• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MAJELIS TAKLIM AT TAKWA DALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIVITAS MAJELIS TAKLIM AT TAKWA DALA"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam ( S.Pd.I ) Jurusan Pendidikan Agama Islam ( PAI )

Oleh:

RINI LAMPANG NIM: 11.2.3.119

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

MANADO

(2)

iv

senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita dalam menjalani tugas dan aktivitas sehari-hari. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang demi tegaknya agama Islam di muka bumi ini.

Ungkapan rasa syukur yang begitu mendalam atas selesainya penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di IAIN Manado. Oleh karena itu, saya berkenan menyampaikan ungkapan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Rukmina Gonibala, M.Si selaku Rektor Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

2. Dr. H. Yasin Jetta, M.Si Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan.

3. Dr. H. Yusno Abdullah Otta, M.Ag Selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan.

4. Dr. Evra Wilia, M.Ag Selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

(3)

v

M.A selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

7. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs.Ishak Talibo, M.Pd.I, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Feiby Ismail, S.Pd.I, M.Pd.

8. Rizal H Arsjad, M.A pembimbing I dan Sulfa Potiua, M.Pd.I selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan demi selesainya skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu dosen Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado yang membina dan membimbing selama masa perkuliahan.

10. Ibu Maryam Abdul, S.Pd selaku ketua Majelis Taklim At-Takwa

11. Kepala staf perpustakaan yang membantu dalam menyediakan buku-buku literature.

12. Kepada orang tua yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik penulis hingga saat ini. Juga kepada suami dan anak-anak tercinta.

13. Kepada semua pihak yang turut memberikan sumbangsih pemikiran bagi penulis yang tidak dapat diuraikan dalam pengantar ini.

(4)

vi

Manado, 26 Oktober 2015 Penulis

(5)

vii

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Majelis Taklim ... 14

B. Fungsi dan Tujuan Majelis Taklim ... 16

C. Jenis-Jenis dan Peranan Majelis Taklim ... 18

D. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Sumber Data ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Teknik Analisis Data ... 36

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 38

1. Sejarah Singkat Majelis Taklim At-Takwa ... 38

2. Letak Geografis ... 40

3. Visi dan Misi ... 41

4. Struktur Majelis Taklim At-Takwa ... 41

B. Deskripsi Data Fokus Penelitian 1. Efektifitas Majelis Taklim At-Takwa Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Bagi Ibu Rumah Tangga di Lingkungan V Singkil dua Manado ... 42

(6)

viii

Pendidikan Agama Islam Bagi Ibu Rumah Tangga di Lingkungan V Singkil dua Manado ... 55 2. Faktor Pendukung Majelis Taklim At-Takwa Dalam Meningkatkan

Pendidikan Agama Islam Bagi Ibu Rumah Tangga di Lingkungan V Singkil dua Manado ... 60 3. Faktor PenghambatMajelis Taklim At-Takwa Dalam Meningkatkan

Pendidikan Agama Islam Bagi Ibu Rumah Tangga di Lingkungan V Singkil dua Manado ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA………..…66

(7)

ix

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Efektivitas Majelis Taklim At-Takwa Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Bagi Ibu Rumah Tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado

Skripsi ini membahas tentang efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado. Pokok permasalahan adalah bagaimana efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga serta faktor pendukung dan penghambat Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu suatu telaah yang secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi di daerah tertentu atau penelitian yang langsung dilakukan di lapangan, sedangkan pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dilakukan dengan tahapan reduksi kemudian penyajian dan penarikan kesimpulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengurus Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil Dua Kota Manado

Berdasarkan hasil pembahasan yang penulis temukan dilapangan, dapat diambil kesimpulan bahwa Efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua dengan diadakannya kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan dan kegiatan tahunan dengan menggunakan sistem individual dan sistem kelompok.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa dan negara. Karena itu, tuntutan reformasi, ekonomi, sosial, politik, hak azasi manusia, sistem pemerintahan dan agraria tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem pendidikan. Krisis multidimensi yang melanda negara dan bangsa Indonesia dewasa ini, tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi, sosial dan politik, melainkan juga oleh krisis pada sistem pendidikan nasional.1

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensidirinya melalui kegiatan pengajaran baik pendidikan formal atau non formal yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Majelis Taklim merupakan pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Seiring kemajuan ilmu dan teknologi kehidupan manusia selalu mengalami perubahan, baik dari segi ekonomi, moralitas, serta gaya hidup. Perubahan-perubahan itu terjadi akibat banyaknya tuntutan dan keinginan baik dari lingkungan keluarga maupun dari pihak luar. Semakin besar tuntutan atau keinginan tersebut, semakin besar pula perubahan watak yang dimiliki seseorang,

(9)

sehingga membawa seseorang kepada kehidupan sosial yang berdampak positif seperti perkembangan teknologi semakin cepat, peningkatan dibidang ekonomi, peningkatan dibidang pendidikan dan sebagainya. Di samping itu pula ada yang berdampak negatif seperti perubahan watak seseorang yang penuh dengan kekerasan, kekejaman dan kebengisan. Kesemuanya ini telah membawa kepada pergeseran tata nilai yang bertentangan dengan kepribadian bangsa itu sendiri yang bersifat ramah tamah, gotong royong dan sebagainya.

Pergeseran tata nilai dalam kehidupan manusia ini sebagai salah satu akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang secara konkrit perubahan dan pergeseran itu membawa pada perilaku hidup umat yang mengejar kehidupan dunia sampai tidak menghiraukan halal dan haram, sehingga melupakan hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan manusia. Untuk mengatasi hal serupa di atas perlu adanya pembinaan pengetahuan di bidang agama yang dapat meredam sikap emosional yang berdampak pada dekadensi moral. Untuk mengatasi gejala tersebut, maka pendidikan agama dan kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan secara umum adalah hal yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan jiwa manusia dan membentuk kepribadian yang baik dan mulia, terutama pendidikan dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bernuansa Islam.

(10)

masyarakat. Masalah timbul akibat rendahnya tingkat pendidikan.2 Masalah tersebut dialami oleh berbagai golongan tidak terkecuali remaja, keadaan seperti ini terjadi karena rendahnya perhatian pemerintah terhadap pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara.

Setiap orang tidak terkecuali anak atau remaja ingin memperoleh pendidikan dan duduk di bangku sekolah serta mempunyai cita-cita. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan usaha, sarana dan prasarana sehingga kebutuhan dapat terpenuhi.3 Salah satu kebutuhan yang dipenuhi adalah kebutuhan pendidikan. Namun kenyataannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak mudah dengan berbagai kendala dan keterbatasan yang ada pada sebagian individu, keluarga maupun masyarakat.

Pemerintah mendidik bangsa untuk menjadi seorang ahli, golongan atau partai mendidik kader-kadernya untuk merumuskan dan memperjuangkan cita-cita, dengan madrasah kaum beragama mendidik putra-putrinya sebagai pelanjut perjuangan mereka.4

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan. Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan tidak pernah berhenti. Dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menciptakan sumber

2N. S. Ahmad, Pendidikan dan Masyarakat, (Cet. I; Yogyakarta: CV Bina Usaha, 1989),

h. 32.

3C.E. Beeby., Pendidikan di Indonesia, (Cet. I; Jakarta: PT Djaya Pirusa, 1982), h. 51.

4Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1991),

(11)

daya manusia yang berkualitas, sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal merupakan lembaga kepercayaan masyarakat sebagai komponen penting dalam mempersiapkan dan mengantarkan generasi anak bangsa untuk menghadapi kompetisi secara global yang kian hari semakin jelas dan terasa dampaknya terhadap aktifitas kehidupan masyarakat.

Masyarakat sebagaimana diketahui merupakan bagian dari komponen pendidikan yang turut serta memikul tanggung jawab pendidikan dan pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak sangatlah besar, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa, di pundak mereka terpikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan terhadap penyelenggaraan pendidikan khususnya pada lembaga pendidikan. Dalam UUD No. 20 Tahun 2003, tentang hak dan kewajiban masyarakat disebutkan dalam pasal 8 bahwa:

“Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan evaluasi program pendidikan”. Selanjutnya disebutkan

dalam pasal 9 bahwa:

“Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam

penyelenggaraan pendidikan”5

Masyarakat yang dimaksudkan disini adalah keluarga dimana keluarga tersebut sebagai pranata sosial yang utama, tidak disangkal lagi mempunyai arti yang sangat penting dan strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh anak yang tengah mengisi makna kehidupan.

5 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Cet: II; Jakarta :

(12)

Keluarga jangan hanya dimaknai secara fisik yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak, karena keluarga mempunyai nilai fungsional dalam membentuk pribadi anak guna mencapai kedewasaan dan kesempurnaan hidup.

Tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiah Daradjat adalah untuk menciptakan insan kamil. Insan kamil adalah manusia paripurna, manusia yang utuh jasmani dan rohani. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda atau bentuk tetap yang statis tetapi merupakan suatu keseluruhan dari kepribadiaan seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupan.6 Karena tujuan pendidikan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap dan statis tetapi sesuatu yang selalu berubah, berkembang, dinamis, dan mengikuti perkambangan zaman maka pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman sekaligus sebuah keseluruhan yang memenuhi aspek kehidupan manusia. Manusia adalah sebaik-baik mahluk yang diciptakan terdiri dari aspek jasmani, rohani, dan akal maka pendidikan juga harus menjangkau ketiga aspek tersebut.

Suatu keniscayaan bahwa masalah kemasyarakatan dan peradaban dahulu, sekarang, dan akan datang tergantung pada pendidikan jika pendidikan tidak tertangani dengan baik niscaya peradaban akan semakin terpuruk dan tenggelam dalam kegelapan. Dapat dikatakan bahwa tumpuan terciptanya kemakmuran bumi adalah tanggung jawab pendidikan, tentunya pendidikan yang dinamis serta menjangkau seluruh aspek dan ruang lingkup yang sangat luas.

Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt dan

(13)

akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta. Dalam prakteknya, Majelis Taklim merupakan tempat pangajaran atau Pendidikan Agama Islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian Majelis Taklim menjadi lembaga pendidikan ibadah alternative bagi mereka yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu, dan kesempatan menimba ilmu agama dijulur pendidikan formal. Inilah yang menjadikan Majlis Taklim memiliki nilai karakteristik tersendiri dibanding lembaga-lembaga ibadah lainnya.

Perlu dipahami juga bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt dalam bentuk yang sebaik-baiknya, bahkan merupakan makhluk yang paling mulia jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, oleh karena ia dibekali akal pikiran. manusia yang merasa dirinya memiliki akal, tentunya berusaha untuk melihat hakikat dirinya serta asal kejadiannya, sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan keyakinan dan melahirkan dorongan untuk mengabdikan diri sepenuhnya hanya untuk menyembah Allah swt.

Sebagai makhluk hidup, manusia tumbuh dan secara evolusi baik selama kandungan maupun setelah lahir hingga menjadi dewasa dan mencapai usia lanjut. Dengan demikian manusia dalam proses kejadiannya termasuk makhluk tanpa daya dan eksploratif. Maksudnya manusia tidak mungkin dapat bertumbuh dan berkembang sendiri (tanpa daya) hingga memerlukan bantuan.

(14)

dalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam mentransformasikan nilai-nilai agama tersebut antara lain melalui Majelis Taklim yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai ajaran Islam.

Sebagaimana dalam Al-Quran yang tercantum dalam QS. al-Imran/3 : 104

Terjemahannya :

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.7

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa ada tanggung jawab yang harus dilakukan oleh seorang muslim kepada muslim lainnya yakni mengajak kepada yang ma’ruf (segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah swt, dan mencegah kepada yang munkar (segala perbuatan yang menjauhkan diri kepada Allah swt).

Majelis Taklim adalah lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah swt. Antara manusia sesamanya, dan antara manusia dan lingkungannya; dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah swt.8

7Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya(Surabaya:

Al-Hidayah,1998), h. 93.

(15)

Majelis Taklim adalah wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis yang berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktivitas kehidupan umat Islam Indonesia, maka sudah selayaknya kegiatan-kegiatan bernuansa Islami mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan antara potensi intelektual dan mental spiritual dalam upaya menghadapi perubahan zaman yang semakin maju.Perkembangan Majelis Taklim pertama-tama bersumber dari swakarsa dan swapercaya masyarakat berkat motivasi agamanya kemudian berkembang

Gambaran manusia yang diharapkan melalui proses pendidikan adalah seorang muslim yang beriman kepada Allah swt, bertakwa, berakhlak mulia serta menguasai ilmu untuk dunia dan akhirat serta memikul tanggung jawab dan amanat yang dibebankan kepadanya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Keberhasilan seseorang dalam menyiarkan ajaran Islam sangat tergantung kepada metode (manhaj) yang digunakan sebagai media dakwah. Media dakwah dapat berupa pendidikan formal, non formal, informal maupun forum-forum incidental seperti tabligh akbar, ceramah-ceramah agamakhususnya yang berkaitan dengan sosio-kultural masyarakat.

(16)

bersama yang dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak terdidik. Kesadaran dalam melaksanakan pendidikan adalah dimaksudkan untuk mencapai kedewasaan dan kematangan berfikir yang dapat diusahakan melalui beberapa proses pendidikan, yaitu proses pendidikan formal, informal dan nonformal.

Gambaran manusia yang diharapkan melalui proses pendidikan adalah seorang muslim yang beriman kepada Allah swt, bertakwa, berakhlak mulia serta menguasai ilmu untuk dunia dan akhirat serta memikul tanggung jawab dan amanat yang dibebankan kepadanya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Keberhasilan seseorang dalam menyiarkan ajaran Islam sangat tergantung kepada metode (manhaj) yang digunakan sebagai media dakwah. Media dakwah dapat berupa pendidikan formal, non formal, informal maupun forum-forum incidental seperti tabligh akbar, ceramah-ceramah agama khususnya yang berkaitan dengan sosio-kultural masyarakat.

Oleh sebab itu, lembaga non formal seperti Majelis Taklim diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan masyarakat untuk menanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama yang nantinya dapat membentuk sikap keagamaan pada pribadi mereka.

(17)

masyarakat di lingkungan tersebut khususnya ibu rumah tangga tentu memerlukan pendidikan tentang pemahaman agama Islam yang menjadi bekal untuk mendidik keturunan-keturunan mereka.

Menurut pengamatan penulis, Majelis Taklim At-Takwa merupakan salah satu lembaga non formal yang dalam rangka meningkatkan pedidikan agama Islam khususnya bagi kaum ibu. Semenjak didirikanya hingga kini telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar bahkan lebih luas lagi.

B. Rumusan Masalah

Melihat pembahasan latar belakang maka yang menjadi sub permasalahan pada skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado?

b. Apa faktor pendukung Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado ?

(18)

C. Pengertian Judul

Skripsi ini berjudul efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado. Untuk memberikan pengertian terhadap judul, maka secara umum dapat dikemukakan beberapa pengertian kata atau kalimat yang menjadi inti dari judul skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Efektivitas merupakan kata benda dari keefektivan. Keefektivan dalam kamus bahasa indonesia kontemporer diartikan sebagai hal yang berkesan atau berpengaruh, dapat juga diartikan sebagai usaha, tindakan atau keberhasilan.9

2. Majelis Taklim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “Majelis” dan “Taklim”, yang keduanya berasal dari bahasa Arab. Kata Majelis adalah suatu tempat yang di dalamnya berkumpul sekelompok manusia untuk melakukan aktivitas atau perbuatan.10Kata Majelis Taklim adalah bentuk isim makna dari akar kata “yang berarti “tempat duduk, tempat sidang atau

dewan”.11 Perkataan Majelis Taklim juga biasanya diartikan sebagai pengajaran, dengan demikian, secara lughaei Majelis Taklim dapat diartikan

9Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Press,

1991), h. 376.

10Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (ed) Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ictiar

Baru Van Hoeve, 1994), 121.

11Ahmad Waeson Munawir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka

(19)

sebagai tempat atau wadah untuk melaksanakan kegiatan pengajaran atau pengkajian tentang Islam.12

3. Pendidikan Agama Islam merupakan pengetahuan, potensi keagamaan atau kemungkinan berkembang yang dimiliki oleh setiap individu, hanya potensi tersebut dalam bentuk istimewa atau khusus yaitu dalam bentuk yang besar atau kuat.13

4. Ibu rumah tangga adalah sekumpulan ibu-ibu yang telah membentuk perkumpulan untuk melakukan pengajian atau pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

5. Masyarakat Kelurahan Singkil adalah sebuah komunitas masyarakat yang terletak di daerah Kelurahan Singkil dua Manado yang teridentifikasi dari awal bahwa daerah ini kebanyakan ibu rumah tangga telah menimbah ilmu Pendidikan Agama Islam.

Berdasarkan pengertian judul di atas, maka secara operasional skripsi ini mengkaji tentang bagaimana efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado.

12Tutty Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim (Bandung: Mizan,

1997), h. 5.

(20)

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mendeskripsikan efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado.

b. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado.

c. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado.

2. Kegunaan penelitian ini adalah: a. Kegunaan Teoretis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsih khazanah pengetahuan tentang pola pendidikan masyarakat yang dapat memperkaya pemikiran tentang Pendidikan Agama Islam, sehingga diharapkan turut andil dalam menciptakan masyarakat Islam yang berkualitas.

b. Kegunaan Praktis

(21)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Majelis Taklim

Majelis Taklim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “Majelis” dan “Taklim”, yang keduanya berasal dari bahasa Arab. Kata Majelis Taklim adalah bentuk isim makna dari akar kata yang berarti tempat duduk, tempat sidang atau dewan.1

Tuti Alawiyah As dalam bukunya“strategi dakwah di Lingkungan Majelis Taklim”, mengatakan bahwa salah satu arti dari Majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak sedangkan Taklim berarti pengajaran atau pengajian agama Islam.2

Kini apabila kedua istilah tersebut disatukan maka yang akan muncul kemudian gambaran sebuah suasana dimana para muslimin berkumpul untuk melakukan kegiatan yang tidak hanya terikat pada makna pengajian belaka melainkan kegiatan yang dapat menggali potensi dan bakat serta menambah pengetahuan dan wawasan para jamaahnya.

Musyawarah Majelis Taklim se DKI Jakarta yang berlangsung tanggal 9-10 Juli 1980 memberikan batasan (ta’rif) Majelis Taklim. Yaitu lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri,

1Ahmad Waeson Munawir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka Progressif,1997),

h. 2

2Tuti Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta,lim, (Bandung: MIZAN,

(22)

diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah swt. Antara manusia sesamanya, dan antara manusia dan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah swt.”3

Dari beberapa definisi tersebut maka Majelis Taklim dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Majelis Taklim adalah tempat berlangsungnya kegiatan pengajian atau pengajaran agama Islam. Waktunya berkala tetapi teratur tidak tiap hari atau tidak seperti sekolah.

2. Majelis Taklim merupakan lembaga pendidikan Islam non formal yang pengikutnya disebut jamaah bukan pelajar atau murid. Hal ini didasarkan karena kehadiran di Majelis Taklim tidak merupakan suatu kewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid di sekolah.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengertian Majelis Taklim adalah adalah suatu wadah berkumpulnya orang muslim guna menuntut ilmu agama Islam, yang disertakan kegiatan yang dapat menggali potensi dan mengembangkan bakat serta menambah pengetahuan dan wawasan para jamaahnya.

(23)

B. Fungsi dan tujuan Majelis Taklim

1. Fungsi Majelis Taklim

Fungsi Majelis Taklim menurut M. Arifin, Majelis Taklim berfungsi sebagai pengokoh landasan manusia Indonesia, khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara lahiriyah, bathiniyah dan duniawi sesuai tuntutan agama Islam yaitu iman dan takwa yang berlandaskan kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatan.4

Menurut Nurul Huda fungsi Majelis Taklim, sebagai lembaga non formal adalah sebagai berikut:

a. Memberikan semangat dan nilai ibadah dan meresapi seluruh kehidupan manusia.

b. Memberikan motivasi dan inspirasi agar potensi jamaah dapat di kembangkan secara maksimal dan optimal dengan pembinaan pribadi, kerja produktif untuk kesejahtraan bersama.

c. Memadukan segala kegiatan atau aktifitas sehingga merupakan kesatuan yang padat dan selaras.5

2. Tujuan Majelis Taklim

Mengenai hal yang menjadi tujuan Majelis Taklim, mungkin rumusnya bermacam-macam. Tuti Alawiyah merumuskan bahwa tujuan Majelis Taklim dari funsi yaitu:

4 M. Arifin, Kapita Selekta pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta ; Bumi Aksara,

1995), h. 119.

(24)

a. Berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan Majelis Taklim menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama.

b. Berfungsisebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya adalah silaturahmi.

c. Berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya.6

Secara sederhana tujuan Majelis Taklim dari apa yang diungkapkan diatas adalah tempat berkumpulnya manusia yang didalamnya membahas pengetahuan agama serta terwujudnya ikatan silaturahmi guna meningkatkan kesadaran jamaah atau masyarakat sekitar tentang pentingnya peranan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan di dalam ensiklopedia Islam, diungkapkan bahwa tujuan Majelis Taklim adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama dikalangan masyarakat khususnya bagi jamaah.

b. Meningkatkan amal ibadah masyarakat. c. Mempererat silaturahmi antar jamaah. d. Membina kader di kalangan umat Islam.7

6Tuti Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim(Bandung: MIZAN,

1999), h. 78

7Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, (ed), Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar

(25)

Majelis Taklim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam. Walaupun tidak disebut Majelis Taklim, namun pengajian Nabi Muhammad saw. Yang berlangsung secara sembunyi di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam r.a. di kota Makkah, dapat dianggap sebagai Majelis Taklim menurut pengertian sekarang.

Setelah adanya perintah Allah swt. Untuk menyiarkan Islam secara terang-terangan, pengajian seperti itu segera berkembang di tempat-tempat lain yang diselenggarakan secara terbuka.

C. Jenis-jenis dan Peranan Majelis Taklim

1. Jenis-jenis Majelis Taklim

Jenis-jenis Majelis Taklim dapat dibedakan atas beberapa kriteria, diantaranya dari segi kelompok sosial jamaahnya Majelis Taklim terdiri atas:

a. Majelis Taklim bapak, anggotanya terdiri dari bapak-bapak. b. Majelis Taklim Ibu, anggotanya terdiri dari ibu-ibu.

c. Majelis Taklim remaja, anggotanya terdiri dari para remaja pria maupun wanita.

d. Majeli Taklim campuran, pesertanya merupakan campuran muda-mudi dan pria wanita.8

Ditinjau dari pengikat Majelis Taklim terdiri atas:

1) Majelis Taklim yang diselenggarakan oleh Masjid atau Mushollah tertentu. Pesertanya terdiri dari orang-orang yang berada disekitar Masjid atau

(26)

Mushollah tersebut. Dengan demikian dasar pengikatnya adalah Masjid dan Mushollah.

2) Majelis Taklim yang diselenggarakan oleh Rukun Warga (RW) atau Rukun Tetangga (RT) tertentu.

3) Majelis Taklim yang diselenggarakan oleh kantor atau instansi tertentu dengan peserta yang terdiri dari pegawai atau karyawan beserta keluarganya dasar pengikatnya adalah persamaan kantor atau instansi. 4) Majelis Taklim yang diselenggarakan oleh organisasi atau perkumpulan

tertentu dengan peserta yang terdiri dari anggota atau simpatisan atau organisasi tersebut. Jadi dasar pengikatnya adalah rasa simpati peserta terhadap organisasi atau perkumpulan tertentu.9

2. Peranan Majelis Taklim

Majelis Taklim adalah lembaga non formal. Dengan demikian Majelis Taklim bukan lembaga pendidikan formal seperti Madrasah, sekolah atau perguruan tinggi, Majelis Taklim bukanlah merupakan wadah organisasi masyarakat yang berbasis politik. Namun Majelis Taklim mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, peranan Majelis Taklim antara lain:

1. Sebagai wadah yang membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah swt. 2. Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat

santai.

(27)

3. Sebagai wadah silaturahmi yang menghidupkan syiar Islam,10

4. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat Islam.

Secara strategis Majelis Taklim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran Islam. Di samping itu guna menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang kontekstual kepada lingkungan sosial budaya dan alam sekitar, sehinggan dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan Washatan yang meneladani kelompok umat lain.

Jadi peranan secara fungsional Majelis Taklim mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya dibidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. Secara lahiriyah dan bathiniyah, duniawih, rohaniyah secara bersamaan, sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi, dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sesuai dengan pembangunan nasional kita.11

D. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam

Pada hakekatnya yang disebut pendidikan adalah proses bimbingan, pembelajaran dan atau pelatihan terhadap anak, generasi muda, manusia agar

10Tuti Alawiyah AS,Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’limd., h. 120

11 M. Arifin, Kapita Selekta pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta ; Bumi Aksara,

(28)

nantinya bisa berkehidupan dan melaksanakan peranan serta tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai proses pembimbingan, pembelajaran, atau pelatihan agar manusia menjadi muslim atau orang Islam.12

Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk membentuk manusia yang memiliki peradaban dan budaya tinggi, M. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya tingkat suatu masyarakat dan negara sebagian besar tergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang diberikan13. Pendidikan Islam seperti kegiatan pengajian Majelis Taklim dapat dijadikan sebagai wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis sekaligus berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktifitas kehidupan manusia, maka selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islam mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan potensi dari segi intelektual maupun mental spiritual sekaligus memiliki kepribadian yang Islami dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin global dan maju.

Dalam merumuskan pengertian pendidikan Islam, para ahli berbeda pendapat. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi memberikan pengertian Pendidikan Agama Islam mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan

12Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam (Bandung: Mizan,1999),h. 6

13M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Rosda Karya,

(29)

berbahagia mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna akhlaknya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis bahasanya baik lisan ataupun tulisan.14

1. Defenisi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan lebih dari pada sekedar pengajaran, yang terakhir dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan tukang-tukang atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit, karena itu, perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis.15

Islam sebagai agama yang mengandung nilai universal, berlaku sepanjang zaman, dijamin pasti benar, sesuai dengan fitrah manusia, mengandung prinsip keseimbangan dan seterusnya dijamin dapat menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Atas dasar ini, maka Pendidikan Agama Islam pada umumnya, memiliki tujuan yang didasarkan pada kepentingan agama, namun tujuannya untuk mensejahterakan dan membahagiakan manusia. Intinya ialah bahwa dengan berpegang teguh pada agama Islam, kehidupan manusia dijamin pasti sejahtera dan bahagia di dunia dan akhirat.16

Membahas Pendidikan Agama Islam tidak terlepas dari pengertian pendidikan secara umum, untuk mendapatkan pengertian yang jelas dan tepat

14Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994),h. 4

15.Azyumadi Azra, Pendidikan Islam Cet VI; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), h.3

16Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. 1; Jakarta: Prenada Media Group, 2010),

(30)

diberikan batasan dalam pembahasan ini, sekitar penjelasan Pendidikan Agama Islam. Para ahli dalam bidang pendidikan telah banyak memberikan konsep tentang defenisi Pendidikan Agama Islam dengan redaksi yang berbeda-beda, sehingga hal ini ditemukan berbagai macam dan ragam pandangan tentang Pendidikan Agama Islam.

Menurut Abdul Majid mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terancana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam.17

Menurut Syahidin, dkk, mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam sebagai proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas, yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran yang diberi nama Pendidikan Agama Islam atau disingkat PAI.18

Secara fitrah manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan adalah media mencerdaskan kehidupan bangsa dan membawa bangsa pada era aufklarung (pencerahan). Menurut Romo Mangun Wijaya, pendidikan adalah proses awal usaha untuk menumbuhkan kesadaran sosial pada setiap manusia sebagai pelaku sejarah, yang pada akhirnya memberikan daya nalar yang kritis terhadap perkembangan sosial yang ada.19

17Abdul Majid, dkk., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Cet. 3; Bandung: Remadja Rosdakarya, 2006), h. 130.

18Syahidin dkk., Moral dan Kognisi Islam (Cet. 3; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 1.

(31)

Sementara Jean Piaget mendefinisikan pendidikan sebagai penghubung dua sisi. Di satu sisi, individu yang sedang tumbuh, dan di sisi lain adalah nilai-nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidikan untuk mendorong individu tersebut.20 Merujuk dua definisi di atas, pendidikan susungguhnya berupaya membangun kesadaran sosial kemasyarakatan yang tinggi terhadap masyarakat atau pun anak didik agar mereka menjadi peka dan peduli terhadap realitas sosial, sehigga mampu bersentuhan secara konkret dan riil dengan situasi yang sedang terjadi dalam persoalan kemasyarakatan.

Ary H. Gunawan berpendapat bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, dan keterampilan.21 Pendidikan harus mampu menjawab persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat. Pendidikan bukan hanya mencetak manusia yang cerdas secara intelektual, namun juga mampu merasakan segala keluh kesah masyarakat yang ada disekitarnya. Masyarakat terdidik harus mampu berbaur dan membaur serta dapat mengatasi permasalahan masyarakat seperti kemiskinan, pengangguran, kebodohan, dan sederet persoalan masyarakat lainnya.

Chaedar Alwasilah dari berbagai definisi pendidikan ada tiga prinsip yang layak diperhatikan dalam pendidikan yaitu :

1. Belajar menghasilkan perubahan prilaku anak didik yang relatif permanen. Artinya peran pendidik adalah sebagai pelaku perubahan.

20M. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia,, h.16

(32)

2. Anak didik memiliki potensi, kecenderungan, dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti. Maka, pendidikan seyogyanya menyirami benih kodrati ini hingga tumbuh subur dan berbuah. Proses belajar-mengajar dengan demikian adalah optimalisasi potensi diri sehingga dicapailah kualitas yang ideal.

3. Perubahan atau penciptaan kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linier sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar-mengajar memang merupakan bagian kehidupan itu sendiri, tapi ia disesuaikan secara kusus.22 Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bab 1 pasal 1 menyebutkan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta berketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.23

Definisi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan merupakan suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat unsur kesengajaan untuk mengembangkan potensi, kecenderungan dan kemampuan menuju optimalisasi potensi diri sehingga dicapailah kualitas yang ideal. Pada hakekatnya pendidikan adalah bagian dari kehidupan itu sendiri yang tidak bisa dipisahkan. Kata pendidikan bila disandingkan dengan kata Islam, tentunya adalah pendidikan yang berdasarkan Islam atau menurut pandangan Islam, dan bukan pendidikan kusus agama Islam.

22Elaine B. Johnson, Contextual Teaching And Learning (Cet. III; Bandung: Mizan

Learning Center, 2007), h. 18.

(33)

Pendidikan agama tentu saja penting, tapi tentunya bukan satu-satunya yang penting. Bagaimanapun, menghasikan orang yang beriman dan bertakwa merupakan tujuan pendidikan yang sangat urgen, di samping itu orang tersebut harus memiliki tubuh yang sehat, akal yang cerdas, pandai dan mempunyai keterampilan hidup. Jadi pendidikan bagian ini pun menjadi bahan bahasan. Artinya pendidikan merupakan kegiatan yang sangat konprehensip.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Bila pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia. Jika berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, berarti berbicara tentang nilai-nilai ideal yang bercorak Islami. Sedang idealitas Islami itu sendiri pada hakekatnya adalah mengandung nilai yang dijiwai iman dan takwa kepada Allah swt.

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang mempunyai tujuan, tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari pribadi seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. T.S. Eliot menyatakan bahwa pendidikan yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari pandangan hidup. Jika pandangan hidup adalah Islam, maka tujuan pendidikan adalah Islam.24 Zakiah Daradjat membagi tujuan pendidikan menjadi empat yaitu tujuan umum, akhir, sementara, dan tujuan

24Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Cet. IV; Bandung: Remaja

(34)

operasional.25 Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan.

Pendidikan Islam berlangsung seumur hidup yaitu untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, dan memelihara potensi maka tujuan akhir pendidikan Islam adalah memelihara tujuan pendidikan yang telah dicapai, sampai hidup di dunia ini telah berakhir, yaitu mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah swt. sebagai muslim atau Khusnul Khatimah.

Tujuan sementara ialah tujuan yang di sesuaikan dengan tingkat umur dan jenjang pendidikan yang biasanya direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal yang sekaligus menjadi tujuan opresional. Tujuan operasional dalam bentuk intruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Intruksional Umum (TIU) dan Tujuan Intruksional Khusus (TIK). Berikut beberapa pendapat tentang tujuan pendidikan diantaranya adalah Al-Attas menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik. Marimba berpendapat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia berkepribadian muslim. Al-Abrasyi menghendaki tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang berakhlak mulia. Munir Nursyi menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah manusia paripurna.26Bila dianalisa beberapa pendapat tersebut merupakan tujuan pendidikan yang masih bersifat umum, sehingga membutuhkan beberapa

25Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam., h. 30-32.

(35)

penjabaran tentang tujuan pendidikan yang lebih khusus.

Secara psikologi tujuan pendidikan dalam individu manusia adalah mengubah sikap kanak-kanak menjadi sikap dewasa. Artinya pendidikan itu bertujuan agar anak mampu memiliki daya pembeda, antara yang baik dan yang buruk antara yang benar dan yang salah.27 Sehingga bagi orang yang telah menikmati pendidikan maka daya pembeda dalam jiwanya akan semakin matang dalam membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah.

Ali Abdul Halim Hahmud menyebutkan tujuan pendidikan Islam secara global adalah menciptakan keadaan yang kondusif bagi manusia untuk hidup di dunia secara lurus dan baik, serta hidup di akhirat dengan naungan Allah swt.28 sedangkan Hasan Langgulung berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam untuk menjadikan manusia sebagai abid (hamba Allah swt.).

Membicarakan tujuan pendidikan umum memang penting, karena tujuan umum merupakan arah tujuan pendidikan itu sendiri. Untuk memperluas pelaksanaan pendidikan, tujuan itu dirinci menjadi tujuan khusus yang operasional. Salah satu rincian tujuan umum itu dilakukan oleh al-Syaibani. Al-Syaibani menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi:

a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuaan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan

kemampuan-27Mukhotim El Moekry, Secercah Pemikiran Ideologis, (Cet. I; Jakarta: Wahyu Press,

2002), h. 135.

28Cahyadi Takariawan, Menjadi Murabiyah Sukses, (Cet.III; Solo: Era Intermedia,

(36)

kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.

b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkahlaku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan dalam masyarakat, dan memperkaya pengalaman masyarakat. c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran

sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.29

Al- Abrasyi merinci tujuan pendidikan Islam menjadi: 1) Pembinaan akhlak

2) Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat 3) Penguasaan ilmu

4) Ketrampilan bekerja dalam masyarakat

Bagi Asma Hasan Fahmi tujuan akhir pendidikan Islam dapat dirinci menjadi:

1) Tujuan keagamaan

2) Tujuan pengembangan amal dan akhlak 3) Tujuan pengajaran kebudayaan

4) Tujuan pembinaan kepribadian

Munir Mursi menjabarkan tujuan pendidikan Islam adalah: 1) Menghambakan diri kepada Allah swt.

2) Berakhlak mulia

3) Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarat Islam

(37)

4) Bahagia di Dunia dan Akhirat.30

Jika diamati tujuan pendidikan di atas maka akan didapati beberapa rumusan yang tumpang tindih dan kategori ganda, sehingga sampai disini perumusan tujuan pendidikan Islam belum memuaskan. Menurut Cahyadi Takariawan dan Ida Nur Laila tujuan Tarbiyah Islamiyah adalah tercapainya

Muwasafat (sifat-sifat atau karakter individu) yang menjadi sasaran akhir

pendidikan Islam sesuai dengan tahapnya, mencakup sepuluh poin kepribadiaan Islami yaitu sebagai berikut:

a. Salimul aqidah (bersih akidahnya) b. Shahihul ibadah (benar ibadahnya) c. Matinul khuluq (kokoh kepribadiannya)

d. Musaqqaful Fikr (terdidik pemikirannya/intelek) e. Qowiyyul jismi (kuat fisik)

f. Qadirun ‘alal kasbi (kemandirian finansial)

g. Munazamu fisyu’unihi(tertata urusannya) h. Harisun ‘alal waqtihi (efisien mengatur waktu)

i. Mujahidun linafsihi (mengoptimalkan diri)

j. Nafi‘unlighairihi (bermanfaat bagi orang lain)31

Dari beberapa rumusan di atas dapat dirumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah jasmani yang sehat dan kuat, akal yang cerdas dan pandai, serta hati yang takwa dan terjaga.

30Ibid, h. 42.

(38)

M. Arifin menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah ketaatan kepada kekuasaan Allah swt. yang mutlak dan penyerahan diri secara total kepada Allah swt, sehingga hal tersebut menjadikan manusia menghambakan diri hanya kepada-Nya semata.32Bila manusia telah bersikap menghambakan diri sepenuhnya hanya kepada Allah swt. berarti ia telah berada dalam dimensi kehidupan yang mensejahterakan di dunia dan membahagiakan di akhirat.

Dimensi-dimensi nilai di atas merupakan sasaran idealitas Islami yang seharusnya dijadikan dasar fundamental dari proses pendidikan Islam. Disini dapat dilihat bahwa dimensi nilai-nilai Islam menekankan keseimbangan dan keselarasan antara hidup duniawi dan ukhrawi menjadi landasan ideal yang hendak di kembangkan atau dibudayakan dalam pribadi manusia melalui pendidikan sebagai alat pembudayaan.

Nilai Islami yang seharusnya ditumbuh kembangkan dalam pribadi manusia melalui proses pendidikan adalah berwatak fleksibel dan dinamis dalam konfigurasi normatif yang tidak berubah sepanjang masa. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam secara optimal harus mampu mendidik masyarakat agar memiliki kedewasaan dan kematangan dalam beriman, bertakwa, dan mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh sehingga menjadi pemikir sekaligus pengamal ajaran Islam yang dialogis terhadap perkembangan zaman.

32M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Cet.VI; Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2000), h.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Artinya pemilihan yang bertujuan mendiskripsikan hasil penelitian yang ditemukan oleh penulis di lapangan. Sehubungan dengan penelitian deskriptif kualitatif ini dikemukakan beberapa pendapat antara lain, Moleong, mengatakan bahwa Penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak menggunakan perhitungan.1Sedangkan Noeng Muhadjir mengatakan bahwa Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang hanya sekedar menggambarkan hasil analisis suatu variabel penelitian.2

Selanjutnya Imron Arifin dalam bukunya Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-ilmu Sosial mengatakan bahwa Penelitian kualitatif bersifat fleksibel, terbuka dan dapat dikondisikan berdasarkan lapangan penelitian.3Penelitian dengan pendekatan kualitatif dalam tulisan ini didasarkan pada sasaran yang ingin dicapai yaitu mendiskripsikan tentang efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado.

1Lexi J. Moleong, Penelitian Kualitatif, (Cet. IV; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

1993), h. 45

2 Noeng Muhadjir., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Ed. III; Yokyakarta : Rake

Sarasin, 1998), h. 21

3Imron Arfhan., Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, (Cet. III;

(40)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian salah satu faktor yang sangat diperlukan adalah tempat penelitian. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti sekaligus pelaksanaan penelitian yang makin terarah pada sasaran yang ingin dicapai. Adapun lokasi penelitian bertempat diefektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado. Disebabkan perihal yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat menjadi skripsi ini yaitu terdapat di lokasi tersebut.

Adapun lamanya penelitian yang penulis akan lakukan adalah tiga bulan yaitu berawal dari bulan Juni sampai pada bulan Agustus 2015

C. Sumber Data

Jenis data yang akan dikumpulkan oleh penulis dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis, yaitu :

1. Data kepustakaan, yaitu: data yang diperoleh dari literatur seperti buku, majalah, dan lain sebagainya. Karakteristik data kepustakaan yang dikumpulkan dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :

a. Data primer, yaitu: literatur yang membahas tentang efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado.

(41)

Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado.

2. Data lapangan, yaitu: data yang diperoleh dari hasil penelitian penulis di lokasi penelitian. Karakteristik data lapangan yang dikumpulkan dapat di kategorisasikan dalam dua jenis, yaitu :

a. Data primer, yaitu: data lapangan yang mengungkapkan tentang efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado, terutama yang diperoleh dari informan, yaitu ketua Majelis Taklim, beberapa orang pengurus Taklim, dan beberapa orang anggota Majelis Taklim.

b. Data Sekunder, yaitu: data lapangan lain yang mendukung penelitian ini seperti sejarah terbentuknya Majelis Taklim At-Takwa, keadaan sarana dan prasarana, dan lain sebagainya.

c. Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.4 Dokumen yaitu suatu metode pengumpualan data dengan cara melihat data-data sekunder yang ada di Majelis Taklim At-takwa, Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan judul tersebut. Dokumen tersebut di antaranya buku-buku yang berhubungan dengan efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di

(42)

Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado, dan dokumen-dokumen lain yang dianggap relevan dengan pokok permasalahan.

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan5

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu penulis melakukan pengamatan langsung pada lokasi penelitian yaitu pada Majelis Taklim At-Takwa, menyangkut keadaan sarana dan prasarana pendidikan dan lain sebagainya.

b. Interview, yaitu penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan yang dapat memberikan data, seperti ketua Majelis Taklim At-Takwa beberapa orang pengurus Majelis Taklim At-Takwa dan beberapa orang anggota Majelis Taklim yang aktif pada kegiatan tersebut.

c. Dokumentasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang juga sangat berperan dalam penelitian kualitatif. Dokumen juga dikatakan sesuatu yang tertulis atau di cetak yang dapat digunakan sebagai bukti.

Adapun metode ini digunakan untuk mendapatkan dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu dokumen-dokumen yang berhubungan

5 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. IV; Bandung: Remaja

(43)

dengan kelembagaan dan administrasi, keadaan penduduk khususnya Majelis Taklim At-Takwa yang meliputi biodata dan jumlah, struktur organisasi dan sebagainya.6

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif tidak terpisah dari proses pengumpulan data. Sebelum penulisan laporan dimulai, maka terlebih dahulu dilakukan analisis data yang meliputi tiga tahap, yaitu sebagai berikut :

a. Reduksi Data, yaitu melakukan pemilihan, pemusatan, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dan catatan di lapangan.

b. Penyiapan Data, yaitu menyelusuri informasi yang memungkinkan dilakukannya penarikan kesimpulan penelitian.

c. Menarik Kesimpulan, yaitu peneliti merumuskan kesimpulan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan pokok penelitian.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dimaksudkan disini adalah untuk menjamin validitas data yang dikumpulkan, sehingga hasil penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara objektif dan ilmiah. Dalam penelitian kualitatif, keabsahan atau validitas data tidak diuji dengan metode statistik, melainkan dengan analisis kritis kualitatif.

(44)

Adapun tehnik pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui cross check atau cek silang antar data, baik dari sumber yang sejenis maupun dari jenis sumber lain. maka data yang bersumber dari hasil wawancara dengan seorang informan, misalnya dikronfontasikan dengan data dari informan lain. Ini yang dimaksud dengan cek silang antar data dari sumber yang sejenis.

Sedangkan cek silang antar data dari sumber yang tidak sejenis, misalnya data dari seorang informan dikonfrontasikan dengan data hasil observasi, atau data yang bersumber dari dokumentasi.

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Majelis Taklim At-Takwa

Pada tahun 1999 terdapatlah suatu kisah tentang masyarakat Kelurahan Singkil dua atau jamaah At-Takwa, dimana masyarakat ini tingkat keagamaanya masih sangat minim. Artinya masih ditemukannya beberapa ibu-ibu rumah tangga yang masih kurang lancar dalam membaca Al-Quran khususnya kaum ibu rumah tangga, dimana hari-hari mereka disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak dan suami.hingga hampir tidak ada waktu untuk belajar agama dan seluk-beluknya.

Menyadari akan kekurangan ini, maka muncullah ide yang sangat bagus dari seorang ibu Dince Panigoro, untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan keagamaan yang biasa disebut dengan Majelis Taklim dengan nama Majelis Taklim At-Takwa, diambilnya nama tersebut karena Masjid yang berada pada lokasi tersebut adalah Masjid At-Takwa.

(46)

rumah tangga dalam bidang agama. Untuk mendukung hal itu maka dibentuklah sebuah organisasi dengan nama Majelis Taklim At-Takwa.

Hasil wawancara dengan ketua Majelis At-Takwa Kelurahan Singkil dua Lingkungan V Manado sebagai berikut :

Dengan terbentuknya Majelis Taklim At-Takwa berharap di dalam perjalanan organisasi ini memberi pengajaran-pengajaran agama kepada masyarakat, menjadi yakin, mantap, terarah terutama kepada ibu rumah tangga.1

Majelis Taklim At-Takwa bagi ibu rumah tangga adalah lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah swt, antara manusia sesamanya, antara manusia dan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah swt.

Majelis Taklim At-Takwa bagi ibu rumah tangga adalah wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis yang berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktivitas kehidupan umat Islam Indonesia, maka sudah selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan antara potensi intelektual dan mental spiritual dalam upaya menghadapi perubahan zaman yang semakin maju.

Majelis Taklim At-Takwa bagi ibu rumah tangga merupakan salah satu wahana atau sarana dalam rangka transfer nilai-nilai agama. Oleh karena itu, sebagai

(47)

salah satu wahana, semua kegiatan Majelis Taklim hendaknya merupakan proses pendidikan yang mengarah pada internalisasi nilai-nilai agama tersebut. Artinya, jamaah Majelis Taklim At-Takwa diharapkan mampu merefleksikan tatanan normatif yang mereka pelajari dalam realitas kehidupan sehari-hari.

Secara strategis Majelis Taklim At-Takwa menjadi sarana dakwah dan tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran Islam. Disamping itu guna menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya yang kontekstual kepada lingkungan hidup sosial budaya dan alam sekitar mereka, sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan Washatan yang meneladani kelompok umat lain.

2. Letak Geografis

Masjid At-Takwa terletak di tengah penduduk Kelurahan Singkil dua Kecamatan Singkil Manado yang berpenduduk sebesar 1.108 jiwa yang terdiri dari 613 laki-laki dan 495 perempuan.2

Masjid Al-mufied berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara : Perumahan penduduk

b. Sebelah Barat : Perumahan Sumompo jalan Goa c. Sebelah Selatan : Perkuburan Kristen Mayondi

2Dokumentasi Kelurahan Singkil dua kecamatan Singkil Manado, pada tanggal 9 Agustus

(48)

d. Sebelah Timur : Perumahan Sumompo Kapleng 3. Visi Dan Misi

Visi dari organisasi Majelis Taklim adalah membentuk karakter ibu-ibu yang beriman, bertaqwa dan beramal soleh. Adapun yang menjadi misi dari organisasi Majelis Taklim At-Takwa adalah :

a. Melaksanakan kegiatan keagamaan

b. Melaksanakan kegiatan kesenian yang bernapaskan Islam c. Melaksanakan kegiatan olahraga

d. Menumbuhkan solidaritas kemasyarakatan 4. Struktur Organisasi Majelis Taklim At-Takwa

Suatu organisasi seperti Majelis Taklim tidak akan berjalan lancar dengan baik tanpa adanya orang-orang yang mengurusi ataupun bertanggung jawab di Majelis Taklim tersebut, maka harus dibuat struktur kepengurusan atau struktur organisasi.

Inilah daftar nama-nama pengurus Majelis Taklim At-Takwa Periode 2015-2017.

Pelindung : Lurah Singkil dua

Badan Ta’mir Masjid At-Takwa

Pengasuh : Ustadza Nuraiin

(49)

Bendahara : Farida Bia

Seksi Pendidikan & Dakwah : Hj. Nurhayati Pontoh Seksi Seni & Olahraga : Ramlah Sahi

Seksi Kemuslimahan : Fitri Ali Seksi Informasi & Komunikasi : Rahayu Ningsi Seksi Sarana & Prasarana : Irma Urut

B. Deskripsi Data fokus Penelitian

1. Efektivitas Majelis Taklim At-Takwa Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Bagi Ibu Rumah Tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil Dua Manado.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi ditemukan bahwa efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil terdiri atas : 1. Tujuan Majelis Taklim At-Takwa, 2. Kegiatan Majelis Taklim At-Takwa, 3. Materi Majelis Taklim At-Takwa, 4. Metode Majelis Taklim At-Takwa, dari hasil efektifitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado adalah sebagai berikut :

1) Tujuan Majelis Taklim At-Takwa

(50)

pada diri sendiri, sehingga bisa mencapai derajat tertinggi sebagai manusia dan mencapai kebahagiaan dunia akherat.3

2) Kegiatan Majelis Taklim At-Takwa a. Kegiatan Harian

Menurut pengamatan peneliti kegiatan harian Majelis Taklim At-Takwa berlangsung selama 2 hari. Pada hari Senin pukul 15.30 wita adalah pemberantasan buta huruf Al-Quran, hari Selasa pukul 15.30 wita pelatihan kesenian kasidah.4

Untuk lebih jelasnya diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 1

Hasil “wawancara” denganMaryam Abdul, Ketua Majelis Taklim At-Takwa Lingkungan V Kelurahan Singkil dua, pada tanggal 27 Agustus 2015 di Rumah.

(51)

kepada Allah Swt.

Menurut pengamatan peneliti kegiatan mingguan dilaksanakan pada hari Kamis dan Minggu sebagai kegiatan rutinitas Majelis Taklim At-Takwa. Setiap hari Kamis pukul 15.30 Wita dilakukan kegiatan tabungan yang dinamakan arisan ibu-ibu Majelis At-Takwa yang dibina langsung oleh ketua Majelis At-Takwa. kegiatan ini menjadi ciri khas di Majelis ini.

Setiap hari Minggu pukul 19.30 wita dilakukan kegiatan bimbingan rohani, kegiatan ini semacam ceramah bagi para ibu rumah tangga, yang dilakukan secara kelompok dan dibina langsung oleh ketua Majelis Taklim At-Takwa.5

Untuk lebih jelasnya diuraikan pada tabel berikut :

5Hasil“observasi”kegiatan harian Majelis At-Takwa Kelurahan Singkil dua Lingkungan V

(52)
(53)

c. Kegiatan Bulanan

Menurut pengamatan peneliti kegiatan bulanan dilakukan pada hari Sabtu awal bulan Hijriyah Melakukan sholat taubat dan sholat tasbih, selain itu juga dilakukan kerja bakti yaitu bersih-bersih lingkungan Masjid At-Takwa dan sekitar.

Untuk lebih jelasnya diuraikan pada tabel berikut :

(54)

2

Kerja Bakti Maryam Abdul Ibu-ibu membagi kelompok–kelompok

Dari hasil wawancara dengan ketua Majelis At-Takwa sebagai berikut :

Kegiatan tahunan yang dilakukan di Majelis AT-Takwa meliputi peringatan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad saw, Isra & Mi’raj. Selain itu yang termasuk agenda kegiatan tahunan adalah kegiatan pada bulan Ramadhan, seperti kegiatan pengajian, buka bersama, dan ceramah singkat sebelum memasuki shalat tarawih.6

Dari hasil wawancara dan observasi di atas, maka yang bisa disimpulkan bahwa, kegiatan di Majelis Taklim tujuannya mempererat silahturahim antar sesama ibu rumah tangga, dan masyarakat sehingga menciptakan suasana yang harmonis.

3) Materi Majelis At-Takwa

Majelis At-Takwa adalah sebuah organisasi pendidikan nonformal, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan adanya kurikulum atau materi-materi yang diajarkan, karena kurikulum merupakan acuan dan pedoman yang dipakai sebagai perantara

6Hasil“wawancara”kegiatan tahunan Majelis At-Takwa Kelurahan Singkil dua Lingkungan

(55)

oleh organisasi dalam pelaksanaan pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut pengamatan peneliti kurikulum di Majelis Taklim At-Takwa, belum ada ketentuan dan aturan baku, sehingga masih bisa dikatakan sederhana.7 Materi yang diajarkan di Majelis Taklim At-Takwa berkisah pada ilmu-ilmu keagamaan yakni:

a. Kitab Fiqhi

Dari hasil wawancara dengan ustadza Nurain selaku pemateri Majelis Taklim At-Takwa sebagai berikut :

Kedisiplinan ilmu lebih berorientasi pada orang yang paham akan agama, di mana siapapun yang paham dengan agama akan disebut faqih. Itulah alasan diajarkan ilmu fiqih di Majelis Taklim At-Takwa.8

b. Tauhid

Dari hasil wawancara dengan Maryam Abdul selaku ketua Majelis Taklim At-Takwa sebagai berikut :

Mengesakan Allah swt dengan semua peribadatan yang disyariatkan. Segala peribadatan tersebut tidaklah boleh dipalingkan kepada siapapun. Allah swt telah menciptakan alam semesta untuk sebuah tujuan yaitu ibadah (tauhid), dan Allah swt mengutus para rasul untuk menyeru manusia kepada tauhid ini. Bahkan Al Quran mengkedepankan pembahasan tauhid ini dalam kebanyakan surat-suratnya. Al-Quran pun memaparkan kejelekan syirik (lawan dari

7 Hasil“observasi”kurikulum di Majelis At-Takwa, pada tanggal 26 Juni 2015, di Masjid

At-Takwa.

8 Hasil “wawancara dengan ustadza Nurain selaku pemateri Majelis Taklim At-Takwa

(56)

tauhid) yang berlaku pada individu dan masyarakat. Syirik pula merupakan sebab kehancuran kehidupan manusia di dunia dan akhirat.9

c. Akhlak

Dari hasil wawancara dengan Hj Nurhayati Pontoh selaku anggota Majelis Taklim At-Takwa sebagai berikut :

Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awwam.10

Dari hasil wawancara di atas mengenai materi yang diterapkan dalam Majelis Taklim At-Takwa, peneliti mengambil kesimpulan bahwa kitab fiqhi diterapkan dengan tujuannya agar ibu rumah tangga memahami mana yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan mana yang harus dihindari, materi tauhid diterapkan dengan tujuan mengesahkan Allah swt dan menjauhi perbuatan syirik, karena syirik merupakan sebab kehancuran kehidupan manusia di dunia. Sedangkan materi akhlak diterapkan dalam Majelis Takliim At-Takwa adalah mencontohkan akhlak Rasulluah saw dan diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

9 Hasil “wawancara” dengan Maryam Abdul selaku Ketua Majelis Taklim At-Takwa

Kelurahan Singkil dua Lingkungan V Manado, pada tanggal 1 September di Masjid At-Takwa.

0

(57)

4) Metode Majelis Taklim At-Takwa

Untuk melakukan proses pendidikan akhlak pada ibu rumah tangga, maka didirikan sebuah organisasi Majelis Taklim At-Takwa, organisasi ini bersifat pendidikan nonformal yaitu memanfaatkan Masjid sebagai tempat jalannya organisasi sehingga Masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja.

Beberapa metode yang diterapkan Majelis Taklim At-Takwa bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kecamatan Singkil dua Manado, yaitu:

a. Sistem Individual

Menurut pengamatan peneliti sistem individual di Majelis Taklim At-Takwa memberikan kesempatan membaca Al-Quran kepada anggota Majelis Taklim At-Takwa, tujuannya untuk memberantas buta huruf Al-Quran. Pelaksanaanya yaitu setiap ibu rumah rangga bergiliran satu-persatu untuk belajar cara membaca yang baik dan benar kepada ustadza.11

b. Sistem Kelompok

Dalam pengamatan peneliti pelaksanaan sistem kelompok Majelis Taklim At-Takwa yaitu dengan cara sekelompok ibu rumah tangga mendengarkan seorang ustadza yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan kandungan Al-Quran dan hadits agar bisa dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.12

11 Hasil “observasi metode sistem individual Majelis Taklim At-Takwa, tanggal 3

September 2015, di Masjid At-Takwa.

12 Hasil “observasi” metode sistem kelompok Majelis Taklim At-Takwa, tanggal 4

Gambar

Tabel 1Observasi Kegiatan Harian Majelis At-Takwa
Tabel 2Observasi Kegiatan Mingguan Majelis At-Takwa
Tabel 3Observasi Kegiatan Bulanan Majelis At-Takwa

Referensi

Dokumen terkait

Nilai-nilai Islam yang diterapkan kepada jama’ah Majelis taklim di Kecamatan Lubuklinggau timur II Kota Lubuklinggau adalah iman, Islam, ihsan, takwa, ikhlas,

Antusiasme masyarakat Tunggul Wulung khususnya masyarakat anggota majelis taklim begitu tinggi dan selalu hadir serta memenuhi ruangan tuan rumah dalam mempelajari agama.

Siapa saja yang menyampaikan bimbingan agama Islam di Majelis Taklim Nurus Syifa ?.?. Apa saja media yang digunakan ketika kegiatan bimbingan agama Islam

Terlihat dari wawancara bersama Ketua RT setempat, bahwa keberadaan majelis taklim dikatakan sangat aktif, terbukti selalu ramai pada saat pengajian, dan tidak terganggu

“Pedoman Majelis Ta’lim” yang diterbitkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia dan “Manajemen dan Silabus Majelis Taklim” yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan

Bagaimana efektifitas dakwah melalui Pengajian Majelis Taklim di Desa Ladumpi Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana Adapun hasil penelitian ini ialah menunjukkan adanya efektifitas

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa adanya Peran dari majelis taklim Asy-syafa’at dalam meningkatkan pemahaman agama kaum wanita yaitu aqidah, ibadah, dan akhlak di desa Tanjung

Dengan menerapkan teori Pemberdayan Masyarakat Widjajanti, 2011, ibu-ibu anggota majelis taklim Hidayatullah berinisiatif memanfaatkan ampas minyak kelapa yang disebut juga sebagai