• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Adapun yang diatur merupakan unsur-unsur manajemen yang terdiri dari man, money, method, machines, material, dan market. Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan.

Untuk memahami tentang manajemen, akan dikemukakan beberapa pengertian manajemen oleh beberapa ahli :

Menurut Rivai (2009:2), pengertian Manajemen adalah :

“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya lainnya secara efisien, efektif dan produktif merupakan hal yang paling penting untuk mencapai suatu tujuan”.

Menurut Drs.H Malayu S.P Hasibuan (edisi revisi 2011:2), pengertian Manajemen adalah :

“Ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Menurut Andrew F. Sikula (2011:3), pengertian Manajemen adalah :

“Aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian,

penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan

keputusan, yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk

(2)

mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atauy jasa secara efisien”.

Dari definisi tentang manajemen di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengarahkan usaha yang bertujuan membantu organisasi mencapai tujuannya. Sejauh mana keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi tanggung jawab sosialnya.

Menurut George R, Terry (2011:2), definisi Manajemen diatas memiliki persamaan-persamaan yaitu :

1. Manajemen terdapat fungsi-fungsi yaitu : a. Perencanaan

b. Organisasi

c. Menggerakan atau mengarahkan d. Pengawasan

2. Manajemen merupakan seni dan ilmu

3. Dalam organisasi mempunyai tujuan yang telah ditetapkan

Sedangkan perbedaannya, disebabkan oleh perbedaan latar belakang, sudut pandang dan daya nalar penulis/para ahli tersebut.

Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Manajemen sebagai ilmu dan sebagai seni

2. Manajemen sebagai suatu profesi

3. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia yang melakukan aktivitas manajemen

4. Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan

5. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi, yaitu perencanaan, perorganisasian,

pengarahan dan pengendalian.

(3)

2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manusia merupakan salah satu sumber daya dalam yang dapat menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Sumber daya manusia mempunyai kedudukan yang sangat vital dan dinamis dalam perusahaan.

Sumber daya manusia merupakan asset penting dan berperan sebagai faktor penggerak utama dalam pelaksanaan seluruh aktivitas perusahaan.

Sumber daya manusia dalam perusahaan adalah sekumpulan orang-orang yang bekerja pada perusahaan dan masing-masing dari mereka mempunyai karsa, citra, dan rasa yang berbeda-beda. Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang sulit ditangani karena memiliki sifat dan kemampuan yang spesifik. Sumber daya manusia harus dikelola dengan pendekatan yang manusiawi memlalui manajemen sumber daya manusia (MSDM). Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian manajemen sumber daya manusia para ahli :

Menurut Rachmawati dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2008:3), pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia adalah :

“Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses prencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, penegmbangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat”.

Menurut Mangkunegara dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2008:2), pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia adalah :

“Suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan,

pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan

tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.

(4)

Dari beberapa pendapat tentang manajemen sumber daya manusia yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahan tenaga kerja dari berbagai aktivitas manajemen yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lain agar tercapai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.

2. Manajemen sumber daya manusia merupakan manajemen yang memfokuskan perhatiannya kepada faktor produksi manusia dengan segala kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan.

3. Manajemen sumber daya manusia merupakan ilmu dan seni dalam proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.

2.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai

masalah pada ruang lingkup pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk

dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang

telah ditentukan. Jika melihat dari beberapa definisi manajemen sumber daya manusia

diatas, maka manajemen sumber daya manusia dapat dibedakan menjadi dua fungsi

manajerial dan fungsi operasional. Fungsi manajemen sumber daya manusia menurut

Malayu S.P Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia edisi

revisi (2010:22-23), mengungkapkan bahwa fungsi Manajemen Sumber Daya

Manusia terdiri dari :

(5)

1. Fungsi Manajerial : a. Perencanaan (Planning)

Yaitu prencanaan yang berarti menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan dan merupakan fungsi terpenting diantara semua fungsi manajemen.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu sebagai proses penciptaan hubungan antara berbagai fungsi, personalia, dan faktor-faktor fisik agar semua pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat dan terarah pada satu tujuan. Mengorganisasikan berarti membagi pekerjaan diantara para individu dan kelompok serta mengkoordinasikan aktifitas mereka, agar setiap individu dapat mengetahui secara jelas apa yang menjadi tugas sehingga karyawan dapat bekerja dengan benar.

c. Pengarahan (Directing)

Yaitu kegiatan mengarahkan semua pegawai agar mau bekerja sama dan bekerja secara eketif dan efisiendalam membantu tercapainya tujuan instansi.

d. Pengendalian (Controling)

Aktifitas untuk mengoreksi adanya penyimpangan-penyimpangan dan hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Fungsi Manajemen Operasional : a. Pengadaan (Procurement)

Yaitu proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan perusahaan.

(6)

b. Pengembangan (Development)

Yaitu proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini ataupun masa yang akan datang.

c. Kompensasi (Compensation)

Yaitu pemberian jasa langsung atau imbalan atas tenaga kerja, waktu, pikiran serta prestasi yang telah diberikan oleh seorang tenaga kerja atau pegawai pada perusahaan.

d. Pengintegrasian (Integration)

Yaitu kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan pegawai, agar terciptanya kerja sama dan saling menguntungkan

e. Pemeliharaan (Maintenance)

Yaitu usaha untuk mempertahankan tenaga kerja yang produktif agar tetap dapat bekerja diperusahaan, serta mau membina kerja sama dan komunikasi yang baik dengan sesama pegawai.

f. Kedisiplinan

Yaitu keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan perusahaan dan norma-norma soaial.

g. Pemberhentian (Separation)

Yaitu putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan.

Pemberhentian disebabkan oleh keinginan pegawai, keinginan perusahaan,

kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab lainnya.

(7)

2.4 Disiplin Kerja

Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik karyawan untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.

Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Prof. DR. H. Abdurrahmat Fathoni, M.Si. (2007: 126) yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan disiplin adalah ;

Disiplin dapat diartikan bilamana pegawai selalu datang dan pulang pada tepat waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Dari pendapat diatas, dapat dipahami bahwa disiplin menyatu dalam diri seseorang. Sikap disiplin diperoleh dari adanya pembinaan yang dimulai dari lingkungan yang paling kecil dan sederhana yaitu keluarga. Pembinaan disiplin dari keluarga sangat berguna dalam membentuk perilaku dalam dirinya dan dapat mencapai disiplin diri.

2.4.1 Pengertian Disiplin Kerja

Dalam kehidupan perusahaan kondisi tetap dan teratur merupakan sebagian aspek penting yang berperan pada kelancaran organisasia untuk mencapai tujuannya.

Untuk menetralisir kondisi tertib dan teratur maka diperlukan pengaturan akan

mekanisme kerja, diantaranya dalam bentuk peraturan kerja organisasi yang ditujukan

kepada semua unsur dalam organisasi. Tujuan dari peraturan ini adalah untuk

menciptakan suasana tertib dan teratur dalam pencapaian hasil kerja yang maksimal,

dalam arti pencapaian target yang berkaiatan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.

(8)

Agar dapat berjalan dengan baik maka diperlukan ketaatan dari setiap karyawan dengan peran yang positif dalam melaksanakan peraturan yang telah ditentukan perusahaan.

Disiplin berasal dari bahasa latin, yaitu diciplina yang berarti latihan atau pendidikan, kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif, melalui kepatuhan menjalankan organisasi.

Menurut T.Hani Handoko (2007:208) dalam bukunya Sumber Daya Manusia mendefinisikan Disiplin adalah :

“Kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional”.

Sedangkan menurut Melayu S.P Hasibuan dalam bukunya Sumber Daya Manusia edisi revisi (2010:193) Disiplin adalah :

“Kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.”

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja terbentuk dari adanya kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua aturan dan norma yang telah ditetapkan. Hal ini berarti bahwa kedisiplinan terbentuk bukan dari suatu keterpaksaan tetapi harus dari kesadaran seseorang, terlaksananya disiplin tidak hanya karena adanya hukuman bagi sipelanggar, namun terbentuk dari adanya rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh orang tersebut. Dengan terbentuknya rasa disiplin dalam diri setiap orang, maka hal tersebut dapat meningkatkan semangat kerja dan tujuan organisasi maupun individu dapat terlaksana dengan baik.

Pegawai adalah orang-orang yang bergabung dari suatu organisasi. Dalam

suatu organisasi seorang pimpinan memerlukan alat untuk berkomunikasi dengan

para pegawainya mengenai tingkah laku para pegawai, dan bagaimana memperbaiki

prilaku para pegawai menjadi lebih baik lagi, dan disiplin kerja yang diterapkan

merupakan alat komunikasi pimpinan.

(9)

Aspek hubungan internal pegawai yang perlu, tetapi seringkali berat, adalah penetapan tindakan displiner. Tindakan displiner tidak selalu menjadi jawaban awal manajemen terhadap suatu masalah. Normalnya terdapat beberapa cara positif untuk memastikan para pegawai mematuhi kebijakan-kebijakan perusahaan yang perlu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Bagaimanapun para manajer semestinya melaksanakan tindakan displiner pada saat kebijakan-kebijakan perusahaan dilanggar. Kebijakan-kebijakan displiner memberikan organisasi kesempatan yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan organisasional, dan dengan demikian menguntungkan perusahaan dan pegawai.

Untuk mengetahui apakah para pegawai sudah bekerja dengan penuh disiplin atau tidak dapat dilihat dari aspek-aspek yang berhubungan dengan kedisplinan karyawan :

1. Keteraturan dan ketetapan waktu kerja, yang dimaksud disini adalah apabila pegawai datang ketempat kerja berdasarkan jadwal waktu kerja yang ditentukan oleh perusahaan.

2. Ketetapan dalam menggunakan pakaian dan peralatan, artinya menggunakan pakaian dan peralatan sesuai dengan standar organisasi atau perusahaan dengan benar.

3. Menghasilkan jumlah dan kualitas kerja yang memuaskan, artinya dapat menghasilkan jumlah dan kualitas kerja yang menjadi target atau sasaran perusahaan.

4. Menyelesaikan pekerjaan dengan semangat kerja yang baik, artinya menyelesaikan pekerjaan dengan sungguh-sungguh sehingga dapat selesai sesuai dengan target waktu yang ditentukan perusahaan.

Dengan demikian displin kerja mengandung pengertian adanya ketaatan dan

kepatuhan para pegawai terhadap peraturan yang berlaku yang telah ditetapkan yang

mencangkup ketepatan mennggunakan waktu kerja, menggunakan pakaian sesuai

ketentuan, hati-hati dalam menggunakan peralatan kantor, hati-hati dalam

(10)

menggunakan fasilitas kerja, mengikuti prosedur kerja yang ditentukan dan mempunyai tanggung jawab kerja yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaannya.

2.4.2 Bentuk-bentuk Disiplin Kerja

Ada dua bentuk disiplin kerja menurut Anwar P. Mangkunegara, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif :

Menurut Anwar P. Mangkunegara (2008:129-130), dalam buku : “Manajemen Sumber Daya Manusia”, yaitu pengertian :

1. Disiplin Preventif

Suatu upaya untuk mengerakan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah ditetapkan perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri, dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-pertaturan perusahaan.

Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk bagian sistem yang ada dalam organisasi. Jika sistem organisasi baik, maka diharapkan akan lebih mudah menegakan disiplin kerja.

2. Disiplin Korektif

Suatu upaya menggerakan karyawan dalam menyatukan suatu peratutaran dan

mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang

berlaku diperusahaan. Pada disiplin korektif, karyawan yang melanggar

disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan

pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai yang melanggar,

memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran pada

pelanggar.

(11)

2.4.3 Tujuan Disiplin Kerja

Dalam organisasi memiliki disiplin kerja yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pada organisasi itu sendiri. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka perusahaan perlu mengadakan pendisiplinan yang sering diartikan macam-macam.

Ada yang mengaggap bahwa disiplin adalah suatu kondisi dimana pegawai berprilaku sesuai dengan peraturan perusahaan, ada juga yang menganggap bahwa disiplin suatu hukuman dari perusahaan.

Menurut Wirawan (2009:138-139), Secara khusus pendisiplinan kerja bertujuan untuk :

1. Mendorong karyawan untuk mentaati kebijakan 2. Meningkatkan produktivitas kerja

3. Memanfaatkan penggunaan sarana dan prasarana secara optimal

4. Mendorong pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketetapan yang berlaku Disiplin kerja yang baik dapat ditegaskan apabila semangat dari pegawai itu sendiri, kerja yang baik dapata tercermin dengan melihat absensi pegawai, ketetapan waktu kerja dan terpenuhi kebutuhan mereka.

2.4.4 Manfaat Disiplin Kerja

Disiplin menunjukan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri pegawai terhadap peraturan dan ketetapan instansi. Menurut Siagan yang dikutip Edy Sutrisno (2008:45), manfaat disiplin kerja yaitu :

1. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja para pegawai.

2. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

3. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam

melakukan pekerjaan.

(12)

4. Besarnya rasa tanggung jawab para pegawai untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya.

5. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan pegawai.

2.4.5 Faktor-faktor Masalah Disiplin Kerja

Kedisiplinan kerja sangat diperlukan dalam suatu perusahaan, karena dalam suasana disiplin perusahaan akan dapat melaksanakan program-program kerja untuk untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berikut adalah faktor-faktor masalah disiplin kerja menurut Malayu S.P Hasibuan (2010:edisi revisi), yaitu :

1. Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai.

Misalnya : Pada saat rekrutmen pegawai, perusahaan telah menetapkan tujuan dalam usaha mencari pegawai baru dan dapat secara langsung melihat kapabilitas pelamar yang sesuai dengan kebutuhan dan jabatan yang tersedia.

2. Teladan Pimpinan

Teladan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, jujur, adil, serta seuai kata dengan perbuatan.

3. Balas jasa

Balas jasa ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai karena akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap perusahaan atau pekerjaan.

Misalnya : Memberikan balas jasa yang sesuai kepada para pegawainya

seperti pemberian bonus, fasilitas serta kenaikan gaji.

(13)

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai dan kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan yang baik.

Misalnya : Para atasan atau manajer selalu bersikap adil kepada semua bawahannya tanpa memilih-milih. Selain itu juga perusahaan akan memberikan hukuman bagi pegawai yang melanggar peraturan dan memberikan penghargaan yang sama pula bagi pegawai yang memiliki prestasi kerja yang baik tanpa membedakan pangkat ataupun jabatan.

5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat adalah) tindakan nyata dan paling efektif untuk mencegah atau mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali sistem-sistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan sistem internal control yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan, pegawai, dan masyarakat.

Misalnya : Adanya pengarahan dari atasan kepada bawahan apabila mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas serta adanya penilaian atas adanya kesalahan dalam bekerja.

6. Sanksi Hukuman

Melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap disiplin pegawai akan berkurang.

Misalnya : Adanya hukuman berat, hukuman sedang, dan hukuman ringan.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan pegawai perusahaan. Dengan demikian, pimpinan akan dapat

memelihara pegawai perusahaan.

(14)

8. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama pegawai ikut menciptakan kedisiplinan yang baik bagi perusahaan.

Misalnya : Pada istirahat siang, para pegawai baik atasan maupun bawahan sering mengadakan makan bersama dan shalat berjamaah, selain itu dengan bermain tenis meja bersama pada saat hari libur kerja sehingga diharapkan munculnya hubungan yang baik diantara sesame pegawai.

Setiap karyawan yang melakukan jenis-jenis disiplin adalah pegawai yang menghargai pekerjaannya dan pegawai yang mementingkan perusahaannya. Maka dari pada itu pegawai yang sudah melakukan disiplin kerja, pegawai itu harus lebih baik lagi dalam mempertahankan sikap disiplin. Bagi perusahaan harus memiliki timbal balik agar ada keseimbangan antara perusahaan dengan para pegawainya.

2.5. Absensi

Pegawai yang disiplin adalah pegawai yang mematuhi peraturan yang dibuat oleh perusahaan sesuai dengan persetujuan yang telah ditetapkan sebelum bekerja.

Pelanggaran sering terjadi akibat malasnya pegawai itu bekerja, masalah lainnya yang membuat pegawai tersebut menjadi tidak mau bekerja disebut juga dengan absensi yang merupakan bagian dari kurangnya disiplin kerja yang dapat merugikan perusahaan juga karyawan itu sendiri.

2.5.1 Pengertian Absensi

Suatu perusahaan yang memiliki tingkat absensi yang tinggi adalah perusahaan yang tidak mampu untuk melaksanakan peraturan-peraturan yang dibuat dibawah ini dikemukakan oleh Julicus dalam buku Manajemen Personalia (2007:490), pengertian absensi adalah :

“Absen merupakan kegagalan pekerjaan pegawai untuk melaporkan pekerjaan

ketika mereka dijadwalkan bekerja”.

(15)

Menurut Marwansyah dan Mukaram dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2007:256) :

“Absensi merupakan ketidakhadiran pegawai ditempat kerjanya pada saat ia harus bekerja”.

2.5.2 Pengaruh Absensi Yang Tinggi

Pengaruh absensi yang tinggi menurut yang dikutip oleh Marwansyah dan Mukaram (2007:268), menyatakan bahwa :

“Tingkat Absensi akan berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi jalannya operasi perusahaan, karena tingkat absensi dapat menyebabkan tertundanya jadwal kerja”.

Untuk mencapai jumlah produksi yang ditargetkan pembuatan jadwal mengenai ketidakhadiran biasanya mengaduk unsur-unsur yang digolongkan sebagai berikut :

1. Nama pegawai 2. Nomor pegawai 3. Tanggal

4. Alasan tidak hadir 5. Alamat

6. Jenis kelamin

Dengan adanya penggolongan tersebut manajer akan dengan mudah

mengetahui siapa-siapa saja yang tidak hadir. Sebab-sebab ketidakhadiran yang

diberikan oleh pegawai yang sering melanggar, akan diberikan sanksi yang sesuai

dengan pelanggarannya.

(16)

2.6 Proses Identifikasi Ketidakhadiran Pegawai

Perusahaan atau organisasi berusaha untuk menekan tingkat absensi yang tinggi dengan jalan mengetahui sebab-sebab dari absensi. Menurut Marwansyah dan Mukaram dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2007:253), sebab- sebab absensi dikelompokan dan dianalisis dengan cara sebagai berikut :

1. Mencatat Nama Pegawai Yang Absen

Bagaimana personalia harus mempunyai catatan tentang nama-nama pegawai yang sering absen, sehingga dalam melakukan tindakan disiplin ada dasarnya.

2. Mencatat Sebab-sebab Ketidakhadiran

Kebanyakan sebab-sebab ketidakhadiran pegawai adalah dikarenakan sakit.

Dan sebab lainnya adalah kesulitan transportasi dan urusan rumah tangga.

Untuk memperkecil absen, diusahakan fasilitas kesehatan, fasilitas jemputan, dan fasilitas penitipan anak. Hal ini dimaksudkan agar para pegawai tidak perlu cemas dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab.

3. Memperhatikan Kelompok Umur Yang Sering Absen

Pegawai yang mempunyai umur belasan, mempunyai kecenderungan untuk tidak hadir, bagi yang cukup umur biasanya jarang masuk kerja dan pegawai golongan tua absensinya disebabkan karena faktor-faktor kesehatan.

4. Kelompok Jenis Kelamin

Bagi pegawai wanita mempunyai kecenderungan tidak hadir lebih besar dibandingkan daripada pegawai pria, mungkin hal ini disebabkan oleh upah yang diterimanya terlalu kecil atau karena disibukan oleh urusan-urusan rumah tangga yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Kondisi Kerja

Kondisi kerja yang buruk atau pekerjaan yang membosankan serta alasan

rekan sekerja yang tidak menyenangkan dapat menyebabkan tingkat absensi

yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini perlu adanya komunikasi dan saling

pengertian antara pegawai dalam perusahaan dan sesama anggota organisasi.

(17)

6. Hari-hari Sering Tidak Masuk Kerja

Ada pola tersendiri tentang hari-hari tidak masuk kerja. Pegawai cenderung tidak masuk kerja pada hari sabtu dan senin, hal ini disebabkan karena mungkin kegiatan keluarga yang menyita waktu mereka.

2.7 Pelaksanaan Sanksi Disiplin Kerja

Pelaksanaan sanksi dengan memberikan peringatan, harus segera, konsisten, damn impersonal. Sanski pelaksanaan dsiplin kerja menurut Anwar P.

Mangkunegara (2008:131-132), yaitu : 1. Pemberian Peringatan

Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar pegawai yang bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah dilakukannya.

Disamping itu pula surat peringatan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan kondite pegawai.

2. Pemberian Sanksi Harus Segera

Pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan sanksi yang sesuai dengan peraturan organisasi yang berlaku. Tujuannya, agar pegawai yang bersangkutan memahami sanksi akan memperlemah disiplin yang ada.

Disamping itu, memberi peluang pelnggar untuk mengabaikan disiplin perusahaan.

3. Pemberian Sanksi Harus Konsisten

Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini bertujuan agar pegawai sadar dan mengharagai peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan. Ketidak-konsistenan pemebrian sanksi dapat mengakibatkan pegawai merasakan adanya diskriminasi pegawai., ringannya sanksi dan pengabaian disiplin.

4. Pemberian Sanksi Harus Impersonal

(18)

Pemberian sanksi disiplin harus tidak dibeda-bedakan pegawai, tua, muda, pria wanita tetapi diberlakukan sama sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Tujuannya agar pegawai menyadari bahwa disiplin kerja berlaku untuk semua pegawai dengan sanksi pelanggaran yang sesuai dengan peraturan yang berlaku diperusahaan.

Jadi penerapan sanksi disiplin kerja sangat diperlukan pada suatu perusahaan

karena dengan adanya sanksi disiplin kerja maka perusahaan akan dapat

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam perusahan sesuai aturan kerja yang

berlaku pada perusahaan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditentukan. Dan karyawan akan dapat melaksanakan disiplin kerja dengan baik sesuai

dengan peraturan perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah membekali masyarakat desa Sesepan dalam mengolah tanah liat agar menjadi barang yang bernilai jual tinggi, membekali masyarakat desa

Euthanasia pasif adalah tindakan dokter berupa penghentian pengobatan pasien yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat

Qur’an pada pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap minat belajar siswa, (2) ada pengaruh signifikan kompendium Al- Qur’an pada pembelajaran Problem

Berbeda halnya dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa yang telah menerima dan mempraktikkan pembuktian tidak langsung (Junaidi, 2008: 9), Undang-Undang Praktik Monopoli dan

Setelah membahas sumber dan metode, selanjutnya bergeser pada pembahasan corak yang terdapat dalam tafsir Al-Fatihah milik Ahmad Yasin, jika dicermati karya tafsir

Pada hasil wawancara yang telah dilakukan, ditemukan delapan kategori kecerdasan majemuk yang dimiliki manusia, dimana kecerdasan ini dimiliki oleh setiap

Membangun relasi yang baik dengan denominasi lain sehingga dapat saling melengkapi dalam

Selain itu tuntutan atas ketidakpuasan etnis Uighur juga menjadikan alasan bagi etnis Uighur untuk menuntut keadilan terhadap pemerintah China sehingga menuangkannya