• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK GAMBARAN KLINIS EFEK SAMPING KEMOTERAPI PADA PASIEN LIMFOMA MALIGNA YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015 AGUSTUS 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK GAMBARAN KLINIS EFEK SAMPING KEMOTERAPI PADA PASIEN LIMFOMA MALIGNA YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015 AGUSTUS 2016"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

GAMBARAN KLINIS EFEK SAMPING KEMOTERAPI PADA PASIEN LIMFOMA MALIGNA YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH

DENPASAR PERIODE JANUARI 2015 – AGUSTUS 2016

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran klinis efek samping kemoterapi pada pasien limfoma maligna yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar pada periode waktu Januari 2015 – Agustus 2016.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data sekunder dari pasien limfoma maligna yang telah menjalani pengobatan dengan kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar terhitung selama 20 bulan dari Januari 2015 – Agustus 2016. Data yang diambil berupa data umum pasien serta data dari efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian kemoterapi. Data ini diperoleh dari rekam medis pasien limfoma maligna yang telah tercatat pada registrasi dibagian poliklinik dan divisi hematologi-onkologi RSUP Sanglah Denpasar.

Dari 71 sampel yang dicatat didapatkan enam jenis regimen kemoterapi yang digunakan dalam terapi limfoma maligna di RSUP Sanglah, diantaranya R-CHOP, R-CHOP, ICE, ABVD, CVP, dan gemox. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)Proporsi penderita limfoma maligna berdasarkan sosiodemografi (laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, status perkerjaan tertinggi adalah tidak bekerja, dan rentang usia penderita limfoma maligna tertinggi adalah 41-50 tahun); (2) kebanyakan penderita limfoma maligna diagnosisnya ditegakkan saat stadium III dengan gejala konstitusional B lebih banyak; (3)regimen kemoterapi yang banyak digunakan untuk terapi limfoma maligna di RSUP Sanglah Denpasar adalah R-CHOP; (4)terdapat perbedaan efek samping yang muncul pada masing-masing penggunaan regimen kemoterapi;

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan regimen kemoterapi yang berbeda akan memberikan efek samping yang berbeda juga. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut atau sebagai data acuan dalam praktek klinis sehari-hari.

(2)

ABSTRACT

THE CLINICAL FEATURES OF THE SIDE EFFECTS OF CHEMOTHERAPY IN LYMPHOMA MALIGNANT PATIENTS WHO

WERE TREATED AT SANGLAH HOSPITAL IN DENPASAR ON PERIOD JANUARY 2015 – AUGUST 2016

This study was conducted to determine the clinical features of the side effects of chemotherapy in patients with malignant lymphoma were treated at Sanglah Hospital in Denpasar on the time period January 2015 - August 2016.

This research was conducted by collecting secondary data from lymphoma malignant patients who have undergone chemotherapy treatment at Sanglah Hospital for 20 months from January 2015 – August 2016. The datas are taken in the form of general data of patients as well as data from the side effects of the use of chemotherapy. This data was obtained from medical records of lymphoma malignant patients which has been recorded in the registration section of the clinic and the division of haematology-oncology department of Sanglah Hospital.

From 71 samples that were collected, there are six types of chemotherapy regimens used in the treatment of lymphoma malignant in Sanglah Hospital, including R-CHOP, CHOP, ICE, ABVD, CVP, and gemox. Furthermore, the results of this study indicate that: (1) The proportion of patients with lymphoma malignant by socio-demographic (risk in men are more than women, the highest job status is “not working”, and the highest age range of patients with lymphoma malignant is 41-50 years old); (2) most lymphoma malignant patients were diagnosed at stage III with constitutional symptoms more prominent; (3) chemotherapy regimens are widely used for lymphoma malignant therapy at Sanglah Hospital in Denpasar is R-CHOP; (4) there are differences in side effects that appear on each regimen of chemotherapy;

It can be concluded that the use of different chemotherapy regimens will provide different side effects as well. The results of this study are expected to be used as the basis for further research or as reference data in daily clinical practice. Keywords: side effects, chemotherapy, lymphoma malignant

(3)

RINGKASAN

Limfoma merupakan suatu keganasan imunologi yang berasal dari sel limfosit yang tak terkontrol pertumbuhannya dan menumpuk di kelenjar limfe, sehingga tak jarang menimbulkan gambaran klinis berupa limfadenopati. Secara klinis dan patologik, limfoma dapat dibedakan menjadi 2 subtipe utama, yakni limfoma Hodgkin (Hodgkin disease) dan limfoma non-Hodgkin (Hoffbrand A.V., Moss P.A.H, 2011).

Menurut World Cancer Research Fund International, limfoma non-Hodgkin menempati peringkat ke delapan dari dua puluh tiga keganasan yang umum terjadi pada pria, dan peringkat sepuluh pada wanita. Sementara limfoma Hodgkin menempati peringkat ke dua puluh lima pada pria dan ke dua puluh dua pada wanita (Worl Cancer Research Fund International, 2015). Di Indonesia frekuensi kejadian limfoma non-Hodgkin jauh lebih tinggi dibandingkan dengan limfoma Hodgkin, bersama dengan leukemia menduduki peringkat keenam tersering (Reksodiputro A.H., Irawan C., 2014). Di RSUP Sanglah sendiri selama 2007-2008, meski kasus limfoma tak dapat digolongkan sering terjadi, namun ditemukan terjadi peningkatan jumlah kasus baru sebanyak 56,9 %, yakni dari 39 kasus pada tahun 2007 menjadi 69 kasus pada tahun 2008 dan terus mengalami peningkatan hingga saat ini (Sutrisno H., Dharmayuda T.G., Rena A.R., 2010).

Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi kanker dengan menggunakan obat-obatan yang sering digunakan. Kemoterapi bekerja dengan cara melakukan intervensi terhadap cell cycle dari sel. Dengan kata lain, obat-obat kemoterapi umumnya menyerang sel-sel yang aktif membelah. Dikarenakan obat-obat kemoterapi ini dibuat tidak spesifik untuk sel kanker saja, maka obat-obat-obat-obatan ini juga akan ikut menyerang sel-sel lain yang aktif membelah, seperti sel foliker rambut, sel di mulut, sel pada saluran gastrointestinal, dan sel pada sumsum tulang belakang. Terapi kemoterapi yang digunakan di RSUP Sanglah Denpasar terdiri dari beberapa regimen, diantaranya CHOP, R-CHOP, ICE, ABVD, CVP, Gemox. Regimen kemoterapi ini terdiri dari kombinasi beberapa obat yang masing-masing memiliki efek samping yang berbeda-beda

Dengan berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan dari obat-obatan masing-masing regimen, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinis dari efek samping kemoterapi pada pasien limfoma maligna yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2015 – Agustus 2016.

Penelitian ini menggunakan sampel data pasien limfoma maligna yang mendapatkan kemoterapi di RSUP Sanglah dari bulan Januari 2015 hingga Agustus 2016. Penelitian menggunakan teknik total sampling dalam pengambilan data karena peneliti mengkhawatirkan jumlah sampel yang ada. Hasil dari penelitian ini adalah efek samping hematologi yang tertinggi pada keenam regimen adalah anemia dan neutropenia. Sedangkan efek samping non-hematologi yang tertinggi pada regimen R-CHOP adalah nyeri, gangguan ginjal akut, dan gangguan saluran pencernaan. Untuk efek samping non-hematologi yang tertinggi pada regimen CHOP adalah kerusakan ginjal akut. Efek samping non-hematologi

(4)

yang tertinggi pada regimen ICE adalah nyeri. Efek samping non-hematologi yang tertinggi pada regimen ABVD adalah kerusakan ginjal akut, nyeri, dan gangguan fungsi hati. Untuk efek samping non-hematologi yang tertinggi pada regimen CVP adalah demam dan konstipasi.

Dikarenakan waktu pengambilan sampel yang singkat, dari penelitian ini disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek samping dari kemoterapi pada pasien limfoma maligna di lingkungan RSUP Sanglah dengan jangka waktu pengambilan sampel yang lebih lama.

(5)

SUMMARY

Lymphoma is a malignancy of the immunological cells derived from uncontrolled growth lymphocytes and accumulate in the lymph nodes. It’s frequently lead to the clinical picture in the form of lymphadenopathy. Lymphomas can be divided into two major subtypes, namely Hodgkin's lymphoma (Hodgkin disease) and non-Hodgkin's lymphoma (Hoffbrand A.V., Moss P.A.H, 2011).

According to the World Cancer Research Fund International, non-Hodgkin's lymphoma was ranked eighth out of twenty-three common malignancy in men and women ranked in the top ten. While Hodgkin's lymphoma ranks twenty-five in men and twenty-two in women (Worl Cancer Research Fund

International, 2015). In Indonesia the frequency of non-Hodgkin lymphoma are

much higher than Hodgkin's lymphoma, along with leukemia they ranked sixth as common malignancy (Reksodiputro A.H., Irawan C., 2014). In Sanglah Hospital during 2007-2008, although the lymphoma case are cannot classed as often occurs, but some study found an increasing number of new cases as much as 56.9%, from 39 cases in 2007 to 69 cases in 2008 and continued to increase until now days (Sutrisno H., Dharmayuda T.G., Rena A.R., 2010).

Chemotherapy is one modality of cancer therapy using drugs that are often used. Chemotherapy works by doing intervention in the cell cycle of cells. In other words, chemotherapy drugs commonly attack cells that are actively dividing. Due to the chemotherapy drugs are made are not specific for cancer cells only, these drugs will also attack other cells that are actively dividing, such as folicle hair cells, cells in the mouth, cells of the gastrointestinal tract, and cells in the bone marrow back. Chemotherapy used in Sanglah Hospital in Denpasar consists of several regimens, including CHOP, R-CHOP, ICE, ABVD, CVP, and Gemox. The chemotherapy regimen consisted of a combination of several drugs. Each drugs of regimens have varies side effects.

With a variety of side effects as a result from drugs of each regimen, then the purpose of this study was to determine the clinical features of the side effects of chemotherapy in patients with lymphoma malignant who were treated at Sanglah Hospital in Denpasar period January 2015 - August 2016.

This study uses lymphoma malignant patients who receive chemotherapy in Sanglah Hospital from January 2015 to August 2016 as data samples. The study used total sampling techniques in data collection for researchers concerned about the number of existing samples. The results of this study are haematological toxicitiy which are the highest in six regimens are anaemia and neutropenia. While the non-hematologic toxicity which is the highest in the R-CHOP regimen is pain, acute kidney disorders, and gastrointestinal disorders. For non-haematological toxicity which is the highest in the CHOP regimen is acute kidney damage. Non-hematologic toxicity which is the highest in ICE regimen is pain. Non-hematologic toxicity which is the highest in ABVD regimen is acute kidney damage, pain, and impaired liver function. For non-haematological toxicity which is the highest in CVP regimen is fever and constipation.

(6)

Due to the short research time, this study suggested more research needs to be done about the side effects of chemotherapy in patients with malignant lymphoma in the Sanglah Hospital with a longer research time.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Gambaran Klinis Efek Samping Kemoterapi pada Pasien Limfoma Maligna yang Dirawat di RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan skripsi ini penulis dibantu oleh banyak pihak. Penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. DR. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas segala fasilitas yang telah disediakan. 2. dr. Ni Made Renny A. Rena, Sp.PD FINASIM sebagai pembimbing utama

atas segala masukan yang bermanfaat dalam skripsi ini.

3. dr. Wayan Losen Adnyana, Sp.PD-KHOM FINASIM sebagai penguji skripsi ini.

4. Pihak-pihak yang mendukung penyelesaian skripsi ini.

Penulis sadar usulan penelitian ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 27 Oktober 2016

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...iv

ABSTRAK ...v

ABSTRACT ...vi

RINGKASAN ...vii

SUMMARY ...ix

KATA PENGANTAR ...xi

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR TABEL ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Rumusan Masalah ...4 1.3 Tujuan Penelitian ...5 1.4 Manfaat Penelitian ...5 1.4.1 Manfaat Keilmuan ...5 1.4.2 Manfaat Praktis BAB II KAJIAN PUSTAKA ...6

2.1 Limfoma Maligna ...6

2.1.1 Definisi ...6

2.1.2 Klasifikasi Limfoma Maligna ...6

(9)

2.1.4 Terapi Limfoma Maligna ...15

2.2 Kemoterapi ...16

2.2.1 Definisi Kemoterapi ...16

2.2.2 Regimen Kemoterapi ...17

2.2.3 Efek Samping Kemoterapi ...20

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ...25

3.1 Kerangka Berpikir ...25

3.2 Konsep Penelitian ...26

BAB IV METODE PENELITIAN ...28

4.1 Rancangan Penelitian ...28

4.1.1 Desain Penelitian ...28

4.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...28

4.2 Subjek dan Sampel ...28

4.2.1 Variabilitas Populasi ...28

4.2.2 Kriteria Subjek ...28

4.2.3 Teknik Pengumpulan Sampel dan Pengelolahan Data ...29

4.3 Variabel Penelitian ...30

4.3.1 Identifikasi Variabel ...30

4.3.2 Definisi Operasional Variabel ...30

4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian ...32

4.5 Protokol Penelitian ...32

4.6 Teknik Analisis Data ...33

4.7 Kelemahan Penelitian ...33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...35

(10)

5.1.1 Distribusi Proporsi Penderita Limfoma Maligna Berdasarkan

Sosiodemografi ...35

5.1.2 Distribusi Proporsi Stadium dan Gejala Konstitusional Penderita Limfoma Maligna Berdasarkan Jenis Limfoma Maligna ...36

5.1.3 Distribusi Proporsi Regimen Kemoterapi yang Digunakan dalam Terapi Limfoma Maligna ...37

5.1.4 Distribusi Proporsi Efek Samping yang Terjadi Berdasarkan Regimen Kemoterapi ...38

5.2 Pembahasan ...40

5.2.1 Distribusi Proporsi Penderita Limfoma Maligna Berdasarkan Sosiodemografi ...40

5.2.2 Distribusi Proporsi Stadium dan Gejala Konstitusional Penderita Limfoma Maligna Berdasarkan Jenis Limfoma Maligna ...42

5.2.3 Distribusi Proporsi Regimen Kemoterapi yang Digunakan dalam Terapi Limfoma Maligna ...44

5.2.4 Distribusi Proporsi Efek Samping yang Muncul Berdasarkan Regimen Kemoterapi ...45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...49

6.1 Kesimpulan ...49

6.2 Saran ...49

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Stadium Limfoma Hodgkin Menurut Kriteria Cotswolds ...14 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...27 Gambar 5.1 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Limfoma Maligna Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ...40 Gambar 5.2 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Limfoma Maligna Berdasarkan Pekerjaan di RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ...40 Gambar 5.3 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Limfoma Maligna Berdasarkan Rentang Usia di RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ...41 Gambar 5.4 Diagram Batang Distribusi Proporsi Stadium Penderita Limfoma Maligna Berdasarkan Jenis Limfoma Maligna di RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ...42 Gambar 5.5 Diagram Batang Distribusi Proporsi Gejala Konstitusional Penderita Limfoma Maligna Berdasarkan Jenis Limfoma Maligna di RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ...43 Gambar 5.6 Diagram Batang Distribusi Proporsi Regimen Kemoterapi yang Digunakan dalam Terapi Limfoma Maligna di RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ...44 Gambar 5.7 Diagram Batang Distribusi Proporsi Efek Samping Non-Hematologi yang Muncul Berdasarkan Regimen Kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ...45 Gambar 5.8 Diagram Batang Distribusi Proporsi Efek Samping Hematologi yang Muncul Berdasarkan Regimen Kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ... 46

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Rye ... 7 Tabel 2.2 Klasifikasi Limfoma Hodgkin World Health Organization (WHO) 2008 ... 8 Tabel 2.3 Klasifikasi Limfoma non-Hodgkin REAL ... 10 Tabel 2.4 Stadium Limfoma Hodgkin menurut Kriteria Cotswolds ... 13 Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penderita Limfoma Maligna berdasarkan

Sosiodemografi di RSUP Sanglah Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ... 35 Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Stadium dan Gejala Konstitusional Penderita

Limfoma Berdasarkan Jenis Limfoma Maligna di RSUP Sanglah Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ... 36 Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Regimen Kemoterapi yang Digunakan dalam Terapi Limfoma Maligna di RSUP Sanglah Periode Januari 2015 – Agustus 2016 ... 37 Tabel 5.4 Distribusi Efek Samping Non-Hematologi yang Terjadi Berdasarkan Regimen Kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2015 – Agustus 2016 ... 38 Tabel 5.5 Distribusi Efek Samping Hematologi yang Terjadi Berdasarkan

Regimen Kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2015 – Agustus 2016 ... 39

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limfoma merupakan suatu keganasan imunologi yang berasal dari sel limfosit yang tak terkontrol pertumbuhannya dan menumpuk di kelenjar limfe, sehingga tak jarang menimbulkan gambaran klinis berupa limfadenopati. Secara klinis dan patologik, limfoma dapat dibedakan menjadi 2 subtipe utama, yakni limfoma Hodgkin (Hodgkin disease) dan limfoma non-Hodgkin. Perbedaan kedua subtipe ini didasarkan pada keberadaan hitopatologis sel Reed-Sternberg pada limfoma Hodgkin (Hoffbrand A.V., Moss P.A.H, 2011).

Menurut World Cancer Research Fund International, limfoma non-Hodgkin menempati peringkat ke delapan dari dua puluh tiga keganasan yang umum terjadi pada pria, dan peringkat sepuluh pada wanita. Sementara limfoma Hodgkin menempati peringkat ke dua puluh lima pada pria dan ke dua puluh dua pada wanita (Worl Cancer Research

Fund International, 2015). Dapat disimpulkan dari statistik diatas bahwa

limfoma Hodgkin lebih jarang ditemui. Di negara Barat dilaporkan insiden limfoma Hodgkin terjadi 3,5/ 100.000 orang per tahunnya pada pria dan 2,6/100.000 orang per tahunnya pada wanita (Bakta I.M., 2007). Di Amerika Serikat sendiri, tiap tahunnya terjadi 7500 kasus baru limfoma Hodgkin dengan perbadingan rasio antara laki-laki dan perempuan 1,3-1,4:1. Berbeda dengan limfoma Hodgkin, Limfoma non-Hodgkin atau

(14)

ditemui. Pada tahun 2000 di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 54.900 kasus baru dan 26.100 orang diantaranya meninggal. Pada tahun 1997, limfoma non-Hodgkin dilaporkan sebagai penyebab kematian akibat kanker utama pada pria usia 20-39 tahun. Insiden limfoma non-Hodgkin meningkat seiring bertambahnya usia dan mencapai puncaknya pada kelompok dengan umur 80-84 tahun. Saat ini angka pasien limfoma non-Hodgkin di Amerika Serikat semakin meningkat 5-10% per tahun, menjadikannya peringkat kelima dengan angka kejadian 12-15 per 100.000 penduduk. Di Perancis limfoma non-Hodgkin menduduki peringkat ketujuh tersering. Di Indonesia frekuensi kejadian limfoma non-Hodgkin jauh lebih tinggi dibandingkan dengan limfoma non-Hodgkin, bersama dengan leukemia menduduki peringkat keenam tersering (Reksodiputro A.H., Irawan C., 2014). Di RSUP Sanglah sendiri selama 2007-2008, meski kasus limfoma tak dapat digolongkan sering terjadi, namun ditemukan terjadi peningkatan jumlah kasus baru sebanyak 56,9 %, yakni dari 39 kasus pada tahun 2007 menjadi 69 kasus pada tahun 2008 dan terus mengalami peningkatan hingga saat ini (Sutrisno H., Dharmayuda T.G., Rena A.R., 2010).

Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi kanker dengan menggunakan obat-obatan yang sering digunakan. Pada kasus limfoma entah limfoma Hodgkin atau non-Hodgkin, kemoterapi dapat diberikan secara tunggal atau dikombinasikan dengan terapi radioaktif tergantung dari stadium limfoma itu sendiri. Kemoterapi memiliki 3 tujuan dalam

(15)

memungkinkan), kedua sebagai pengontrol dari kanker apabila penyembuhan mustahil untuk dilakukan, ketiga sebagai terapi paliatif untuk kanker yang sudah memasuki stadium lanjut dimana kanker sudah mengalami metastasis ke bagian tubuh yang lain dan kontrol mustahil dilakukan, dalam hal ini kemoterapi diharapkan dapat meringankan gejala yang ditimbulkan dari kanker (American Cancer Society, 2015). Kemoterapi berkeja dengan cara melakukan intervensi terhadap cell cycle dari sel. Dengan kata lain, obat-obat kemoterapi umumnya menyerang sel-sel yang aktif membelah. Dikarenakan obat-obat kemoterapi ini dibuat tidak spesifik untuk sel kanker saja, maka obat-obatan ini juga akan ikut menyerang sel-sel lain yang aktif membelah, seperti sel foliker rambut, sel di mulut, sel pada saluran gastrointestinal, dan sel pada sumsum tulang belakang. Adapun efek samping yang kerap muncul pada kemoterapi diantaranya kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri perut, nyeri pada mulut dan kerongkongan, diare, mual dan muntah, konstipasi, masalah pembentukan darah, kerusakan saraf (seperti kesemutan, terbakar, atau

numbness), kehilangan nafsu makan, dan rambut rontok (Cancer.net,

2015).

Pada kasus limfoma, kemoterapi banyak digunakan karena limfoma berasal dari sel limfosit yang dengan mudah menyebar diseluruh tubuh dan umumnya pasien dengan limfoma terdiagnosis saat limfoma telah menyebar dan tak berada pada satu titik di tubuh. Kemoterapi dapat diberikan melalui peroral, intravena, injeksi subkutan, atau intratekal. Selain itu, umumnya pada saat melakukan kemoterapi, pasien dengan

(16)

limfoma juga akan meminum obat lain seperti steroid (prednisolon) disela jeda kemoterapinya. Pemberian terapi dengan kemoterapi umumnya tidak berlangsung hanya sekali namun bisa berkali-kali. Hal ini dilakukan untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yg masih tersisa dari kemoterapi sebelumnya. Dikarenakan efeknya yang juga ikut membunuh sel lain yang aktif membelah, kemoterapi selalu diikuti oleh rest periode. Dimana periode ini dilakukan untuk memberikan waktu bagi para sel normal lain yang ikut mejadi sasaran kemoterapi untuk kembali memulihkan diri (Lymphoma Association, 2015).

Dengan maraknya isu-isu yang beredar dimasyarakat saat ini perihal kemoterapi, didukung juga oleh industri film tanah air. Tak mengherankan bahwa terkadang masyarakat cenderung memandang kemoterapi sebagai hal yang menakutkan terutama dengan berbagai efek samping dan periode terapi yang terbilang cukup panjang. Dengan adanya informasi mengenai efek samping yang sering terjadi setelah dilakukannya kemoterapi pada pasien limfoma, diharapkan akan membuat pasien merasa lebih aman dan dokter pun dapat mengedukasi pasien dengan lebih mudah. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka didapatkan suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran klinis efek samping kemoterapi pada pasien limfoma maligna yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2015 – Agustus 2016?

(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran klinis efek samping kemoterapi pada pasien limfoma maligna yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2015 – Agustus 2016.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Keilmuan

a. Dapat mengetahui gambaran klinis masing-masing efek samping kemoterapi pada pasien limfoma maligna yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2015 – Agustus 2016.

b. Dapat dijadikan data dasar atau acuan untuk penelitian mengenai efek samping kemoterapi pada pasien limfoma selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan dalam mengedukasi pasien limfoma yang akan dan sedang menjalani kemoterapi.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui insidensi dan gambaran penderita kanker kolorektal berdasarkan usia, jenis kelamin, penatalaksanaan, predileksi, gambaran patologi

Tujuan: Untuk mengetahui angka kejadian migrain dan bagaimana gambaran karakteristiknya, yaitu: jenis migrain, tanda gejala klinis, faktor resiko, dan faktor

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar risiko efek samping obat dan merasa sehat terhadap ketidakpatuhan pengobatan penderita tuberkulosis paru di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran komplikasi pasien kanker kepala dan leher pasca radioterapi/kemoterapi di RSUP Sanglah tahun 2016. Mengetahui rata-rata usia yang

Combination Therapies (ACT). Tujuan Mengetahui gambaran klinis dan tatalaksana pasien malaria falciparum di RSUP Dr.Kariadi Semarang selama periode 2009-2013. Metode Penelitian ini

Penelitian ini menggunakan metode literature review yang bertujuan untuk mengetahui efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan obat NSAID pada pasien yang menderita

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinik penderita kanker serviks berdasarkan stadium setelah mendapatkan kemoterapi selama tiga

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kepatuhan berobat penderita TB paru dengan perilaku kesehatan, efek samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan