• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (Studi Situs SMP Al Irsyad Surakarta) Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah (Studi Situs SMP Al Irsyad Surakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (Studi Situs SMP Al Irsyad Surakarta) Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah (Studi Situs SMP Al Irsyad Surakarta)."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

(Studi Situs SMP Al Irsyad Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan

Oleh Mazir Naser NIM: Q100090222

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)

Telah Disetujui Oleh

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Samino, MM

Dr. Sabar Narimo, MM. M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(4)

ABSTRAK

POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (Studi Situs SMP Al Irsyad Surakarta)

Goals of the research: This research has the goals to describe about the model of leadership especially as headmaster to given motivation and founding about the creativity student and teacher in the works.

Methods of the Research: The methods of the research which used from the writer is descriptive methods, the other that the writer also using the interview method especially with headmaster, teacher and the students, from the interview, the writer implemented on the data classifying, from the headmaster, teacher and the students.The result: headmaster doing supervision, and take care about the problem from the teacher and headmaster also give support and solve to increasing and progressing on the curriculum and also give good behavior as the example for the teacher and students.

The other that headmaster has the jobs to increasing about the discipline on the develop about teacher creativity and spirit on the study to reach goals, vision, mission of the schools. The models leadership to giving motivating on the teachers and students should be done about continue. Headmaster as the actors which very important on counseling and focused on the planning of supervision of the schools. In other that the headmaster give example on the discipline and doing of the jobs which have the requite on good of leader include of characters and moral are suitable on the religion vision, mission, spirit and also intellectuality.

Key words: the models of the leadership, leader of headmaster

(5)

PENDAHULUAN

Kepemimpinan dalam bahasa inggris tersebut leadership berarti being a

leader power of leading atau the qualities of leader (Hornby, 1990: 481). Kedua

bentuk yang mengandung arti yang berbeda akan berbeda pula penjabarannya.

kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor

penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas

yang berhubungan dengan kepemimpinan kemampuan mengidentifikasikan

perilaku dan tehnik-tehnik kepemimpinan efektif, kepemimpinan sebagai bagian

terpenting manjemen, merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk

mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen

mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti

perencanaan, penorganisasian, pengawasan dan evaluasi. Kepemimpinan atau

leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal

memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku

terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya. Dalam sebuah

organisasilah seorang pemimpin tersebut akan terlihat bagaimana wujud yang

dianggap mampu dalam mengatur sebuah kelompok untuk satu tujuan.

Edwin Ghiselli dalam Handoko (1995: 297) mengemukakan teori mereka

tentang teori kesifatan atau sifat kepemimpinan. Edwin Ghiselli mengemukakan 6

(enam) sifat kepemimpinan yaitu: (1). Kemampuan dalam kedudukannya sebagai

pengawas (supervisory ability) atau pelaksana fungsi-fungsi dasar manajemen.

(2). Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung

jawab dan keinginan sukses. (3) Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran

kreatif, dan daya pikir. (4). Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat

keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.

(5). Kepercayaan diri, atau pandangan pada diri sehingga mampu menghadapi

masalah. (6). Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung,

mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau

inovasi. Dari penjelasan di atas, tampak jelas bahwa kepala sekolah sebagai

(6)

mengusahakan inisiatif untuk bermutu sebagai wujud usaha membangun sistem

pendidikan di sekolahnya.

Guru yang kreatif memang bisa muncul dengan sendirinya, dikarenakan

aktifitas mereka dan ide-ide mereka sendiri yang mereka munculkan di sekolah

tanpa adanya campur tangan kepala sekolah. Akan tetapi itu akan membuat peran

kepala sekolah semakin terpuruk hingga tidak akan muncul perkembangan secara

umum di sekolahnya karena kinerja guru yang berlebihan. Maka agar proses

pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, selain guru dituntut memiliki

kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya, salah satu upaya

yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Kepala

sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel,

terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Peran kepala sekolah

sebagai pemimpin sekolah memiliki tanggung jawab menggerakkan seluruh

sumber daya yang ada di sekolah sehingga melahirkan etos kerja dan

produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan.

Selain yang disebutkan di atas, yang berkaitan dengan kepala sekolah

sebagai motivator terhap guru, maka Hick (dalam Wahjosumido, 2007: 106)

berpendapat bahwa untuk dapat menjadi pemimpin sekolah yang baik, kepala

sekolah harus mempunyai kriteria-kriteria yang berhubungan dengan

kepemimpinannya terhadap guru, sebagai berikut: (1). Adil. (2). Mampu

memberikan keyakinan (suggesting). (3). Mendukung tercapainya tujuan

(supplying objectives). (4). Mampu sebagai katalisator. (3). Menciptakan rasa

aman (providing security). (5). Dapat menjadi wakil organisasi (representing). (6).

Mampu menjadi sumber inspirasi (inspiring) dan bersedia menghargai (prising).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala

sekolah SMP Al Irsyad Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al Irsyad

Surakarta yang berlokasi di Jl. Kapten Mulyadi 117 Kecamatan Pasar Kliwon

(7)

27 SMP Negeri, dan 22 SMP Swasta. SMP Al Irsyad merupakan salah satu

sekolah swasta yang memadukan pendidikan agama, sains dan keahlian hidup

dalam paket pendidikan formal. SMP Al Irsyad berada di Jl. Kapten Mulyadi 117

kecamatan pasar kliwon Surakarta. Pengumpulan data memakai studi

dokumentasi, wawancara observasi. Kehadiran peneliti, peneliti berperan sebagai

perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir sekaligus pelapor

(Moleong, 2001 : 219). Kehadiran peneliti tidak mengganggu dan sangat terbuka

dengan pihak sekolah, penelitian di laksanakan pada bulan September hingga

Januari. Pada penelitian ini pendekatan dilakukan dalam suasana yang nyaman

dan tidak ada unsur paksaan dari peneliti terhadap semua responden (kepala

sekolah, wakil kepala sekolah, guru, komite sekolah dan siswa). Didalam

pelaksanaanya penelian dilakukan pada waktu jam kerja sekolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi dan menumbuhkan

kreatifitas kinerja guru: (1). Semakin kepala sekolah melakukan supervisi, maka

guru semakin termotivasi dan bisa menumbuhkan kreatifitas dalam belajar

mengajar. (2). Semakin kepala sekolah peduli terhadap permasalahan yang

dihadapi oleh guru, maka guru semakin termotivasi dan meningkatkan kreatifitas

di sekolah. (3). Semakin kepala sekolah melibatkan diri dalam pengembangan

kurikulum dan pembelajaran, maka guru semakin termotivasi dalam pembelajaran

kepada siswa. (4). Semakin kepala sekolah mampu memberikan contoh

keteladanan kepada guru, maka guru semakin termotivasi dalam berkarya. Pola

kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi dan menumbuhkan kreatifitas

siswa: (1). Semakin kepala sekolah ikut serta dalam proses pembelajaran, maka

siswa semakin termotivasi dan menumbuhkan kreatifitas dalam kelas. (2).

Semakin kepala sekolah meningkatkan kedisiplinan dan tata tertib, maka siswa

siswa termotivasi dan menumbuhkan kreatifitas dalam sekolah. (3). Semakin

kepala sekolah memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada siswa, maka siswa

semakin termotivasi dan bisa menumbuhkan kreatifitas siswa di sekolah. (4).

Semakin kepala sekolah memberikan keteladanan kepada siswa, maka siswa akan

(8)

Pola kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi dan menumbuhkan

kreatifitas kinerja guru, peranan kepala sekolah dalam rangka mutu pendidikan

sangat penting karena dapat mempengaruhi berhasil dan tidaknya mutu

pendidikan pada sekolah yang dia pegang. Kepala sekolah sebagai tulang

punggung mutu pendidikan dituntut untuk bertindak sebagai pembangkit

semangat, mendorong, merintis dan memantapkan serta sekaligus sebagai

administrator. Dengan perkataan lain kepala sekolah adalah salah satu penggerak

pelaksanaan manajemen pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

sekolahnya. Kepala sekolah dalam bidang pengembangan akademik diperlukan

kapasitas yang mencerminkan pemimpin pembelajaran. Kapasitas kepala sekolah

terlihat dari potensinya sebagai menjalin komunikasi, kerja sama, mengarahkan

dan memotivasi guru sekolah dalam mengintegrasikan diri menjadi tim yang

solid, sehingga dapat kekuatannya untuk merealisasikan visi-misi ke dalam aksi

dan realisasi. Poros utama sasaran pengembangan kerja sama seluruh komponen

pengembang sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam hal pengembangan

kurikulum dengan mencari setiap peluang yang tampak, mulai dari

metode-metode pembelajaran serta alat bantu proses pembelajaran dengan maksud

mengembangkan kinerja guru.

Kapasitas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran tercermin dalam

pengembangan kapasitas diri untuk menjadi teladan. Indikator operasional yang

terkait dengan kapasitas diri sebagai teladan atau panutan terlihat pada disiplin

kepala sekolah berpakaian, memelihara kebersihan diri, menunaikan kewajiban

beribadat kepada Tuhan, tingkat kehadiran di sekolah, datang tepat waktu, cara

memanfaatkan waktu di sekolah, cara berkomunikasi yang santun dan menghargai

semua orang. Di samping itu keberadaannya di sekolah untuk menyemangati tim

kerja, memperlihatkan sebagai pembaca yang efektif, cara memanfaatkan sumber

daya di sekolah, menghargai pendapat orang-orang, keterbukaan dalam

berkomunikasi dengan semua orang, menghargai prestasi yang dicapai,

menyatakan pujian dengan jujur terhadap prestasi yang baik, dan bersikap

(9)

Kapasitas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran terlihat dalam

kemampuannya menguasai ilmu pengetahuan dan terampil menerapkan ilmu

pengetahuannya. Ia memiliki kemampuan yang luas. Hal ini terlihat dalam

keterampilan mengolah data, informasi, fakta yang ditunjuang dengan penguasaan

teori, prinsip, prosedur yang ditunjang dengan keterampilan berpikir ilmiah serta

mampu memecahkan masalah. Kapasitas dirinya terlihat pula dalam kecakapan

menerapkan teori dengan prosedur ilmiah sehingga mampu memecahkan masalah

yang sekolah hadapi dengan solusi yang cerdas, inspiratif, dan inovatif. Daya

inovasinya terlihat dalam kapasitas dirinya dalam menghasilkan gagasan baru

dalam mengelola pembaharuan. Sedangkan, produktivitas kepala sekolah ditandai

dengan adannya ide-ide baru yang menghasilkan rencana baru, teknik baru,

metode baru, proses baru, sumber belajar baru, bentuk pelayanan baru yang dapat

meningkatkan kesetaraan peluang untuk berprestasi sehingga mengurangi

kesenjangan prestasi antara semua orang. Produktivitas penguasaan ilmu

pengetahuan dan keterampilan kepala sekolah adalah keunggulan sekolah, guru,

siswa dan seluruh warga sekolah mewujudkan prestasi dan kemampuan

menghasilkan mutu lulusan yang setara atau lebih baik daripada yang dapat

diwujudkan sekolah pesaing.

Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran adalah kepemimpinan

yang menekankan pada komponen-komponen yang terkait erat dengan

pembelajaran, meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian,

pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran dan pembangunan di

sekolah. Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan

prima kepada semua guru agar mampu mengembangkan potensi, bakat, minat dan

kebutuhannya. Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru

juga ditujukan untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswa meningkat: prestasi

belajar meningkat, kepuasan belajar semakin tinggi, motivasi belajar semakin

tinggi, keingin tahuan terwujudkan, kreativitas terpenuhi, inovasi terealisir, jiwa

kewirausahaan terbentuk, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena

(10)

Kepemimpinan kepala sekolah dalam menumbuhkan kinerja guru, jika

diterapkan di sekolah akan mampu membangun komunitas belajar dan bahkan

mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school). Sekolah

memiliki perilaku-perilaku sebagai berikut: memberdayakan sekolah seoptimal

mungkin, memfasilitasi sekolah untuk belajar terus dan belajar ulang, mendorong

kemandirian guru sekolahnya, memberi kewenangan dan tanggung jawab kepada

guru sekolahnya, mendorong guru untuk mempertanggung jawabkan proses dan

hasil kerjanya, mendorong teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis,

dan lincah/cepat tanggap terhadap pelanggan utama yaitu siswa, mengajak

sekolahnya untuk menjadikan sekolahnya berfokus pada layanan prima kepada

siswa, mengajak sekolahnya untuk siap dan akrab menghadapi perubahan,

mengajak sekolahnya untuk berpikir sistem, mengajak sekolahnya untuk

komitmen terhadap keunggulan mutu, dan mengajak guru sekolahnya untuk

melakukan perbaikan secara terus-menerus. Penelitian ini menunjukkan bahwa

kepala sekolah selalu mementingkan kekompakan dan kerjasama dalam kelas

maupun sekolah, untuk meningkatkan motivasi dan menumbuhkan kinerja guru

(profesionalisme).

Hal ini sesuai dengan apa yang telah kita bahas sebelumnya dalam bab IV.

Bahwa kepala sekolah memberikan pembinaan yang terencana kepada guru, hal

ini dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru sekaligus memberi

motivasi kepada guru agar selalu memberikan yang terbaik kepada siswa dan

sekolah. Upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dilaksanakan melalui

pelatihan-pelatihan, diklat, seminar. Kepala sekolah juga menyediakan sarana

prasarana penunjang lain seperti mengadakan pelatihan dengan biaya sendiri. Hal

ini dilakukan karena menurut kepala sekolah dapat menanamkan rasa tanggung

jawab dan timbul keseriusan guru dalam pelatihan. Uraian di atas menunjukkan

bahwa kepala sekolah selalu memberikan pembinaan di dalam kelas maupun di

luar kelas, sehingga guru semakin termotivasi dan menumbuhkan kreatifitas

kinerja dalam proses pembelajaran.

Selain itu, proses inovasi di sekolah dapat berjalan dengan baik karena

(11)

mengedepankan kerja sama fungsional; menghindarkan diri dari one man show

(menonjolkan diri sendiri), menekankan pada kerjasama kesejawatan menciptakan

keadaan yang membuat semua guru percaya diri, menghindarkan diri dari wacana

negatif publik, kepala sekolah perlu membuktikan dan memiliki kemampuan

unjuk kerja profesional, menumbuh kembangkan antusiasme kerja para guru,

menghindarkan diri dari suka menyalahkan guru, mampu membetulkan

(mengoreksi) kesalahan guru, dan menghindarkan diri agar tidak menyebabkan

pekerjaan guru menjadi membosankan, mampu membuat suasana kerja yang

membuat guru tertarik dan betah melakukan pekerjaannya. Disamping dituntut

untuk terus melakukan motivasi, seorang kepala sekolah harus memperhatikan

hal-hal yang berkaitan dengan kinerja guru.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut: (1). Pola kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi dan

menumbuhkan kinerja guru adalah kepala sekolah secara berkesinambungan

memberikan pembinaan dan keteladanan kepada guru dan biasanya setiap hari

senin dan sabtu secara rutin. Selain itu dapat juga pembinaan terprogram setiap

setengah semester serta pembinaan insidentil, sewaktu-waktu bila ada informasi

terbaru. (2). Pola kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi dan

menumbuhkan semangat belajar siswa adalah kepala sekolah secara rutin

mengadakan kunjungan kelas dalam rangka mengamati kemampuan siswa dalam

menerima pembelajaran dari guru. Untuk melihat kondisi apakah kegiatan KBM

berjalan dengan lancar dan untuk mengetahui bagaimana siswa menaati tata tertib

dalam hal berpakaian. Kegiatan ini untuk membantu perkembangan kreatifitas dan

kemampuan siswa dan siswa akan merasa dituntut untuk melakukan yang terbaik

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A Chaedar. 2003. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Andrea K. Rorrer, Linda Skrla and James Joseph Scheurich 2008. “Districts as

Institutional Actors in Educational Reform”. Educational Administration

Quarterly (http://www.sagepublications.com) Vol. 44, No. 3 307-358 Diakses Tanggal 1 Desember 2011.

Anit Someth 2008. “Managing Conflict in School Teams: The Impact of Task and

Goal Interdependence on Conflict Management and Team Effectiveness”.

(http://www.sagepublications.com) Educational Administration Quarterly

2008; 44; 359. Diakses 13 Oktober 2011.

Daryanto, MH. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

David Mayrowetz 2008. “Making Sense of Distributed Leadership: Exploring the

Multiple Usages of the Concept in the Field”.

(http://www.sagepublications.com) Diakses tanggal 13 Oktober 2011 Pukul 16.49

Depdiknas. 2007. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

Dr. Dimyati. 2009. ”Belajar dan Pembelajaran”. PT. Rineka Cipta:Jakarta.

Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen edisi 2. Yogyakarta: BPFE

Hans 1990. “Management of Organizational :New Delhi: Prentice Hall of India

Hornby, AS. 1990. Oxford Edvanced Dictionary of English. London: Oxford University Press

Komariah, Aan. 2006. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Miles, Huberman. 1994:54. The Method of Technic analysis on Educational Programs. London: Oxford University Press

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(13)

Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Purwanto, M., N. 2006. administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sardiman,A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta.

Susan Printy. 2010. “Principals’ influence on instructional quality”. www.desf.gov.uk/performancetables. diakses tanggal 13 Oktober 2011 Pukul 13.43 WIB

Sallis, Edward. 2006. Total Quality Management in Education, (London: Kogan Page Limited.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara; Jakarta

Supriyanto, Arif. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Mutu (Studi Kasus di SD Negeri Sekarjalak 02 Margoyoso Pati). Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tony Bush (2006), “School Leadership and Management inSouth Africa”.

(http://www-bushschool.tamu.edu/pubman) : 341-354. Diakses Tanggal 1 Nopember 2011 Pukul 16.10

Wahjosumidjo.2001. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pers

Referensi

Dokumen terkait

Hasil sidik ragam menunjukkan tidak ada interaksi pemberian tepung ubi jalar dengan ragi tape, namun saat periode starter pemberian tepung ubi jalar berpengaruh sangat

Waktu tanam berpengaruh terhadap peubah pembungaan yaitu waktu muncul bunga pertama, waktu blooming, persentase tanaman berbunga, jumlah umbel per rumpun dan per petak;

Pengujian pengaruh genotipe gen DGAT1 terhadap komponen asam lemak susu sapi perah Friesian Holstein disajikan pada Tabel 5 Pengamatan komposisi asam lemak susu

Bahan untuk penilaian kondisi bangunan secara visual yaitu bangunan bersejarah yang umurnya lebih dari 50 tahun yakni Masjid Agung Demak, tally sheet daftar

tinggi. Pengeluaran rata-rata penduduk Kota Bogor yang tinggi untuk kelompok makanan merupakan peluang bagi “LBS” untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas

Kata kunci : Sistem Informasi, Pengelolaan dan Pelaporan Uang Masuk, YPPP Veteran Sukoharjo, Framework YII2 , MySQL... commit

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret-Mei 2012 ini ialah erosi, dengan judul Tingkat Bahaya Erosi dan Status Kesuburan Tanah di Wilayah Kerja

Penelitian ini merupakan penelitian langsung untuk memperoleh informasi tentang peranan pameran nasional Java Expo dalam dunia kepariwisataan di Kota Surakarta, yang disusun