• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA BATUNONI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG SUMITRO AGUS SAPUTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA BATUNONI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG SUMITRO AGUS SAPUTRA"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG

MERAH DI DESA BATUNONI KECAMATAN ANGGERAJA

KABUPATEN ENREKANG

SUMITRO AGUS SAPUTRA 105960060510

(2)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA BATU NONI KECAMATAN ANGGERAJA

KABUPATEN ENREKANG

SUMITRO AGUS SAPUTRA 105960060510

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang saya terbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, September 2016 Sumitro Agus Saputra 1059600605 10

(6)

ABSTRAK

SUMITRO AGUS SAPUTRA. 105960060510. Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Dibimbing oleh Siti Wardah dan Amanda Patappari F.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan pendapatan usahatani bawang merah dan juga mengetahui prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Dari 252 petani bawang merah pada musim tanam tahun 2015 di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ditarik sampel sebanyak 10% sehingga jumlah responden yang digunakan untuk wawancara sebanyak 25 orang. Sementara untuk teknik analisis data dilakukan dengan analisis time series untuk mengetahui prospek pengembangan usahatani bawang merah.

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan diketahui bahwa prospek pengembangan usahatani bawang merah dilihat dari perkembangan luas lahan cenderung mempunyai trend yang positif atau cenderung mempunyai prospek yang cerah dari tahun ke tahun di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segalah rahmat dan hidaya yang tiada henti diberikan kepada hamba-nya ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullh SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammmadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ir. Siti Wardah, M.Si, selaku pembimbing I dan Amanda Patappari F. SP.MP selaku pembimbing ke II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi dapat di selesaikan.

(8)

4. Kedua orang tua Ayahanda Umar Doso dan Ibunda Hasna, dan adik-adikku tercinta Arya Sucipto, Elsa Marhana, Alga Wahyu Ramadan, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada peunulis.

6. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Enrekang, Kecamatan Anggeraja khususnya kepada kepala Desa Batunoni beserta jajarannya dan para petani (Responden) yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Desa tersebut.

7. Semua pihak yang telah membantu menyusun skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu per satu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga Kristal-kristal Allah SWT senantiasa tercurah kepadanya. AMIN.

Makassar, September 2016

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batunoni tanggal 07 Agustus 1992 dari Ayah Umar Doso dan Ibu Hasna. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang di lalui penulis yaitu terdaftar di Sekolah Dasar Negeri 59 Garotin pada tahun 1998 dan tamat pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 1 Enrekang dan tamat pada tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 2 Enrekang Jurusan Mekanisasi Pertanian dan lulus pada tahun 2010. Kemudian pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PENGESAHAN……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI……….. iii

HALAMAN PERNYATAAN……….. iv

ABSTRAK……… v

KATA PENGANTAR……….. vi

RIWAYAT HIDUP…………..……… vii

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL………. xi

DAFTAR GAMBAR……… xii

I. PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang………. 1

1.2. Rumusan Masalah……… 2

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA………. 4

2.1. Tanaman Bawang Merah………. 4

2.2. Produksi Bawang Merah……….. 5

2.3. Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah……... 6

(11)

2.3.2. Prospek Produksi………. 7

2.3.3. Harga……… 8

2.3.4. Peranan Pemerintah dan Pihak Swasta……… 8

2.4. Hambatan Pengembangan Usahatani Bawang Merah……. 9

2.4.1. Faktor Ekologi………. 9

2.4.2. Faktor Teknologi……….. 10

2.5. Kerangka Pikir………. 11

III. METODE PENELITIAN………... 13

3.1. Tempat dan Tujuan Penelitian………. 13

3.2. Teknik Penentuan Sampel……… 13

3.3. Jenis dan Sumber Data……… 13

3.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 14

3.5. Teknik Analisis Data………... 14

3.6. Defenisi Operasional……… 15

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……….. 17

4.1. Kondisi Geografis……… 17

4.2. Kondisi Demografis………. 18

V. HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 21

5.1. Identitas Responden……… 21

5.2. Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah……... 27

(12)

5.2. Saran……….. 38 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Perkembangan luas Tanam Dan Produksi Bawang Merah Di

Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan ……….. 2 2. Desa Batunoni Berdasarkan Dusun Dan Jumlah

Penduduk………... 19 3. Jumlah Penduduk Desa Batunoni, Kecamtan Anggeraja, Kabupaten

Enrekang Berdasarkan Dusun Dan Jenis Kelamin……… 20 4. Jumlah sarana Dan Prasarana Di Desa Batunoni, Kecamatan

Anggeraja, Kabupaten Enrekang………... 21 5. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Umur Di Desa Batunoni,

Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang……… 23 6. Tingkat Pendidikan Responden Di Desa Batunoni, Kecamatan

Anggeraja, Kabupaten Ernrekang Pada Tahun 2016……… 24 7. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Di Desa Batunoni,

Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun

2016………... 25

8. Pengalaman Berusahatani Bawang Merah Responden Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun

2016………... 26

9. Luas Lahan Usahatani Bawang Merah Responden Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun

2016………... 27

10. Produksi Responden Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun

2016………... 28

11. Harga Bawang Merah Yang Dihasilkan Responden Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim

Tanam Tahun 2015………... 29 12. Biaya Tetap Produksi Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan

Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim Tanam

2015………... 31

13. Biaya Variabel Produksi Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim tanamm

(14)

16. Analisis Estimasi Luas Lahan Usahatani Bawang Merah Di desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun

2010-2014 (Ha)………. 37

17. Ramalan Luas Lahan Pada Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Tahun

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka Pikir Prospek Pengembangan Usahatani Bawang

Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten

(16)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu komoditas pertanian Indonesia yang cukup menguntungkan adalah bawang merah. Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultural yang tergolong sayuran rempah. Sayuran ini banyak digunakan sebagai bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan, disamping nilai gizi dan mineral yang dikandungnya. Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang adalah salah satu daerah yang sangat potensial untuk usaha budidaya tanaman bawang merah, daerah ini memiliki lahan potensial yang cukup luas yaitu luas tanam 1.789 ha (Biro Pusat Statistik,2013) dan kondisi iklim yang sesuai untuk budidaya bawang merah. Budidaya tanaman bawang merah adalah salah satu sumber pencaharian pokok petani di daerah ini terlihat dari sebagian besar penduduk atau sekitar 85% dari jumlah penduduk desa Batu Noni. Hal ini menunjukkan bahwa pembudidayaan bawang merah memegang peranan penting, serta memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap perekonomian masyarakat di daerah ini.

Selain luas tanam yang cukup luas, produksi bawang merah di Kabupaten Enrekang terus meningkat sejak tahun 2009 hingga 2013, berikut disajikan Tabel 1. mengenai data tersebut

(17)

Tabel 1. Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Bawang Merah di Kabupaten Enrekang provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 – 2013.

Tahun Luas Tanam (ha) Produksi (ton) Produktifitas (ton/ha) 2009 2010 2011 2012 2013 1454 2307 3659 1427 3789 10943 17114,9 34469,9 28024,8 39295 7,53 7,42 9,42 19,63 10,38 Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang.

Pada Tabel 1. Menunjukan bahwa prospek pengembangan usahatani bawang merah di Kabupaten Enrekang dinilai cerah dilihat dari segi perkembangan luas tanam dan peningkatan produksi, sehingga peneliti tertarik untuk melihat prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya yaitu bagaimana prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.

(18)

3

Adapun kegunaannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prospek dalam pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja,Kabupaten Enrekang.

2. Sebagai bahan informasi bagi penentu kebijakan dan sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya.

(19)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Bawang Merah

Bawang merah dikenal hampir di setiap negara dan daerah wilayah tanah air. Bawang merah memiliki nama ilmiah Alium cepa. Bawang merah tergolong tanaman semusim, berbentuk rumpun dan berakar serabut. Daunnya memanjang dan berbentuk silindris. Pangkal daunnya berubah bentuk dan fungsinya, yakni membengkak membentuk umbi lapis. Umbi tersebut dapat membentuk tunas baru yang kemudian tumbuh besar dan dewasa membentuk umbi kembali (Rahayu,2004).

Tanaman bawang merah lebih banyak dibudidayakan di darah dataran rendah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah. Tanaman ini tidak menyukai tempat-tempat yang tergenang air, apalagi becek (Wibowo, 1992).

Walaupun tanaman bawang merah tidak menyukai tempat yang tergenang air, tetapi tanaman ini banyak membutuhkan air, terutama dalam masa pembentukan umbi. Dengan tuntunan seperti ini tanaman bawang merah banyak ditanam pada musim kemarau, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menanamnya pada musim hujan. Menanam bawang merah di luar musim tanam banyak gangguannya. Ini disebabkan keadaan cuaca pada musim hujan kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman bawang merah (Rahayu, 2004).

(20)

5

Salah satu langkah yang terpenting dakam budi daya bawang merah untuk memperoleh hasil yang ptimal adalah pemeliharaan. Jika tanaman kurang terpelihara maka produksi optimal yang diharapkan akan sulit dicapai. Kegiatan pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan, dan penggemburan tanah, serta penanggulangan hama dan penyakit. 2.2. Produksi Bawang Merah

Produksi adalah proses pendayagunaan segala sumber yang tersedia untuk mewujudkan hasil yang terjamin kualitas dan kuantitas, terkelola dengan baik sehingga merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan (Kartasapoetra, 1995). Sedangkan Mubyarto (1994) mengemukakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang dicapai dengan akibat bekerjanya faktor produksi sekaligus yaitu tanah, tenaga kerja dan modal.

Kebutuahan masayarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan daya belinya. Agar kebutuhannya dapat terpenuhi maka harus diimbangi dengan jumlah prduksinya, saat ini produksi bawang merah lebih banyak diproyeksi untuk kebutuhan dalam negeri, sedangkan untuk ekspor jumlahnya masih relatif rendah.

Produksi bawang merah yang hampir tersebar di seluruh wilayah nusantara selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 produksi bawang merah Indonesia mencapai 772.818 ton dan meningkat pada tahun 2001 menjadi 861.150 ton (Rismunandar, 1994).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar produksi bawang merah yang diharapkan dapat dicapai. Hal tersebut antara lain penggunaaan bibit unggul,

(21)

pengelolaan tanah, pengairan dan penggunaan pupuk yang tepat serta pengendalian hama dan penyakit. Selain itu, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan produksi bawang merah (Sugiharto, 1992).

2.3. Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah

Bawang merah merupakan sayuran rempah yang cukup popular di kalangan masyarakat. Hampir pada setiap masakan, sayuran ini selalu ditambahkan karena berfungsi sebagai bumbu penyedap rasa. Dengan demikian, pengusahaan bawang merah memberikan prospek yang cerah. Hal ini didukung oleh tidak adanya bahan pengganti berupa komoditas lain yang sifat dan fungsinya sama dengan bawang merah.

2.3.1. Perkembangan Luas Lahan

Menurut Mubyarto (1994), perkembangan luas lahan merupakan faktor produksi paling penting dalam usahatani karena merupakan pabrik hasil-hasil pertanian. Prayitno(1997) mengemukakan bahwa luas lahan garapan dan kualitas tanah meruapakan faktor yang menentukan besarnya produk dan pendapatan yang diperoleh dari tanah garapan petani.

Usaha bawang merah dalam pembudidayaannya diperlukan pengaturan lahan untuk penanaman. Luas lahan yang dibutuhkan dapat diperhitungkan berdasarkan rencana produksi. Jenis lahan yang memungkinkan untuk

(22)

7

subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Tanah yang subur dan gembur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya besar-besar. 2.3.2. Prospek Produksi

Prospek produksi usahatani bawang merah dewasa ini diharapkan benar-benar dapat memberikan hasil maksimal kepada petani. Sebab, berhasil tidaknya seorang petani dalam kegiatan usahataninya yang dikelolah adalah diukur dari segi keuntungan. Suatu usahatani yang baik mendapatkan keuntungan yang lebih besar, dengan demikian petani harus mencapai keadaan dimana usahataninya akan memperoleh pendapatan yang lebih besar dan seluruh biaya produksi yang harus dikeluarkan dalam menyelenggarakan usahataninya.

Menurut Soekartawi (1990) prospek produksi adalah suatu tinjauan masa depan tentang peningkatan produksi, dimana proyek produksi ini dapat dilihat dengan mengkaji kemampuan faktor permintaan yang merupakan faktor perangsang untuk peningkatan produksi.

Produksi bawang merah di Kabupaten Enrekang setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 produksi bawang merah mencapai 28.024,8 ton dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 39.295 ton. Hal ini menunjukan bahwa produksi bawang merah di Kabupaten Enrekang berprospek.

2.3.3. Harga

Harga adalah suatu permasalahan yang fundamental dalam usaha baik bagi produsen maupun bagi konsumen karena harga merupakan ukuran untuk

(23)

mengetahui berapa besar nilai suatu barang atau jasa. Nilai adalah ukuran kuantitas bobot suatu barang atau jasa yang dapat dipertukarkan dengan sejumlah uang. Alex S. Nitisumito mengemukakan bahwa harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan jumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Akan tetapi harga bawang merah sering mengalami fluktuasi yaitu apabila saat panen hasil produksi melimpah, maka harga akan mendadak turun.

2.3.4. Peranan Pemerintah dan Pihak Swasta

Perkembangan bidang pertanian yang menuju pada swasembada pangan adalah merupakan tujuan yang harus diwujudkan atau dicapai dalam perjuangan pembangunan di Negara kita. Untuk mewujudkan tercapainya swasembada pangan tersebut, kerja sama antara pemerintah dan pihak swasta sangat diperlukan dalam membantu petani.

Bantuan pemerintah dan dukungan swasta diharapkan dapat merangsang petani untuk meningkatkan kegiatan usahataninya, sehingga pembangunan pertanian terlaksana. Katasapoetra, mengemukakan bahwa langkah-langkah yang diambil pemerintah dan pihak swasta dalam membantu petani adalah:

a. Menyediakan dan menyempurnakan sarana dan prasarana untuk kegiatan usahatani seperti membangun pengairan, menyediakan pupuk,

(24)

9

b. Memberikan kebijaksanaan dalam hal kredit-kredit dal alat-alat pertanian. c. Memberikan penyuluhan dan penerangan cara mengolah lahan dan

tanaman, pemasaran produksi dengan harga yang layak sebagaimana mestinya.

Berdasarkan kebijakan tersebut, kita ketahui bahwa langkah yang diambil oleh pemerintah bekerjasama dengan pihak swasta, dengan sendirinya mendapatkan tanggapan dan dukungan yang baik dari kalangan masyarakat.

2.4. Hambatan Pengembangan Usahatani Bawang Merah

Meskipun pasar membutuhkan pasokan yang rutin, ini tidak berarti bawang merah dapat ditanam secara terus-menerus. Hal ini disebabkan adanya hambatan yang biasanya hadir, yaitu adanya hama dan penyakit. Pada penanaman untuk panen rutin, tindakan yang tidak boleh dilupakan adalah pengawasan atau pengontrolan. Pengawasan ini sangat penting untk menjamin terpenuhinya produksi yang diharapkan. Pengawasan areal dilakukan setiap 2-3 hari sekali agar dapat mengetahui kondisi tanaman di lapang. Misalnya, apakah tanaman tumbuh normal ataukah tanaman terserang hama penyakit. Bila ditemui tanaman yang tumbuh kurang baik dan terserang hama penyakit dapat segera dilakukan tindakan pengendaliannya (Rahayu, 2004).

2.4.1. Faktor Ekologi

Peningkatan produksi usahatani bawang merah yang perlu diperhatikan adalah hama dan penyakit tanaman yang dapat menggagalkan panen tanaman yang dibudidayakan. Dalam pengertian umum penyakit tanaman adalah suatu

(25)

aktifitas ekologis yang merugikan yang disebabkan adanya gangguan terus-menerus oleh faktor penyebab yang dinyatakan melalui aktifitas sel yang abnormal dan ditujukan dalam keadaan gejala yang khas disebut gejala pathogen (Kartasapetra, 1990).

Hama tanaman merupakan binatang pengganggu tanaman. Bagian tanaman yang diganggu tidak hanya satu bagian saja, tapi dapat meliputi seluruh bagian tanaman. Kehadiran hama ini ada yang mengakibatkan kerugian kecil, tetapi ada juga yang mengakibatkan kegagalan panen. Jenis hama itu antara lain serangga, tungau dan nematoda. Penyakit yang sering menyerang tanaman antara lain disebabkan oleh cendawan dan bakteri (Rahayu, 2004).

Hama yang sering menyerang tanaman bawang merah diantaranya adalah ulat tanah, hama therips, ulat daun, ulat grayak, kutu daun dan nematoda akar. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah bercak ungu, embun tepung, busuk leher batang, antraknosa, busuk umbi, layu fusarium dan busuk basah.

2.4.2. Faktor Teknologi

Banyaknya air pada musim hujan dapat mengakibatkan terjadinya pembusukan akar, dan berubahnya warna daun tanaman bawang merah. Untuk menghindari hal tersebut, maka penanaman bawang merah apda musim hujan dapat dilakukan dengan membuat parit dan selokan air yang dalam serta bedengan yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan agar air di sekitar bedengan cepat

(26)

11

Untuk mengurangi limpahan air hujan yang langsung membasahi bedengan, dapat dibuat peneduh bedengan dari atap plastik putih yang tembus cahaya. Model atap biasanya dibuat satu sisi atau dua sisi. Tinggi atap sekitar 0,8-2m dari permukaan bedengan. Lebar atap dapat dibuat sampai 1-3m sehingga atap tersebut dapat memenuhi satu sampai tiga lajur bedengan. Bahan untuk kerangka penyangga atap dibuat dari belahan bambu, lalu lembaran plastik putih tembus cahaya diletakkan diatasnya. Untuk membuat naungan tersebut memerlukan biaya yang agak besar tetapi ini merupakan salah satu alternatif untuk penanaman bawang merah di musim hujan (Rahayu, 2004). 2.5. Kerangka Pikir

Dalam usahatani bawang merah terdapat pengembangan usahatani bawang merah dengan melihat produksi dan pendapatan usahatani bawang merah. Dengan mengacu pada produksi dan pendapatan usahatani bawang merah dapat diketahui prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir yang akan digunakan dalam penelitian prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang di sajikan dalam Gambar 1.

(27)

Gambar 1. Kerangka Pikir Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang

Usahatani Bawang Merah

Pengembangan Usahatani Bawang Merah

Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah Produksi dan pendapatan usahatani bawang merah

(28)

13

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Lokasi penelitian dipilih dengan alasan daerah ini merupakan salah satu penghasil bawang merah yang cukup potensial di Sulawesi Selatan. Penelitian dilakasanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2016. 3.2. Teknik Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan secara acak (simple random sampling) terhadap populasi petani bawang merah. Populasi petani bawang merah Di Desa Batunoni sebanyak 252 orang, dari jumlah ini ditetapkan 10% untuk dijadikan sebagai sampel, sehingga jumlah sampel yang terpilih adalah 25 responden.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang produksi, pendapatan, harga bawang merah, bantuan pemerintah dan pihak swasta serta hambatan nyang dihadapi petani dalam pengembangan usahatani bawang merah.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui lembaga atau badan yang erat kaitannya dengan tujuan penelitian, seperti Dinas pertanian tanaman pangan dan kantor kelurahan. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain

(29)

perkembangan luas lahan, perkembangan produksi dan perkembangan harga tingakat petani.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tiga tahap yaitu :

1. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan penelitian.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan mengajukan pertanyaan langsung pada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telahh di siapkan.

3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui keterangan sacera tertulis yang merupakan dokumen-dokumen atau catatan resmi yang berhungan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

Untuk melihat prospek pengembangan usahatani bawang merah digunakan analisis time series dengan rumus:

Y = a + bx

Keterangan :Y = Variabel yang diramalkan x = Variabel waktu

(30)

15

3.6. Defenisi Operasional

Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan pengertian sebagai berikut : 1. Prospek adalah pandangan masa depan tentang pengembangan komoditas

bawang merah dilihat dari aspek perkembangan luas lahan, produksi, harga, bantuan pemerintah dan swasta.

2. Respnden adalah petani yang mengelolah atau yang mengusahakan tanaman bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten enrekang.

3. Produksi adalah hasil bawang merah yang diperoleh responden dari kegiatan usahataninya selama setahun.

4. Pendapatan adalah selisi antara nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan responden selama proses proses produksi dalam setahun.

5. Usahatani bawang merah menguntungkan apabila nilai total penerimaan lebih besar dari pada total pengeluaran.

6. Perkembangan luas lahan adalah perubahan luas areal tanaman bawang merah di Desa Batunoni.

7. Perkembangan harga adalah perubahan nilai jual bawang merah pada tingkat responden di Desa Batunoni.

8. Perkembangan produksi adalah perubahan produksi bawang merah di Desa Batunoni .

9. Dukungan pemerintah dan swasta adalah adanya keterlibatan pemerintah dan swasta dalam pengembangan usaha tani bawang merah, yaitu bantuan pengadaan saprodi, bantuan kredit, bantuan pemasaran dan penyuluhan.

(31)

10. Hambatan ekologi adalah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman bawang merah.

11. Hambatan teknologi adalah tidak adanya alat peneduh yang dapat mengurangi limpahan air hujan yang langsung membasahi bedengan tempat penanaman bawang merah.

(32)

17

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis

4.1.1. Letak Geografis

Desa Batunoni terletak di wilayah Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang dengan luas wilayah sekitar 2.200 ha. Daerah ini terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Batunoni, Dusun Lumbaja dan Dusun Locok. Desa ini berjarak sekitar 7 km dari Ibukota Kecamatan, 31 km dari Ibukota Kabupaten dengan waktu tempuh sekitar1,5 jam dan sekitar 252 km dari Ibukota Provinsi dan waktu tempuh sekitar 6 jam.

Secara administratif, batas-batas Desa Batunoni adalah sebagai berikut: o Sebelah utara berbatasan dengan Desa Saruran dan desa Tangru o Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pandung Batu

o Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tanete o Sebelah timur berbatasan dengan Desa Parangian.

4.1.2. Topografis dan Iklim

Desa Batunoni merupakan daerah perbukitan yang terletak diantara lereng-lereng gunumg dengan tingkat kemiringan sekitar 65 oC dengan ketinggian mencapai 600 m dari permukaan laut. Desa ini mendapat curah hujan sekitar 1500-2000 mm per tahun. Serta memiliki temperatur berkisar 20-30 oC. Desa

(33)

Batunoni tergolong desa yang memiliki tanah yang subur dengan penghasilan utama di bidang pertanian yaituh bawang merah dan sayur-sayuran.

4.2. Kondisi Demografis

4.2.1. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Batunoni secara keseluruhan mencapai 2170 jiwa yang terdiri dari 482 kepala keluarga (KK) yang tersebar di tiga dusun yakni Dusun Batunoni, Dusun Lumbaja, dan Dusun Locok. Dusun Batunoni memiliki penduduk sebanyak 747 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 172 KK, Dusun Lumbaja 881 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 204 KK dan Dusun Locok 542 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 106 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Desa Batunoni Berdasarkan Dusun dan Jumlah Penduduk.

No Nama Dusun Jumlah Penduduk Persentase (%)

1 Batunoni 747 34,4

2 Lumbaja 881 40,6

3 Locok 542 25,6

Jumlah 2170 100

(34)

19

4.2.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil sensus penduduk di Desa Batunoni terdiri atas 482 KK, dengan jumlah penduduk sebanyak 2.170 jiwa yang terdiri atas laki-laki 1.052 dan perempuan 1.118 orang. Penyebaran penduduk di Desa Batunoni terdapat di beberapa dusun dengan rata-rata mata pencarian penduduk adalah petani dan dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin

No Nama Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Batunoni 372 377 747

2 Lumbaja 405 474 881

3 Locok 275 267 542

Sumber : kantor Desa Batunoni, 2016. 4.2.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsure mutlak dalam suatu wilayah untuk menunjang kegiatan yang akan dilaksanakan. Sarana dan prasarana kurang memadai akan mengakibatkan terlambatnya suatu proses atau kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki desa batunoni dapat di lihat pada Tabel 4. Sarana dan prasarana yang dimilikisudah cukup memadai, terutama sarana pendidikan yang sudah memiliki berbagai tingkat pendidikan seperti TK/sederajat, SD/sederajat. Dari segi kerohanian masyarakat Desa Batunoni hanya menganut satu agama yaitu Agama Islam.

(35)

Tabel 4. Jumlah Sarana dan Prasaran di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.

No Sarana dan Prasaran Jumlah (unit)

1 Sarana Umun 1. Kantor desa

2. Lapangan sepak bola 11

2 Sarana Pendidikan 1. Taman Kanak-Kanak (TK) 2. Sekolah Dasar 1 Buah 1 Buah 3 Sarana Keagamaan 1. Mesjid 2. Musollah 3 Buah 1 Buah 4 Sarana Transportasi 1. Jalan Desa 2. Jalan Tani 7 KM 5 KM 5 Sarana Kesehatan 1. Pustu 2. Posyandu 1 Buah 1 Buah Sumber : Data Primer setelah diolah, 2016

(36)

21

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden

Petani responden dalam mengelolah usahataninya dapat menetapkan dan menentukan alternatif terhadap apa yang ingin diusahakannya, namun demikian seorang responden tidak terlepas dari beberapa faktor antara lain umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas usahatani yang diusahakan.

5.1.1. Umur Responden

Umur seseorang sangat berpengaruh terhadap kemampuan dan sikapnya dalam mengolah usahatani, baik kemampuan fisik maupun bersifat nonfisik seperti kemampuan berfikir dalam hal mengambil keputusan. Pada umumnya, petani yang berumur relatif muda mempunyai daya pikir yang lebih kuat serta kemampuan fisik dan semangat kerja yang lebih tinggi dibanding petani yang berumur relatif tua. Kelompok umur responden secara sederhana dapat diamati pada Tabel 5.

(37)

Tabel 5. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Umur di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun 2016.

No Kelompok Umur Jumlah Responden (Umur) Persentase (%)

1 20-29 Tahun 11 44

2 30-39 Tahun 11 44

3 40-45 Tahun 2 8

4 46-50 Tahun 1 4

Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah. 2016.

Dari Tabel 5. di diatas, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden tergolong ke dalam usia produktif yaitu pada tingkat umur 20 s/d 45 tahun sebanyak 24 orang dengan persentase 96 %. Umur rata-rata responden yaitu 35 tahun.

5.1.2. Tingkat Pendidikan

Pada dasarnya, responden dalam penelitian ini telah memiliki dasar pengetahuan untuk menangkap dan menerapkan IPTEK dalam pengembangan usahatani bawang merah. Sebagian besar diantara mereka telah mengenyam pendidikan pada tingkat Sekolah Lanjutan, dan sebagian kecil lainnya hanya mengenyam pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar. Untuk lebih jelasnya, tingkat pendidikan responden dapat diamati pada Tabel 6.

(38)

23

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada Tahun 2016

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

1 Tingkat SD 5 20

2 Tingkat SLTP 12 48

3 Tingkat SLTA 6 24

4 Tingkat PT 2 8

Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016. 5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Yang dimaksud dengan tanggungan keluarga responden adalah banyaknya anggota keuarga yag masih dalam tanggungan kepala keluarga. Semakin banyak tanggungan kepala keluarga maka semakin besar pula kebutuhan yang diperlukan. di Desa Batunoni, kebutuhan keluarga merupakan tanggung jawab kepala keluarga. Namun dalam pemenuhannya, kebutuhan keluarga diusahakan bersama lewat keja sama anggota keluarga. Jumlah tanggungan keluarga dapat diamati pada Tabel 7.

(39)

Tabel 7. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada Tahun 2016.

No Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1 1-2 15 60 2 3-4 5 20 3 5-6 5 20 Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.

Pada Tabel 7. diatas menunjukan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden adalah 1-2 orang tanggungan keluarga sebanyak 15 responden (60%), 3-4 orang tanggungan keluarga sebanyak 5 responden (20%), 5-6 orang tanggungan keluarga sebanyak 5 responden (20%). Pada tabel diatas menunjukan banyak tenaga kerja keluarga yang dapat membantu dalam pengembangan usahatani bawang merah. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga responden adalah 3 orang.

5.1.4. Pengalaman Berusahatani

Yang dimaksud dengan pengalaman berusahatani adalah lamanya waktu yang dilalui/ditempuh oleh petani sejak melakukan proses usahatani yakni usahatani bawang merah. Pengalaman petani dalam berusahatani di Desa Batunoni umumnya diperoleh semenjak kecil sebagai kegiatan rutinitas membantu orang tua mengelolah usahatani. Namun pada penelitian ini pengalaman usahatani

(40)

25

usahatani bawang merah. Adapun pengalaman petani responden usahatani bawang merah di Desa Batunoni dapat di lihat pada Tabel berikut:

Tabel 8. Pengalaman Berusahatani Bawang Merah Responden di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun 2016.

No Pengalaman Berusahatani (Tahun) Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

1 1 – 3 5 20

2 4 – 6 5 20

3 7 – 9 6 24

4 10 9 36

Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.

Tabel 8. diatas menunjukan bahwa sebanyak 15 orang atau 60 % responden di Desa Batunoni telah memiliki pengalaman berusahatani bawang merah lebih dari 7 tahun (7 – 10 Tahun). Dengan pengalaman yang dimiliki itu, maka secara teknik para petani telah mengenal kendala yang sering muncul pada kegiatan usahatani bawang merah, serta memiliki kemampuan mengembangkan perencanaan strategis untuk menghadapi kendala tersebut, selama kendala yang dihadapi tersebut bersifat teknik yang masih dibawah kendali para petani.

5.1.5. Luas Lahan Usahatani Bawang Merah

Petani di Desa Batunoni pada umumnya pimilik dan penggarap lahan pertanian. Lahan pertanian yang digarap oleh para petani untuk usahatani bawang merah umumnya kurang dari 1 ha. Untuk usahatani bawang merah di Desa Batunoni, luas lahan yang dikelolah bisa ditaksir berdasarkan banyaknya bibit

(41)

bawang merah yang dibutuhkan. Biasanya, 1 Kwintal bibit bawang merah dapat ditanam pada lahan pertanian seluas 0,1 ha. Adapun mengenai luas lahan yang dikelolah petani bawang merah di Desa Batunoni dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Luas Lahan Usahatani Bawang Merah Responden di Desa Batunoni,

Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Tahun 2016. No Luas Lahan (ha) Jumlah Responden

(orang) Perentase (%) 1 0,17 – 0,37 11 44 2 0,38 – 0,58 8 32 3 0,59 – 0,79 5 20 4 0,80 – 1,00 1 4 Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.

Tabel 9. diatas menunjukkan bahwa luas lahan garapan responden berkisar antara 0,17 – 1,00 ha. Dari klasifikasi tersebut 11 responden (44 %) memiliki luas lahan garapan antara 0,17 – 0,37 ha, 8 responden ( 32 %) memiliki luas lahan garapan antara 0,38 – 0,58 ha, 5 responden (20 %) memiliki luas lahan garapan antara 0,59 – 0,79 ha, dan 1 responden (4 %) yang memiliki luas lahan garapan antara 0,80 – 1,00 ha, yang menunjukan bahwa petani bawang merah di Desa Batunoni tergolong petani sedang.

(42)

27

5.2. Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah

5.2.1. Produksi Usahatani Bawang Merah

Jumlah bawang merah yang dihasilkan oleh responden dalam satu musim panen dapat dinyatakan dalam satuan kg. Peningkatan hasil produksi dapat dilakukan melalui penggunaan faktor-faktor produksi secara tepat dan terpadu, efektif serta efisien. Secara normal, penggunaan 1 kg bibit bawang merah dapat menghasilkan produksi bawang merah sebanyak 10 kg. Jumlah produksi bawang merah di Desa Batunoni pada musim tanam 2015 dari setiap responden berkisar antara 1.300 – 7.000kg. Tingkat produksi bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada musim tanam 2015 dapat dilihat pada Tabel 10,

Tabel 10. Produksi Responden Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada Musim Tanam tahun 2015

No Produksi Bawang Merah (Kg) Jumlah Responden (orang) Persenase (%) 1 1.300 – 2.800 6 24 2 2.801 – 4.302 11 44 3 4.303 – 5.805 6 24 4 5.806 – 7.000 2 8 Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.

Berdasarkan Tabel 10. diketahui bahwa jumlah responden yang memperoleh produksi 1300 – 2800 kg sebanyak 6 orang, yang memperoleh

(43)

produksi 2801 – 4302 kg sebanyak 11orang, yang memperoleh produksi 4303 – 5805 sebanyak 16 orang dan yang memperoleh produksi 5806 – 7000 sebanyak 2 orang

5.2.2. Harga Produksi Bawang Merah

Harga bawang merah merupakan nilai tukar terhadap produksi bawang merah yang dihasilkan oleh responden. Harga jual bawang merah di Desa Batunoni pada musim tanam 2015/2016 berkisar antara Rp 14,500,00 – 17,500,00/kg. Adapun Tabel 11. mengenai harga bawang merah yang dihasilkan responden di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada musim tanam 2015

Tabel 11. Harga Bawang Merah Yang Dihasilkan Responden di Desa Batunoni, Kecmatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim Tanam Tahun 2015.

No Harga Bawang Merah (Rp) Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

1 14,500,00 – 15,400,00 4 16

2 15,500,00 – 16,400,00 9 36

3 16,500,00 – 17,500,00 12 48

Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.

Dari Tabel 11. diatas memperlihatkan bahwa harga bawang merah antara Rp 14,500,00 – Rp 15,400,00 memiliki persentase 16% dengan jumlah 4

(44)

29

merah antara Rp 18,500,00 – Rp 20,000,00 memiliki persentase paling besar yaitu 48% dengan jumlah responden 12 orang.

5.2.3. Biaya Usahatani Bawang Merah

Biaya usahatani bawang merah dikeluarkan baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang diukur dengan uang guna membiayai usahatani. Biaya tersebut dibagi dua kelompok yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel).

1. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah barang/ produksi bawang merah yang dihasilkan, yaitu:

a. Pajak tanah, yaitu iuran wajib yang harus dibayar oleh petani selaku wajib pajak atas tanah yang dimilikinya kepada pemerintah setiap tahun

b. Peralatan pertanian, yaitu semua alat yang dipergunakan oleh petani selama proses produksi berlangsung seperti cangkul, garpu, spayer, tenda dan sebagainya. Biaya untuk alat pertanian dihitunng berdasarkan biaya penyusutan, yaitu selisih antara harga perolehan dengan nilai residu yang kemudian dibagi dengan umur ekonomis dari peralatan tersebut.

Adapun biaya tetap yang dikeluarkan oleh responden pada kegiatan produksi bawang merah dapat di lihat pada Tabel 12.

(45)

Tabeb 12. Biaya Tetap Produksi Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim Tanam 2015.

No Uraian Jumlah (Rp) Nilai Rata-Rata (Rp)

1 Peralatan pertanian 34.508.000 1.380.320

2 Pajak 285.500 11.420

Total 34.793.500 1.391.740

Sumber data : Data Primer setelah diolah 2016 2. Biaya tidak tetap (Biaya Variabel)

Biaya variabel dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh responden bawang merah atas penggunaan:

a. Bibit bawang merah

Jumlah bibit bawang merah yang dibutuhkan oleh petani bawang di Desa Batunoni sangat tergantung pada harga dan luas lahan pertanian yang dekelolah.

b. Pupuk.

Penggunaan pupuk pada usahatani bawang merah di Desa Batunoni sangat tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan kondisi pertumbuhan tanaman, serta keadaan iklim. Sealin itu, kemampuan petani membeli pupuk terutama jenis pupuk suplemen seperti Phonska, Granole, NPK, Botani, KNO3, Mutiara, dan Mikrodil, juga menjadi salah satu faktor yang

(46)

31

digunakan oleh petani bawang merah yakni pupuk Urea dan pupuk SP-36/TSP.

c. Obat-obatan

Jumlah obat-obatan yang dgunakan responden dalam usahatani bawang merah sangat tergantung pada banyaknya tanaman yang diusahakan serta kondisi tanaman tersebut, termasuk di dalamnya berupa jenis penyakit dan hama pada tanaman bawang merah.

d. Tenaga kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi bawang merah berasal dari keluarga dan tenaga kerja upahan. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja hanya berlaku bagi tenaga krja upahan dengan rata-rata responden sebesar Rp. 1.424.480

e. Mesin Traktor

Mesin traktor digunakan oleh para responden pada saat pengolahan lahan pertanian yang akan ditanami bawang merah. Mesin traktor yang digunakan merupakan responden mesin sewaan. Adapun sewa mesim traktor dihitung berdasarkan luas lahan responden. Namun, ada pula petani yang menggunakan mesin traktor sendiri dan keluarga dekat sehingga biaya yang dikeluarkan hanya sekedar pengganti bensin.

(47)

f. Pengangkutan/Transportasi

Biaya pengangkutan yang ditanggung oleh responden di Desa Batunoni yaitu pengangkutan bawang merah dari kebun ke perkampungan/rumah. Pengangkutan bawang merah dari kebun ke rumah menggunakan jasa tukang ojek. Adapun sewa untuk jasa tukang ojek sangat tergantung pada jarak tempuh antara kebun dan rumah serta kondisi jalanan yang di lalui. g. Tali Rafia

Tali rafia digunakan oleh responden untuk mengikat bawang merah yang sedang di panen. Selain itu, tali rafia sebagian kecil digunakan pula untuk mengikat tenda sebagai tempat mengumpulkan dan mengringkan bawang merah yang telah di panen. Pada kondisi normal, satu ikat tali rafia dapat digunakan untuk mengikat bawang merah sebanyak 1 kg.

Tabel 13. Biaya Variabel Produksi Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim Tanam Tahun 2015.

No Uraian Jumlah (Rp) Nilai Rata-Rata/responden (Rp)

1. Benih /Bibit 103.825.000 4.153.000 2. Pupuk (Urea,TSP/SP-36,Phonska, Granole,NPK, Botani, KNO3, Mutiara, Mikrosil) 40.943.000 1.637.720 3. Obat - obatan 84.800.000 3.431.250 4. Tenaga Kerja 13.550.000 542.000

(48)

33

Dari Tabel 13. di atas dapat dilihat bahwa jumlah biaya benih sebesar Rp. 103.825.000, biaya pupuk sebesar Rp. 40.943.000, biaya obat–obatan sebesar Rp. 84.800.000 dan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 13.500.000. Sedangkan rata-rata biaya/responden yaitu biaya bibit/benih sebesar Rp. 4.153.000, biaya pupuk sebesar 1.637.720, biaya obat-obatan sebesar Rp. 3.431.250 dan biaya tenaga kerja sebesar 542.000.

5.2.4. Pendapatan Usahatani Bawang Merah

Pendapatan yang diperoleh responden pada usahatani bawang merah tergantung pada besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sejumlah produksi. Semakin tinggi penerimaan responden dengan biaya produksi rendah, maka pendapatan yang diperoleh responden semakin besar. Untuk memudahkan proses analisis data, maka penerimaan petani akan dihitung dengan menggunakan harga rata-rata dikalikan dengan jumlah produksi. Total produksi dari kegiatan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang sebesar 92.500 kg. Dengan demikian maka analisis pendapatan dapat diuraikan pada Tabel 14.

(49)

Tabel 14. Pendapatan Rata-Rata Responden Pada Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamata Anggeraja, Kabupaten Enrekang Musim Tanam Tahun 2015.

No Uraian Jumlah (Rp) Nilai Rata-rata(Rp)

1. Penerimaan

Produsi bawang merah (kg) Harga (Rp/kg) Penerimaan 92.500 kg Rp. 1.505.450.000 3.700 kg 16.280 Rp. 60.218.000 2. Baiaya produksi Biaya tetap Biaya variabel Rp. 34.793.500 Rp. 265.180.000 RP. 1.391.740 RP. 10.607.200 3. Pendapatan (∏) Rp. 1.240.270.000 Rp. 49.610.800 Sumber :Data Primer Setelah Diolah, 2016

Dari uraian data di atas, dapat diketahui bahwa dalam satu kali musim panen ( tahun 2015) para petani mampu menghasilkan produksi bawang merah sebanyak 92.500 kg dengan harga rata-rata sebesar Rp. 16.280,00 sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.505.450.000,- dengan penerimaan rata-rata sebesar 1.505.450.000: 25 = Rp. 60.218.000,-. Total p yang dikeluarkan selama kegiatan produksi bawang merah berlangsung sebesar Rp. 265.180.000,- sehingga biaya rata-rata yang dikeluarkan petani sebesar Rp. 10.607.200,-. Jadi total pendapatan petani pada kegiatan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang dalam sekali musim panen (tahun 2015) sebesar Rp. 1.240.270.000,-. Adapun jumlah pendapatan rata-rata yang

(50)

35

5.3. Perkembangan Luas Lahan Usahatani Bawang Merah

Perkembangan luas lahan usahatani bawang merah dari tahun 2010 – 2014 dapat di lihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Perkembangan Luas Lahan Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Tahun 2010 – 2014. Tahun Luas Lahan ( HA ) Perkembangan (%) 2010 2011 2012 2013 2014 178 180 181 184 187 -1,12 0,55 1,66 1,63 Rata-rata 182 1,24

Sumber : Kantor Desa Batunoni, 2016

Berdasarkan Tabel 15. terlihat bahwa luas lahan usahatani bawang merah dari tahun ke tahun semakin meningkat. Untuk kelayakan usaha jangka panjang, maka seorang petani harus mampu melihat ke depan sehingga dapat mempertimbangkan usaha tersebut apakah dapat dipertahankan untuk jangka panjang ataukah layak untuk sementara waktu saja.

(51)

5.4.1. Luas Lahan

Ramalan luas lahan adalah perkiraan secara kuantitatif mengenai tingkat perkembangan luas lahan untuk pengolahan usahatani bawang merah pada masa-masa yang akan dating. Untuk mengetahui tingkat perkembangan atau penambahan luas lahan yang akan datang, maka digunakan analisis Time Series. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Analisis Estimasi Luas Lahan Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Tahun 2010 – 2014 (Ha)

TAHUN LUAS LAHAN (Y)

(HA) X X 2 XY 2010 2011 2012 2013 2014 178 180 181 184 187 -2 -1 0 1 2 4 1 0 1 4 -356 -180 0 184 374 Jumlah 910 0 10 22

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2016

Berdasarkan analisis Time Series untuk usahatani bawang merah pada lampiran 8, maka dapat diestimasi perkembangan luas lahan pada masa 5 tahun yang akan datang melalui persamaan berikut:

Y= 182 + 2,2X

(52)

37

Tabel 17. Ramalan Luas Lahan Pada Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatann Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Tahun 2015 -2019.

TAHUN LUAS LAHAN (HA) PERKEMBANGAN LUAS LAHAN (%) 2015 2016 2017 2018 2019 188,60 190,80 193,00 195,20 197,40 0,86 1,17 1,15 1,14 1,13 RATA-RATA 1,09

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 17. terlihat bahwa ramalan perkembangan luas lahan usahatani bawang merah di Desa Batunoni untuk lima tahun mendatang cenderung meningkat dengan rata-rata ramalan perkembangan luas lahan 1.09%. berdasarkan kriteria luas lahan, menunjukkan bahwa perkembangan usahatani bawang merah mempunyai prospek yang cerah.

(53)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang diperoleh kesimpulan bahwa :

Usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang layak untuk dikembangkan karena layak memberikan keuntungan bagi responden, dengan rata-rata pendapatan responden sebesar Rp. 49.610.800,- dalam sekali musim tanam. Usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan di masa yang akan dating apabiala dilihat dari aspek luas lahan. Ramalan luas lahan di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang dari tahun ke tahun terus meningkat.

6.2. Saran .

1. Diharapkan kepada pihak pemerintahan setempat khususnya Dinas Pertanian agar membantu petani dengan menjaga stabilitas harga bawang merah, memberikan bantuan modal kepada petani melalui kelompok tani, serta aktif mengadakan penyuluhan terhadap tanaman bawang merah.

(54)

39

merah lewat kelompok tani untuk mengajukan bantuan dan pinjaman modal, serta meminta kepada pihak memerintah untuk melakukan penyuluhan pertanian secara rutin.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004. Pola Pengembangan Usahatani Bawang Merah, Universitas Hasanuddin. Makassar.

Biro Pusat Statistic, 2013. Sensus Pertanian 2013. Makassar.

Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang. 2013. Data Produksi Hortikultural. Enrekang.

Kartosapoetra, 1995. Pengantar Produksi Ekonomi Pertanian. Bina Aksara. Jakarta.

Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Prayitno, Hadi.1997. Petani Desa dan Kemiskinan. BPFE. Yogyakarta.

Rahayu, Esta. 2004. Mengenal Varietas Unggul dan Cara Budidaya Bawang Merah. Penerbit Swadaya. Jakata.

Rismunandar, 1994. Membudidayakan 5 Jenis Bawang. Sinar Baru. Bandung. S. Nitisumito, Alex. 1990. Marketing. Graham Indonesia. Jakarta.

(56)

Lampiran 1. Identitas Responden yang Menjalankan Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Tahun 2016 No Nama Responden Umur (Tahun) Pendidikan Jumlah Tang. Kel. (Orang) Pengalaman Usahatani (Tahun) Luas Lahan (ha) 1 Ambo’ 37 SLTA 5 7 0,50 2 Anton 52 SD 5 10 0,49 3 Lara’ 50 SD 6 10 0,68 4 Arman 25 SD 1 4 0,53 5 Nurdin 26 SLTP 2 3 0,33 6 Herman 37 SLTA 2 8 0,44 7 Jahuri 40 SLTA 5 10 0,50 8 Sukur 30 SLTP 2 6 0,30 9 Cai’ 35 SLTP 3 9 0,70 10 Alla 24 SLTP 2 3 0,20 11 Ilham 40 SLTA 2 7 0,55 12 Ismail 40 SLTA 2 10 0,70 13 Jahidin 40 SLTP 3 9 0,71 14 Antu 35 SLTP 3 8 0,52 15 Sakka 25 SLTP 1 3 0,49 16 Aris 27 PT 1 6 0,59 17 Suardi 40 SLTP 4 9 0,97 18 Hapid 40 SLTP 2 10 0,29 19 Sumardin 40 SLTP 4 7 0,30 20 Sugiman 30 PT 2 6 0,20 21 Irman 22 SLTA 1 2 0,32 22 Irfan 28 SD 1 6 0,21 23 Nawan 50 SD 5 10 0,22 24 Baco 20 SLTP 1 1 0,17 25 Umar 30 SLTP 2 8 0,32 Total 863 - 67 172 11,23 Rata-rata 35 - 3 7 0,45

(57)

Lampiran 2. Distribusi Luas Lahan, Total Produksi, Harga, Dan Nilai produksi Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada Musim Tanam 2015.

No. Resp Luas Lahan (Ha) Total Produksi (Kg) Harga (Rp/Kg) Nilai Produksi (Rp) 1 0,50 4.250 16.000 68.000.000 2 0,49 3.200 16.000 51.200.000 3 0,68 5.100 14.500 73.950.000 4 0,53 3.200 15.500 49.600.000 5 0,33 2.550 16.000 40.800.000 6 0,44 3.600 16.000 57.600.000 7 0,50 4.250 16.000 68.000.000 8 0,30 3.050 17.000 51.850.000 9 0,70 5.500 15.000 82.500.000 10 0,20 1.400 17.000 23.800.000 11 0,55 5.000 16.000 80.000.000 12 0,70 5.950 17.500 104.125.000 13 0,71 5.500 15.000 93.500.000 14 0,52 5.600 17.000 95.200.000 15 0,49 3.700 16.500 61.050.000 16 0,59 4.500 17.000 76.500.000 17 0,97 7.000 15.000 105.000.000 18 029 3.200 17.500 54.400.000 19 0,30 3.100 17.500 54.250.000 20 0,20 1.950 17.000 33.150.000 21 0,32 3.050 17.000 51.850.000 22 0,21 1.500 16.000 24.000.000 23 0,22 2.000 17.000 34.000.000 24 0,17 1.300 16.000 20.800.000 25 0,32 3.050 16.500 50.325.000 Total 11,23 92.500 407.000 1.505.450.000 Rata2 0,45 3.700 16.280 60.218.000

(58)

Lampiran 3. Biaya Tetap Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang 2015

No.

Resp Luas Lahan (Ha) Pajak Lahan Penyusutan Alat (Rp) Jumlah Biaya Tetap

1 0,50 12.000 1.232.000 1.244.000 2 0,49 11.000 1.169.000 1.180.000 3 0,68 13.000 1.432.000 1.445.000 4 0,53 15.000 1.047.000 1.062.000 5 0,33 8.000 1.047.000 1.055.000 6 0,44 12.500 1.847.000 1.859.500 7 0,50 8.000 2.262.000 2.270.000 8 0,30 9.000 1.045.000 1.054.000 9 0,70 14.000 2.342.000 2.356.000 10 0,20 7.000 310.000 317.000 11 0,55 13.000 2.232.000 2.245.000 12 0,70 13.000 1.426.000 1.475.000 13 0,71 10.000 1.432.000 1.442.000 14 0,52 13.000 2.232.000 2.245.000 15 0,49 11.000 872.000 883.000 16 0,59 16.000 1.432.000 1.448.000 17 0,97 18.000 2.232.000 2.250.000 18 029 3.500 1.847.000 1.854.500 19 0,30 8.000 392.000 400.000 20 0,20 17.000 1.332.000 1.349.000 21 0,32 10.000 1.047.000 1.057.000 22 0,21 9.000 112.000 121.000 23 0,22 10.000 1.432.000 1.442.000 24 0,17 7.500 872.000 879.500 25 0,32 13.000 1.847.000 1.860.000 Total 285.500 34.508.000 34.793.500 Rata2 11.420 1.380.320 1.391.740

(59)

Lampiran 4. Biaya Tetap Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang 2015

No.

Resp Jumlah Hari Curahan Tenaga Kerja (Hari) Biaya Curahan Tenaga Kerja (Rp)

1 12 600.000 2 15 750.000 3 18 900.000 4 10 500.000 5 10 500.000 6 9 450.000 7 14 700.000 8 10 500.000 9 20 1.000.000 10 - -11 17 850.000 12 21 1.050.000 13 20 1.000.000 14 14 700.000 15 7 350.000 16 15 750.000 17 21 1.050.000 18 5 250.000 19 9 450.000 20 - -21 11 550.000 22 5 250.000 23 1 50.000 24 - -25 7 350.000 Total 13.550.000

(60)

Lampiran 5. Biaya Variabel Responden Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang 2015 No.

Resp

Jenis Biaya Variabel

Urea Sp 36 Phonska Granole NPK Botani KNO3 Total Nilai

(Rp) Jmlh

(Kg) Nilai (Rp) Jmlh (Kg) Nilai (Rp) Jmlh (Kg) Nilai (Rp) Jmlh (Kg) Nilai (Rp) Jmlh (Kg) Nilai (Rp) Jmlh (Kg) Nilai (Rp) Jmlh (Kg) Nilai (Rp)

1 50 85.000 150 375.000 150 375.000 100 430.000 50 360.000 120 240.000 240 480.000 2.260.000 2 200 340.000 200 500.000 100 250.000 50 215.000 - - 70 140.000 60 120.000 1.565.000 3 200 340.000 200 500.000 - - - - 50 360.000 - - 72 144.000 1.344.000 4 200 340.000 150 375.000 100 250.000 - - - - 100 200.000 72 144.000 1.309.000 5 150 255.000 150 375.000 50 125.000 - - - 755.000 6 200 340.000 200 500.000 150 375.000 50 215.000 - - 100 200.000 - - 1.630.000 7 300 510.000 200 500.000 200 500.000 100 340.000 - - 200 240.000 120 240.000 2.330.000 8 200 340.000 150 375.000 150 375.000 50 215.000 - - - - 120 240.000 1.545.000 9 500 850.000 300 750.000 200 500.000 150 645.000 100 720.000 120 240.000 - - 3.705.000 10 100 170.000 50 125.000 50 125.000 50 215.000 - - 50 100.000 50 100.000 835.000 11 400 680.000 200 500.000 200 500.000 100 430.000 50 360.000 120 240.000 120 240.000 2.950.000 12 400 680.000 200 500.000 150 375.000 100 430.000 100 720.000 - - 120 240.000 2.945.000 13 200 340.000 150 375.000 50 125.000 50 215.000 - - - 1.055.000 14 150 255.000 100 250.000 100 250.000 50 215.000 - - - 970.000 15 250 425.000 150 375.000 100 250.000 50 215.000 - - - - 150 300.000 1.565.000 16 300 510.000 100 250.000 100 250.000 150 645.000 - - - - 360 720.000 2.375.000 17 200 340.000 350 875.000 300 750.000 150 645.000 - - 120 240.000 120 240.000 3.090.000 18 100 170.000 100 250.000 50 125.000 50 215.000 - - 100 200.000 - - 960.000 19 100 170.000 100 250.000 50 125.000 - - - - 120 240.000 - - 785.000 20 100 170.000 100 250.000 50 125.000 50 215.000 - - 70 140.000 60 120.000 1.020.000 21 150 255.000 100 250.000 50 125.000 50 215.000 - - 100 200.000 50 100.000 1.145.000 22 100 170.000 50 125.000 50 125.000 50 215.000 - - - - 60 120.000 755.000 23 200 340.000 100 250.000 100 250.000 50 215.000 - - 120 240.000 120 240.000 1.535.000 24 150 170.000 50 125.000 50 125.000 50 215.000 - - 50 100.000 60 120.000 855.000 25 200 340.000 100 375.000 100 250.000 50 215.000 - - 120 240.000 120 240.000 1.660.000 Total 40.943.000 Rata2 1.637.720

(61)

Lampiran 6. Distribusi Nilai Produksi, Biaya, Bibit, Obat-obatan, Tenaga Kerja, dan Pendapatan Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang 2015

No.

Resp Nilai Produksi (Rp) Produksi Biaya (Rp)

Pemakaian Benih

Obat-obatan Biaya Tenaga Kerja Jumlah (Q)(Kg) Harga (P)(Rp) Total Biaya (P x Q) Pengelolahan Lahan Biaya Pengangkutan Tali Rapiah 1 46.750.000 2.260.000 500 11.000 5.500.000 3.250.000 1.180.000 752.000 60.000 2 35.200.000 1.565.000 500 11.000 5.500.000 3.000.000 1.360.000 550.000 45.000 3 48.450.000 1.344.000 700 10.000 7.000.000 3.550.000 780.000 350.000 75.000 4 33.600.000 1.309.000 500 9.000 4.500.000 2.300.000 970.000 500.000 60.000 5 28.050.000 755.000 300 9.000 2.700.000 2.150.000 620.000 600.000 45.000 6 39.600.000 1.630.000 400 10.000 4.000.000 3.150.000 1.000.000 720.000 60.000 7 46.750.000 2.330.000 450 9.000 4.050.000 3.300.000 1.660.000 500.000 60.000 8 36.600.000 1.545.000 300 10.500 3.150.000 2.400.000 840.000 600.000 45.000 9 55.000.000 3.705.000 700 9.000 6.300.000 6.950.000 2.320.000 800.000 90.000 10 16.800.000 835.000 150 10.000 1.500.000 1.200.000 150.000 100.000 30.000 11 55.000.000 2.950.000 500 10.000 5.000.000 4.800.000 1.600.000 300.000 75.000 12 74.375.000 2.945.000 600 9.000 5.400.000 5.200.000 1.800.000 546.000 90.000 13 55.000.000 1.055.000 700 10.000 7.000.000 5.000.000 1.630.000 460.000 90.000 14 67.200.000 970.000 500 10.500 5.250.000 5.450.000 1.460.000 585.000 90.000 15 42.550.000 1.565.000 450 11.500 5.175.000 3.700.000 960.000 259.000 60.000 16 54.000.000 2.375.000 600 9.000 5.400.000 5.200.000 1.500.000 400.000 75.000 17 70.000.000 3.090.000 900 9.000 8.100.000 7.100.000 2.010.000 700.000 105.000 18 40.000.000 960.000 300 10.500 3.150.000 2.400.000 250.000 350.000 45.000 19 38.750.000 785.000 300 9.500 2.850.000 3.350.000 440.000 200.000 45.000 20 23.400.000 1.020.000 200 9.000 1.800.000 2.000.000 - 150.000 30.000

(62)

Lampiran 7. Distribusi Total Biaya Variabel, Nilai Produksi dan Pendapatan Responden Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang 2015

No. Nama

Responden Total Benih Total PupukTotal Biaya VariabelTotal Obat-obatan

Total Tenaga Kerja

Total Biaya Produksi

Nilai Produksi Pendapatan

1 Ambo’ 5.500.000 2.260.000 3.250.000 1.932.000 12.942.000 46.750.000 33.808.000 2 Anton 5.500.000 1.565.000 3.000.000 1.910.000 11.975.000 35.200.000 23.225.000 3 Lara’ 7.000.000 1.344.000 3.550.000 1.130.000 13.024.000 48.450.000 35.426.000 4 Arman 4.500.000 1.309.000 2.300.000 1.470.000 9.579.000 33.600.000 24.021.000 5 Nurdin 2.700.000 755.000 2.150.000 1.220.000 6.825. 000 28.050.000 21.225.000 6 Herman 4.000.000 1.630.000 3.150.000 1.720.000 10.500.000 39.600.000 29.100.000 7 Jahuri 4.050.000 2.330.000 3.300.000 2.160.000 11.840.000 46.750.000 34.910.000 8 Sukur 3.150.000 1.545.000 2.400.000 1.440.000 8.535.000 36.600.000 28.065.000 9 Cai’ 6.300.000 3.705.000 6.950.000 3.120.000 20.075.000 55.000.000 34.925.000 10 Alla 1.500.000 835.000 1.200.000 250.000 3.785.000 16.800.000 13.015.000 11 Ilham 5.000.000 2.950.000 4.800.000 1.900.000 14.650.000 55.000.000 40.350.000 12 Ismail 5.400.000 2.945.000 5.200.000 2.346.000 15.891.000 74.375.000 58.484.000 13 Jahidin 7.000.000 1.055.000 5.000.000 2.090.000 15.145.000 55.000.000 39.855.000 14 Antu 5.250.000 970.000 5.450.000 2.045.000 13.715.000 67.200.000 53.485.000 15 Sakka 5.175.000 1.565.000 3.700.000 1.219.000 11.659.000 42.550.000 30.891.000 16 Aris 5.400.000 2.375.000 5.200.000 1.900.000 14.875.000 54.000.000 39.125.000 17 Suardi 8.100.000 3.090.000 7.100.000 2.710.000 21.000.000 70.000.000 49.000.000 18 Hapid 3.150.000 960.000 2.400.000 600.000 7.110.000 40.000.000 32.890.000 19 Sumardin 2.850.000 785.000 3.350.000 640.000 7.625.000 38.750.000 31.125.000 20 Sugiman 1.800.000 1.020.000 2.000.000 150.000 4.970.000 23.400.000 18.430.000 21 Irman 3.150.000 1.145.000 2.950.000 1.450.000 8.695.000 36.600.000 27.905.000 22 Irfan 2.000.000 755.000 1.500.000 410.000 4.665.000 16.500.000 11.835.000 23 Nawan 1.000.000 1.535.000 1.400.000 560.000 4.495.000 24.000.000 19.505.000 24 Baco 1.650.000 855.000 1.050.000 150.000 3.705.000 14.300.000 10.595.000 25 Umar 2.700.000 1.660.000 2.450.000 1.090.000 7.900.000 35.075.000 27.175.000 Jumlah 103.825.000 40.943.000 84.800.000 35.612.000 265.180.000 1.033.550.000 768.370.000 Rata2 4.153.000 1.637.720 3.392.000 1.424.480 10.607.200 41.342.000 30.734.800

(63)
(64)

Lampiran 8. Perhitungan Proyeksi Luas Lahan Pada Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.

Tahun Luas Lahan (Y)

(Ha) X X2 XY 2010 2011 2012 2013 2014 178 180 181 184 187 -2 -1 0 1 2 4 1 0 1 4 -356 -180 0 184 374 Jumlah 910 0 10 22 2015 2016 2017 2018 2019 188,6* 190,8* 193* 195,2* 197,4* Catatan : * Data Proyeksi

Rumus : a. = ∑Ү = 910 = 182 n 5

b. = ∑XY = 22 = 2,2 ∑X2 10

Persamaan trend analisis luas lahan : Y= 182 + 2,2X

Hasil perhitungan proyeksi adalah sebagai berikut: Y3 = 182 + 2,2(3) = 188,6

Y4 = 182 + 2,2(4) = 190,8 Y5 = 182 + 2,2(5) = 193 Y6 =182 + 2,2(6) = 195,2 Y7 = 182 + 2,2(7) = 197,4

Gambar

Tabel  1.  Perkembangan  Luas  Tanam  dan  Produksi  Bawang  Merah  di  Kabupaten Enrekang provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 – 2013.
Gambar 1. Kerangka  Pikir  Prospek Pengembangan  Usahatani  Bawang Merah di  Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang
Tabel 2. Desa Batunoni Berdasarkan Dusun dan Jumlah Penduduk.
Tabel  3.  Jumlah  Penduduk  Desa  Batunoni,  Kecamatan  Anggeraja,  Kabupaten  Enrekang berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

No Kegiatan Kode RUP Nama Paket Sumber Dana Lokasi Keterangan Pemilihan Penyedia Pagu.

Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa darah dari jantung. Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh balik yang membawa

Sistem pemasaran dapat disebut efisien jika memenuhi syarat (1) mampu menyampaikan hasil pertanian dari petani kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan

Hal pertama yang dilakukan dalam usahatani bawang merah lahan pantai adalah pembibitan. Pembibitan yang dilakukan pada budidaya bawang merah di lahan pantai yaitu

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS KOMPARASI USAHATANI BAWANG MERAH DENGAN SISTEM TUNDA JUAL DAN NON TUNDA JUAL DI DESA SUKOREJO KECAMATAN REJOSO

Identitas responden merupakan sumber infomasi dalam pengumpulan data .Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden dengan Analisis Break Event Point

Seorang peksos yang bekerja dalam ranah HAM, memiliki beberapa perspektif yang bisa digunakan ketika akan menangani masalah klien yang terkait dengan HAM, yaitu (i)

Sesuai dengan indikator berpikir kritis, pada tampilan video pembelajaran Gambar 4, terlihat bahwa mahasiswa mampu memberikan penjelasan sederhana (PS),