• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SPIRITUALITAS DAN PSYCHOLOGICAL WELL – BEING ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK PRIA KELAS IIA TANGERANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN SPIRITUALITAS DAN PSYCHOLOGICAL WELL – BEING ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK PRIA KELAS IIA TANGERANG."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SPIRITUALITAS DAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN ANAK PRIA KELAS IIA TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia

Disusun Oleh:

BENE ESSA URI MUNTHE 1000216

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Well- Being

Pada Anak Didik

Pemasyarakatan di Lembaga

Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA

Tangerang

Oleh

Bene Essa Uri Munthe

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Bene Essa Uri Munthe 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)
(4)
(5)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bene Essa Uri Munthe (1000216). Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang. Skripsi jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan spiritualitas dan psychological well- being Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang. Penelitian ini menggunakan tehnik korelasi. Sampel penelitian ini terdiri dari 105 orang dengan tehnik pengambilan sampel adalah accidental sampling. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisoner yang telah disusun oleh peneliti sendiri. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan korelasi product momen. Hasil penelitian menunjukkan 1) Spiritualitas dan psychological well- being Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang berada pada kategori sedang atau cukup tinggi. 2) Hasil analisi korelasi menunjukkan korelasi yang signifikan antara spiritualitas dan psychological well- being (r=0.570; p = 0.00). 3) Spiritualitas memiliki korelasi positif yang cukup dan signifikan terhadap dimensi psychological well- being. 4) Spiritualitas memiliki korelasi paling tinggi terhadap dimensi pertumbuhan pribadi (r= 0.609; p = 0.000) atau memberikan kontribusi sebesar37.08%, dan memiliki korelasi paling rendah terhadap dimensi kemandirian (r= 0.271; p = 0.00) atau memberikan kontribusi hanya sebesar 7.34%. Faktor demografis seperti tingkat pendidikan dan masa hukuman yang telah dijalani tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada variabel psychological well being.

(6)

ABSTRACT

Bene Essa Uri Munthe (1000216). Correlation spirituality and psychological well- being among Young Inmates in Correctional Institution Tangerang Class IIA. Research major psychology Indonesia University of Education.

This study was aimed to know correlation spirituality and psychological well- being in a sample of 105 young inmater in correctional institution Tangerang Class IIA. This research use correlational technique. Subject was selected by accidental sampling technique. Data were collected by questionaire originally made by researcher. Analisis data of this research was use product momen correlation. This research shown that 1) spirituality and psychological well- being were on middle level or high enough. 2) Analysis correlation shown that enough correlation and significant between spirituality and psychological well- being (r= 0.570; p= 0.000). 3) Spirituality have a positive enough correlation and significant to psychological well- being dimensions. 4) spirituality have highest correlation to personal growth dimension (r= 0.609; p = 0.000) or gave 37.08% contribution and have lower correlation to autonomy dimension. (r=0.271; p = 0.000) or just gave 7.34% contribution. Demografy factor like level of education and time of punishment that they had been got don’t have significant different on psychological well- being variable.

(7)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

(8)

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Penelitian ... 8

BAB II SPIRITUALITAS, PSYCHOLOGICAL WELL- BEING ... 9

A. Spiritualitas ... 9

1. Pengertian Spiritualitas ... 9

2. Konsep Spiritualitas ... 11

3. Karateristik Spiritualitas ... 12

4. Perkembangan Spiritualitas ... 14

5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas ... 16

B. Psychological Well- Being ... 18

1. Pengertian Psychological Well-Being ... 18

2. Dimensi- Dimensi Psychological Well- Being ... 19

3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well- Being ... 22

C. Remaja ... 23

1. Pengertian Remaja ... 23

2. Ciri- Ciri Masa Remaja ... 24

(9)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian Anak Didik Pemasyarakatan ... 27

2. Proses Pelayanan ... 29

E. Penelitian yang Relevan ... 31

F. Kerangka Pemikiran... 32

G. Asumsi ... 37

H. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Lokasi, Populasi dan Sampel ... 39

B. Metode Penelitian ... 39

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Penelitian ... 40

D. Instrumen Penelitian ... 43

1. Kuisoner Spiritualitas... 43

a. Spesifikasi Instrumen ... 43

b. Pengisian Kuisoner ... 44

c. Penyekoran ... 44

2. Kuisoner Psychological Well- Being ... 45

a. Spesifikasi instrumen ... 45

b. Pengisian Kuisoner ... 46

c. Penyekoran ... 46

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 47

1. Uji Keterbacaan Instrumen ... 47

(10)

2. Tahap Pelaksanaan ... 55

3. Tahap Pengolahan Data ... 55

4. Tahap Pembahasan... 55

5. Tahap Pelaporan... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian ... 56

1. Deskripsi Demografis ... 56

2. Deskripsi Spiritualitas pada Anak Didik Pemasyarakatan ... 58

3. Deskripsi Psychological well- Being pada Anak Didik Pemasyarakatan ... 61

4. Hasil Uji Hipotesis ... 65

a. Hubungan Spiritualitas dan Psychological Well Being ... 66

b. Hubungan Spiritualitas dan Penerimaan Diri ... 67

c. Hubungan Spiritualitas dan Pertumbuhan Pribadi ... 67

d. Hubungan Spiritualitas dan Tujuan Hidup ... 67

e. Hubungan Spiritualitas dan Penguasaan Lingkungan ... 68

f. Hubungan Spiritualitas dan Kemandirian ... 68

g. Hubungan Spiritualitas dan Hubungan Positif dengan Orang Lain ... 68

B. Pembahasan ... 70

1. Gambaran Spiritualitas... 70

2. Gambaran Psychological Well- Being ... 73

3. Hubungan Spiritualitas dan Psychological Well- Being ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

(11)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

3.1 Kisi- Kisi Instrumen Spiritualitas ... 44

3.2 Bobot Kuisoner ... 45

3.3 Kisi- Kisi Instrumen Psychological Well- Being ... 45

3.4 Bobot Kuisoner ... 47

3.5 Kategorisasi Nilai KMO ... 48

3.6 Derajat KMO Spiritualitas ... 49

3.7 Derajat KMO Psychological Well- Being ... 49

3.8 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach ... 50

3.9 Tabel Hasil Pengembangan Instrumen Spiritualitas ... 51

3.10 Tabel Hasil Pengembangan Instrumen Psychological Well- Being ... 51

3.11 Kriteria Signifikan Variabel ... 53

3.12 Koefisien Korelasi ... 54

4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Agama ... 56

4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Masa Hukuman yang Sudah Dijalani ... 57

4.3 Deskripsi Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 58

4.4 Descriptive Statistik Spiritualitas ... 59

(12)

4.8 Deskripsi Psychological Well- Being... 63

4.9 Deskripsi Dimensi Psychological Well- Being ... 64

4.10 Hasi Uji Korelasi Spiritualitas pada Psychological Well- Being ... 66

4.11 Hasi Uji Korelasi Spiritualitas pada Dimensi Psychological Well- Being ... 66

4.12 Analisis Varian Psychological Well-Being Berdasarkan Masa Tahanan yang Sudah Dijalani dan Tingkat Pendidikan ... 69

DAFTAR GRAFIK 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Agama ... 56

4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Masa Hukuman yang Sudah Dijalani ... 57

4.3 Deskripsi Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 58

4.4 Deskripsi Spiritualitas ... 60

4.5 Deskripsi Dimensi Spiritualitas ... 61

4.6 Deskripsi Psychological Well- Being... 63

(13)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Jumlah remaja menurut data terakhir pada bulan April 2014 mengatakan bahwa saat ini jumlah remaja di Indonesia sebesar 27% dari jumlah seluruh penduduk di Indonesia dan hal tersebut tentunya dapat menjadi asset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi diri yang positif, dan akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif yang sampai terlibat dalam kenakalan remaja. Remaja sebagai bagian dari generasi muda merupakan harapan suatu bangsa, karena keberhasilan pembangunan nasional tidaklah lepas dari generasi muda sebagai tonggak penerus bangsa. Remaja merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi untuk menentukan cita- cita dan perjuangan bangsa.

(14)
(15)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam hal ini adalah Anak Didik Pemasyarakatan berjumlah 3497 dengan rincian bahwa sebanyak 3428 orang anak pria (Citixendaily, 2013)

Berdasarkan pasal 1 UU No. 11 tahun 2012 mengatakan anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Salah satu Lembaga Pemasyarakatan yang menangani kasus pelanggaran atau tindak pidana adalah Lembaga Pemasyaratakan Anak Pria Kelas IIA Tangerang. Lembaga Pemasyarakatan ini menangani anak berusia minimum 12 tahun dan maksimal 18 tahun, dan umur tersebut berada pada tahap remaja. Anak yang melakukan tindak pidana atau kejahatan dan setelah melalui proses hukum maka akan dimasukkan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan, yang mana nantinya mereka disebut ANDIKPAS atau Anak Didik Pemasyarakatan, dimana masyarakat umum lebih mengenal dengan istilah narapidana.

(16)

kehilangan peran pelindung, ketakutan akan hilangnya identitas terhormat, serta takut meninggal di dalam penjara yang sering dialami oleh beberapa narapidana.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 13 Juni 2014 di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas II A Tangerang mendapatkan informasi yang beragam dari Anak Didik Pemasyarakatan tersebut. Mereka ada yang merasa bersyukur, karena dengan dimasukkannya mereka ke dalam Lembaga Pemasyarakatan mereka jadi belajar nilai- nilai kehidupan. Ada juga diantara mereka yang mengaku bahwa mereka jenuh, bosan dengan aturan- aturan yang ada, makanan yang terkadang tidak layak untuk dimakan, ingin cepat pulang dan menghirup udara bebas, namun ada rasa malu ketika kembali ke masyarakat. Diantara mereka juga ada yang mengaku bahwa mereka bisa belajar mengenai kejahatan yang dilakukan oleh Anak Didik Pemasyarakatan lainnya. Dari segi pembinaan agama, diantara mereka ada yang merasa beruntung karena di dalam Lembaga Pemasyarakatan mereka justru lebih mengenal dan taat beragama. Ada beberapa kebutuhan remaja diantaranya adalah kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan akan rasa kekeluargaan, kebutuhan akan penerimaan sosial, kebutuhan akan agama dan nilai- nilai sosial (Jahja, 2011, hlm. 241)

(17)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kegiatan keagaaman erat kaitannya dengan religiusitas. Religiusitas berarti berhubungan dengan kegiatan- kegiatan keagamaan, dogma- dogma serta ajaran- ajaran yang diyakini oleh individu tersebut. Berbeda dengan spiritualitas, spiritualitas merupakan energi yang menghubungkan manusia dan untuk mengenal dirinya lebih dalam dan merasa terhubung dengan Tuhan.

Defenisi spiritualitas sendiri begitu banyak, menurut Zibauger dkk (dalam Compton, 2005. Hlm 196) bahwa spiritualitas merupakan kecenderungan manusia untuk mencari makna dalam hidup melalui self transedence atau kebutuhan untuk menghubungkan kepada hal yang lebih besar. Murray dan Zenter (dalam Leonard dan Carlson, tth) mengaitkan spiritualitas dengan transeden, makna, inspirasi, harmonisasi, rasa kagum, rasa hormat, dan tujuan hidup, dan spiritualitas digunakan ketika seseorang menghadapi emosional stres, sakit fisik atau bahkan kematian. Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas didefenisikan sebagai kekuatan yang menggerakkan, prinsip hidup, atau esensi yang menembus kehidupan dan diekspresikan dalam hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan lingkungan.

(18)

mereka. Mereka harus melakukan adaptasi dengan teman baru sesama pelaku tindak pidana, jauh dari keluarga, media yang terbatas dan juga komunitas yang baru yang harus mereka hadapi.

Zamble, Porporino, Bartollas (dalam Bartol, 1994, hlm. 365) mengatakan bahwa secara umum dampak kehidupan di penjara merusak kondisi psikologis seseorang. Gejala-gejala psikologis yang muncul meliputi depresi berat, kecemasan, dan sikap menarik diri dari kehidupan sosialnya. Secara spiritual, remaja yang dalam keadaan takut, tertekan, dan penuh dengan konflik dikarenakan dimasukkan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan akan berusaha untuk mengingat Tuhan nya, yang juga diikuti dengan perkembangan kognitif remaja tersebut. Spiritualitas dalam kehidupan remaja sangatlah penting, dikarenakan nilai dari spiritualitas itu digunakan sebagai dasar kehidupan mereka (remaja) guna menghadapi konflik- konflik pada periode yang bergejolak Idrus (dalam Dini 2010) Menurut Koening& Siegler (dalam Liwarti, 2013) spiritualitas merupakan sumber coping yang biasa dilakukan oleh individu yang mengalami kesedihan, kesepian, dan kehilangan. Pada saat mengalami peristiwa yang menimbulkan perasaan sedih, ketakutan, dan kehilangan kebanyakan orang akan kembali mengingat Tuhan dan menambah pengalaman-pengalaman spiritualitasnya. Allen, Philips, Roof, Cavanaugh, dan Day (dalam Mandouj dkk, 2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan memiliki lebih banyak pengalaman spiritual sehari- hari dan tidak merasa ditinggalkan oleh Tuhan dan meningkatkan emosi positif sehingga dapat berpengaruh positif terhadap psyhchological well- being. Roof (Frey, 2005) dalam psikologi, karateristik spiritualitas dipresentasikan sebagai jaringan hubungan teoritis dalam area well- being (kesejahteraan/ kebahagiaan psikologis)

(19)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

psychological well-being. Spiritualitas tidak selalu identik dengan agama, walaupun salah satu sumber dari spiritualitas bisa terdapat di dalam agama. Spiritualitas adalah sesuatu pengalaman yang universal sehingga tidak mengacu pada ajaran agama tertentu Triantoro (dalam Fia F, 2013). Spiritualitas bukanlah Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan tidak saja dapat ditemui di dalam mesjid- mesjid, gereja, kuil ataupun vihara, tetapi spiritualitas terdapat di dalam keseluruhan kehidupan manusia, setiap segi dan aspek kehidupan.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa Anak Didik Pemasyarakatan sebagai individu yang melakukan tindak pidana sehingga harus menjalani pidana penjara akan mengalami efek-efek psikis dan psikologis yang buruk selama berada di penjara, seperti munculnya rasa rendah diri yang hebat, hilangnya identitas, isolasi dan stigma dari masyarakat, serta kepercayaan diri yang menurun secara drastis. Kondisi ini akan mempengaruhi narapidana tersebut dalam melihat dirinya sendiri, orang lain dan masyarakat di sekitarnya, hingga akhirnya akan mempengaruhi psychological well-being yang dimilikinya. Psychological well-being yang kurang baik akan memunculkan perasaan ketidakmampuan dalam diri narapidana sehingga akan menghambat narapidana dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian kepada Anak Didik Pemasyarakatan yang sudah menjalani masa hukuman minimal 6 bulan. Masa hukuman minimal 6 bulan, merupakan masa hukuman dimana Anak Didik Pemasyarakatan sudah mengikuti pembinaan tahap awal yang salah satunya adalah pengenalan, adapatasi, pembinaan agama, dan lanjut kepada tahap lanjutan. Hal tersebut didasarkan pada Peraturan Pemerintah RI Tahun 2002 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

(20)

Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang yang sudah menjalani masa hukuman minimal 6 bulan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah terdapat hubungan antara spiritualitas dengan psychological well- being Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang?

2. Apakah terdapat hubungan antara spiritualitas dengan dimensi- dimensi pscyhological well- being Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: C.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai spiritualitas Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang 2. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai psychological well- being Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang

(21)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara spiritualitas dan psychological well-being Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang.

2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara spiritualitas dengan dimensi- dimensi pscyhological well- being.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, dimana manfaatnya antaralain adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan memberikan manfaat yang bersifat pengembangan psikologi, khususnya di bidang psikologi klinis

b. Memberikan masukan bagi dunia pendidikan khususnya psikologi tentang bagaimana hubungan spiritualitas dan psychological well- being Anak Didik Pemasyarakatan.

2. Manfaat Praktis

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, saran, serta pemikiran yang bermanfaat bagi para pegawai Lembaga Pemasyarakatan atau pihak yang terkait yang dapat membantu para Anak Didik Pemasyarakatan dalam meningkatkan spiritualitas serta psychological well- being Anak Didik Pemasyarakatan itu sendiri.

E. Struktur Organisasi

Berikut sistematika penulisan skripsi: Bab I Pendahuluan

(22)

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini terdiri dari teori- teori yang terkait dengan penelitian ini yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembahasan penelitian, kemudian terdiri juga dari temuan teoritis, kerangka berpikir, asumsi, dan juga hipotesis penelitian. Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini terdiri dari lokasi, populasi, dan sampel penelitian. Bab ini juga terdiri dari metode penelitian, variabel penelian beserta defenisi operasional variabel tersebut, instrumen penelitian yang menjelaskan spesifikasi instrumen, pengisian kuisoner, dan juga penyekoran. Selain itu pada bab ini juga berisi tentang proses pengembangan instrumen seperti uji keterbacaan instrumen, uji validitas, dan juga uji reliabilitas. Bab ini juga berisi tentang tehnik pengumpulan data, analisis data, dan juga prosedur penelitian.

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian baik deskripsi kedua variabel, korelasi kedua variabel, korelasi variabel yang pertama terhadap dimensi- dimensi variabel kedua. Bab ini juga terdiri dari pembahasan hasil penelitian, serta kekurangan penelitian yang dilakukan peneliti.

Bab V Kesimpulan Dan Saran

(23)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA tangerang, yang terletak di Jln. Daan Mogot No 29 C Tangerang

2. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah totalitas semua nilai mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif, daripada karateristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas (Sudjana, 2005, hlm. 161). Populasi dalam penelitian ini adalah Anak Didik Pemasyaratakan Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang, yaitu sebanyak 203 orang.

3. Sampel Penelitian

(24)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan adalah dengan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Untuk menguji korelasi antara dua variable, maka digunakan uji korelasi rank spearman

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabelnya adalah spiritualitas sebagai variabel pertama (V1), dan pscyhological well- being sebagai variabel kedua (V2)

2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, akan ditemukan istilah yang terkait dengan penelitian, untuk menghindari perbedaan makna, maka peneliti akan menguraikan makna yang dimaksud dalam penelitian ini, di antara istilahnya adalah:

a. Spiritualitas

Dalam penelitian ini spiritualitas yang berdasarkan teori dari Burkhardt (1993) diartikan sebagai tingkatan tinggi rendahnya hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, dan hubungan dengan lingkungan pada Anak Didik Pemasyarakatan Pria Kelas IIA Tangerang yang diketahui dengan cara memberikan pilihan atau respon pada setiap pernyataan yang akan diberikan yang tercantum dalam kuesioner. Adapun setiap item tersebut diturunkan dari keempat dimensi spiritualitas berikut:

(25)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dimensi ini berhubungan dengan pemenuhan aspek spiritualitas Anak Didik Pemasyarakatan untuk berhubungan dengan Tuhan nya melalui doa dan ritual agama

2. Hubungan dengan Diri Sendiri

Dimensi ini berhubungan dengan pemenuhan aspek spiritualitas Anak Didik Pemasyarakatan dalam mengatasi berbagai masalah dengan kemampuan yang berasal dari diri inidividu tersebut. Dimensi ini meliputi: a) Kepercayaan

Penerimaan Anak Didik Pemasyarakatan mengenai hal- hal yang tidak bisa dibuktikan dengan pemikiran yang menggunakan logika. Kepercayaan akan digunakan ketika individu mengalami masalah. b) Harapan

Pemikiran dalam diri Anak Didik Pemasyarakatan atas apa yang akan terjadi dalam kehidupannya yang didapat berdasarkan kepercayaannya terhadap Tuhan dan oranglain.

c) Makna Kehidupan

Pemaknaan peristiwa dalam hidup yang diperoleh Anak Didik Pemasyarakatan dan membuatnya merasa bahwa hidupnya lebih terarah dan memiliki arti

3. Hubungan dengan Orang Lain

Dimensi ini berhubungan dengan pemenuhan spiritualitas Anak Didik Pemasyarakatan melalui hubungannya dengan individu lain dalam lingkungannya yang bersumber dari cinta dan dukungan sosial yang terjalin dengan baik.

(26)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Dimensi ini berhubungan dengan pemenuhan spiritualitas Anak Didik Pemasyarakatan melalui hubungannya dengan lingkungan yang menciptakan rasa nyaman yang meliputi:

a) Keadilan

Rasa diperlakukan secara adil berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam lingkungan Anak Didik Pemasyarakatan

b) Empati

Rasa peduli terhadap apa yang terjadi dalam lingkungan Anak Didik Pemasyarakatan dan berusaha untuk turut merasakannya

c) Persatuan

Perasaan yang dimiliki Anak Didik Pemasyarakatan bahwa lingkungannya saling peduli satu sama lain.

Semakin tinggi skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin tinggi juga tingkat spiritualitas Anak Didik Pemasyarakatan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh dari hasil perhitungan, maka hal tersebut menunjukkan bahwa spiritualitas Anak Didik Pemasyarakatan tersebut adalah rendah.

Norma yang digunakan untuk mengukur tingkat spiritualitas pada Anak Didik Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang yaitu menggunakan norma dari pengolahan instrumen yang disusun oleh peneliti

b. Psychological Well- Being

(27)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anak Didik Pemasyarakatan tersebut. Hal tersebut tergambar dari skor yang diperoleh dari kuisoner yang disusun berdasarkan enam dimensi psychological well- being yang dipaparkan oleh Ryff, yaitu:

1. Penerimaan diri (self acceptance)

Dimensi ini ditandai dengan sikap yang positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima multi aspek diri termasuk kualitas yang baik maupun yang buruk, merasa positif terhadap kehidupan yang sudah lalu. 2. Pertumbuhan pribadi (personal growth)

Dimensi ini ditandai dengan memiliki perasaan untuk terus berkembang, melihat diri tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, memiliki kepekaan untuk menyadari potensinya.

3. Tujuan Hidup (purpose in life)

Dimensi ini ditandai dengan memiliki tujuan dalam hidup, merasa adanya makna dalam kehidupan masa datang dan masa lalu, memegang keyakinan yang memberikan tujuan dalam hidup.

4. Penguasaan lingkungan (environmental mastery)

Dimensi ini ditandai dengan kemampuan individu untuk memilih atau menciptakan sebuah lingkungan yang yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai- nilai pribadinya dan memanfaatkan secara maksimal sumber- sumber peluang yang ada di lingkungan, serta mampu mengembangkan dirinya secara kreatif melalui aktifitas fisik maupun mental

5. Otonomy (autonomy)

(28)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Dimensi ini ditandai dengan adanya hubungan yang hangat, memuaskan, dan saling percaya terhadap orang lain, peduli terhadap kesejahteraan oranglain, menunjukkan rasa empati dan rasa sayang.

Norma yang digunakan untuk mengukur tingkat psychological well- being pada Anak Didik Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang yaitu menggunakan norma dari pengolahan instrumen yang disusun oleh peneliti.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk variabel spiritualitas dan psychological well- being adalah kuisoner. Menurut Sugiyono (2005 hlm. 199), bahwa Kuesioner merupakan teknik mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Pada penelitian ini menggunakan kuisoner tertutup, yaitu dimana dalam pernyataan diberikan alternatif jawaban, sehingga responden dapat memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan pengalamannya.

1. Kuisoner Spiritualitas a. Spesifikasi Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen spiritualitas yang disusun oleh peneliti sendiri dengan cara menurunkan langsung ke empat dimensi spiritualitas dari Burkhardt. Item-item pernyataan disusun menjadi sebuah instrument dengan menggunakan skala ordinal dengan pilihan jawaban berurutan yakni Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS).

Tabel 3.1 Kisi- Kisi Instrumen Spiritualitas

(29)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Item F UF

Pengisian kuisoner ini dilakukan dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari empat pilihan jawaban yang sesuai dengan pilihan responden pada setiap item pernyataan. Dalam memilih pilihan pernyataan dilakukan dengan cara memberikan tanda cheklist (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan sesuai dengan pilihan yang dipilih oleh responden. Pilihan jawaban tersebut secara berurutan yakni Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).

c. Penyekoran

Item- item pernyataan yang disusun berupa pernyataan favorable dan unfavorable yang akan disusun secara acak. Penyekoran ini dilakukan berdasarkan pilihan pernyataan responden. Pilihan jawaban atau pernyataan tersebut dinilai dengan angka atau bobot yang ditentukan sebagai berikut:

(30)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Alternatif

Jawaban STS TS S SS

Favorable 1 2 3 4

Unfavorable 4 3 2 1

2. Kuisoner Psychological Well- Being a. Spesifikasi Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen psychological well- being yang disusun oleh peneliti sendiri dengan cara menurunkan langsung ke enam dimensi psychological well- being dari Ryff. Item-item pernyataan disusun menjadi sebuah instrumen dengan menggunakan skala ordinal dengan pilihan jawaban berurutan yakni Sangat Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Instrumen psychological well- being sendiri terdiri dari item- item yang keseluruhannya adalah favorabel.

Tabel 3.3 Kisi Kisi Instrumen Psychological Well- Being

Dimensi Indikator Jumlah

Sikap positif terhadap masa lalu 3 Pertumbuhan pribadi

(personal growth)

Memiliki perasaan untuk terus berkembang

5 Menyadari potensi yang dimili 3 Terbuka terhadap pengalaman

(31)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (purpose in life)

Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery)

Makna tertentu dalam masa lalu dan masa sekarang

Kemandirian (Autonomy) Kemampuan dalam mengambil keputusan lain dan keintiman yang kuat

5

(32)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

secara berurutan yakni Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

c. Penyekoran

Item- item pernyataan yang disusun berupa pernyataan favorable dan unfavorable yang akan disusun secara acak. Penyekoran ini dilakukan berdasarkan pilihan pernyataan responden. Pilihan jawaban atau pernyataan tersebut dinilai dengan angka atau bobot yang ditentukan sebagai berikut:

Tabel 3.4 Bobot Kuisoner Alternatif

Jawaban STS TS S SS

Favorable 1 2 3 4

Unfavorable 4 3 2 1

E. Proses Pengembangan Instrumen

(33)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Metode- metode yang digunakan adalah antaralain: 1. Uji Keterbacaan Instrumen

Uji keterbacaan instrumen dilakukan sebelum dilakukannya uji validitas dan reliabilitas. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari kalimat- kalimat yang digunakan. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahan persepsi antara maksud yang ingin dinilai oleh peneliti dengan persepsi responden terhadap setiap item yang diberikan. Uji keterbacaan diberikan kepada dua rekan peneliti yang mengambil konsentrasi dibidang psikologi perkembangan.

2. Uji Validitas Isi

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat proffesional judgment. Uji validitas isi atau konten dari setiap item yang disusun akan dilakukan expert judgment oleh dosen penguji yang bersangkutan. Uji konten yang dilakukan adalah uji konten mengenai instrumen spiritualitas dan psychological well- being yang disusun oleh peneliti sendiri.

Evaluasi yang diberikan oleh dosen expert judgment adalah: 1. Item yang memiliki arti ganda direvisi

2. Kalimat pada beberapa item lebih disederhanakan 3. Menambahkan beberapa item pada beberapa indikator

4. Pada alat ukur psychological well- being sebaiknya semua item dibuat favorabel tanpa ada item yang unfavorabel

5. Ada beberapa item yang dimana satu item tersebut sebenarnya bisa dibuat menjadi dua item

3. Analisis KMO dan Barlet’s Test

(34)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Measure of Sampling Adequency), Barlets test dan juga Anti Image Correlation. Angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) berkisar 0 sampai 1. Untuk menentukan kelayakan variabel digunakan kriteria sebagai berikut Gebotys (1999, dalam Ihsan 2013)

Tabel 3.5

Kategorisasi Nilai KMO

Nilai KMO Derajat Varian Umum

0.90 – 1.00 Bagus sekali

Kemudian untuk menentukan apakah setiap variabel yang akan dianalisis layak atau tidak bisa dilihat dari matriks Anti Image Correlation. Variabel yang memiliki korelasi Anti- Image > 0.5 bisa dilanjutkan untuk dianalisi sedangkan variabel yang memiliki korelasi < 0,5 harus dibuang dan harus dilakukan uji instrumen valid karena sudah memenuhi batas 0.50 (0.731 > 0.50).

Korelasi Anti Image juga menghasilkan korelasi yang cukup untuk masing- masing item, dimana indeks Anti Image Correlation nya bernilai diatas 0.50

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,731

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 1939,460

Df 630

(35)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7

Derajat KMO dan Barlett’s Test Psychological Well- Being

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,717

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 3076,318

Df 1326

Sig. ,000

Dari tabel 3.8 dapat dilihat nilai KMO MSA sebesar 0.717 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.50 (0.717 > 0.50), hal tersebut menunjukkan instrumen tersebut valid. Indeks anti image correlation juga lebih besar dari atau diatas 0.50 yang artinya cukup baik, sehingga semua item dianggap layak untuk dianalisis faktor. Untuk memperoleh indeks KMO diatas 0.50 maka dilakukan pengulangan setelah penghapusan item nomor 10,16,23,26,28,37,41,43,47,51,53,55, dan item nomor 60.

4. Uji reliabilitas

Instrument penelitian disamping harus valid, juga harus dapat dipercaya (reliabel). Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrument itu sudah baik. Reliabilitas merupakan seberapa konsisten atau seberapa dapat dipercaya hasil dari suatu pengukuran (Azwar, 2011, hal. 4) Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS melalui tehnik alpha cronbach, yang tujuannya untuk mengetahui seberapa konsisten tiap- tiap item dalam suatu instrumen.

Menurut Guilford dalam Sugiyono (2007, hlm.18), kriteria koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dapat dikategorikan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.8

(36)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Kriteria Koefisien

Sangat Reliabel >0.900 Reliabel 0.700 – 0.900 Cukup Reliabel 0.400 - 0.700 Kurang Reliabel 0.200 – 0.400

Tidak Reliabel <0.200

Berdasarkan hasil penghitungan reliabilitas, jika dilihat hasil reliabilitas pada saat try out bernilai 0.916 yang tergolong sangat reliabel. Untuk pemilihan item yang layak, jumlah item setelah dilakukan tryout memiliki item yang lolos sebanyak 33 item, namun dikarenakan ada beberapa item yang sangat perlu diujikan dan corrected item- total corelation bernilai 0.270 ke atas maka item tersebut direvisi dan dipergunakan kembali sehingga item yang diberikan sebanyak 36 item.

Kemudian untuk reliabilitas psychological well- being berdasarkan hasil penghitungan reliabilitas, reliabilitas variabel tersebut bernilai sebesar 0.932 yang tergolong sangat reliabel. Jumlah item yang bernilai di atas 0.3 ada sebanyak 56 item, namun dikarenakan ada beberapa item yang sangat perlu diujikan dan bernilai 0.270 ke atas maka item tersebut direvisi dan dipergunakan kembali sehingga item yang diberikan sebanyak 56 item.

Tabel 3.9

Tabel Hasil Pengembangan Instrumen Spiritualitas

No Dimensi Indikator No Item yang

Doa dan Ritual Agama 1,9,17,26,34,36,42, 24,44

Cinta dan Dukungan sosial 30,38,43 5,13,21

(37)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lingkungan Empati 7,15,32 23

Persatuan 8,16,25,33,41,45

Tabel 3.10

Tabel Hasil Pengembangan Instrumen Psychological Well- Being

No Dimensi Indikator No. Item

Sikap Positif terhadap diri sendiri 1,20,59,61, 68,79

Sikap positif terhadap masa lalu 3,22,42 - 2 Pertumbuhan

Menyadari potensi yang dimili 5,44 25

Terbuka terhadap pengalaman

Memiliki target/cita-cita 8,28,47,75 62 Makna tertentu dalam masa lalu

(38)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Pengumpulan data tidak lain adalah suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data adalah penyebaran Kuesioner. Kuisoner merupakan sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban- jawaban yang mempunyai makna dalam hipotesis ( Nazir, 1983, hlm. 246).

Dalam kuesioner ini, peneliti mengemukakan beberapa pernyataan yang mencerminkan pengukuran indikator dari variabel X1 (spiritualits), X2 (psychological well- being). Masing-masing kuesioner tersebut menggunakan pola skala ordinal

(39)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data adalah suatu kegiatan lanjutan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain sudah terkumpul (Sugiyono, 2009). Adapun jenis analisis data yang akan digunakan yaitu :

1.Uji Signifikansi

Menurut Sugiyono (2009), uji signifikansi dilakukan untuk menguji apakah hubungan yang ditemukan signifikan atau tidak. Apabila hasil yang diperoleh signifikan maka hasil korelasi tersebut dapat digeneralisasikan. Pada penelitian ini, uji signifikan diukur dengan membandingkan angka signifikansi/ probabilitas yang dihasilkan oleh variabel penelitian dengan taraf signifikansinya. Kriteria signifikansi korelasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.11 Kriteria Signifikan Variabel

Kriteria

Probabilitas > 0,05 Ho diterima Probabilitas < 0,05 Ho ditolak

2. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk melihat seberapa erat hubungan antara variabel satu dan variabel lainnya, yaitu spiritualitas dan psychological well- being. Uji korelasi dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman rank.Uji korelasi spearman rank merupakan uji korelasi untuk mencari hubungan dua variabel, bila data kedua variabel tersebut berbentuk ordinal atau berjenjang. Hasil dari uji korelasi ialah koefisien korelasi, yaitu angka yang menunjukkan

(40)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Tabel 3.12 Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Kekuatan Hubungan

KK= 0.00 Tidak ada

0.00 < KK ≤ 0.20 Sangat rendan atau lemah sekali 0.20 < KK ≤ 0.40 Rendah atau lemah, tetapi pasti 0.40 < KK ≤ 0.70 Cukup berarti atau sedang 0.70 < KK ≤ 0.90 Tinggi atau kuat 0.90 < KK ≤ 1.00 Sangat tinggi atau kuat sekali

KK = 1.00 Sempurna

(Misbahuddin dan Hasan, 2004, hlm 48)

H. Prosedur Penelitian

Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan penelitian secara garis besar: 1. Tahap Persiapan

a. Mempersiapkan perijinan yang diperlukan melakukan penelitian.

b. Mencari fenomena di lapangan untuk dijadikan latar belakang penelitian. c. Menentukan variabel yang akan diteliti

d. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis yang tepat mengenai masalah dan variabel penelitian. e. Mengikuti seminar untuk mempresentasikan masalah yang akan diteliti

melalui mata kuliah Seminar Psikologi Klinis

f. Mengajukan surat ijin penelitian dari kampus dan Kantor Wilayah Hukum tempat diadakannya penelitian.

(41)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

h. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan dalam penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian dan menetapkan jadwal pengambilan datanya.

b. Melaksanakan pengambilan data kepada subjek yang sudah ditentukan. 3. Tahap Pengolahan Data

a. Melakukan skoring untuk setiap hasil kuesioner dari kedua variabel. b. Membuat dan menghitung tabel data.

c. Melakukan analisis data dengan menggunakan SPSS statistik untuk menguji hipotesis penelitian dan korelasi antara kedua variabel penelitian.

4. Tahap Pembahasan

a. Menginterpretasikan dan membahas data hasil statistik berdasarkan teori dan kerangka berpikir penelitian.

b. Merumuskan kesimpulan penelitian. 5. Tahap Pelaporan

a. Membuat laporan hasil penelitian

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah

1. Mayoritas Anak Didik Pemasyarakatan Pria Kelas IIA Tangerang memiliki tingkat spiritualitas dalam kategori sedang atau cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Anak Didik Pemasyarakatan cukup dalam memiliki hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan lingkungan. Dimensi yang paling menonjol pada variabel spiritualitas adalah dimensi hubungan dengan orang lain. Dimensi ini meliputi hubungan yang harmonis dengan orang lain yang meliputi cinta dan dukungan sosial. Hubungan dengan Tuhan juga merupakan dimensi yang menonjol dalam penelitian ini.

(43)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(44)
(45)
(46)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, berikut merupakan saran yang diajukan oleh peneliti:

a. Saran Praktis

1. Bagi Anak Didik Pemasyarakatan hendaknya memanfaatkan dengan baik kegiatan- kegiatan seperti kegiatan keagamaan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Hal tersebut bertujuan sebagai salah satu cara meningkatkan spiritualitas Anak Didik Pemasyarakatan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang, sehingga masing- masing Anak Didik Pemasyarakatan bisa memiliki hubungan yang baik dan tinggi dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan juga hubungan yang baik dan tinggi dengan lingkungan Anak Didik Pemasyarakatan tersebut.

2. Bagi Anak Didik Pemasyarakatan juga hendaknya menjadikan pengalaman sebagai pembelajaran untuk lebih baik lagi kedepannya serta memanfaatkan waktu, fasilitas, dan sarana- sarana yang disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan, juga meningkatkan potensi- potensi yang ada dalam diri Anak Didik Pemasyarakatan guna memperoleh psychological well- being yang lebih baik lagi. 3. Bagi pihak Lembaga Pemasyarakatan, ada baiknya melakukan

(47)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas iia tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dapat digunakan untuk menjelaskan sejumlah besar variabel yang saling berhubungan.

2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan menambahkan variabel lain selain variabel spiritualitas dalam mengetahui psychological well- being Anak Didik Pemasyarakatan atau residivis. Berdasarkan hasil penelitian ini juga bahwa banyak hal diluar variabel spiritualitas yang bisa meningkatkan keadaan psychological well- being Anak Didik Pemasyarakatan tersebut, oleh karena itu pihak Lembaga Pemasyarakatan lebih memperhatikan hal tersebut dan juga bagi pihak- pihak luar yang ingin berkontribusi bagi Anak Didik Pemasyarakatan tersebut. Seperti kontribusi variabel spiritualitas terhadap dimensi kemandirian (autonomy) yang hanya memberikan kontribusi sebesar 7.34%, yang artinya ada variabel diluar variabel spiritualitas yang sangat mempengaruhi psychological well- being Anak Didik Pemasyarakatan tersebut.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan melakukan kontrol terhadap latar belakang pendidikan agama, latar belakang budaya, kasus- kasus yang lebih spesifik, bahkan status sosial ekonomi.

4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan melakukan perbedaan tingkat spiritualitas berdasarkan usia dan juga tingkat pendidikan.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Muhammad. (2012) . Kontribusi Psikologi Dalam Penegakan Hukum di Indonesia. Fakultas Psikologi UIN Suska: Riau

Amir Syam, (2010). Hubungan Antara Kesehatan Spiritual Dengan Kesehatan Jiwa Pada Lansia Muslim Di Sasana Tresna Werdha KBPR Jakarta Timur. Tesis UI

Arifin. (2007). Pendidikan Anak Berkonflik Hukum; Model Konvergensi Antara Fungsionalis dan Religius. Bandung: Cv. Alfabeta.

Arifin, Z. & Rahayu,T (2011). Hubungan antara Orientasi Religius dan Locus of

Control dan Psychological well- being Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang [22 Oktober 2013]

Azani, Desember 2012. Gambaran Psychological well- being Mantan Narapidana.

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Vol1. Tersedia http:// journal.uad.ac.id [ 09 Oktober 2013]

Azwar, S.(2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Barry, dkk. (2010). Religiosity and Spirituality During the Transition to Adulthood. International Journal Behavioral Development. Diakses dari htttp//jbd.sagepub.com/content/34/431/

Compton, W.C. (2005). Introduction to Positive Psychology. USA: Wadsworth

Cooke, D.J., Baldwin.P.J, Horison.J. (2008). Menyingkap Dunia Gelap Penjara. PT. Gramedia Pusaka Utama: Jakarta

Desmita. Psikologi Perkembangan. (2007). Bandung: Pustaka Setia

Dewi, K. (2013,10 Desember). Anak-Anak dalam Jeruji Besi. Citizen Daily, hlm. 6. Diakses dari http://citizendaily.net/author/difa/page/6/

(49)

Bene Essa Uri Munthe, 2014

Hubungan spiritualitas dan psychological well- being anak didik pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan anak pria kelas IIa Tangerang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16321/5/Chapter%20I.pdf.

(50)

Frey, B.B.,dkk. (2005). University of Kansas Measuring a Dimension of Spirituality in Personality. New York: Guilford

Geldard & Geldard. (2005). Journal Provitae. Tersedia di : books.google.co.id/books?id

Hamid. (2008). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Hasan, A.B & Purwaikania. (2006). Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hermawan, Asep. (2005). Penelitian Bisnis : Paradigma Kuantitaif. Jakarta: PT Grasindo

Ihsan, H. (2013). Metode Skala Psikologi. Bandung: Alfabeta

Ingersoll, G.M. (1989). Adolescents. USA: Precentice- Hall, Inc

Ivtzan, dkk. (2011). Linking Religion and Spirituality with Psychological Well-Being: Exxamining Self- actualisation, Meaning of Life, and Personal Growth Initiative. Springer Journal, hlm 915-929

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana

Kennedy, J. E., Abbott, R. A., & Rosenberg, B. S. (2002).Spirituality and well-being for cardiac patiens. Spirituality, 8 (4)

King, E.P. (2013). Adolescent Spiritual Exemplars: Exploring Spiritual in the

Lives of Diverse Youth. Diakses dari http://jar.Sagepub.com/content/29/2/186. Kirby, S.E., Coleman, P.G., & Dayle, G.(2004). Spirituality and well- being in frail

and nonfrail older adults. The Journal of Gerontology Series B: Psychological Sciensce and Social Sciences, diakses melalui: http://www.ncbi.nlm.nih.gov

Kozier, Erb, Berman, dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep

Proses dan Praktik Vol I (IV). Jakarta : EGC

(51)

Listwan, J. S., Hanley, D., & Flannery, D. (2010). Victimization, social support

and psychological well being;A Study of recently released prisoners. Criminal

justice and behavior, 37 (10)

Leukefeld, Staton, Wilson, Fernander, Oktober 2005 “ Exploring the type

of Crime, Hypothesis, Religiosity, and Spirituality in an adult male prison populate. Ijo. Sagepub.com, 24 November 2013

Leonard, B & Carlson D. (tth). Introduction to Spirituality in Conjuction with the University of Minesota. Tersedia di

http://www.touroinstitute.com/1%20Introduction%20to%20Spirituality.pdf.

Liwarti. (2013). Hubungan Pengalaman Spiritual dengan Psychological well- being Penghuni Lembaga Pemasyarakatan. Universitas Muhammadiyah Malang. Volume I (1), 77 – 88. Tersedia: ejournal.umm.ac.id.

[14 November 2013]

Martsolf, D.S. & Mickley, J.R. (1998). The Concept of Spirituality in Nursing Theories: Differing world- views and Extent of Focus. Journal of Advanced Nursing 27, 294-303

Mihaly & Isabella. (Sikszentmihalyi). (2006). A Life Worth Living Contributions to Positive Psychology. New York : Oxfor University Press

Paloutzian, R.F. & Park, C.L. (2013). Handbook of the Psychology of Religion and Spirituality. USA: Guilford Press:

Pinasthika, R.D. (2013). Pemenuhan Hak- Hak Narapidana Selama Menjalani Masa Pidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta. Jurnal Ilmu Hukum. Pp.1-15. Tersedia dalam

http://e journal.uajy.ac.id/4583/1/ringkasan%20skripsi.pdf

Papalia, Olds, Feldman. (2008). Human Development. Mc Graw Hill. 8thed

Peterson, C. & Seligman, M. (2004). Character Strengths and Virtues. A Handbook and Classification” New York: Oxford University Press

(52)

Ristianti, A. (2014 ). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan

Identitas Diri Pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. Universitas Gunadarma: Fakultas Psikologi. Tersedia dalam

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel105 05010.pdf

Rohman, A. Perkembangan Spiritual. Jakarta: Muhammadiyah University. Diakses http://www.academia.edu/7107231/Spiritual_care_spiritual_care_spiritual_carespi ritual_care_contens

Sarafino. (1994). Health Psychology Bipsychosical Interaction. USA: John Weiley & Sons

Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Snyder, C.R & Lopez, S.J.(2008). Handbook of Positive Psychology. Oxford University Press: New York

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Cv. Sagung Seto

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Susanti, V & Maryam E. (2013). Psychological well- being Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sidoarjo. Journal Umsida, II (1), hlm. 107-115. Diakses dari journal.umsida.ac.id/page.php?p=ab&id=253

Taylor, dkk. (2011). Fundamentals of Nursing: The Art and Science of Nursing Care (edisi ketujuh) China: Lippincott Company

Tim Dosen UPI. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ikmiah. Bandung. UPI

Gambar

Tabel 3.1 Kisi- Kisi Instrumen Spiritualitas
Tabel 3.2 Bobot Kuisoner
Tabel 3.3 Kisi Kisi Instrumen Psychological Well- Being
Tabel 3.4 Bobot Kuisoner
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, alasan dilaksanakannya renegosiasi kontrak karya PT Newmont Nusa Tenggara dan Pemerintah yaitu Adanya kewajiban penyesuaian Kontrak

Pertama, amaliyah tersebut sudah baku (fixed), tidak ditambah{ambah lagidengan amaliyah yang lain, hingga tidak membingungkan atau membentkan orang yang mengamalkannya;

[r]

Saat ini lahan yang ada di kota yogyakarta untuk sarana penghijauan sudah semakin sempit/apalagi di kawasan perumahan-perumahan yang relative lahan untk menanam sangat terbatas

[r]

pengujian pada seluruh item pertanyaan variabel Y yang sudah dinyatakan valid,. menghasilkan koefisien korelasi (p value ) 0,9141 yang berarti lebih besar

6 Case : size of cysts and compression effect to adjacent structure organ (diaphragm) as complication of polycystic liver disease caused right pleural effusion.. There

UJI KADAR KLORIDA DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI METODE MOHR PADA SAMPEL AIR MINUM ISI ULANG DI. KABUPATEN SERDANG BEDAGAI