• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA PEKALOBEAN KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG ALAMSYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA PEKALOBEAN KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG ALAMSYAH"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA PEKALOBEAN KECAMATAN ANGGERAJA

KABUPATEN ENREKANG

ALAMSYAH 105960121312

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA PEKALOBEAN KECAMATAN ANGGERAJA

KABUPATEN ENREKANG

ALAMSYAH 105960121312

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian strata satu (S-1)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016-2017

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

DenganinisayamenyatakanbahwaSkripsi yang berjudul; AnalisisBREAK

EVENT POINTUsahataniBawangMerah di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekangadalahbenarmerupaka nhasilkarya yang belumdiajukandalambentukapa pun kepadaperguruantinggimana pun. Semuasumber data daninformasi yang berasalataudikutipdarikarya yang

diterbitkanmaupuntidakditerbitkandaripenuis lain

telahdisebutkandalamteksdandicantumkandalamdaftarpustakadibagianakhirskripsiini .

Makassar , November 2016

ALAMSYAH

105960121312

(6)

ABSTRAK

Alamsyah.NomorStambuk105960121312.Analisis Break Event Point

UsahataniBawangMerah Di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang(Nailah

HusainselakuketuapembimbingdanArdiRumallangselakuanggotapembimbing).

Penelitianbertujuanuntukmengetahuinilaibreak event pointdalamusahataniBawangMerah,

Pendapatanusahatanibawangmerahdankelayakanusahatanibawangmerah di DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang.Data yang digunakandalampenelitianiniadalah data primer dan data sekunder.AnalisisdilakukandenganRumusBreak Event Point (BEP), RumusPendapatandanRumuskelayakan.

Hasilpenelitianmenunjukkanbahwadarihasilpenelitianmenunjukkanbahwanilai NilaiBreak Event Point (BEP)hargasebesarRp. 4.506,26, NilaiBreak Event Point (BEP)Produksisebesar 86,81 kg, danNilaiBreak Event Point (BEP)PenerimaanSebesarRp.9.244.139,25PendapatanUsahataniBawangmerahSebesa r Rp.57.090.483,16.dan Tingkat kelayakan Tingkat KelayakusahatanibawangMerah di DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekangdengannilai R/C Ratio sebesar 4.87

Kata kunci :Break event point,Pendapatandankelayakan

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulispanjatkanKehadirat Allah SubahanahuWataalahyang telahmemberikanlimpahankaruniah yang

takterhinggadanakalpikiran yang

sempurnadalammenyingkapiberbagaihalkhususnyadalammasapenyusunan proposal ini. JugasalamdanshalawatKepadaNabiBesar Muhammad S.A.W junjungankitasemuadimanabeliautelahmembawakitakejalan yang diridhoioleh Allah SWT.

Selanjutnyapenulishaturkanterimakasih yang setulus- tulusnyakepadaayahandaRuslihdanibundaJadiabesertakeluargabesar yang tercintadimanadenganberkahdandoatulusnya,

penulismendapatkankemudahandalammenyelesaikantugas- tugasakademiktepatpadawaktunya.

Sehubunganhaltersebut di atas,

penulismenyampaikanucapanterimakasihsertapenghargaan yang setinggi- tingginyakepada :

1. AyahandaIr.H.M.SalehMollaselakudekanFakultasPertanianUnismuh Makassar;

2. AyahandaAmruddin,

S.Pt,M.SisebagaiketuaJurusanAgribisnisFakultasPertanianUnismuh Makassar;

(8)

3. Ibunda, IrHj. Nailah Husain M.Sisebagaipembimbing I danAyahandaArdiRumallang, S.P.,M.M sebagaipembimbing II yang telahmeluangkanwaktunyadalammemberikandanmengarahkanpenulis di dalampenyusunanSkripsiini;

4. BapakdanIbudosenserta staff Tata Usaha FakultasPertanianUnismuh

Makassar yang

telahmemberikanbekalilmupengetahuanselamapenulismengikutikuliahsertame mbantupenulis yang bersangkutandenganadministrasi;

5. Rekan- rekanmahasiswadansahabat-sahabatsertasemuapihak yang tidakdapatdisebutkansatu- persatuolehpenulis.

Apapun yang diberikansebagaisumbangsihterwujudnyaskripsiini, denganikhlashatipenulismemohonkepada Allah SWT untuk di berikanberkahdanpahalah yang berlipatganda.

Akhir kata, semogatujuan yang di

harapkandaripenulisanskripsiinidapatterwujuddanbagiparapenelitilain, skripsiinidapatdijadikansebagaisalahsatubahanreverensi.

Makassar, November 2016

Alamsyah

105960121312

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... ……… xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 RumusanMasalah ... …….. 3

1.3.TujuandanKeguaan ... …….. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. TanamanBawangMerah ... 2.2 Usahatani ……….. ... 2.3. ProduksiUsahatani. ... 8

2.4. Braek Event Point… ... 11

2.5. Pendapatan, Penerimaan, danBiaya ... 12

(10)

2.7Kerangka PikirPenelitian……….16

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1.TempatdanWaktuPenelitian ... 18

3.2 TeknikPenentuan Sampel ... 18

3.3 Jenis dan Sumber Data... 18

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...19

3.5 Teknik Analisis Data ... 19

3.6Definisi Operasional ... 22

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 23

4.1 Letak Wilayah ...23

4.2 Letak Geografis... ... 23

4.3 Keadaan Penduduk...24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN...29

5.1 Identitas Responden ... 29

5.2 Produksi Usahatani Bawang Merah... 35

5.3 Analisis Break Event Point, Pendapatan dan Kelayakan Usahtani Bawang Merahaa... ... 39

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. JumalahPendudukMenurutJenisKelamin di DesaPekalobean

KecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang 24

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Pekalobean KecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang. 25 3. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Pekalobean Kecamatan

AnggerajaKabupatenEnrekang 27

4. Sarana dan Prasarana di di Desa Pekalobean Kecamatan

AnggerajaKabupatenEnrekang 28

5. Tingkat Umur Responden Petani Bawang Merah Di Desa Pekalobean

Kecamatan AnggerajaKabupatenEnrekang 30

6. Tingkat Pendidikan Petani Bawang Merah Di Desa Pekalobean

Kecamatan AnggerajaKabupatenEnrekang 31

7. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Petani Bawang Merah

di Desa Pekalobean Kecamatan AnggerajaKabupatenEnrekang 32 8. Pengalaman Usahatani Responden Petani Bawang Merah di Desa

Pekalobean Kecamatan AnggerajaKabupatenEnrekang 33 9. Luas Lahan Petani Bawang Merah Di Desa Pekalobean

Kecamatan AnggerajaKabupatenEnrekang 34

10. Penggunaan Biaya Tetap Petani Bawang Merah di Desa Pekalobean

Kecamatan AnggerajaKabupatenEnrekang 37

11. PenggunaanBiayaVariabelPermusimPetaniBawangMerah

di Desa Pekalobean Kecamatan AnggerajaKabupatenEnrekang 38 12. Biaya Total ProduksiPermusimPetaniBawangMerah di Desa

Pekalobean Kecamatan AnggerajaKabupatenEnrekang 39

(12)

13. Break Event Point UsahataniBawangMerah di Desa

Pekalobean Kecamatan AnggerajaKabupatenEnrekang 40 14. PenerimaandanPendapatanPermusimUsahataniBawangMerah

di Desa Pekalobean Kecamatan AnggerajaKabupatenEnrekang 42

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1. KerangkaPikirPenelitian 17

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 46

2. IdentitasRespondenpetani di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang ... 49

3. JumlahTenagaKerjaUsahataniBawangMerah di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang ... 50 4. JumlahBibitBawangMerahUsahataniBawangMerah di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang ... 51

5. PenggunaanPupukUsahataniBawangMerah di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang ... 52 6. PenggunaanPestisidaUsahataniBawangMerah di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang ... 61 7. PenggunaanBiayaVariabelUsahataniBawangMerah di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang ... 63

8. PenyusutanAlatUsahataniBawangMerah di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang ... 64

9. Total BiayaUsahataniBawangMerah di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang ... 65 10. Penerimaan, Pendapatan, danKelayakanUsahataniBawangMerah di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupatenEnrekang ... 66

11. Break Event Point Harga, Produksi,

danPenerimaanUsahataniBawangMerah di

DesaPekalobeanKecamatanAnggerajaKabupaten ... 68

12. PetaLokasiPenelitian ... 69

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang Merah (Allium cepa) merupakan salah satu komuditas holtikultura yang sangat dubutuhkan masyarakat. Bawang merah adalah tanaman umbi bernilai ekonomi tinggi ditinjau dari fungsinya sebagai bumbu penyedap masakan. Hampir semua masakan Indonesia menggunakan bawang merah dalam pembuatannya. Di samping itu bawang merah juga bisa dimanfaatkan sebagai obat herbal. Bawang merah memiliki nama lokal di antaranya: lessuna lea (Enrekang), Bawang abang mirah (Aceh), Bawang abang (Palembang), Dasun merah (Minangkabau), Bawang suluh (Lampung), Bawang beureum (Sunda), Brambang abang (Jawa), Bhabang merah (Madura), dan masih banyak nama lokal lainnya.

Prospek agribisnis bawang merah saat ini cukup baik, ditunjukkan oleh permintaan konsumen yang tinggi. Permintaan dapat melonjak tajam terutama menjelang hari raya keagamaan, namun karena tidak diimbangi dengan pasokan yang cukup, harga komoditas ini juga meningkat. Peluang ini dapat digunakan petani atau pedagang bawang merah untuk meraup laba yang cukup tinggi.

Sektor pertanian merupakan bagian integral dari sistem pembangunan nasional dirasakan akan semakin penting dan strategis. Hal tersebut dikarenakan sektor pertanian tidak terlepas dan sejalan dengan arah perubahan dan dinamika lingkup nasional maupun internasional (Departemen Pertanian, 2010).

Dalam budidaya tanaman bawang merah ada dampak yang ditimbulkan

(16)

lingkungan misalnya dampak sosial Mengingat masyarakat Enrekang beragama Islam, petani bawang merah sebagian besar memberikan sedekah dan sumbangan kepada pondok pesantren, masjid, masyarakat yang kurang mampu, atau kegiatan- kegiatan sosial yang terjadi di sekitar lingkungannya sehingga terjadi hubungan timbal balik antara masyarakat yang ada disekitar.

Dampak ekonomi Usaha ini sudah dilakukan secara turun temurun sehingga pengetahuan mengenai teknik bercocok tanam bawang merah juga dilakukan melalui garis keturunan. Apabila dilakukan dengan profesional, usaha budidaya bawang merah dapat meningkatkan pendapatan petani/pengusaha bawang merah sehingga penjualan hasil panen bawang merah dapat digunakan untuk kebutuhan primer.

Usahasatani bawang merah di kab. Enrekang sudah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu terutama disekitar Kec. Anggeraja. Bawang merah ini beradafasi cukup baik pada daerah dataran rendah beriklim kering. Salah satu problem mendasar yang selalu dialami oleh petani adalal turunya harga hasil pertanian pada saat panen raya, sehingga pembiayaan lebih besar dari penerimaan, akibatnya pentani merugi yang pada gilirannya menggangu keberlanjutan usahanya (Anonim,2009).

Lahan-lahan di Kabupaten Enrekang sebagian besar merupakan lahan

tadah hujan yang sumber pengairannya dari curah hujan. Pemenuhan kebutuhan

air pada usaha bawang merah dilakukan dengan membuat sumur bor yang

kemudian dipompa dengan menggunakan mesin pompa diesel. Penggunaan air

tanah yang berlebihan pada usaha budidaya bawang merah mengakibatkan

(17)

keringnya sumur-sumur yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari manusia.

Tanah di lahan yang digunakan untuk budidaya bawang merah juga mengeras karena proposi tanah yang seharusnya berisi air menjadi kosong, sehingga pengelolaan tanah dalam budidaya bawang merah semakin sulit untuk dilakukan.

Sampai saat ini mata pencaharian masyarakat yang ada di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang adalah budidaya tanaman hortikultura khususnya komoditi Bawang Merah. Oleh karena itu untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dapat dicapai selama kegiatan usaha berlangsung adalah menghitung analisis pendapatan yang diperoleh oleh para petani.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Break Event Point Usahatani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di tarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Berapakah nilai break event point dalam Usahatani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang?

2. Berapakah pendapatan usahatani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang?

3. Bagaimanakah tingkat kelayakan usahatani Bawang Merah di Desa

Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang?

(18)

1.3 Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui nilai break event point dalam usahatani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

b. Untuk mengetahui pendapatan usahatani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

c. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

2. Kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi pemerintah setempat, sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya di Desa Pekalobean, dalam rangka pembinaan terhadap petani Bawang Merah dalam upaya peningkatan hasil produksi dan tingkat pendapatan petani.

b. Bagi peneliti, dapat menerapkan teori-teori yang telah didapatkan pada saat kuliah pada salah satu studi kasus.

c. Bagi responden, dapat mengetahui tingkat break event point dan pendapatan Usahtani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

d. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi dan perbandingan

terhadap peneliti selanjutnya

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Bawang Merah

Bawang Merah (Allium cepa, grup agregtum) merupakan komoditas holtikultura yang sudah sangat dikenal oleh mayarakat indonesia. Tanaman ini umumnya ditanam dua kali dalam satu tahun, meskipun ada yang bisa ditanam sepanjang tahun. Ciri-ciri morfologis bawang merah yaitu berumbi lapis, berakar serabut, berdaun silidris seperti pipa, memiliki batang sejati seperti cakras tipis yang disebut diskus pangkal daun bersatu membentuk batang semu.Batang semu yang berada di dalam tanah,berubah bentuk menjadi umbi lapis atau bulbus.

Seoranga ahli ekonomi taksonomi, Hanelt (1990).

Dalam budidaya tanaman bawang merah ada dampak yang ditimbulkan

dalam pengelolaanya baik itu dampak sosial, dampak ekonomi maupun dampak

lingkungan misalnya dampak sosial Mengingat masyarakat Enrekang beragama

Islam, petani bawang merah sebagian besar memberikan sedekah dan sumbangan

kepada pondok pesantren, masjid, masyarakat yang kurang mampu, atau kegiatan-

kegiatan sosial yang terjadi di sekitar lingkungannya sehingga terjadi hubungan

timbal balik antara masyarakat yang ada disekitar (Departemen Pertanian, 2010).

(20)

Tanaman bawang merah ini dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk pertumbuhan optimal adalah pada ketinggian 0-450 meter dpl. Komoditas sayuran ini umumnya peka terhadap keadaan iklim yang buruk seperti curah hujan yang tinggi serta keadaan cuaca yang berkabut.Tanaman bawang merah membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25º-32ºC serta kelembaban nisbi yang rendah(Sunaryono dan Soedomo, 1983).

2.2 Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang memepelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tertinggi pada waktu tertentu (Soekarwati, 2002).

Dalam banyak analisis usahatani yang dilakukan maka maksud dan tujuan mengetahui atau meneliti keunggulan komperatif, kenaikan hasil yang semakin menurun, subtitusi pengeluaran biaya usahatani, biaya yang diluangkan, pemilikan cabang usaha, dan baku timbang tujuan.

Ilmu usahatani adalah ilmu yang memepelajari bagaimana seorang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga member manfaat yang sebaik-baiknya,

sebagai ilmu penhetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari

cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan menkoordinasikan

penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga

usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Ken Suratiyah,

2006)

(21)

Usahatani juga dapat diartikan sebagai ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efesien pada suatu usaha pertanian. Karena sifatnya manejemen maka dapat pula diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada suatu pertanian untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh para manajer atau kelompok tani tersebut

Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi, biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Agar tujuan usahatani tercapai maka usahatani harus produktif dan efesien. Produktif artinya usahatani produktivitasnya tinggi. Produktivitas secara teknik adalah perkalian antara efesien (usaha) dan kapasitas (tanah). Efesiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input kapasitas tanah menggambarkan kemampuan tanah itu menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil yang sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu (Hasnidar, 2005).

Ilmu ushatani merupakan cabang dari ilmu pertanian, untuk mengganti istilah (farm managemen), ilmu ini mempelajari usahatani yang meliputi organisasi, operasi, pembiayaan dan penjualan (Juliana, 2006).

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di

tempat itu yang diperlakukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari

(Hanafie, 2010).

(22)

2.3 Produksi Usahatani

2.3.1. Pengertian Produksi Usahatani

Produksi dapat dilihat dari dua arti yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pengertian produksi dalam arti sempit yaitu merubah bentuk barang-barang baru” sedangkan makna atau pengertian produksi dalam arti luas adalah “setiap usaha yang menimbulkan kegunaan (Utility)” dapat pula dikatakan bahwa produksi adalah segalah kegiatan yang mempertinggi faedah barang-barang baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan manusia”

produksi secara langsung yaitu produksi yang menggunakan faktor-faktor produksi alam dan tenaga kerja sedangkan tidak langsung sudah mempergunakan faktor produksi turunan yaitu modal dan keahlian (Mubyarto, 2008)

Menurut Fuad, dkk. (2006), mendefinisikan produksi adalah sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran dalam arti sempit. Pengertian produksi hanya dimaksudkan sebagai kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi atau setengah jadi, barang industri, suku cadang maupun komponen-komponen penunjang.

2.3.2. Faktor-Faktor Produksi Usahatani

Menurut (Soekartawi,2006) ada empat unsur pokok atau faktor-faktor Produksi dalam usahatani:

1. Lahan

Lahan usahatani sering diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk di

usahakan untuk kegiatan usahatani. Lahan ini dapat berupa tanah pekarangan,

(23)

tegalan, sawah dan sebagainya. Lahan berdasarkan statusnya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu Lahan milik, lahan sewa, lahan sakap

2. Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperrtimbangkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup baik kualitasnya maupun kuantitasnya. Adapun hal yang perlu di perhatikan dalam faktor produksi tenaga kerja adalah ketersediaan tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tenaga kerja musiman dan upa tenaga kerja

3. Modal

Modal dalam kegiatan produksi pertanian dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan modal tidak tetap atau variable. Modal tetap didefenisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal ini terdiri dari tanah bagunan, mesin, dan sebagainya, sementara itu modal tidak tetap adalah biaya yang di keluarkan dalam prposes produksi dan habis dalam satu kali proses produksi, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk pembelian benih, pupuk, obat-obatan dan lain- lainya

4. Manejeman

Manejeman dapat diartikan sebagi seni dalam merencanakan

mengorganisasikan dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu produksi,

manejen berhubungan erat dengan bagaimana mengelola orang-orang dalam

tingkatan produksi

(24)

2.3.3. Biaya Produksi

Biaya adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan pengorbanan fisik dan non fisik, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan ekonomi setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau jasa diperlukan pengorbanan dari barang atau jasa lainnya dengan demikian pengorbanan ini diartikan sebagai biaya atau modal. Biaya produksi dalam usahatani dapat berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, herbisida dan sebagainya (Mubyarto, 2008)

Biaya dapat di bedakan menjadi beberapa macam menurut (Mubyarto, 2008) yaitu :

1. Biaya tetap, biaya yang harus di keluarkan oleh para petani yang penggunaanya tidak habis dalam masa satu kali produksi dan tidak dipengaruhi oleh besar atau kecilnya produksi, seperti membajak dalam satu kali proses produksi tanah, retribusi air, gaji karyawan tetap, penyusutan alat dan bagunan pertanian

2. Biaya variable yaitu biaya yang besar atau kecilnya tergantug pada jumlah

produksi yang di peroleh dari biaya pupuk, herbisida, upah langsung petani,

dan alat-alat pertanian.

(25)

2.4. Break Event Point (BEP)

Analisis break event point (BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume aktivitas Cost Profil Volume Analysis

Break event Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak pula menderita kerugian. Dalam kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol (Oktariza, 2006)

Menurut Rangkuti (2005), analisis Break Even Point (BEP) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mempelajari keterkaitan antara biaya tetap, biaya variabel, tingkat pendapatan pada berbagai tingkat operasional dan volume produksi. Model yang paling banyak dipakai adalah dengan menggunakan kurva BEP. Selain memberikan informasi mengenai keterkaitan antara biaya dan pendapatan, diagram ini juga menunjukkan laba atau kerugian yang akan dihasilkan pada berbagai tingkat keluaran (output). Tujuan dari analisis BEP yaitu untuk mengetahui besarnya penerimaan pada saat titik balik modal, yaitu yang menunjukkan suatu proyek tidak mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian.

Analisis Break Event Point atau analisis titik impas digunakan untuk mengetahui pendapatan petani atau kondisi untung atau rugi petani dalam melakukan usahatani, rumus yang digunakan menurut (Ken Suratiyah, 2006)

= ×

(26)

=

= Keterangan:

= Kualitas/ Penjualan Revenue Pulang Pokok

= Biaya tetap (Rp)

= Biaya Variabel (RP)

= Harga (RP)

= Produksi (Kg)

= Total Biaya (Rp) 2.5. Pendapatan Penerimaan dan Biaya

2.5.1. Pendapatan

(Menurut Soekartawi,2006), pendapatan adalah selisi antara penerimaan total dengan semua biaya dimana biaya tersebut adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap. Keuntungan adalah pendapatan yang di terima oleh seorang dari penjualan produk barang maupun produk jasa yang di kurangi dengan biaya biaya yang dikualarkan dalam membiayai produk barang maupun produk jasa. Pendapatan dapat dibagi menjadi tiga pendapatan yaitu sebagai berikut :

1. Pendapatan kotor (Gross Income) adalah Pendapatan usahatani yang belum dikurangi biaya-biaya lain.

2. Pendapatan bersih (Net Income) adalah pendapatan setelah di kurangi biaya . 3. Pendapatan pengelolaan (management Income) adalah pendapatan merupakan

hasil pengurangan dari total output dengan total input.

(27)

Pendapatan usahatani yaitu selisi antara penerimaan kotor atau penerimaan usahatani dengan total biaya yang di keluarkan dari usaha tani tersebut.

Pendapatan bersih sering pula disebut Net Farm Income, dimana pendapatan bersih ini di gunakan untuk mengukur imbalan yang di peroleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani, adapun rumus pendapatan menurut (Soekartawi, 2002) yaitu :

Dimana :

= −

Keterangan :

Pd = Pendapatan

= Total penerimaan (Total Revenue)

= Total Biaya (Total Cost) 2.5.2. Penerimaan

Menurut (Soekartawi,2006), penerimaan adalah perkalian anatara output yang dihasilkan dengan harga jual, sedangkan pendapatan adalah penrimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi. Dari penerimaan dan pendapatan suatu usaha tersebut dibutuhkan informasi tentang biaya tetap dan biaya tidak tetap. biaya adalah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak harus diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil.

Untuk menghasilkan suatu barang dan jasa tentu ada bahan baku, tenaga kerja,

dan jenis pengorbanan lainya yang tidak dapat dihindari. Tanpa adanya

(28)

Semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin tinggi harga per unit produk bersangkutan, maka penerimaan total yang di terima produsen akan semakin besar, sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan hargnya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil penerimaan total yang di keluarkan akan memperoleh pendapatan bersih yang merupakan keuntungan yang diperoleh. Adapun rumus dari penerimaan yaitu (menurut Soekartawi 2006).

= . Keterangan

= Total penerimaan (Total Revenue)

= Produksi yang diperoleh dalam satuan usahatani (kg) P

y

= harga per kg (Rp/kg)

2.5.3. Biaya

Biaya merupakan salah satu kunci keberhasilan petani dalam menjalankan usahanya. Hal ini di sebabkan biaya sangat menentukan keuntungan yang akan di peroleh oleh petani, biaya adalah semua pengeluaran yang dapat diukur dengan uang baik yang telah, sedang maupun yang akan di keluarkan untuk menghasilkan suatu produk (soekartawai, 1995).

Menurut (Soekartawi,2006) berdasarkan jenisnya biaya dapat dikategoikan menjadi 2 yaitu:

1. Biaya tetap atau Fixed Cost (FC) merupakan biaya yang besarnya tidak

dipengaruhi besarnya produksi, misalna biaya sewa/pajak lahan, dan biaya

penyusutan.

(29)

2. Biaya tidak tetap/Variable Cost (VC) adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi, misalnya sarana produksi, dan tenaga kerja di luar keluarga (Soekartawi, 2006). Adapun rumus dari Biaya yaitu:

TC = TFC + TVC Keterangan

TC (Total Cost) = Biaya Total TFC (Total Fixed Cost) = Biaya Tetap Total TVC (Total Variable Cost) = Biaya Variable Total

2.6. Analisis Kelayakan Usahatani

Analisis kelayakan usahatani atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah usaha tani tersebut layak atau tidak di usahakan.

Suatu usaha dikatakan menguntungkan secara ekonomi dari usaha lain apabila rasio output terhadap infutnya lebih menguntungkan dari pada usaha lainnya. (R/C) merupakan perbandingan antara nilai output terhadap nilai infutnya atau perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran usahatani. Untuk mengetahui nilai R/C ratio di hitung Dengan rumus :

/ =

Keterangan :

(30)

TR = Jumlah penerimaan (Rp) TC = Jumlah Biaya (Rp)

Usahatani dikategorikan menguntungkan. Jika memiliki nilai R/C Ratio

>1, Artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biaya. Sebaliknya Jika R/C Ratio

< 1 berarti kegiatan usahatani yang dilakukan dikategorikan tidak menguntungkan karena setiap tambahan biaya yang di keluarkan akan menghasilakn tambahan penerimaan yang lebih kecil atau kegiatan usahatani tersebut mengalami kerugian. Jika Nilai R/C Ratio =1 berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi keuntungan normal (Soekartawi 1996).

2.7. Kerangka Pikir Penelitian

Kabupaten Enrekang yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani Bawang Merah khususnya di Kecamatan Anggeraja akan terus meningkatkan kualitas dan mengunggulkan Usahatani Bawang Merah. Analisis break event point (titik impas) adalah salah satu titik atau keadaan dimana petani dalam melakukan usahatani Bawang Merah tidak memeperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian, dengan kata lain, pada keadaaan itu keuntungan dan kerugian sama dengan nol.

Produksi adalah hasil yang diperoleh petani pada saat panen Bawang

Merah, biaya produksi Bawang Merah adalah biaya yang dikeluarkan selama

proses produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Penerimaan usahatani

Bawang Merah akan meningkat apabila penggunaan faktor produksi sudah

(31)

dengan harga Bawang Merah. Penggunaan faktor produksi yang optimal akan menghasilkan produksi yang optimal pula dan mengurangi biaya produksi sehingga pendapatan bersih petani Bawang Merah akan meningkat yang dihitung dari penerimaan dikurangi biaya total produksi.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian tentang Analisis Break Event Point (BEP) Dalam Usahatani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

USAHATANI BAWANG MERAH

PRODUKSI

Harga Input Harga Output

Total Biaya (TC):

- Biaya Tetap (FC)

- Biaya Variabel (VC) BEP Penerimaan (TR)

(Titik Impas)

PENDAPATAN

KELAYAKAN USAHATANI

KUBIS

(32)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Pemilihan lokasi diloakukan secara sengaja dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra produksi Bawang Merah.

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juli 2016.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah petani Bawang Merah yang ada di Dusun Marena Desa Pekaloban kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang yang berjumlah 300 orang.Penentuan sampel dalam penelitian ini mengunakan simple random sampling atau pengambilan sampel acak sederhana Dengan mengambil sampel sebanyak 10 % dari jumlah populasi, sehingga di peroleh 30 orang responden sebagai sampel dalam penelitian ini.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu, sebagai berikut : 1. Data primer

Data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung

dengan responden di Desa pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang melalui daftar pertanyaan (kuesioner).

(33)

2. Data sekunder

Data lain yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya, buku, laporan, jurnal penelitian dan karya ilmiah yang erat hubungannya dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini, sebagai berikut :

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang langsung dalam bentuk tanya-jawab dengan responden dengan menggunakan kuesioner.

2. Studi Literatur

Mengumpulkan beberapa literatur dan keterangan ilmiah untuk memperoleh landasan teori yang dapat digunakan untuk melandasi data yang penulis peroleh.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif, dimana analisis deskriptif untuk menggambarkan secara lebih mendalam mengenai variable-variabel penelitian dari data primer dan data sekunder yang di peroleh dari responden, dengan analisis deskriptif penelitian mengambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, gejala dan sebagainya yang merupakan objek penelitian.

Pelaksanaan meliputi pengumpulan data dan interpretasi data. Data yang

(34)

memberikan gambaran tentang suatu gejala masyarakat tani dan mengetahui variabel yang menggambarkan suatu kelompok. Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan uraian terhadap jawaban-jawaban yang dikemukakan oleh petani responden (Algifari, 2004). Analisis deskriptif mengunakan metode analisis pendapatan dengan rumus :

1. Untuk menghitung Break Even Point (BEP) menggunakan rumus (Ken Suratiyah, 2006).

= … … … … . ( )

= − … … … … . ( )

= = … … … ( )

Keterangan:

= Kualitas/ Penjualan Revenue Pulang Pokok

= Biaya tetap (Rp)

= Biaya Variabel (RP)

= Harga (RP)

= Produksi (Kg)

= Total Biaya (Rp)

2. Untuk mengitung Analisis pendapatan mengunakan rumus((Soekartawi, 2002).

Rumus Pendapatan …………(IV)

= −

Keterangan :

Pd = Pendapatan

(35)

= Total penerimaan (RP)

= Total Biaya Usaha Rumu penerimaan ………… (V)

= . Keterangan :

= Total penerimaan (Rp)

= produksi yang diperoleh dalam satuan usahatani (kg)

= harga per kg (Rp/kg) Total Biaya ………… (VI)

= +

Keterangan :

= Biaya Total (Rp)

= Total Biaya Variabel (Rp)

= Total Biaya tetap (Rp)

3. Untuk menghitung kelayakan menggunakan Rumus (Soekartawi,2006) dimana

/ = Keterangan :

R/C = Perbandingan penerimaan Dan Biaya TR = Jumlah Penerimaan

TC = Jumlah Biaya

(36)

3.6 Definisi Operasional

1. Produksi adalah hasil usahatani Bawang Merah dalam satu musim tanam yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

2. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani Bawang Merah dan total biaya usahatani Bawang Merah dinyatakan dengan rupiah (Rp).

3. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.

4. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan

5. biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya Usahatani atau biaya produksi dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

6. Break Even Point atau titik impas adalah suatu keadaan dimana penerimaan total (TR) sama dengan biaya total (TC), sehingga terjadi keadaan yang tidak untung dan tidak rugi.

7. Kelayakan usahatani adalah perbandingan atau rasio antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC).

8. Penerimaan adalah perkalian antara output yang dihasilkan dengan harga jual 9. Harga adalah Nilai yang seseorang butuhkan untuk memperoleh sejumlah

produk atau layanan dalam berusahatani

(37)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

Lokasi penelitian ini berada di dalam wilayah Desa Pekalobean, yang ada di salah satu desa di Kabupaten Enrekang, Desa Pekalobean berada sekitar 6 km dari ibu kota Kecamatan Anggeraja dan 31 km dari Ibu kota Kabupaten Enrekan .

Secara Geografis luas wilayah Desa Pekalobean memiliki luas wilayah ± 9,92 km2 dengan potensi lahan yang produktif diantaranya perkebunan.Desa Pekalobean memiliki kondisi daerah yang berbukit-bukit, berada di atas kondisi gunung dengan ketinggian antara 500 m sampai 1000 m di atas permukaan laut, dengan suhu 26 – 35oC pada siang hari sedangkan pada malam hari dan pagi hari 15– 20 oC Kondisi tanah yang cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman baik tanaman jangka pendek maupun tanaman jangka panjang.

4.2. Letak Geografis

Desa Pekalobean terdiri atas 5 Dusun yakni Dusun Marena, Dusun Pasang, Dusun Malimongan, Dusun Kota dan Dusun Sipate. Pada umumnya mata pencarian didesa pekalobean adalah Petani, PNS, Karyawan Swata dan lain- lainnya.

Desa Pekalobean mempunyai batas-batas wilayah yaitu:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Salu Dewata

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kelurahan Mataram

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bubun Lamba

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Singki

(38)

4.3. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan faktor penentu terbentuknya suatu negara atau wilayah dan sekaligus sebagai modal utama suatu negara dikatakan berkembang atau maju, bahkan suksesnya pembangunan disegala bidang dalam negara tidak bisa terlepas dari peran penduduk, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan pendidikan, sekaligus sebagai aktor utama dalam pembangunan fisik maupun nonfisik. Oleh karena kehadiran dan peranannya sangat menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar.

Jumlah penduduk di Desa Pekalobean dari data Kantor Desa Pekalobean tahun 2016. Secara keseluruhan adalah berjumlah 2.096 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1082 jiwa dan perempun sebanyak 1014 jiwa dengan 479 KK.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, 2016.

No Nama Dusun Jenis Kelamin

KK Frekuiensi ( jiwa)

Persentase Laki-laki (%)

(Jiwa) Perempuan (Jiwa) 1. 2.

3. 4.

5.

Marena Pasang Malimongan Kota Sipate

319 186 197 248 136

302 196 160 213 143

154 114 69 79 63

621 382 357 461 279

29,57 18,19 17,00 21,95 13,29

Jumlah 1,082 1,014 479 2,100 100 %

Suber: Desa Pekalobean dalam angka

Tabel ini menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak diantara 5 dusun

adalah Marena dengan jumlah penduduk 621 jiwa yang terdiri dari 154 KK atau

29,57 .Sedangkan Jumlah penduduk yang paling sedikit adalah dusun Sipate

(39)

dengan jumlah penduduk 279 jiwa yang terdiri dari 63 KK dengan persentase 13,29. Dari data tersebut menyimpulkan bahwa didesa pekalobean yang paling banyak pendduknya adalah dusun marena karna wilayah tersbut agak datar dan memiliki wilayah yang luas. Sedangkan wilayah yang paling sedikit penduduknya adalah dusun sipate karna wilayahnya ada diatas bukit dan memiliki wilayah yang sedikit.

4.3.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Penelitian

Kemampuan seseorang di dalam berusahatani maupun ikut kegiatan di lingkungan sekelilingnya sebagianya ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik yang bersifat formal maupun informal Pendidikan berarti proses mengembangkan kemampuan diri sendiri, Data penduduk berdasarkan pendidik dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase %

1 2 3 4 5 6 7

Belum sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Diploma D1 –D3 Sarjana S1

299 179 158 207 327 32 18

24,51 14,67 12,95 16,98 26,80 2,62 1,47

Jumlah 1220 100%

Sumber : Data Kantor Desa Pekalobean Tahun 2016,

(40)

Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu Tamat SLTA dengan jumlah 327 jiwa dengan persentase 32,06 persen sedangkan paling sedikit adalah Sarjana S1 yang berjumlah 18 Jiwa dengan persentase 1,77 Persen yang artinya tingkat pendidikan di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang tergolong sedang, Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Tempat penelitian masih memiliki pendidikan relatif sedang.

Pendidikan sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan dalam berusahatani Bawang Merah, namun pendidikan yang sangat rendah bukan merupakan faktor yang selalu mempengaruhi petani untuk menerimah atau tidaknya tetapi melainkan didukung oleh kekuatan fisik, karna pengalaman berusahatani, luas lahan dan jumlah tanggungan keluarga yang mau tidak mau memaksa petani untuk lebih meningkatkan produksi pertanian Bawang Merah.

4.3.2. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang sebagian besarnya adalah petani, namun tidak semuanya

penduduk yang ada di desa pekalobean bermata pencaharian sebagai petani tapi

ada juga sebagian masyarakat yang mata pencaharian sebagai PNS, Karyawan

Swasta, wiraswasta dll. Dapat dilihat pada Tabel 3,

(41)

Tabel 3, Mata Pencaharian Penduduk di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

Jenis Pekerjaan

Pokok

DUSUN

Jumlah Persentase Marena Pasang Malimongan Kota Sipate

Petani 260 149 122 232 110 873 94,68

PNS 6 1 2 1 - 10 1,08

Karyawa

Swasta 2 - - 3 - 5 0,54

Pensiunan 5 - 2 2 - 9 0,98

Wiraswasta 12 5 3 3 2 25 2,71

Jumlah 285 155 129 241 112 922 100%

Sumber : Data Kantor Desa Pekalobean dalam Angka Tahun, 2016

Tabel.3. menunjukkan bahwa penduduk di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang mempunyai mata pencaharian terbanyak ada di sektor pertanian sebanyak 873 jiwa atau 88,00 persen dan yang paling sedikit pada mata pencaharian pada Karyawan Swata sebanyak 5 jiwa atau 0,66 parsen , Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian di Desa Pekalobean kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang didominasi sektor pertanian,

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana merupakan salah satu faktor menting yang

dibutuhkan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan, oleh karena itu sarana dan

prasarana sosial ekonomi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam

bidang pembangunan,

(42)

Jenis sarana dan prasarana yang ada desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sebagian besar berupa sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana tempat ibadah, cukup tersedia ini membuktikan bahwa keadaan penduduk sangat nyaman dengan keadan tersebut, keadaan sarana dan prasarana di Desa Pekalobean dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4, Sarana dan Prasarana Di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, 2016

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kantor Desa TK (PAUD) TPA

SMP SMA SD Posyandu Pustu Mesjid KUD KUA

1 4 5 - - 3 1 1 6 1 -

Jumlah 21

Sumber : Kantor Desa Pekalobean dalam Angka Tahun 2016

Tabel 4 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana paling banyak adalah

mesjid sebanyak 6 unit yang menandai bahwa mayoritas penduduk di lokasi

penelitian adalah agama Islam, sarana dan prasarana yang tidak ada adalah

Sekolah Menengah Pertama (SMP) ,Sekolah menengah atas (SMA) , Dan KUA.

(43)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden

Identitas responden merupakan sumber infomasi dalam pengumpulan data .Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden dengan Analisis Break Event Point Usahatani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Namun demikian seorang petani tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usahataninya antara lain tingkat umur, tingkat pendidikan, pengalaman petani, jumlah tanggungan petani dan luas lahan

5.1.1 Umur Responden

Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi

responden. Umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berifikir

sehingga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan daya serap informasi

pengetahuan dari penyuluh. Umur secara harfia sebagai usia kelahiran seseorang,

yang ditandai dengan denyutan nadi sampai meninggal. Umur merupakan ciri-ciri

kedewasaan fisiologis dan kematangan fisiologis, dengan kemampuan fisiknya

dalam bekerja dan berfikir. Berikut tingkat umur Petani yang menjadi Responden

di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat dilihat

pada tabel 5

(44)

Tabel 5. Tingkat Umur Responden Petani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Umur Responden (Tahun)

Jumlah Responden (Jiwa)

Persentase (%)

1 20 – 30 12 40,00

2 31 – 40 7 23,33

3 41 – 50 7 23,33

4 51 – 60 4 13,34

Jumlah 30 100 %

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2016

Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang berumur 20 – 30 berjumlah 12 jiwa atau 40 persen merupakan jumlah tertinggi, sedangkan jumlah terendah berada pada umur 51– 60 yaitu 4 jiwa atau 13,34 persen. hal ini menunjukkan bahwa jumlah petani muda lebih banyak dibanding petani tua dalam melakukan usahatani Bawang Merah. Responden di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang lebih banyak memiliki umur produktif, pada usia ini sangat kuat dan lebih mudah menerima teknologi baru untuk meningkatkan produksi Bawang Merah

5.1.2 Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan salah satu variabel penentu tingkat kemajuan suatu

wilayah. makin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi dalam suatu wilayah,

maka tingkat kemajuan wilayah tersebut cenderung lebih tinggi dari jumlah

penduduk yang kurang berpendidikan. Tingkat pendidikan di Desa Pekalobean

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Dapat dilihat pada tabel 2 berikut

(45)

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Petani Bawang merah di Desa Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 TT SD 3 10,00

2 SD 15 50,00

3 SLTP 9 30,00

4 SLTA 3 10,00

Jumlah 30 100%

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2016

Tabel 6 menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden petani Bawang

Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang yakni

untuk tingkat SLTA sebanyak 3 jiwa atau 10 persen dari total responden yang

merupakan jumlah terendah. Untuk tingkat Sekolah Sekolah Dasar (SD)

berjumlah 15 jiwa atau 50 persen, ini merupakan jumlah tertinggi dari total

responden. Berusahatani baru dapat berkembang dengan cepat apabila petani yang

menerimanya cukup mempunyai dasar keterampilan dan kemampuan dalam

mengatasi semua persoalan-persoalan yang menyangkut usahatani dan

kelembagaan mereka, dan begitu pula terhadap konstribusi pendidikan dan daya

persepsi merupakan sumber daya yang berdampak positif terhadap sikap petani

atau tindakan responden yang pada akhirnya akan menghasilkan produksi dan

jumlah pendapatan tinggi. Diluar dari Kontribusi pendidikan, Petani atau

responden yang tidak melalui jejang pendidikan, bisa bersaing dengan responden

yang melalui jenjang pendidikan dengan menonjolkan pengalamannya selama

berusahatani.

(46)

5.1.3 Tanggungan Keluarga Responden

Besarnya tanggungan keluarga petani Bawang Merah turut berpengaruh terhadap pengolahan Usahatani. karena keluarga petani yang relatif besar merupakan sumber tenaga kerja yang potensial. Namun demikian besarnya keluarga turut pula mempengaruhi beban petani itu sendiri karena keluarga yang jumlahnya besar tentu membutuhakan biaya hidup yang besar keluarga petani biasanya terdiri atas petani itu sendiri sebagai kepala keluarga, ditambah isteri dan anak-anaknya

Hasil analisis data menunjukkan petani responden memiliki jumlah tanggungan keluarga terdistribusi kedalam beberapa kelas. Adapun klasifikasi jumlah keluarga yang ditanggung oleh responden di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Petani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

. No Tanggungan keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 2.

3. 4.

1 – 2 – 3 – 4 5 – 6

5 8 12 5

16,67 26,67 40,00 16,66

Jumlah 30 100%

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2016

Tabel 7 menunjukkan bahwa petani responden memiliki tanggungan lebih

besar antara 3 – 4 jiwa sebanyak 12 Jiwa atau 40 persen, sedangkan jumlah

responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih sedikit dari 5-6 orang hanya

5 jiwa atau 16,66 persen.

(47)

5.1.4 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani Bawang Merah dapat dilihat dari lamanya seseorang dalam menekuni usahanya. semakin lama petani Bawang Merah menggeluti usahanya, maka akan semakin banyak pengalaman yang mereka miliki. Pada umumnya petani Bawang Merah yang memiliki pengalaman berusahatani Bawang Merah yang cukup lama cenderung memiliki kemampuan mengelola usahanya yang lebih baik, pengalaman erat kaitannya dengan tingkat keterampilan seseorang dalam berusaha. Karena umumnya petani Bawang Merah yang berpengalaman kemudian ditunjang dengan pendidikan yang cukup, maka petani Bawang Merah tersebut makin terampil dalam mengelolah usahatani nya.

Komposisi responden yang didasarkan pada pengalaman Usahatani Bawang Merah dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengalaman Usahatani Responden Petani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kabupaten Enrekang

No Pengalaman berusahatani

(Tahun) Jumlah

(Jiwa) Persentase 1. (%)

2. 3.

4.

1 – 10 11 – 20

21– 30 31 – 40

14 11 4 1

46,67 36,67 13,33

Jumlah 30 100% 3,33

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2016

Pada tabel 8 menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani Bawang

Merah paling banyak didominasi oleh pengalaman antara 1 – 10 tahun sebanyak

14 jiwa atau sekitar 46,67 persen , pengalaman Usahatani Bawang Merah yang

paling sedikit antara 31 – 40 tahun sebanyak 1 jiwa atau sekitar 3,33 persen.

(48)

Produktifitas karena dengan adanya pengalaman yang lama maka tingkat kemampuan responden sangatlah bagus dan mempunyai suatu karya yang bagus dibandingkan dengan yang tidak punya pengalaman, sehingga yang relatif lebih lama tentu mempunyai kehati-hatian dalam melakukan usahatani Bawang Merah dari hal tersebut data ini menunjukkan bahwa berusahatani bawang merah sangat ditunjang pada proses pengalaman yang sudah dilalui agar lebih bisa membentuk pribadi kedewasan seseorang secara professional dan proporsional sehingga produktifitas usahatani Bawang Merah tinggi.

5.1.5 Luas Lahan

Luas lahan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pendapatan petani Bawang Merah di Desa Pekalobean. Untuk mempermudah proses pengelolaan data dalam menentukan total pendapatan petani Bawang Merah di desa pekalobean maka luas lahan petani di desa Pekalobean dapat di lihat pada tabel 9

Tabel 9. Luas lahan Petani Bawang Merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0,10-0,35 11 36,67

2 0,36-0,55 13 43,33

3 0,56-0,75 4 13,34

4 0,76-0,95 1 3,33

5 0,96-1,15 1 3,33

Jumlah 30 100%

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2016

(49)

Tabel 9 menunjukkan bahwa luas lahan Bawang merah garapan responden bervariasi, dimana luas lahan 0,36-0,55 terbanyak yaitu 13 Jiwa atau 43,33 persen sedangkan yang terendah luasan 0,76-0,95 dan 0,96-1,15 hektar sebanyak1 jiwa atau 3,33 persen

5.2.Produksi Usahatani Bawang Merah

Produksi adalah suatu kegiatan dari perpaduan berbagai faktor (Modal, tenaga Kerja, tanah) untuk menghasilkan output. Atau suatu Keadaan mengkombinasikan faktor produksi disebut sebagai output atau produk. Rata-rata produksi yang diperoleh petani bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sebanyak 3392,17 kg/0,16 orang.

Tingginya produktifitas bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1. Sumber daya alam yang sangat mendukung, seperti Tanah masih subur karena

lahan yang di gunakan oleh petani ada lahan baru.

2. Penyairan yang masih terjaga.

3. Benih yang digunakan oleh petani adalah benih baru dan benih unggul . 4. Penggunaan biaya produksi yang sedikit sehinggan petani tidak perlu

mengeluarkan biaya banyak untuk membeli pupuk, obat obatan sebagai penunjang produktifitas usahatani bawang merah.

5. Petani yang sudah berpengalaman dalam berusahatani bawang merah.

6. Petani di lokasi penelitian memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yang

berpengaruh terhadap pola pikir petani bawang merah. Petani yang memiliki

(50)

pengetahuan lebih tinggi akan lebih cepat menyerap inovasi dan perubahan teknologi untuk bisa meningkatkan produksi Bawang merah.

5.2.1 Biaya Produksi

Biaya produksi adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan pengorbanan fisik dan non fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Biaya produksi dalam usahatani dapat berupa uang tunai, upah tenaga kerja, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, biaya obat-obatan dan sebagainya (Mubyarto, 1991).

Biaya operasional pada penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh para petani bawang merah yang ada di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Anggeraja baik yang mempengaruhi secara langsung kegiatan proses produksi (Biaya Variabel) maupun yang tidak mempengaruhi secara langsung kegiatan proses produksi (Biaya Tetap).

1. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi (Soekartawi, 2006). Biaya tetap yang diperoleh pada penelitian ini terdapat dua jenis biaya, yaitu biaya pajak PBB dan nilai penyusutan alat (NPA).

Biaya tetap produksi petani bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada table 10.

(51)

Tabel 10. Penggunaan Biaya Tetap Petani bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

NO Jenis Biaya Tetap Nilai (Rp)

1 2

Pajak Lahan 29.500,00

Nilai Penyusutan Alat 1.561.196,164

Rata-rata 1.590.696,164

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2016

Tabel 10 menunjukkan bahwa biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh responden ada dua yaitu Biaya penyusutan alat (NPA) dan pajak lahan. Nilai Penyusutan alat (NPA) yang dikeluarkan Petani bawang merah dalam melakukan usahataninya sebesar Rp 1.561.196,164 . Lahan petani hanya membayar biaya pajak lahan karena petani mengelola lahan sendiri pembayaran pajak lahan yang harus di bayar oleh Petani bawang merah sebesar Rp 29.500,00. Total biaya tetap yang di keluarkan petani bawang merah mulai dari pajak lahan dan nilai penyusutan alat permusimnya sebesar Rp 1.590,696,164

2. Biaya Variabel

Biaya Variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya

produksi, misalnya sarana produksi dan tenaga kerja luar keluarga (Soekartawi,

2006). Biaya variabel usahatani bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada tabel 11

(52)

Tabel 11. Penggunaan Biaya Variabel Permusim Petani bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Biaya Variabel Jumlah

1.

2.

3.

4.

Benih Pupuk Pestisida Tenaga Kerja

2.836.000 1.339.881,224

5.664.100 2.836.000

Jumlah 12.675.981,224

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2016.

Tabel 11 menunjukkan bahwa biaya variabel paling banyak di keluarkan oleh petani bawang merah adalah biaya pestisida sebesar Rp 5.664.100 dan paling sedikit adalah biaya pupuk sebesar Rp 1.339.881,224. Rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani bawang merah dalam satu kali tanam sebesar Rp 12.675.981,224.

3. Biaya Total Produksi

Biaya produksi sangat terkait dengan kemampuan pembiayaan yang

dimiliki oleh petani, baik bersumber dari modal sendiri maupun dari luar. Biaya

produksi adalah nilai dari semua faktor-faktor produksi yang di gunakan, baik

dalam bentuk benda atau jasa selama proses produksi berlangsung. Total biaya

produksi yang digunakan dalam usahatani bawang merah di Desa Pekalobean

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada tabel 12.

(53)

Tabel 12. Biaya Total Produksi Permusim Petani Bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Biaya Produksi Nilai Biaya (Rp)

1 2

Biaya tetap

Biaya Tidak Tetap (Variabel)

1.590.696,164 12.675.981,224

Rata-rata 15.286.016.84

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2016

Tabel 12 menunjukkan bahwa biaya yang di keluarkan oleh petani bawang merah terbagi atas dua biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel. rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani bawang merah permusimnya sebesar Rp 1.590.696,164 sedangkan rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani permusimnya sebesar 12.675.981,224. Jadi rata-rata biaya total pruduksi yang dikeluarkan petani bawang merah dalam melakukan usahatani permusimnya sebesar Rp 15.286.016.84.

5.3. Analisis Break Event Point, Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Bawang merah

5.3.1. Analisi Break Event Point Usahatani Bawang merah

Analisis Break Event Point (BEP) adalah suatu teknik analisa data untuk

mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume

aktivitas. Break Event Point (BEP) dapat diartikan sebagai titik atau keadaan

dimana dalam berusaha didalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan

tidak menderita kerugian. Untuk mengetahui analisis Break Event Point dalam

usahatani bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten

(54)

Tabel 13. Break Event Point Usahatani Bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Break Event Point Nilai

1 2 3

BEP Harga (Rp) BEP Produksi (kg) BEP Penerimaan (Rp)

4.506,26 86,81 9.244.139,25 Sumber; Data Primer Setelah Diolah, 2016

Tabel 13 menunjukkan hasil analisis titik impas harga penjualan usahatani bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sebesar Rp 4.506,26 dan harga jual rata-rata petani sebesar Rp 21.716,67 yang artinya pada saat harga bawang merah Rp 4.506,26/kg petani memperoleh modalnya kembali atau balik modal, sehingga harga jual rata-rata petani bawang merah petani sebesar Rp 21.716,67 telah berada diatas harga impas atau dengan kata lain uahatani bawang merah berada pada posisi yang menguntungkan.

Nilai BEP Produksi adalah 86,81 kg dan total produksi sebesar 3.392,17 kg yang artinya pada saat jumlah produksi 86,81 usaha bawang merah berada pada jumlah impas atau jumlah produksi balik modal sehingga total produksi sebesar 3.392,17 kg telah melewati jumlah impas dengan kata lain memeperoleh keuntungan.

Titik impas penerimaan usahatani bawang merah sebesar Rp 9.244.139,25

berarti usahatani bawang merah mengalami titik impas pada penerimaan Rp Rp

9.244.139,25 panerimaan bawang merah yang diperoleh petani sebesar Rp

72.376.500 ini berarti usahatani bawang merah sudah baik atau petani mengalami

keuntungan sehingga penerimaan yang diperoleh sangatlah Tinggi, apabila petani

ingin mendapatkan penerimaan yang tinggi sebaiknya petani mempertahankan

hasil produksinya sehingga tetap memperoleh penerimaan yang tinggi

(55)

Petani hendaknya menjual hasil usahataninya pada saat harga sedang tinggi, oleh karena itu kegiatan usahatani bawang merah harus direncanakan dengan baik agar saat panen merupakan waktu yang tepat untuk menjual hasil usahataninya.

5.3.2. Analisis Pendapatan Usahatani Bawang merah

Biaya merupakan nilai dari semua infut ekonomis yang diperlukan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Semakin banyak faktor produksi yang digunakan maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan.

Analisi Pendapatan yaitu analisis yang dilakukan untuk memperoleh nilai pendapatan usahatani, pendapatan usahatani adalah selisi antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Soekartawi, 2006)

Pendapatan petani dikenal ada dua yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih, pendapatan kotor mrupakan nilai hasil produksi yang diterima petani sebelum dikurangi biaya produksi, sedangkan biaya pendapatan bersih adalah nilai produksi yang diterima oleh petani dikurang dengan biaya produksi selama proses produksi.

Analisis ekonomi perlu dilakukan dalam setiap kegiatan usahatani yang

akan dikerjakan hal ini sangat penting untuk memberi gambaran apakah usahatani

bawang merah yang di lakukan di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang akan memberikan keuntungan atau justru mengalami

kerugian, oleh karena itu dalam analisis pendapatan ini seluruh biaya pengeluaran

usahatani bawang merah dihitung

(56)

Tingkat pendapatan yang diperoleh petani yang ditentukan oleh jumlah satuan fisik produksi yang dihasilkan dan nilai produksi persatuan fisik.

Penerimaan yang tinggi tidaklah mutlak menunjukkan pendapatan yang tinggi, olek karena itu, pengeluaran perlu dirinci dengan baik. Pendapatan bersih yang diperoleh petani dalam usahatani bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Penerimaan dan Pendapatan Permusim Usahatani Bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No. Uraian (Rp/Bulan/Unit)

I 1. Penerimaan 72,376,500

II 2. Total Biaya 15,286,016.84

III 4. Pendapatan (Pd) (I-II) 57.090.483,16

IV 5. R/C rasio 4,87

Sumber : Data Primer Setelah diolah,2016

Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani bawang merah sebesar Rp 15,286,016.84, rata-rata penerimaan petani bawang merah sebesar Rp. 72,376,500. Sedangkan pendapatan petani bawang merah dalam satu kali musim tanam sebesar Rp. 57.090.483,16.

5.3.3. Analisis Kelayakan atau R/C

Analisis R/C Ratio adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal

sebagai perbandingan (Nisbah) antara penerimaan dan biaya. Untuk melihat

tingkat keuntungan ekonomis usahatani bawang merah di Desa Pekalobean

(57)

merah pada Tabel 14 di atas adalah 4,87. Ini menjelaskan bahwa usahatani bawang merah layak di usahakan oleh petani karena nilai R/C ratio lebih besar dari 1. Ini juga menunjukkan dalam berusahatani bawang merah, setiap petani mengeluarkan biaya Rp 1.000 maka akan mendatangkan pengahsilan sebesar Rp.

4.870.

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria guru autentik adalah sebagai berikut (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hal. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik

Database yang digunakan berupa Terjemahan dari Alquran dengan format .text , Melihat teks terjemahan AlQuran dan cara kerja Algoritma Shannon Fano dengan perhitungan

Siswa sangat jarang diajak untuk melakukan praktikum sehingga kamampuan belajar secara Kinestetik tidak terasah, sebaliknya siswa lebih sering diajar dengan cara

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, dapat diketahui bahwa kerja sama bagi hasil keuntungan pada masyarakat nelayan di Gampong Lambada Lhok dapat dikategorikan kedalam bentuk

Memberikan imbalan ( reward ) pada kelompok bukan pada individu tertentu. Reenginering berarti pula terjadi perubahan mendasar, konfigurasi struktur organisasi dari satuan

Belum ada percobaan yang ditemukan mengenai penggunaan kompresi eksterna sebagai terapi PPS. Sebuah studi prospektif dilakukan di Australia untuk menentukan efek

Dilakukan beberapa pengerjaan yang parallel, Rf nya tidak boleh berbeda lebih dari ± 0,02 (Khopkar, 1990). Bila permukaan pelarut telah mengembang atau bergerak pada batas

Setiap karya sastra yang diciptakan, selalu memiliki pesan dan kritik terhadap keadaan di dalam masyarakat, Nurgiyantoro berpendapat bahwa “sastra yang mengandung pesan