• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN ASESMEN KINERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN ASESMEN KINERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

PENERAPAN ASESMEN KINERJA SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

AULIA PUTRI FAJARTRIYANI

0906771

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013

(2)
(3)

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

PENERAPAN ASESMEN KINERJA SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung)

Oleh :

AULIA PUTRI FAJARTRIYANI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana padaFakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Aulia Putri Fajartriyani 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

AULIA PUTRI FAJARTRIYANI

PENERAPAN ASESMEN KINERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI KELAS XI IPS 2 SMAN 22 BANDUNG)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dra. Yani Kusmarni, M.Pd

NIP : 19660113 199001 2 002

Pembimbing II

Drs. Tarunasena Ma’mur, M.Pd

NIP : 19680828 199802 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd

(5)

i

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

ABSTRAK

(6)

Abstract

(7)

iv

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Stuktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kajian Umum Asesmen Kinerja ... 9

a. Asesmen Kinerja ... 10

b. Tugas-tugas (task) dan Kriteria Penilaian (rubrik) ... 13

c. Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Kinerja ... 15

d. Bentuk Pengembangan Asesmen Kinerja ... 18

B. Kajian Umum Berpikir Kritis ... 19

a. Kemampuan Berpikir ... 19

b. Kemampuan Berpikir Kritis ... 21

c. Kemampuan Berpikir dalam Pembelajaran Sejarah ... 23

(8)

BAB III: METODE PENELITIAN ... 26

A. Subjek Penelitian ... 26

B. Desain Penelitian ... 26

C. Metode Penelitian ... 30

D. Definisi Operasional ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Analisis Data ... 40

BAB IV: DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENERAPAN ASESMEN KINERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA ... 42

A. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus 1 (2 Tindakan) ... 42

a. Perencanaan Siklus 1 ... 43

b. Pelaksanaan Siklus 1 ... 43

a) Pelaksanaan Tindakan ke 1 ... 43

b) Observasi Tindakan ke 1 ... 47

c) Refleksi Tindakan ke 1 ... 52

d) Pelaksanaan tindakan ke 2 ... 53

e) Observasi Tindakan ke 2 ... 56

f) Refleksi Tindakan ke 2 ... 70

g) Revisi Perencanaan ... 72

B. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus 2 (3 Tindakan) ... 73

a. Perencanaan Siklus 2 ... 73

b. Pelaksanaan Siklus 2 ... 74

a) Pelaksanaan Tindakan ke 1 ... 74

b) Observasi Tindakan 1 ... 77

(9)

vi

h) Revisi Perencanaan ... 124

C. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus 3 (2 Tindakan) ... 125

a. Perencanaan Siklus 3 ... 125

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 3 ... 125

a) Pelaksanaan Tindakan ke 1 ... 125

g) Revisi Perencanaan ... 165

D. Deskripsi Perencanaan Siklus 4 (2 Tindakan) a. Perencanaan Siklus 4 ... 166

b. Pelaksanaan Siklus 4 ... 166

E. Deskripsi Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 189

a. Data Hasil Penilaian Produk Siswa ... 189

b. Data Hasil Penilaian Performance Siswa ... 196

F. Analisis Hasil Penelitian ... 202

BAB V: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 211

(10)

B. Rekomendasi ... 214

DAFTAR PUSTAKA ... 216

(11)

viii

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 Lembar Observasi Kerja Kelompok Siklus 1 ... 48

TABEL 4.2. Lembar Penilaian Booklet ... 58

TABEL 4.3 Rubrik Booklet... 60

TABEL 4.4 Lembar Penilaian Presentasi Kelompok ... 65

TABEL 4.5 Rubrik Presentasi Kelompok ... 67

TABEL 4.6. Lembar Observasi Kerja Kelompok Siklus 2 ... 78

TABEL 4.7. Lembar Penilaian Presentasi Kelompok ... 79

TABEL 4.8 Lembar Penilaian Laporan Hasil Diskusi Kelompok ... 80

TABEL 4.9. Lembar Penilaian Essai ... 92

TABEL 4.10 Lembar Penilaian Presentasi Essai ... 102

TABEL 4.11 Rubrik Penilaian Essai ... 109

TABEL 4.12 Rubrik Presentasi Essai ... 110

TABEL 4.13. Lembar Penilaian Metode Snow Ball Throwing Siklus 3 ... 131

TABEL 4.14. Lembar Penilaian Resensi Film ... 143

TABEL 4.15 Rubrik Resensi Film ... 148

TABEL 4.16. Lembar Penilaian Presentasi Film ... 160

TABEL 4.17 Rubrik Presentasi Resensi Film... 161

(12)

TABEL 4.19 Lembar Penilaian Makalah Kelompok ... 178

TABEL 4.20. Rubrik Makalah ... 179

TABEL 4.21. Lembar Penilaian Presentasi Makalah ... 184

TABEL 4.22. Rubrik Presentasi Makalah... 185

TABEL 4.23. Presentase Skor Booklet ... 189

TABEL 4.24. Presentase Skor Essai ... 190

TABEL 4.25 Presentase Skor Resensi Film ... 192

TABEL 4.26 Presentase Skor Makalah ... 194

TABEL 4.27 Presentase Skor Presentasi Booklet ... 196

TABEL 4.28 Presentase Skor Presentasi Essai ... 197

TABEL 4.29.Presentase Skor Presentasi Resensi Film ... 199

(13)

x

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Gambar Desain PTK Ebbut ... 27

Gambar 4.1. Foto booklet-booklet hasil kerja kelompok siswa ... 56

Gambar 4.2. Foto salah satu kelompok sedang presentasi booklet ... 68

Gambar 4.3. Foto salah satu kelompok sedang presentasi hasil diskusi ... 76

Gambar 4.4 Foto siswa sedang presentasi essai ... 89

Gambar 4.5.Foto persiapan siswa dalam metode snowball throwing ... 126

Gambar 4.6. Foto suasana kelas saat melakukan snowball throwing ... 128

Gambar 4.7 Foto hasil resensi film yang dibuat siswa ... 140

Gambar 4.8. Foto siswa presentasi hasil resensi film ... 163

Gambar 4.9. Foto guru saat metode scrambble ... 169

Gambar 4.10. Foto salah satu kelompok sedang presentasi hasil makalah ... 176

Gambar 4.11 Diagram perkembangan presentase kemampuan berpikir kritis siswa dalam mengerjakan tugas ... 195

Gambar 4.12.Diagram pekembangan presentase kemampuan berpikir kritis siswa dalam presentasi tugas ... 200

(14)
(15)

1

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah adalah salah satu masalah yang

dihadapi dalam pembelajaran sejarah. Permasalahan ini dapat teridentifikasi,

setelah peneliti melakukan observasi di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung.

Kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah dapat terlihat dari beberapa hal

yang terjadi saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pertama, siswa lebih

memaknai pelajaran sejarah sebagai sebuah materi yang hanya perlu dihafalkan.

Kemampuan menghafal siswa memang terlihat dengan baik dan siswa pun cukup

menguasai materi. Siswa bisa dengan lancar menjelaskan materi sejarah saat

mereka diberi tugas perkelompok untuk mengkaji suatu materi, hanya saja apa

yang mereka jelaskan bukan merupakan pemikirannya yang dirangkai dengan

kata-katanya sendiri. Yang siswa jelaskan adalah kalimat-kalimat yang hampir

sama persis dengan yang ada pada buku sumber yang mereka gunakan. Ketika

guru memberi tantangan kepada siswa untuk menjelaskan materi sejarah hasil

kajian dengan kelompoknya, siswa terkesan menolak dan tidak mampu

melakukannya.

Kedua, saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan

pertanyaan, banyak siswa yag antusias untuk bertanya. Namun pertanyaan yang

diajukan adalah pertanyaan yang tidak membuat siswa berpikir dengan baik.

Jawaban dari pertanyaan yang siswa ajukan sudah ada pada buku sumber yang

mereka miliki. Tanpa siswa perlu bertanya kepada guru ataupun siswa lainnya

pun, pertanyaan tersebut sebenarnya bisa dijawab oleh mereka sendiri dengan cara

membaca buku sumber. Sehingga saat guru membimbing siswa untuk

mengajukan pertanyaan yang benar-benar merupakan wujud dari ketidakpahaman

(16)

2

berpikir kritis tentang apa yang telah dan sedang terjadi, siswa terlihat kesulitan

untuk melakukannya.

Ketiga, siswa tidak dapat mencari keterkaitan atau keterhubungan antara

peristiwa masa lalu dengan apa yang sedang terjadi di masa sekarang dan siswa

pun terlihat kebingungan untuk menghubungkan materi sejarah satu dengan

materi sejarah lainnya yang memang memiliki keterhubungan. Hal ini terlihat saat

guru seringkali menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang mengajak siswa untuk

menghubungkan peristiwa sejarah yang sedang dipelajari dengan apa yang sedang

terjadi di masa sekarang di sela-sela kegiatan pembelajaran. Siswa terlihat

kebingungan dan tidak bisa menjawab pertanyaan guru tersebut. Pertanyaan guru

yang dapat dijawab oleh siswa hanya sebatas pertanyaan yang berisikan materi

sejarah yang bersifat faktual. Keempat, siswa tidak dapat menarik sebuah

kesimpulan dari setiap materi pelajaran sejarah yang telah dipelajari. Setiap guru

mencoba bertanya kepada siswa tentang kesimpulan apa yang dapat diambil pada

setiap materinya, siswa tidak dapat menyebutkannya. Siswa hanya bisa

mengulang kembali beberapa kalimat yang berisi tentang materi yang baru saja

diajarkan, tetapi bukan berupa kesimpulan. Hanya berupa pengulangan saja.

Hal-hal tersebut diatas menggambarkan kemampuan berpikir kritis siswa yang

rendah. Pembelajaran sejarah semestinya bukan hanya tentang menghafal materi

dan pemahaman materi semata, tetapi siswa perlu untuk memahami betul makna

dan nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah. Sehingga dengan

mengkritisi peristiwa masa lalu, akan melatih siswa berpikir kritis pula pada apa

yang sedang dialami bangsa Indonesia di masa sekarang. Sehingga sesuai dengan

apa yang diungkapkan oleh Evans (Supriatna, 2007:11) bahwa “pendekatan kritis

dalam pembelajaran sejarah dapat mendorong terjadinya dialog kritis, baik antara

guru dengan siswa maupun di kalangan siswa sendiri mengenai masalah-masalah

sosial yang sedang mereka hadapi dan mencari solusi pemecahannya”. Dengan

melakukan dialog kritis ini, siswa dapat berdiskusi dan bertukar pikiran tentang

apa yang siswa tahu dan apa yang siswa tidak tahu tentang makna yang mendalam

(17)

3

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

Manfaat siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, masih menurut Evans

(Supriatna, 2007:11) adalah “dapat mendorong refleksi yang mendalam mengenai

pertanyaan-pertanyaan kritis pada masyarakat setempat, baik pada masa lalu,

masa kini maupun masa yang akan datang”. Hal ini akan membantu siswa

merenungkan apa yang telah dan sedang terjadi, merenungkan sebab dan

akibatnya, dan memikirkan pemecahan masalahnya. Dari pemikiran tersebut maka

akan muncullah pertanyaan-pertanyaan sebagai wujud dari kritisnya pemikiran

siswa tentang suatu materi sejarah dan fenomena yang sedang terjadi di

masyarakat. Jika siswa bisa merefleksikan suatu materi sejarah dan juga peristiwa

yang sedang terjadi di masa sekarang, siswa tidak akan lagi megajukan pertanyaan

yang teks book. Pertanyaan siswa pun akan lebih terarah pada suatu pemecahan

masalah, sebab-akibat dari suatu peristiwa, dan lain sebagainya. Refleksi pun bisa

melatih siswa memaknai materi sejarah, sehingga siswa tidak hanya menghafal

dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Siswa akan terlatih pula untuk bisa

mencari keterhubungan antara materi sejarah satu dengan materi sejarah lainnya

maupun materi sejarah dengan sesuatu yang sedang terjadi di masyarakat. Bahkan

siswa pun dapat terbiasa dalam menarik kesimpulan dalam setiap materi sejarah

yang dipelajarinya.

Melihat betapa pentingnya kemampuan berpikir kritis yang harus dimiliki

siswa, maka peneliti berusaha memecahkan masalah tersebut. Dan memilih

asesmen kinerja sebagai solusinya. Asesmen kinerja menurut Zainul (2001 : 4)

adalah “penilaian terhadap proses perolehan, penerapa pengetahuan dan

keterampilan, melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa

dalam proses maupun produk”. Sesuai dengan pengertian tersebut, asesmen

kinerja merupakan suatu bentuk penilaian yang mengharuskan siswa

memperlihatkan kinerjanya. Bukan hanya menjawab atau memilih jawaban yang

biasanya ada pada tes objektif. Menurut Wangsatomtanakhun (Zainul, 2001 : 9)

(18)

4

1. Asesmen kinerja yang didasarkan pada partisipasi aktif siswa

2. Tugas-tugas yang diberikan atau dikerjakan oleh siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran 3. Asesmen tidak hanya untuk mengetahui posisi siswa pada suatu saat

dalam proses pembelajaran, tetapi lebih dari itu, asesmen juga dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran itu sendiri 4. Dengan mengetahui lebih dahulu kriteria yang akan digunakan untuk

mengukur dan menilai keberhasilan proses pembelajarannya, siswa akan secara terbuka dan aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Terlihat jelas keunggulan dari asesmen kinerja dari keempat asumsi di

atas. Dengan mengembangkan asesmen kinerja pada pembelajaran sejarah, guru

dapat merancang pembelajaran yang membuat seluruh siswa berpartisipasi dalam

proses pembelajaran. Guru sebisa mungkin memberikan task (tugas) kepada siswa

yang membuat seluruh siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga task ini

menjadi bagian dari proses pembelajaran, bukan hanya melihat hasil akhir dari

task yang diselesaikan siswa. Guru bisa melihat bagaimana proses siswa

menyelesaikan task tersebut, dan saat proses pengerjaan itulah guru bisa melihat

apa kekurangan dan kendala yang terjadi saat kegiatan pembelajaran. Sehingga

guru bisa dengan cepat dan tepat memperbaiki segala kekurangan yang terjadi.

Selain itu, asesmen kinerja identik dengan rubric sebagai kriteria penilaian. Tidak

hanya sebagai kriteria pencapaian aspek penilaian siswa dalam mengerjakan task,

rubric pun akan menjadi suatu target pencapaian siswa karena setiap aspek yang

menjadi penilaian harus dikomunikasikan dan disepakati terlebih dahulu oleh guru

dan siswa. Sehingga siswa akan berupaya dengan baik untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Dalam pengembangannya, keempat asumsi pokok asesmen kinerja yang

diungkapkan oleh Wangsatomtanakhun akan disesuaikan dengan indikator

berpikir kritis yang dikembangkan oleh Glaser (Fisher,2009:7) yang berjumlah 12

point. Namun, peneliti menyesuaikan dengan permasalahan yang terjadi di kelas,

maka peneliti hanya memilih 9 (sembilan) indikator yang menjadi acuan dalam

(19)

5

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

1. Mengenal masalah

2. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu

3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan 4. Mengenal asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan

5. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas 6. Menganalisis data

7. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan

8. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah

9. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan

Tentunya penyesuaian antara task yang diberikan dan rubric yang menjadi

kriteria penilaian dengan indikator yang dikembangkan Glaser, diharapkan

mampu mengatasi permasalahan yang terjadi pada siswa kelas XI IPS 2 SMAN

22 Bandung, yaitu : 1) Pembelajaran sejarah yang didominasi oleh menghafal,

tanpa memaknainya, 2) Siswa yang mengajukan pertanyaan sesuai dengan teks

book, tanpa merenungkan dan merefleksikan permasalahan yang ada di dalamnya,

3) Siswa sama sekali tidak mampu mencari keterhubungan antara materi sejarah

yang satu dengan materi sejarah yang lain, maupun mengaitkan materi sejarah

dengan peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat, dan 4) siswa tidak dapat

menarik kesimpulan dari setiap materi sejarah yang telah dipelajari. Berdasarkan

hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian

yaitu, “PENERAPAN ASESMEN KINERJA SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM

PEMBELAJARAN SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas di kelas X 2 SMAN 22 Bandung)”.

B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang

akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dari

(20)

6

meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran Sejarah di kelas

XI IPS 2 SMAN 22 Bandung?”.

Untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa

pertanyaan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :

1) Bagaimana guru merancang pembelajaran Sejarah di kelas XI IPS 2

SMAN 22 Bandung dengan menerapkan Asesmen Kinerja sebagai upaya

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran

Sejarah?;

2) Bagaimana guru menerapkan pembelajaran sejarah yang menggunakan

Asesmen Kinerja sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis

di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung?;

3) Bagaimana refleksi yang dilakukan oleh guru sejarah untuk mengatasi

kendala dalam penerapan Asesmen Kinerja di kelas XI IPS 2 SMAN 22

Bandung?;

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menerapkan Asesmen Kinerja sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2

SMAN 22 Bandung. Adapun tujuan khusus yang diharapkan dari penelitian ini

lebih diarahkan untuk :

1) Mengkaji dan mendeskripsikan rancangan pembelajaran Sejarah di kelas

XI IPS 2 SMAN 22 Bandung dengan menerapkan Asesmen Kinerja

sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ;

2) Mendeskripsikan penerapan Asesmen Kinerja sebagai upaya

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPS 2 SMAN

(21)

7

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

3) Mengkaji dan menganalisis refleksi yang dilakukan oleh guru sejarah

untuk mengatasi kendala dalam penerapan Asesmen Kinerja di kelas XI

IPS 2 SMAN 22 Bandung.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa SMA

khususnya siswa kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung, guru sejarah, sekolah yang

bersangkutan dan bagi peneliti. Manfaat penelitian ini secara khusus yaitu sebagai

berikut :

1. Bagi siswa : Dengan diterapkannya Asesmen Kinerja, diharapkan

dapat menumbuhkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam

pembelajaran sejarah.

2. Bagi guru sejarah : Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai

referensi dalam melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran

siswa di kelas. Sehingga guru sejarah dapat mengembangkan

pembelajaran dengan menggunakan Asesmen Kinerja sebagai solusi

apabila siswa memiliki permasalahan dalam kemampuan berpikir kritis

yang rendah.

3. Bagi sekolah : Hasil dari penelitian ini akan menjadi sumbangan yang

berarti dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut,

baik untuk kelas yang menjadi subjek penelitian maupun kelas-kelas

lain yang memiliki permasalahan kemampuan berpikir kritis yang

rendah pula.

4. Bagi peneliti : Dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang

membuat peneliti langsung terlibat dalam proses pembelajaran, maka

peneliti mendapatkan pengalaman langsung dalam pembelajaran

sejarah.

(22)

8

Sistematika penulisan skripsi disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh UPI. Sistematika penulisan yang dimaksud

adalah:

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi ringkasan secara rinci mengenai latar

belakang penulisan yang menjadi alasan peneliti sehingga merasa perlu untuk

mengkaji dan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan

Asesmen Kinerja sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

dalam Pembelajaran Sejarah yang ditujukan sebagai latar belakang penulisan

skripsi, rumusan dan pembatasan masalah yang diuraikan menjadi beberapa

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan dalam penyusunan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka. Di dalam bab ini dijelaskan secara terperinci mengenai

konsep-konsep yang berhubungan dengan asesmen kinerja khususnya asesmen

kinerja dan kemampuan berpikir kritis .

Bab III Metode Penelitian. Di dalam bab ini diuraikan mengenai metode

penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Peneliti menguraikan

tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian yang berisi

langkah-langkah penelitian, dimulai dari persiapan sampai langkah terakhir dalam

menyelesaikan penelitian ini.

Bab IV Asesmen Kinerja sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir

Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung.

Dalam bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi

mengenai seluruh informasi dan data-data yang diperoleh peneliti tentang

peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah.

Bab V Kesimpulan. Pada bab terakhir ini peneliti memberikan kesimpulan

dari hasil pembahasan yang berisi mengenai rancangan, penerapan, tanggapan dan

hasil dari penerapan asesmen kinerja. Hal-hal yang dituliskan dalam bab

(23)

9

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. SUBJEK PENELITIAN

Lokasi penelitian dalam skripsi ini adalah SMAN 22 Bandung yang

terletak di jalan. Rajamatri Kulon No 20 Buah Batu Bandung. Dengan guru mata

pelajaran Sejarahnya adalah Pak Drs. H. Mustari, yang sekaligus bertindak

sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi subjek penelitian

adalah siswa kelas XI IPS 2 yang berjumlah 41 orang, yaitu terdiri dari 27 orang

siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Alasan peneliti memilih kelas XI

IPS 2 adalah karena siswa di kelas tersebut teridentifikasi masalah rendahnya

kemampuan berpikir kritis siswa. Dan peneliti berupaya untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung.

B. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian tindakan kelas

yang dikembangkan oleh Ebbut. Adapun gambar desain tersebut adalah

(25)

27

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

Penerapan Assesment Kinerja Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Gambar 1.1. Desain PTK Dave Ebbut (Wiriatmadja, 2005)

Desain penelitian yang dirancang oleh Ebbut berdasarkan gambar di atas

adalah suatu penelitian tindakan kelas yang dalam pelaksanaan satu siklus

terdiri beberapa kali tindakan. Dan tindakan pertama menjadi pertimbangan

penting perencanaan tindakan selanjutnya. Dalam satu siklus diawali dengan

ide umum, reconnaisance (pemantauan sebelum tindakan), rencana tindakan,

tindakan 2, reconnaissance (pemantauan setelah tindakan), pilihan (ada

perubahan atau tidak), dan tindakan 2. Ada istilah yang tidak biasa dalam

tahapan desain penelitian ini, yaitu reconnaissance. Wiriatmadja (2005 : 68)

menjelaskan bahwa “reconnaissance dalam desain ini mencakup kegiatan-kegiatan diskusi, negosiasi, menyelidiki kesempatan, mengakses

kemungkinan dana kendala atau dengan singkat mencakup keseluruhan

(26)

28

a) Menetapkan Ide Umum

Ide umum muncul karena peneliti menemukan berbagai permasalahan

saat peneliti melakukan observasi di dalam kelas. Observasi ini adalah

sebagai bentuk dari kegiatan pada saat pra-penelitan. Setelah observasi

dilakukan, peneliti dapat mengetahui masalah yang terjadi di dalam kelas,

dan mencari solusi yang tepat untuk masalah tersebut. Solusi tersebut yang

menjadi ide umum dalam penelitian ini. Permasalahan yang teridentifikasi

adalah kemampuan berpikir kritis yang rendah dan peneliti menetapkan

akan menerapkan asesmen kinerja sebagai solusinya.

b) Reconnaissance (pemantauan sebelum tindakan)

Peneliti masuk kembali ke dalam kelas saat pembelajaran sejarah

berlangsung. Hal ini bertujuan untuk lebih mengenal dan memahami

karakter siswa di kelas tersebut. Agar peneliti dapat lebih selektif lagi

menentukan bentuk asesmen kinerja yang akan diberikan. Selain itu

dengan memantau keadaan kelas, peneliti akan lebih mempersiapkan diri

dengan kendala-kendala yang mungkin dapat terjadi. Dan hasil

reconnaissance ini akan menjadi bahan diskusi dan negosiasi antara

peneliti dengan dosen pembimbing maupun kolaborator.

c) Rencana tindakan

Maka tahap yang peneliti lakukan adalah tahap perencanaan sebelum

melakukan tindakan kelas. Hal ini dilakukan agar tindakan 1 pada

penelitian tindakan kelas ini terencana dan berjalan dengan baik, sehingga

tujuan penelitian tercapai dengan baik pula. Adapun hal-hal yang

dilakukan peneliti beserta mitra adalah sebagai berikut :

- Peneliti mendatangi sekolah yang akan dijadikan objek

penelitian. Dan menemui wakil kepala sekolah bidang

kurikulum untuk meminta ijin melakukan penelitian di

(27)

29

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

Penerapan Assesment Kinerja Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam - Peneliti meminta kesediaan salah satu guru sejarah

untuk menjadi mitra dalam melakukan penelitian. Dan

menyepakati siapa yang akan berperan menjadi guru

dalam pelaksanaan tindakan. Serta menyepakati pula

kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian.

Kelas dipilih berdasarkan hasil observasi.

- Peneliti melakukan diskusi dan konsultasi dengan dosen

pembimbing skripsi mengenai hal-hal yang harus

disiapkan dalam pelaksanaan tindakan kelas. Seperti

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tasks yang

akan diberikan kepada siswa saat penelitian, instrumen

penelitian dan lain-lain.

- Setelah semua kelengkapan dalam penelitian telah

disetujui dosen pembimbing dan peneliti diberi ijin

untuk melakukan tindakan kelas, peneliti mengajukan

permohonan ijin untuk memulai melakukan tindakan 1.

d) Pelaksanaan Tindakan 1

Pada tahapan inilah rencana pelaksanaan tindakan yang sebelumnya

dibuat berdasarkan ide umum dan reconnaissance dilaksanakan. Pada

tindakan pertama diberikan tugas booklet.

e) Reconnaissance (pemantauan setelah tindakan)

Hasil dari pelaksanaan tindakan pertama yaitu membuat booklet akan

diobservasi dan menjadi bahan negosiasi serta diskusi antara peneliti

dengan kolaborator. Observasi dilakukan berdasarkan alat pengumpul data

(instrumen) yang dipakai pada penelitian ini. Hasil observasi ini akan

(28)

30

f) Revisi Rencana selanjutnya

Setelah melakukan reconnaissance dan telah merefleksikan tugas

booklet yang dibuat dan dipresentasikan oleh siswa, peneliti bisa

menentukan apakah ada perubahan yang akan menjadi rencana umum

pada tindakan selanjutnya.

g) Tindakan 2, dan seterusnya

Peneliti melakukan tindakan kelas ke 2 sesuai dengan rencana umum

hasil dari reconnaissance. Tugas ke 2 yang diberikan kepada siswa adalah

membuat essai.

Berdasarkan alur tahapan desain yang dikembangkan Ebbut, maka alasan

peneliti menggunakan desain Ebbut dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

adanya reconnaissance (pemantauan) pada sebelum tindakan dan sesudah

tindakan. Pemantauan ini akan membuat peneliti lebih teliti menentukan

keberhasilan pada setiap tindakannya. Pemantauan setelah tindakan pun tidak

menutup kemungkinan akan terjadinya perubahan pemikiran yang bertujuan

memperbaiki penelitian pada tindakan selanjutnya. Selain itu, peneliti pun

beranggapan desain ini cocok untuk penerapan Asesmen Kinerja, karena asesmen

kinerja menuntut siswa mengerjakan atau membuat suatu task dalam bentuk

produk atau proyek. Dan selain itu siswa harus menunjukan hasil kerjanya. Jadi

setiap pemberian satu tugas, siswa dituntut untuk menghasilkan dan

mempresentasikan. Hal ini membuat setiap satu siklus tidak hanya dilakukan satu

tindakan saja. Tetapi perlu beberapa kali tindakan, tindakan selanjutnya dalam

satu siklus merupakan hasil reconnaissance (pemantauan) dari pelaksanaan

(29)

31

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

Penerapan Assesment Kinerja Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas

(PTK). Ebbut (Arifin, 2011:97) memaparkan bahwa “PTK merupakan suatu studi

percobaan yang sistematis untuk memperbaiki praktik pendidikan dengan

melibatkan kelompok partisipan(guru) melalui tindakan pembelajaran dan refleksi

merka sebagai akibat dari tindakan tersebut”. PTK ini dilakukan oleh seseorang

yang terlibat langsung dalam pembelajaran, dimana PTK ini memiliki beberapa

karakteristik yaitu adanya siklus yang berupa daur yang dilakukan hingga

permasalahan yang terdeteksi bisa teratasi, atau telah sampai pada suatu titik

jenuh. Karakteristik yang selanjutnya adalah keharusan adanya kolaborator (mitra)

yang menjadi teman diskusi saat penelitian dilakukan, serta dapat juga menjadi

bukti validasi bahwa penelitian tersebut memang benar dilaksanakan.

Alasan peneliti memilih PTK dalam penelitian ini adalah :

- Peneliti bisa terjun langsung ke lapangan sebagai observator maupun guru

yang secara langsung menerapkan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini

membuat peneliti bisa merasakan langsung kendala apa saja yang

dihadapi dalam penerapan asesmen kinerja sebagai upaya meningkatkan

kemampuan berfikir kritis siswa. Dan hal ini pun membuat peneliti bisa

dengan tepat mencari solusi dan memperbaiki penerapan asesmen kinerja

tersebut.

- PTK yang memiliki karakteristik terdapat beberapa siklus dalam

penelitian, membuat peneliti bisa dengan baik melakukan tindakan setiap

siklusnya karena menyesuaikan hasil dari siklus yang telah diterapkan

sebelumnya.

- Adanya kolaborator yang membuat peneliti mempunyai teman diskusi dan

sekaligus menjadi observer saat peneliti melakukan tindakan dalam setiap

(30)

32

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan ini adalah untuk

memperbaiki proses belajar mengajar di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung.

Dan tujuan utama PTK ini adalah meningkatkan kemampuan berfikir kritis

siswa di kelas tersebut, setelah masalah tersebut teridentifikasi pada saat

peneliti melakukan beberapa kali observasi di kelas tersebut.

D. DEFINISI OPERASIONAL

a. Asesmen Kinerja

Asesmen kinerja menurut Zainul (2001 : 8) memiliki pengertian dasar

yaitu “asesmen, yang mengharuskan siswa mempertunjukan kinerja,

bukan menjawab atau memilih jawaban dari sederetan kemungkinan

jawaban yang sudah tersedia. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai

ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukan unjuk

kerja”. Terdapat dua aspek penting dalam asesmen kinerja, yaitu task (tugas) dan rubric (kriteria penilaian) untuk menilai kinerja siswa. Dalam

penelitian ini, asesmen kinerja akan diterapkan dengan diberikannya tasks

berupa :

1. Membuat Booklet

2. Membuat Essai Singkat

3. Membuat Resensi Film Sejarah

4. Membuat Makalah

Di bawah ini adalah identifikasi materi dari tasks yang akan diberikan

kepada siswa :

1) Membuat Booklet

Task pertama yang akan diberikan kepada siswa adalah membuat

booklet. Booklet adalah sebuah media massa cetak yang bertujuan

(31)

33

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

Penerapan Assesment Kinerja Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam

(http://alamboak.blogspot.ca/2012/11/pembuatan-poster-leaflet-dan-booklet_3662.html). Pada penelitian ini, task membuat booklet

mengharuskan siswa untuk mengumpulkan informasi-informasi berupa

foto atau gambar yang berhubungan dengan materi sejarah yang

sedang dipelajari. Foto atau gambar yang telah dikumpulkan harus

diberi keterangan dan disusun sesuai dengan kebutuhannya, sehingga

booklet dapat menjadi suatu media yang berisikan informasi-informasi

yang bermanfaat bagi yang membacanya. Siswa pun dituntut untuk

menuliskan makna atau nilai-nilai yang dapat diambil dari keseluruhan

informasi yang terdapat dalam booklet. Dengan hal ini maka manfaat

dari penugasan booklet lebih optimal.

Task membuat booklet dikerjakan secara berkelompok (4-5 orang),

dengan waktu pengerjaan 1 (satu) minggu. Selama proses pengerjaan

siswa diperbolehkan untuk melakukan konsultasi dengan guru. Selain

dituntut untuk menghasilkan produk (Booklet), siswa pun dituntut

untuk menunjukkan penampilannya dalam menyajikan booklet-nya

secara lisan (presentasi). Dan task ini akan disesuaikan dengan materi

sejarah Pengaruh Perkembangan Agama dan Kebudayaan

Hindu-Budha di Indonesia. Tema yang peneliti sediakan sebagai pilihan yaitu

:

- Awal munculnya agama dan kebudayaan Hindu

- Awal munculnya agama dan kebudayaan Budha

- Proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di

Indonesia

- Pengaruh masuknya Hindu-Budha dalam kehidupan

masyarakat di Indonesia

- Bentuk-bentuk kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia

(32)

34

Taks kedua yang akan diberikan kepada siswa adalah membuat

esai. Esai adalah tulisan yang menggambarkan opini penulis tentang

hal tertentu yang coba dinilainya (id.m.wikipedia.org/wiki/esai).

Dalam penelitian ini, siswa ditugaskan untuk memilih satu tema dari

materi sejarah yang sedang dipelajari, dari tema tersebut siswa harus

memilih satu permasalahan yang akan dijadikan bahan kajiannya. Lalu

siswa memberikan opininya tentang masalah yang dipilihnya. Siswa

ditugaskan secara individu untuk membuat sebuah esai singkat

sebanyak 2-3 halaman dan waktu pengerjaan selama satu minggu.

Selain dituntut untuk menghasilkan produk (esai), siswa pun dituntut

untuk menunjukkan penampilannya dalam menyajikan esai-nya secara

lisan (presentasi).Selama proses pengerjaan, siswa diperbolehkan

melakukan konsultasi dengan guru. Guru memberikan beberapa

pilihan tema yang sesuai dengan materi sejarah yang sedang dipelajari

yaitu :

Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah

hasil karya (megaboa.blogspot.com). Pada penelitian ini, siswa

ditugaskan untuk membuat sebuah resensi film. Task ini diberikan saat

siswa sedang mempelajari materi sejarah Kerajaan-kerajaan Islam dan

Interaksi Tradisi Lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia. Banyak

(33)

35

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

Penerapan Assesment Kinerja Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam dapat menjadi media pembelajaran yang baik untuk siswa dalam

mempelajari tentang bagaimana Islam masuk dan berkembang di

Indonesia. Salah satu film yang sesuai dengan materi tersebut adalah

film WALI SONGO. Dalam pengerjaannya, siswa ditugaskan untuk

menonton film WALI SONGO di rumah, baik secara individu ataupun

perkelompok. Namun dalam pengerjaan resensi film, diharuskan

secara perorangan. Waktu pengerjaan task ini adalah satu minggu.

Dalam proses pengerjaan, siswa diperbolehkan untuk bertanya dan

berdiskusi dengan guru apabila ada sesuatu yang kurang dimengerti.

Siswa pun harus menyajikan secara lisan hasil resensi film yang telah

dikerjakannya.

4) Membuat Makalah

Makalah adalah karya tulis pelajar atau mahasiswa sebagai laporan

hasil pelaksanaan tugas sekolah atau perguruan tinggi (Kamus Besar

Bahasa Indonesia). Dalam penugasan ini, siswa secara berkelompok

(4-5 orang) ditugaskan untuk membuat makalah yang pokok

bahasannya disesuaikan dengan tema-tema yang telah disediakan guru.

Waktu pengerjaan tugas ini adalah satu minggu. Dan selama proses

pengerjaan, siswa diperbolehkan melakukan konsultasi dengan guru

apabila terjadi kesulitan. Siswa pun dituntut untuk mempresentasikan

hasil kajian makalahnya di depan kelas. Task membuat makalah ini

disesuaikan dengan materi Proses Interaksi antara Tradisi Lokal,

Hindu-Budha dan Islam di Indonesia. Dan siswa diperbolehkan

memilih tema dan menentukan judul dengan bebas, tetapi harus sesuai

(34)

36

b. Berpikir Kritis

Kemampuan berfikir kritis adalah suatu sikap mau berpikir secara

mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam

jangkauan pengalaman seseorang (Glaser dalam Fisher, 2007:3). Dalam

penelitian ini, peneliti memilih indikator berpikir kritis yang diungkapkan

oleh Glaser (Fisher, 2009:7). Indikator berpikir kritis yang dikembangkan

oleh Glaser berjumlah 12 point. Namun, peneliti menyesuaikan dengan

permasalahan yang terjadi di kelas, kemampuan siswa dalam mencapai

indikator dan tasks yang diberikan kepada siswa. Maka peneliti hanya

memilih 9 (sembilan) indikator yang menjadi acuan dalam penelitian ini.

Dan indikator yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Mengenal masalah

2. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani

masalah-masalah itu

3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan

4. Mengenal asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan

5. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas

6. Menganalisis data

7. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan

8. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah

9. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang

diperlukan

Kesembilan indikator di atas terdapat pada setiap proses pengerjaan

task yang akan diberikan kepada siswa. Yaitu membuat booklet, membuat

esai, membuat resensi film sejarah dan menyusun makalah. Sehingga

apabila siswa mampu mengerjakan semua task dengan baik, maka siswa

telah mencapai sembilan indikator berpikir kritis yang dikembangkan oleh

Glaser. Dan indikator berpikir kritis tersebut menjadi acuan dalam aspek

(35)

37

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

Penerapan Assesment Kinerja Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instumen penelitian diperlukan sebagai alat pengumpul data. Data yang

akan dihasilkan dari penelitian ini akan dikumpulkan oleh instrumen sebagai

berikut :

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan siswa selama

pelaksanaan tindakan. Siswa dituntut untuk menunjukan kinerjanya secara

individu atau berkelompok saat diberikan tasks. Sehingga lembar

observasi ini mengukur bagaimana kemampuan siswa dalam mengerjakan

tugas secara individu atau berkelompok serta proses ketika siswa berupaya

mencapai indikator-indikator berpikir kritis yang menjadi acuan dalam

penelitian.. Lembar observasi pun bertujuan untuk melihat dan mengamati

performance siswa dalam presentasi dan berdiskusi tentang hasil

kajiannya, dengan melihat kesiapan dan kemampuan setiap anggota

kelompoknya dalam mengungkapkan pemikiran kritisnya terhadap tugas

yang dikerjakan. Lembar observasi yang peneliti gunakan adalah lembar

observasi terbuka dan lembar observasi terfokus. Disesuaikan dengan

metode observasi yang peneliti gunakan.

2. Rubrik (Kriteria Penilaian)

Rubrik berisikan tentang aspek-aspek yang akan menjadi penilaian

siswa, hal ini akan membantu peneliti mengukur ketercapaian tujuan

penelitian terhadap seluruh siswa dengan dilakukan penilain per individu.

Skor yang diberikan pun disesuaikan dengan tingkatan kategori yang

(36)

38

dengan baik. Menurut Zainul (2001), rubrik biasanya dibuat dalam bentuk

tabel dua lajur, yaitu barisyang berisi kriteria dan kolom yang berisi mutu.

Kriteria dapat dinyatakan secara garis besar, kemudian dirinci menjadi

komponen-komponen yang penting. Dalam mengembangkan rubrik,

Szpyrka dan Smith (Zainul, 2001:26) menyebutkan langkah-langkah

pengembangan rubrik sebagai berikut:

1. Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diases

(asesmen)

2. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutan konsep

dan atau keterampilan yang akan diases ke dalam rumusan atau

definisi yang menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja

3. Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas

(task) yang harus diases

4. Menentukan skala yang akan digunakan

5. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai

dengan kinerja yang tidak diharapkan.

6. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil

kerja siswa dengan rubrik yang telah dikembangkan

7. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja siswa

dari uji coba tersebut kemudian dilakukan revisi, terhadap

deskripsi kinerja, maupun konsep dan keterampilan yang akan

diases

8. Memikirkan kembali tentang skala yang digunakan.

9. Merevisi skala yang akan digunakan.

Aspek-aspek yang menjadi penilaian dalam rubrik terlebih dahulu

didiskusikan dengan siswa. Agar siswa bisa dengan baik mengerti apa saja

yang harus dicapai dalam pembelajaran tersebut. Dan tasks pun akan

(37)

39

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

Penerapan Assesment Kinerja Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Penelitian tindakan kelas yang menerapkan asesmen kinerja ini

menggunakan teknik pengumpulan data berupa penilaian dan observasi.

Penilaian dilakukan dengan melihat hasil unjuk kerja siswa berupa mengisi

lembar tugas yang diberikan guru, serta penampilan siswa di depan kelas

dalam menyampaikan hasil bacaannya dan menjawab pertanyaan yang

diajukan guru dan siswa lainnya berkaitan dengan materi yang

disampaikannya. Alat pengumpul data dari penilaian ini berupa rubrik (kriteria

penilaian), dimana aspek-aspek yang dinilainya adalah hasil kesepakatan

antara guru dan siswa.

Teknik pengumpulan data berupa observasi menggunakan lembar

observasi sebagai alatnya. Wiraatmadja (2005 : 110) mengungkapkan, ada 4

metode observasi yang bisa digunakan, yaitu observasi terbuka, observasi

terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik. Menurut Hopkins

(Wiraatmadja, 2005) :

“Observasi terbuka adalah apabila sang pengawas atau observer

melakukan pengamatannya dengan menggunakan kertas pensil,

kemudian mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas”

Observasi terfokus adalah pengamatan permasalahan yang difokuskan

kepada upaya-upaya guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa

dengan memberikan respons kepada pertanyaan guru dan aspek-aspek lain

(Wiriatmadja, 2005:112). Berbeda dengan observasi terstruktur, pengamatan

ini dilakukan dengan cara menghitung banyaknya siswa melakukan kegiatan

yang sebelumnya telah peneliti tentukan apa-apa saja yang akan menjadi objek

pengamatan. Wiriatmadja (2005:114) pun mengungkapkan :

“Cara lain untuk melakukan observasi terstruktur dapat juga dilakukan oleh para peneliti, setelah mereka mendiskusikannya

pada perencanaan.”

Sehingga siswa yang sedang diteliti sudah mengetahui sebelumnya,

(38)

40

sistematik yang artinya pengamatan kelas dengan menggunakan skala

(Hopkins dalam Wiriatmadja, 2005). Hal ini sangat perlu untuk difikirkan,

karena pengamatan dengan menggunakan skala akan sangat menekankan

aspek penelitian kuantitatif dibandingkan kualitas yang kaya akan analisis.

Dalam penelitian ini, melihat dari data yang akan diambil menurut jenisnya,

maka peneliti menggunakan metode observasi terbuka dan observasi terfokus.

Karena dengan observasi terbuka, gambaran situasi kelas akan lebih jelas

terlihat beserta dengan urutan-urutan aktivitas yang terjadi di kelas saat

tindakan dilakukan. Lalu dengan menggunakan metode observasi terfokus,

maka peneliti tidak akan mengalami kesulitan untuk mengamati siswa mana

saja yang bisa melakukan aspek-aspek yang menjadi fokus penilaian dan

pengamatan peneliti.

G. ANALISIS DATA

Peneliti mengumpulkan data yang telah diperoleh dari instrumen

penelitian yang digunakan. Dan langkah-langkah pengolahan data akan

dilakukan sebagai berikut :

1. Data Kuantitatif

Pengolahan data untuk mengukur perkembangan kreativitas siswa

diolah secara kuantitatif melalui penskoran. Rumus yang digunakan antara

lain:

a. Rumus dalam mengolah data hasil dari penskoran pembuatan

produk dan presentasi secara keseluruhan adalah, yaitu:

Presentase pembuatan produk = Jumlah skor total subjek x 100% Jumlah skor total masksimum

Presentase penampilan siswa = Jumlah skor total subjek x 100%

(39)

41

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

Penerapan Assesment Kinerja Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam 2. Data Kualitatif

Pengolahan data secara kualitatif dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

- Data-data yang terkumpul diberikan kode-kode tertentu menurut jenis dan

sumbernya.

- Peneliti melakukan interpretasi pada keseluruhan data. Hal ini dilakukan

untuk memudahkan memberi penjelasan terhadap temuan penelitian.

- Data diolah sesuai dengan jenis datanya. Pengolahan data yang didapat

dari rubrik akan dilakukan dengan menghitung skor yang didapat

masing-masing siswa. Sedangkan lembar observasi akan diolah dengan melihat

perubahan yang terjadi pada setiap siswa dan membandingkan situasi dan

kondisi sebelum dan sesudah tindakan dilakukan.

- Validasi Data, kegiatan yang dipilih peneliti untuk meningkatkan validitas

yaitu:

a) Member Check, dilakukan dengan cara melakukan konfirmasi

dengan sumber data. Dan data hasil dilakukannya tindakan akan

dikonfirmasi pula kepada yang menjadi kolaborator. Cara ini

dipilih karena siswa sebagai sumber data dan kolaborator biasanya

lebih terbuka terhadap kesalahan dan kekurangan yang dilakukan

peneliti.

b) Expert Opinion, dilakukan dengan cara melakukan diskusi dengan

para pakar yang ahli/ profesional di bidang ini. Peneliti memilih

dosen pembimbing penelitian ini untuk menilai valid atau tidaknya

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini peneliti akan menuliskan kesimpulan akhir dari penelitian

yang telah selesai dilakukan dan juga menuliskan saran yang ditujukan kepada

berbagai pihak berdasarkan hasil yang telah dicapai. Adapun kesimpulan dan

saran yang dimaksud adalah sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Penerapan asesmen kinerja dengan pemberian tugas booklet, essai, resensi

film, dan makalah sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Pertama, perencanaan penerapan Asesmen Kinerja sebagai upaya

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 2 SMAN 22

Bandung adalah dimulai dengan menentukan tugas-tugas (tasks) yang akan

diberikan kepada siswa. Tugas yang akan diberikan harus sesuai dengan

materi yang dipelajari dan sesuai dengan kemampuan siswa. Waktu

pengerjaan tugas, cara pengerjaan, dan ketentuan membuat tugas dipikirkan

secara matang. Agar siswa tidak kebingungan dalam mengerjakan tugasnya.

Cara pengerjaan tugas terbagi menjadi dua, yaitu secara perorangan dan

perkelompok, disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan banyaknya hal yang

harus dilakukan dalam setiap tugas. Siswa diberi penekanan bahwa setiap

tugas yang seslesai dikerjakan harus dipresentasikan didepan kelas. Tujuannya

adalah selain siswa dapat menghasilkan produk, siswa pun dapat menampilkan

dan menyajikannya secara lisan. Tentunya produk dan presentasi tersebut

harus memenuhi indikator-indikator berpikir krtis yang sebelumnya telah

dijelaskan dalam ketentuan penyusunan atau pembuatan tugas. Hal-hal ini

(41)

212

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

RPP dibuat agar pembelajaran setiap siklus berjalan dengan baik dan

menunjang siswa dalam mengerjakan tugasnya. Skenario pembelajaran yang

mencakup metode pembelajaran yang akan dilakukan di kelas, disusun dengan

detail dan bervariatif setiap kali siklus.

Selain merencanakan pemberian tugasnya, hal penting yang harus

direncanakan adalah membuat rubrik. Rubrik yang menjadi pedoman

penilaian terhadap tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa harus melalui

penyusunan yang matang. Karena dengan rubrik, pencapaian siswa terhadap

indikator berpikir kritis dapat terukur. Aspek-aspek penilaian yang terdapat

dalam rubrik harus ditentukan sesuai dengan indikator berpikir kritis yang

digunakan dalam penelitian ini. Setiap tugas mengacu pada indikator yang

berbeda. Maka setiap siklus, aspek penilaian yang terdapat pada rubrik harus

ditentukan dengan disesuaikan dengan indikator yang menjadi acuan dalam

pembuatan tugas.

Kedua, penerapan asesmen kinerja sebagai upaya meningkatkan

kemampuan berpikir krtis siswa di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung diawali

dengan melakukan metode pembelajaran yang dapat menunjang siswa dalam

mengerjakan tugasnya di luar kelas. Karena tugas yang diberikan menuntut

siswa mengerjakannya di rumah atau di luar kelas, maka sebisa mungkin pada

saat pembelajaran di kelas suasananya kondusif dan aktivitas pembelajaran

berjalan dengan baik. Pada setiap siklus diberikan tugas yang berbeda jenisnya

dan beda pula cara pengerjaannya, hal ini disesuaikan dengan materi yang

sedang dipelajari. Keberhasilan pencapaian indikator berpikir kritis setiap satu

tugas selesai dikerjakan siswa, menjadi dasar pemberian tugas selanjutnya.

Apakah tugas tersebut dikerjakan secara perorangan atau perkelompok. Siswa

mengerjakan tugas tersebut di rumah, selama batas waktu yang ditentukan.

Pada pertemuan selanjutnya, siswa harus mempresentasikan hasil pengerjaan

tugasnya. Hal ini bertujuan agar kemampuan berpikir kritis siswa yang

tertuang dalam tugas yang dibuatnya dapat diungkapkan secara lisan.

(42)

presentasi tugas menjadi bahan penilaian. Penilaian yang dilakukan terhadap

produk dan presentasi beracuan pada rubrik atau kriteria penilaian yang telah

disusun sebelumnya.

Ketiga, merefleksikan kendala-kendala dalam menerapkan asesmen

kinerja sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas

XI IPS 2 SMAN 22 Bandung. Dalam pelaksanaan penelitian ditemukan

kendala-kendala yang mempengaruhi pemberian tugas-tugas sebagai wujud

implementasi penerapan asesmen kinerja. Namun kendala tersebut tidak

begitu banyak dan masih dapat diatasi. Kendala muncul disebabkan karena

siswa belum terbiasa mengerjakan tugas (task) yang mengharuskannya

menuangkan pemikiran kritisnya, sehingga pada awalnya terjadi kebingungan

pada siswa. Apalagi pada tugas yang mengharuskan siswa mengerjakannya

secara perkelompok, hal ini membuat siswa merasa harus bekerja dua kali.

Selain memikirkan cara menyelesaikan tugas, siswa pun harus berkoordinasi

dalam membagi tugas dengan anggota kelompok lain. Kendala berikutnya

adalah kurangnya pemanfaatan siswa terhadap teknologi yang berada dekat di

sekitarnya bahkan siswa memiliki teknologi tersebut. Tugas-tugas yang

diberikan siswa mengharuskan siswa mencari informasi dari berbagai sumber,

siswa merasa kesulitan jika informasi hanya didapatkan dari buku saja.

Padahal siswa dapat memanfaatkan gadget yang dimiliki untuk mengunduh

banyak informasi yang bisa disertakan dalam penyusunan tugas.

Setiap kendala yang ditemukan dapat diatasi dengan beberapa hal yaitu,

penjelasan yang detail mengenai ketentuan dalam membuat tugas dan

pemberian pemahaman kepada siswa untuk mencari berbagai sumber

informasi dalam membuat tugas. Siswa pun perlu diberi arahan mengenai

pentingnya berpikir kritis dalam kehidupan, baik dalam mengenal suatu

permasalahan, mencari solusi dalam memecahkan masalah tersebut, memberi

pandangan terhadap suatu masalah, mengambil makna dari masalah yang

terjadi, dan menyimpulkan suatu permasalahan adalah sangat penting dalam

(43)

214

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

pemikiran-pemikirannya tersebut dalam tugas yang harus dikerjakannya, baik

secara perorangan atau perkelompok dan mencari infromasi

sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber referensi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dalam

menerapkan asesmen kinerja sebagai upaya meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung, peneliti

menyarankan beberapa hal berdasarkan dengan penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

Bagi pihak sekolah diharapkan untuk mementingkan peningkatan

kemampuan berpikir kritis siswa yang menjadi sesuatu yang perlu dimiliki

oleh setiap individu. Dan upaya peningkatan ini dilakukan dengan

memberikan tugas-tugas yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa

sebagai wujud dari penerapan asesmen kinerja. Pemberian tugas harus

dirancang agar siswa menuangkan kemampuan berpikir kritisnya, dan

pemberian tugas dilakukan secara rutin agar menjadi terapi bagi siswa sedikit

demi sedikit mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

Bagi guru, diharapkan dapat merancang suatu pembelajaran yang dapat

menunjang siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya, baik

merancang metode pembelajaran yang bervariatif dan merancang tugas

dengan matang sehingga siswa terlatih menuangkan kemampuan berpikir

kritisnya baik secara tulisan yang dirangkai ke dalam berbagai bentuk tugas

ataupun secara lisan (presentasi). Tugas pun dipilih sesuai dengan kemampuan

siswa, agar siswa dapat dengan baik dan optimal menunjukan kemampuan

berpikir krtisinya.

Bagi siswa, peneliti mengharapkan agar siswa mengerjakan dengan sebaik

mungkin dan seoptimal mungkin tugas yang diberikan kepadanya. Agar siswa

(44)

tentunya akan menjadi dasar siswa dalam menghadapi permasalahan yang ada

di masyarakat. Maka dari itu, siswa harus mempraktekan sedikit demi sedikit

kemampuannya dalam berpikir kritis di kehidupan sehari-hari agar siswa

dapat menjadi individu yang dapat diandalkan di masyarakat.

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu menjadi motivasi agar

dapat menjadi guru yang dapat memperbaiki pembelajaran sejarah yang ada,

dengan menerapkan asesmen kinerja yang tugas-tugasnya dirancang dan

dipertimbangkan secara matang. Agar setiap tugas-tugas yang diberikan siswa

dapat menjadi terapi bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritisnya. Sehingga pembelajaran sejarah menjadi awal bagi siswa dalam

menjadi individu yang peduli terhadap permasalahan di masyarakat.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat peneliti sampaikan

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Peneliti berharap hal tersebut

dapat memberikan manfaat kepada peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa dalam pembelajaran sejarah, sekaligus meningkatkan pula mutu

(45)

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber Buku

Aries, E.F. (2011). Asesmen dan Evaluasi dalam Pembelajaran. Jakarta :

Aditya Media Publishing

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Browne, M.N. (2012). Pemikiran Kritis. Jakarta: Penerbit Indeks

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Penerbit

Alfabeta.

Fisher, A. (2007). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta :

Penerbit Erlangga

Johnson, E. B. (2011). Contextual Teaching and Learning Menjadikan

Kegiatan Belajar Mengajar Mengasikan dan Bermakna. Jakarta : Mizan

Media Utama.

Kochar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta : Grasindo.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Supriatna, Nana. (2007). Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung :

Historia Utama Press.

Uno, H. (2012). Assesment Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

(46)

Remaja Rosdakarya.

Zainul, A. (2001). Alternative Assesment. Jakarta : PAU-PPAI-UT.

Zainul, A . (2005). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : PAU-PPAI-UT.

2. Sumber Skripsi :

Damayanti, E. (1993). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMU Kelas Dua

SMA pada pokok Pembahasan Larutan dan Sifat-sifatnya. Sripsi Sarjana

Pend. Kimia FPMIPA IKIP Bandung : Tidak diterbitkan

Jaelani, J.R. (2012). Penerapan Metode Debat untuk Menumbuhkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siwa di Kelas XI IPS 3 SMAN 23 Bandung.

Skripsi Sarjana Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung : Tidak

Diterbitkan

Nur’afifah. (2012). Pemerapan Asesmen Kinerja untuk Menunmbuhkan

Keterampilan Menganalisis Siswa pada Pembelajaran Sejarah. Skripsi Sarjana Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung : Tidak

Diterbitkan

Puryani, Y. (2008) Pengembangan Model Asesmen Kinerja untuk

Meningkatkan Minat Membaca Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di

Kelas XI IPS 2 SMAN 2 Bandung. Skripsi Sarjana Pendidikan Sejarah

FPIPS UPI Bandung : Tidak di terbitkan

3. Sumber Internet

(47)

Aulia Putri Fajartriyani, 2013

http//gurupembaharu.com/home/pengukuran-sejarah-kritis/2009. Diunduh

tanggal 16 Januari 2013

NN. (2009). Meningkatkan kemampuan berfikir. [Online]. Tersedia:

http://suaraguru.wordpress.com.2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berfikir. Diunduh pada tanggal 16 Januari 2013

Gustin, W. (2009). Asesmen Alternatif. [Online]. Tersedia :

http://www.ghoesstin.blogspot.ca/2009/05/asesmen-alternatif.html. Diunduh pada tanggal 16 Januari 2013

NN. (2012). Pembuatan Poster dan Booklet. [Online] Tersedia :

http://alamboak.blogspot.ca/2012/11/pembuatan-poster-leaflet-dan-booklet_3662.html. Diunduh tanggal 3 Mei 2013

Gambar

TABEL 4.23. Presentase Skor Booklet  ..............................................................
Gambar 1.1. Desain PTK Dave Ebbut (Wiriatmadja, 2005)
tabel dua lajur, yaitu barisyang berisi kriteria dan kolom yang berisi mutu.

Referensi

Dokumen terkait

Mangkunegara, Anwar Prabu, (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan , Cetakan Kedua, Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.. Mathis dan Jackson, (2002), Manajemen

(1) Dalam hal langkah-langkah penertiban dan pendayagunaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, 16, 17, 18 dan Pasal 19, Pemegang Hak Atas Tanah atau pihak yang telah

Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris terhadap manajemen laba. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus Anak Usia Dini melalui kegiatan melipat, menggunting dan menempel di Kelompok B TK Pertiwi Kota

Penerapan Analisis SWOT Dalam Strategi Pemasaran Produk Tabungan Pada BMI Cabang Pembantu Magelang.. Sekolah Tinggi Agama Islam

Ibrahim dkk(2000:29), ada empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yaitu, STAD, jigsau, kelopok penyelidikan dan pendekatan setruktur. Dari berbagai jenis model

Pada kondisi fisiologis yang dapat menyebabkan rendahnya vigor benih adalah immaturity atau kurang masaknya benih saat panen dan kemunduran benih saat penyimpanan.Pada

4.6.5 Pembahasan Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas