• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH (Studi Kasus di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH (Studi Kasus di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI BAWANG MERAH

(Studi Kasus di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang)

ASMAN 105960123312

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(2)

i

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH

(Studi Kasus di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang)

ASMAN 105960123312

SKRIPSI

Sebagai Salah SatuSyaratuntukMemperolehGelarSarjanPertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : AnalisisFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah (Studi Kasus di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang)

Nama : Asman

Stambuk :105960123312

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. St. Wardah, M.Si. Amruddin, S.Pt., M.Si.

Diketahui

DekanFakultasPertanian Ketua Prodi Agribisnis

(4)

iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah (Studi Kasus di Kelurahan mataran Kecamatan Anggeraja kabupaten Enrekang)

Nama : Asman

Stambuk : 105960123312

onsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama TandaTangan

1. Ir.St. Wardah, M.Si. < ……….…… >

Pembimbing I

2. Amruddin, S.Pt., M.Si. < ………. > Pembimbing II

3. Ir. Muh. Arifin Fattah, M.Si. < ……….. > Penguji I

4. ArdyRumallang, S.P., M.M. < ………..…… >. Penguji II

(5)

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah (Studi Kasus di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang) adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data daninformasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 11 Agustus 2016 Asman

(6)

v

ABSTRAK

ASMAN. 105960123312. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Studi Kasus di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Dibimbing oleh St. WARDAH dan AMRUDDIN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik petani dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

Pengambilan populasi dalam penelitian ini dilakukan dengan secara sengaja atau purposive yaitu pada para petani bawang merah di kelurahan pada Mataran .Adapun analisis data yang digunakan adalah r egresi linier bergan da pada produksi bawang merah dengan pendekatan langsung pada petani bawang merah.

Hasil analisis menunjukkan fungsi produksi bawang merah di Kelurahan Mataran yaituY = -436.351 + 500.500 + 1.403 + 2.156 + 7.502 + e model ini mempunyai nilai koefisien determinasi ( ) sebesar 0.667. Maka dari hasil tersebut berarti bahwa 66,7 persen produksi bawang merah di Kelurahan Mataran dapat dijelaskan oleh variable bebas yang digunakan dalam model yaitu luas lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja. Sedangkan selebihnya yaitu sebesar 33,3 persen dijelaskan oleh varia bellain di luar model.

Berdasarkan analisis uji F diperolehhasil F hitung sebesar 20,563 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 pada tingkat kepercayaan 95 persen. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwanilai F hitung lebih besar dari F table (20,563>2,485) dan nilai signifikannya sebesar 0,000 lebih kecil dari alpa ((α) yaitu 0,05 (5 persen). Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di Kelurahan Mataran. Sedangkan dari hasil uji t menunjukkan bahwa variable fakto produksi luas lahan dan tenaga kerja secara individu berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di Kelurahan Mataran.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah di limpahkan kepada penulis, Shalawat dan salamat taklupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, sehingga dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Studi Kasus di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadarkan bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ir.St. Wardah, M.Si.selakuPembimbing I danAmruddin, S.Pt., M.Si. selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

2. Ir. SalehMolla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Amiruddin, S.Pt.,M.Siselaku ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

vii 4. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis. Tak lupa penulis berterimakasih kepada seluruhs taf TU Fakultas Pertanian yang telah banyak membantu dan mengurusi segala administrasi. 5. Kepada pihak Dinas Pertanian Kabupaten Enrekang dan pihak Badan Pusat

Statistik Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Enrekang yang telah membantu melengkapi data penelitian.

6. Teristimewah teruntuk kedua orang tua penulis ayahanda Diman dan ibunda Jumainah atas dukungan baik moril maupun material, cinta dan kasih sayang yang tak pernah habis serta do’a yang senantiasa selalu di panjatkan dalam sujud setiap malam-malamnya yang tidak akan pernah bias terbalaskan Kakak Anjas, Agus dan adik Afis Akbar dansegenapkeluarga yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan.

7. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada saudara – saudari di Program Studi Agribisnis angkatan 2012 terkhusus buat sahabat – sahabat Wisnu Wardana, Muh. Purkan, dan Ardi. Semangat dan canda tawa kalian sertanasihat – nasihat selama bersama melewati suka dan duka di bangku perkuliahan menjadi motivasi dan dorongan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Titin Erisandi S.E danIrwan SE.,MM yang telah memberikan pelajaran dan pemahaman dalam penulisan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulist idak dapat sebut satu persatu.

(9)

viii Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini.Semoga bantuan dan budi baik yang telah di berikan kepada penulis mendapa timbalan amal shaleh yang setimpal dari Allah SWT .Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan segala keselahan dan kekurangan datangnya dari penulis maka kritikan yang konstruktif penulis sangat harapkan. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat dan dapa tmemberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.Semoga ridho Allah SWT senantiasa terucapkan kepadanya .Amin.

Makassar, 11 Agustus 2016

(10)

ix

DAFTAR ISI

... Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv I. PENDAHULUAN ... …….. 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 5 1.3. Tujuan Penelitian ... 5 1.4. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Bawang Merah ... 7

2.2. Fungsi Produksi ... 9

(11)

x

2.4. Elastisitas Produk ... 17

2.5. Penelitian Terdahulu ... 19

2.6. Kerangka Pikir ... 20

III. METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2. Populasi dan Sampel ... 22

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 24

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5. Teknik Analisis Data ... 25

3.6. Definisi Operasional ... 29

IV. GAMBARAN UMUM ... 31

4.1. Keadaan Geografis ... 31

4.2. Letak Wilayah ... 31

4.3. Keadaan Penduduk ... 32

4.3.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan... 34

4.3.2. Mata Pencaharian Penduduk ... 35

4.4. Sarana dan Prasarana ... 36

4.5. Kondisi Pertanian ... 37

4.5.1. Usahatani Bawang Merah di Desa Mataran ... 38

4.5.2. Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah ... 40

(12)

xi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

5.1. Karakteristik Responden ... 42

5.1.1. Umur Petani... 42

5.1.2. Pengalaman Bertani ... 43

5.1.3. Status Kepemilikan Lahan ... 44

5.2. Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Kelurahan Mataran ... 44

5.3. Elastisitas Produksi ... 51

5.4. Pembahasan ... 52

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

6.1. Kesimpulan ... 56

6.2. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 61

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1.1. Luas Tanam, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Bawang Merah di

kecamatan Anggeraja Tahun 2015 ... 2

4.1. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mataran Kabupaten Enrekang ... 33

4.2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, Tahun 2016 ... 34

4.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja ... 35

4.4. Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... 36

4.5. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... 37

5.1. Jumlah Responden Petani Bawang Merah Berdasarkan Umur ……...…… 43

5.2. Tingkat Pengalaman Bertani Responden Dalam Usahatani Bawang Merah di Kelurahan Mataran ... 43

5.3. Distribusi Status kepemelikan lahan Responden ………. 44

5.4. Hasil Regresi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Kelurahan Mataran ... 45

5.5 Koefisien Determinasi ... 47

5.6. Hasil Uji Serempak F ... 48

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

2.2. Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... …… 21

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian.. ... 61

2. Peta Wilayah Kabupaten Enrekang Kecamatan Anggeraja ... 65

3. Identitas Responden ... 68

4. Hasil Wawancara dengan Responden ... 70

5. Tabulasi Data Penelitian dari setiap Responden ... 72

6. Hasil Analisis Regresi Liniar Berganda Analisis faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah... 74

7. Tabel t ... 81

8. Tabel F ... 82

9. Dokumentasi ... 83

10. Surat Izin Penelitian ... 86

11. Riwayat Hidup ... 87

(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Dalam perekonomian Indonesia khususnya di bidang hortikultura, bawang merah memegang peranan penting yang mampu memberikan kontribusi cukup tinggi. Di Indonesia sektor pertanian di bagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor pertanian pangan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan.

Sektor pertanian terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan produk domestik bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional diarahkan pada perkembangan pertanian yang maju, efisien, dan tangguh dengan tujuan selain untuk memperluas lapangan kerja, tetapi juga untuk mendukung pembangunan daerah, dari lima subsektor pertanian maka masing-masing subsektor tersebut mempunyai peran dan kontribusi yang berbeda dalam sumbangannya terhadap PDB nasional.

Sektor pertanian pangan biasanya diusahakan oleh rakyat kecil, salah satu komoditas tanaman pangan yaitu bawang merah. Bawang merah termasuk komoditas yang menjadi perhatian dari sekian banyak komoditas pertanian karena jumlah produksinya tidak menentu dalam artian biasa mengalami kenaikan dan

(17)

2 mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dilihat dari aspek ekologi Kabupaten Enrekang merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman bawang merah. Mengingat skala pengelolaan pertanian di Enrekang sudah bersifat moderen maka produktivitasnya berfluktuasi, sedangkan permintaan kebutuhan akan bawang merah semakin meningkat untuk tiap tahunnya. Adapun salah satu Kecamatan di Enrekang yaitu Kecamatan Anggeraja yang memproduksi bawang merah yang cukup tinggi. Dimana Kecamatan Anggeraja terdiri dari sepuluh Desa. Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Anggeraja ada tiga Desa yang memproduksi bawang merah cukup tinggi.

Tabel 1.1. Luas Tanam, Produksi dan Rata-rata Bawang Merah di Kecamatan Anggeraja Tahun 2015

Desa/ Kelurahan Luas Tanam (Ha) Produksi (Kw) Rata-rata Produksi (Kw/Ha) Saruran Mataran Batu Noni 270 350 186 6.940 12.350 4.140 25,70 35,28 22,25 Jumlah 806 23.430 29,06

Sumber : BPS, Kecamatan Anggeraja dalam angka 2016.

Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa Kelurahan Mataran dengan luas tanam 350 Ha, produksi sebesar 12.350 ton serta rata-rata produksi 35,28 Ton/Ha, merupakan produsen yang terbesar dibandingkan dengan desa yang lainnya. Data Tabel 1.1 tersebut menyajikan tiga kelurahan dari 10 desa/ kelurahan yang memproduksi tinggi bawang merah.

Diantara berbagai faktor produksi dari usaha pertanian bawang merah diperkirakan terdapat faktor produksi yang sangat menentukan dalam usaha pertanian bawang merah yang meliputi luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja.

(18)

3 Menurut Mubyarto 1989, luas lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usaha tani. Besar kecilnya produksi dari usaha tani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan.

Dalam budidaya bawang merah langkah awal yang harus dilakukan adalah pemilihan bibit yang berkualitas unggul, dengan bibit bawang merah yang berkualitas unggul maka dapat menghasilkan bawang merah yang melimpah. Selain itu bibit unggul yang dipilih harus tepat tahan terhadap hama, penyakit, cuaca, dan suhu, serta tahan terhadap perubahan iklim. Dalam pemilihan bibit bawang merah, pilih bibit bawanag merah yang memiliki ukuran sedang disamping harga bibit yang relatif menengah dan tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya.

Pupuk merupakan sarana produksi yang sangat penting, pemberian pupuk yang tepat dan berimbang akan menghasilkan tanaman dengan produksi yang tinggi (Mubyarto, 1989).

Faktor produksi Tenaga Kerja (Hari Orang Kerja/HOK) dengan faktor produksi yang lain, bila dimanfaatkan secara optimal akan dapat meningkatkan produksi secara maksimal. Setiap penggunaan Tenaga Kerja produktif hampir selalu dapat meningkatkan produksi (Dema,2008).

Dengan semakin banyaknya permintaan pasar akan konsumsi bawang merah maka pengembangan bawang merah harus di tingkatkan. Untuk peningkatan produktifitasnya maka petani di Kelurahan Mataran adalah salah satu kelurahan yang berpotensi dalam membudidayakan bawang merah, hal ini sesuai

(19)

4 dengan data monografi Kelurahan Mataran pada Kecamatan Anggeraja yang menyatakan bahwa Kelurahan Mataran memiliki produktivitas terbesar. Kecamatan Anggeraja terdiri dari 10 kelurahan, Salah satu produksi bawang merah yang cukup tinggi adalah Kelurahan Mataran, sedangkan produktivitas di Kelurahan lainya itu masih rendah. Dengan perbedaan produktivitas antara kelurahan lain maka peneliti melakukan suatu penelitian dimana tingkat produktivitas bawang merah sangat terkait dengan penggunaan faktor-faktor produksi. Penggunaan faktor produksi yang berbeda dengan menghasilkan jumlah produksi yang berbeda pula. Selain penggunaan faktor produksi, karakteristik petani juga bisa mempengaruhi hasil produksi. Salah satunya umur, dalam batas-batas tertentu, semakin bertambah umur seseorang maka tenaga yang dimiliki semakin produktif dan setelah batas tertentu produktivitasnya semakin menurun. Jika dilihat dari pemaparan tersebut, telah dijelaskan bahwa faktor produksi memberikan kontribusi terhadap proses produksi yang sedang dijalankan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi terkait dengan input produksi akan mempengaruhi output yang dihasilkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang”.

(20)

5 1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pengaruh luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja terhadap produksi bawang merah di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ?

b. Bagaimana pengaruh elastisitas produksi bawang merah di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja terhadap produksi bawang merah di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

b. Untuk mengetahui pengaruh elastisitas produksi bawang merah di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah b. Bagi pemerintah Kabupaten Enrekang, penelitian ini dapat memberikan

sumbangan atau referensi dalam mengelola usahatani bawang merah di Kabupaten Enrekang

(21)

6 c. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan terutama yang terkait dengan bahan penelitian.

d. Bagi pembaca dan pihak lain, penelitian ini dapat diharapkan dapat di gunakan sebagi referensi dan pembanding studi/penelitian yang terkait dengan riset ini.

(22)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bawang Merah

Bawang merah tergolong komoditi yang mempunyai nilai jual tinggi dipasaran. Daerah sentra produksi dan pengusaha bawang merah perlu ditingkatkan mengingat permintaan konsumen dari waktu ke waktu terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan daya belinya. Mengingat kebutuhan terhadap bawang merah yang kian terus meningkat maka pengusahnya memberikan memberikan prospek yang cerah (Estu dkk., 2007). Di dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut (Estu dkk., 2007).

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Class : Monokotiledonae Ordo : Liliales/Liliflorae Family : liliaceae

Genus : Alium

Spesies : Alium ascalonicum atau Allium cepa var. ascalonicum

Bawang merah merupakan tanaman rendah yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah (Wibowo, 2001).

(23)

8 Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan memanjang seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daun. Bagian ujung daun meruncing, sedangkan bagian bawahannya melebar dan membengkak. Daun berwarna hijau (Estu dkk., 2007)

Kelopak dan sebelah luar selalu melingkar menutup kelopak daun bagian dalam. Beberapa helai kelopak daun terluar (2-3 helai) tipis dan mongering tetapi cukup liat. Pembengkakan kelopak daun pada bagian dasar akan terlihat mengembung, membentuk umbi yang merupakan umbi lapis. Bagian yang membengkak ini berisi cadangan makanan bagi tunas yang akan menjadi tanaman baru (Wibowo, 2001).

Bagian pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram tumbuh akar-akar serabut. Di bagian atas cakra, terdapat mata tunas yang dapat menjadi tanaman baru. Tunas ini dinamakan tunas lateral, yang akan membentuk cakram baru dan kemudian dapat membentuk umbi lapis kembali (Estu dkk., 2007).

Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna, terdiri dari 5-6 benang sari dan sebuah putik. Daun bunga berwarna agak hijau bergaris keputih-putihan atau putih. Bakal buah duduk di atas membentuk bangunan segitiga hingga tampak jelas seperti kubah. Bakal buah terbentuk dari 3 daun buah (karpel) yang membentuk 3 buah ruang dengan setiap ruang mengandung 2 bakal biji. Biji bawang merah yang masih muda berwarna putih. Setelah tua, biji akan berwarna hitam (Etsu dkk., 2007).

(24)

9 Menurut sejarahnya, tanaman bawang berasal dari Syiria, beberapa ribu tahun yang lalu sudah dikenal umat manusia sebagai penyedap masakan. Sekitar Abad VIII tanaman bawang merah ini mulai menyebar ke Wilayah Eropa Timur, Eropa Barat, dan Spanyol, kemudian menyebar luas ke dataran Amerika, Asia Timur, dan Asia Tenggara (Singgih, 1991). Abad XIX bawang merah telah menjadi salah satu tanaman komersial di berbagai negara di dunia. Negara-negara produsen bawang merah antara lain adalah Jepang, USA, Rumania, Italia, Meksiko dan Texas (Rahmana, 1995).

2.2. Fungsi Produksi

Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan

input-input (Boediono, 2002).

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa

input. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak

dinikmati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal ini disebabka karena beberapa hal, antara lain :

1. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat meneliti dapat mengetahui hubungan anatara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah di mengerti.

(25)

10 2. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

variabel yang di jelaskan (dependent variable) Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable) X, serta sekaligus mengetahui hubungan anatara variabel penjelas. Secara matimatis, hubungan ini dapat di jelaskan sebagai berikut :

Dengan fungsi produksi seperti di atas, maka hubungan Y dan X dapat di ketahui dan sekaligus hubungan X1…Xn dan X lainnya juga dapat di ketahui.

Menurut Gilarso (2003), punsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara besarnya hasil output (maksimal) yang dapat diperoleh dari bermacam-macam jumlah dan kombinasi input faktor produksi tertentu dengan tingkat perkembangan teknologi tertentu. Funsi produksi menunjukkan bagaiman permintaan konsumen akan ouput atau hasil produksi menjadi permintaan produsen akan input faktor-faktor produksi. Fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk persamaan :

Keterangan :

Q = Tingkat produksi (output) X1,X2,X3,..,Xn = Berbagai input yang digunakan.

Fungsi produki menggambarkan kombinasi penggunaan input yang akan dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara

Q =f (X1, X2, X3,…Xn Y = f (𝑋1,𝑋 ,….𝑋𝑛)

(26)

11 input dan output tercermin pada fungsi produksinya. Suatu fungsi menggambarkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang dapat digambarkan dengan kurva isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor yang sama (Joesran dan Fathorrozi, 2003)

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Usahatani

Suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi output produksi. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi yaitu sebagai berikut :

1. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Pertanian

Dalam pertanian, terutama di Indonesia, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Menurut Mubyarto (1989), lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain di pengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan. Meskipun demikian, Soekartawi (1993) menyatakan bahwa bukan berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut. Sebaliknya dengan lahan yang luasnya relatif sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

(27)

12 Penggunaan luas lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas penggunaan luas lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan luas lahan tanam semusim diutaman untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari dan panen di lakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun. Penggunaan luas lahan tanaman tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan. Penggunaan luas lahan permanen diarahkan pada lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa dan sarananya, lapangan terbang, dan pelabuhan.

2. Pengaruh Bibit Terhadap Produksi Pertanian

Benih menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Sehingga semakin unggul benih komoditas pertanian, maka semakin tinggi produksi pertanian yang akan dicapai. Pendapat dari Sukiyono (2004) juga menjelaskan bahwa faktor penggunaan bibit merupakan faktor produksi yang paling besar pengaruhnya dalam usahatani.

Varietas benih untuk budidaya bawang merah cukup banyak. Ada benih lokal hingga benih hibrida impor. Bentuk benihnya ada yang dari biji, ada juga berupa umbi. Kebanyakan budidaya bawang merah di sentra-sentra produksi menggunakan umbi sebagai benih. Benih bawang merah yang baik berasal dari umbi yang dipanen tua, lebih dari 80 hari untuk dataran rendah dan 100 hari dataran tinggi. Benih bawang merah yang baik setidaknya telah disimpan 2-3

(28)

13 bulan. Ukuran benih sekitar 1,5-2 cm dengan bentuk yang bagus, tidak cacat, berwarna merah tua mengkilap.

Penyediaan benih bermutu harus memenuhi enam tepat persyaratan (tepat varietas, jumlah mutu, waktu, lokasi, dan harga). Penyediaan bawang merah di dalam negeri masih jauh dari enam tepat persyaratan tersebut, sehingga ketersediaan benih belum mencukupi kebutuhan. Hal ini disebabkan antara lain karena petani menggunakan benih dari hasil perbanyakan sendiri (Basuki 2010), sistem produksi masih tradisonal, produktivitas rendah dan sebagainya.

Dalam mendukung produktivitas bawang merah yang maksimal diperlukan umbi benih bermutu tinggi. Menurut Sutono (2007), umbi benih yang baik untuk ditanam tidak mengandung penyakit, tidak cacat, dan tidak terlalu lama disimpan di gudang. Berdasarkan ukurannya , umbi benih bawang merah dapat digolongkan menjadi 3 benih, yaitu umbi benih besar, sedang, dan benih kecil (Sumarni dan Hidayat 2005).

Umbi besar dapat menyediakan cadangan makanan yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan di lapangan. Menurut Sutono (2007), umbi benih berukuran besar tumbuh lebih baik dan menghasilkan daun-daun lebih panjang, luas daun lebih besar, sehingga dihasilkan jumlah umbi pertanam dan total hasil yang tinggi. Namun, penggunaan umbi benih yang berukuran besar berkaitan erat dengan total bobot benih yang diperlukan dan sekaligus mempengaruhi biaya produksi untuk benih, sehingga menjadi lebih tinggi.

(29)

14 3. Pengaruh Penggunaan Pupuk Terhadap Produksi Pertanian

Pupuk adalah bahan zat makanan yang diberikan atau ditambahkan pada tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh. Pupuk yang diperlukan tanaman untuk menambah unsur hara dalam tanah ada beberapa macam. Pupuk dapat digolongkan menjadi dua yaitu pupuk alam dan pupuk buatan (Heru Prihantoro, 2005). Sejarah penggunaaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian dari sejarah pertanian itu sendiri. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah mulai pada permulaan dari manusia mengenai bercocok tanam >5.000 tahun yang lalu. Bentuk promitif dari pemupukan untuk memperbaiki kesuburan tanah terdapat pada kebudayaan tua manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah aliran sungai-sungai Nil, Euprat, Indus, di Cina, Amerika Latin, dan sebagainya (Heru Prihmantoro, 2005). Di Indonesia sebenarnya pupuk itu sudah lama dikenal para petani. Mereka mengenal pupuk sebelum Revolusi Hijau turut melanda pertanian di Indonesia (Heru Prihmantoro, 2005).

Pemberian pupuk dengan komposisi yang tepat dapat menghasilkan produk berkualitas. Pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Menurut Sutejo (dalam Rahim dan Diah Retno, 2007), pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari penguraian bagian – bagian atau sisa tanaman dan binatang, misal pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, dan tepung tulang. Sementara itu, pupuk anorganik atau yang biasa disebut sebagai pupuk buatan adalah pupuk yang sudah mengalami proses di pabrik misalnya pupuk urea, TSP, dan KCl.

(30)

15 Walaupun demikian pupuk organik lebih unggul karena beberapa hal sebagai berikut :

1. Memperbaiki struktur tanah. Bahan organik dapat mengikat butiran-butiran tanah menjadi yang lebih besar sehinggah tanah menjadi gembur. 2. Menaikkan daya serap tanah terhadap air. Bahan organik dapat mengikat

air lebih banyak dan lebih lama.

3. Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah. Jasad renik dalam tanah amat berperab dalam perubahan bahan organik

4. Sumber makanan bagi tanaman. Walaupun dalam jumlah sedikit, pupuk organik mengandung unsur yang lengkap.

Pupuk buatan mempunyai keunggulan sebagai berikut :

1. Kandungan zat hara dalam pupuk buatan dibuat secara tepat karena disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

2. Pupuk buatan mudah dijumpai karena tersedia dalam jumlah banyak. 4. Pengaruh Penggunaan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Pertanian

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani, khususnya faktor tenaga kerja petani dan anggota keluarganya. Dalam usahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991 : 280). Tenaga kerja dapat juga berupa sebagai pemilik (pertanian tradisional) maupun sebagai buruh biasa (pertanian komersial). Menurut (Vink, G.J, 1984) tenaga kerja dapat berarti sebagai hasil jerih payah yang dilakukan oleh seseorang, pengerah

(31)

16 tenaga untuk mencapai suatu tujuan kebutuhan tenaga kerja dalam pertanian sangat tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan.

Di indonesia, kebutuhan akan tenaga kerja dalam pertanian dibedakan menjadi dua yaitu kebutuhan akan tenaga kerja dalam usaha tani pertanian rakyat dan kebutuhan akan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar seperti perkebunan, kehutanan, peternakan, dan sebagainya (Soeratno, 1986).

Usaha tani pertanian rakyat sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anaknya. Mereka biasanya membantu menebar bibit, mengangkut pupuk ke kebun, mengatur pengairan dan sebagainya. Kadang kala usaha tani pertanian rakyat membayar tenaga kerja tambahan, misalnya dalam hal tahap pengolaan tanah, baik dalam bentuk ternak maupun tenaga kerja langsung.pada pertanian besar kebutuhan akan tenaga kerja pada dasarnya mempunyai sifat sama dengan usaha tani pertanian rakyart. Hal tersebut mempengaruhi kebutuhan akan tenaga kerja. Petani di dalam usaha taninya tidak hanya sebagai tenaga kerja tetapi sekaligus merangkap sebagai pengelola yang mengatur organisasi produksinya secara keseluruhan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam faktor produksi tenaga kerja yaitu (Soekartawi, 2002) :

1. Tersedianya tenaga kerja 2. Kualitas tenaga kerja 3. Jenis kelamin

4. Tempat kerja musiman 5. Upah tenaga kerja.

(32)

17 Ada beberapa persoalan yang berkaitan dengan tenaga kerja disalam sektor pertanian dalam peningkatan produksi (Soeratno, 1986) :

1. Produktivitas tenaga kerja , ada beberapa cara untuk produktivitas tenaga kerja, yaitu dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kesehatan dan gizi mereka, memberikan pendidikan dan latihan praktis yang bisa diterapkan langsung.

2. Mobilitas tenaga kerja, perkembangan perekonomian yang cepat didaerah perkotaan menarik tenaga kerja di pedesaan untuk kekota. Jika ditinjau dari sudut petani, mobilitas tenaga kerja tersebut efisiensi pertanian karena mengurangi jumlah tenaga kerja yang berlebihan menggarap tanah pertanian.

Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK). Sumber daya alam akan dapat bermanfaat apabila telah diproses oleh manusia secara serius. Semakin serius manusia menangani sumber daya alam semakin besar manfaat yang akan diperoleh petani. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitasnya dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan. (Soekartawi, 2003).

2.4. Elastisitas Produksi

Elastisitas dalam ilmu ekonomi menerangkan seberapa besar sensitivitas perubahan suatu variabel akibat adanya perubahan pada variabel lainnya (Pindyck dan Rubinfeld, 2005 : 32). Aplikasi elastisitas ke dalam model ekonomi dapat

(33)

18 dijelaskan sebagai persentase perubahan atas suatu variabel yang diakibatkan adanya perubahan pada variabel lain sebesar satu persen. Pada pengertian ini, berlaku asumsi bahwa variabel-variabel lain dianggap tetap (konsan) atau berlaku kondisi yang disebut ceteris paribus. Penerapan konsep elastisitas dalam teori produksi diperoleh berdasarkan aplikasi fungsi produksi. Besarnya nilai elastisitas menyatakan ukuran sensitivitas dari variabel output (dependent variabel) terhadap adanya perubahan pada variabel input (variabel bebas tertentu) dalam suatu fungsi produksi. Dalam hal ini berlaku bahwa variabel-variabel input lainnya dianggap tetap atau berlaku kondisi yang disebut ceteris paribus. Konsep elastisitas berkaitan dengan perubahan jumlah input atau faktor produksi, jika input dinaikkan (diturunkan) sebesar satu persen berapa besar kenaikan (penurunan) produksi atau output yang terjadi (Nicholson, 2004). Pengertian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

di mana:

E : Nilai elastisitas

I : Input produksi ( K dan L)

∆Q : Perubahan atas output

∆I : Perubahan atas input.

(34)

19 Koefisien elastisitas produksi (EI) dapat diterangkan memiliki kondisi sebagai berikut: 1> 1 1< 1 1= 1 unitari 1= 0 2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini membuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian lain dalam bentuk jurnal maupun skripsi. Penelitian yang ada telah mendasari pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi, adapun penelitian adalah sebagai berikut :

Penelitian yang dilakukan oleh Rahotman Sinaga dan Nurcahyaningtyas dengan judul penelitiannya adalah “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah studi kasus pada Usahatani di desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, DIY Tahun 2013”. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda (SPSS). Analisis ini untuk mengetahui adanya pengaruh luas lahan, benih, pestisida, dan jumlah tenaga kerja terhadap tingkat produktivitas bawang merah di Desa Srigading.

Hasil dari penelitian Puput Nur Baithi dalam jurnal “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk”. Metode pengolahan dan analisis data penelitian menggunakan analisis regresi data

(35)

20 panel menggunakan model efek random (random effect). Hasil regresi data panel menunjukkan bahwa variabel jaringan dan musim tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga bawang merah di Kabupaten Nganjuk.

Hasil penelitian dari Amanda Rizka Nabilla dan Rahmanta Ginting, jurnal dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Petani Jagung”. Metode analisis yang pertama yang digunakan adalah Fungsi Produksi Model Coob-Douglass dan metode analisi Persamaan Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak, variabel luas lahan, jumlah bibit, pestisida, pupuk, dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi di daerah penelitian, namun secara parsial variabel jumlah bibit, pestisida, dan tenag kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

2.6. Kerangka Pikir

Kelurahan Mataran merupakan salah satu Kelurahan yang menghasilkan produksi bawang merah yang ada di Kabupaten Enrekang. Produksi adalah satu metode atau teknik dalam menghasilkan produk dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia. Faktor-faktor produksi dalam usahatani bawang merah adalah luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja. Lahan merupakan faktor produksi utama yang menentukan tingkat keberhasilan pada usaha tani bawang merah dengan asumsi tingkat keseburan lahan tersebut cukup bagus. Bibit juga merupakan salah satu faktor yang berperan dalam peningkatan produksi tanaman bawang merah dapat tumbuh subur dengan adanya ketersedian unsur hara yang

(36)

21 cukup, sehingga pemupukan harus di lakukan secara tepat dan berimbang. Faktor tenaga kerja juga berperan penting dalam usaha tani bawang merah yang berkaitan dengan pengolahan lahan sampai pengolahan hasil panen. Jumlah tenaga kerja yang di gunakan harus sesuai dengan lahan yang tersedia. Apabila lahan yang tersedia luas maka jumlah tenaga kerja yang di butuhkan cukup banyak dan sebaliknya.

Gambar 2. Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

Kelurahan Mataran

Produksi Bawang Merah

Faktor-Faktor Produksi Bawang Merah : 1. Luas Lahan (𝑋1)

2. Bibit ( 𝑋 ) 3. Pupuk (𝑋3)

4. Tenaga Kerja (𝑋4)

Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah

Analisis Regresi Linear Berganda

(37)

22

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Lokasi ini dipilih secara purposive sampling (secara sengaja) dengan pertimbangan bahwa pada umumnya petani dilokasi tersebut merupakan usahatani bawang merah. Penelitian ini akan berlangsung sejak bulan April 2016 sampai Mei 2016, mulai dari persiapan sampai penyusunan hasil penelitian.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan jumlah dari anggota (sampel) secara keseluruhan, sedangkan sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang terpilih sebagai objek pengamatan ( Soekartawi, 2002).

Populasi dalam penelitian ini yaitu petani bawang merah yang melakukan pola kemitraan sebanyak 85 yang tersebar di 2 (dua) desa di Kelurahan Mataran yaitu Belalang dan Sossok. Berdasarkan data jumlah populasi petani bawang merah yang melakukan pola kemitraan tersebut sebanyak 85 yang tersebar di 2 Desa/ Kelurahan tersebut maka jumlah sampel di Kecamatan Anggeraja berdasarkan Rumus penarikan sampel yaitu dengan menggunakan rumus Slovin dalam Sunyotob(2011), sesuai persamaan (1).

(38)

23 Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan yang ditolerir (%)

Berdasarkan jumlah populasi petani bawang merah di Kecamatan Anggeraja maka jumlah sampel sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Slovin dalam Sunyoto adalah :

Jadi, jumlah sampel petani bawang merah yang di ambil di Kecamatan Anggeraja sebanyak 46 petani bawang merah yang tersebar di 10 Desa/ Kelurahan. Adapun teknik pengambilan sampel dengan teknik simple random

sampling berupa acak sederhana.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini ada dua jenis sesuai dengan sumber perolehanya, yaitu data primer dan skunder.

1) Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dilapangan melalui teknik wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner kepada setiap petani tanpa melalui prantara atau

=1+( 2) =1+( 5 ,1 5 2) =1+ ( 5 1) 5 n= 45,9 = 46

(39)

24 data yang dilampirkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama (responden) di lokasi penelitian.

2) Data skunder adalah sumber data yang didapatkan melalui studi pustaka dan lembaga atau instansi yang terkaityang akan diolah (referensi-referensi, buku-buku teks, internet, hasil penelitian yang relevan dan sebagainya).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data adapun metode yang di gunakan yaitu, metode observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner dan studi pustaka.

1. Metode Wawancara

Yakni mengumpulkan data dan informasi dengan cara mewancarai anggota gabungan kelompok tani

2. Metode Ovservasi

Dengan cara turun lansung mengamati objek yang akan diteliti. Dimana pengamatan langsung kegabungan kelompok tani dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah

3. Kuesioner

Yakni teknik pengumpulan data dan informasi dengan menyebarkan angket menyangkut tentang isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan, tipe dan bentuk pertanyaan. Kepada responden yang dijadikan sampel penelitian.

(40)

25 4. Metode Studi Pustaka

Yakni mengumpulkan data atau informasi dari berbagai leteratur yang berkaitan didalam penulisan skripsi ini. Dengan pengumpulan data dengan membaca buku dan jurnal, Depertemen Pertanian, BPS, Depertement terkait, Internet dan lain-lain

3.5. Teknik Analisis Data

Adapun analisis yang digunakan untuk memperkirakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi pada penelitian ini digunakan model regresi dimana kita harus menggunakan dari dua variabel independen dengan model persamaan linier. Untuk menjawab dari penelitian pertama kita menggunakan analisis regresi berganda, untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, dan jumlah tenaga kerja terhadap jumlah produksi bawang merah. Persamaan umum regresi linear berganda adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Y = Variabel Dependen

X1, X2, X3,...Xn = Variabel Independen

e = Kesalahan ( error term )

(41)

26 b0 = Konstanta

b1, b2, b3...bn = Koefisien Variabel Independen

Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk menguji pengaruh dari variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian yang dilakukan, yaitu dengan cara :

a. Uji Serentak (Uji )

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Imam Ghozali, 2005). Pengujian F ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan F tabel, maka kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Prosedur pengujian uji F adalah sebagai berikut :

1. Membuat hipotesa nol (Ho) dan hipotesa alternatif ( Ha). 2. Menghitung nilai F hitung dengan rumus :

Dimana : = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel independen n = Jumlah sampel

3. Mencari nilai kritis ( F tabel ) ; df (k-1, n-k)

Fn = 𝑅

2:𝑘

(42)

27 Dimana k = jumlah parameter termasuk intersep.

4. Keputusan untuk meneriman atau menolak Ho didasarkan pada perbandingan F hitung dan F tabel.

Jika : F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Hi di tolak.

b. Pengujian Parsial (Uji t)

Pengujian secara parsial menggunakan uji t yang merupakan uji pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Uji signifikan adalah prosedur dimana hasil sampel digunakan untuk menentukan keputusan untuk menerima atau menolak Ho berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh dari data.

Prosedur dari uji t adalah sebagai berikut (Agus Widarjono, 2007) : 1. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). 2. Menghitung t dengan rumus :

Keterangan :

bi = Koefisien bebas ke - i bi* = Nilai hipotesis dari nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel bebas ke i.

3. Mencari nilai kritis t dari tabel t dengan df + n-k dan α yang tertentu.

4. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada pertandingan t hitung dan t tabel (nilai kritis)

(43)

28 Jika : t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima

t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak.

c. Uji Koefisien Determinansi ( )

Dalam suatu penelitian atau observasi, perlu dilihat seberapa jauh model yang terbentuk dapat menerangkan kondisi yang sebenarnya. Dalam analisis regresi dikenal suatu ukuran yang dapat dipergunakan untuk keperluan tersebut, yang dikenal dengan koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain koefisien determinasi menunjukkan variasi turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh linier X. Bila nilai koefisien determinasi yang diberi simbol R2 mendekati angka 1, maka variabel independen makin mendekati hubungan dengan variabel dependen sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut dapat dibenarkan (Gujarati, 1997).

𝑅 = (𝛾−𝛾)⬚

2

(44)

29 3.6. Definisi Operasional Variabel

Definisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Jumlah produksi (Y), jumlah produksi adalah jumlah total produksi bawang merah yang diproduksi oleh petani pada musim tanam (2,5 bulan) yang terakhir. Satuan yang dipakai adalah kilogram (kg).

2. Luas lahan (X1), luas lahan adalah luas lahan yang digunakan petani untuk menanam bawang merah oleh petani pada musim tanam (2,5 bulan) yang terakhir. Satuan yang digunakan untuk mengukur luas lahan adalah meter persegi (m2).

3. Bibit (X2), bibit adalah jumlah pemakaian bibit bawang merah yang digunakan pada sekali musim tanam (2,5 bulan) yang terakhir. Satuan yang digunakan adalah kilogram (kg).

4. Pupuk (X3), Pupuk adalah jumlah pupuk buatan yang digunakan untuk menanam bawang merah dalam sekali musim tanam (2,5 bulan) yang terakhir. Dalam usahatani bawang putih digunakan bermacam-macam jenis pupuk buatan, yaitu pupuk urea, NPK. Dalam pengukurannya jenis-jenis pupuk ini dijumlahkan secara kuantitas. Satuan yang digunakan adalah kilogram (kg).

5. Jumlah tenaga kerja (X5), tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dipakai dalam usahatani bawang merah pada musim tanam (2,5 bulan) yang terakhir, mulai dari mengolah tanah, penanaman, pemeliharaan sampai panen baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Tenaga

(45)

30 kerja yang digunakan tidak dibedak an atas jenis kelamin. Satuan yang digunakan adalah harian orang kerja (HOK) dengan anggapan satu hari kerja adalah tujuh jam.

(46)

31

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Keadaan Geografis

Kelurahan Mataran merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan .Kelurahan Mataran merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Secara Geografis Kelurahan Mataran adalah daerah yang berbukit-bukit dan berada di dataran tinggi dengan ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Kondisi tanah di Kelurahan ini cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik tanaman holtikultura maupun tanaman jangka panjang. Potensi pengairan di Kelurahan Mataran juga cukup tersedia sehingga daerah ini dianggap sangat cocok sebagai wilayah pertanian dan perkebunan, serta dapat memberikan konstribusi pengairan untuk Desa dan Kelurahan lain yang ada disekitar Kelurahan Mataran. Kelurahan Mataran juga memiliki suhu udara rata-rata harian 32 ºC, curah hujan 2.520 mm dengan jumlah bulan hujan 6 bulan.

4.2. Letak Wilayah

Secara administrasi, Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Bubun Lamba

(47)

32 Sebelah Timur : Desa Tampo

Sebelah Barat : Singki

4.3. Keadaan Penduduk

Penduduk adalah populasi manusia yang menempati area atau wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu. Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan sebagaimana tertuang dalam rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan masalah kependudukan, seperti besarnya jumlah penduduk dan tidak meratanya penyebaran penduduk di Kabupaten Enrekang.

Penduduk sebagai sumber daya manusia merupakan subjek dalam pembangunan yang harus mengenal karakteristiknya. Dimana dengan adanya penduduk dalam suatu daerah merupakan faktor penentu dalam perputaran roda perekonomian suatu daerah, sebab penduduk adalah salah satu sumber daya yang menjadi penggerak utama dalam menjalankan dan mengelolah sumber daya lain. Dan baik buruknya suatu daerah dilihat dari keadaan penduduk yang menetap di daerah tersebut. Berdasarkan data dari kantor BPS Kabupaten Enrekang, diperoleh rincian data jumlah penduduk yang dijabarkan sebagai berikut :

Jumlah penduduk di Kelurahan Mataran pada tahun 2015 berjumlah 2.490 orang, terdiri dari laki-laki 1.260 jiwa dan perempuan sebanyak 1.230 jiwa yang tersebar di 2 dusun. Seperti terlihat pada Tabel 4.1.

(48)

33 Tabel 4.1. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mataran Kabupaten Enrekang Tahun

2016

NO Lingkungan/Dusun Jumlah Jiwa Total (orang) Persentase (%) L P 1 Belalang 515 525 1.040 41,76 2 Sossok 745 705 1.450 58,24 Jumlah 1.260 1.230 2.490 100

Sumber : Kantor Kelurahan Mataran dalam Angka, 2016

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan Mataran yaitu Dusun Sossok sebanyak 1.450 orang dengan persentase 58,24% dan yang terendah paling sedikit di Dusun Belalang sebanyak 1.040 orang dengan persentase 41,76%. Keadaan penduduk Kelurahan Mataran terhitung mulai angka bayi sampai umur berlanjut. Keadaan penduduk Kelurahan Mataran masih sangat potensial untuk mengembangkan satu titik usaha yang maksimal karena masih banyak didominasi oleh umur yang masih produktif, sehingga pola pikir untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian terkhusus pada penciptaan ekonomi sampingan pada tahapan-tahapan usaha-usaha sampingan.

Suatu generasi atau yang biasa disebut sebagai kelompok usia merupakan sekelompok orang yang telah mengalami kehidupan sosial, lingkungan politik, sejarah dan ekonomi. Disebut sebagai kelompok usia karena mereka telah berbagi sejarah, perilaku dan nilai bersama yang bersifat unik. Analisis kelompok merupakan suatu proses yang menggambarkan dan menjelaskan suatu sikap, nilai-nilai dan perilaku dari suatu kelompok umur serta memprediksi sikap nilai-nilai dan perilaku di masa yang akan datang Del Hawkins, dkk (2007).

Untuk menentukan kemampuan fisik dalam bekerja dan berfikir penduduk yang berumur muda mempunyai kemampuan yang lebih besar dari inovatif

(49)

34 dibandingkan dengan penduduk yang lebih tua. Penduduk di Kelurahan Mataran mempunyai umur yang bervariasi. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jumlah penduduk berdasarkan umur di Kelurahan Mataran dapat di lihat pada tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, Tahun 2016.

No Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah (orang) Persentase (%) 1 2 3 0-15 15-65 >65 812 1.395 283 32,61 56,02 11,37 Total 2.490 100

Sumber : Kantor Kelurahan Mataran dalam Angka, 2016

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa distribusi penduduk menurut kelompok umur yang ada di Kelurahan Mataran Kecamatan Aanggeraja Kabupaten Enrekang terbagi dalam 3 kelompok umur. Kelompok umur terbanyak berada pada umur 15-65 tahun sebanyak 1.395 orang dengan persentase 56,02% , terendah kelompok umur di atas 65 tahun sebanyak 283 orang dengan persentase 11,37 %.

4.3.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan dapat diperoleh melalui dua cara yaitu melalui bangku sekolah (pendidikan formal) dan pendidikan yang diperoleh melalui latihan-latihan seperti kursus dan pengalaman-pengalaman dalam lingkungan hidup (pendidikan non formal). Data penduduk berdasarkan pendidikan di Kelurahan Mataran dapat dilihat pada Tabel 4.3.

(50)

35 Tabel 4.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, Tahun 2016

Sumber : Kantor Kelurahan Mataran dalam Angka, 2016

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa tingkat pendidikan responden di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang yang terbanyak adalah penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA dengan jumlah 802 orang (32,20 %), terendah adalah penduduk yang mengenyam pendidikan hingga Pascasarjana ada 4 orang (0,16 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di wilayah ini relatif tinggi.

4.3.2. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sebagian besar adalah petani. Namun tidak semua penduduk Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang bermata pencaharian sebagai petani karena ada juga sebagian masyarakat yang mata pencahariannya sebagai buruh tani, PNS, pengrajin industri, peternak, dan pengusahan kecil dan menengah, untuk lebih jelasnya dilihat pada Tabel 4.4.

No Tingkat Pendidikan Jumlah(orang) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 TK SD SLTP SLTA D1-D3 Sarjana Pascasarjana 46 793 532 802 108 205 4 1,85 31,85 21,37 32,20 4,34 8,23 0,16 Jumlah 2.490 100

(51)

36 Tabel 4.4. Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Mataran Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang, 2016.

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) 1 2 3 4 5 Petani / Peternak PNS Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pedagang Lain-lain 2.060 125 50 135 120 82,73 5,02 2,01 5,42 4,82 Jumlah 2.490 100

Sumber : Kantor Kelurahan Mataran dalam Angka, 2016

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian/ peternak sebanyak 2.060 orang (82,73 %), terendah penduduk dengan mata pencaharian sebagai Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI 50 orang (2,01 %). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian/peternak.

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja. Jenis sarana yang ada di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sebagian besar berupa sarana pendidikan, sarana tempat ibadah, sarana transportasi dapat diketahui bahwa Petani bawang merah tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan penjualan hasil pertanian, sarana transportasi sudah cukup tersedia. Keadaan sarana dan prasarana di Kelurahan Mataran dapat dilihat pada Tabel 4.5.

(52)

37 Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang. Tahun 2016

No Sarana dan Prasarana Unit Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8. 9. Kantor Kelurahan TK TPA SLTA SD Posyandu Mesjid

Lapangan olah raga Motor/ mobil 1 2 7 1 2 2 4 1 985 0,10 0,20 0,70 0,10 0,20 0,20 0,40 0,10 98,00 Jumlah 1.005 100

Sumber : Kantor Kantor Kelurahan Mataran dalam Angka, 2016

Tabel 4.5 menjelaskan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang terbesar adalah roda dua (motor) dengan jumlah 985 unit (98,00 %). Sedangkan sarana dan prasarana yang paling sedikit adalah, Kantor Kelurahan, SLTA dan lapangan olah raga dengan jumlah masing masing 1 unit (0,10%). Sarana dan parasarana ini wajib menjadi perhatian pemerintah setempat untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat yang ada di Kelurahan Mataran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.

4.5. Kondisi Pertanian

Sektor pertanian merupakan tumpuan perekonomian di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sebab sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar dan merupakan penyumbang pendapatan utama bagi penduduk di Kecamatan Anggeraja. Selain itu kegiatan pertanian

(53)

38 mempunyai peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat pada umumnya.

Ketersediaan pangan tidak terlepas dari jenis komoditi tanaman yang ditanam oleh para petani. Produksi pertanian tertinggi di kecamatan Anggeraja yaitu Bawang merah, dimana komoditi Bawang Merah merupakan produk pertanian utama dari Kecamatan Anggeraja. Selain bawang merah ada juga jagung dan sayuran lainnya. Selain produksi dari tanaman pangan produksi pertanian lainnya, untuk menambah penghasilan masyarakat di Kelurahan Mataran masyarakat juga mengambil keuntungan dari sektor peternakan. Ternak yang dikembang biakan itu berpariasi meskipun masih skala yang masih relatif kecil, seperti : kambing, ayam, sapi potong, dan sapi perah. Berdasarkan data dari monografi desa tahun 2015 populasi ternak yang di kembangkan adalah kambing sebanyak 8 ekor, ayam sebanyak 416 ekor, sapi potong sebanyak 162 dan sapi perah sebanyak 56.

4.5.1. Usahatani Bawang Merah di Desa Mataran

Bawang merah merupakan salah satu komonitas sayuran unggulan di Kabupaten Enrekang. Cara atau syarat dalam membudidayakan bawang merah yaitu pertumbuhan terbaik bawang merah didapat jika lahan yang di gunakan adalah lahan yang terdiri dari tanah lempung berpasir atau berdebu. Selain itu, seperti halnya pada tanaman lain, jenis tanah yang di gunakan sebagai media tanam usahakan mengandung banyak zat organik serta unsur hara agar tanah tersebut subur.

(54)

39 Cara budidaya bawang merah pada pengolahan tanah yaitu terlebih dahulu membersihkan lahan dari segala jenis gulma atau tanaman pengganggu lain. Selanjutnya buat bedengan-bedengan dengan lebar 80 cm- 100 cm dan panjang bedengan tergantung luas lahan. Di setiap sisi bedengan di keruk sedalam 15 cm. Jarak antara bedengan adalah 45 cm. Sebelum ditanam, akan sangat bagus jika tanah diberikan pupuk organik, siramlah tanah tersebut.

Pada penanaman, yang pertama siramlah lahan yang akan ditanam terlebih dahulu. Selanjutnya buatlah lubang tanam sesuai tinggi umbi bawang dengan jarak tanam sekitar 20 – 18 cm. Kemudian masukkan umbi bawang ke dalam lubang.

Pada proses penyiraman, yang pertama dilakukan yaitu pada masa 1-10 hari, lakukan pada pagi dan sore hari. Kemudian untuk tanaman bawang merah yang telah berusia antara 11 hari - 60 hari, cuku dilakukan sekali saja pada pagi hari atau sore hari.

Pada pemupukan, untuk mengoptimalkan pertumbuhan bawang merah, sangat di ajurkan untuk memberi pupuk. Adapun pupuk yang digunakan para petani yaitu pupuk ZA dengan dosis 350 kg/ Ha dan dilakukan sebanyak 3 kali pada hari ke - 12, hari ke – 23, dan sampai hari ke – 35. Kadang juga menggunkan pupuk KCL dengan dosis 100 Kg/ Ha cukup satu kali pada hari ke – 12 pasca penanaman

Kemudian para petani biasa melakukan penyiangan untuk melindungi tanaman bawang merah dari gulma atau tanaman pengganggu yang bisa menghambat pertumbuhan bawang merah. Lakukan setiap minggu sekali atau

(55)

40 sesuai dengan kebutuhan karena tingkat pertumbuhan tanaman gulma akan berbeda pada setiap lahan.

Dan langkah terakhir yaitu pemanenan, pemanenan budidaya tanaman bawang merah dilakukan pada 50 – 90 hari pasca panen.

4.5.2. Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah di Kelurahan Mataran

Adanya hama dan penyakit menjadi salah satu faktor penghambat peningkatan produksi bawang merah. Kehilangan hasil produksi karena serangan hama dan penyakit merugikan petani. Untuk mencegah ini, diperlukan pengetahuan mengenai berbagai jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman bawang merah dan cara pengendaliannya.

a) Ulat grayak, ulat grayak menyerang secara berkelompok pada musim kemarau. Ulat ini memiliki ciri khas pada tubuhnya berupa bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan garis-garis berwarna kekuningan di sisi tubuhnya. Di ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat tanda berbentuk bulan sabit berwarna hitam. Larva biasanya ditemukan di bagian bawah daun.

b) Ulat penggerek daun atau ulat bawang, serangan berawal dari ngegat yang meletakkan telurnya di atas daun bawang. Selanjutnya, telur ngegat akan menetas menjadi ulat tersebut yang kemudian memakan daun bawang. Ulat yang masih muda berwarna hijau dengan garis-garis hitam di punggungnya. c) Bercak ungu, daun mengalami bercak berwarna putih kelabu yang meluas,

(56)

41 umbi bawang merah yang terlihat berair, berwarna kekuningan dan akhirnya menjadi coklat kehitaman

(57)

42

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Kelurahan Mataran adalah salah satu Kelurahan yang berada pada Kecamatan Anggeraja di Kabupaten Enrekang. Penduduknya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Salah satunya yaitu sektor pertanian bawang merah. Pada penelitian ini, jumlah responden sebanyak 46. Karekteristik setiap petani di butuhkan untuk mengenal keadaan status sosial ekonomi, serta tingkat pendidikan petani agar bisa mengetahui bagaimana cara pandang petani dalam memajukan kegiatan usaha taninya. Petani yang berpendidikan tinggi lebih mudah untuk diberi pengertian dan pembinaan serta lebih baik cara berfikir dan bertindaknya.

5.1.1. Umur Petani

Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi responden. Umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berfikir sehingga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan daya serap informasi pengetahuan dari penyuluh. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa umur responden, mulai dari 26 sampai 60 tahun, komposisi umur dapat dilihat pada uraian Tabel 5.1.

(58)

43 Tabel 5.1. Jumlah Responden Petani Bawang Merah Berdasarkan Umur

Kelompok Umur ( tahun ) Jumlah Responden (orang) Prensentase ( % ) 26 – 45 46 – 60 26 20 56,52 43,48 Jumlah 46 100

Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian, 2016

Berdasarkan Tabel 5.1 terlihat bahwa jumlah responden yang terbesar pada umur 26 – 45 tahun yaitu 26 orang atau 56,52 % dan pada umur 46 – 60 tahun memiliki jumlah responden 20 orang sebesar 43,48 %. Umur 26 – 45 tahun tergolong dalam kategori umur dewasa sedangkan umur 46 – 60 tergolong dalam kategori umur lansia.

5.1.2. Pengalaman Bertani

Pengalaman berusaha, baik itu bertani dan berdagang menunjukkan lamanya responden menggeluti usahanya. Pengalaman berusaha sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam kinerjanya. Adapun responden pada penelitian ini dikelompokkan ke dalam 3 kelompok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Tingkat Pengalaman Bertani Responden Dalam Usahatani Bawang Merah di Kelurahan Mataran.

Tingkat Pengalaman Jumlah Orang Presentase (%) 1 -15 tahun 15 – 30 tahun 30 – 45 tahun 11 20 15 23.92 43.47 32.61 Jumlah 46 100

Sumber : Data Hasil Olah Penelitian, 2016

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat di lihat bahwa rata – rata responden memiliki tingkat pengalaman bertani selama 15 hingga 30 tahun dengan jumlah 20 orang

Gambar

Tabel  1.1.    Luas  Tanam,  Produksi  dan  Rata-rata  Bawang  Merah  di    Kecamatan     Anggeraja Tahun 2015
Tabel  4.1  menjelaskan  bahwa  jumlah  penduduk  terbanyak  di  Kelurahan  Mataran    yaitu    Dusun  Sossok  sebanyak  1.450  orang  dengan  persentase  58,24%
Tabel 4.2.   Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Mataran  Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, Tahun 2016
Tabel  4.3  menjelaskan  bahwa  tingkat  pendidikan  responden  di  Kelurahan  Mataran  Kecamatan  Anggeraja  Kabupaten  Enrekang  yang  terbanyak  adalah  penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA dengan jumlah 802 orang (32,20 %),  terendah adalah penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh luas lahan, benih, pestisida, dan jumlah tenaga kerja terhadap tingkat produktivitas bawang

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di Sumatera Utara tahun 2011. Sumatera Utara Dalam

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan diketahui bahwa prospek pengembangan usahatani bawang merah dilihat dari perkembangan luas lahan cenderung

Penulis menggunakan metode regresi linier berganda dan analisis korelasi guna melihat pengaruh variable-variabel bebas yaitu luas panen, curah hujan, dan jumlah hari

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai koefisien luas lahan sebesar 0,387 dan signifikansi untuk variabel luas lahan sebesar 0,029 dinyatakan lebih kecil dari taraf α

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas luas lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat produksi

besar luas panen produksi dan produktivitas bawang merah di Provinsi

Penelitian lain dari (Asrianto, Siswadi, dan Mahfudz, 2018) menulis bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah adalah luas lahan. Dari tiga penelitian