• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI PERSILANGAN JAGUNG HITAM ( Zea mays L. var. black aztec ) DAN JAGUNG MANIS ( Zea mays L. var. saccharata ) SKRIPSI OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UJI PERSILANGAN JAGUNG HITAM ( Zea mays L. var. black aztec ) DAN JAGUNG MANIS ( Zea mays L. var. saccharata ) SKRIPSI OLEH :"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

UJI PERSILANGAN JAGUNG HITAM ( Zea mays L. var. black aztec ) DAN JAGUNG MANIS ( Zea mays L. var. saccharata )

SKRIPSI

OLEH : BAHRUL ARUAN

140301151

PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(2)

UJI PERSILANGAN JAGUNG HITAM ( Zea mays L. var. black aztec ) DAN JAGUNG MANIS ( Zea mays L. var. saccharata )

SKRIPSI

OLEH : BAHRUL ARUAN

140301151

PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(3)
(4)

ABSTRAK

Bahrul Aruan (140301151) dengan judul penelitian “Uji Persilangan Jagung Hitam (Zea mays L. var. black aztec) dan Jagung Manis (Zea mays L. var.

saccharata). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Diana Sofiah Hanafiah S.P., M.P sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Eva Sartini Bayu, M.P sebagai anggota komisi pembimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil persilangan jagung hitam (Zea mays L. var. black aztec) dan jagung manis (Zea mays L. var. saccharata).

Penelitian ini akan dilaksanakan di areal percobaan rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 mdpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 sampai Januari 2020. Rancangan percobaan yang digunakan adalah single cross, yaitu dengan menanam semua galur dalam alur di lingkungan pertanaman yang sama tanpa ulangan. Analisis data dilakukan menggunakan uji-t dan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keberhasilan persilangan jagung manis dan jagung hitam adalah 100%. Faktor kualitatif yang mempengaruhi persilangan yaitu bentuk biji hasil persilangan berbentuk membulat, sedangkan warna biji hasil persilangan dominan berwarna kuning. Faktor kuantitatif yang mempengaruhi persilangan yaitu terdapat perbedaan yang nyata hasil persilangan pada parameter berat 100 biji dan jumlah susunan baris biji. Namun, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada parameter panjang tongkol tanpa biji, diameter tongkol tanpa biji, dan berat tongkol.

Kata Kunci: Jagung Hitam, Jagung Manis, Uji-t, Uji Chi Square.

(5)

ABSTRACT

Bahrul Aruan (140301151) with the research title "Cross Test of Black Corn (Zea mays L. var. Black aztec) and Sweet Corn (Zea mays L. var. saccharata).

This research was supervised by Dr. Diana Sofiah Hanafiah S.P., M.P as the head of the supervisory commission and Mrs. Ir. Eva Sartini Bayu, M.P as a member of the supervisory commission.

The purpose of this study was to determine the results of crossing black corn (Zea mays L. var. Black aztec) and sweet corn (Zea mays L. var. Saccharata). This research will be carried out in the experimental area of the screen house, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan with an altitude of ± 32 masl.

This research was conducted from October 2019 to January 2020. The experimental design used was single cross, that is, by planting all lines in a groove in the same planting environment without replication. Data analysis was performed using t-test and chi square test.

The results showed that the percentage of success in crossing sweet corn and black corn was 100%. The qualitative factor that affects the cross is the shape of the seeds resulting from the cross is rounded, while the color of the seeds from the dominant cross is yellow. The quantitative factor that affects crosses is that there is a significant difference in the results of the crosses on the weight parameters of 100 seeds and the number of row rows of seeds. However, there was no significant difference in the parameters of earless ear length, earless ear diameter, and ear weight.

Keywords: Black Corn, Sweet Corn, t-test, Chi Square Test.

ii

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sionggang pada tanggal 25 Februari 1996 dari Ayah Rahman Syarif Aruan dan Ibu Darmiyati. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Tahun 2014 penulis lulus dari SMA N 2 Kisaran dan pada tahun 2014 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Saringan Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SBMPTN, penulis memilih minat Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis ikut dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK) pada tahun 2016-2017 sebagai anggota biro penelitian dan pengembangan.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. Perkebunan Nusantara IV, Air Batu Asahan pada bulan Juli - Agustus 2017.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Uji Persilangan Jagung Hitam (Zea mays L. var. black aztec) dan Jagung Manis (Zea mays L.var. saccharata)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh data dalam penyusunan skripsi dan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Diana Sofia Hanafiah, S.P., M.P. selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Eva Sartini Bayu M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan usulan penelitian ini. Ucapan terima kasih kepada orang tua penulis yang telah memberikan semangat, motivasi dan dukungan baik moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki usulan penelitian ini.

Medan, November 2020

Penulis

iv

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung (Zea mays L. )... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Iklim ... 5

Tanah ... 6

Varietas Jagung ( Zea mays L . ) ... 6

Jagung Hitam (Zea mays L. var. black aztec) ... 7

Jagung Manis (Zea mays L. var. Saccharat) ... 8

Uji Persilangan ... 9

Pewarisan Sifat ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian... 11

Pelaksanaan Penelitian ... 12

Persiapan Media Tanam ... 12

Penanaman ... 12

Pemupukan ... 12

Pemeliharaan ... 12

Penyiraman ... 12

Penyulaman ... 12

Penyiangan dan Pembubunan ... 13

Pengendaliaan Hama Penyakit ... 13

(9)

Penyungkupan ...13

Persilangan ...13

Pemanenan ...13

Peubah Amatan ...14

Bobot Biji ...14

Bentuk Biji ...14

Warna Biji ...14

Diameter Tongkol ...14

Berat Tongkol ...14

Panjang Tongkol ...14

Jumlah Susunan Baris ...14

Persentase Keberhasilan Persilangan ...14

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 15

Pembahasan ... 15

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 23

Saran ... 23 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi

(10)

DAFTAR TABEL

No Hal

1 Persentase Keberhasilan Persilangan Jagung Manis dan

Jagung Hitam ... 16 2 Hasil Pengamatan Sifat Kualitatif Hasil Persilangan Jagung Manis

dengan Jagung Hitam terhadap Parameter Bentuk Biji... 16 3 Hasil Pengamatan Sifat Kualitatif Hasil Persilangan Jagung Manis

dengan Jagung Hitam terhadap Parameter Warna Biji ... 18 4 Hasil Uji-t Jagung Manis dengan Turunan F1 ... 19

5 Hasil Uji-t Jagung Hitam dengan Turunan F1 ... 20

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1 Warna biji hasil persilangan Jagung Hitam dan Jagung Manis ... 18 2 Tongkol hasil persilangan Jagung Hitam dan Jagung Manis ... 19

viii

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1 Deskripsi Jagung Manis Varietas Bonanza ... 28

2 Desain Percobaan di lapangan ... 29

3 Hasil uji T penelitian ... 29

4 IPGRI Warna Biji ... 31

5 IPGRI Bentuk Biji ... 32

6. Foto Penelitian ... 33

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman jagung merupakan tanaman pangan dengan luas produksi terbesar kedua setelah padi yang dibudidayakan di Indonesia. Luas pertanaman jagung Nasional pada tahun 2017 sebesar 6.046.073 hektar. Data tersebut menunjukkan bahwa komoditas jagung masih menjadi komoditas unggulan.

Selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan (food) dan pakan (feed), tanaman jagung berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif (fuel).

Besarnya permintaan dan potensi jagung akan berdampak pada berkembangnya industri hulu maupun hilir yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Komoditas jagung mempunyai pengaruh yang strategis dalam sistem ketahanan pangan maupun penggerak ekonomi Nasional (Dirjen Pangan, 2016).

Berdasarkan data BPS dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan, produktivitas rata-rata jagung manis di Indonesia dari tahun 2010-2015 tergolong rendah hanya mencapai 4,81 ton/ha (BPS, 2016). Produktivitas tersebut jauh dibawah potensi hasil jagung manis yang mampu mencapai 14-18 ton/ha.

Pengembangan varietas penting dilakukan untuk mendapatkan varietas unggul dengan keunggulan dalam produktifitas yang tinggi, stabil terhadap berbagai perubahan dan tekanan lingkungan, serta memenuhi kebutuhan petani (Subandi, 1988). Salah satu pengembangan varietas untuk mendapatkan varietas baru yaitu dengan metode persilangan antara dua atau lebih tetua pembentuknya/

parent seed yang akan menghasilkan varietas hibrida. Perakitan varietas hibrida menghendaki parent seed tanaman jantan maupun betina yang memiliki keunggulan masing-masing dengan tujuan mendapatkan benih tanaman baru

(14)

2

dengan gabungan sifat unggul dari keduanya. Pemilihan parent seed tentu perlu diketahui karakter dan sifatnya untuk memudahkan identifikasi keberhasilan perakitan varietas hibrida (Syukur et al., 2015).

Jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt L.) termasuk famili graminae sub famili panacoidae. Jagung manis termasuk tanaman monokotiledonus.

Berdasarkan tipe pembungaannya jagung manis termasuk tanaman monoecius yang memiliki bunga yang terpisah pada satu tanaman. Berdasarkan tipe penyerbukannya, jagung manis termasuk tanaman yang menyerbuk silang. Jagung manis sulit dibedakan dengan jagung biasa. Perbedaannya terletak pada warna bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan pada jagung manis berwarna putih, sedangkan jagung biasa berwarna kemerahan. Jagung manis siap dipanen ketika tanaman berumur antara 60-70 hari (Admaja, 2006).

Jagung var. Black Aztec merupakan salah satu varietas yang banyak dikembangkan di negara Amerika Latin, Peru, bahkan Thailand . Jagung ini memiliki keunikan tersendiri yaitu mempunyai biji berwarna hitam. Menurut Balai Penelitian Tanaman Serealia (2017), warna ungu kehitaman pada biji disebabkan oleh tingginya kandungan antosianin. Antosianin dapat bersifat sebagai antioksidan di dalam tubuh untuk mencegah terjadinya aterosklerosis, penyakit penyumbatan pembuluh darah. Kekurangan dari jagung ini yaitu mempunyai biji yang keras, sehingga harus dilakukan pengolahan untuk mengkonsumsinya. Jagung hitam memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di Indonesia.

Sampai saat ini penyilangan yang dilakukan antara jagung hitam ( Zea mays L.var. Black Aztec ) dan jagung manis ( Zea mays L.var. Saccharata )

(15)

3

belum banyak dilakukan. Penelitian Dewi Hayati et al., (2016) yang menyatakan bahwa secara umum jagung hibrida silang-tunggal memiliki penampilan agronomis yang baik dan produktivitas hasil yang tinggi. Hibrida-hibrida tersebut juga menunjukkan nilai heterosis yang tinggi untuk karakter hasil, mengindikasikan bahwa hibrida-hibrida tersebut memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan tetuanya.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap persilangan antara jagung hitam (Zea mays L.var. Black Aztec) dan jagung manis (Zea mays L. Saccharata.) untuk mendapatkan sifat dari tetua jagung hitam berupa umur panen singkat, ukuran tongkol besar, warna, dan kandungan antosianin yang tinggi, sementara turunan sifat dari tetua jagung manis berupa rasa manis, dan tekstur biji yang lembut

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil persilangan jagung hitam (Zea mays L. var. black aztec) dan jagung manis (Zea mays L. var. saccharata).

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan karakter dari hasil uji persilangan jagung hitam (Zea mays L. var. black aztec) dan jagung manis (Zea mays L. var. saccharata) Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung (Zea mays L. )

Menurut Steenis (2003) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung diklasifikasikan dalam kingdom : Plantae, divisio : Anthophyta, kelas : Monocotyledoneae, ordo : Poales, famili : Poaceae, genus : Zea, dan spesies : Zea mays L.

Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga type akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm dari permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah (Purwono dan Hartono, 2005).

Batang tanaman jagung berbentuk silindris, yang masih muda berwarna hijau dan rasanya manis karena banyak mengandung zat gula, beruas-ruas, dan pada bagian pangkal beruas sangat pendek dengan jumlah sekitar 8- 2 ruas. Rata - rata panjang tanaman jagung antara satu sampai tiga meter (Purwono dan Hartono, 2005).

Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis. Selain itu juga mempunyai ibu tulang daun yang terletak tepat di tengah-tengah daun dan sejajar dengan ibu daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang biasanya berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung (Purwono dan Hartono, 2005).

Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga betina ini yang biasa disebut sebagai tongkol. Bunga jagung bersifat potandry, yaitu bunga jantan umumnya

(17)

5

muncul 1-2 hari sebelum muncul rambut (style) pada bunga betina. Produksi tepung sari (pollen) dari bunga jantan diperkirakan mencapai 25.000-50.000 butir tiap tanaman. Bagian-bagian bunga jantan yaitu gluma, lodikula, palea, anther, filamen dan lemma, sedangkan bunga betina terdiri dari tangkai tongkol, tunas, kelobot, calon biji, calon janggel, penutup kelobot dan rambut (Warisno, 2007).

Tanaman jagung memiliki satu atau dua tongkol tergantung varietas.

Tongkol jagung di selimuti oleh daun kelobot dan setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji .Biji jagung di sebut juga kariopsis dan menyatu dengan kulit biji atau testa yang terdiri atas 3 bagian utama ,yaitu pericarp yang berfungsi mencegah embrio dari ODP dan kehilangan air ,endosperm sebagai cadangan makanan dan embrio sebagai miniatur tanaman yang terdiri dari plamule ,akar radikal ,scutelum dan keleoptil ( Subekti et al.,2007)

Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Iklim

Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah dengan curah hujan yang ideal sekitar 85-200 mm/bulan pada lahan yang tidak beririgasi.

Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 27-32 oC. Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji. Secara umum tanaman jagung membutuhkan 2 liter air per tanaman per hari saat kondisi panas dan berangin. Kekurangan air pada saat 3 minggu setelah keluar rambut tongkol akan menurunkan hasil hingga 30%.

(18)

6

Sementara kekurangan air selama pembungaan akan mengurangi jumlah biji yang terbentuk. Jagung memerlukan kelembaban optimum pada saat tanam atau pada saat dimana tanah harus mendekati kapasitas lapang (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991).

Tanah

Purwono dan Hartono (2005) mengatakan bahwa jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah, dan pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, latosol, dan Grumosol. Namun yang terbaik untuk pertumbuhan jagung adalah Latosol.

Keasaman tanah antara 5.6-7.5 dengan aerasi dan ketersediaan air yang cukup serta kemiringan optimum untuk tanaman jagung maksimum 8%. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Dan ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 mdpl (Prabowo, 2007).

Varietas Jagung

Penggunaan varietas unggul (baik hibrida maupun komposit) mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan produktivas jagung. Memilih varietas hendaknya melihat deskripsi varietas terutama potensi hasilnya, ketahanannya terhadap hama atau penyakit, ketahanannya terhadap kekeringan, tanah masam, umur tanaman, warna biji dan disenangi baik petani maupun pedagang (Murni dan Ratna, 2008).

Varietas hibrida adalah generasi F1, suatu persilangan sepasang atau lebih

(19)

7

tetua (galur murni), yang mempunyai karakter unggul. Dengan demikian, benih varietas ini selalu harus disediakan melalui persilangan tertua tersebut.

Penanaman benih verietas hibrida pada generasi berikutnya (generasi F2 dan selanjutnya) akan menghasilkan tanaman yang rata-ratanya tidak unggul lagi, akibat adanya segregasi tanaman F2 (Syukur et al., 2015).

Varietas komposit pada dasarnya merupakan campuran berbagai macam bahan pemuliaan yang telah diketahui potensi produksi, umur, ketahanan, atau karakter-karakter lainnya. Dalam pembentukannya, biji dari berbagai galur dan atau hibrida dicampur jadi satu dan ditanam beberapa generasi agar penyerbukan silang terjadi dengan baik. Setelah 4-5 generasi seleksi dapat dilakukan, yakni setelah terjadi banyak kombinasi-kombinasi baru (Syukur et al., 2015).

Jagung Hitam

Jagung hitam merupakan salah satu varietas yang banyak dikembangkan di Amerika Latin, Peru,Thailand. Jagung ini memiliki keunikan tersendiri yaitu mempunyai biji berwarna ungu kehitaman. Menurut Balai Penelitian Tanaman Serealia (2017), warna ungu kehitaman pada biji disebabkan oleh tingginya kandungan antosianin. Antosianin merupakan senyawa fenolik yang terdapat pada beberapa tumbuhan yang berwarna ungu. Fei Lao et al. (2017), menyebutkan bahwa senyawa fenolik jagung ungu berpotensi sebagai anti oksidan, anti peradangan, anti mutagenik, anti kanker dan anti angiogenesis. Potensi tersebut juga dapat mencegah penyakit akibat gaya hidup yang salah seperti obesitas, diabetes, hiperglikemia, hipertensi dan kardiovaskular. Kandungan antosianin pada jagung ungu sangat tinggi yaitu 290 – 1323 mg/ 100 g berat kering dan asilasi antosianin 35 – 54 % (Pu Jing, 2016).

(20)

8

Menurut Jones (2005), kandungan antosianin rata-rata jagung hitam adalah 1.640 mg/100 g berat segar. Kekurangan dari jagung ini yaitu mempunyai biji yang keras, sehingga harus dilakukan pengolahan untuk mengkonsumsinya.

Jagung hitam memiliki potensi manfaat yang besar untuk dikembangkan di Indonesia.

Jagung Manis ( Zea mays L.var. Saccharata )

Jagung manis atau sweet corn termasuk dalam family Graminae, sub famili Pnicoideae dan ordo Maydeae. Jagung manis diperoleh dari jagung biasa yang mengalami mutase resesif secara spontan, mutasi ini dapat mengendalikan konversi gula menjadi pati dalam endosperm. Karakter biji jagung manis adalah berkerut dan transparan, dengan kandungan gula yang tinggi dan kandungan pati yang rendah pada endosperm (Tracy, 1997 dalam Syukur et al., 2015).

Jagung manis hampir sama dengan jagung biasa, perbedaannya yang mencolok adalah mengandung zat gula yang lebih tinggi (5 – 6%) dibanding dengan jagung biasa sekitar (2 – 3%) dan umur panennya rata - rata 60 – 70 hari setelah tanam.. Jagung manis juga mempunyai aroma yang khas, dan kandungan gizi yang lebih baik. Jagung manis dipanen saat tongkol masih muda sehingga waktu panen lebih singkat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Pemuliaan tanaman jagung manis secara umum bertujuan untuk mendapatkan varietas-varietas yang mempunyai kuantitas dan kualitas hasil tinggi serta resistensi terhadap hama dan penyakit penting (panyakit bulai). Varietas unggul yang dikehendaki tersebut dapat diperoleh melalui evaluasi terhadap morfologi-agronomi. Metode pemuliaan untuk jagung biasa dapat digunakan pada jagung manis, hanya berbeda pada tujuan seleksi dan cara evaluasi hasilnya

(21)

9

dimana jagung manis lebih menekankan pada kualitas (Syukur et al., 2015).

Uji Persilangan

Persilangan buatan merupakan kegiatan persilangan yang terarah yang dilakukan terhadap tetua-tetua yang diinginkan. Persilangan buatan ini diharapkan dapat menghasilkan suatu populasi dengan viabilitas genetik yang luas sehingga seleksi dapat dilakukan dengan leluasa dan dapat memberikan kemajuan genetik yang besar sebagaimana yang diharapkan. Suksesnya suatu persilangan buatan pada kedelai ditentukan oleh tingkat keberhasilan persilangan dan banyaknya biji hasil persilangan varietas-varietas tetua (Alia dan Wilia, 2010).

Persilangan antar tetua yang memiliki perbedaan sifat merupakan salah satu langkah untuk perbaikan karakter suatu tanaman. Karena itu, dilakukan persilangan antara Yellow Bean dan Taichung, sehingga terjadi segregasi pada keturunan F2-nya. Akibat segregasi pada generasi F2 akan menghasilkan keragaman genetik yang luas (Barmawi et al., 2013).

Persilangan antara dua galur murni menghasilkan suatu hibrida F1 yang secara genetik seragam. Pada pembentukan generasi F2 kombinasi-kombinasi gen dipertukarkan dan berbagi dalam kombinasi-kombinasi baru pada individu- individu F2. Secara umum terlihat generasi F2 lebih beragam dari F1 (Stansfield, 1991).

Pewarisan Sifat

Gen adalah sepotong DNA yang menyandi protein mengandung semua informasi gentetika yang dimiliki. Menurut W. Johansen, gen merupakan unit terkecil dari suatu makhluk hidup yang mengandung substansi hereditas, terdapat di dalam lokus gen. Gen terdiri dari protein dan asam nukleat (DNA dan RNA),

(22)

10

berukuran antara 4 – 8 mikron. DNA merupakan bahan genetic yang dapat mewariskan sifat-sifat organisme induk. Mekanisme molekuler dari pewarisan sifat melibatkan proses replikasi (Sari, 2017).

Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Sedangkan persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. kenyataannya, seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya (Sari, 2017).

Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2 yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes). Sedangkan persilangan dihibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2 yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas (Nusantari, 2014).

(23)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di areal percobaan rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 mdpl.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 sampai Januari 2020.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung hitam dan jagung manis sebagai bahan tanam, pupuk anorganik (Urea, KCl, TSP) sebagai pupuk dasar, pacak sampel untuk memberi tanda pada tanaman sampel, papan plank berisi infomasi varietas benih.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran untuk mengukur parameter pengamatan, jangka sorong sebagai alat untuk mengukur parameter, timbagan analitik untuk menimbang tongkol dan biji, kamera sebagai alat untuk dokumetasi, cangkul untuk menggemburkan tanah dan membuat bedengan, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukut bedengan dan panjang tanaman.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah single cross, yaitu dengan menanam semua galur dalam alur di lingkungan pertanaman yang sama tanpa ulangan. Variabel pengamatan berupa bobot biji, bentuk biji, warna biji, diameter tongkol, berat tongkol, panjang tongkol, jumlah susunan baris dan persentase keberhasilan persilangan.

(24)

12

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah top soil dan pasir dengan perbandingan 2:1 dengan cara semua media tanam diaduk sesuai perbandingan lalu dimasukkan ke dalam polybag 10 kg dan selanjutnya disusun di areal percobaan (rumah kasa).

Penanaman

Penanaman dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang tanam dengan jarak antar polybag yaitu 30 cm x 30 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara penugalan (ditugal) sedalam 2 cm. Setelah itu dimasukkan 2 benih tiap lubang, penanaman dilakukan pada sore hari.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan satu hari sebelum tanamn dengan cara menugal pupuk kedalam tanah, dengan dosis sesuai rekomendasi, yaitu Urea 300 kg/ha setara dengan 1,5 g/polybag, Sp-36 100 kg/ha setara dengan 0,5 g/polybag, Kcl 100 kg/ha setara dengan 0,5 g/polybag.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore serta dan senantiasa dijaga dalam kondisi kapasitas lapang.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam.

Tanaman yang tumbuh 2 batang setelah berumur 2 minggu disisakan 1 batang

(25)

13

yang terbaik dengan cara memotong salah satu tanaman yang pertumbuhannya tidak baik.

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan ke-1 pada tanaman jagung dilakukan pada umur 3 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu dengan cara mengikis atau mencabut gulma yang tumbuh dengan menggunakan tangan dan kuret secara hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman.

Penyungkupan

Penyungkupan dilakukan setelah bunga jantan dan bunga betina muncul.

dengan menggunakan kantong plastik.

Persilangan

Persilangan dilakukan dengan mengumpulkan serbuk sari pada kantong plastik yang telah disediakan dan kemudian serbuk sari tersebut diletakkan pada bunga betina dan setelah itu bunga betina ditutup kembali dengan plastik transparan dan setelah masa reseptif bunga betina berakhir maka plastik pembungkus dibuka. Organ reproduksi betina diambil dari jagung manis, sementara organ reproduksi jantan diambil dari jagung hitam.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah biji pada tongkol mencapai kriteria panen dengan tanda-tanda rambut (silk) berwarna kehitaman dan telah mengering, kelobot berwarna kuning, biji kering dan mengkilat dan jika ditekan dengan kuku tidak meninggalkan bekas.

(26)

14

Peubah Amatan Bobot Biji

Bobot pertongkol biji dihitung setelah panen dengan menggunakan timbangan analitik.

Bentuk Biji

Bentuk biji ditentukan dengan menggunakan buku IPGRI sebagai acuan.

Warna Biji

Warna biji ditentukan dengan memperhatikan warna biji secara visual Diameter Tongkol

Diameter tongkol diukur dengan menggunakan jangka sorong digital Berat Tongkol

Berat tongkol ditimbang setelah panen menggunakan timbangan.

Panjang Tongkol

Panjang tongkol dihitung setelah panen menggunakan meteran maupun penggaris.

Jumlah susunan baris

Jumlah susunan baris dihitung secara manual setelah panen.

Persentase Keberhasilan Persilangan

Persentase keberhasilan dihitung dengan rumus

% keberhasilan = x 100 %

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem penyerbukan tanaman merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memperoleh keturunan yang bervariasi. Sistem penyerbukan tanaman bisa dibedakan menjadi penyerbukan sendiri (selfing) dan penyerbukan silang (crossing). Selfing adalah persilangan yang dilakukan terhadap tanaman itu sendiri. Artinya, tidak ada perbedaan antara genotipe kedua tanaman yang disilangkan. Crossing atau penyerbukan silang adalah persilangan antara dua individu yang berbeda karakter atau genotipnya. Tujuan melakukan persilangan adalah untuk menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru, memperluas keragaman genetik, dan menguji potensi tetua (uji turunan).

Persilangan buatan diperlukan pada tanaman jagung karena seperti yang dibuktikan Syukur, et al (2015) tujuan dari persilangan buatan adalah menggabungkan karakter baik ke dalam satu genotipe baru, memperluas keragaman genetik, memanfaatkan vigor hibrida dan menguji potensi tetua. Maka dari itu, persilangan jagung manis dengan jagung hitam diharapkan keturunannya akan dapat mewarisi sifat baik dari tetuanya sebab dalam persilangan terdapat sebuah konsep dimana masing-masing tetua yang disilangkan akan mewariskan setengah sifat kepada keturunannya (Nugroho dan Gayuh, 2014).

Berikut disajikan data persentase keberhasilan persilangan jagung manis dan jagung hitam pada Tabel 1.

(28)

16

Tabel 1. Persentase Keberhasilan Persilangan Jagung Manis dan Jagung Hitam Keberhasilan Persilangan

Jenis Jagung Persentase (%)

Berhasil Tidak Berhasil

Manis 10 0 100

Hitam 10 0 100

Total 20 0

Tabel 1 menunjukkan bahwa jagung manis dan jagung hitam memiliki persentase keberhasilan persilangan 100%. Dapat disimpulkan bahwa keseluruhan tanaman jagung manis dan jagung hitam berhasil disilangkan.

Sifat Kualitatif Bentuk Biji

Pengamatan karakteristik sifat kualitatif keturunan persilangan jagung manis dengan jagung hitam terhadap parameter bentuk biji yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Sifat Kualitatif Hasil Persilangan Jagung Manis dengan Jagung Hitam terhadap Parameter Bentuk Biji

Bentuk yang Dihasilkan Tipe Persilangan

Berkerut Bertakuk Membulat

Ket

Hitam x Manis 14 1 15 Signifikan

Ket: Chi-Square = 22,857

Sig = 0,00

Jika, Sig < 0,05 = Signifikan Sig > 0,05 = Tidak Signifikan Data diolah menggunakan aplikasi SPSS v.22

Hasil uji chi square hasil persilangan jagung manis dengan jagung hitam terhadap parameter bentuk biji pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa bentuk biji yang

(29)

17

dihasilkan dominan berbentuk berkerut. Karakteristik ini merupakan turunan sifat dari tetua betinanya yaitu jagung manis yang berbentuk berkerut. Bentuk bertakuk yang dihasilkan merupakan bentuk gabungan sifat dari kedua tetuanya. Sedangkan bentuk membulat merupakan bentuk turunan sifat dari tetua jantannya yaitu jagung hitam yaitu berbentuk membulat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, bentuk yang dihasilkan dari persilangan antara jagung manis dan jagung hitam dominan membulat mengikuti sifat tetua jantannya yaitu jagung hitam seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini:

Sifat karakteristik kualitatif biasanya dipengaruhi oleh gen-gen dari tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan kecil peranannya dalam hal ini.

Keadaan yang seperti ini sesuai dengan pendapat Anam, et al (2015) yang menyatakan bahwa perbedaan sifat kualitatif hampir sepenuhnya dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor dalam tanaman itu sendiri yaitu faktor genetiknya, sehingga dalam hal ini pengaruh faktor lingkungan kecil kemungkinannya dalam mempengaruhi sifat-sifat kualitatif suatu tanaman. Weller (1997) menambahkan bahwa pada pewarisan sifat hukum Mendel, ekspresi dari gen yang dibawa tetua jantan dan tetua betina diasumsikan baru diekspresikan pada generasi berikutnya.

(30)

18

Warna Biji

Pengamatan karakteristik sifat kualitatif keturunan persilangan jagung manis dengan jagung hitam terhadap parameter warna biji yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Sifat Kualitatif Hasil Persilangan Jagung Manis dengan Jagung Hitam terhadap Parameter Warna Biji

Warna yang Dihasilkan Tipe Persilangan

Kuning Hitam Orange

Ket

Hitam x Manis 13 7 10 Signifikan

Ket: Chi-square = 46,154

Sig = 0,00

Jika, Sig < 0,05 = Signifikan Sig > 0,05 = Tidak Signifikan Data diolah menggunakan aplikasi SPSS v.22

F1

Gambar 1. Warna biji hasil persilangan Jagung Hitam dan Jagung Manis

Hasil uji chi square hasil persilangan jagung manis dengan jagung hitam terhadap parameter warna biji pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa warna biji yang dihasilkan dominan berwarna kuning. Karakteristik ini merupakan turunan sifat dari tetua betinanya yaitu jagung manis yang berwarna kuning. Warna orange yang dihasilkan merupakan warna gabungan sifat dari kedua tetuanya. Warna ungu merupakan warna turunan sifat dari tetua jantannya yaitu jagung hitam yaitu berwarna ungu. Dapat disimpulkan bahwa warna yang dihasilkan dari persilangan

(31)

19

antara jagung manis dan jagung hitam dominan kuning mengikuti sifat tetua betinanya yaitu jagung manis. Biasanya yang menjadi induk betina cenderung lebih besar pengaruhnya pada keturunannya dari pada induk jantan, atau bisa saja keturunanya mengikuti kedua sifat tetua induknya. Sesuai Hukum Mendel pada populasi F1 (hibrida) didapatkan hasil sebesar 100% sifat mengikuti salah satu tetua. Sehingga setelah data hasil persentase, diketahui sifat yang diturunkan pada keturunan F1 serta terjadinya kesesuaian atau penyimpangan terhadap Hukum Mendel (Maulidha dkk, 2019). Hanafi, et al (2012) menyatakan sifat induk betina lebih besar memberikan sumbangan kepada keturunannya dibandingkan induk jantan, akan tetapi pada sifat keturunan (P3) tidak cenderung mengikuti sifat induk betina.

Sifat Kuantitatif

Pengamatan hasil uji-t jagung manis dengan turunan F1 yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji-t Jagung Manis dengan Turunan F1

Parameter Jagung Manis Turunan F1 Keterangan

Bobot biji (gr) 26,31 5,67 Berbeda

Jumlah Susunan Baris Biji 13,50 11,80 Signifikan Panjang Tongkol Tanpa Biji

(cm)

Diameter Tongkol Tanpa Biji (cm)

9,84 12,44

2,80 2,63

Tidak Berbeda Signifikan

Berat Tongkol (gr) 20,08 25,14

Sig. (2-tailed) :

Bobot 100 biji = 0,00 ( 0,00 < 0,05 = berbeda signifikan) Jumlah susunan baris biji = 0,035 (0,04 < 0,05 = berbeda signifikan) Panjang tongkol tanpa biji = 0,139 (0,14 > 0,05 = tidak berbeda signifikan) Diameter tongkol tanpa biji = 0,249 (0,25 > 0,05 = tidak berbeda signifikan) Berat tongkol = 0,334 (0,33 > 0,05 = tidak berbeda signifikan)

Hasil uji-t pada Tabel 4 dapat dilihat terdapat parameter bobot 100 biji dan jumlah susunan baris biji menunjukkan sifat kuantitatif terdapat perberdaan yang

(32)

20

signifikan. Pada parameter panjang tongkol tanpa biji, diameter tongkol tanpa biji, dan berat tongkol tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan adanya keragaman dalam sifat kuantitatif yang diamati.

F1

Gambar 2. Tongkol hasil persilangan Jagung Hitam dan Jagung Manis Tabel 5. Hasil Uji-t Jagung Hitam dengan Turunan F1

Parameter Jagung Hitam Turunan F1 Keterangan

Bobot biji (gr) 6,78 5,67

Jumlah Susunan Baris Biji 11 11,80

Panjang Tongkol Tanpa Biji (cm)

Diameter Tongkol Tanpa Biji (cm)

9,23 12,44

2,29 2,63

Tidak Berbeda Signifikan

Berat Tongkol (gr) 14,34 25,14

Sig. (2-tailed) :

Bobot 100 biji = 0,841 (0,84 > 0,05 = tidak berbeda signifikan) Jumlah susunan baris biji = 0,580 (0,58 > 0,05 = tidak berbeda signifikan) Panjang tongkol tanpa biji = 0,082 (0,08 > 0,05 = tidak berbeda signifikan) Diameter tongkol tanpa biji = 0,086 (0,09 > 0,05 = tidak berbeda signifikan) Berat tongkol = 0,065 (0,07 > 0,05 = tidak berbeda signifikan)

Hasil uji-t pada Tabel 5 dapat dilihat pada parameter bobot 100 biji, jumlah susunan baris biji, panjang tongkol tanpa biji, diameter tongkol tanpa biji, dan berat tongkol menunjukkan sifat kuantitatif tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan tidak adanya keragaman dalam sifat kuantitatif antara jagung hitam dan turunan F1 yang diamati.

(33)

21

Hasil uji-t jagung manis dengan turunan F1 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan bobot 100 biji jagung manis dengan turunan F1.

Perbedaan yang signifikan dapat dilihat pada rata-rata bobot 100 biji jagung manis (26,31 g) lebih besar dibandingkan dengan turunan F1 hasil persilangan dengan jagung hitam (5,67 g). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan hasil bobot 100 biji yang nyata pada turunan F1 (hasil persilangan jagung manis dengan jagung hitam) dibandingkan dengan bobot 100 biji pada jagung manis yang merupakan tetua betina. Penurunan bobot biji yang terbentuk ini dapat diakibatkan oleh tingkat kompatibilitas yang dimiliki oleh tetua jantan dan tetua betina turunan F1. Apabila tingkat kompatibilitas masing-masing tetua baik, maka akan menambah jumlah dan berat biji hasil persilangan yang terbentuk. Hal ini sesuai dengan literatur Fatimah, et al (2014) yang menyatakan bahwa hasil persilangan dengan jumlah dan berat biji yang banyak merupakan pertanda bahwa tetua persilangan tersebut memiliki tingkat kompatibilitas yang baik.

Hasil uji-t jagung manis dengan turunan F1 juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan jumlah susunan baris biji jagung manis dengan turunan F1. Perbedaan yang signifikan dapat dilihat pada rata-rata jumlah susunan baris biji jagung manis (13,50) lebih besar dibandingkan dengan turunan F1 hasil persilangan dengan jagung hitam (11,80). Hal ini menunjukkan terjadi penurunan pada jumlah susunan baris biji turunan F1 dibandingkan dengan jagung manis.

Genotip pada turunan F1 sangat mempengaruhi karakter biji yang meliputi jumlah susunan baris. Persamaan atau perbedaan genotip inilah yang akan mempengaruhi karakter biji seperti jumlah susunan baris. Namun, kondisi lingkungan juga ikut mempengaruhi pembentukan karakter biji tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur

(34)

22

Hijria, et al (2012) yang mengatakan bahwa ragam lingkungan yang lebih besar dibandingkan ragam genetik pada sifat jumlah daun dan jumlah susunan baris akan mempengaruhi nilai heritabilitas menjadi rendah sampai sedang pada sifat jumlah susunan baris.

Keberhasilan penyerbukan pada tanaman jagung dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang berakibat pada banyaknya jumlah biji dan jumlah susunan baris biji. Pada saat tassel terlalu basah atau kering maka proses penyerbukan akan terhambat. Fatimah, et al., (2014) menyatakan bahwa hasil persilangan dengan jumlah biji yang banyak merupakan pertanda bahwa ketua tetua persilangan tersebut memiliki tingkat kompatibilitas yang baik. Namun, suatu galur sebelum dijadikan tetua dalam persilangan untuk menghasilkan varietas, perlu diketahui daya gabungnya. Daya gabung merupakan suatu ukuran kemampuan suatu genotip tanaman dalam Persilangan untuk menghasilkan tanaman unggul. Hibrida terbaik dapat diperoleh dari galur-galur yang mempunyai daya gabung yang baik dengan tester, dan hasil tanaman ditentukan oleh interaksi antara genotipe dengan lingkungan (Fatimah et al, 2014).

Hasil uji-t jagung manis dengan turunan F1 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan panjang tongkol tanpa biji, diameter tongkol tanpa biji, dan berat tongkol jagung manis dengan turunan F1. Panjang tongkol tanpa biji dan berat tongkol turunan F1 terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan jagung manis. Sedangkan pada diameter tongkol tanpa biji turunan F1 terlihat lebih kecil dibandingkan dengan jagung manis. Tetua betina biasanya memiliki pengaruh lebih besar terhadap daya hasil dibandingkan dengan tetua jantan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardhani et, al (2014) yang menyatakan bahwa pembentukan

(35)

23

tongkol dan biji hanya dipengaruhi oleh tetua betina. Rendahnya daya hasil keturunan F1 selain dikarenakan pengaruh tetua jantannya, bisa juga diakibatkan karena pengaruh lingkungan tempat tumbuhnya. Hujan yang turun hamper setiap sore hari pada minggu-minggu pertengahan menjelang panen dan angina yang cukup kencang pada lokasi percobaan, banyak membuat tanaman rebah.

Perakaran yang tidak kuat dan pembumbunan yang kurang baik diduga yang menyebabkan biji membusuk, banyak tanaman yang roboh, saat tanaman yang roboh ditegakan untuk ditanam kembali tentu saja ada perakarannya yang putus.

Akar yang putus akan berdampak pada kemampuan akar menyerap hara dari tanah menjadi tidak optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianawaty (2012), dimana akar pada tumbuhan mempunyai beberapa fungsi, antara lain, menyerap air dan garam mineral, melekatkan dan menopang tubuh tanaman. Tidak optimalnya hara dari tanah tersalurkan pada tanaman akan berdampak pada hasil tanaman.

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Persentase keberhasilan persilangan jagung manis dan jagung hitam adalah 100%.

2. Faktor kualitatif yang mempengaruhi persilangan yaitu bentuk biji hasil persilangan berbentuk membulat, sedangkan warna biji hasil persilangan dominan berwarna kuning.

3. Faktor kuantitatif yang mempengaruhi persilangan yaitu terdapat perbedaan yang nyata hasil persilangan pada parameter berat 100 biji dan jumlah susunan baris biji. Namun, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada parameter panjang tongkol tanpa biji, diameter tongkol tanpa biji, dan berat tongkol.

Saran

Dari penelitian yang dilakukan disarankan untuk lebih diperhatikan lagi waktu berbunga betina dan jantan agar tingkat keberhasilan persilangan tinggi.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Admaja. 2006. Jagung. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Alia, Y., dan W. Wilia. 2010. Persilangan Empat Varietas Kedelai dalam Rangka Penyediaan Populasi Awal untuk Seleksi. J. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 13 (1): 39-42.

Anam, M.A; M, Lestari Ujianto; dan Idris. 2015. Evaluasi Karakteristik Keturunan Hasil Persilangan Antara Jagung Ketan Lokal (Zea mays ceritina Kulesh) Dengan Jagung Manis Biji Putih (Zea mays saccharata). Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

Badan Pusat Statistik. 2016. Data Produktivitas Jagung. http://www.bps.go.id.

Diakses pada tanggal 30 Juli 2016.

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2017b. Katalog SDG Jagung (Zea mays).

Balai Penelitian Tanaman Serealia, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Maros. 859 hal.

Barmawi, M., Yushardi, A. Dan Sa’diyah, N., 2013. Daya Waris dan Harapan Kemajuan Seleksi Karakter Agronomi Kedelai Generasi F2 Hasil Persilangan Antara Yellow Bean Dan Taichun. J. Agrotek Tropika 1 (1): 20-24.

Direktur Jendral Pangan. 2016. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Serealia.

Jakarta. 92 hal.

Fatimah, F; Sugiharto, A.N; dan Ainurrasjid. 2014. Efek Xenia Pada Persilangan Beberapa Genotipe Jagung (Zea mays. L) Terhadap Karakter Biji Dan Tongkol Jagung. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.

Fei Lao, Gregory T. Sigurdson, and M. Monica Giusti. 2017. Health Benefits of Purple Corn (Zea mays L.) Phenolic Compounds. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety 16: 234-246

Genetika. 2015. Genetika: Belajar Genetika dengan Mudah & Komprehensif.

Penerbit Deepublish. Gorontalo.

Hanafi, L. Ujianto, dan Idris. 2012. Evaluasi Karakteristik Keturunan Hasil Persilangan Antara Jagung Lokal Berbiji Ungu (Zea mays L.) Dengan Jagung Manis Berbiji Putih Bernas (Zea mays saccharata Sturt).

Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Hayati, P. K., Sutoyo., Teguh, B. P. 2016. Penampilan Jagung Hibrida Hasil Silang-Tunggal Dari Berbagai Kombinasi Persilangan Galur Inbrida.

Universitas Andalas, Padang. Hal 168

(38)

26

Hijria, D. Boer dan T. Wijayanto. 2012. Analisis Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Berbagai Karakter Agronomi 30 Kultivar Jagung (Zea mays L.) lokal Sulawesi Tenggara. Agr. 1 (2) : 174-183.

Jones, Kenneth. 2005. The Potential Health Benefits of Purple Corn. American Botanical Council: Academic J. Herbal Gram 65 (2): 46-49.

Maulidha, A.R; dan Sugiharto, A. N. 2019. Pengaruh Kombinasi Persilangan Jagung (Zea mays L.) terhadap Karakter Kualitatif pada Hibridanya (F1).

Martajaya M. 2009. Pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) yang dipupuk dengan pupuk organik dan anorganik pada saat yang berbeda. Crop Agro. 2(2):85-95.

Nugroho, B. Gayuh, P.B. 2014. Keragaan Tanaman Jagung Lokal Srowot Banyumas Karena Pengaruh Selfing Pada Generasi F2 Selfing.

Prosiding Seminar Hasil LPPM UMP : 20-24.

Prabowo, A. Y., 2007. Teknis Budidaya : Budidaya Jagung.

http://teknisbudidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-jagung.

[07/08/2012]

Pu Jing. 2006. Purple Corn Anthocyanins: Chemical Structure, Chemoprotective Activity and Structure/Function Relationships. The Ohio State University. Ohio. 263 p.

Purwono, M.S, R. Hartono, 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta

Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan Gizi.

Herison C, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: World Vegetables: Principles, Production, and Nutritive Values.

Sari, M.I.2007.Pengaturan ekspresi gen.Fakultas kedokteran.Universitas Sumatera Utara.Diakses pada tanggal 19 februari 2019.

Sastrahidayatdan Soemarno, 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penebar Swadaya.

Jakarta.http://repository.ipb.ac.id

Stansfield. W. D., 1991. Teori dan Soal-Soal Genetika, Edisi II, Terjemahan M, Afandi, Erlangga, Jakarta.

Subandi. 1988. Jagung: Perbaikan Varietas, Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Hal 81-100

Subekti, N.A., Syafruddin., R. Efendi dan S. Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman dan fase Pertumbuhan Jagung.Balai penelitian Tanaman serealia,Maros Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yuniati. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman:

Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

(39)

27

Syukur, M; S. Sujiprihati; dan R. Yunianti. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Wardhani, R.K; Purnamaningsih, S.L; dan Soegianto, A. 2014. Efek Xenia Pada Persilangan Beberapa Genotip Jagung (Zea mays L.). Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.

Warisno, 2007. Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.

(40)

28

LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Jagung Manis Varietas Bonanza

Asal : East West Seed Thailand

Silsilah : G-126 (F) x G-133 (M)

Golongan varietas : hibrida silang tunggal

Bentuk tanaman : tegak

Tinggi tanaman : 220 – 250 cm

Kekuatan akar pada tanaman dewasa : kuat Ketahanan terhadap kerebahan : Tahan Bentuk penampang batang : bulat

Diameter batang : 2,0 – 3,0 cm

Warna batang : hijau

Ruas pembuahan : 5 – 6 ruas

Bentuk daun : panjang agak tegak

Ukuran daun : panjang 85,0 – 95,0 cm, lebar 8,5 – 10,0 c

Tepi daun : rata

Bentuk ujung daun : lancip

Warna daun : hijau tua

Permukaan daun : berbulu

Bentuk malai (tassel) : tegak bersusun Warna malai (anther) : putih bening

Warna rambut : hijau muda

Umur mulai keluar bunga betina : 55 – 60 hari setelah tanam

Umur panen : 82 – 84 hari setelah tanam

Bentuk tongkol : silindris

Ukuran tongkol : panjang 20 ,0 – 22,0 cm, diameter 5,3 – 5,5 cm

Berat per tongkol dengan kelobot : 467 – 495 g Berat per tongkol tanpa kelobot : 300 – 325 g Jumlah tongkol per tanaman : 1 – 2 tongkol Tinggi tongkol dari permukaan tanah : 80 – 115 cm

Warna kelobot : hijau

Baris biji : rapat

Warna biji : kuning

Tekstur biji : halus

Rasa biji : manis

Kadar gula : 13 – 15o brix

Jumlah baris biji : 16 – 18 baris

Berat 1.000 biji : 175 – 200 g

Daya simpan tongkol dengan kelobot pada suhu kamar (siang 29 – 31oC,

malam 25 – 27oC) : 3 – 4 hari setelah panen Hasil tongkol dengan kelobot : 33,0 – 34,5 ton/ha

Jumlah populasi per hektar : 53.000 tanaman (2 benih per lubang) Kebutuhan benih per hektar : 9,4 – 10,6 g

Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran tinggi dengan altitude 900 – 1.200 m dpl

Peneliti : Jim Lothlop (East West Seed Thailand),

Tukiman Misidi dan Abdul Kohar (PT. East West Seed Indonesia)

(41)

29

Lampiran 2. Desain Percobaan di lapangan

Lampiran 3. Hasil Uji-t Penelitian Berat 100 biji

Independent Sample Test Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Sig. (2- tailed) Berat Biji Equal variances assumed

Equal variances not assumed

3.016 .100 4.693 4.693

18 12.801

.000 .000

(42)

30

Jumlah Susunan Baris Biji

Independent Sample Test Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2- tailed) Jumlah Susunan Equal variances assumed .007 .934 2.279 18 .035 Baris Equal variances not

assumed 2.279 17.81

5 .035

Panjang Tongkol Tanpa Biji

Independent Sample Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2- tailed) Panjang Tongkol Equal variances assumed

Tanpa Biji Equal variances not assumed

31.498 .000 -1.548

-1.548

18

11.871

.139

.148

Diameter Tongkol Tanpa Biji

Independent Sample Test Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2- tailed) Diameter Tongkol Equal variances assumed

Tanpa Biji Equal variances not assumed

1.285 .272 1.191

1.191

18

12.199

.249

.256

Gambar

Gambar 2. Tongkol hasil persilangan Jagung Hitam dan Jagung Manis  Tabel 5. Hasil Uji-t Jagung Hitam dengan Turunan F1

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir yang

Berdasarkan kegiatan yang telah penulis pelajari selama melakukan Kerja Praktik, penulis dapat melihat bahwa bidang Kerja Praktik yaitu prosedur akad ijarah pada

Dosen Universitas Negeri Yogyakarta Sekretaris LP Ma’arif NU PWNU

Dalam rangka mengadakan upaya program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak untuk mencapai tujuan nasional pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

2.3 Memiliki perilaku yang menunjukkan kesadaran atas keterbatasannya sebagai manusia dalam kaitannya dengan kemahakuasaan Allah 3.3 Menceritakan.. keterbatasannya sebagai

Kronologis penyusunan Perda di Kota Salatiga mengacu pada asas dan tata cara yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk

Bentuk pembuka karangan ini menjelaskan terlebih dahulu masalah atau kejadian yang terjadi pada bagian awal

Salah satu minuman yang mengandung protein tinggi yang dihasilkan oleh sapi adalah.... Anggota tubuh yang paling sering cedera ketika bermain sepak