• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OTENTIK (AUTHENTIC LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP NEGERI 7 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OTENTIK (AUTHENTIC LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP NEGERI 7 BANDUNG."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

This study originated from the writer’s concern towards an issue occurred in seventh graders of SMP N 7 Bandung related to social skills of student. The issue is finding from conducted observation in several meetings of February 2014. Indicator of the problems which is encountered is low interest in cooperating, responsibility and tolerance of learners in learning process, less understanding of the meaning of social studies, low participation of learners in learning, unwell paradigm of social studies, lack of initiative participation in learning process, and low learning results. Reviewing the examined issues relate to the learning process, the researcher chose Classroom Action Research (CAR) with 4 cycles of David Hopkins research design. Alternative selected solutions, namely Authentic Learning Models. Implementation of authentic learning activities in social learning as an alternative in purpose to develope the social skills of students can be categorized in good level. The development of authentic learning in social learning can be seen from the development of social skills indicators such as able to cooperating with their groups, had a good responsibility, and able to apply owned knowledge, have perspective, empathized, and have self-knowledge to toleranced with others. Based on the findings in field could conclude from this study, including the first, well-designed research planning. Second, grow social skills of students in the implementation of the learning activities using utilization of authentic learning carried out more focused and neatly on each cycle. Third, reflecting the constraints that are found in every cycle and overcome the constraints on the next cycle. Fourth, the solution in the constraints found in the utilization of authentic learing students experience positive changes that increase students' social skills. This reflects the achievement of all indicators of students’social skills. Fifth, after using utilization of Authentic Learning able to grow social skills in students.

(2)

ii ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap permasalahan yang terjadi di kelas 7 SMPN 7 Bandung terkait keterampilan sosial. Permasalahan ini merupakan temuan dari observasi yang dilakukan pada beberapa kali pertemuan dalam rentang waktu bulan Februari 2014. Indikator permasalahan yang dijumpai adalah kerjasama yang rendah, rendahnya tanggungjawab siswa dalam pembelajaran, serta rendanya tingkat toleransi antar siswa. Meninjau permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan proses pembelajaran, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian David Hopkins dalam 4 siklus. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih yaitu penerapan model pembelajaran autentik. Pelaksanaan kegiatan belajar menggunakan model pembelajaran autentik sebagai alternatif mengembangkan keterampilan sosial dapat dikatakan berhasil. Adapun pengembangan keterampilan sosial dapat dilihat dari perkembangan indikator keterampilan sosial siswa yaitu siswa mampu bekerjasama dengan kelompoknya, memiliki tanggungjawab terhadap tugas-tugasnya, mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki, memiliki perspektif, berempati, serta memiliki pengetahuan diri dengan memiliki sikap toleransi terhadap yang lain. Berdasarkan hasil temuan dilapangan dapat ditarik benang merah dari penelitian ini, antara lain pertama, perencanaan penelitian dirancang dengan baik. Kedua, menumbuhkan keterampilan sosial siswa pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajran autentik dilaksanakan semakin terarah pada setiap siklusnya. Ketiga, merefleksikan kendala yang ditemukan pada setiap siklus serta mengatasi kendala tersebut pada siklus selanjutnya. Keempat, hasil yang ditemukan dalam penerapan model pembelajaran autentik siswa mengalami perubahan yang positif yaitu keterampilan sosial siswa meningkat. Hal tersebut mencerminkan ketercapaian seluruh indikator keterampilan sosial siswa. Kelima, Setelah menerapkan model pembelajaran autentik dapat menumbuhkan keterampilan sosial pada diri siswa.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT tuhan semesta alam beserta isinya yang telah

memberikan rahmat, hidayah, berkah serta bimbingan-Nya. Shalawat beserta salam semoga

tercurah limpah kepada rasul utusan Allah Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga,

sahabat, dan kepada kita selaku umatnya.

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis telah menyelesaikan penelitian dengan judul

”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OTENTIK (AUTHENTIC LEARNING)

MELALUI PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

SOSIAL SISWA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI KELAS VII A SMP NEGERI

7 BANDUNG)”. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial dan bentuk kontribusi sebagai mahasiswa kepada masyarakat dalam

bidang pendidikan.

Skripsi ini membahas mengenai pengembangan keterampilan sosial pada siswa

melalui pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan penggunaan model pembelajaran

otentik. Melalui model pembelajaran otentik diharapkan siswa mampu mengembangkan

keterampilan diri dan memperluas pengetahuan, sehingga keterampilan sosial siswa dapat

berkembang dan teraplikasi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan mengingat terbatasnya pengetahuan serta

pengalaman penulis, maka dari itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada Dr. Nana

Supriatna. M.Ed dan Dr. H. Dadang Sundawa, M.Pd yang telah membimbing penulis untuk

menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis sangat mengharapakan Skripsi ini bisa menjadi sebuah ilmu yang berguna,

khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya dan penulis mengharapkan

pula kritikan serta masukan yang bisa membuat penulis menjadi lebih baik kedepannya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

(4)

iv

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skipsi tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam penulis curah limpahkan kepada nabi dan rasul akhir zaman,

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya serta semoga sampai kepada kita semua

selaku umatnya. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak penulisan Skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu dengan ketulusan

hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Nana Supriatna, M.Ed selaku dosen pembimbing I dan selaku ketua

program studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah banyak memberikan

pengarahan, motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dan

studi ini.

2. Bapak Dr. Dadang Sundawa, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang selalu

memberikan arahan sekaligus memotivasi, dan membimbing dalam menyelesaikan

skripsi di program studi Pendidikan IPS.

3. Ibu Dr. Kokom Komalasari, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

memberikan pengarahan, motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun

perencanaan awal skripsi ini.

4. Seluruh dosen mata kuliah program studi Pendidikan IPS yang telah sabar mendidik

dan membimbing penulis.

5. Bu Arni dan bu Mina selaku Tata Usaha Program Studi Pendidikan IPS yang telah

sabar melayani dan memberi informasi kepada kami.

6. Ayahku Ir. Dindin Alinurdin, SE, MBA, Ibuku Yeyet Mulyati,MM.Pd, Adikku Moch.

Nur Abdul Hakim dan Moch. Fajar, terimakasih atas semua do’a restu, pengorbanan,

kasihsayang serta dukungannya yang selalu diberikan setiap saat kepada penulis

sehingga menjadi seperti sekarang ini. Semoga Allah SWT membalas dengan

sebaik-baiknya balasan.

7. Ibu Hj. Suryamah, MM.Pd, selaku kepala sekolah SMP Negeri 7 Bandung yang telah

(5)

8. Ibu Lina Marlina, S.Pd, MM. Selaku guru mitra dan pembimbing mata pelajaran IPS

di SMP Negeri 7 Bandung yang telah bekerjasama dengan sangat baik, mejadi

panutan, pembimbing yang begitu luar biasa, dan telah memberikan pengalaman yang

berharga bagi penulis.

9. Peserta didik Kelas VII A SMP Negeri 7 Bandung yang sudah memberikan

pengalaman yang begitu berharga kepada penulis atas kesediaan, kerjasama,

kerjakeras, dan seluruh kebaikan yang telah kalian berikan kepada penulis demi

kelancaran penelitian ini. Sukses selalu untuk kalian semua.

10.Teman-teman Pendidikan IPS atas segala pengalaman, kebersamaan, motivasi, dan

doa yang telah kalian berikan, semoga Allah SWT membalas dengan sebaik-baiknya

balasan dan semoga skripsi ini menjadi dorongan untuk terus berkarya dan

berkontribusi dalam bidangnya masing-masing.

11.Para sahabatku Aprilia Nugrahani, Nina Arini, Ariny Poespitasari dan Indri Cahyani

yang selalu memberi semangat, motivasi, memberi pengalaman hidup, serta sebagai

tempat untuk berbagi cerita suka dan duka. Tawa dan senyuman yang telah tercipta menjadi modal jalinan silaturahim sampai akhir masa dan menjadi do’a untuk kita semua, semoga kalian diberi kesuksesan, panjang umur, ridha-Nya dan keberkahan di

dunia dan di akhirat kelak.

12.Andrian Rizki, Ganjar Hamdalah, dan Devi Hidayat yang telah berkontribusi dalam

penelitian skripsi ini, semoga kalian diberi kesuksesan, dan semua pengalaman ini

dapat menjadi dorongan untuk selalu mengembangkan kemampuan di bidangnya

masing-masing.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa ini Indonesia dihadapkan pada berbagai permasalahan yang

harus dihadapi, penyimpangan sosial seperti kekerasan, pemaksaan kehendak,

tawuran, vandalisme, kemiskinan sosial, kurang disiplin, kurang empati serta

kurang efektif dalam berkomunikasi. Beberapa masalah sosial diatas sudah

tampak dalam kehidupan sehari-hari siswa, sikap individualitas, egoistis,

acuh tak acuh, kurang dapat berkomunikasi, kurangnya rasa tanggung jawab,

kurang bekerja sama dan berinteraksi didalam kehidupan bermasyarakat juga

rendahnya rasa empati merupakan permasalahan yang kerap ditemukan di

lingkungan masyarakat modern. Salah satu institusi yang diharapkan dapat

menyelesaikan permasalahan tersebut adalah institusi sekolah. Dalam

pembelajarannya sekolah dapat menanamkan keterampilan-keterampilan

yang dibutuhkan oleh para siswa dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

Sesuai dengan tujuan pendidikan untuk menyiapkan siswa ke arah

yang lebih baik. Salah satu pelajaran yang juga penting dalam dunia

pendidikan dipersekolahan yakni Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam buku

Pendidikan Ilmu Sosial, Hamid Hasan (1995, hlmn. 14) dikemukakan bahwa

IPS secara umum dapat dikatakan bahwa ada dua posisi. Pertama, IPS

sebagai pendidikan yang menggunakan materi dari disiplin ilmu-ilmu sosial

sebagai salah satu sumber materi. Kedua adalah Pendidikan IPS yang

merupakan pendidikan dari ilmu-ilmu sosial. Dalam hal ini Pendidikan IPS

lebih memusatkan perhatian yang demikian akan dirasakan manfaatnya dalam

kehidupan sehari-hari siswa. Rasa yang dimiliki terhadap manfaat tersebut

(7)

Pada mata pembelajaran IPS tantangannya adalah bagaimana

menyampaikan konsep yang abstrak dalam pembelajaran menjadi nyata di

depan siswa sehingga dapat merubah paradigma dan cara belajar yang pada

akhirnya menstimulus untuk memahami konsep pembelajaran secara

mendalam dan konferhensip sehingga pengamalannya dapat diaplikasikan

dalam diri siswa. Hal tersebut sebenarnya dapat dilakukan dengan

memanfaatkan sumber, metode dan media pembelajaran yang disesuaikan

dengan kebutuhan siswa sehingga mampu mentransfer pengetahuan dengan

baik (dalam Sumaatmaja 2002, hlmn. 3-10). Berdasarkan kutipan di atas,

untuk mengembangkan pembelajaran kearah yang lebih baik diperlukan

adanya kreativitas dan kerjasama antara guru dengan siswa sehingga timbul

situasi belajar yang kondusif.

Pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang terfokus

kepada siswa sehingga siswa terlibat secara aktif dan guru bertindak sebagai

fasilitator. Dengan demikian pendidikan berorientasi pada kebutuhan siswa

yang dapat dijadikan modal untuk mampu menyelesaikan permasalahan yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kegiatan belajar mengajar

merupakan kegiatan pokok yang menentukan kelancaran pelaksanaan suatu

pendidikan. Siswa mampu mengimplementasikan hasil belajarnya berupa

keterampilan-keterampilan yang dimilikinya sebagai dasar modal dalam

menjalani kehidupan sehari-hari. Begitupula dengan mata pelajaran IPS dan

seluruh komponen yang berada didalamnya termasuk guru, siswa, sarana

prasarana, dan cara pembelajaran harus mendukung satu sama lain kemudian

dikemas sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran, sehingga dapat

terwujud suatu pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, inovatif, serta

memberi makna bagi siswa baik makna dari sisi kognitif, afektif, maupun

psikomotorik. Ketika inti dalam pembelajaran IPS dapat diimplementasikan

dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat mendorong terwujudnya tujuan

pembelajaran IPS itu sendiri yaitu untuk mengembangkan potensi siswa agar

(8)

mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan

terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari (Puskur, 2006,

hlmn. 7). Dengan demikian perlu adanya penerapan suatu model

pembelajaran yang dapat mengatasi masalah-masalah tersebut, sehingga

pembelajaran IPS tidak hanya terfokus pada ranah kognitif saja, namun

melalui pembelajaran IPS siswa disipkan untuk menjadi warga negara yang

baik. Permasalahan tersebut menarik untuk dicarikan sebuah solusi konkrit,

sehingga peneliti melakukan usaha dalam bentuk penelitian. Adapun jenis

penelitian yang dipilih adalah PTK karena disesuaikan dengan karakteristik

dan objek permasalahan yang muncul di dalam kelas.

Penelitian tindakan kelas dilakukan peneliti di kelas VII A SMP

Negeri 7 Bandung, dengan memfokuskan kajian mengenai upaya guru

meningkatkan keterampilan sosial. Fokus kajian tersebut diambil berdasarkan

data hasil observasi awal yang dilakukan bersama guru mata pelajaran IPS.

Secara lebih rinci peneliti menjabarkan keadaan kelas sebagai berikut:

pertama, pada saat siswa ditugaskan untuk membuat sebuah peta secara individu, sebagian besar dari merak tidak membawa peralatan yang sudah

ditugaskan pada pertemuan selanjutnya. Hal tersebut memperlihatkan bahwa

siswa kurang memiliki tanggung jawab atas usaha yang harus dilakukannya.

Kedua, pada saat kegiatan presentasi berlangsung terdapat siswa yang memotong pemaparan dan menertawakan temannya yang sedang

membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas dikarenakan terdapat

pernyataan yang salah dan tidak sesuai dengan materi. Ketiga, pada saat siswa

melakukan kegiatan diskusi terlihat hanya seorang saja yang sibuk

mengerjakan tugas kelompok dan yang lainnya malah terlihat bercanda dan

berjalan-jalan melihat hasil pekerjaan kelompok lain, sehingga ketika

dilontarkan pertanyaan yang faham terhadap materi hanya siswa yang

mengerjakan tugas saja. Keempat, terdapat siswa yang lebih memilih mengerjakan tugas mata pelajaran lain yang mereka anggap sangat penting

(9)

diskusi kelompok di depan kelas. Kelima, kurangnya inisiatif dan tanggungjawab siswa dalam proses belajar mengajar sehingga interaksi yang

terjadi lebih banyak dilakukan dari guru terhadap murid atau satu arah,

indikatornya adalah ketika guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya,

hanya terdapat satu dua orang siswa yang memberikan respon untuk

melakukan pertanyaan jika pertanyaan yang dilontarkan bersifat serius.

Indikator lain ketika guru menugaskan untuk membawa alat untuk praktik

IPS hanya beberapa siswa yang sudah menyiapkan apa yang harus dibawa

dan digunakan begitu pula ketika diberikan pekerjaan rumah sebagian besar

siswa belum mengerjakan dan ditunda-tunda meskipun sudah diberikan

waktu yang cukup lama untuk pengerjaannya. Hal-hal tersebut menambah

kondisi kelas kurang optimal, sehingga dapat diidentifikasi penyebab tingkat

keterampilan sosial siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Bandung yang relatif

rendah.

Hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran IPS di kelas VII

A SMP Negeri 7 Bandung memberi informasi bahwa permasalahan yang

banyak terjadi di pada siswa sebagaimana dijelaskan diatas, sebagai akibat

dari tidak teraplikasikannya pengetahuan mengenai keterampilan sosial pada

diri siswa. Menurut pengamatan peneliti, permasalahan yang terdapat di kelas

VII-A SMP Negeri 7 Bandung adalah rendahnya keterampilan sosial yang

mencakup pada nilai-nilai toleransi, kerjasama dan tanggungjawab. Hal

tersebut senada dengan pernyataan Jarolimek dalam (1977, hlm.4-5)

coverage social skills: Living and working together, taking turns, and being socialy sensitive. Learning self-control and self-direction. Sharing ideas and experiences with others...” Mengandung pengertian bahwa keterampilan sosial mencakup kerjasama, menjalankan tugas dan bagian-bagiannya, bisa

mengontrol dirinya serta mampu bertukar pikiran dengan yang lainnya.

Begitupula pernyataan Lickona (2012, hlm. 74-75) bahwa nilai-nilai moral

yang sebaiknya dikembangkan di sekolah tanggungjawab, toleransi dan

(10)

Pada akhirnya peneliti melakukan pendekatan kepada beberapa siswa

untuk mengetahui lebih mendalam penyebab terjadinya hal tersebut, sehingga

peneliti memperoleh informasi bahwa siswa kurang dilatih untuk menggali

sikap keterampilan sosialnya, padahal keterampilan sosial merupakan bentuk

perilaku, perbuatan dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika

berinteraksi dengan orang lain disertai dengan ketepatan dan kecepatan

sehingga memberikan kenyamanan bagi orang yang berada disekitarnya

(Chaplin dalam Suhartini, 2004:18). Dalam kehidupan sehari hari

keterampilan sosial sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat

karena kita sebagai manusia sejatinya tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan

orang lain. Dengan demikian, dimulai dari menerapkan pembelajaran dengan

mengajarkan keterampilan sosial dikelas akan memberikan pemahaman

kepada siswa bahwa keterampilan sosial merupakan kegiatan yang

dibutuhkan dan dapat menolong siswa dalam berinteraksi dikehidupan

bermasyarakat.

Merujuk pada penemuan permasalahan pembelajaran dikelas VII A

mengenai kurangnya keterampilan sosial siswa, maka peneliti akan

menggunakan penerapan model pembelajaran otentik. Dalam pelepasan

Wisuda Gelombang III bulan Desember tahun 2013 lalu, Prof. Dr. H.

Sunaryo Kartadinata, M.Pd.dalam pidato rektor Universitas Pendidikan

Indonesia menyatakan bahwa beragam interaksi belajar menjauhkan siswa

dari potensi dan kapasitas dirinya. Siswa hanya berlatih menghapal sesuatu,

namun tidak menemukan makna (meaning) dari apa yang disebut sebagai

proses belajar. Dengan demikian dibutuhkan suatu inovasi dalam

pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar dari lingkungan sehingga

siswa tidak hanya menghafal materi yang disampaikan tapi juga memahami

makna yang terdapat dalam konsep pembelajaran. Pembelajaran harus

didesain sebagai proses di mana siswa mencari jawaban tentang apa yang

menjadi perhatiannya, dan berusaha untuk memberi makna atas

(11)

(Shapiro, 2006) selalu dipenuhi dengan energi, minat, dan kreativitas, juga

interaksi dan dialog.

(http://berita.upi.edu/2013/12/18/pidato-rektor-upi-pada-wisuda-gelombang-iii-tahun-2013/) diakses 12 Februari 2014)

Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran otentik

di rasa tepat karena hal ini sejalan dengan pendapat dari Marilyn M.

Lombardi bahwa:

Authentic learning typically focuses on real-world, complex problems and their solutions, using role-playing exercises, problem-based activities, case studies, and participation in communities of practice. The learning environments are inherently multidisciplinary”

Kutipan diatas bermakna bahwa pembelajaran otentikberfokus

padadunia nyata, masalah yang kompleks beserta solusi yang diterapkan,

denganmenggunakanberbagai kegiatanrole-playing, kegiatanberbasis

masalah, melakukan studi kasus, dan berpartisipasi secara nyata dalampraktek

di masyarakat serta lingkungan belajar secara inheren multidisiplin.

Berdasarkan pernyataan tersebut seyogyanya pembelajaran IPS dapat

memberikan wawasan yang lebih luas kepada siswa mengenai masyarakat

dan lingkungan sekitarnya serta dapat memberikan dampak yang baik bagi

lingkungan dan masyarakat disekitarnya. Namun pada kenyataannya,

pembelajaran IPS lebih banyak berlangsung secara text book dan pembelajaran didominasi oleh guru, hal ini memberikan kesan bahwa IPS

tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata. Selain itu, pembelajaran IPS

secara text book menyebabkan pembelajaran menjadi tidak bermakna serta memberikan kesan pada siswa bahwa IPS itu merupakan mata pelajaran yang

membosankan.

Melalui pembelajaran yang di awali dengan mengaitkan

peristiwa-peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan di bahas,

sehingga tampak ada kesinambungan pengetahuan, karena di awali dengan

(12)

pembelajaran ini, siswa melakukan observasi di lapangan dan melihat sendiri

tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan dan masyarakat. Kegiatan

mengunjungi dan observasi keadaan di luar kelas itu bertujuan untuk

mengaitkan antara konsep atau teori yang di bahas di kelas dengan keadaan

nyata yang terjadi di lingkungan. Dengan mendiskusikan apa yang siswa

temukan di lingkungan, merancang tindakan selanjutnya, maka akan

terjadilah kolaborasi suatu dinamika kelompok yang akan menghasilkan

gagasan-gagasan baru selain menghasilkan gagasan baru juga diharapkan

menghasilkan suatu peningkatan pada aspek Kognitif, Afektif dan

Psikomotorik pada siswaterutama untuk meningkatkannya keterampilan

sosial sebagai modal sosialsiswa itu sendiri dalam kehidupan bermasyarakat

dan bernegara selanjutnya.

Untuk mengatasi permasalahan mengenai tidak adanya keterampilan

sosial dalam diri siswa, maka diperlukan suatu langkah agar melalui mata

pelajaran IPS siswa menjadi lebih peka, mampu menyelesaikan dan

menempatkan diri mereka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat dan

lingkungan, serta mata pelajaran IPS tidak lagi dipandang sebagai mata

pelajaran yang rumit dan membosankan. Oleh karena itu, salah satu

langkahnya adalah dengan cara menerapkan pendekatan pembelajaran otentik

dalam pembelajaran IPS. Pendekatan pembelajaran otentik ini dianggap

cocok karena belajar IPS diawali dengan masalah-masalah yang terjadi di

lingkungan sekitarnya, sehingga diharapkan dengan belajar IPS siswa dapat

lebih mengembangkan keterampilan sosialnya seiring dengan kemajuan

teknologi dan informasi serta timbulnya berbagai masalah komplek di

masyarakat.

Pemilihan pendekatan pembelajaran otentik didasarkan oleh beberapa

alasan diantaranya :

1. Pendekatan pembelajaran otentik dipandang cocok dengan adanya

pendapat dari Marilyn M. Lombardi bahwa Pembelajaran otentikberfokus

padadunia nyata, masalah yang komplek beserta solusi yang diterapkan,

(13)

masalah, melakukan studi kasus, dan berpartisipasi secara nyata

dalampraktek di masyarakat serta lingkungan belajarsecara

inherenmultidisiplin. Hal tersebut dipancang cocok bila dikaitkan dengan

pembelajaran IPS yang komplek dan berkaitan dengan beberapa disiplin

ilmu lainnya.

2. Dalam pidato Rektor pada Wisuda Gel. III Tahun 2013 yang berjudul

“Transformasi kultur belajar”oleh Sunaryo, mengemukakan bahwa pembelajaran harus didesain sebagai proses di mana murid mencari

jawaban tentang apa yang menjadi perhatiannya, dan berusaha untuk

memberi makna atas pengalamannya. Belajar seperti ini, yang lazim

disebut authentic learning (Shapiro, 2006) selalu dipenuhi dengan energi,

minat, dan kreativitas, juga interaksi dan dialog. Menanamkan akhlak

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa takkan terwujud

melalui pembelajaran yang hanya content based, namun harus diciptakan sebuah proses di mana murid berkesempatan mencari jawaban atas apa

yang menjadi perhatiannya, dan memberi makna atas pengalaman belajar

yang dijalaninya.

3. Dalam jurnal yang berjudul Authentic Learning:A Practical Introduction & Guide for Implementation, 2008 oleh Cliff Mims, kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk melibatkan siswa

secara aktif dan menyentuh motivasi intrinsik mereka. Siswa tidak lagi

hanya mempelajari fakta-fakta hafalan secara abstrakatau situasi buatan

yang dirancang oleh guru, tetapi mereka mengalami dan menggunakan

informasi dengan cara yang didasarkan pada realitas. Pembelajaran

berbasis masalah secara nyata mendorong siswa untuk melakukan suatu

tindakan yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga dapat

memberikan dampak yang positif terhadap diri mereka dan masyarakat

(14)

4. Penekanan serius dalam kurikulum 2013 yaitu mengenai authentic assesment atau penilaian otentik di mana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa benar-benar memerhatikan segala minat, potensi dan

prestasi secara komprehensif yang mencakup pada penilaian aspek-aspek

belajar yang meliputi kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Otentik dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Melihat begitu pentingnya mengembangkan keterampilan sosial dalam diri

seseorang, serta sesuai dengan tujuan pendidikan IPS dan tujuan pendidikan

nasional. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti, maka garis

besar dari rumusan masalahnya adalah: “Bagaimana mengembangkan

keterampilan sosial siswa melalui pembelajaran otentik pada pembelajaran IPS di

SMP?”

Secara terperinci permasalahan tersebut dapat dirumuskan ke dalam beberapa

pertanyaan berikut:

1. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran otentik untuk

mengembangkan keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS siswa?

2. Bagaimanakah proses pembelajaran IPS melalui model pembelajaran

otentik untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa di SMP?

3. Bagaimanakah unjuk kerja guru dalam pembelajaran IPS melalui model

pembelajaran otentik untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa?

4. Apakah yang menjadi hambatan dan kesulitan guru untuk meningkatkan

keterampilan sosial siswa melalui model pembelajarn otentik pada

(15)

5. Upaya-upaya apakah yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan

untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui model

pembelajaran otentik pada pembelajaran IPS di SMP?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan

yang dikemukakan di atas, maka tujuan secara umum dari penelitian ini adalah:

Mengembangkan keterampilan sosial siswa melalui pembelajaran otentik dalam

mata pelajaran IPS di kelas VII A SMP N 7 Bandung.

Adapun tujuan yang dijabarkan secara khusus diantaranya, yaitu:

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran otentik untuk

mengembangkan keterampilan sosial melalui pembelajaran IPS di kelas

VII A.

2. Menganalisis proses pembelajaran IPS melalui model pembelajaran

otentik untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa.

3. Mendeskripsikan ujuk kinerja guru dalam pembelajaran IPS melalui model

pembelajaran otentik untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa.

4. Mengkaji kendala dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran

otentik untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa.

5. Mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi

hambatan pada pembelajaran IPS melalui model otentik untuk

meningkatkan keterampilan sosial.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memperkaya keilmuan serta sebagai referensi bagi peneliti

selanjutnya.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar

(16)

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat dalam

upaya meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam mata

pelajaran IPS di SMP Negeri 7 Bandung.

b. Diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui

pembelajaran IPS.

c. Diharapkan dapat meningkatnya motivasi belajar siswa terhadap

mata pelajaran IPS.

d. Diharapkan dapat mengembangkan pemahaman pembelajaran,

kreatifitas, dan karakter siswa melalui keterampilan sosial sehingga

mampu menyelesaikan permasalahan secara mandiri dalam

kehidupan sehari-hari.

e. Diharapkan dapat merubah paradigma dan iklim belajar IPS kearah

yang lebih positif, menyenangkan dan penuh makna.

f. Menggunakan keterampilan sosial sebagai bekal baik untuk studi

lanjutan maupun dalam kedhidupan sehari-hari.

E. SISTEMATIKA PENELITIAN

Sistematika Penelitian dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini secara garis besar peneliti memaparkan mengenai latar

belakang masalah, rumusan, tujuan dan manfaat penelitian serta

sistematika penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi pemaparan konsep-konsep yang mendukung

penelitian yaitu terkait Keterampilan Sosial dan pengembangan

Model Pembelajaran Otentik yang diambil dari berbagai literatur,

(17)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh

untuk menyelesaikan penelitian, dimulai dari persiapan, prosedur

pelaksanaan, analisis data yang mencakup sumber data, teknik

pengumpulan dan alat pengumpul data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian yang didasarkan pada data,

fakta, dan informasi yang dikolaborasikan dengan berbagai literatur

yang menunjang.

BAB V KESIMPULAN

Memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian yang

(18)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII A di SMP

Negeri 7 Bandung, yang beralamat di Jalan Ambon No. 10, Kota

Bandung.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A di

sekolah SMP Negeri 7 Bandung. Jumlah siswa 37 dalam kelas

tersebut yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.

Kolaborator juga sebagai observer peneliti adalah Bu Lina, yaitu guru

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Alasan peneliti memilih kelas

VII A untuk dilakukan penelitian karena pada saat pra penelitian

peneliti melihat bahwa dalam kelas VII A terdapat banyak siswa yang

kurang memiliki keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS. Terlihat

dari kurangnya kesadaran mereka dalam memahami perbedaan antara

mereka di dalam kelas. Adanya permasalahan tersebut membuat

peneliti untuk mencari solusi agar masalah tersebut dapat terpecahkan.

Dengan adanya penelitian di harapkan pada proses pembelajaran

selanjutnya dapat menumbuhkan keterampilan sosial siswa dalam

kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran IPS, selain itu juga siswa

dapat menyukai pembelajaran IPS karena materi-materi yang

diajarkan dapat ditemukan di kehidapan dalam bermasyarakat yang

setiap waktu dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang ada di

(19)

38

B. Desain Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model

siklus Hopkins, karena peneliti menganggap model siklus ini sesuai

dengan tema dan tujuan dari penelitian ini. Hopkins diadopsi dari

David Hopkins (2011, hlm. 90-98) model ini menunjukkan bentuk

alur kegiatan penelitian yang dimulai dengan empat tahapan yaitu

perencanaan, aksi, observasi, dan refleksi.

Tahap pertama dlam perencanaan, pada tahap ini menjelaskan

tentang apa, dimana, oleh siapa, kapan, dan bagaimana penelitian

tindakan kelas itu dilaksanakan. Dalam proses perencanaan peneliti

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

digunakan pada saat pembelajaran. Selain itu, dalam tahap

perencanaan peneliti juga menyusun instrumen penelitian dalam

rangka mempermudah peneliti untuk proses penelitian tersebut. Tahap

kedua dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan tindakan sebagai

implementasi rencana yang sudah disiapkan sebelumnya. Pelaksanaan

tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus dimana banyaknya

siklus ditentukan oleh berhasil atau tidaknya penerapan pembelajaran

otentik yang dilakukan oleh peneliti. Tahap ketiga dalam penelitian

tindakan kelas yang dilakukan peneliti adalah observasi, pada tahap

ini merupakan observasi yang dilakukan peneliti pada saat observasi

pada waktu tindakan di kelas berlangsung. Peneliti mengamati dan

mencatat apa saja yang terjadi dikelas pada saat penelitian tindakan

kelas dilakukan, hal ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang

akurat untuk melaksanakan tindakan siklus berikutnya. Dan tahap

keempat skaligus tahap terakhir dalam penelitian ini adalah refleksi,

pada tahap ini adalah kegiatan untuk mengemukakan apa yang sudah

dilakukan dalam penelitian tersebut, kemudian mendiskusikan

kembali rencana selanjutnya agar masalah mengenai keterampilan

(20)

39

[image:20.595.141.499.144.679.2]

HASIL

Gambar 3.1 Desain Penelitian Model David Hopkins

ditafsirkan dari Hopkins (2011, hlm. 91-96). Identifikasi

masalah

Perencanaan

Aksi

Observasi Refleksi

Observasi

Refleksi

Perencanaan Ulang

(21)

40

1. Identifikasi Masalah

Ide pemikiran yang diajukan peneliti, yaitu penerapan

model pembelajaran otentik dalam pembelajaran IPS sebagai

upaya meningkatkan keterampilan sosial siswa diharapkan dapat

memecahkan masalah yang ada di dalam kelas VII-A SMPN 7

Bandung. Permasalahan yang ditemukan di lapangan

menunjukkan bahwa siswa kurang memiliki keterampilan social.

Melalui pembelajaran otentik diharapkan siswa mampu

meningkatkan keterampilan sosial.

2. Perencanaan

Rencana merupakan hal yang terpenting sebelum

melakukan tindakan penelitian ini yang diharapkan dapat

memecahkan masalah yang terjadi di kelas. Pada penelitian ini

rencana tindakan bersifat fleksibel, hal ini dimaksudkan agar

penelitian lebih bersifat mudah dan menyesuaikan dengan apa

yang telah direncanakan dari jauh-jauh hari untuk melakukan

penelitian ini. Dalam penelitian tindakan ini merupakan tantangan

dalam proses pembelajaran dan mengenal rintangan yang

sebenarnya. Setelah melalui tahap proses identifikasi masalah

dengan observasi awal ke SMP Negeri 7 Bandung. Berdasarkan

observasi awal kesekolah tersebut peneliti menemukan masalah

yaitu kurangnya keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran

IPS. Hal ini terlihat dari kurangnya keterampilan sosial siswa

dalam proses pembelajaran. Tahapan perencanaan yang akan

dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Menentukan kelas yang akan dijadikan penelitian

yaitu kelas VII A

2. Melakukan pengamatan pra penelitian terhadap

(22)

41

3. Meminta kesediaan mitra yaitu guru pelajaran IPS

di SMP Negeri 7 Bandung untuk mengamati proses

belajar mengajar yang akan dilaksanakan di kelas

penelitian.

4. Menyusun kesepakatan dengan kolaborator untuk

menentukan waktu penelitian dilaksanakan.

5. Menentukan media pembelajaran yang akan

digunakan pada saat penelitian.

6. Mempersiapkan silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan pada

tahap penelitian.

7. Menyusun alat observasi yang akan digunakan pada

saat penelitian. Mempersiapkan hal-hal yang

mendukung penggunaan media pembelajaran.

8. Merencanakan untuk melakukan diskusi dengan

kolaborator berdasarkan hasil pengamatan yang

berkaitan dengan keterampilan sosial siswa dengan

menggunakan model pembelajaran otentik.

9. Membuat rencana untuk melakukan

perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan yang ditemukan

setelah berdiskusi dengan kolaborator.

10.Merencanakan untuk mengolah data yang diperoleh

setelah penelitian selesai.

3. Tindakan (act)

Selanjutnya, yang harus diperhatikan adalah

langkah-langkah tindakan atau pelaksanaan yang terkontrol secara

seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan ini merupakan

kegiatan praktis yang terencana. Hal ini dapat terjadi jika tindakan

(23)

42

terukur. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah

disusun bersama antara peneliti bersama dengan mitra

peneliti di sekolah, pada tahap perencanaan yaitu tindakan

yang sesuai dengan silabus dan rencana pengejaran yang

telah disusun.

b. Menerapkan tugas kepada siswa untuk mengidentifikasi

masalah-masalah yang terjadi di lingkungan mereka

diantaranya di lingkungan sekolah, rumah dan sebagainya

sebagai upaya menumbuhkan keterampilan social pada

siswa.

c. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil identifikasi

mereka mengenai permasalah yang terjadi di lingkungan

sosial mereka

d. Menerapkan tugas kepada siswa untuk mengidentifikasi

penyebab terjadinya permasalahan di lingkungan sekitar

mereka sebagai upaya membentuk keterampilan social

pada siswa.

e. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil identifikasi

mereka mengenai penyebab permasalah yang terjadi di

lingkungan sekitar mereka.

f. Menerapkan tugas kepada siswa untuk memikirkan solusi

dari permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar

mereka dalam rangka mengaplikasikan keterampilan social

yang dimiliki siswa.

g. Meminta siswa mengaplikasikan solusi yang mereka

(24)

43

Penerapan materi-materi tentang lingkungan dan kondisi

sosial menggunakan media power pointt dan observasi langsung di daerah kawasan Bandung Utara tentang kondisi geografis

Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran otentik pada

siklus pertama merupakan hasil dari identifikasi masalah di kelas.

Selanjutnya, pada siklus kedua dan seterusnya materi yang

dipersiapkan untuk siswa cukup bervariatif berdasarkan hasil

observasi dan revisi kembali setelah tindakan dilakukan. Hal ini

dilakukan untuk melihat perkembangan siswa tentang

keterampilan sosialnya.

4. Pengamatan (Observe)

Observasi di dalam PTK mempunyai fungsi

mendokumentasi impilkasi tindakan yang diberikan pada siswa

yang disini berperan sebagai subjek. Jadi, observe mempunyai

manfaat yang beranekaragam di dalam penelitian, seperti memiliki

orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu

sekarang, dan masa yang akan datang.

Dalam tahap ini pelaksanaan observasi atau pengamatan

dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Pada

kegiatan observasi ini peneliti melakukan :

a. Pengamatan terhadap kelas VII-A yang sedang diteliti

b. Pengamatan tentang perilaku siswa yang berkaiatan dengan

keterapilan sosialnya

c. Pengamatan kesesuaian materi yang disajikan peneliti pada

saat KBM dengan tujuan yang ingin di capai peneliti.

d. Pengamatan tentang pendapat-pendapat yang di ajukan

siswa ketika proses KBM.

e. Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam

bertanggungjawab, bertoleransi, dan bekerjasama denga

(25)

44

Pada tahap ini peneliti melakukan peninjauan kembali

terhadap siswa dan guru di kelas dan mencatat kekurangan dalam

setiap tindakan yang dilakukan sebelumnya untuk direvisi menjadi

perencanaan baru dan tindakan selanjutnya.

5. Refleksi (reflect)

Pada tahap ini peneliti bersama guru secara bersama-sama

mengkaji proses, masalah persoalan, dan kendala yang nyata

dalam tindakan yang telah dilakukan, sekaligus

mempertimbangkan berbagai persfektif yang mungkin terjadi

dalam situasi sosial kelas.

Kegiatan pada penelitian ini dilakukan dalam bentuk

diskusi yang memiliki aspek evaluatif - refleksi yang

memberikan dasar bagi perbaikan dalam bentuk perubahan atau

revisi untuk rencana tindakan selanjutnya. Pada tahap ini peneliti

dan kolaborator melakukan evaluasi dan revisi terhadap seluruh

proses penelitian. Pada kegiatan ini peneliti melakukan :

a. Kegiatan diskusi balikan dengan mitra peneliti dan siswa

setalah tindakan dilakukan.

b. Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk siklus

selanjutnya.

(26)

45

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian

Tindakan Kelas atau PTK memiliki peran yang sangat penting dan

strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila

diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan

baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar

mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan

masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui

tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau

memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati

pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.

Diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah

PTK.

Ebbut dalam Hopkins (2011, hlm. 88), menyebutkan bahwa

penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan

pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan

tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka

mengenai hasil dari tindakan tindakan tersebut. Jadi dalam hal ini, guru

merencanakan segala sesuatunya dengan matang dengan tujuan

menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kelas pada saat kegiatan

belajar mengajar sehingga mampu menyelesaokan permasalahan yang

terjadi tentunya dengan berbagai metode pengajaran dan pendekatan yang

beragam.

Metode penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memperbaiki

proses belajar mengajar di kelas VII-A SMP Negeri 7 Bandung dengan

materi-materi tentang lingkungan dan kondisi social yang beraneka ragam

dari mulai fenomena-fenomena alam yang terjadi di global dan yang

terjadi di lingkungan sekitar siswa hingga perkembangan masyarakat dari

(27)

46

penerapan model pembelajaran otentik dalam pembelajaran IPS sebagai

upaya meningkatkan keterampilan social siswa.

D. Definisi Operasional

1. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial merupakan bentuk perilaku, perbuatan

dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi

dengan orang lain disertai dengan ketepatan dan kecepatan

sehingga memberikan kenyamanan bagi orang yang berada

disekitarnya (Chaplin dalam Suhartini, 2004, hlm. 18). Indikator

keterampilan sosial pada penelitian ini adalah:

a. Siswa mempunyai sikap toleransi dalam

menghargai perbedaan agama diantara mereka.

b. Siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam

mengerjakan tugas kelompok.

c. Siswa harus mempunyai sikap tanggung jawab

dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

2. Pembelajaran Otentik

Pembelajaran Otentik merupakan pembelajaran dengan

memanfaatkan sumber belajar dari lingkungan sehingga siswa

tidak hanya menghafal materi yang disampaikan tapi juga

memahami makna yang terdapat dalam konsep pembelajaran

(Shapiro, 2006 dalam pidato rektor pada wisuda gel. III UPI 2013)

Pembelajaran harus didesain sebagai proses di mana siswa

mencari jawaban tentang apa yang menjadi perhatiannya, dan

berusaha untuk memberi makna atas pengalamannya.

Pembelajaran otentik mencakup dua aspek yaitu soft skills misalnya dalam kemampuan yang bersifat ilmiah, penilaian diri,

(28)

47

berpikir kreatif dan kritis juga keterampilan lain yang

berhubungan dengan aspek akademik.

Dengan mempelajari kondisi lingkungan dan social secara

utuh dan pemanfaatannya sebagai sumber belajar siswa menjadi

semakin termotivasi dalam mengetahui lebih banyak tentang

lingkungan dan kondisi sosialnya dan siswapun akan mampu

membangun keterampilan sosialnya.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur ketercapaian dari tujuan penelitian ini, maka

diperlukan suatu alat evaluasi atau sering disebut dengan instrumen

penelitian. Intrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

memperoleh data yang berada di lapangan. Dalam penelitian ini data yang

dibutuhkan yaitu keterampilan sosial pada siswa. Untuk mengumpulkan

semua data yang berada di lapangan diperlukan pedoman observasi dan

wawancara.

Observasi menurut Sanjaya (2009, hlm. 86) adalah teknik

mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang

berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang

akan diamati atau diteliti. Lembar observasi yang digunakan untuk

mengukur rasa ingin tahu siswa terdiri dari beberapa indikator. Penilaian

keterampilan sosial yang berada dalam diri siswa terdiri dari kegiatan

toleransi, kerjasama dan tanggung jawab. Kegiatan atau aktivitas toleransi,

kerjasama dan tanggung jawab akan dibagi ke beberapa indikator.

Indikator-indikator di bawah ini merupakan alat bantu peneliti dalam

melaksanakan penelitian. Indikator ini dapat membantu untuk

menganalisis dan merefleksi semua tindakan yang dilakukan peneliti pada

saat melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Indikator tersebut dapat dilihat

(29)
[image:29.595.149.519.166.718.2]

48

Tabel 3.1 Indikator tingkat keterampilan sosial dalam penelitian tindakan

kelas menggunakan penerapan model pembelajaran otentik (authentic

learning)

Nilai Indikator

Keterampilan Sosial Toleransi a. Saling menghargai

perbedaan agama.

b. Menerima saran

dan pendapat dari

orang lain.

c. Menerima

perbedaan

pendapat.

Kerjasama a. Saling membantu

antar anggota

kelompok.

b. Rela berkorban

demi

kelompoknya.

c. Menyamakan

pendapat antar

anggota dengan

tujuan untuk

meningkatkan

hubungan

kerjasama dalam

kelompok

walaupun terdapat

(30)

49

Tanggung Jawab a. Kesadaran akan

kewajiban

mengerjakan

tugas kelompok.

b. Patuh pada aturan

kelompok.

c. Bertanggung

jawab menjaga/

memelihara

benda

peninggalan

sejarah.

Menurut Denzin dalam Wiriaatmadja (2008, hlm 117) wawancara

merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada

orang-orang yang diangggap dapat memberikan informasi atau

penjelasan hal-hal yamg dipandang perlu. Sedangkan menurut Sanjaya

(2009, hlm. 96) adalah teknik mengumpulkan data dengan menggunakan

bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media

tertentu. Data yang akan digunakan pada saat wawancara seperti

bagaimana keterampilan sosial dengan penerapan pembelajaran otentik

dalam pelajaran IPS serta adakah perubahan yang terjadi pada saat proses

pembelajaran di kelas dengan penerapan pembelajaran otentik tersebut.

Dari data tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih

selain dari observasi.

Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen dalam

Sukmadinata, (2009, hlm. 221), baik dokumen tertulis, gambar maupun

elektronik. Dokumen yang dikumpulkan disesuaikan dengan tujuan dan

fokus masalah dari penelitian tindakan kelas tersebut. Studi dokumenter

(31)

50

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang diadakan ketika pembelajaran IPS

dan gambar foto saat pelaksanaan proses penelitian berlangsung.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan

untuk mengumpulkan data kemudian mengolahnya agar tercapainya tujuan

penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan untuk mengolah data

yang digunakan adalah observasi, studi dokumentasi, wawancara dan

catatan lapangan

1. Observasi

Observasi ini dilakukan terhadap guru berupa tanggapan akan

keterlaksanaan model pembelajaran otentik. Menurut Hopkins (2011,

hlm. 152-153) observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi

terbuka dengan tujuan agar pengamat mampu menggambarkan secara

utuh atau mencatat poin-poin inti proses pengajaran tersebut, kemudian

mampu merekonstruksi proses implementasi tindakan perbaikan yang

dimaksud dalam diskusi balikan. Observasi terbuka ini memfokuskan

pada hal-hal yang menjadi data untuk melihat aktivitas guru dan siswa

pada saat proses pembelajaran dengan pemanfaatan model

pembelajaran otentik untuk menumbuhkan keterampilan sosial siswa

dalam pembelajaran IPS. Hasil dari penelitian ini akan didiskusikan

kembali dengan kolaborator untuk dijadikan sebagai bahan refleksi

untuk tindakan selanjutnya.

2. Wawancara

Wawancara ini dilakukan terhadap siswa beserta guru mata

pelajaran di sekolah yang dijadikan penelitian. Wawancara ini bersifat

wawancara tidak terstruktur. Hal ini dilakukan agar peneliti

mendapatkan informasi secara lebih mendalam. Dalam wawancara

tidak terstruktur peneliti belum mengetahui secara pasti data apa saja

(32)

51

dianalisis dan peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan

berikutnya (Sugiono, 2013 : 198).

3. Studi Dokumentasi

Pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagi bahan

data informasi sesuai dengan masalah peneliti. Dokumen-dokumen ini

yang berkaitan dengan pembelajaran IPS. Studi dokumen yang diambil

oleh peneliti adalah berupa kurikulum dan pedoman pelaksanaannya,

silabus, RPP, tugas siswa, buku teks yang digunakan oleh siswa dalam

belajar serta foto atau rekaman dalam proses belajar pembelajaran.

4. Catatan Lapangan

Untuk menunjang pengambilan data-data lain yang berkembang

selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat menggunakan catatan

lapangan untuk mencatat kemajuan, persoalan yang dihadapi dan

solusinya. Dalam catatan lapangan juga dapat mencatat hasil-hasil

refleksi dan hasil diskusi. Catatan lapangan merupakan catatan yang

dibuat oleh peneliti yang memuat secara deskriptif berbagai kegiatan

sekolah, suasana kelas, iklim sekolah, berbagai bentuk interaksi sosial

yang terjadi didalam peneliti penelitian tersebut. Catatan lapangan

dilakukan dengan mempelajari pokok pembicaraan dalam pengamatan

gambar tentang segala sesuatu peristiwa yang dilihat, didengar, dan

dialami selama kegiatan berlangsung.

G. Analisis Data dan Validasi Data

Berikut ini akan dijabarkan bentuk pengolahan data yang

digunakan peneliti dalam penelitian tindakan kelas menggunakan desain

(33)

52

1) Analisis Data

Menurut Sanjaya (2011, hlm. 106) menganalisis data yaitu suatu

proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk

mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga

memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Pengolahan data dilakukan dalam rangka mengartikan dan

menjelaskan data dan fakta-fakta yang didapat dari lapangan. Pada

penelitian ini teknik analisis data yang dilakukan dalam dua aspek,

yaitu kuantitatif dan kualitatif.

a. Kuantitatif

Pengolahan data dengan menggunakan dengan cara kuantitatif

adalah data-data yang didapatkan dalam penelitian yang

berupa angka-angka. Melalui pengolahan data kuantitatif,

peneliti dapat mengetahui seberapa besar kemampuan berpikir

kritis yang dimiliki siswa pada awal pembelajaran dan seberpa

besar perubahan yang terjadi saat penelitian tindakan kelas ini

dilakukan. Teknik analisis yang dilakukan memang sederhana.

Komalasari (2010: 156) memberikan cara penghitungan dalam

menganalisis data kuantitatif, yaitu:

Jumlah skor total subjek

Jumlah skor maksimal

Jumlah skor persen

Jumlah total persen

Skor Presentase = X 100%

(34)

53

b. Kualitatif

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011, hlm. 336),

menyatakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga data sudah jenuh. Aktifitas dalam

analisis data ini yaitu, reduksi data, kategorisasi, validasi data,

dan interpretasi data. Adapun tahapan analisis data menurut

Sanjaya (2011, hlm.106) :

1) Reduksi data.

Kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah.

Pada tahap ini guru dan peneliti mengumpulkan semua

instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

kemudian dikelompokkan berdasarkan fokus masalah dan

hipotesis.

2) Mendeskripsikan Data.

Data yang telah dipilih sesuai dengan fokus masalah

kemudian dideskripsikan sehingga data yang telah

diorganisir menjadi bermakna. Mendeskripsikan data bisa

dalam bentuk naratif, membuat grafik atau menyusunnya

dalam bentuk tabel.

3) Membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data.

Dalam proses penelitian menganalisis dan

menginterpretasi data merupakan langkah yang sangat

penting. Sebab data yeng terkumpul tidak berarti apa-apa

tanpa dianalisis dan diberi makna melalui interpretasi

data. Proses analisis dan interpretasi data dalam penelitian

tindakan kelas diarahkan untuk mengumpulkan informasi

yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan

pertanyaan penelitian. Maka hasilnya dapat menjawab

(35)

54

2) Validasi Data

Validasi data yaitu mengusahakan tercapainya aspek kebenaran

tentang hasil penelitian. Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2008,

hlm. 168), ada beberapa validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian

tindakan kelas, yaitu:

a) Member Check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selam observasi atau wawancara

dari nara sumber, apakah keterangan atau informasi, atau penjelasan

ini tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipatikan

keajegannya, dan data itu terperiksa kebenarnnya.

b) Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang ada dengan membandingkan hasil dari orang lain,

misalnya mitra peneliti, yang hadir dan menyaksikan situasi yang

sama. Triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni

sudut pandang guru, siswa dan yang melakukan pengamatan atau

observasi (peneliti).

c) Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran hasil penelitian beserta prosedur dan metode pengumpulan data dengan mengkonfirmasikan

buku-buku temuan yang diperiksa dan dicek kesahihannya kepada

sumber data pertama guru dan siswa

d) Expert Opinion, yaitu pengecekan terakhir terhadap temuan-temuan penelitian oleh pakar yang professional dibidang ini, yakni dosen

pembimbing. Pada tahapan akhir ini dapat dilakukan perbaiakan,

modifiaksi, atau penghalusan berdasarkan arahan atau opini pakar

(pembimbing), selanjutnya analisis yang dilakukan akan

meningkatkan derajat kepercayaan penelitian yang dilakukan.

e) Key respondent review, yaitu meminta salah seorang atau beberapa mitra peneliti atau orang yang banyak mengetahui tantang penelitian

tindakan kelas, untuk membaca draft awal laporan penelitian dan

(36)

222

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan berisi kesimpulan dan saran yang diajukan oleh peneliti

kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan dari hasil pengamatan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi pada siklus I,

II, III dan IV pada pembelajaran IPS di kelas VII A SMP Negeri 7 Bandung mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Otentik (Authentic Learning) dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial” peneliti mengambil

kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. Adapun kesimpulan umum dan khusus

sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

umum yaitu: penerapan model pembelajaran otentik dalam mata pelajaran IPS

dapat menumbuhkan keterampilan sosial siswa di kelas VII A SMP negeri 7

Bandung. Adapun kesimpulan khusus yang peneliti rumuskan yaitu:

1. Persiapan guru dalam mendesain pembelajaran IPS melalui penerapan

model pembelajaran otentik di kelas VII A. Persiapan yang dilakukan

peneliti dalam mendesain pembelajaran IPS terlebih dahulu berkolaborasi

dengan guru mitra untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) berbasis KTSP, silabus, media dan sumber belajar berupa

lingkungan sosial disekitar siswa yang akan digunakan. Pada persiapan

pembelajaran IPS guru menerapkan pembelajaran otentik untuk

menumbuhkan keterampilan sosial siswa melalui pembelajaran IPS.

(37)

223

data hasil penelitian yaitu lembar observasi guru dan siswa, lembar

wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.

2. Guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS dengan penerapan model

pembelajaran otentik untuk menumbuhkan keterampilan sosial.

Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran

otentik menggunakan berbagai metode pembelajaran diantaranya role-playing, program-based learning dan project-based learning yaitu dengan melakukan kegiatan pembelajaran secara individu dan kelompok dimana

setiap kegiatan siswa dihadapkan pada suatu permasalahan disekitarnya

lalu siswa menganalisis masalah yang mereka temui. Siswa dituntut

mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut melalui

kemampuannya tersebut siswa akan menunjukan keterampilan sosial yang

siswa miliki seperti melaksanakan kerjasama, tanggungjawab juga toleransi

terhadap sekitarnya.

3. Penerapan model pembelajaran otentik dalam meningkatkan keterampilan

sosial pada siswa yang dilaksanakan pada kelas VII A, peneliti yang

berperan sebagai guru pelaksana dalam pembelajaran dikelas memiliki

banyak kendala dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran otentik. Adapun kendala-kendala yang peneliti rasakan pada

saat penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Siswa belum terbiasa belajar di luar kelas,

b. Ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran otentik di luar kelas

guru sulit mengarahkan siswa yang terpecah konsentrasinya

c. Masih kurangnya interaksi antara guru dan siswa pada siklus I dan

II.

d. Kurangnya motivasi dan toleransi dengan anggota kelompoknya

e. Saat pendalaman materi guru kurang mengeksplorasi lebih dalam

(38)

224

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa guru

seharusnya bisa memfasilitasi kegiatan siswa, menciptakan kelas

yang lebih kondusif pada saat kegiatan belajar mengajar baik itu di

dalam maupun di luar kelas, dan guru dapat berperan sebagai

pembimbing disetiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh

siswa.

4. Berdasarkan kendala-kendala pada saat malakukan penerapan model

pembelajaran otentik yang telah dikemukakan di atas, berikut upaya/

solusi untuk menanggulangi masalah tersebut:

a. Guru harus membiasakan siswa untuk belajar mengamati

lingkungan sosial di luar kelas,

b. Guru berusaha lebih tegas terhadap siswa dan membuat kegiatan

belajar lebih tersruktur agar siswa mudah diarahkan.

c. Guru harus lebih berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran

berlangsung di luar maupun di dalam kelas.

d. Guru harus bisa memotivasi kepada siswa dan menanamkan

karakter rela berkorban demi kelompoknya.

e. Guru harus berusaha agar materi yang disampaikan mudah untuk

dimengerti siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

lebih aktif.

Setelah menggunakan penerapan model pembelajaran otentik

dalam pembelajaran IPS dapat menumbuhkan keterampilan sosial

siswa kelas VII A. Dilihat dari ketercapaian seluruh indikator

keterampilan sosial siswa. Perubahan tumbuhnya keterampilan

sosial siswa diperoleh dari hasil pengamatan yang dituangkan

melalui catatan-catatan yang dibuat oleh observer dan peneliti.

Seperti pada siklus ke-I keterampilan kerja sama siswa masih

mendapat penilaian kurang, pada siklus ke-II terjadi peningkatan

(39)

225

Siklus ke-III sudah masuk pada kategori baik dan hasil penelitian

siklus ke-IV juga terjadi peningkatan namun tidak terlalu besar.

B. Saran

Mengacu pada pembahasan mengenai Penerapan Model Pembelajaran

Otentik dalam pembelajaran IPS untuk menumbuhkan keterampilan sosial dikelas

VII A SMP negeri 7 Bandung, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Untuk Siswa

a. Menumbuhkan keterampilan sosial siswa pada pembelajaran IPS ini

harus lebih ditingkatkan lagi sehingga dalam pembelajaran selanjutnya

bisa lebih aktif.

b. Siswa diharapkan lebih mempunyai sikap toleransi, kerjasama, dan

tanggung jawab dalam mengerjakan tugas individu maupun kelompok

yang diberikan oleh guru.

2. Untuk Guru

a. Pengoptimalan kinerja guru dalam melaksanakan langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajarn otentik yang

disesuaikan dengan kebutuhan standar kurikulum yang berlaku juga

harus dibarengi dengan kemampuan guru mengeksplorasi materi

pembelajaran agar lebih menarik dan sesuai dengan perkembangan

jaman. Khususnya dalam pembelajaran IPS guru harus senantiasa

memperbaharui pengetahuannya yang berkaitan dengan perkembangan

masyarakat yang merupakan sumber kajian IPS.

b. Guru harus bisa menciptakan suasana yang baru pada saat

pembelajaran IPS sehingga siswa tidak merasa jenuh pada saat

mengikuti pembelajaran berlangsung.

3. Untuk Sekolah

(40)

226

pembelajaran dalam pembelajaran, sehingga siswa lebih bersemangat

dalam belajar dan juga tumbuhnya keterampilan sosial pada diri siswa.

b. Pihak sekolah bisa memfasilitasi pada saat proses pembelajaran

berlangsung dengan menunjang sarana dan prasarana agar

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian Model David Hopkins
Tabel 3.1 Indikator tingkat keterampilan sosial dalam penelitian tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Adapun permasalahan yang di tetapkan dalam penulisan skripsi mengenai Pembatalan Hak Sewa Bangunan Oleh Ahli Waris Terhadap Ruko Yang Dibangun Di Atas Tanah Milik Orang Lain (Studi

[r]

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah berapa panjang tiang menonjol diatas tanah, pada prinsipnya penonjolan ini harus sependek mungkin untuk menghindari kemungkinan

Indikator kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang mengacu pada indikator kinerja pembangunan daerah Kabupaten Batang yang telah ditetapkan dalam

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan siswa kelas XI SMK Daarut Tauhiid Boarding School dalam menulis karangan eksposisi yang masih rendah, terbukti

Nilai laju penurunan temperatur hasil pengujian dengan pemakaian swirl fan pada rentang daya input 95 s/d 120 Watt dan variasi kecepatan 2,8; 4,3 dan 6,6 m/s lebih besar

Bagaiman mungkin orang yang dihatinya terdapat cinta Tuhan seberat separuh biji atom, bias mendengar ucapan