BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Vaginitis adalah diagnosis masalah ginekologis yang paling sering terjadi di pelayanan primer. Pada sekitar 90% dari perempuan yang terkena, kondisi ini disebabkan oleh vaginosis bakterial, kandidiasis atau trikomoniasis vulvovaginal. Vaginitis terjadi ketika flora vagina telah terganggu oleh adanya mikroorganisma patogen atau perubahan lingkunang vagina yang memungkinkan mikroorganisma patogen berkembang biak/berproliferasi. Pemeriksaan untuk vaginitis meliputi penilaian risiko dan pemeriksaan fisik, dengan fokus perhatian pemeriksaan pada adanya dan karakteristik dari discharge vagina. Pemeriksaan laboratorium diantaranya: metode sediaan basah garam fisiologis (Wet Mount) dan KOH, pemeriksaan PH discharge vagina dan "whiff" test. Pengobatan untuk vaginosis bacterial dan trikomoniosis adalah metronidazol, sementara untuk kandidias vaginal, pilihan pertama adalah obat anti jamur topical.
Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka memiliki cairan dari vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah mukosa vagina lembab.
Tetapi tidak hanya itu daerah vagina yang lembab bisa berubah menjadi sarang berkumpulnya bakteri-bakteri,jamur serta virus yang bisa dengan mudah hidup di daerah tersebut dan bisa menimbulkan penyakit,seperti yang terdapat di daerah vagina yang biasa di sebut sebagai vaginitis.
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vaginitis dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.
Vaginitis di sebabkan oleh jamur dan bakteri akibat tidak bersihnya genetalia,gejala pada vaginitis biasanya di sertai keluar cairan vagina atau keputihan yang abnormal,di katakan abnormal karena keputihan tersebut sangat berlebihan berbau dan terjadi iritasi di sekitar vagina,vaginitis bisa juga di sebabkan bawaan pada saat bersalin karena kurangnya keseterilan dari alat atau dari henskun si penolong yang kurang seteril.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana tinjauan teori dari vaginitis ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pasien dengan Vaginitis ? C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan vaginitis dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian dari PMS / IMS 2) Mengetahui klasifikasi dari PMS 3) Mengetahui etiologi dari PMS 4) Mengetahui patofisiologi dari PMS 5) Mengetahui manifestasi klinis dari PMS 6) Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari PMS 7) Mengetahui penatalaksanaan dari PMS
8) Mengetahui konsep asuhan keperawatan klien dengan PMS
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian
Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit atau jamur (Manuaba. 2001).
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vaginitis dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. ( Bobak, 2004 )
Vaginitis di sebabkan oleh jamur dan bakteri akibat tidak bersihnya genetalia,gejala pada vaginitis biasanya di sertai keluar cairan vagina atau keputihan yang abnormal,di
katakan abnormal karena keputihan tersebut sangat berlebihan berbau dan terjadi iritasi di sekitar vagina,vaginitis bisa juga di sebabkan bawaan pada saat bersalin karena kurangnya keseterilan dari alat atau dari henskun si penolong yang kurang seteril. ( Bobak, 2004 )
B. Etiologi
Vaginitis dapat disebabkan oleh: 1. Infeksi
a. Bakteri (misalnya klamedia gonokokus)
b. b.Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes dan wanita hamil serta pemakai antibiotic.
c. Protozoa (misalnya trikomonas vaginalis) d. Virus (misalnya HPV dan Herpes)
2. Zat atau benda yang bersifat iritatif
Misalnya spermisida, pelumas, diafragma, penutup serviks dan spons, pembilas vagina, pakaian dalam yang terlalu ketat yang tidak berpori dan tidak menyerap keringat.
3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya. 4. Perubahan hormonal.
Faktor resiko terjadinya Vaginosis Baterial : 1. Pasangan seksual yang baru
2. Merokok
3. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
4. Pembilasan vagina yang terlampau sering, menyebabkan menurunnya jumlah laktobaksil penghasil hidrogen peroksida yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari bakteri lain khususnya yang berasal dari bakteri anerobik.
5. Vagina yang terlalu sering dalam keadaan lembab dan jarang mengganti celana dalam
C. Patofisiologi
Flora vagina terdiri atas banyak jenis kuman, antar lain basil doderlein, streptokokkus, stafilokokkus, difteroid, yang dalam keadaan normal hidup dalam simbiosis diantara mereka. Jika simbiosis ini terganggu, dan jika kuman-kuman seperti streptokokkus, stafilokokkus, basil koli dan lain-lain dapat berkembang biak, timbullah vaginitis non spesifik. Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, stress dan hormone dapat merubah lingkungan vagina dan dapat memungkinkan organism pathogen tumbuh.
Pada vaginosis bacterial dipercayai bahwa beberapa kejadian yang provokatif menurunkan jumlah hydrogen peroksida yang diproduksi C. acidophilus organism. Hasil dari perubahan pH yang terjadi memungkinkan perkembangbiakan berbagai organism yang biasanya ditekan pertumbuhannya seperti G. vaginalis, M.Hominis, dan Mobiluncus spesies.
Organism tersebut memproduksi berbagai produk metabolik seperti amine, yang akan meningkatkan pH vagina dan menyebabkan ekspoliasi sel epitel vagina. Amine inilah yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak pada infeksi vaginosis bacterial dengan fisiologi yang sama, perubahan lingkungan vagina, seperti peningkatan produksi glikogen pada saat kehamilan dan tingkat progesterone karena kontrasepsi oral memperkuat penempelan C.albikans ke sel epitel vagina dan memfasilitasi pertumbuhan jamur. Perubahan ini dapat mentransformasi kondisi kolonissi organism yang asimptomatik menjadi infeksi yang simptomatik. Pada pasien dengan trikomoniasis perubahan tingkat estrogen dan progesterone sebagaimana juga peningkatan pH vagina dan tingkat glikogen dapat memperkuat pertumbuhan dan virulensi trikomonas vaginalis.
D. WOC Vaginitis
Asuhan Keperawatan Vaginitis Page 4
Harga diri ↓ Mengalami
stress Risiko Infeksi
Erupsi dermal pd Mukosa vagina Mukosa Vagina mengalami perubahan Transmisi Hematogen Radang Supuratif Vaginitis
Vaginiosis bakterial (gardranella vaginalis), kandidiasisvulvovaginal (C. Albicans),
Trichomonas, Diabetes Melitus, Imunosupresan / antibiotik spektrum luas.
Ansietas Ketidaksiapan mental dan psikologis Nyeri akut Pelepasan Mediator Nyeri (Histamin, Prostagandin) Respon Inflamasi Kerusak an integrit Lesi pada Mukosa Vagina Gangguan Rasa Nyaman (Pruritus) Menggaruk bagian vagina yang gatal Gangguan aktivitas Pruritus Kekurangan volume cairan Ketidakseimbang an Nutrisi kurang
dari kebutuhanAnorexiaMual Muntah Produksi HCL me ↑ Pe ↑ kerja sel parietal Pe ↑ kerja syaraf parasimpati s
E. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala dari vagintis antara lain : 1. Fluor albus yang amat berbau (bau amis) 2. Cairan vagina yang berlebih
3. Cairan vagina pada vaginosis bakterial biasanya encer (seperti susu encer) dan berwarna keabu-abuan dan umumnya keluar pasca sanggama sehingga sering mengakibatkan masalah dalam hubungan seksual terutama pada pria.
4. Disuria
5. Gatal sekitar vulva dan terasa seperti terbakar 6. Iritasi vagina
7. Namun terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali. 8. Dapat juga timbul kemerahan dan edema pada vulva 9. Nyeri abdomen
F. Klasifikasi
1. Vaginitis Candida disebabkan oleh Candida albicans. Penyebab :
a. Hygiene yag kurang.
b. Pertumbuhan Candida yang berlebihan, karena kadar glukosa darah yang tinggi, dan pemberian antibiotik berspektrum luas.
Tanda dan gejala : a. Pruritus vulvae.
b. Nyeri vagina yang hebat. c. Disuria eksterna dan interna. d. Rash pada vulva.
e. Eritematosa.
f. Sekret khas seperti keju lembut.
2. Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Penyebab : penularan melalui hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
a. Secret banyak dan bau busuk. b. Disuria eksterna dan interna. c. Pruritus vulva.
d. Edema vulva.
3. Vaginitis non spesifik disebabkan oleh Gardnerella vaginalis. Penyebab :
a. Hygiene yang kurang. b. Hubungan seksual. Tanda dan gejala :
a. Vagina berbau busuk dan amis. b. Sekret encer, kuning sampai abu-abu.
4. Vaginitis Atrofican disebabkan oleh infeksi epitel vagina yang defisiensi estrogen. Penyebab : pasca menopause rentan terhadap infeksi.
Tanda dan gejala :
a. Pendarahan pervaginam. b. Disuria eksterna.
c. Pruritus. d. Dispareunia.
e. Permukaan vagina merah muda, pucat, halus tanpa rugae.
G. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis vaginitis ditegakkan bila 3 kriteria terpenuhi dari 5 kriteria dibawah ini : 1. Cairan vagina yang homogen (jumlah dan warnanya dapat bervariasi
2. PH vagina > 4.5, dengan menggunakan phenaphthazine paper(nitrazine paper). 3. Uji Amin (+)
Uji Amin (KOH whiff test) : Pemberian setetes KOH 10% pada sekret vagina diatas gelas objek akan menghasilkan bau amis yang karakteristik ( fishy / musty odor ), bau amis muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob
4. Terdapat “clue cell” ( sel epitel vagina yang diliputi oleh coccobacillusyang padat) > 20% pada preparat basah atau pewarnaan Gram.
Cara pemeriksaannya :
Pemeriksaan preparat basah;dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes cairan NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutupi dengan coverslip. Dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik menggunakan kekuatan tinggi (400 kali)
untuk melihat clue cells, yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri (terutama Gardnerella vaginalis).Pemeriksaan preparat basah mempunyai sensitifitas 60% dan spesifitas 98% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Clue cells adalah penanda bakterial vaginosis.
5. Tidak adanya / berkurangnya laktobasil pada pewarnaan Gram.
Skoring jumlah bakteri yang normal pada vagina atau vaginosis bakterial dengan Lactobacilli Gardnerella/ Bacteroides Mobilincus sp (4+) : 0 (3+) : 1 (2+) : 2 (1+) : 3 (0) : 4 (1+) : 1 (2+) : 2 (3+) : 3 (4+) : 3 (1+)-(2+) : 1 (3+)-(4+) : 2
Skor 0-3 dinyatakan normal; 4-6 dinyatakan sebagai intermediate; 7-10 dinyatakan sebagai vaginosis bakterial.
Kriteria diagnosis vaginosis bakterial berdasarkan pewarnan Gram : a.derajat 1: normal, di dominasi oleh Lactobacillus
b. derajat 2: intermediate, jumlah Lactobacillus berkurang
c.derajat 3: abnormal, tidak ditemukan Lactobacillus atau hanya ditemukan beberapa kuman tersebut, disertai dengan bertambahnya jumlah Gardnerella vaginalis atau lainnya.
6. Uji H2O2 :
Pemberian setetes H2O2 (hidrogen peroksida) pada sekret vagina diatas gelas objek akan segera membentuk gelembung busa ( foaming bubbles) karena adanya sel darah putih yang karakteristik untuk trikomoniasis atau pada vaginitis deskuamatif, sedangkan pada vaginosis bakterialis atau kandidiasis vulvovaginal tidak bereaksi. H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis dari berulang dan dapat meredakan beberapa gejala:
a) Hindari bathtub dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari luar daerah genital Anda setelah mandi, dan keringkan area itu dengan baik untuk mencegah
iritasi. Jangan gunakan sabun wangi atau kasar, seperti yang dengan deodoran atau antibakteri.
b) Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan berparfum.
c) Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Hindari penyebaran bakteri dari tinja ke vagina.
Hal-hal lain yang dapat membantu mencegah vaginitis meliputi:
a) Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan pembersihan lain dari mandi biasa. Berulang menggunakan douche mengganggu organisme normal yang berada di vagina dan dapat benar-benar meningkatkan risiko infeksi vagina. Douche tidak menghilangkan sebuah infeksi vagina.
b) Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.
c) Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di selangkangannya. Jika Anda merasa nyaman tanpa itu, langsung mengenakan pakaian tidur. Ragi tumbuh subur di lingkungan lembab.
2. Pengobatan
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa membantu mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan
panggul.
Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan.bakteri.
Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati pada saat.yang.sama.
Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina. Pengobatan Umum Untuk Vaginitis & Vulvitis
Jenis Infeksi Pengobatan
Jamur a. Miconazole, clotrimazole, atau terconazole (krim, tablet vagina atau supositoria)
b. Fluconazole atau ketoonazole (tablet)
Bakteri Biasanya metronidazole atau c;indamycin (tablet vagina) atau metronidazole. Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan suntikan ceffriaxon dan tablet doxicylin.
Klamidia Doxicylin atau ozithromycin (tablet) Trikomonas Metronidazole (tablet)
HPV (kutil genetalis) Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi yang berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil (dioleskan dikutil)
Virus Herpes Acyclovir (tablet atau salep)
Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan vulva ( sebaiknya gunakan sabun gliserin )
Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin. Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, usia, jenis kelamin , agama , pendidikan, pekerjaan, tanggal mrs , alamat dan identitas penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama
Klien mengeluh gatal pada daerah vagina, sering keputihan, banyaknya cairan vagina yang keluar dan bau.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit sekarang pada kien yaitu munculnya tanda-tanda serta keluhan infeksi pada daerah vagina (vaginitis).
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu adalah kemungkinan klien pernah mengalami penyakit pada daerah genital atau tidak serta kebersihan vulva.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga berhubungan dengan penyakit-penyakit yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi pada daerah vagina.
3. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan penderita vaginitis maka pola hidup sehat harus ditingkatkan, terutama keadaan vulva hygiene. Jika klien sakit langsung dibawa ke rumah sakit atau ke pusat pelayanan kesehatan lainnya,
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Meliputi status nutrisi dan keteraturan makan dari klien, biasanya klien mengalami ketidakseimbangan nutrisi, karena penurunan nafsu makan, baik karena gejala terkait penyakit maupun prosedur pembedahan
3) Pola aktivitas
Klien biasanya tidak nyaman dan membatasai gerakannya karena merasa gatal pada daerah vagina.
4) Pola persepsi dan kognitif
Persepsi klien mengenai penyakit yang diderita dan sejauh mana klien mengetahui penyakit serta kesehatannya.
5) Pola istirahat dan tidur
Istirahat dan pola tidur klien biasanya terganggu karena rasa gatal dan nyeri yang timbul serta rasa cemas atas apa yang diderita.
6) Pola persepsi diri
Merasa cemas, takut dan khawatir dengan apa yang akan dijalaninya. 7) Mekanisme koping
Cara klien dalam mengatasi suatu masalah yang dihadapi serta dengan bantuan orang lain.
8) Pola eliminasi
Pada pola BAB biasanya tidak mengalami gangguan namun ada kemungkinan pola BAK terganggu.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada pola repdroduksi klien, apakah selama sakit ada gangguan atau tidak yang berkaitan dengan reproduksi sosial. Pada klien dengan penderita vaginitis biasanya terdapat gangguan dalam reproduksi.
10) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keseharian dan dalam keluarga dapat terganggu karena masalah yang dialami.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Klien selalu optimis dan berdoa agar penyakitnya dapat segera sembuh. 4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Gatal-gatal dan nyeri pada daerah vagina 2) Kesadaran : Compos metis kooperatif
3) Tanda-tanda vital : TD normal, nadi teraba normal, suhu tubuh meningkat 4) Kepala
Simetris dan pertumbuhan serta distribusi rambut normal, tidak ada nyeri tekan. 5) Muka atau wajah
Bentuk simetris, keadaan warna bervariasi dari keadaan normal hingga terlihat pucat tergantung tingkat kesakitan.
6) Mata
Konjungtiva normal, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor dan mata terlihat cekung.
7) Mulut
Bibir pasien terlihat pucat. 8) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar tiroid 9) Dada
Pernafasan cepat, bentuk dada simetris, takikardi dan tidak ada suara ronchi. 10) Abdomen
Bentuk flat, teraba keras bila terjadi distensi pada daerah kandung kemih. 11) Genetalia
Ada keputihan, keluarnya cairan dari vagina, kemerahan akibat adanya infeksi. Kaji cairan vagina yang keluar meliputi; warna, konsistensi, serta baunya. 12) Ekstremitas
Teraba hangat sampai panas karena biasanya pasien demam, kulit teraba kering dan lecet.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
2) Disfungsi seksual berhubungan dengan nyeri pada vagina 3) Hipertermi berhubungan dengan peradangan di vagina 4) Gangguan Eliminasi urine berhuungan dengan nyeri
5) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhungan dengan gatal pada vagina 6) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
7) Ansietas berhubungan dengan lesi dan eritema yang muncul di vagina
8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya pasien mengenai vaginitis
C. Intervensi
Diagnosa NOC Perencanaan NIC
Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
a. Pain Level Indikator : 1) Mealporkan nyeri berkurang 2) Melaporkan lamanya nyeri dirasakan 3) Tidak mengerang 4) Ekspresi wajah releks 5) Pasien tidak
mondar-mandir
6) Respiration rate dalam rentang normal
7) Blood pressure dalam rentang normal
b. Pain Control Indikator :
1) Mampu mengontrol nyeri, (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologis
untukmengurangi nyeri, mancari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri,
Pain Management
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
6. Kurangi faktor presipitasi nyeri
7. Pilih dan lakukan penangan nyeri Asuhan Keperawatan Vaginitis Page 12
(skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyamanstelah nyeri berkurang
5) Tanda-tanda vital dalam batas normal c. Comfort Level Indikator : 1) Nyeri berkurang 2) Kecemasan berkurang 3) Stres berkurang 4) Ketakutan berkurang (farmakologi, non farmakologi, interpersonal)
8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
10. Evaluasi tingkat keefektifan kontrol nyeri 11. Tingkatkan istirahat 12. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri Analgesic Administration 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
5. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
6. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan NOC: a) Urinary elimination b) Urinary continuence NIC: Urinary Retention Care a) Lakukan penilaian kemih yang
Kriteria hasil:
a) Kandung kemih kosong secara penuh
b) Tidak ada residu urine >100-200cc
c) Intake cairan dalam renang normal
d) Bebas dari ISK
e) Tidak ada spasme bladder f) Balance cairan seimbang komprehensif berfokus pada inkontinenala
(output urine, pola berkemih, fungsi kognitif dan masalah kencing praesisten) b) Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan air atau disiram toilet c) Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan dingin untuk perut d) Masukkan kateter kemih e) Anjurkan pasien atau keluarga untuk merekam output urine f) Instruksikan cara untuk menghindari konstipasi atau impaksi tinja g) Memantau asupan dan keluaran h) Memantau tingkat distensi kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi i) Membantu dengan
toilet secara berkala j) Menerapkan
kateterisasi intermiten Ansietas berhubungan
dengan Ancaman pada (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, fungsi peran) NOC: a) Anxiety self-control b) Anxiety level c) Coping Kriteria hasil: a) Klien mampu menidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas b) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
c) Vital sign dalam batas normal d) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan NIC: Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) a) Gunakan pendekatan yang menenangkan b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien c) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur d) Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress e) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut f) Identifikasi tingkat kecemasan g) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan Asuhan Keperawatan Vaginitis Page 15
h) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan i) Instruksikan kepada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi j) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
Resiko Kerusakan integritas kulit
a. Tissue integrity : Skin and Mucous Membranes
Indikator :
1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan ( sensasi, elastic sitas, temperature, hidrasi, pig mentasi )
2) Tidak ada luka / lesi pada kulit
3) Perfusi jaringan baik 4) Menunjukkan
pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
Pressure Management 1. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering 4. Mobilisasi pasien (ubah
posisi pasien setiap dua jam sekali)
5. Monitor kulit akan danya kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak baby/baby oil pada daerah yang tertekan 7. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
perawatan alami 9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
D. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. dan meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan institusi. Penatalaksanaan bisa dilakukan dengan cara seperti berikut:
1. Menjelaskan pada klien tentang beberapa penyebab terjadinya keputihan adalah jamur/bakteri (karena kurang bersih dalam menjaga kebersihan daerah kelamin), atau adanya penyakit lain (tumor).
2. Menjelaskan kepada klien bahwa keputihan dapat terjadi itu secara normal atau tidak normal. Keputihan yang normal yaitu keputihan yang terjadi pada saat sebelum menstruasi, pada saat hamil, tetapi menjadi tidak normal jika
pengeluaran lendir secara berlebihan dan terus menerus, berbau dan biasanya menimbulkan rasa gatal.
3. Menjelaskan kepada klien tentang beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan dari keputihan adalah:
a. Menjaga kebersihan daerah genitalia dengan baik (cebok dari arah depa n kebelakang dengan menggunakan sabun).
b. Mengganti celana dalam, gunakan celana dalam yang katun dan tipis se rta mudah menyerap keringat.
c. Anjurkan kepada suami untuk ikut kontrol serta meminum obat yang diberikan dokter agar tidak terjadi saling menularkan penyakit.
4. Menganjurkan kepada klien untuk kontrol secara rutin dan menghabiskan obat yang diberikan dokter meskipun keluhan sudah berkurang.
5. Menganjurkan pada klien untuk menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan oleh petugas.
E. Evaluasi
1. Tingkat kenyamanan pasien kembali seperti sebelum sakit 2. Pola seksualitas dapat berfungsi secara normal
3. Tidak terjadi inveksi
4. Klien mengerti mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan BAB IV
PENUTUP A. Kesimpulan
Vaginitas adalah peradangan yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri yang hidup disana. Tanda atau gejala paling umum adalah munculnya cairan yang berwarna putih keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap. Vagina dikatakan tidak normal apabila jumlah cairan yang keluar sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang keluar secara tidak normal memiliki tekstur lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan cairan vagina atau keputihan yang tidak normal cenderung berwarna kuning seperti warna keju, kuning kehijauan bahkan kemerahan.
Sebenarnya di dalam vagina terdapat 95 % bakteri baik dan 5 % bakteri jahat atau bakteri pathogen. Agar ekosisterm di dalam vagina tetap seimbang, dibutuhkan tingkat keasaman ( pH balance ) pada kisaran 3,8 – 4,2. Dengan tingkat keasaman tersebut, laktobasilus akan subur dan bakteri pathogen mati.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah jauh dari kata sempurna, maka dari itu bagi pembaca yang mempunyai kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.