• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGGUNAAN MAMONAKU, SUGU, SASSOKU, TADACHINI SEBAGAI SINONIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGGUNAAN MAMONAKU, SUGU, SASSOKU, TADACHINI SEBAGAI SINONIM."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN MAMONAKU, SUGU, SASSOKU,

TADACHINI SEBAGAI SINONIM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sarjana

Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Oleh :

Anneu Suryani

NIM : 0900352

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

ANALISIS PENGGUNAAN MAMONAKU, SUGU, SASSOKU,

TADACHINI SEBAGAI SINONIM

Oleh

Anneu Suryani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Anneu Suryani 2014

UniversitasPendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Penggunaan Mamonaku, Sugu, Sassoku, Tadachini sebagai

Sinonim

Nama : Anneu Suryani

NIM : 0900352

NO.SK : 170/UN40.3.5.3/DT/2013

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Susi Widianti, S.Pd.,M.Pd.,M.A. Juju Juangsih, M.Pd.

NIP. 197312032003122001 NIP.197308302008122002

Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Dra.Neneng Sutjiati, M.Hum

(4)

Analisis Penggunaan Mamonaku, Sugu, Sassoku, Tadachini Sebagai Sinonim

Anneu Suryani

0900352

ABSTRAK

Dalam bahasa Jepang terdapat berbagai macam kelas kata sama seperti halnya bahasa yang lain, diantaranya yaitu verba, nomina, adjektiva, adverbia dan lain sebagainya. Masing-masing dari kelas kata tersebut tentunya memiliki fungsi dan peranan yang penting demi terciptanya komunikasi yang lancar dan alamiah. Penelitian ini mengkaji salah satu jenis kelas kata yaitu adverbia, atau dalam bahasa Jepang dikenal dengan fukushi. Fukushi yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah jikan kankei nofukushi atau adverbia yang berhubungan dengan waktu diantaranya adalah mamonaku, sugu, sassoku, tadachini. Keempat objek tersebut memiliki kesamaan yaitu jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna “segera”. Untuk mamonaku, muncul makna lain yaitu “sebentarlagi”, “tidak lama lagi”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Dengan metode tersebut dapat kita ketahui persamaan, perbedaan, kondisi atau situasi seperti apakah penggunaannya, dan apakah keempat objek tersebut dapat saling menggantikan dalam satu kalimat yang sama.

Hasilnya menunjukkan bahwa keempat fukushi tersebut memiliki kesamaan yaitu padanan kata dalam bahasa Indonesia adalah “segera”, dan untuk mamonaku muncul padanan lain yaitu “sebentar lagi”, “tidak lama lagi”. Perbedaannya terdapat pada subjek, predikat, serta situasi penggunaannya.

Subjek yang mengikuti mamonaku dapat berupa orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Hal ini serupa dengan subjek yang mengikuti sugu maupun tadachini. Tetapi subjek yang mengikuti sassoku hanya orang pertama dan ketiga saja. Kemudian perbedaan dari keempat objek tersebut dilihat dari predikat yang mengikutinya, predikat yang mengikuti mamonaku dapat berupa doushi (kata kerja), i-keiyoushi(adjektiva-i), na-keiyoushi (adjektiva-na), dan meishi(kata benda), begitupun dengan predikat yang mengikuti sugu. Untuk sassoku predikat yang mengikutinya hanya berupa doushi (kata kerja) saja. Sedangkan tadachini, predikat yang mengikutinya adalah doushi (kata kerja), i-keiyoushi(adjektiva-i), na-keiyoushi (adjektiva-na).

(5)

atau harapan kita, kemudian keinginan atau harapan tersebut segera kita wujudkan dalam bentuk sebuah tindakan.Tadachini digunakan untuk menggambarkan kejadian-kejadian yang bersifat darurat atau urgent.

Baik mamonaku dan sugu dapat saling menggantikan, hanya saja nuansanya akan terasa berbeda, begitupun dengan sugu dan sassoku. Akan tetapi pada kalimat yang bersubjek orang kedua, sassoku tidak dapat menggantikan posisi sugu. Pada sassoku dan tadachini dapat saling menggantikan namun nuansa nya akan berbeda, dan hanya pada kalimat-kalimat tertentu sassoku dapat menggantikan posisi tadachini. Kemudian sugu dan tadachini pada beberapa jenis kalimat dapat saling menggantikan, tetapi pada kalimat yang menggambarkan letak sebuah benda atau tempat yang jaraknya berdekatan, tadachini tidak dapat menggantikan sugu.

(6)

Analyswas the usage of Mamonaku, Sugu, Sassoku, Tadachini as synonym adjectival, adverbial, and etc. Each of these word classes certainly had its own rule and function which was significant to establish a smooth and scientific communication. The research analyzed one of word classes which was adverbial or in Japanese known as fukushi. Fukushi that became focus in the research werejikan kankei nofukushi or adverbial which was connected with time; mamonaku, sugu, sassoku, tadachini. These four objects had similarities, if we translated them into Indonesian the meaning was „soon‟. For mamonaku, there was another meaning „momentarily‟, „no longer‟.

The method used in this research was analysis descriptive. By using this method, we were able to know what the similarities, differences of these objects were, how the usage of these objects based on condition or situation and were these objects interchangeable if we put them in the same sentence.

The result showed that the four fukushihad similarities in the meaning which was „soon‟ while for mamonaku, it had other meaning, such as „momentarily‟ and „no longer‟. The differences placed on the subject, predicate and the situation when the object used.

(7)

i-mewashi(noun), as well as with predicate following sugu. For sassoku the predicate was only doushi (verb) saja. While tadachini, the predicate following it wasdoushi (verb), i-keiyoushi i), na-keiyoushi (adjectival-na).

Judging from the situation of its usage, mamonaku commonly used in sentences which gave information or announcement, we usually hear it in the train station, or information from television, and other media. Sugu used in sentences that express hope, desire, command, prohibition. Sassoku used when others had given permission of our desires or our expectations, then the desire or hope that soon we realized in the form of an action. Tadachini used to describe events that were emergency or urgent.

Both mamonaku and Sugu were interchangeable, it‟s just going to feel different nuance, as well as with sugu and sassoku. However, in a sentence with second subject, sassoku couldn‟t replace sugu. Sassoku and tadachiniwere interchangeable but its nuances would be different, and only on certain sentences sassoku could replace tadachini . Then Sugu and tadachini on some types of sentences were interchangeable, but in sentences that described the location of an object or place which was close, tadachini couldn‟t replace Sugu .

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional... 6

1.6 Metodologi Penelitian ... 7

1.7 Objek Penelitian ... 8

1.8 Sumber Data ... 8

1.9 Instrumen Penelitian... 8

1.10 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Linguistik ... 11

(9)

2.3 Objek Kajian Semantik ... 13

2.4 Sinonim dan Permasalahannya ... 14

2.5 Pengertian Fukushi ... 16

2.5.1 Jenis-Jenis Fukushi ... 17

2.5.2 Fungsi Fukushi ... 18

2.6 Penggunaan Fukushi Mamonaku, Sugu, Sassoku, Tadachini ... 30

2.7 Penelitian Terdahulu ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Metode Penelitian... 38

3.2 Instrumen dan Sumber Data ... 39

3.3 Teknik Pengolahan Data ... 50

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Penggunaan Fukushi Mamonaku, Sugu, Sassoku, Tadachini sebagai sinonim ... 52

4.2 Analisis Pasangan Kata Mamonaku, Sugu, Sassoku, Tadachini ... 64

4.4.1 Mamonaku Vs Sugu ... 64

4.4.2 Sugu Vs Sassoku ... 65

4.4.3 Sassoku Vs Tadachini... 68

4.4.4 Sugu Vs Tadachini ... 70

4.3 Persamaan Fukushi Mamonaku, Sugu, Sassoku, Tadachini sebagai sinonim ... 72

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

2.7 Penelitian Terdahulu ... 37

3.2 Instrumen dan Sumber Data ... 39

4.3 Persamaan Mamonaku, Sugu, Sassoku, Tadachini Sebagai Sinonim ... 72

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia seperti

halnya air, karena dengan bahasa lah kita dapat berinteraksi dengan manusia

lainnya. Menurut Syamsuddin (1986:2) bahasa adalah alat yang dipakai untuk

membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, juga

sebagai alat untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Dengan dasar pemikiran

seperti itu maka jelaslah penting bagi kita sebagai manusia untuk mempelajari

bahasa. Baik itu bahasa ibu, maupun bahasa asing.

Dalam bahasa apapun kita akan mengenal kelas kata. Adapun

jenis-jenisnya seperti kata kerja atau yang dikenal dengan verba, benda atau nomina,

numeralia atau kata bilangan, adjektiva, adverbia, dan lain sebagainya.

Masing-masing kelas kata tersebut memilki fungsi dan perananan yang sangat penting

demi terciptanya sebuah komunikasi yang lancar dan alamiah. Meskipun telah

memahami berbagai macam kelas kata, kita pasti tidak akan luput dari kekeliruan

yang membuat terhambatnya sebuah komunikasi. Bagi pembelajar bahasa,

terutama pembelajar bahasa asing kerap kali dibuat bingung dengan banyaknya

kata yang memiliki arti yang sama (sinonim) ketika diterjemahkan ke dalam

bahasa ibu. Hal ini kemudian menjadi masalah yang mempengaruhi para

pembelajar untuk bisa memahami bahasa asing yang sedang mereka dalami. Dan

karena kesalahan tersebut bisa saja terjadi kesalahpahaman.

Begitu pun halnya dengan para pembelajar bahasa Jepang yang kerap kali

dipusingkan dengan hal tersebut. Semua ini dikarenakan banyaknya kata-kata

dalam bahasa Jepang ketika diterjemahkan kedalam bahasa ibu (dalam hal ini

(13)

2

bahasa Jepang sering terjebak dalam kesalahan penggunaan kata-kata tersebut.

Semua ini diakibatkan karena ketidak pahaman pembelajar terhadap kata-kata

yang memiliki makna yang sama dalam bahasa ibu, sehingga ketika membuka

kamus bahasa Indonesia-Jepang, lalu menemukan kata yang bermakna sama

pembelajar akan memilih salah satunya tanpa mengetahui benar tidaknya

penggunaannya di dalam sebuah kalimat.

Kekeliruan seperti ini terjadi dalam berbagai kelas kata, termasuk kelas

kata adverbia. Adverbia (Fukushi) adalah kata-kata yang menerangkan verba,

adjektiva, dan adverbia yang lainnya, tidak dapat berubah, dan berfungsi

menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan

pembicara (Matsuoka, 2000 : 344 dalam Sujianto). Selain itu adverbia (fukushi)

pun dapat menerangkan nomina.

Contoh kalimat ber-adverbia:

1) コンサート も 始 。(Hitoko,S et.al, 2010:62)

Konser akan segera dimulai.

2) そ はす 終わ す。(http://ejje.weblio.jp)

Itu akan segera berakhir.

3) テ ン ト を は っ た さ っ そ 森 へ 水 を 出 た 。

(Haruhiko:356)

Setelah memasang tenda,(dia)segera pergi ke hutan untuk

mengumpulkan air.

4) 直ち 出発す 。(Haruhiko:356)

(14)

3

Dilihat dari contoh diatas dapat kita pahami bahwa adverbia (fukushi)

memiliki peranan besar. Banyak dari kata-kata yang termasuk kelas kata ini

memiliki arti yang sama. dan membuat para pembelajar merasa kebingungan dan

merasa kesulitan dalam penggunaannya dikarenakan ketidaktahuan pembelajar

yang diakibatkan oleh kurangnya referensi atau kurang jelasnya penjelasan dari

pengajar, tidak adanya penjelasan yang rinci dalam buku pelajaran dan kamus

yang digunakan, atau masih sulitnya buku-buku tentang kata-kata sinonim yang

beredar di Indonesia, dan lain sebagainya.

Jika kita melihat kembali contoh di atas, adverbia(fukushi) yang

digunakan dalam kalimat tersebut sepintas memiliki makna yang sama jika kita

menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Namun jika ditelaah dari

kontekstual kalimat pastilah terdapat perbedaan yang nantinya dapat menjadi

petunjuk bagi pembelajar untuk menghindari kesalahan penggunaan fukushi,

terutama fukushi mamonaku, sugu, sassoku, dan tadachini.

Keempat fukushi tersebut kerap muncul dalam buku-buku pelajaran yang

digunakan oleh para pembelajar, dan dalam nichijyou nihonggo(bahasa Jepang sehari hari). Jika para pembelajar nantinya berhadapan langsung dengan para

penutur asli, tetapi tidak mengetahui penggunaan dari keempat fukushi tersebut, maka akan menjadi masalah yang berujung pada kesalahpahaman, sehingga

permasalahan tersebut harus ditindak lanjuti dengan penelaahan penggunaan

keempat fukushi tersebut sesuai dengan makna dan kalimat yang umumnya digunakan.

Maka, berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk

mengangkat masalah tentang penggunaan fukushi mamonaku, sugu, sassoku, dan tadachini dan mengadakan penelitian dengan judul:

(15)

4

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Dalam situasi seperti

apakah penggunaan mamonaku, sugu, sassoku dan tadachini?

Secara lebih khusus, perumusan masalah yang akan diteliti terdapat

dalam beberapa pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimanakah penggunaan Mamonaku, Sugu, Sassoku, dan Tadachini dalam sebuah kalimat?

2. Dapatkah fungsi Mamonaku, Sugu, Sassoku, dan Tadachini saling menggantikan dalam sebuah kalimat?

3. Apakah persamaan makna Mamonaku, Sugu, Sassoku, dan Tadachini?

4. Apakah perbedaan makna Mamonaku, Sugu, Sassoku, dan Tadachini?

Agar permasalahan yang ditinjau tidak terlalu luas,maka penulis

membatasi masalah yang akan diteliti yaitu dengan hanya meneliti keempat

fukushi tersebut dari sudut semantik (makna) dan sintaksis (gramatikal) yang

berdasarkan pada konteks penggunaannya pada data dalam konteks bahasa

Jepang. Adapun literatur yang digunakan berupa buku-buku pelajaran, lirik

lagu, kamus, karya ilmiah, contoh-contoh kalima dari internet, dan lain

sebagainya.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan dari

penelitian adalah sebagai berikut:

(16)

5

2. Mengetahui apakah fungsi Mamonaku, Sugu, Sassoku, dan Tadachini dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat.

3. Mengetahui tentang persamaan makna Mamonaku, Sugu, Sassoku, dan Tadachini.

4. Mengetahui tentang perbedaan makna Mamonaku, Sugu, Sassoku, dan Tadachini.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan membahas makna dari keempat fukushi di atas dari sudut semantik (makna) dan sintaksis (gramatikal) dan berdasarkan pada data

dalam konteks bahasa Jepang.

Hasil dari penelitian ini berupa pendeskripsian masing-masing kata, pola

kalimat dan situasi penggunaannya. Dengan demikian hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan terutama di bidang linguistik,

mengurangi kesalahan para pembelajar dalam pemakaian kata-kata yang

bersinonim dan dapat menjawab kebingungan pembelajar terhadap penggunaan

fukushi mamonaku, sugu, sassoku, dan tadachini. Bagi pengajar dan calon peneliti hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

referensi (terutama bagi calon peneliti) yang relevan dalam penelitian di masa

yang akan datang. Dan bagi penulis sendiri diharapkan penelitian ini menjadi

jawaban atas permasalahan yang dialami oleh penulis sendiri, selain itu juga

sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan kemampuan dan keterampilan

(17)

6

1.5 Definisi Operasional

Dalam upaya menghindari adanya penafsiran berbeda terhadap fokus

penelitian, berikut ini dikemukakan definisi operasional yang akan digunakan

dalam menjelaskan berbagai permasalahan yang akan dikaji yaitu sebagai berikut:

1. Analisis

Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penyelidikan

terhadap sebuah peristiwa atau kejadian (karangan,perbuatan,dsb) untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab,duduk perkaranya,dsb)

2. Penggunaan

Penggunaan berasal dari kata guna. Dan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia berarti proses,cara,menggunakan sesuatu.

3. Fukushi

(Matsuoka,2000 : 344 dalam Sujianto) Fukushi adalah kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia yang lainnya, tidak dapat

berubah,dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas,

suasana, atau perasaan pembicara.

Adapun fukushi yang menjadi objek penelitian ini adalah:

a. Mamonaku

Memiliki arti “segera” dalam Bahasa Indonesia. Namun di dalam penggunaannya dalam kalimat Bahasa Jepang, mamonaku menggambarkan suatu kejadian yang tidak lama lagi akan terjadi, atau

suatu perbuatan yang tidak lama lagi akan dilakukan. Dengan kata lain

masih terdapat rentan waktu hingga suatu kejadian ataupun perbuatan

(18)

7

b. Sugu

Dalam Bahasa Indonesia pun dipadankan dengan kata “segera”. Tetapi

dalam penggunaannya dalam kalimat Bahasa Jepang, sugu menggambarkan suatu kejadian akan terjadi atau perbuatan akan

dilaksanakan tanpa adanya rentan waktu.

c. Sassoku

Sama seperti sugu, sassoku pun dipadankan dengan kata “segera” dalam

Bahasa Indonesia, dan dalam kalimat bahasa Jepang menggambarkan

suatu kejadian akan terjadi atau perbuatan akan dilaksanakan tanpa

adanya rentan waktu.

d. Tadachini

Sama seperti sugu dan sassoku, tadachini pun memiliki padanan

kata ”segera” dalam Bahasa Indonesia, dan dan dalam kalimat Bahasa

Jepang menggambarkan suatu kejadian akan terjadi atau perbuatan akan

dilaksanakan tanpa adanya rentan waktu.

4. Sinonim

(Tokugawa,1970:3 dalam Wulandari) menyebutkan bahwa sinonim

merupakan kata-kata yang mengandung makna pusat yang sama namun

berbeda dalam nilai rasa. Atau bisa dikatakan sinonim adalah kata-kata yang

mempunyai denotasi yang sama namun berbeda dalam konotasi. Sinonim

adalah kata-kata yang mempunyai arti yang sama atau mirip.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis, yaitu penelitian yang memberikan gambaran realitas pada objek

(19)

8

dan pengkajian penulis maka metode ini dirasakan cocok untuk digunakan dalam

penelitian ini.

Untuk analisis digunakan teknik subtitusi (pergantian) agar dapat diketahui

bisa tidaknya suatu kata digunakan pada suatu kalimat tertentu. Teknik subtitusi

adalah salah satu teknik analisis berupa penggantian unsur satuan lingual pada

data. Unsur yang diganti adalah unsur yang menjadi bahan analisis. Dengan

teknik ini pada akhirnya bisa diketahui mengapa suatu kata bisa digunakan pada

sebuah kalimat sedangkan sinonimnya tidak bisa. Dengan demikian akan

diperoleh tentang kejelasan perbedaan dan persamaan makna dari kata tersebut.

1.7 Objek Penelitian

Objek penelitian ini berupa kalimat-kalimat yang mengandung fukushi mamonaku,

sugu, sassoku, dan tadachini yang diambil dari berbagai sumber yang dianggap relevan.

1.8 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data

jitsurei dan sakurei. Jitsurei adalah contoh penggunaan yang berupa kalimat dalam teks konkret seperti dalam tulisan ilmiah, surat kabar, novel-novel, dan

sebagainya. Sedangkan sakurei adalah contoh penggunaan yang dibuat oleh peneliti sendiri yang tingkat kebenarannya diterima oleh umum (penutur asli).

(Sutedi 2011:4).

1.9 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan hal penting dalam sebuah penelitian.

Yang dimaksud dengan instrumen penelitian adalah segala alat yang digunakan

untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki, suatu permasalahan dalam

(20)

9

secara objektif. Dalam penelitian ini instrumen penelitian adalah peneliti sendiri

dan studi literatur.

1.10 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik dokumentasi. Arikunto (2002:135) mengatakan “Dokumentasi asal katanya

dokumen, yang berarti barang-barang yang tertulis”. Dalam melaksanakan teknik

dokumentasi, menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, surat

kabar, dokumen dan lain sebagainya.

Untuk pengolahan data akan dipakai teknik pengolahan data kualitatif

dengan melalui tiga langkah kerja yakni :

1. Mengumpulkan data

Data – data penelitian diperoleh dari berbagai macam sumber yang dianggap

relevan dalam membantu pemecahan masalah penelitian ini. Misalnya data

yang bersumber dari buku pelajaran, kamus, jurnal, surat kabar, dialog dalam

acara televisi atau sebuah film. Data tersebut termasuk dalam data konkrit

(jitsurei)

Selain itu data – data penelitian pun diperoleh dari data hasil buatan penulis

sendiri dengan catatan sebelum dimasukan sebagai data penelitian, data hasil

buatan penulis tersebut diperiksa kebenarannya terlebih dahulu (sakurei).

2. Melakukan analisis

Setelah data – data yang dibutuhkan telah tersedia, kemudian dilakukan

analisis terhadap data – data tersebut.Analisis data dilakukan dengan tujuan

untuk mencari persamaan dan perbedaan dari setiap objek penelitian ini. Mula

(21)

10

tersebut dibandingkan satu sama lainnya, lalu salah satu bagian dari data

tersebut digantikan satu sama lainnya.

3. Membuat generalisasi (menyimpulkan)

Setelah melakukan analisis terhadap data – data penelitian, langkah

selanjutnya adalah menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.Dengan

tujuan kesimpulan tersebut merupakan jawaban atas permasalahan yang

(22)

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Metode Penelitian

Menurut Santoso, dalam Rahman (2008), ciri- ciri penelitian ilmiah adalah

sistematis, logis dan empiris. Berdasarkan hal tersebut penelitian dapat dilakukan

dengan dua pendekatan, yaitu: pendekatan rasional - empiris (deduktif /

kuantitatif) dan pendekatan empiris - rasional (induktif / kualitatif). Pendekatan

empiris – rasional berawal dari data – data empiris yang telah ada, kemudian

dilakukan rasionalisasi atau teoritisasi guna menjabarkan data empiris

tersebut.Selain itu pendekatan empiris – rasional memiliki kelebihan sekaligus

kelemahan, diantaranya:

a. Data tidak dipersiapkan secara khusus untuk mengambil keputusan

tertentu, sehingga tidak ada jaminan tentang validitas dan reabilitas

yang optimal dari data yang digunakan.

b. Tidak terarah pada kesimpulan tertentu dan dapat melebar.

c. Rasionalisasi atas data empiris yang ada dapat mendalam, karena

terbatasi pada paradigma teori tertentu, dengan demikian temuan bukan “sekadar” verifikasi teori tertentu, tetapi dapat menemukan “sesuatu” yang baru.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif.Metode analisis deskriptif digunakan untuk menjabarkan fenomena

yang terjadi secara aktual dan faktual. Beberapa pendapat ahli yang berkaitan

dengan pengertian analisis deskriptif diantaranya:

a. Iqbal Hasan (2001:7) menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah

bagian dari statistika yang mempelajari cara pengumpulan data dan

(23)

39

berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan

keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan. Dengan kata statistika

deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan.

Penarikan kesimpulan pada statistika deskriptif (jika ada) hanya

ditujukan pada kumpulan data yang ada.

b. Bambang Suryoatmono (2004:18) menyatakan Statistika deskriptif

adalah statistika yang menggunakan data pada suatu kelompok untuk

menjelaskan atau menarik kesimpulan mengenai kelompok itu saja

c. Menurut Sugiyono (2004:169) Analisis deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi.

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis

deskriptif ini memiliki sifat untuk menjabarkan, menggambarkan, menjelaskan

secara nyata supaya dapat dipahami mengenai fenomena yang saat itu sedang

terjadi.

3.2 Instrumen dan Sumber Data

Data – data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa jitsurei.

Jitsurei ialah data yang merupakan data kualitatif berupa contoh kalimat yang

diambil dari berbagai situs internet, drama Jepang, maupun data- data yang

dipublikasikan.

Adapun sumber – sumber data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Buku teks Nihongo Sou Matome N2

No. Contoh Kalimat Sumber

1 そ 始 う! 日 語総 N2

(24)

40

b. Buku Teks Nihongo Shuuchuu Toreeningu

(25)

41

c. Buku Teks Nihongo Nama Chuukei (Shochuu Kyuuhen)

No. Contoh Kalimat Sumber

1 先約 あ 今 無理 日 語生中継 初中

d. Buku Teks Nihongo Nama Chuukei (Chuujou Kyuuhen)

No. Contoh Kalimat Sumber

(26)

42

e. Buku Teks Joukyuu Dokkai

No. Contoh Kalimat Sumber

1 キ 実

f. Buku Teks Nihongo Nouryoku Shiken (Kanzen Kouryaku)

No. Contoh Kalimat Sumber

1 多 場合 前 あ

g. Tsukaikata no wakaru ruigo reikai jiten

(27)

43

h. The Handbook of Japanese Adjectives and Adverbs

No. Contoh Kalimat Sumber

1 ボ 早 新 い

i. Nihon Go Gakushuu Tsukaiwake Jiten / Effective Japanese Usage Guide

No. Contoh Kalimat Sumber

(28)

44

Tsukaiwake

Jiten/Effective

Japanese Usage

Guide,1994:329

j. Shougaku Kokugo Jiten

No. Contoh Kalimat Sumber

1 い Shougaku Kokugo

Jiten, 1989:458

2 左 学校 Shougaku Kokugo

Jiten, 1989:458

3 ン そ 森 水

Shougaku Kokugo

Jiten, 1989:356

4 妹 い 間 Shougaku Kokugo

Jiten, 1989:858

5 直 出発 Shougaku Kokugo

Jiten, 1989:541

k. Ruigo Dai Jiten

No. Contoh Kalimat Sumber

1 間 発車い Rui go dai jiten, 2002:

(29)

45

l. Ruigigo Tsukaiwake Jiten

No. Contoh Kalimat Sumber

1 突然 地震 起 いう

ュ 飛 交

Ruigigo Tsukaiwake

Jiten, 1998:78

(30)

46

m. Contoh kalimat dari internet

No. Contoh Kalimat Sumber

(31)

47

8 私 う 38 歳 http://ejje.weblio.jp/sentence/content/ /5

15 う 冬 http://ejje.weblio.jp/sentence/content//5

16 私 そ 早 購入 http://ejje.weblio.jp/sentence/content

17

早 彼 返 事 書 い

http://ejje.weblio.jp/sentence/content

18 私 早 彼 連絡 http://ejje.weblio.jp/sentence/content/

(32)

48

聞 い

21 早 足 い品 調え http://ejje.weblio.jp/sentence/content

早 /3

26 彼 直 行動 移 http://ejje.weblio.jp/sentence/content/

(33)

49

n. Drama Jepang

No. Contoh Kalimat Sumber

1

Instrumen yang digunakan adalah berupa format data dan studi literatur, dan

(34)

50

situs internet, drama Jepang, dan data – data yang dipublikasikan (jitsurei).

3.3 Teknik Pengolahan Data

Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik subtitusi(pergantian).

Substitusi adalah penggantian satuan lingual tertentu yang telah disebut dengan

satuan lingual yang lain. Dilihat dari segi satuan lingualnya, substitusi dapat

dibedakan menjadi substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal.Sudaryanto dalam Rachman(2008), teknik substitusi/pergantian adalah verba itu sendiri yang

menjadi alat, misalnya diperoleh data X dan Y, maka setelah disubstitusi akan

diperoleh hasil Y1 dan Y2. Kedua teknik tersebut digunakan dengan maksud untuk

memperoleh penjelasan apakah kata yang bersinonim tersebut dapat saling

menggantikan dalam sebuah kalimat dan juga untuk mengetahui dalam konteks

kalimat seperti apakah kata bersinonim tersebut dapat digunakan sedangkan kata

yang lainnya tidak bisa digunakan.

Adapun langkah – langkah kongkrit yang ditempuh dalam penelitian ini

adalah:

1. Pengumpulan data

Data – data dalam penelitian ini diambil dari sumber data representatif

seperti buku, situs internet, drama Jepang, maupun yang lainnya. Dari data –

data tersebut akan dikumpulkan jitsurei (contoh konkrit)dari setiap objek pada penelitian ini yaitu kalimat – kalimat yang terdapat fukushi mamonaku,

sugu, sassoku, dan tadachini., kemudian di teliti semaksimal mungkin. 2. Setelah data – data berupa jitsurei mengenai fukushi mamonaku, sugu, sassoku, dan tadachini terhimpun, dilanjutkan dengan mengklasifikasikan data tersebut. Misalnya diklasifikasikan berdasarkan

subjek, predikat, objek, partikel bahkan situasinya. Kemudian menjelaskan

tentang makna yang dimiliki oleh keempat objek tersebut, dan dilanjutkan

dengan membandingkan masing – masing makna yang dimiliki oleh

(35)

51

menyajikan makna dari setiap fukushi, apakah fukushi tersebut dapat disubtitusi dengan fukushi yang lainnya atau tidak. Selain itu unsur yang dianalisis dapat berupa distribusinya, kelazimannya, nilai rasa yang

disampaikannya, makna dasar dan makna perluasannya, serta ragam

bahasanya, misalnya apakah bahasa lisan atau bahasa tulisan, apakah bahasa

formal, semi formal atau bahasa akrab. (Sutedi,2003:123)

3. Membuat kesimpulan / Generalisasi

Generalisasi merupakan penalaran induktif dengan cara menarik

kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau

peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.

Pada tahap ini akan ditemukan kesimpulan yang jelas mengenai

fukushi-x yang memiliki makna:(1)...(2)..(3)..,dst, kemudian persamaan dengan fukushi-y yaitu dalam hal: (1)..(2)..(3)..,dst, dan begitu juga sebaliknya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

para pembelajar bahasa Jepang supaya dapat mengurangi kesalahan –

(36)

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui persamaan

dan perbedaan fukushi mamonaku, sugu, sassoku, dan tadachini. Tidak hanya itu penelitian ini pun bertujuan untuk mengetahui penggunaan

daripada keempat fukushi yang menjadi objek penelitian ini, dilihat dari situasi atau nuansa pada saat sebuah kalimat yang mengandung keempat

fukushi tersebut diucapkan. Selain itu dilihat dari subjek, predikat yang mengikutinya.

1. Adapun penggunaan fukushi mamonaku, sugu, sassoku, dan tadachini ini adalah sebagai berikut:

a. Mamonaku, biasanya digunakan pada kalimat – kalimat yang bersifat pemberitahuan, misalnya pemberitahuan di stasiun kereta

api, televisi, dsb

b. Sugu, digunakan pada kalimat yang menggambarkan harapan, permohonan, perintah, larangan.

c. Sassoku, digunakan ketika adanya izin dari orang lain terhadap keinginan atau harapan pembicara.

d. Tadachini, digunakan untuk menggambarkan situasi yang darurat.

2. Hasil dari subtitusi antara fukushi mamonaku, sugu, sassoku, tadachini adalah sebagai berikut:

a. Mamonaku vs Sugu

(37)

76

Untuk kalimat pemberitahuan yang bersifat publik penggunaan

mamonaku terasa lebih tepat karena memang lazimnya seperti itu, misalnya pemberitahuan di stasiun kereta.

b. Sugu vs Sassoku

Kedua fukushi tersebut dapat saling menggantikan, hanya saja nuansanya akan berbeda. Pada kalimat yang bersubjek orang ke

dua, posisi sugu tidak dapat digantikan oleh sassoku.

c. Sassoku vs Tadachini

Baik sassoku maupun tadachini bisa saling menggantikan, tetapi nuansa nya akan terasa berbeda. Posisi tadachini tidak bisa digantikan oleh sassoku pada kalimat yang ber-adjektiva i, adjektiva-na, karena sassoku hanya digunakan pada kalimat yang

memiliki verba saja.

d. Sugu vs Tadachini

Kedua fukushi tersebut dapat saling menggantikan, tetapi nuansa yang dirasakan berbeda. Selain itu sugu memiliki kekhasan yaitu

untuk menggambarkan letak suatu benda yang jaraknya dekat.

Pada situasi ini tadachini tidak bisa menggantikan sugu.

3. Adapun persamaan dan perbedaan dari fukushi mamonaku, sugu, sassoku, dan tadachini ini adalah sebagai berikut:

a. Baik fukushi mamonaku, sugu, sassoku, dan tadachini jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata “segera”. Untuk mamonaku muncul padanan lain dalam bahasa indonesia yaitu “tidak lama lagi”.

(38)

77

orang ketiga, ini tidak berlaku bagi fukushi sassoku, subjek yang mengikutinya kata ganti orang pertama, orang ketiga saja .

4. Sebagai perbedaannya adalah sebagai berikut:

a. Jika dilihat dari predikat yang mengikutinya pada fukushi mamonaku dan sugu predikat yang dapat mengikutinya dapat berupa verba, adjektiva-i, adjektiva-na, dan nomina, berbeda

dengan sassoku predikat yang mengikutinya berupa verba, sedangkan tadachini predikat yang mengikutinya berupa verba, adjektiva-i, adjektiva-na.

b. Dilihat dari nuansa atau situasi dalam penggunaannya, fukushi mamonaku menggambarkan sebuah kejadian yang akan terjadi dalam waktu yang singkat sama seperti halnya dengan fukushi sugu,

dan menggambarkan kejadian yang mungkin terjadi di masa yang

akan datang namun masih membutuhkan waktu yang lama untuk

sampai pada terjadinya sebuah kejadian, dan adanya keyakinan

yang kuat bahwa waktu sampai terjadinya kejadian tersebut terasa

singkat. Fukushi sugu selain menggambarkan kejadian yang akan terjadi dalam waktu yang singkat, juga menggambarkan aktivitas

yang dilakukan tanpa adanya keragu-raguan dan dalam waktu yang

singkat, juga menggambarkan sebuah aktivitas yang dilakukan

tepat pada waktunya. Selain itu juga fukushi sugu ialah dapat menggambarkan letak sebuah tempat atau benda yang jaraknya

berdekatan. Fukushi sassoku pun dapat menggambarkan adanya aktivitas yang dilakukan tanpa adanya keragu-raguan dan dalam

waktu yang singkat, juga menggambarkan aktivitas yang dilakukan

tepat pada waktunya, tetapi jika dibandingkan dengan fukushi sugu,

sassoku menggambarkan waktu yang sangat singkat. Dan dalam penggunaannya fukushi sassoku menggambarkan sebuah tindakan yang dilakukan untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan.

(39)

78

keragu-raguan dan dalam waktu yang singkat, menggambarkan

tindakan yang dilakukan untuk mencegah kejadian yang tidak

diinginkan. Dan yang menjadi ciri khas dari fukushi tadachini ini ialah menggambarkan situasi yang darurat, dan juga

menggambarkan tindakan atau aktivitas yang dilakukan tanpa

adanya campur tangan pihak lain.

B. Saran

Penelitian mengenai fukushi mamonaku, sugu, sassoku, dan tadachini ini

masih memiliki banyak kekurangan. Meskipun memang dalam penelitian

ini dibahas mengenai keempat fukushi tersebut, namun pembahasan yang

lebih ditekankan dalam penelitian ini adalah fukushi sugu, sassoku, dan tadachini. Karena banyaknya kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini, peneliti berharap di masa yang akan datang peneliti lain dapat

(40)

Daftar Pustaka

Asmara,C.(2011).Analisis Makna Verba Hirogaru dan Hiromaru

Sebagai Sinonim. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Chaer,A.(2007).Linguistik Umum (Cetakan Ketiga). Jakarta: Rineka

Cipta.

Chunkui,T.dan Izahara,S.(1998).Ruigigo Tsukai Wake Jiten.Jepang:

Kenkyuusha

Fusako,B.dkk.(2006).Nihonggo Nama Chuukei (Shokyuu Kyuuhen 1).

Jepang: Kuroshio Shuppan

Fusako,S & Atsumi,M.(2004).Nihonggo Nama Chuukei (Chuujyou

Kyuuhen). Jepang: Kuroshio Shuppan

Haruhiko,K.(1989).Shougaku Kokugo Jiten.Jepang: Gakushuu

Kenkyuusha.

Hitoko,S.dan Matsumoto,N.(2010).Nihongo So-Matome.Jepang: Ask

Shuppan.

Intercultural Institute of Japan.(2011).Nihongo Nouryoku Shiken ͞Kanzen Kouryaku͟N2. Japan: Natsume Shuppan

Indoneshia Kyouiku Daigaku, Nihongo Kyouiku Gakka.(2012).Jokyuu

Dokkai 2. Buku teks pada Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Keiko,H.dan Ranko,E.(2003).Nihongo Shuuchuu Toreeningu. Jepang:Alc

Lestari,S.(2013).Analisis Adjektiva Taisetsuna, Daijina, Jyuuyouna, dan

(41)

tidak diterbitkan.

Masayoshi,H.dan Kakuko,S.(1994).Nihongo Gakushuu Tsukai Wake

Jiten (Cetakan Pertama).Jepang: Kodansha.

Nurmansyah,I.(2011).Analisis Kitto dan Kanarazu sebagai Fukushi

dalam Bahasa Jepang.Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Parera,J.D.(2004).Teori Semantik(Cetakan Kedua).Jakarta: Erlangga

Priceless~あるわ ねぇ ろ、ん もん!~.(2012).Jepang: Fuji TV

Rachman,S.(2008).Analisis Verba Nozomu dan Negau Sebagai Sinonim.

Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rohaeni.E.(2010).Analisis Fukushi yang Terdapat dalam Buku Shokyu

Nihongo.Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudjianto dan Ahmad,D.(2009).Pengantar Linguistik Bahasa Jepang

(Cetakan Ketiga).Jakarta: Kesaint Blanc.

Sutedi,D.(2004).Dasar – dasar Linguistik Bahasa Jepang (Cetakan Kedua). Bandung: Humaniora

Sutedi,D.(2011).Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang (Cetakan

Kedua).Bandung: Humaniora Utama Press.

Taeko Kamiya.(2002).The Handbook of Japanese Adjectives and

Adverbs.Tokyo: Kodansha

Takeshi,S.(2002).Ruigo Dai Jiten.Jepang: Kodansha

Tomomi,S et al.(2008).Kono Kotoba Gaikokujin Ni Dou Setsumei

(42)

Tsukaikata No Wakaru Ruigo Reikai Jiten.(1994).Jepang: Shougakukan.

Wulandari.(2010).Analisis Makna Tsurai dan Kurushii sebagai

Sinonim.Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Yoshio,N.(2002).Fukushi Teki No Hyougen Shosou.Jepang: Kuroshio

Shuppan.

Ejjeweblio.(2013).[Online].Tersedia:http://ejje.weblio.jp/sentence/conten

t/間も [10 Mei 2013]

Ejjeweblio.(2013).[Online].Tersedia:http://ejje.weblio.jp/sentence/conten

t/す [10 Mei 2013]

Ejjeweblio.(2013).[Online].Tersedia:http://ejje.weblio.jp/sentence/conten

t/早 [10 Mei 2013]

Ejjeweblio.(2013).[Online].Tersedia:http://ejje.weblio.jp/sentence/conten

t/直 [10 Mei 2013]

Kotobank.直 とは.[Online].Tersedia:http://kotobank.jp/word/直

[14 Juni 2012]

Kotobank.意味論.[Online].Tersedia:http://kotobank.jp/word/意味論[4

Januari 2014]

Sulipan.Penelitian Deskriptif Analitis.[Online].

Tersedia:http://goeroendeso.files.wordpress.com/2009/01/penelitia

n-deskriptif-analitis.doc [15 Juni 2012]

Yahoo!Japan.知恵袋.[Online].Tersedia:

detail.chiebukuro.yahoo.co.jp/qa/question_detail/q1412265229 [2

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Berita

Pupuk organik cair (NASA) merupakan pupuk organik yang berasal dari bahan organik murni berbentuk cair dari limbah ternak dan unggas, limbah alam dan tanaman,

Rudy Wawolumaja- Universitas Kristen Maranatha Halaman 184 Persamaan permukaan dimasukkan kedalam perhitungan integral diatas dan daerah D adalah cakram dengan 1 pada

Pada tata letak awal jarak antar stasiun kerja dan fasilitas yang mengalami perpindahan material adalah 238,2 meter sedangkan pada tata letak baru adalah 93,6 meter dan waktu yang

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “Pengkajian Fisik Kepala dan Leher” meliputi pemeriksaan pada kepala, mata , telinga, hidung dan sinus-sinus, mulut dan paring, serta

Dalam gangguan ini, tubuh membuat antibodi (protein yang dihasilkan oleh tubuh untuk melindungi terhadap virus atau bakteri) yang disebut thyroid-stimulating tubuh untuk

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jawaban responden terhadap minat pembiayaan murābaḥah karena pembiayaan murābaḥah yang direkomendasikan oleh pihak

Analisa kelayakan lingkungan didapatkan hasil bahwa outer biodigester aman dan bau sedikit menyengat serta berkurangnya limbah cair pabrik tahu, penanganan dari outer