• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN ANYAMAN PADA SISWA TUNANETRA KELAS VI DI SLB ABC PGRI CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN ANYAMAN PADA SISWA TUNANETRA KELAS VI DI SLB ABC PGRI CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN ANYAMAN PADA

SISWA TUNANETRA KELAS VI DI SLB ABC PGRI CIAWI

KABUPATEN TASIKMALAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperloeh gelar Sarjana Pendidikan Khusus Strata Satu (S1)

Oleh : Ismie Dewi Maryan

1001490

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTASI ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Anyaman Pada Siswa Tunanetra

Kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Oleh

Ismie Dewi Maryan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan jurusan Pendidikan Khusus

© Ismie Dewi Maryan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing I

Dr. Hj. Ehan, M.Pd

NIP : 19570712 1984032001

Pembimbing II

Dra. Hj. Neni Meiyani, M.Pd

NIP : 19620512 1988032003

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd

(4)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN ANYAMAN PADA SISWA TUNANETRA KELAS VI DI SLB ABC PGRI CIAWI KABUPATEN

TASIKMALAYA

ISMIE DEWI MARYAN

1001490

Pembelajaran keterampilan anyaman untuk anak tunanetra merupakan salah satu alternatif yang harus dikembangkan, dimulai dengan hal yang sifatnya sederhana, seperti memperkenalkan bahan anyaman, tujuan pembelajaran, manfaat kegiatan serta tata cara pengerjaan. Hasil pengamatan penulis, pembelajaran keterampilan anyaman untuk anak tunanetra tidak berjalan dengan baik, karenakan tidak adanya guru khusus dan buku sumber mengenai keterampilan anyaman untuk anak tunanetra. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya, yang meliputi persiapan pelaksanaan pembelajaran, proses, serta evaluasi pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu mengetahui tentang pelaksanaan, proses dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman. Melalui penelitian ini, peneliti menyampaikan rekomendasi untuk guru, Sekolah, dan bagi para peneliti berikutnya.

Kata Kunci : Pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

(5)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF LEARNING SKILLS WEBBING ON SIXTH GRADE STUDENTS WITH VISUAL IMPAIRMENTS IN SLB ABC PGRI CIAWI

TASIKMALAYA DISTRICT

ISMIE DEWI MARYAN

1001490

Learning skills for blind children webbing is one alternative that should be developed, that are simple, introducing a simple material, learning objectives, the benefits of the skills. From the results of the author's observation, learning weaving skills for blind children in the sixth grade PGRI Ciawi ABC SLB doesn’t well. Authors are interested in conducting research how the implementation of learning skills webbing on sixth grade students with visual impairments This study used a descriptive method with qualitative approach and uses data collection techniques with interview, observation and documentation. The results obtained prior to the implementation learning the skills weaving, namely learning program preparing teachers to use the book and simplify existing source material will be provided. The method used in the weaving skill learning activities are lectures, discussion and practice using the skills approach in which children are involved directly in the process of learning the skills webbing. facilitate the teacher in providing, for Schools and the next researchers.

Key Word : learning skills webbing students with visual impairments

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

(6)
(7)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

UCAPAN TERIMA KASIH...ii

ABSTRAK...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR LAMPIRAN...vii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN...Error! Bookmark not defined. B. RUMUSAN MASALAH ...Error! Bookmark not defined. C. TUJUAN PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined. D. MANFAAT PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined. BAB II PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN ANYAMAN PADA SISWA TUNANETRA KELAS VI DI SLB ABC PGRI CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA...7

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN ...Error! Bookmark not defined.

B. PENGERTIAN KETERAMPILAN ...Error! Bookmark not defined.

C. KETERAMPILAN ANYAMAN ...Error! Bookmark not defined.

(8)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

4. Persiapan dalam Pembelajaran Keterampilan AnyamanError! Bookmark not

defined.

D. ANAK TUNANETRA ...Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN...24

A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined.

B. DEFINISI OPERASIONAL ...Error! Bookmark not defined.

C. INSTRUMEN PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined.

D. PROSEDUR PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined.

E. LOKASI PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ...Error! Bookmark not defined.

G. ANALISIS DATA ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...34

A. HASIL PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined.

B. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS DATA ...Error! Bookmark not defined.

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...61

A. SIMPULAN ...Error! Bookmark not defined.

B. SARAN ...Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA...Error!

Bookmark not defined.

(9)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

(10)

1 Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus memerlukan sistem pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, seperti yang tertuang dalam pasal 32 ayat 1 UUSPN No. 20 tahun 2003 : Bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Salah satu jenis kelainan anak berkebutuhan khusus adalah anak Tunanetra. Tunanetra adalah ketidakmampuan seseorang untuk melihat benda disekelilingnya dan ketidakberfungsian indera penglihatannya.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003

menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(11)

2 Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemerintah. Untuk mempersiapkan anak tunanetra agar mampu hidup mandiri dan diterima oleh masyarakat, maka perlu adanya usaha untuk memberikan mereka keterampilan, sehingga mereka diharapkan mampu mengatasi dan menanggulangi hidup mereka sendiri.

Memberikan pelajaran keterampilan khusus pada siswa dengan gangguan penglihatan memang bukan perkara mudah, dibutuhkan kesabaran yang cukup besar. Mereka juga membutuhkan guru yang benar-benar ahli dalam bidang keterampilan tersebut. Pihak sekolah wajib melengkapi fasilitas pendukung keterampilan khusus. Selain itu, dibutuhkan metode ajar yang tidak kaku dan monoton. Sekolah harus mengupayakan pembelajaran keterampilan khusus yang diberikan kepada siswa berguna untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan penglihatan siswa. Pembelajaran bagi anak tunanetra sebaiknya berpusat pada apa, bagaimana, dan dimana pembelajaran khusus yang sesuai dengan kebutuhan dengan kelainannya

(12)

3 Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sektor industri alat-alat rumah tangga, perlu adanya pengembangan kegiatan terhadap anak tunanetra yang dilatih untuk mampu menciptakan nilai kreasi dari anyaman yang akan dibuatnya.

Keterampilan anyaman merupakan bentuk kerajinan tradisional yang sudah lama tumbuh di Indonesia. Perkembangan kerajinan anyaman pada awalnya memiliki bentuk sederhana sebagai karya seni untuk memenuhi kebutuhan praktis sehari-hari. Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini produk kerajinan anyaman sudah mulai merambah ke berbagai jenis keperluan, seperti digunakan untuk keperluan cindera mata, fashion, tas, sepatu, dan lain sebagainya. Bahan yang digunakan pun cukup beragam, baik dengan menggunakan bahan alami maupun bahan buatan (sintetis). Jika kita memerhatikan beberapa motif anyam yang ada di Indonesia dengan ciri khasnya masing-masing, maka setiap anyaman yang dibuat tidak lepas dari pengaruh budaya setempat. Produk anyaman biasanya dibuat sesuai dengan kebutuhan daerah. Sebagai salah satu contoh produk anyaman keranjang di Tasikmalaya, berbeda dengan produk anyaman di Kalimantan, baik dari segi motif, bentuk maupun kegunaannya. Dalam masa perjalanannya yang cukup panjang, kerajinan anyaman mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai hal yang menyangkut anyaman pada saat ini dapat dibuat dalam berbagai produk sesuai permintaan konsumen. Perubahan ini tumbuh dan berjalan seiring dengan bentuk, motif, serta fungsi dari tradisional sampai yang baru. Keanekaragaman bentuk, motif, maupun fungsi dari kriya anyam menjadikan produk anyaman mempunyai daya tarik tersendiri dan khas dalam penampilannya.

(13)

4 Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK) dan hanya menjadi bagian dari mata pelajaran tersebut.

Berdasarkan masalah yang ada di lapangan, maka perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran program-program keterampilan bagi anak tunanetra, khususnya bagi anak low vision, yang mana kemampuannya dalam bekerja dapat dioptimalkan, seperti pada bidang keterampilan yang bersifat sederhana, misalnya dalam memperkenalkan bahan anyaman sederhana seperti kertas berwarna (kertas origami), manfaat dan cara pengerjaan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Anyaman Pada Siswa Tunanetra Kelas VI di

SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Anyaman Pada Anak Tunanetra Kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya?”. Selanjutnya, untuk memperoleh ruang lingkup dari pokok permasalahan tersebut, dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana persiapan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa

tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya? 3. Bagaimana evaluasi pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa

(14)

5 Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. TUJUAN PENELITIAN

Setiap proses dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran hendaknya mempunyai arah untuk memperjelas langkah-langkah yang akan menjadi tujuannya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang telah dikemukakan, maka di bawah akan diuraikan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dari pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada tunanetra yaitu di kelas VI SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui perencanaan program dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada anak tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

b) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada anak tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

c) Untuk mengetahui hasil evaluasi pembelajaran keterampilan anyaman pada anak tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Kabupaten Tasikmalaya.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara Teoritis

(15)

6 Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Juga dapat mengetahui tingkat kemampuan sejauh mana anak dapat melakukan pekerjaan dan memahami instruksi yang diberikan selama proses pembelajaran keterampilan anyaman.

2. Secara Praktis

a) Bagi guru : hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam memperluas pengetahuan mengenai pembelajaran keterampilan anyaman pada anak tunanetra yang sesuai dengan kemampuan anak sehingga keterampilan tersebut dapat dioptimalkan.

b) Bagi siswa : hasil penelitian dapat meningkatkan kemampuan dalam pembuatan keterampilan anyaman yang sesuai bagi anak tunanetra dan dapat bermanfaat bagi kehidupannya.

c) Bagi Sekolah : hasil penelitian ini dapat menjadi sumber acuan dalam peningkatan pembelajaran keterampilan, khususnya untuk anak tunanetra serta sekolh bisa menjadi sarana belajar kreatif dalam kegiatan pembelajaran siswa sehari-hari.

(16)

7 Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

(17)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN

Metode merupakan hal yang sangat diperlukan dalam suatu penelitian agar memberikan gambaran yang jelas serta dapat menjadi pemandu peneliti untuk mengetahui bagaimana penelitian itu dilaksanakan, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif supaya peneliti dapat memahami dan memberikan penjelasan tentang fenomena yang terjadi di lapangan atau mendapat gambaran tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Sebagaimana dikemukakan oleh Nazir, M.

(1983, hlm. 63) bahwa “suatu metode dalam meneliti status sekeklompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang”. Untuk dapat memperoleh data

penelitian yang lebih akurat dari individu secara utuh, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Basrowi dan Suwardi (2008, hlm. 1) menjelaskan bahwa: “Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang

kenyataan melalui proses berpikir induktif”. Melalui penelitian ini juga,

peneliti dapat merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Bogdan dan Tailor [dalam Moleong, L.J. (1975, hlm. 4)

mendefinisikan “pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

(18)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25

diyakini mampu mengarahkan pencarian-pencarian konsep baru dari kombinasi antara perspektif yang diteliti dan pespektif peneliti

Situasi di lapangan penelitian bersifat natural dan sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nasution, S

(1996, hlm. 18), yaitu: “Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik”, karena data yang dikumpulkan bercorak kualitatif. Sesuai

dengan permasalahan yang diteliti, metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan metode yang tepat, sejalan dengan tujuan dari penelitian naturalistik kualitatif, yaitu mengungkap kenyataan yang ada dilapangan kemudian di deskripsikan melalui kata-kata, foto maupun gambar dokumentasi.

B. DEFINISI OPERASIONAL

1. Kegiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Winarno (1983, hlm. 50) bahwa: pembelajaran adalah proses berlangsungnya kegiatan belajar dan membelajarkan siswa di kelas. Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(19)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

26

produk sesuai permintaan konsumen. Perubahan ini tumbuh dan berjalan seiring dengan bentuk, motif, serta fungsi dari tradisional sampai yang baru. Keanekaragaman bentuk, motif, maupun fungsi dari keterampilan anyaman menjadikan produk anyaman mempunyai daya tarik tersendiri dan khas dalam penampilan.

3. Anak tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu buta total (blind) dan low vision. Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan, maka proses belajar mengajar menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu, prinsip harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara. Anak tunanetra memiliki karakteristik kognitif, sosial, emosi, motorik dan kepribadian yang sangat bervariasi. Hal ini sangat tergantung pada waktu anak mengalami ketunanetraan, tingkat ketajaman penglihatannya, usianya, dan tingkat pendidikannya.

Jadi dari definisi operasional variabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud judul penelitian ini adalah suatu upaya yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran keterampilan anyaman pada anak tunanetra, sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman yang sesuai dengan kemampuan anak tunanetra yang tersusun dalam persiapan pembelajaran, proses, hambatan dan evaluasi pembelajaran keterampilan anyaman pada anak tunanetra.

C. INSTRUMEN PENELITIAN

(20)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27

(Bungin, 2001, hlm. 71 dan Danim, 2002, hlm. 135). Panduan bagi penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara/insterview guide. Penggunaan model wawancara tentu saja disesuaikan dengan keberadaan data data lapangan yang dicari dan diperlukan oleh peneliti.

Sebagaimana disebutkan, tujuan kualitatif bersifat mendeskripsikan keadaan atau fenomena yang sedang terjadi, oleh sebab itu instrumen diperlukan karena peneliti dituntut dapat menemukan data yang diangkat dari fenomena atau peristiwa tertentu, peneliti dalam melaksana walaupun wawancara sifatnya tak terstruktur tetapi minimal peneliti menggunakan pokok-pokok pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai catatan, yang juga disebut sebagai pedoman wawancara interview guide. (Suharsimi, 1998, hlm. 137).

Wawancara tak terstruktur identik dengan wawancara bebas, sifatnya hanya membimbing dan membantu dalam proses wawancara. Peneliti hanya mengajukan sejumlah pertanyaan yang mengandung jawaban/komentar informan yang diwawancarai tidak banyak dipengaruhi pewawancara dan biasanya berlangsung secara informal. Penulis melakukan 3 (tiga) langkah yang perlu dalam melakukan wawancara, yaitu:

1. Pembukaan, yaitu peneliti menciptakan suasana kondusif, memberi penjelasan fokus yang dibicarakan, tujuan wawancara, waktu yang akan dipakai dsb.

2. Pelaksanaan, yaitu ketika memasuki inti wawancara, sifat kondusif tetap diperlakukan dan juga suasananya informal.

(21)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

28 D. PROSEDUR PENELITIAN

Tahap-tahap penelitian merupakan aspek-aspek yang sangat berperan penting dalam membantu proses penelitian, karena usaha inilah yang nantinya akan memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, analisis data, penafsiran data hingga penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Menyusun Rancangan penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu menyusun rancangan/proposal penelitian yang diajukan kepada Dewan Skripsi, kemudian disetujui untuk mengikuti seminar proposal penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan bimbingan dan konsultasi dengan Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing 2 untuk melengkapi dan menyempurnakan rancangan penelitian.

2. Memilih Tempat Penelitian

(22)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29

mengetahui teorinya saja. Maka dalam kesempatan ini peneliti mencoba mengamati, mengetahui, menggali dan menggambarkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman untuk anak tunanetra kelas VI tersebut.

3. Mengurus Perizinan

Kegiatan penelitian ini memerlukan perizinan yang tepat pada setiap lembaga yang bersangkutan dimulai dari jurusan Pendidikan Khusus, kemudian Fakultas Ilmu Pendidikan hingga samapai pada tingkat institut yaitu Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UPI. Kemudian mengurus perizinan ke pemerintahan Provinsi Jawa Barat yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Jawa Barat dan selanjutnya merekomendasikan ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan memeberikan surat rekomendasi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat kepada Kepala Sekolah untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

4. Persiapan Perlengkapan Penelitian

Persiapan perlengkapan penelitian ini meliputi perlengkapan segala sesuatu yang berkenaan dengan kegiatan penelitian untuk membantu dan mempermudah kelancaran dalam pengumpulan data yang tepat, diantaranya pedoman wawancara, pedoman observasi, dokumentasi serta peralatan penunjang kegiatan penelitian yag dibutuhkan.

E. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten

(23)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

30

1. Identitas Sekolah

a. Nama Sekolah : SLB ABC PGRI Ciawi b. No. Statistik Sekolah : 80.2.02.12.36.001 c. Tanggal Pendirian : 24 Juli 1986 d. Status Sekolah : Swasta

e. Penyelenggaraan : PPLP/PGRI/KPT

f. Alamat Yayasan : Jl. Talaga Bodas No.56 Bandung g. Akreditasi : C

h. E-mail : slbciawisdlb@gmail.com i. Luas Lahan Sekolah : 432 M2

(31 Bata)

j. Luas Bangunan : 144 M2

k. Status Kepemilikan : Hak Guna Pakai/Milik Yayasan l. Jumlah Pendidik : 9 Orang

m. Jumlah PTK : 1 Orang n. Waktu Belajar : Pagi

o. Pemanfaatan lahan : 1) Bangunan 2) Sarana Olahraga 3) Sarana Pertanian p. Bangunan

(24)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

31

2) Ruang Kepsek : Satu Bangunan permanen 3) Ruang Guru : Satu Bangunan permanen 4) Dapur : Satu Bangunan permanen 5) Kamar Mandi : Dua Bangunan permanen q. Penyediaan Air Bersih: Sumur, Pompa

r. Penerangan : Listrik 440

2. Peserta Didik SLB ABC PGRI Ciawi Tasikmalaya a. Anak Tunanetra (Low Vision)

b. Anak Tunarungu c. Anak Tunagrahita d. Anak Tunadaksa e. Anak Tunaganda 3. Satuan Pendidikan

a. TKLB b. SDLB c. SMPLB d. SMALB 4. Visi Misi Sekolah

(25)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32

Terwujudnya Sekolah Luar Biasa yang memfasilitasi peserta didik dalam hal kemandirian, kedisiplinan, kerja keras dan bertanggung jawab dengan mengembangkan potensi diri melalui pendidikan layanan terpadu yang dijiwai oleh nilai-nilai budaya dan karakter bangsa .”

b. Misi Sekolah

(1) Menumbuhkan sikap kemandirian untuk beraktifitas dalam menjalani kehidupannya (ADL).

(2) Mengembangkan sikap bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya

(3) Membentuk peserta didik yang dapat berkomunikasi secara komunikatif

(4) Mewujudkan siswa yang berprestasi dalam bidang olahraga, kesenian, dan keterampilan baik di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional

(5) Menanamkan sikap disiplin untuk melaksanakannya kewajibannya sebagai umat muslim

(6) Memenuhi target bidang akademik dengan menyelesaikan pendidikan sampai ke jenjang SMPLB di SLB ABC PGRI Ciawi

c. Motto Sekolah

(26)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

33 F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu obyek penelitian yang lebih menekankan pada aspek materi, segala sesuatu yang hanya berhubungan dengan keterangan tentang suatu fakta yang ditemui peneliti di daerah penelitian (Bungin, 2001, hlm 123). Dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Selain itu peneliti sebagai instrumen, peneliti bisa menggunakan hubungan langsung dengan responden dan objek lainnya untuk memahami kaitan-kaitan dengan kenyataan. Oleh karena itu, pada waktu mengumpulkan data dilapangan, peneliti berperanserta pada situs penelitia dan mengikuti secara aktif kegiatan penelitian tersebut. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur atau kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan cara mempelajari buku-buku dan dokumen yang berhubungan dengan pokok penelitian. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk menjaring data sekunder.

2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian. Studi lapangan ini menggunakan tiga bentuk kegiatan, yaitu :

a. Observasi, yaitu pengumpulan data atau informasi dengan mengamati langsung terhadap objek yang sedang diteliti untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya. Dengan observasi, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilku yang nampak. Observasi ini dilakukan terhadap dua siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi.

(27)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

berpedoman pada instumen yang telah dibuat, dimana setiap wawancara peneliti melakukan tatap muka secara langsung dengan bantuan alat rekam, buku catatan, dan alat tulis.

c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data-data yang ada, dan merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

G. ANALISIS DATA

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau katagori (Nasution, 1988, hlm 126). Data hanya akan bermakna jika dianalisis secara akurat dan seksama untuk diberi makna. Dalam analisis data, peneliti dilibatkan sedemikian rupa agar kesimpulan dan keputusan dapat dirumuskan secara baik dan benar. Analisis data merupakan proses pencandraan/discription dan penyusunan transkrip interview serta material lain yang telah terkumpul. Maksudnya agar peneliti dapat menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk kemudian menyajikannya kepada orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah ditemukan atau dapatkan dari lapangan (Danim, 2002, hlm 210).

(28)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Anyaman

Hasil penelitian mengenai pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman yaitu data yang dikumpulkan terdiri dari hasil wawancara yang dilakukan kepada dua orang guru dengan kode responden 1 dan responden 2 sebagai data utama dan observasi dilakukan kepada dua siswa tunanetra kelas VI dengan kode subjek A dan subjek B sebagai data pelengkap penelitian.

Wawancara dilakukan kepada responden 1 dan 2, yaitu guru wali kelas dan guru keterampilan yang dilakukan sebanyak tiga kali. Wawancara pertama dilakukan pada hari kamis tanggal 17 April 2014 jam 13.00-14.00 WIB, kedua pada hari sabtu tanggal 19 April 2014 jam 10.00-12.00 WIB, dan terakhir pada hari senin tanggal 28 April 2014 jam 09.30-10.20 WIB. Hal yang diungkap dalam wawancara adalah sebagai berikut :

a. Persiapan pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada anak tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya : Persiapan (Menyusun Program), Hambatan yang dialami pada saat proses persiapan (Menyusun Program), dan Upaya mengatasi hambatan selama proses persiapan (Menyusun Program).

(29)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

Inti, Kegiatan Akhir), penggunanaan materi pembelajaran sesuai dengan buku sumber, penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran keterampilan, serta metode pembelajaran yang digunakan. Hambatan yang dialami pada proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman (Kegiatan Awal, Kegiatan Inti, Kegiatan Akhir). Upaya mengatasi hambatan selama proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman (Kegiatan Awal, Kegiatan Inti, Kegiatan Akhir).

c. Evaluasi pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Tasikmalaya : Prosedur yang digunakan dalam mengevaluasi pembelajaran keterampilan anyaman (Prosedur evaluasi pembelajaran keterampilan anyaman), Hambatan yang dialami selama proses evaluasi (Hambatan dalam proses evaluasi pembelajaran keterampilan anyaman), Upaya mengatasi hambatan selama proses evaluasi (Upaya mengatasi hambatan dalam evaluasi pembelajaran keterampilan anyaman).

Dari hasil wawancara, diperoleh data sebagai berikut :

1). Responden 1

a) Bagaimana persiapan pelaksanaan pembelajaran keterampilan

anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI

Ciawi Kabupaten Tasikmalaya ?

(1) Persiapan program pembelajaran keterampilan anyaman

(30)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37

harus disusun sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mengenai pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) agar pencapaian tujuan pembelajaran dapat tercapai. Apabila tujuan-tujuan dalam program yang dibuat belum tercapai oleh anak, maka program itu masih tetap dipakai. Penggunaan media pembelajaran seperti contoh hasil karya seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi, agar anak mengetahui contoh dan hasil karya anyaman yang ada. Contoh seni rupa anyaman 2 dimensi yaitu tikar, bilik/dinding rumah, tatakan gelas anyaman dan tatakan piring anyaman.

(2) Hambatan yang dialami pada saat proses persiapan

pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman

Hambatannya yaitu tidak adanya buku pedoman khusus pembelajaran keterampilan anyaman dan buku pedoman pembelajaran keterampilan khusus untuk anak tunanetra, sehingga sulit dalam mencari materi, sumber pembelajaran maupun dalam menentukan tujuan pembelajaran. Kemudian pencarian di internet pun tidak mendapatkan hasil yang akurat karena tidak adanya materi pembelajaran keterampilan maupun keterampilan anyaman yang merujuk pada anak tunanetra.

(3) Upaya mengatasi hambatan selama proses persiapan

(31)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

b) Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan

anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI

Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

(1) Pelaksanaan program keterampilan anyaman

(32)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

telah diberikan. Selama proses kegiatan belajar pembelajaran keterampilan anyaman, responden dan subjek melakukan tanya jawab mengenai materi yang tidak dipahami, lalu diberikan keterangan mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut. Responden menyiapkan alat dan bahan untuk pembuatan anyaman dari kertas warna seperti alat penganyam iratan (kertas warna berukuran 20 cm X 20 cm), alat ukur (penggaris, pensil), alat pemotong (cutterIdan gunting), lem atau double

tape dan jepitan alat anyam yang terbuat dari lidi. Pelaksanaan

pembelajaran keterampilan anyaman yang pertama pada hari jumat dilakukan pada jam ke 6, dikarenakan waktu yang sempit, maka siswa pun minta agar kegiatan pembelajaran diakhiri. Pada kegiatan akhir, responden memberikan tes kepada anak dalam bentuk praktek membuat anyaman sasag sebanyak 5 lungsi dan memberikan pertanyaan sederhana mengenaimateri yang sudah diberikan.

(2) Hambatan yang dialami pada saat proses pelaksanaan

pembelajaran keterampilan anyaman

Hambatan yang dialami yaitu pada saat kegiatan pembelajaran

(33)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

mengenai keterampilan anyaman khusus untuk anak tunanetra. Pengkondisian anak pada saat belajar mengalami hambatan karena diruangan tersebut dicampur dengan siswa SMPLB Tunarungu dan SMALB Tunagrahita. Kemudian hambatan yang paling utama yaitu hambatan dalam biaya untuk pembelian bahan-bahan keterampilan anyaman yang relatif mahal, sehingga disini responden menggunakan kertas warna agar biaya yang dikeluarkan lebih ekonomis.

(3) Upaya mengatasi hambatan selama proses pelaksanaan

pembelajaran keterampilan anyaman

Upaya yang dilakukan oleh responden yaitu mengkondisikan

siswa terlebih dahulu supaya kegiatan pembelajaran lebih tenang dan teratur. Dalam kegiatan inti, upaya yang dilakukan yaitu memberikan materi pembelajaran mengenai keterampilan anyaman khusus untuk anak tunanetra lebih disederhanakan tata cara pembelajarannya. Kemudian dalam pengkondisian siswa, responden lebih berfokus pada siswa tunanetra yang sedang melakukan praktek, dan apabila ada anak yang lainnya, maka responden mengalihkan perhatian anak tersebut dengan memberikan media pembelajaran atau buku bergambar. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah biaya yaitu responden menggunakan kertas sebagai bahan anyaman agar pengeluaran lebih praktis dan ekonomis sehingga mempermudah kegiatan pembelajaran karena kertas dapat dibeli dalam jumlah yang banya untuk per packnya.

c) Bagaimana evaluasi pembelajaran keterampilan anyaman

pada siswa tunanetra kelas VI SLB ABC PGRI Ciawi

(34)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41

(1) Prosedur yang digunakan dalam mengevaluasi

pembelajaran keterampilan anyaman

Setelah kegiatan praktek menganyam selesai, biasanya responden melakukan evaluasi dengan metode tanya jawab atau dengan tes perbuatan. Responden memberikan pertanyaan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian mencari tahu dimana tingkat kesulitan siswa dalam melakukan praktek menganyam. Tanya jawab responden dengan siswa meliputi cara menganyam, rumus anyaman dan perintah rumus yang diaplikasikan kedalam anyaman agar mempermudah responden dalam memberikan penilaian. Kemudian tes dilakukan dengan cara menyuruh anak melakukan sendiri kegiatan menganyam tanpa bantuan, sehingga dapat diketahui kemampuan anak dalam mempraktekan kegiatan menganyam.

(2) Hambatan yang dialami selama proses evaluasi

Hambatan saat pemberian evaluasi kepada anak yaitu subjek b sering kali tidak mau melakukan praktek, subjek b hanya melaksanakan praktek ketika responden b melihat pekerjaan anak tersebut namun harus dengan bantuan. Waktu untuk melakukan evaluasi juga tidak cukup karena mata pelajaran ini dilaksanakan pada jam terakhir, sehingga terkadang subjek sudah dijemput oleh orang tuanya dan ingin segera pulang.

(3) Upaya mengatasi hambatan selama proses evaluasi

(35)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

42

pekerjaan rumah agar pembelajaran keterampilan anyaman tersebut dapat dikerjakan pada waktu luang sehingga anak menjadi rileks dalam pengerjaannya di rumah.

2) Responden 2

a) Bagaimana persiapan pelaksanaan pembelajaran keterampilan

anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI

Ciawi Kabupaten Tasikmalaya ?

(1) Persiapan program pembelajaran keterampilan anyaman

(36)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

43

(2) Hambatan yang dialami pada saat proses persiapan

pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman

Hambatannya yaitu kurangnya buku-buku panduan dan pedoman khusus pembelajaran keterampilan anyaman, sehingga sulit dalam mencari materi, sumber pembelajaran maupun dalam menentukan tujuan pembelajaran. Ketika mencari disumber lain, materi yang ada hampir sama dengan materi-materi umum mengenai keterampilan anyaman, tidak ada materi khusus mengenai inovasi pembuatan anyaman untuk anak berkebutuhan khusus.

(3) Upaya mengatasi hambatan selama proses persiapan

pembelajaran keterampilan anyaman

Responden hanya menggunakan buku sumber seadanya dan lebih menyederhanakan instruksi dalam penyusunan program pembelajaran supaya instruksi yang diberikan mudah dipahami oleh anak. Walaupun materi yang diberikan tidak terlalu lengkap, tetapi masih bisa dipergunakan dalam penyusunan program pembelajaran.

b) Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan

anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI

Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

(1) Pelaksanaan program keterampilan anyaman

(37)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

44

kemudian menjelaskan manfaat dan kegunaan benda tersebut. Setelah siswa paham, maka responden memberikan alat dan bahan agar siswa mengetahui apa saja yang diperlukan dalam kegiatan ini. Anak dikondisikan agar dapat menangkap materi yang diberikan dengan jelas. Setelah responden menjelaskan mengenai materi keterampilan yang diberikan, siswa bersama responden langsung mempraktekan cara-cara pembuatan anyaman sasag sampai siswa mampu mengerjakan anyaman sendiri tanpa bantuan pada kegiatan akhir pembelajaran.

(2) Hambatan yang dialami pada saat proses pelaksanaan

pembelajaran keterampilan anyaman

Hambatan yang dialami yaitu pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung adalah kelas yang kurang kondusif dan subjek b seringkali tidak mau melakukan praktek tersebut apabila tidak dibantu. Kemudian responden sering kebingungan ketika pakan yang dimasukan kedalam lungsi salah memasukan rumus dan menjadi tidak beraturan. Hambatan lainnya yaitu ketika sedang mempraktekan pembuatan anyaman, seringkali kertas robek atau jatuh sehingga kertas menjadi kotor dan kertas banyak yang hilang akibat masuknya kelas lain dalam kegiatan pembelajaran keterampilan anyaman.

(3) Upaya mengatasi hambatan selama proses pelaksanaan

pembelajaran keterampilan anyaman

Upaya yang dilakukan responden hampir sama dengan upaya

(38)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

45

kegiatan pembelajaran lebih tenang dan teratur. Dalam kegiatan inti, upaya yang dilakukan yaitu memberikan materi pembelajaran mengenai keterampilan anyaman khusus untuk anak tunanetra lebih disederhanakan tata cara pembelajarannya. Kemudian memperkenalkan contoh media pembelajaran anyaman dua dimensi dan anyaman tida dimensi untuk mempermudah siswa sebelum kegiatan praktekm pembiuatan anyaman dimulai. Dalam pengkondisian siswa lain yang mengikuti pembelajaran keterampilan anyaman, responden 2 memegang siswa yang mengganggu dan kadang mengalihkan perhatian siswa agar duduk dan tidak menggangu selama kegiatan berlangsung.

c) Bagaimana evaluasi pembelajaran keterampilan anyaman

pada siswa tunanetra kelas VI SLB ABC PGRI Ciawi

Kabupaten Tasikmalaya ?

(1) Prosedur yang digunakan dalam mengevaluasi

pembelajaran keterampilan anyaman

Setelah kegiatan inti selesai, kemudian responden melalakukan tanya jawab mengenai materi yang kurang diahami, kegunaan media yang telah disediakan dan hasil anyaman yang dijadikan contoh untuk anak, kemudian Evaluasi pembelajaran keterampilan anyaman yang diberikan yaitu siswa pertama-tama menganyam dengan bantuan responden, kemudian siswa diberi instruksi untuk mempraktekannya sendiri tanpa bantuan responden.

(39)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

46

Hambatan saat pemberian evaluasi ini terkadang karena siswa sudah dijemput untuk pulang dan konsentrasi siswa menjadi tidak fokus karena ingin segera pulang. Bahkan ketika pemberian instruksi untuk mempraktekannya sendiri, siswa sering ngoceh ingin cepat pulang.

(3) Upaya mengatasi hambatan selama proses evaluasi

Biasanya responden ketika orang tua subjek sudah menjemput akan memberikan tugas tambahan sebagai pekerjaan rumah agar pembelajaran keterampilan anyaman tersebut dapat dikerjakan pada waktu luang sehingga anak menjadi rileks dalam pengerjaannya di rumah.

2 Data Observasi

Pengumpulan data observasi kepada subjek A dan subjek B dilakukan sebnayak 10 kali dengan mencakup tiga aspek yaitu cara menganyam jenis anyaman sasag, menganyam jenis anyaman kepang kemudian merapikannya dan menempelkan pada media polos yang akan dijadikan sebagai hasil kerajinan seperti kotak pensil, tempat tatakan gelas anyaman kertas dan tatakan piring anyaman kertas. Observasi mulai dilakukan pada tanggal 25 April 2014 sampai 14 Juni 2014.

(40)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

47

yang terbuat dari anyaman. kemudian mengenalkan alat dan bahan anyaman kertas, cara menganyam anyaman motif sasag dan motif kepang serta orientasi terhadap benda yang terbuat dari anyaman kertas, seperti kotak pensil, tatakan gelas dan tatakan piring.

b. Observasi ke dua : hari sabtu, tanggal 26 April 2014 dimulai dari jam 07.30-08.00 WIB, observasi cara menyiapkan alat dan bahan anyaman, cara menganyam dan menempelkan pada kertas dupleks untuk dipajang di dinding kelas.

c. Observasi ke tiga : hari sabtu, tanggal 3 Mei 2014 dimulai dari jam 10.00-11.10 WIB, mengobservasi tentang cara menganyam anyaman motif sasag dengan rumus angkat 1 tumpang 1 (1-1). d. Observasi ke empat : hari sabtu, tanggal 10 Mei 2014 dimulai dari

jam 10.00-11.10 WIB, melanjutkan materi pembelajaran keterampilan anyaman sebelumnya yaitu menganyam anyaman motif sasag dan merapikan pekerjaan sebelumnya.

e. Observasi ke lima : hari sabtu, tanggal 17 Mei 2014 dimulai jam 10.00-11.10 WIB, mengobservasi cara-cara menempelkan hasil anyaman motif sasag pada benda siap pakai dengan rapi.

f. Observasi ke enam : hari sabtu, tanggal 24 Mei 2014 dimulai jam 10.50-12.00 WIB (jam tambahan), mengobservasi cara menganyam motif anyaman kepang dengan rumus angkat 2 tumpang 2 (2-2) secara berurutan.

(41)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48

h. Observasi ke delapan : hari jumat, tanggal 6 Juni 2014 jam 09.30-10.40 WIB, mengobservasi cara menempelkan anyaman motif kepang pada benda pakai seperti kotak pensil, tatakan gelas dan tatakan piring.

i. Observasi ke sembilan : hari selasa, tanggal 10 Juni 2014 jam 10.00-11.00 WIB, mengobservasi cara menganyam motif sasag kemudian menempelkannya pada benda pakai tanpa bantuan. j. Observasi ke sepuluh : hari jumat, tanggal 13 Juni 2014 jam

09.30-10.40 WIB, mengobservasi cara menganyam motif anyaman kepang dan menempelkannya pada benda pakai tanpa bantuan.

1) Subjek A

a). Cara menganyam motif anyaman sasag

(42)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49

(43)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50

dalam lungsi. Kemudian subjek diperintahkan untuk meraba benda yang terbuat dari anyaman daun pandan dan mendong. Guru menjelaskan kegunaan alat tersebut dan subjek mulai tertarik untuk membuat anyaman kertas. Observasi ke dua, subjek bersama guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk menganyam. Bahan iratan dibuat oleh guru agar waktu lebih efektif dan dikarenakan subjek memiliki jarak pandang yang sangat minim, sehingga subjek tidak bisa memotong kertas sendiri. Subjek menganyam dengan bantuan guru dan sekali-sekali subjek disuruh untuk menganyam sendiri namun terkadang rumus menganyam ini terlewat jadi angkat dua tumpang satu atau sebaliknya. Setelah selesai menganyam, kemudian anyaman ditempelkan pada dupleks dan dipajangkan di dinding kelas. Pada observasi ke tiga dan keempat, subjek mulai menganyam sendiri tanpa bantuan guru. Subjek mengalami kesulitan ketika observasi ke empat karena saat menganyam bagian akhir anyaman kertas lungsi robek, sehingga masih dibantu oleh guru.

b). Cara menganyam anyaman kepang

(44)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

habis dan subjek sudah dijemput pulang, maka anyaman yang dibuat kemudian dibawa pulang sebagai pekerjaan rumah.

c). Menempelkan anyaman pada benda pakai

Pada observasi ke lima subjek menempelkan anyaman sasag yang telah dibuat pada kotak pensil polos yang terbuat dari kertas dupleks yang ditempelkan menjadi kotak pensil. Subjek mengalami kesulitan saat menempelkan kertas pada kotak pensil dan hasil pengerjaan awal tidak rapi. Kemudian dibantu oleh guru pada saat menempelkan ke kotak pensil dengan merapikan ujung kotak pensil dan kertas anyaman, sehingga pengerjaan menjadi cukup rapi. Selanjutnya subjek menempelkan pada dupleks berukuran diameter 10 cm untuk dibuat sebagai tatakan gelas sejumlah empat buah dan menempelkannya pada kertas dupleks berukuran 20 cm x 20 cm sebagai tatakan piring sebanyak dua buah. Observasi ke delapan sama halnya dengan observasi ke lima, hanya motif anyamannya saja yang berbeda, yaitu motif anyaman kepang. Observasi ke delapan, subjek dan guru menempelkan anyaman yang sudah dibuat pada kotak pensil, sama hal nya dengan anyaman sasag, motif anyaman kepang juga ditempel pada kertas dupleks ukuran diameter 10 cm untuk dibuat menjadi tatakan gelas dan ditempel juga pada dupleks ukuran 20 cm x 20 cm untuk dibuat menjadi tatakan piring.

d). Evaluasi hasil akhir kegiatan pembelajaran keterampilan

anyaman

(45)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52

dinding kelas sebanyak dua lembar anyaman dan dua lembar anyaman berikutnya ditempel pada gelas plastik supaya menjadi tempat menyimpan pensil dengan motif anyaman sasag. Waktu pengerjaan sesuai dengan alokasi waktu belajar yaitu 2 x 35 menit. Waktu yang digunakan cukup efektif dan kondusif dikarenakan pada observasi ke sembilan, subjek mengerjakan di ruang keterampilan bersama guru. Observasi ke sepuluh hampir sama dengan observasi ke sembilan, hanya saja motif anyaman observasi ke sepuluh yaitu anyaman kepang sebanyak empat lembar. Dua lembar untuk dipajang di dinding kelas dan dua lembar untuk ditempel pada gelas plastik sebagai tempat pensil di meja belajar. Subjek meminta bantuan pada guru pada saat dua baris terakhir memasukan pakan pada lungsi karena sulit memasukan pakan dan kertas yang dipakai sedikit robek, kemudian guru berinisiatif untuk menempelkan selotip pada setiap ujung kertas agar kertas tidak mudah sobek.

2) Subjek B

a). Cara menganyam motif anyaman sasag

(46)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

tersebut, seperti pada bakul, motif yang digunakan dalam pembuatan bakul, kipas/hihid dan tampah adalah anyaman motif kepang, pada ayakan, motif yang digunakan adalah motif anyaman sasag. Selanjutnya, guru menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan anyaman seperti kertas warna ukuran 20 cm x 20 cm, gunting atau cutter, penggaris, pensil dan lem atau

doubel tape. Kemudian guru bertanya pada subjek B pada saat

(47)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54

menganyam dengan bantuan guru dan sesekali subjek disuruh untuk menganyam sendiri dan subjek selalu “sudah bu, capek, istirahat sebentar”, ketika dia sudah menganyam sebanyak dua baris. Setelah selesai menganyam, kemudian anyaman ditempelkan pada dupleks dan dipajangkan di dinding kelas. Pada observasi ketiga dan keempat, subjek mulai menganyam sendiri, namun sesekali masih dibantu oleh guru karena ketika guru tidak memperhatikannya, anak tersebut tidak mau mengerjakan. Subjek mengalami kesulitan pada akhir pengerjaan karena kertas menjadi sempit, sehingga subjek tidak mau mengerjakannya karena susah.

b). Cara menganyam anyaman kepang

Observasi ke enam, subjek mulai menganyam motif anyaman kepang yaitu angka dua tumpang dua. Subjek menganyam dengan bantuan guru. Pada saat observasi ini, waktu pembelajaran kurang efektif karena siswa dari kelas lain mengganggu jalannya kegiatan, sehingga pembelajaran kurang kondusif dan kertas untuk iratan dibuat mainan oleh anak tunagrahita dari kelas lain. Konsentrasi subjek mudah terganggu apabila ada orang yang menghampirinya. Ketika anak dari kelas lain masuk, subjek mengajak ngobrol anak tersebut, sehingga kelas menjadi berisik dan kurang kondusif. Pada saat waktu menunjukkan pukul 11.45, kakak siswa tersebut sudah menjemput, siswa langsung membereskan perlengkapannya dan izin untuk pulang karena sudah dijemput. Guru memberikan penugasan pada siswa untuk membuat anyaman di rumah sebanyak tiga lembar.

(48)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

(49)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

d). Evaluasi hasil akhir kegiatan pembelajaran keterampilan

anyaman

Pada observasi ke sembilan, subjek diberi perintah untuk membuat anyaman motif sasag sebanyak empat lembar tanpa bantuan guru, kemudian setelah selesai menganyam, subjek menempelkan pada kertas dupleks ukuran 23 cm x 23 cm dan menempelkannya di dinding kelas sebanyak dua lembar anyaman dan dua lembar anyaman berikutnya ditempel pada gelas plastik supaya menjadi tempat menyimpan pensil dengan motif anyaman sasag. Waktu pengerjaan sesuai dengan alokasi waktu belajar yaitu 2 x 35 menit. Waktu yang digunakan cukup efektif dan kondusif dikarenakan pada observasi ke sembilan, subjek mengerjakan di ruang keterampilan bersama guru. Observasi ke sepuluh hampir sama dengan observasi ke sembilan, hanya saja motif anyaman observasi ke sepuluh yaitu anyaman kepang sebanyak empat lembar. Dua lembar untuk dipajang di dinding kelas dan dua lembar untuk ditempel pada gelas plastik sebagai tempat pensil di meja belajar. Subjek mampu mengerjakan sendiri pada saat awal pengerjaan, namun diakhir pengerjaan, subjek meminta bantuan guru karena susah memasukan pakan ke dalam lungsi dikarenakan sempit dan subjek takut kertasnya sobek.

B. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS DATA

1. Responden 1

(50)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

mengalami hambatan pada saat menyusun program pembelajaran keterampilan anyaman dikarenakan tidak adanya buku sumber untuk panduan keterampilan khusus untuk tunanetra dan buku tentang keterampilan anyaman kurang lengkap sehingga responden sulit untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Kegiatan awal dalam praktek pembelajaran keterampilan anyaman yaitu menjelaskan mengenai keterampilan anyaman, benda yang terbuat dari anyaman yang ada dirumah masing-masing, serta cara pembuatan anyaman sederhana yang terbuat dari kertas. Saat kegiatan inti, responden selalu memberikan bimbingan terhadap siswa dalam pengerjaan keterampilan anyaman di kelas. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman ini dijadwalkan seminggu sekali sesuai dengan mata pelajaran SBK, tetapi sesekali jadwal disesuaikan dengan waktu peneliti untuk datang ke sekolah. Hambatan laiinya dalam kegiatan pembelajaran ini adalah konsentrasi anak yang selalu terganggu ketika ada siswa lain yang mengikuti jalannya kegiatan pembelajaran keterampilan anyaman serta masalah biaya, sehingga responden menggunakan kertas berwarna untuk mengefisiensikan pengeluaran serta untuk memberikan pembelajaran dasar anyaman untuk siswa kelas VI dengan menggunakan bahan dasar kertas karena nanti di kelas VIII akan dilanjutkan kembali pembelajaran keterampilan anyaman dengan menggunakan bahan dari daun pandan dan mendong.

2. Responden 2

(51)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

khusus keterampilan untuk anak tunanetra. Responden menyusun program dengan menggunakan sumber seadanya agar tercapainya tujuan pembelajaran. Responden mengalami kendala ketika mengajari subjek B, karena subjek tersebut harus selalu didampingi agar mengerjakan anyaman. Terkadang responden mengalami kesulitan karena kewalahan pada saat mengkondisikan kelas ketika siswa dari kelas lain masuk dan mengikuti kegiatan pembelajaran, bahkans esekali siswa tersebut mengganggu subjek yang sedang diteliti.

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Persiapan Pembelajaran Keterampilan Anyaman pada Siswa

Tunanetra Kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Tasikmalaya

(52)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59

Responden berpikir bahwa seharusnya siswa tunanetra dalam mata pelajaran SBK menghindari hal-hal mengenai kesenian yang memanfaatkan visualisasi dalam mempelajarinya seperti membatik, menganyam, memahat dan menari. Memang utuk membatik, pasti siswa tunanetra akan mengalami kesulitan, akan tetapi salah satu siswa kelas VI termasuk anak low vision yang masih mempunyai jarak pandang yang lumayan baik, sedangkan anak yang satu lagi memang tunanetra total sejak lahir. Akan tetapi dalam hal menganyam, siswa menggunakan perabaan saja, karena warna kertas sudah sesuai dengan kebutuhan yaitu warna depan dan warna belakang sama. Menurut Kirk dan Gustafson (1986, hlm. 15) “pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi”. Kegiatan responden dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan hanya memberikan materi beserta gambaran mengenai anyaman serta adanya praktek untuk menganyam kedua motif anyaman dasar, yaitu anyaman motif sasag dan motif kepang. Responden juga menyusun program sebagai awal dari pelaksanaan program pembelajaran yang mencakup penyusunan program, pelaksanaan program dan evaluasi program. Program keterampilan untuk anak tunanetra memang harus dikembangkan supaya anak tunanetra dapat mengoptimalkan kemampuan dalam bidang keterampilan dan kesenian.

2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Anyaman pada

Siswa Tunanetra Kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten

Tasikmalaya

(53)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60

meraba media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran ini. Siswa harus mampu membedakan antara motif anyaman sasag dan motif anyaman kepang. Setelah guru menjelaskan mengenai manfaat dari media tersebut, siswa mempraktekan cara menganyam motif dasar anyaman kemudian hasil yang sudah jadi ditempelkan pada benda pakai untuk menghasilkan nilai estetika benda sederhana menjadi benda yang mempunya motif. Dan kegiatan akhir pembelajaran keterampilan anyaman yaitu tes hasil menganyam yang sudah dilakukan oleh anak dengan dilihat dari kerapihan, ketelitian, kesabaran dan ketekunan anak. Terkadang proses pembelajaran mengalami sedikit gangguan karena dalam kelas tersebut terdiri dari SDLB kelas VI tunanetra, SMPLB kelas VIII tunarungu dan SMALB tunagrahita sehingga pembelajaran sedikit terganggu dengan suara dari guru kelas masing-masing.

3. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Anyaman pada Siswa

Tunanetra Kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten

Tasikmalaya

(54)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

61

kreativitas, mengembangkan sikap produktif, mandiri dan mengembangkan sikap menghargai berbagai jenis keterampilan.

4. Kegiatan Subjek dalam Proses Pelaksanaan Keterampilan

Anyaman

(55)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

62

(56)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(57)

Ismie Dewi Maryan, 2014

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan anyaman pada siswa tunanetra kelas VI di SLB ABC PGRI Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Seni menganyam kertas merupakan awal atau dasar latihan untuk dapat

menganyam ke berbagai bahan, berbagai bentuk, dan berbagai fungsi. Dengan kata lai, seni menganyam di kertas merupakan alat latih peserta didik untuk meningkatkan kemampuan keterampilan menganyam, mengembangkan ekspresi keindahan, dan melakukan uji coba untuk memanfaatkan seni anyaman bagi produksi alat-alat kebutuhan praktis yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi

Dokumen terkait

Tuliskanlah pangkat, golongan ruang, terhitung mulai tanggal, masa kerja golongan, dan gaii pokok terakhir berdasarkan pengembalian pangkat dalam pangkat

Model Penjadwalan Dinas Jaga Perawat IGD Menggunakan Metode Goal programming. Universitas

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengetahuan kepada.. penulis hingga akhir studi dan seluruh pegawai administrasi di

Hall Effect tergantung pada beda potensial (tegangan Hall) pada sisi yang berlawanan dari sebuah lembar tipis material konduktor atau semikonduktor dimana arus

DAFTAR PESERTA & PENGUJI UJIAN SIDANG SKRIPSI PRODI ILMU KOMUNIKASI FISIP UNTIRTA.

Penghijauan merupakan salah satu upaya yang saat ini perlu dilakukan untuk mengimbangi pembangunan yang berlebihan di wilayah perkotaan.Penghijauan yang banyak dijumpai biasanya

Diharapkan pembelajaran kooperatif tipe learning together dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan dapat dijadikan upaya bersama

Abstrak – Sistem ball and beam adalah sebuah sistem dimana pada sistem tersebut terdapat bola yang dapat bergerak bebas pada sebuah batang dan posisi dari