuan Indonesia meningkatkan produksi pertanian untuk swasembada dalam penyediaan pangan sangat ditentukan oleh banyak faktor eksternal maupun internal. Satu-satunya faktor eksternal yang tidak bisa dipengaruhi oleh manusia adalah iklim, walaupun dengan kemajuan teknologi saat ini pengaruh negatif dari cuaca buruk terhadap produksi pertanian bisa diminimalisir. Dalam penelitian empiris, faktor iklim biasanya dilihat dalam bentuk banyaknya curah hujan yang mempengaruhi pola produksi, pola panen, dan proses pertumbuhan tanaman. Sedangkan faktor-faktor internal, dalam arti bisa dipengaruhi oleh manusia, di
7
antaranya yang penting adalah lusa lahan, bibit, berbagai macam pupuk, pestisida, ketersediaan dan kualitas infrastruktur, termasuk irigasi, jumlah dan kualitas tenaga kerja (SDM). Kombinasi dari faktor-faktor tersebut dalam tingkat keterkaitan yang optimal akan menentukan tingkat produktivitas lahan maupun manusia.
KESIMPULAN
Pertanian merupakan sektor strategis yang sekaligus sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan berbasis pedesaan. Maka pemberesan pada sektor ini, harus ada dalam kerangka langkah strategis untuk membereskan berbagai persoalan sosial ekonomi bangsa sekaligus bentuk keberpihakan nyata pada ekonomi kerakyatan.
Meskipun keberpihakan kepada sektor pertanian ini belumlah optimal, pertanian telah membuktikan keandalannya, yaitu mampu menciptakan ketahanan pangan, mendukung pembangunan sekaligus menyumbang penerimaan devisa negara. Oleh karena itu, pembangunan pertanian ke depan harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural
secara sistematis dan komprehensif lintas sektor. Pembangunannya harus berdasarkan sistem pengambilan keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif. Jika pola itu
dilaksanakan akan menjadi penopang tujuan pembangunan pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, berkeadilan serta berkelanjutan.
Pendapatan sebagian besar rakyat Indonesia yang merupakan negara agraris ini bergantung dari hasil pertanian dan sebagian dari mereka masih hidup di bawah garis
kemiskinan. Apabila hasil pertanian dapat ditingkatkan beberapa kali lipat saja, maka daya serap tenaga kerja juga pasti akan menguat. Indonesia yang memang masih mengalami beberapa masalah tentang ketenagakerjaan ini tidak memiliki pilihan lain selain melakukan peningkatan pada sektor pertanian. Dengan kondisi alam yang begitu menguntungkan, bukan
tidak mungkin tingkat kemakmuran petani negara Indonesia dapat mengimbangi bahkan melebihi petani-petani di negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Singapura dan negara lainnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ghatak, Subrata. (1984). Agriculture and Ec onomic Development. Harvester Press. Britain. Lubis, Mochtar. (1992). Mencapai Pertanian yang Lebih Baik. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
Adi Nuhung, I. (2006). Bedah Terapi Pertanian Nasional. Gramedia. Jakarta.
Suyudi, Cecep. (2007). Peranan Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Indonesia. http://pksyariahimmciputat.blogspot.com
Jafar Hafsah, M. (2009). Peran Strategis Pertanian. http://economy.okezone.com Ali, Ibnu. (2009). Kembali Menengok Sektor Pertanian. http://alinur.wordpress.com
Susilo, Joko. (2009). Alasan Pentingnya Sektor Perta nian. http://www.petaniindonesia.com Suhendra, Susi. (2004). Analisis Struktur Sektor Pertanian Indonesia.