• Tidak ada hasil yang ditemukan

PTK PKn V SD (Kep Bersama-Bermain Peran-CL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PTK PKn V SD (Kep Bersama-Bermain Peran-CL)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

(2)

meninggalkan jati diri bangsa. Melalui PKn setiap warga negara dapat mawas diri dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini yang memberi dampak positif dan negatif. PKn juga bermanfaat untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Pada kenyataannya, PKn dianggap ilmu yang sukar dan sulit dipahami. PKn adalah pelajaran formal yang berupa sejarah masa lampau, perkembangan sosial budaya, perkembangan teknologi, tata cara hidup bersosial, serta peraturan kenegaraan. Begitu luasnya materi PKn menyebabkab anak sulit untuk diajak berfikir kritis dan kreatif dalam menyikapi masalah yang berbeda. Sementara anak usia sekolah dasar tahap berfikir mereka masih belum formal, karena mereka baru berada pada tahap Operasi Onal Konkret ( Peaget : 1920 ). Apa yang dianggap logis, jelas dan dapat dipelajari bagi orang dewasa, kadang – kadang merupakan hal yang tidak masuk akal dan membingungkan bagi siswa. Akibatnya banyak siswa yang tidak memahami konsep PKn.

Berdasarkan temuan penulis, sebagian besar siswa kurang aktif dan berfikir kritis dalam materi Negara Kesatuan Republik Indonesia (pengambilan keputusan bersama ). Apabila anak menghadapi masalah kontekstual baru yang berbeda dengan yang dicontohkan, anak belum mampu berfikir kritis dan menemukan solusi dengan benar sehingga banyak anak yang menjawab salah, dan dengan alasan soalnya sulit. Karena itu wajar setiap kali diadakan tes, nilai pelajaran PKn selalu rendah dengan rata – rata kurang dari KKM.

(3)

lebih bermakna dan adanya keberanian peserta didik yang tuntas untuk menyelesaikan masalah kontektual dengan benar serta untuk lebih menguasai pelajaran.

Hipotesis yang penulis lakukan adalah dalam bentuk laporan hasil yaitu berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi pengambilan keputusan bersama Melalui Metode Bermain Peran dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Kelas V SD Negeri Cigorondong Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang“.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran, sebagai berikut.

a. Siswa kurang memahami konsep pengambilan keputusan bersama.

b. Siswa kurang aktif dalam berdiskusi

c. Siswa kurang terampil dalam berkomunikasi dengan teman sebaya.

d. Hasil belajar siswa rendah

2. Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti berusaha mencari faktor penyebab masalah dengan melakukan refleksi, bertanya kepada siswa dan melakukan diskusi dengan teman sejawat. Dari hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa penyebab siswa belum memahami materi pengambilan keputusan bersama seperti berikut. a. Guru tidak menggunakan alat peraga.

b. Bahwa semua siswa yang terlibat dalam pembelajaran saat melakukan diskusi hanya beberapa siswa yang aktif, sedangkan yang lain hanya mendengarkan.

c. Kurangnya contoh dan latihan.

(4)

3. Alternatif dan Pemecahan Masalah

a. Dari analisis masalah di atas, peneliti menemukan alternatif dan prioritas pemecahan masalah sebagai berikut.

b. Guru perlu menerapkan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn tentang pengambilan keputusan bersama.

a. Guru perlu memberikan contoh nyata melalui pengambilan keputusan bersama dengan kelompok.

b. Guru perlu memberikan latihan dan bimbingan secara menyeluruh pada pembelajaran PKn tentang pengambilan keputusan bersama.

B. Rumusan Masalah

Setelah menemukan faktor penyebab siswa belum memahami materi pengambilan keputusan bersama pada pelajaran PKn, peneliti berusaha merumuskan permasalahan. Rumusan masalah tersebut seperti berikut.

1. Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pengambilan keputusan bersama Kelas V SD Negeri Cigorondong Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang?

2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar pada materi pengambilan keputusan bersama melalui metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperative learning Kelas V SD Negeri Cigorondong Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

(5)

1. Untuk mengetahui apakah metode bermain peran dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pengambilan keputusan bersama

2. Mendiskripsikan penerapan metode bermain peran dengan model cooperative Leraning untuk meningkatkan hasil belajar Pada materi pengambilan keputusan bersama

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran 1. Bagi Peneliti:

a. Memperbaiki pembelajaran yang sudah dikelolanya.

b. Memupuk rasa percaya diri karena telah berhasil melakukan analisis terhadap hasil kinerjanya sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan, kemudian mengembangkan alternative untuk mengatasi kelemahannya.

c. Dapat berkembang secara profesional. 2. Bagi siswa

a. Dapat memperbaiki hasil belajar.

b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. 3. Bagi sekolah

a. Dapat digunakan untuk mengembangkan sekolah kearah yang lebih baik.

b. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.

(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran PKn di SD

PKn merupakan mata pelajaran di sekolah yang perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Hal ini merupakan fungsi PKn sebagai pembangun karakter bangsa ( nasional character building ) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, yang perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI. Untuk itu pembentukan karakter anak yang kuat perlu penguasaan Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini.

Mata pelajaran PKn perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar karena PKn memiliki tugas pokok sebagai berikut :

1. Mengembangkan Kecerdasan Warga Negara ( civic intelligence ). 2. Membina tanggungjawab warga Negara ( civic intelligence ). 3. Mendorong partisipasi warga Negara ( civic intelligence).

Kecerdasan warga Negara yang dikembangkan untuk membentuk warga Negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dimensi spiritual, emosional, dan social sehingga PKn memiliki ciri multidimensional. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan informasi serta peka terhadap keadaan yang selalu berubah / tidak pasti.

Menurut hasil penelitian Cogan ( 1998 ), ada delapan karakter yang dapat dibentuk melalui belajar PKn yaitu sebagai berikut :

1. Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat di sekitar.

(7)

3. Kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan – perbedaan pendapat.

4. Kemampuan berfikir kritis dan sistematis.

5. Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan.

6. Memiliki kemampuan untuk bergaya hidup sederhana.

7. Memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan mempertahankan hak – haknya dalam masyarakat.

8. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian fungsi pembelajaran PKn tidak hanya sekadar memberi pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mengembangkan sikap – sikap tertentu mengenai hal – hal yang timbul disekitar dalam kehidupan sehari – hari.

B. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar ( Anni, 2004 : 4 ) Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya ( Hamzah : 2007 : 213 ).

(8)

juga perlu berinteraksi dengan siswa yang lain untuk membuat simpulan dengan benar.

Dalam penelitian ini hasil belajar pada pelajaran PKn materi Negara Kesatua Republik Indonesia yang diukur melalui tes formatif dengan KKM 75. Bagi siswa yang nilainya kurang dari 75 diberi soal perbaikan dan bagi siswa yang nilainya 75 ke atas diberi soal pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah.

C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

(9)

kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

1. Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan.

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap muka.

(10)

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi antar anggota.

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

D. Metode Bermain Peran

1. Pengertian Bermain Peran

Metode bermain peran adalah berperan atau mamainkan peranan dalam dramatisir masalah social atau psikologis.

Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku, dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 1964 : 171).

(11)

Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah – masalah hubungan antara manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas.

Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang : ( Hasan, 1996 : 266 ). 2. Tujuan Penggunaan Bermain Peran

Tujuan dari penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut :

a. Untuk motivasi siswa.

b. Untuk menarik minat dan perhatian siswa.

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi dimana mereka mengalami emosi, perbedaan pendapat, dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan social anak. d. Menarik siswa untuk bertanya.

e. Mengembangkan kemampuan komunikasi siswa.

f. Melatih siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata.

E. Penggunaan Model Bermain Peran dalam Mata Pelajaran PKn Menurut Sumantri ( 2001 ) bermain peran merupakan model mengajar yang berakar pada dimensi personal dan sosial dari pendidikan. Model ini mencoba membantu indivisu untuk menemukan makna pribadi dalan dunia sosial dan memecahkan dilema – dilema dengan bantuan kelompok sosial. Dalam hal ini memungkinkan individu untuk bekerjasama untuk menganalisis situasi sosial terutama permasalahan interpersonal dalam mengembangkan cara – cara yang demokratis untuk menghadapi situasi tersebut.

(12)

pada posisi orang lain yang juga bermain peran. Bila empati, simpati, kemarahan, dan kasih sayang serta apeksi dilakukan dalam berinteraksi, berarti bermain peran dapat dilaksanakan dengan baik / berhasil.

Hal penting dalam model mengajar bermain peran adalah keterlibatan siswa untuk berpartisipasi dalam situasi atau masalah nyata serta adanya keinginan untuk mengatasi suatu masalah bersama. Pemahaman siswa dalam model belajar bermain peran dapat memberikan contoh pada siswa dalam kehidupan sehari – hari untuk berperilaku sebagai berikut :

1. Menjajagi perasaan.

2. Menambah pengetahuan tentang sikap, nilai – nilai dan persepsinya.

3. Mengembangkan keterampilan dan sikapnya dalam memecahkan masalah.

4. Mengkaji pelajaran dengan berbagai cara.

F. Langkah – Langkah Penerapan Metode Bermain Peran dalam Pembelajaran PKn.

Shaffel dalam bukunya “ Role Playing For Social Studies “ menyatakan bahwa ada sembilan langkah dalam role playing yaitu sebagai berikut.

1. Membangkitkan semangat kelompok, memperkenalkan siswa dengan masalah sehingga mereka mengenalnya sebagai suatu bidang yangt harus dipelajari.

2. Pemilihan peserta, guru dan siswa menggambarkan berbagai karakter / bagaimana rupanya, bagaimana rasanya, dan apa yang mungkin mereka kemukakan. Guru dapat menentukan berbagai criteria dalam memilih siswa untuk peran tertentu.

3. Menentukan arena panggung, para pemain peran membuat garis besar scenario, tetapi tidak mempersiapkan dialog khusus.

(13)

mengalami kegiatan itu dan kemudian dapat menganalisisnya. Cara guru melibatkan siswa pengamatan ilmiah dengan menugaskan mereka untuk mengevaluasi, mengomentari efektifitasnya serta urutan – urutan perilaku pemain dan mendefinisikan perasaan – perasaan serta cara – cara berfikir individu yang sedang diamati. 5. Pelaksanaan kegiatan; para pemeran mengasumsi perannya dan

menghayati situasi secara sepontan dan saling merespon secara realistik.

6. Berdiskusi dan mengevaluasi; apakah masalahnya penting dan apakah peserta dan pengamat terlibat secara intelektual dan emosional.

7. Melakukan lagi permainan peran; siswa dan guru berbagi interpretasi baru tentang peran dan menentukan apakah harus dilakukan oleh individu – individu baru atau tetap oleh orang terdahulu. Dengan demikian permainan peran menjadi kegiatan konseptual yang dramatis.

8. Dilakukan lagi evaluasi dan diskusi; siswa mungkin mau menerima solusi, tetapi guru mendorong solusi yang realistik.

(14)

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu 1. Subjek

Subjek penelitian perbaikan ini adalah siswa kelas V SDN Cigorondong Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang dengan jumlah siswa 31 orang.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian perbaikan ini bertempat di SDN Cigorondong Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. Waktu penelitian pra siklus tanggal 10 Februari 2014, siklus I dilaksanakan tanggal 15 Februari 2014, siklus 2 dilaksanakan tanggal 22 Februari 2014.

3. Pihak yang Membantu

Penelitian perbaian pemebalajaran ini dapat terlaksana atas bantuan:

a. Kepala SDN Cigorondong b. Teman sejawat

c. Dewan Guru dan Staf SDN Cigorondong d. Siswa-siswi SDN Cigorondong

e. Segenap keluarga besar UT Pokjar Cibaliung. B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan melakukan pembelajaran awal. Pelaksanaannya dilakukan tiga kali yaitu pembelajaran awal (pra siklus), siklus I, dan siklus II. Masing – masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dengan rincian sebagai berikut :

1. Pembelajaran Awal ( Pra Silkus ) a. Perencanaan

(15)

tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia mata pelajaran PKn kelas V.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut.

1) Guru menyusun rencana pembelajaran RPP

2) Guru menyiapkan sumber bahan dan media pembelajaran. 3) Menyusun lembar kerja.

4) Memilih metode diskusi kelompok.

5) Membuat lembar observasi aktifitas guru dan siswa beserta indikatornya.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran awal dilakukan selama dalam proses pembelajaran kelas V SD Negeri Cigorondong , Kecamatan Sumur. Dengan menggunakan instrument penelitian. Supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku guru dalam menyampaikan materi melalui metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperative learning siswa. Tahap pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan seperti langkah – langkah di bawah ini :

a. Guru menyampaikan informasi kepada peserta didik tentang pengertian dari musyawarah mufakat.

b. Guru menyampaikan informasi kepada peserta didik tentang pengertian pengambilan keputusan dengan cara poting.

c. Peserta didik berdiskusi kelompok untuk menemukan penjelasan tentang langkah-langkah melakukan pengambilan keputusan dalam bermusyawarah dengan cara voting/pemungutan suara. d. Guru memberikan evaluasi akhir pembelajaran secara tertulis. a. Pengamatan

(16)

dapat menjadi masukan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar berikutnya. Pengamatan didasarkan juga pada bentuk soal.

b. Refleksi

Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama pelaksanaan pembelajaran awal, guru tersebut mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan, kendala, hambatan, dan kelebihan saat berlangsungnya proses pembelajaran. Karena dirasa masih banyak kekurangan dan hambatan yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah, maka guru mengadakan perbaikan pembelajaran ke siklus I.

2. Siklus I

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut.

a. Perencanaan

Perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan berdasarkan hasil refleksi terhadap pembelajaran awal mata pelajaran PKn di kelas V materi tentang Pengambilan keputusan bersama untuk meningkatkan hasil belajar pengambilan keputusan bersama melalui metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperative learning. Berdasarkan pengamatan, guru kecewa pada hasil evaluasi dari analisis nilai nilai dibawah 70.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaannya adalah sebagai berikut.

1) Guru menyiapkan sumber bahan dan media yang akan digunakan saat pelaksanaan perbaikan silklus I.

2) Guru menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus I. 3) Guru menyusun lembar kerja siswa.

4) Guru menyusun alat evaluasi berupa butiran soal tes formatif. 5) Guru menyusun lembar observasi kegiatan siswa, guru, dan

(17)

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn kelas V SD Negeri Cigorondong , Kecamatan Sumur. Dengan menggunakan instrument penelitian, supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku guru dalam menyampaikan materi Pengambilan Keputusan Bersama melalui metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperative learning siswa. Tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan seperti langkah – langkah di bawah ini :

1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab

2) Guru menyampaikan motifasi dan tujuan pembelajaran.

3) Siswa melakukan kegiatan Pengambilan Keputusan Bersama / musyawarah bersama kelompok

4) Siswa mengerjakan lembar kerja secara kelompok.

5) Perwakilan siswa maju membacakan hasil kerja kelompok.

6) Siswa menanggapi hasil kerja tiap kelompok dengan dipandu oleh guru.

7) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. 8) Siswa mengerjakan tes formatif.

9) Guru mengoreksi hasil tes formatif.

10) Guru memberikan tindak lanjut berupa soal perbaikan dan pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh supervisor 2, menggunakan lembar observasi yang berisi kegiatan guru, peserta didik, dan interaksi pembelajaran beserta indikator – indikatornya. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Adakah peningkatan dibanding pra siklus / rencana pembelajaran awal. Sehingga dapat menjadi masukan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar berikutnya. Pengamatan didasarkan juga pada bentuk soal uraian.

(18)

Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama pelaksanaan pembelajaran siklus I, guru tersebut mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan, kendala, hambatan, dan kelebihan saat berlangsungnya proses pembelajaran. Ternyata hasil belajar siswa masih belum memuaskan walaupun sudah ada peningkatan sedikit dan dirasa masih ada kekurangan dan hambatan yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah maka guru mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

3. Siklus II

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut.

a. Perencanaan

Perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi terhadap perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran PKn di kelas V materi Pengambilan keputusan bersama melalui metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperative learning. Berdasarkan pengamatan, guru belum puas pada hasil evaluasi dari analisis nilai mendapat nilai di bawah 70.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaannya adalah sebagai berikut.

1) Guru menyiapkan sumber bahan dan media yang akan digunakan saat pelaksanaan perbaikan siklus II.

2) Guru menyususn rencana perbaikan pembelajaran siklus II. 3) Guru menyusun sekenario bermain peran.

4) Guru menyusun alat evaluasi berupa butir soal tes formatif.

5) Guru menyusun lembar observasi kegiatan siswa, guru, dan interaksi pembelajaran beserta indikatornya.

b. Pelaksanaan

(19)

Dengan menggunakan instrument penelitian, Supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku guru dalam menyampaikan materi Pengambilan keputusan bersama melalui metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperative learning siswa.

Tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan seperti langkah – langkah di bawah ini.

1) Guru memberitahu siswa bahwa hari ini siswa akan belajar melalui permainan teka teki silang (TTS).

2) Setelah memberitahu tentang permainan TTS, guru meminta siswa untuk membagi menjadi dua kelompok.

3) Guru mengajak siswa untuk membuat peraturan permainan TTS. 4) Siswa secara bersama-sama membuat peraturan permainan TTS. 5) Siswa menggunakan koin untuk menentukan kelompok mana yang

memulai permainan terlebih dahulu. 6) Siswa bermain TTS.

7) Kelompok yang memenangkan permainan ini mendapatkan award dan kelompok yang kalah mendapatkan hukuman sesuai dengan peraturan yang telah disepakati.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh Supervisor 2, menggunakan lembar observasi yang diisi kegiatan guru, peserta didik, dan interaksi pembelajaran beserta indikator – indikatornya. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

d. Refleksi

(20)

tidak memerlukan siklus III. Ini berarti PTK untuk pelajaran PKn telah selesai dilaksanakan.

C. Teknik Analisis Data

Dalam kegiatan pengumpulan data ini, penulis dibantu supervisor 2. Pengamatan ini dilakukan pada saat berlangsungnya pelaksanaan perbaikan pembelajaran di SD Negeri Cigorondong. Adapun data – data yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Hasil Data Kualitatif

Dalam kegiatan pengumpulan data secara kualitatif, pengamat menggunakan lembar observasi guru. Pengamat memberikan tanda cek (√ ) pada kolom kemunculan sesuai indikator tersebut.

Pengamatan yang dilakukan oleh pengamat ( observer ) adalah tentang keefektifan metode bermain peran dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran PKn khususnya tentang materi Pengambilan keputusan bersama. Untuk mendapatkan data yang lebih tepat, maka fokus pengamatan ditekankan pada :

a. Kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran cooperative learning siswa

b. Aktifitas anak dalam pelaksanaan pembelajaran c. Keaktifan siswa dalam pelaksanaan bermain peran

d. Indikator yang diamati pada lembar observasi guru terlampir. 2. Hasil Data Kuantitatif

(21)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Perbaikan Pembelajaran

Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Cigorondong, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang terkait hasil belajar PKn tentang Pengambilan keputusan bersama. melalui metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperative learning, yang dilaksanakan dalam perbaikan pembelajaran pada siklus I dan siklus II secara lengkap dijabarkan sebagai berikut.

1. Pra Siklus

Pembelajaran pra siklus mata pelajaran PKn kelas V SD Negeri Cigorondong, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, tahun pelajaran 2013 / 2014 dengan materi pokok meningkatkan hasil belajar pengambilan keputusan bersama melalui metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperative learning. Hasil pembelajaran pra siklus disajikan dalam tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Pra Siklus PKn

No Nama Siswa Nilai Tuntas Belum

Tuntas

1 Alifkah Nurwakihidah 40 √

2 Adriansyah 30 √

3 Asmala 40 √

4 Asep. S 50 √

5 Ahmad Hidayat 50 √

6 Ali Nahrudin 40 √

7 Asmara 50 √

8 Arsidi 60 √

9 Dodi Setawan 70 √ √

10 Diki Martin 40 √

11 Pirman 50 √

12 Ida Parida 50 √

13 Listiani 60 √

14 Masturoh 70 √

15 Meilinda 50 √

(22)

17 M Indrawan 40 √

18 Moh Sardi 30 √

19 Nilam 40 √

20 Nandi Alfauzi 50 √

21 Rita 60 √

22 Siti Nopianti 70 √

23 St Faiziah 50 √

24 Sri ayu Lupiah 40 √

25 Sanuri 40 √

26 Suhemi 60 √

27 St Halimah 50 √

28 Unah 60 √

29 St Nurul Patimah 70 √

30 Diki Permana 40 √

31 St Nurhalimah S 50 √

Jumlah 1550

(23)

Tabel 4. 2 Analisis Hasil Tes Formatif Pra Siklus PKn

No Rentang Frekuensi Presentase Keterangan

1 51 – 60 22 70.96% Kurang

2 61 – 70 4 12.90% Cukup

3 71 – 80 - - baik

4 81 -90 - - Sangat baik

5 91 -100 - - Memuaskan

Jumlah 31

Grafik .4.1 Hasil Evaluasi Sebelum Perbaikan Pembelajaran

Persentase Persentase Persentase 0

10 20 30 40 50 60 70 80

Persentase3

Nilai hasil tes formatif diperoleh setelah proses pembelajaran selesai. Guru memberi evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang telah diajarkan pada pembelajaran pra siklus. Adapun langkah – langkah pelaksanaan pra siklus yaitu :

a. Perencanaan

(24)

lembar kerja dan menentukan teman sejawat yang akan mengobservasi aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran awal dilakukan selama dalam proses pembelajaran kelas V SD Negeri Cigorondong, Kecamatan Sumur. Dengan menggunakan instrument penelitian. Supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku guru dalam menyampaikan materi melalui metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperative learning siswa. Tahap pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan seperti langkah – langkah di bawah ini :

1. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab

2. Guru menyampaikan motifasi dan tujuan pembelajaran.

3. Siswa melakukan kegiatan Pengambilan Keputusan Bersama / musyawarah bersama kelompok

4. Siswa mengerjakan lembar kerja secara kelompok.

5. Perwakilan siswa maju membacakan hasil kerja kelompok.

6. Siswa menanggapi hasil kerja tiap kelompok dengan dipandu oleh guru.

7. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. 8. Siswa mengerjakan tes formatif.

9. Guru mengoreksi hasil tes formatif.

10. Guru memberikan tindak lanjut berupa soal perbaikan dan pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah.

c. Pengamatan

(25)

alat peraga, sehingga siswa kurang memahami struktur daun dan fungsinya.

d. Refleksi

Dari hasil refleksi yang dilakukan oleh guru melalui diskusi dengan teman sejawat sebagai observer diperoleh beberapa kekurangan selama proses pembelajaran. Sebelum pelajaran dimulai guru tidak mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran, sehingga siswa belum siap menerima pelajaran. Pada waktu pemberian materi guru hanya ceramah, sehingga siswa hanya mengGrafikkan materi Pengambilan Keputusan Bersama itu seperti apa. Dari refleksi itu guru menyadari kekurangannya dalam proses pembelajaran oleh karena itu guru akan memperbaikinya pada perbaikan pembelajaran siklus berikutnya.

1) Keberhasilan

a. Siswa merasa senang dengan pembelajaran dengan mempelajari kubudayaan di Indonesia.

b. Guru dapat belajar untuk menerapkan alat peraga pembelajaran. c. Guru dapat menjadikan alat peraga sebagai variasi model

pembelajaran. 2) Kegagalan

a. Masih ada 22 siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan minimal.

b. Ada beberapa siswa yang belum bisa memahami materi.

c. Dalam menyimpulkan materi guru masih belum melibatkan siswa.

2. Siklus I

(26)

pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Hasil perbaikan pembelajaran siklus I disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I

No Nama Siswa Nilai Tuntas Belum

Tuntas

1 Alifkah Nurwakihidah 50 √

2 Adriansyah 50 √

3 Asmala 60 √

4 Asep. S 60 √

5 Ahmad Hidayat 60 √

6 Ali Nahrudin 50 √

7 Asmara 60 √

8 Arsidi 70 √

9 Dodi Setawan 80 √

10 Diki Martin 50 √

11 Pirman 60 √

12 Ida Parida 60 √

13 Listiani 70 √

14 Masturoh 80 √

15 Meilinda 60 √

16 Muh Maksur 60 √

17 M Indrawan 50 √

18 Moh Sardi 50 √

19 Nilam 50 √

20 Nandi Alfauzi 60 √

21 Rita 70 √

22 Siti Nopianti 80 √

23 St Faiziah 60 √

24 Sri ayu Lupiah 50 √

25 Sanuri 50 √

26 Suhemi 70 √

27 St Halimah 60 √

28 Unah 70 √

29 St Nurul Patimah 80 √

30 Diki Permana 50 √

31 St Nurhalimah S 60 √

Jumlah 1890

Rata-rata 60.96

Tabel 4.4 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus I

(27)

1 51 – 60 22 70.96% Kurang

2 61 – 70 5 16.12% Cukup

3 71 – 80 4 12.90% baik

4 81 -90 - - Sangat baik

5 91 -100 - - Memuaskan

Jumlah 31

Grafik 4.2 Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I

Persentase Persentase Persentase 0

10 20 30 40 50 60 70 80

Persentase3

Hasil evaluasi siklus I diperoleh setelah pelaksanaan pembelajaran siklus I selesai. Dalam pembelajaran siklus I melalui langkah – langkah berikut.

a. Perencanaan

1. Menyusun rencana pembelajaran dengan tujuan perbaikan siklus I. 2. Memilih metode siklus I.

3. Mempersiapkan LKS yang akan digunakan dalam perbaikan pembelajaran.

4. Membuat dan merancang lembar observasi aktivitas guru beserta indikatornya.

(28)

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Februari 2014 dikelas V. Kegiatan belajar mengajar sesuai dengan apa yang tertulis dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

c. Pengamatan

Pada tahap ini pengamat mencatat apa yang telah terjadi pada pembelajaran perbaikan siklus I dengan menggunakan lembar observasi. Dalam proses ini diperoleh data bahwa :

 Penjelasan materi sangat cepat sehingga kurang dipahami siswa  Kurang memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya  Perhatian guru pada siswa masih kurang.

d. Refleksi

Hasil dari observasi / pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil observasi guru mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan, hambatan dan kendala yang terjadi pada proses pembelajaran.

Dengan dasar hasil tes formatif yang menunjukkan menunjukkan peningkatan pada pembelajaran sebelumnya, namun untuk mencapai ketuntasan 75% belum tercapai. Maka penulis mengadakan perbaikan pembelajaran tahap berikutnya yang menjadi fokus perbaikan adalah sebagai berrikut.

1) Memberikan materi yang jelas dan lengkap sehingga mudah dipahami siswa.

2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. 3) Menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Keberhasilan dan kegagalan pada siklus I antara lain: 1) Keberhasilan

a) Hasil evaluasi belajar siswa meningkat.

(29)

a) Masih ada 22 siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan. b) Kurang memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya. c) Penggunaan alat peraga kurang maksimal.

d) Masih ada beberapa siswa yang pada saat pelajaran berlangsung masih belum bisa terlibat aktif.

3. Siklus II

Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari sabtu 22 Februari 2014 dengan objek siswa kelas V SD Negeri Cigorondong, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang. Dengan dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti melaksanakan sesuai rencana.

(30)
[image:30.595.155.485.87.627.2]

Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II

No Nama Siswa Nilai Tuntas Belum

Tuntas 1 Alifkah Nurwakihidah 70 √

2 Adriansyah 60 √

3 Asmala 80 √

4 Asep. S 70 √

5 Ahmad Hidayat 70 √

6 Ali Nahrudin 60 √

7 Asmara 80 √

8 Arsidi 80 √

9 Dodi Setawan 90 √

10 Diki Martin 70 √

11 Pirman 70 √

12 Ida Parida 70 √

13 Listiani 80 √

14 Masturoh 90 √

15 Meilinda 70 √

16 Muh Maksur 80 √

17 M Indrawan 60 √

18 Moh Sardi 70 √

19 Nilam 70 √

20 Nandi Alfauzi 80 √

21 Rita 80 √

22 Siti Nopianti 90 √

23 St Faiziah 80 √

24 Sri ayu Lupiah 70 √

25 Sanuri 70 √

26 Suhemi 80 √

27 St Halimah 70 √

28 Unah 80 √

29 St Nurul Patimah 90 √

30 Diki Permana 80 √

31 St Nurhalimah S 70

Jumlah 2330

Rata-rata 75.16

Tabel 4.6 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus II

No Rentang Frekuensi Presentase Keterangan

1 51 – 60 3 9.67% Kurang

(31)

3 71 – 80 11 35.48 baik

4 81 -90 4 12.90% Sangat baik

5 91 -100 Memuaskan

[image:31.595.143.490.86.191.2]

Jumlah 31 100%

Grafik 4.3 Grafik Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Persentase Persentase Persentase Persentase 0

5 10 15 20 25 30 35 40 45

Persentase3

Berikut ini adalah langkah – langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II :

a. Perencanaan

Menyusun rencana pembelajaran, menentukan alat peraga, menentukan metode pembelajaran, merencanakan fokus perbaikan pembelajaran, menyusun lembar observasi, menyusun lembar evaluasi. b. Pelaksanaan

1. Guru memberitahu siswa bahwa hari ini siswa akan belajar melalui permainan teka teki silang (TTS).

2. Setelah memberitahu tentang permainan TTS, guru meminta siswa untuk membagi menjadi dua kelompok.

(32)

5. Siswa menggunakan koin untuk menentukan kelompok mana yang memulai permainan terlebih dahulu.

6. Siswa bermain TTS.

7. Kelompok yang memenangkan permainan ini mendapatkan award dan kelompok yang kalah mendapatkan hukuman sesuai dengan peraturan yang telah disepakati.

c. Pengamatan

Hasil pengamatan dari observer selama proses pembelajaran siklus II adalah siswa pada waktu menerima pelajaran memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru dengan baik. Berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, sudah ada keinginan untuk mencari penelesaian soal dari guru. Mau bertanya jika ada kesulitan, dan mulai berani untuk mengerjakan didepan walaupun belum bisa. Sedang pengamatan yang diperoleh observer kepada guru yang mengajar adalah guru sudah mempersiapkan rencana pembelajaran dengan baik, metode yang digunakan sudah tepat, pemberian motivasi sudah cukup tapi masih ada beberapa kekurangan tidak menanyakan kepada siswa tentang kesulitan apa yang diperoleh dari materi yang diajarkan.

d. Refleksi

Setelah melakukan beberapa perbaikan yaitu perbaikan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Peneliti menyadari betul kekurangan – kekurangan pada proses pembelajaran mata pelajaran PKn dengan materi pengambilan keputusan bersama pada siklus II. Walaupun peneliti sudah mempersiapkan proses pembelajaran sebaik mungkin, tetapi tetap masih ada kekurangannya diantaranya guru kurang memberi pertanyaan kepada siswa. Dari hasil refleksi yang dilakukan tersebut teman sejawat selaku observator juga menemukan beberapa kekurangan yaitu guru tidak memberi bimbingan kepada siswa yang belum jelas atau memahami materi pelajaran.

Keberhasilan dan kegagalan pada siklus II antara lain: 1) Keberhasilan

(33)

b) Sebagian besar siswa sudah memahami materi. c) Siswa sudah berani maju mengerjakan soal. d) Siswa sudah berani untuk mengajukan pertanyaan. 2) Kegagalan

a) Masih ada 1 orang siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan.

b) Pengelolaan kelas masih kurang.

c) Masih ada beberapa siswa yang pada saat pelajaran berlangsung masih belum bisa terlibat aktif.

B. Perbaikan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

(34)
[image:34.595.167.487.156.220.2]

Tabel 4.7

Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Konsep Pengambilan Keputusan Bersama Melalui Metode Bermain

Peran dengan Model Pemebelajaran Coperative Learning

No Siklus Rata-rata

1 Prasiklus 50

2 I 60,96

3 II 75,16

Berdasarkan tabel tersebut dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, penerapan model pemebelajaran coperative learning pada setiap siklus menunjukkan peningkatan yang sangat berarti, artinya hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada akhir siklus mencapai ketuntasan minimum yang telah di tentukan.

2. Persentase Hasil Belajar Siswa dari Prasiklus sampai Sikls II

Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang telah dilaksanakan dari pra siklus sampai siklus II jika dipersentasekan dapat dilihat dalam bentuk tabel rekapitulasi kegiatan per siklus sebagai berikut:

Tabel 4.8. Persentase Ketuntasan Hasil Evaluasi PKN

No Siklus Persentase

1 Pra Siklus 12,90%

2 Siklus I 29,03%

[image:34.595.169.485.524.587.2]
(35)
[image:35.595.186.488.162.388.2]

Grafik 4.4 Diagram Hasil Pembelajaran Siswa Konsep Pengambilan Keputusan Bersama Melalui Metode Bermain

Peran dengan Model Pemebelajaran Coperative Learning

Prasiklus Siklus I Siklus II 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 3

50.0

61.0

75.2

12.9

29.03

90.32 Rata-rata hasil

bela-jar

Persentase

(36)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui pembelajaran siklus I dan siklus II dengan materi Pengambilan Keputusan Bersama dikelas V SDN Cigorondong tahun pelajaran 2013/2014, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan metode bermain peran melalui pendekatan model cooperative learning telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Peningkatan ini terjadi pada siklus I maupun siklus II dengan bukti adanya peningkatan pada :

1. Pelaksanaan pembelajaran konsep Pkn materi pengambilan keputusan bersama dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning di kelas IV SDN Cigorondong Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa, hal ini berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan jika dipersentasekan prasiklus 12,90%, siklus 1 29,03%, pada siklus 2 naik lagi menjadi 90,32%.

2. Penggunaan model pembelajaran cooperative learning dalam pembelajaran konsep pengambilan keputusan bersama di kelas V SDN Cigorondong Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang, terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dapat terlihat dari perolehan nilai rata-rata kelas dari hasil tes siswa pada setiap tahapan siklus semakin meningkat yaitu, nilai rata-rata kelas pada prasiklus sebesar 50, pada siklus I sebesar 60,96, dan pada siklus II sebesar 75,16.

B. Saran Tindak Lanjut

(37)

Cigorondong, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang peneliti kemukakan saran dan tindak lanjut sebagai berikut.

1. Guru sebaiknya mengusahakan media pembelajaran benda – benda konkret yang berada disekitar siswa dapat menghilangkan verbalisme dan menyenangkan.

2. Guru harus memberi motivasi dan bimbimngan pada siswa yang mengalami kesulitan.

3. Guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. 4. Di era kompetisi siswa perlu dilatih untuk berani mengemukakan

pendapat oleh karena itu latihan membimbing kawan – kawannya dalam melakukan bermain peran merupakan ajang latihan yang cukup kreatif.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2010, Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta, Universitas Terbuka.

Aswani, Zaenul,2004, Tes dan Asesmen di SD, Jakarta, Universitas Terbuka. Denny, Setyawan, 2005, Komputer dan Media Pembelajaran, Jakarta,

Universitas Terbuka.

Gatot, Muhsetyo, Drs. M.Sc, dkk, 2007, Pembelajaran PKN, Jakarta, Universitas Terbuka.

Mulyani Sumantri, Nana Syaodih. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta, Universitas Terbuka.

Samsudin, Abin, 2004, Profesi Keguruan 2, Jakarta, Universitas Terbuka.

Suciati, Drs. Dkk, 2004, Belajar dan Pembelajaran 2, Jakarta, universitas Terbuka.

Wardani, I.G.A.K, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Universitas Terbuka.

Wahyudi Duin, Supaiyati, Ishak, Abduhak, 2001, Pengantar Pendidikan, Jakarta, Universitas Terbuka.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Pra Siklus PKn
Tabel 4. 2 Analisis Hasil Tes Formatif Pra Siklus PKn
Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Grafik 4.2 Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I
+5

Referensi

Dokumen terkait

Apakah dengan menggunakan Strategi pembelajaran joyfull learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas V Teloyo III Kecamatan Wonosari,

Apakah penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kreativitas pada mata pelajaran PKn siswa kelas V SD N II Mojoreno Kabupaten Wonogiri..

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam mengiktuti pembelajaran dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri 01 Jantiharjo

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN)  KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 HARGA DIRI Kompetensi Dasar :

Mata Pelajaran : PKn Waktu : 35 menit Kelas/ Semester : V/1 Jumlah Siswa : 23 anak KD : 1.1 Mendiskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia..

Untuk meningkatkan rasa Ingin Tahu siswa pada mata pelajaran PKn. pokok bahasan Memahami Bentuk Keputusan Bersama kelas V

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas pada materi organ pencernaan manusia pada mata pelajaran IPA Kelas V dengan model Think Pair and Share di

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran VCT pada mata pelajaran PKn materi menjaga keutuhan NKRI di kelas V MIS