• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH SUSI PUSPITA SARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI OLEH SUSI PUSPITA SARI"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN

FOOD AND BAVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2016

OLEH

SUSI PUSPITA SARI 160521100

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN

FOOD AND BAVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2016

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh current ratio, cash ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio, return on equity, dan net profit margin terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2016. Penelitian ini bersifat asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit di Bursa Efek Indonessia selama periode penelitian.

Variabel penelitian terdiri dari financial distress, current ratio, cash ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio, return on equity, dan net profit margin. populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2016. Jumlah populasi perusahaan sektor Food and Baverage adalah sebanyak 11 perusahaan. berdasarkan kriteria tertentu jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sampel adalah sebanyak 11 perusahaan. teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa secara serempak current ratio, cash ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio, return on equity, dan net profit margin berpengaruh terhadap financial distress. Secara parsial current ratio, dan net profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress, debt to assets ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap financial distress, debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress, sedangkan cash ratio dan return on equity berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap financial distress.

Kata Kunci: Financial Distress, Current Ratio, Cash Ratio, Debt to Equity

Ratio, Debt to Asset Ratio, Return on Equity, dan Net Profit

Margin

(7)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LIQUIDITY, LEVERAGE, AND PROFITABILITY TO FINANCIAL DISTRESS IN FOOD

AND BAVERAGE COMPABIES LISTED ON INDONESIA STOCK EXCHANGE

IN 2010-2016

The purpose of this research is to find influence of current ratio, cash ratio, debt to equity ratio, debt to assets ratio, return on equity and net profit margin to financial distress in food and baverage company listed on Indonesia Stock Exchange in 2010-2016. This research is associative and the kind data that used is quantitative data, which obtained from company’s financial statement which audited in Indonesia Stock Exchage. The population in this research is all companies that listed to food and baverage sector in Indonesia Stock Exchange. The research variables consisted of financial distress, current ratio, cash ratio, debt to equity ratio, debt to assets ratio, return on equity, and net profit margin. The amount of population was 11 companies. Based on certain criteria, there are 11 samples.

Technique of data analysis that used are descriptive statistical analysis and regression analysis of panel data. The result of this study indicate that simultaneously current ratio, cash ratio, debt to equity ratio, debt to assets ratio, return on equity, and net profit margin influence the financial distress at food and baverage company listed on Indonesia Stock Exchange in 2010-2016. Partially current ratio and net profit margin has a positive and significant on financial distress, debt to assets ratio have a positive and not significant, debt to equity ratio has a negative and not significant to financial distress, and then cash ratio and return on equity have negative and not significant on financial distress.

Keywords: Financial Distress, Current Ratio, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio,

Debt to Asset Ratio, Return on Equity, and Net Profit Margin

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas karunianya, berkat dan rahmat-Nya kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2016” untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk Ayahanda, Sudarman dan Ibunda, Sugiarti, S.Pd. Terima kasih telah membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan moral dan materil serta kasih sayang dan doa yang tidak ternilai mulai dari penulis belajar hingga dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Manajemen Ekstensi.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, M.Si. dan Bapak Doli M. Ja’far Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen/Program Studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi serta saran kepada peneliti

dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

4. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si, selaku Dosen Penguji I dan Ibu Beby Kendida Hasibuan, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Kakanda tersayang Fitri Purnama Sari, A.Md dan buah hatinya I Gusti Ayu Zareen Sakhi Wiranata yang selalu mendoakan dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

7. Muhammad Bima Prakarsa, A.Md yang selalu setia dan sabar mendengarkan keluh kesah, memberikan doa, dukungan, dan memotivasi peneliti dalam penulisan skripsi.

8. Sahabat-sahabat terbaik, Theresia, Rika, Siti, Titin, Natika, Dinda, Etika, Puspad, Sutan dan teman-teman seperjuangan dimasa kuliah, Sefin, Muthia, Riki, Uqbah, dan Dimas yang senantiasa menolong, mendoakan, dan selalu memberikan semangat.

Akhir kata peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2018

Peneliti,

(10)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 15

1.3 Tujuan Penelitian ... 15

1.4 Manfaat Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18

2.1. Financial Distress ... 18

2.1.1 Pengertian Financial Distress... .... . 18

2.1.2 Penyebab Financial Distress ... 18

2.1.3 Manfaat Informasi Financial Distress ... 20

2.1.4 Metode Prediksi Financial Distress ... 21

2.2. Rasio Keuangan ... 22

2.2.1 Pengertian Rasio Keuangan... ... . 22

2.2.2 Manfaat Rasio Keuangan ... 23

2.2.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 24

2.3 Likuiditas... ... 26

2.3.1 Pengertian Likuiditas... ... . 26

2.3.2 Ukuran Likuiditas ... 27

2.4 Leverage ... 28

2.4.1 Pengertian Leverage... ... . 28

2.4.2 Ukuran Leverage ... 29

2.5 Profitabilitas ... 30

2.5.1 Pengertian Profitabilitas... ... . 30

2.5.2 Ukuran Profitabilitas ... 31

2.6 Penelitian Terdahulu ... 32

2.7 Kerangka Konseptual ... 40

2.7.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Financial Distress ... 40

2.7.2 Pengaruh Cash Ratio Terhadap Financial Distress ... 40

2.7.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap

Financial Distress ... 41

(11)

2.7.4 Pengaruh Debt to Assets Ratio Terhadap

Financial Distress ... 41

2.7.5 Pengaruh Return on Equity Terhadap Financial Distress ... 42

2.7.6 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Financial Distress ... 42

2.8 Hipotesis ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Jenis Penelitian ... 45

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

3.3 Batasan Operasional ... 46

3.4 Definisi Operasional ... 46

3.5 Populasi dan Sampel ... 49

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 50

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.8 Teknik Analisis Data ... 51

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 51

3.8.2 Analisis Regresi Data Panel ... 52

3.9 Uji Asumsi Klasik ... 54

3.9.1 Uji Normalitas ... 54

3.9.2 Uji Heteroskedastisitas ... 55

3.9.3 Uji Autokorelasi ... 55

3.9.4 Uji Multikoliniearitas ... 56

3.10 Uji Hipotesis ... 56

3.10.1 Uji Signifikansi Pengaruh Serempak (Uji F) .... 57

3.10.2 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t) ... 58

3.10.3 Koefisien Determinasi (R Square) ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 61

4.2 Hasil Penelitian ... 65

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 65

4.2.2 Analisis Regresi Data Panel ... 72

4.2.3 Uji Asumsi Klasik ... 77

4.2.4 Uji Hipotesis ... 80

4.3 Pembahasan ... 84

4.3.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Financial Distress ... 84

4.3.2 Pengaruh Cash Ratio Terhadap Financial Distress ... 84

4.3.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap

Financial Distress ... 85

4.3.4 Pengaruh Debt to Assets Ratio Terhadap

(12)

vii

4.3.6 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap

Financial Distress ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

5.1. Kesimpulan ... 88

5.2. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN…………. ... 93

(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Hasil Perhitungan Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score pada Beberapa Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-

2016 ... 2

1.2 Data Net Profit, Total Liabilities, dan Interest Income pada Beberapa Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2016 ... 6

1.3 Rasio Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas dari Beberapa Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2016 ... 9

2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 35

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 49

3.2 Kriteria Populasi ... 50

3.3 Daftar Perusahaan Food and Baverage yang Menjadi Sampel Penelitian ... 50

3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Autokorelasi ... 56

4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 66

4.2 Hasil Uji Chow ... 73

4.3 Hasil Uji Hausman ... 74

4.4 Pengujian Regresi Berganda Model Data Panel... 75

4.5 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Breusch Pagan Godfrey ... 78

4.6 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson ... 79

4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ... 79

4.8 Nilai Statistik dari Uji F, Uji t, dan Koefisien Determinasi ... 80

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 43

4.1 Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera ... 77

(15)

DAFTAR GRAFIK

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Grafik Data Net Profit, Total Liabilities dan Interest Income

Perusahaan Sekar Laut Tbk ... 6 1.2 Grafik Data Net Profit, Total Liabilities dan Interest Income

Perusahaan Mayora Indah Tbk ... 7 1.3 Grafik Data Net Profit, Total Liabilities dan Interest Income

Perusahaan Wilmar Cahaya Indonesia Tbk... 8 1.4 Grafik Rasio Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Perusahaan

Sekar Laut Tbk ... 10 1.5 Grafik Rasio Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Perusahaan

Mayora Indah Tbk ... 11 1.6 Grafik Rasio Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Perusahaan

Wilmar Cahaya Indonesia Tbk ... 13 4.1 Persentase Financial Distress dengan menggunakan Metode

Altman Z-Score pada Perusahaan Food and Baverage yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2016 ... 70

(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Daftar Kriteria Perusahaan ... 93

2. Data Financial Distress, Current Ratio, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Assets Ratio, Return on Equity dan Net Profit Margin .. 94

3. Hasil Statistik deskritif ... 96

4. Grafik Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2016 ... 97

5. Common Effect Model ... 98

6. Fixed Effect Model ... 99

7. Random Effect Model ... 100

8. Hasil Uji Chow ... 101

9. Hasil Uji Hausman ... 102

10. Pengujian Regresi Berganda Model Data Panel... 102

11. Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera ... 103

12. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Breusch Pagan Godfrey ... 104

13. Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson ... 105

14. Hasil Uji Multikolinearitas ... 106

15. Nilai Statistik dari Uji F, Uji t, dan Koefsien Determinasi ... 107

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebuah perusahaan didirikan dengan tujuan memperoleh laba, yang artinya digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Dan perubahan kondisi perekonomian seringkali mempengaruhi kinerja keuangan, baik perusahaan kecil, menengah dan perusahaan besar. Jika manajemen tidak mampu mengelola perusahaan dengan baik maka bayangan penurunan kinerja keuangan bahkan bahaya kebangkrutan perusahaan akan dihadapi perusahaan.

Menurut AL-Khatib & Al-Horani (2012) financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi (Platt and Platt, 2002). Kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan.

Menurut Ramadhani dan Lukviarman (2009) kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvensi. Kebangkrutan sebagai kegagalan diartikan sebagai kegagalan keuangan (financial failure) dan kegagalan ekonomi (economic failure) yang terjadi pada perusahaan.

Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan pada sebuah perusahaan.

Menurut Ramadhani dan Lukviarman (2009) untuk mengatasi atau meminimalisir

terjadinya kebangkrutan di perusahaan, pihak manajemen harus melakukan

pengawasan terhadap kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis

(18)

2

perlu untuk dikembangkan, penting bagi perusahaan untuk memprediksi kondisi financial distress agar perusahaan waspada dan melakukan tindakan dalam rangka melindungi aset-aset perusahaan agar tidak masuk dalam perangkap kebangkrutan.

Permasalahan keuangan ini memiliki pengaruh yang besar, dimana bukan hanya pihak perusahaan yang akan mengalami kerugian tetapi juga pihak investor. Tentu saja investor tidak akan melakukan investasi pada perusahaan yang sedang mengalami financial distress.

Pada penelitian ini, financial distress dihitung dengan menggunakan teori Altman Z-Score. Dengan nilai cutoff 2,99 dan 1,81. Artinya jika nilai Z yang diperoleh lebih dari 2,99 maka perusahaan diprediksi tidak mengalami kesulitan keuangan, perusahaan yang nilai Z-nya berada diantara 1,81 dan 2,99 berarti perusahaan tersebut berada dalam kategori grey area, yaitu kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau hampir mengalami kesulitan keuangan walaupun tidak seserius masalah perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan jika perusahaan memiliki nilai Z dibawah 1,81 maka perusahaan diprediksi mengalami kesulitan keuangan.

Pada Tabel 1.1 merupakan hasil perhitungan financial distress dengan menggunakan metode Altman Z-Score pada beberapa perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2016.

Tabel 1.1

Hasil Perhitungan Financial Distress dengan menggunakan metode Altman Z-Score pada Beberapa Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar

pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2016

No Nama

Perusahaan

Tahun WC/TA RE/TA EBIT/TA MVE/BVD S/TA Financial Distress

KET

1 Sekar Laut Tbk

2013 0,09 0,02 0,01 0,00000444 1,88 2,04 Rawan 2014 0,08 0,02 001 0,00000040 2,06 2,20 Rawan

(19)

Lanjutan Tabel 1.1

2015 0,08 0,02 0,01 0,00000066 1,98 2,13 Rawan 2016 0,09 0,01 0,01 0,00000045 1,47 1,62 Rawan

2

Mayora

Indah Tbk

2013 0,39 0,35 0,13 0,00044 1,24 2,63 Rawan 2014 0,33 0,35 0,09 0,00050 1,38 2,54 Rawan 2015 0,38 0,41 0,16 0,00010 1,31 2,88 Rawan 2016 0,38 0,44 0,18 0,00029 1,42 3,08 Sehat

3

Wilmar

Cahaya Indonesia

2013 0,31 0,25 0,08 0,0000493 2,37 3,37 Sehat 2014 0,26 0,18 0,08 0,0000038 2,49 3,29 Sehat 2015 0,29 0,26 0,11 0,0000001 2,35 3,44 Sehat 2016 0,28 0,31 0,17 0,0001094 2,89 3,54 Sehat

Sumber: www.idx.co.id (Data Diolah)

Pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 kondisi keuangan perusahaan Sekar Laut Tbk dengan metode Altman Z-score dinilai rawan atau grey area, Tahun 2013, 2014, 2015 Mayora Indah Tbk dengan metode Altman Z-score dinilai rawan atau grey area dan tahun 2016 dinilai sehat atau tidak mengalami financial distress dan Wilmar Cahaya Indonesia Tbk pada tahun 2013, 2014, 2105 dan 2016 dengan menggunakan metode Altman Z-score dinilai sehat atau tidak mengalami financial distress.

Analisis rasio keuangan merupakan indikator yang digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress. Rasio keuangan yang digunakan sebagai acuan memprediksi financial distress dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, leverage dan profitabilitas.

Pada penelitian ini, likuiditas diproksikan dengan current ratio dan cash ratio.

Menurut Kasmir (2013:134) current ratio merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang

segera jatuh tempo saat ditagih secara keseluruhan. Semakin besar perbandingan

(20)

4

kondisi financial distress. Menurut Kasmir (2013:138) cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. semakin tinggi cash ratio maka akan semakin baik karena kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendek akan semakin baik sehingga perusahaan dapat terhindar dari kondisi financial distress.

Pada penelitian ini, leverage diproksikan dengan debt to equity ratio dan debt to asset ratio. Menurut Kasmir (2013:157) debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas sehingga semakin besar rasio ini semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Dengan demikian, kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya akan semakin rendah dan risiko perusahaan mengalami financial distress akan semakin besar karena risiko keuangan tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami financial distress. Menurut Fahmi (2013;127) debt to asset ratio merupakan rasio yang melihat perbandingan hutang perusahaan, yaitu digunakan untuk mengukur jumlah aset perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin besar jumlah hutang maka semakin besar potensi perusahaan mengalami financial distress dan kebangkrutan.

Pada penelitian ini, profitabilitas diproksikan dengan return on equity dan

net profit margin. Menurut Hanafi (2012:84) return on equity merupakan rasio

untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi

pemegang saham. Semakin besar return on equity, maka semakin besar pula

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga perusahaan akan

terhindar dari financial distress . Menurut Wijanarto (2016) semakin tinggi rasio

(21)

ini, semakin baik karena tidak akan terjadi masalah keuangan dan terhindar dari financial distress. Menurut Hanafi (2016:81) net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dicapai dari sejumlah penjualan tertentu. Semakin besar rasio ini maka dianggap semakin baik karena semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi maka perusahaan akan terhindar dari masalah keuangan yang tidak akan berakibat pada financial distress.

Perusahaan food and baverage merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman. Di Indonesia, perusahaan makanan dan minuman sangat berkembang dengan pesat, hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan food and baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya, sampai pada saat ini terdapat 18 perusahaan yang terdaftar dalam sektor tersebut.

Namun ada juga beberapa perusahaan food and baverage yang delisting dari papan pencatatan Bursa Efek Indonesia karena berbagai alasan, salah satunya adalah perusahaan Davomas Abadi Tbk karena penurunan kinerja keuangan dan moment gagal bayar obligasi. Sehingga penting bagi perusahaan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaannya agar perusahaan tersebut dapat mengambil langkah agar tidak terjadi penurunan kinerja keuangan yang berakibat pada kebangkrutan dan delisting dari papan pencatatan Bursa Efek Indonesia.

Pada Tabel 1.2 dapat dilihat data net profit, total liabilities dan interest

expense pada beberapa perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa

(22)

6

0 50.000.000.000 100.000.000.000 150.000.000.000 200.000.000.000 250.000.000.000 300.000.000.000 350.000.000.000 400.000.000.000

2013 2014 2015 2016

Net Profit Total Liabilities Interest Expense

Tabel 1.2

Data Net Profit, Total Liabilities dan Interest Expense pada Beberapa Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia Tahun 2013-2016

Nama Perusahaan

Tahun Net Profit Total Liabilities Interest Expense

Sekar Laut Tbk 2013 11.440.014.188 162.339.135.063 256.841.148.674 2014 16.480.714.984 178.206.785.017 358.432.961.457 2015 20.066.791.849 225.066.080.248 378.651.540.837 2016 20.646.121.074 272.088.644.079 356.714.077.463

Mayora Indah Tbk

2013 1.013.558.238.779 5.816.323.334.823 256.841.148.674 2014 409.824.768.59 6.190.553.036.545 358.432.961.457 2015 1.250.233.128.560 6.146.255.759.034 378.651.540.837 2016 1.388.676.127.665 6.657.165.672.077 356.714.077.463 Wilmar Cahaya

Indonesia Tbk

2013 65.068.958.558 541.352.365.829 11.693.768.315 2014 41.001.414.954 746.598.865.219 40.843.574.289 2015 106.549.446.980 845.932.695.663 34.959.573.378 2016 249.697.013.626 538.044.038.690 38.637.097.859

Sumber: www.idx.com (Data Diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 1.2, maka dapat dilihat Grafik 1.1, 1.2, dan 1.3 berikut ini:

Sumber: www.idx.com, 2018 (Data Diolah)

Grafik 1.1

Data Net Profit, Total Liabilities, dan Interest Expense

Perusahaan Sekar Laut, Tbk. Tahun 2010-2016

(23)

0 1.000.000.000.000 2.000.000.000.000 3.000.000.000.000 4.000.000.000.000 5.000.000.000.000 6.000.000.000.000 7.000.000.000.000

2013 2014 2015 2016

Net Profit Total Liabilities Interest Expense

Dari Grafik 1.1 menunjukkan bahwa net profit dan total liabilities pada perusahaan Sekar Laut Tbk mengalami kenaikan dari tahun 2013-2016. Sedangkan interest expense meningkat dari tahun 2013-2015 dan menurun di tahun 2016.

Total liabilities yang dimiliki perusahaan tersebut terlalu besar sehingga menyebabkan interest expense yang besar pula. Jika penggunaan hutang terlalu besar akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extream leverage (hutang ekstrim), yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat hutang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban hutang tersebut.

Sehingga akan muncul persoalan baru yaitu perusahaan mengalami insolvency atau total hutang perusahaan lebih besar daripada total aset yang dimiliki perusahaan.

Sumber: www.idx.com, 2018 (Data Diolah)

Grafik 1.2

Data Net Profit, Total Liabilities, dan Interest Expense Perusahaan Mayora Indah, Tbk. Tahun 2010-2016

Dari Grafik 1.2 menunjukkan bahwa net profit pada perusahaan mengalami

fluktuasi, hal ini tidak baik bagi perusahaan, karena seharusnya net profit yang

meningkat pada perusahaan dapat digunakan untuk melakukan reinvestasi, sehingga

(24)

8

perusahaan. Total liabilities perusahaan meningkat dari tahun 2013-2016.

Peningkatan pada total liabilities ini menyebabkan perusahaan memiliki keterikatan kewajiban untuk membayar kembali pokok pinjaman dan bunga kredit sehingga meningkatkan interest expense dari tahun 2013-2015 dan menurun di tahun 2016.

Sumber: www.idx.com, 2018 (Data Diolah)

Grafik 1.3

Data Net Profit, Total Liabilities, dan Interest Expense Perusahaan Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk. Tahun 2010-2016 Pada Grafik 1.3 menunjukkan bahwa net profit pada perusahaan Wilmar Cahaya Indonesia Tbk mengalami penurunan pada tahun 2014 dan meningkan dari tahun 2015-2016. Total liabilities meningkat pada tahun 2014-2015 dan menurun pada tahun 2016. Sedangkan interest expense mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2016. Total liabilities yang besar menyebabkan interest expense yang besar pula, sehingga memperkecil net profit pada perusahaan. Namun perusahaan Wilmar Cahaya Indonesia Tbk ini mulai mengurangi hutang pada tahun 2016 sehingga menurunkan interest expense dan meningkatkan net profit di tahun 2016.

0 100.000.000.000 200.000.000.000 300.000.000.000 400.000.000.000 500.000.000.000 600.000.000.000 700.000.000.000 800.000.000.000 900.000.000.000

2013 2014 2015 2016

Net Profit Total Liabilities Interest Expense

(25)

Pada Tabel 1.3 berikut ini dapat dilihat data rasio likuiditas, leverage, dan profitabilitas dari beberapa perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2016.

Tabel 1.3

Rasio Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas dari Beberapa Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2010-2016

Perusahaan Tahun

Rasio Likuiditas Rasio Leverage Rasio Profitabilitas Current

Ratio

Cash Ratio

Debt to Equity Ratio

Debt to Asset Ratio

Return on Equity

Net Profit Margin

Sekar Laut

Tbk

2013 1,23 0,07 1,16 0,54 0,08 0,02

2014 1,18 0,05 1,16 0,54 0,11 0,02

2015 1,19 0,05 1,48 0,60 0,13 0,03

2016 1,32 0,08 0,92 0,48 0,07 0,02

Mayora Indah Tbk

2013 2,40 0,70 1,49 0,60 0,26 0,08

2014 2,09 0,23 1,51 0,60 0,10 0,03

2015 2,37 0,53 1,18 0,54 0,24 0,08

2016 2,25 0,40 1,06 0,52 0,22 0,08

Wilmar Cahaya Indonesia

Tbk

2013 1,63 0,06 1,02 0,51 0,12 0,03

2014 1,47 0,04 1,39 0,58 0,08 0,01

2015 1,53 0,01 1,32 0,57 0,17 0,03

2016 2,19 0,04 0,61 0,38 0,28 0,06

Sumber: www.idx.com, 2018 (Data Diolah)

Untuk mempermudah dalam membaca Tabel 1.3 maka disajikan

dalam bentuk Grafik 1.4, 1.5, dan 1.6. Pada Grafik 1.4 menunjukkan bahwa current

ratio pada perusahaan Sekar Laut Tbk mengalami penurunan dari tahun 2013-2015

yang kemudian meningkat pada tahun 2016 sedangkan cash ratio mengalami

fluktuasi dari tahun 2013 sampai tahun 2016. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang

mengharapkan current ratio dan cash ratio yang tinggi, hal ini diharapkan agar

perusahaaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik.

(26)

10

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

2013 2014 2015 2016

Current Ratio Debt to Equity Ratio Debt to Asset Ratio Return on Equity Net Profit Margin

tidak sejalan dengan teori yang mengharapkan debt to equity ratio dan debt to asset ratio yang rendah. Nilai ini merupakan tanda bahaya bagi perusahaan karena apabila terus dibiarkan tanpa ada penanganan maka perusahaan akan sulit mencari tambahan dana dalam jumlah yang cukup besar melalui pinjaman dan perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress.

Untuk return on equity terus meningkat dari tahun 2013-2015 dan menurun di tahun 2016. Sedangkan net profit margin meningkat di tahun 2015 dan menurun ditahun 2016. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengharapkan return on equity dan net profit margin yang terus meningkat setiap tahunnya.

Menurunnya return on equity dan net profit margin bisa disebabkan oleh penggunaan hutang yang tinggi. Dan hutang yang tinggi pada perusahaan menyebabkan perusahaan harus membayar beban bunga sehingga dapat menurunkan laba bagi perusahaan

Sumber: www.idx.com (Data Diolah)

Grafik 1.4

Rasio Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas

Perusahaan Sekar Laut, Tbk.

(27)

Sumber: www.idx.com (Data Diolah)

Grafik 1.5

Rasio Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas Perusahaan Mayora Indah, Tbk.

Pada Grafik 1.5 menunjukkan bahwa current ratio mengalami fluktuasi dari tahun 2013 sampai dengan 2016. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengharapkan current ratio yang tinggi agar dapat mendanai kewajiban jangka pendeknya dengan baik. Cash ratio mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2016.

Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengharapkan cash ratio yang tinggi, artinya dengan mempunyai uang tunai yang cukup maka perusahaan akan mampu melunasi hutang jangka pendeknya dengan baik.

Untuk debt to equity ratio mengalami fluktuasi dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengharapkan debt to equity ratio yang rendah. Dan untuk debt to assets ratio mengalami

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

2013 2014 2015 2016

Current Ratio Debt to Equity Ratio Debt to Asset Ratio Return on Equity Net Profit Margin

(28)

12

teori yang mengharapkan debt to assets ratio yang rendah. Artinya, perusahaan tidak menggunakan banyak hutang dalam mengelola asetnya.

Sedangkan return on equity dan net profit margin mengalami fluktuasi dari tahun 2013 sampai dengan 2016. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengharapkan return on equity dan net profit margin yang tinggi karena semakin tinnggi pengukuran rasio berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga terhindar dari financial distress.

Pada Grafik 1.6 menunjukkan bahwa current ratio dan cash ratio pada perusahaan Wilmar Cahaya Indonesia Tbk mengalami fluktuasi pada tahun 2013 sampai tahun 2016. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengharapkan current ratio dan cash ratio yang tinggi, dengan semakin tinggi hasil pengukuran rasio maka akan semakin baik kemampuan perusahaaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Untuk debt to equity ratio dan debt to assets ratio juga mengalami fluktuasi pada tahun 2013 sampai dengan 2016. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengharapkan debt to equity ratio dan debt to assets ratio yang rendah.

Nilai ini merupakan tanda bahaya bagi perusahaan karena apabila terus dibiarkan tanpa ada penanganan maka perusahaan akan sulit mencari tambahan dana dalam jumlah yang cukup besar melalui pinjaman dan perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress.

Untuk return on equity mengalami penurunan di tahun 2014 dan terus

meningkat pada tahun 2015 dan 2016. Hal ini sejalan dengan teori yang

mengharapkan return on equity yang tinggi. Sedangkan net profit margin

(29)

berfluktuasi pada tahun 2013-2016. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengharapkan net profit margin yang tinggi, artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan penjualan belum cukup baik karena tidak terus meningkat setiap tahunnya.

Sumber: www.idx.com (Data Diolah)

Grafik 1.6

Rasio Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas Perusahaan Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk.

Pada penelitian terdahulu faktor-faktor yang mempengaruhi financial distress antara lain, faktor pertama yaitu current ratio, menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Almilia (2003) current ratio berpengaruh negatif terhadap financial distress, berbeda dengan hasil penelitian dari Wijanarto (2016) bahwa current ratio berpengaruh positif signifikan terhadap financial distress.

Faktor yang kedua yaitu, cash ratio menurut Widarjo dan Setiawan (2009) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap financial distress, berbeda

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

2013 2014 2015 2016

Current Ratio Debt to Equity Ratio Debt to Asset Ratio Return on Equity Net Profit Margin

(30)

14

Faktor yang ketiga yaitu, debt to equity ratio menurut Widati (2003) berpengaruh positif signifikan terhadap financial distress, berbeda dengan hasil penelitian dari Ginting (2017) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress.

Faktor yang keempat, debt to asset ratio menurut hasil penelitian Haq, et, al., (2013) yang didukung oleh Ahmad (2011) berpengaruh positif signifikan terhadap financial distress, hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Sujana (2017) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap financial distress.

Faktor yang kelima, return on equity menurut Haq, et. al., (2013) yang didukung oleh Widati (2003) menyatakan bahwa return on equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress, berbeda dengan hasil penelitian dari Murni (2018) yang didukung oleh Wijanarto (2016) menyatakan bahwa return on equity berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap financial distress.

Faktor yang keenam, net profit margin menurut Ginting (2018) yang didukung oleh Christananda, et. al., (2017) dan Wijanarto (2016) berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress, berbeda dengan hasil penelitian dari Liana dan Sutrisno (2014) net profit margin tidak berpengaruh terhadap financial distress.

Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian terdahulu yang terdapat hasil yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan penelitian kembali dengan judul

“Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Financial

(31)

Distress pada Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2016”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah current ratio, debt to equity ratio, debt to assets ratio, return on equity dan net profit margin secara serempak berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah current ratio berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah cash ratio berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

5. Apakah debt to asset ratio berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

6. Apakah return on equity berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

7. Apakah net profit margin berpengaruh terhadap financial distress pada

perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

(32)

16

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis dan menjelaskan pengaruh current ratio terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Menganalisis dan menjelaskan pengaruh cash ratio terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Menganalisis dan menjelaskan pengaruh debt to equity ratio terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Menganalisis dan menjelaskan pengaruh debt to asset ratio terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh return on equity terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

6. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh net profit margin terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

7. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh current ratio, debt to equity

ratio, debt to asset ratio, return on equity dan net profit margin secara

serempak terhadap financial distress pada perusahaan Food and Baverage

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(33)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi calon investor

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan ketika melakukan investasi pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, guna melihat apakah perusahaan tersebut berada pada kondisi financial distress atau tidak.

2. Bagi perusahaan

Bagi perusahaan, khususnya bagi manajemen perusahaan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mempertahankan dan mengembangkan kinerjanya yang meningkat serta memperbaiki kinerjanya apabila perusahaan tersebut berada dalam kondisi financial distress.

3. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori mengenai financial distress dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya mengenai financial distress serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi atau

bahan wacana untuk penelitian selanjutnya yang sejenis dan berkaitan.

(34)

18 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Financial Distress

2.1.1 Pengertian Financial Distress

Pengertian financial distress menurut Altman dalam Rodoni dan Ali (2010:172) adalah ketidakmampuan membayar hutang (insolvency), kondisi dari aset atau milik dan kewajiban seseorang yang dahulunya tersedia menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang.

Menurut Hapsari (2012) financial distress adalah masalah likuiditas yang sangat parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau struktur perusahaan. Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau kritis. Financial distress terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa financial distress atau kesulitan keuangan adalah situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar (seperti hutang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa melakukan tindakan perbaikan.

2.1.2 Penyebab Financial Distress

Financial distress bisa terjadi pada semua perusahaan. Penyebab

terjadinya financial distress juga bermacam-macam. Menurut Rodoni dan Ali

(2010:177) menyatakan penyebab financial distress adalah:

(35)

1. Faktor Keuangan Perusahaan

a. Faktor Ketidakcukupan Modal dan Kekurangan Modal

Ketidakseimbangan aliran penerimaan uang yang bersumber pada penjualan atau penagihan piutang dengan pengeluaran untuk membiayai operasi perusahaan tidak mampu menarik dana untuk memenuhi kekurangan dana tersebut, maka perusahaan akan berada pada kondisi tidak stabil.

b. Besarnya Beban Hutang dan Bunga

Apabila perusahaan menarik dana dari luar misalnya kredit dari bank untuk menutupi kekurangan dana akan menambah persoalan baru yaitu adanya keterikatan kewajiban untuk membayar kembali pokok pinjaman dan bunga kredit.

c. Menderita Kerugian

Pendapatan yang diperoleh perusahaan harus mampu menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan dan menghasilkan laba bersih. Besarnya laba bersih sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan reinvestasi, sehingga akan menambah kekayaan bersih perusahaan dan meningkatkan return on equity untuk menjamin kepentingan pemegang saham.

2. Faktor Ekonomi Makro

a. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)

IHSG diperkenalkan pertama kali tanggal 1 April 1983 sebagai indikator

pergerakan harga saham biasa maupun saham preferen. Indeks pasar ini

merupakan alat ukur kinerja sekuritas khususnya saham yang listing di

(36)

20

bursa yang digunakan oleh bursa-bursa di dunia. IHSG digunakan untuk mengukur kerja saham.

b. Inflasi

Inflasi memiliki suatu pengertian suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain inflasi merupakan proses suatu peristiwa dan bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi, dianggap inflasi jika terjadi proses kenaikan harga yang terus menerus dan saling mempengaruhi.

c. Nilai Tukar

Globalisasi mendorong investasi lintas negara disamping untuk tujuan diversifikasi, oleh karena itu risiko mata uang merupakan faktor ketidakpastian yang dihadapi investor atau apabila melakukan investasi di pasar modal. Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar mempunyai hubungan positif dan signifikan dalam mempengaruhi return saham. Dan return saham mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan.

2.1.3 Manfaat Informasi Kondisi Financial Distress

Plat dan Plat (2002) menyatakan kegunaaan informasi financial distress yang tejadi pada perusahaan adalah:

a. Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan;

b. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau take over agar

perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan

dengan baik; dan

(37)

c. Memberikan tanda peringatan dini adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.

2.1.4 Metode Prediksi Financial Distress

Setelah dipelopori Beaver tahun1966, kemudian Edward Altman juga melakukan penelitian tentang financial distress. Altman melakukan apa yang Beaver (1966) sarankan di akhir tulisannya, yaitu melakukan analisis multivariat. Model yang dikemukakan Altman dikemudian hari menjadi model yang paling populer untuk melakukan prediksi financial distress model tersebut dikenal dengan nama Z-score.

Penelitian Altman pada awalnya mengumpulkan 22 rasio perusahaan yang mungkin bisa berguna untuk memprediksi financial distress. Dari 22 rasio tersebut, dilakukan pengujian-pengujian untuk memilih rasio-rasio mana yang akan digunakan dalam membuat model. Pengujian dilakukan dengan melihat signifikan statistik dan rasio, korelasi antar rasio, kemampuan prediksi rasio dan juga judgement dari peneliti sendiri.

Hasil pengujian rasio memilih lima rasio yang dianggap terbaik untuk dijadikan variabel dalam model. Rasio-rasio yang terpilih tersebut adalah:

1. Working Capital/Total Assets 2. Retained Earnings/Total Assets 3. EBIT/Total Assets

4. Market Value of Equity/Book Value of Debt

(38)

22

Menurut Prihadi (2012:336) kelima rasio tersebut dimasukkan ke dalam analisis multiple discriminant analysis (MDA) dan menghasilkan model sebagai berikut:

Z = 1,2WC/TA + 1.4 RE/TA + 3.3 EBIT/TA + 0.6 MVE/BVD + 1.0 S/TA Altman menggunakan nilai cutoff 2,99 dan 1,81. Artinya jika nilai Z yang diperoleh lebih dari 2,99, perusahaan diprediksi tidak mengalami financial distress di masa depan. Perusahaan yang niai Z-nya berada diantara 1,81 dan 2,99 berarti perusahaan tersebut berada dalam grey area, yaitu kemungkinan perusahaan mengalami masalah kesulitan keuangannya atau hampir mengalami kesulitan keuangan walaupun tidak seserius masalah perusahaan yang mengalami financial distress. Lalu, perusahaan yang memiliki nilai Z-nya dibawah 1,81 diprediksi akan mengalami financial distress.

2.2 Rasio Keuangan

2.2.1 Pengertian Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling populer untuk

mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Pada

dasarnya untuk menghitung rasio keuangan suatu perusahaan diperlukan angka-

angka yang ada dalam laporan posisi keuangan saja, dalam laporan laba rugi saja,

atau kombinasi antara keduanya. Disebut rasio karena yang dilakukan pada

dasarnya adalah membandingkan (membagi) antara satu item tertentu dalam

laporan keuangan dengan item lainnya (Syahyunan, 2015:103).

(39)

Selain manajer keuangan atau pimpinan perusahaan, sebenarnya ada banyak pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan dan analisisnya. Pihak pemerintah berkepentingan dengan pembayaran pajak dari perusahaan sedangkan pihak investor (pemegang saham) berkepentingan untuk melihat pada sisi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan (Syahyunan, 2015:103).

2.2.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Adapun manfaat yang dapat diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan menurut Fahmi (2013:109) yaitu:

a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.

c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.

d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor karena dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.

e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak

organisasi stakeholder.

(40)

24

2.2.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Fahmi (2013:121), terdapat beberapa rasio keuangan yaitu:

1. Rasio Likuiditas

Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Rasio likuiditas terdiri dari:

a. Current Ratio

b. Quick Ratio atau Acid Test Ratio c. Net Working Capital Ratio d. Cash Ratio

2. Rasio Leverage

Rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang.

Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (hutang ekstrim), yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat hutang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa hutang yang layak diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar hutang. Rasio leverage secara umum ada 8 (delapan), yaitu:

a. Total Debt to Equity Ratio b. Total Debt to Assets Ratio c. Time interest Earned d. Cash Flow Coverage

e. Long-term Debt to Total Capitalization

(41)

f. Fixed Charge Coverage g. Cash Flow Adequancy 3. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suau perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara maksimal dengan maksus memperoleh hasil yang maksimal. Rasio aktivitas secara umum terdiri dari:

a. Inventory Turnover b. Day Sales Outstanding c. Fixed Assets Turnover d. Total Assets Turnover 4. Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuangan perusahaan. Secara umum rasio profitabilitas terdiri dari:

a. Gross Profit Margin

b. Net Profit Margin

c. Return On Total Assets

d. Return On Total Equity

(42)

26

5. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum. Rasio pertumbuhan ini umumnya dilihat dari berbagai segi yaitu dari segi sales (penjualan), Earning After Tax (EAT), laba per lembar saham. Dividen per lembar saham, dan harga pasar per lembar saham.

6. Rasio Nilai Pasar

Rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini mampu memberi pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakan dan dampaknya pada masa yang akan datang. Rasio ini terdiri dari:

a. Earning Per Share

b. Price Earning Ratio atau Rasio Harga Laba c. Book Value per Share

d. Price Book Value e. Dividend Yield

f. Dividend Payout Ratio

2.3 Likuiditas

2.3.1 Pengertian Likuiditas

Menurut Sutrisno (2012:14), likuiditas adalah indikator kemampuan

perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban keuangannya

pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva yang tersedia. Likuiditas

(43)

perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar atau aktiva yang mudah dijadikan uang tunai, seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan.

Apabila perusahaan mampu mendanai dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan semakin kecil.

2.3.2 Ukuran Likuiditas

Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah current ratio dan cash ratio. Current ratio menurut Kasmir (2013:134) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.

Menurut Kasmir (2013:135) apabila current ratio rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar hutang.

Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo.

Rumus yang digunakan untuk mengukur current ratio menurut Brigham dan Houston (2012:112) adalah:

Current Ratio = Current Asset Current Liabilities

Cash ratio menurut Kasmir (2013:138) merupakan rasio untuk mengukur

seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Ketersediaan uang

(44)

28

seperti rekening gito atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang janka pendeknya.

Menurut Kasmir (2013:140) kondisi cash ratio yang tinggi akan semakin baik bagi perusahaan karena kemampuan perusahaan dalam membayar hutang- hutang jangka pendeknya akan semakin baik.

Rumus yang digunakan untuk mengukur cash ratio menurut Kasmir (2013:139) adalah:

Cash Ratio = Cash or Cash Equivalent Current Liabilities

2.4 Leverage

2.4.1 Pengertian Leverage

Menurut Kasmir (2013:113), rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.

Menurut Hanafi (2009:79) rasio leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.

Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya.

Apabila suatu perusahaan pembiayaannya lebih banyak menggunakan hutang, hal ini berisiko akan terjadi kesulitan pembayaran dimasa yang akan datang akibat hutang lebih besar dari aset yang dimiliki. Jika keadaan ini tidak dapat diatasi dengan baik, potensi terjadinya financial distress pun semakin besar.

Kebangkrutan biasanya diawali dengan terjadinya moment gagal bayar, hal ini

(45)

disebabkan semakin besar jumlah hutang, sehingga semakin tinggi probabilitas financial distress.

2.4.2 Ukuran Leverage

Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur leverage adalah debt to equity ratio dan debt to assets ratio. Menurut Kasmir (2013:157) debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik usaha.

Menurut Kasmir (2013:158) bagi kreditor semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio ini akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko perusahaan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung debt to equity ratio menurut Brigham dan Houston (2012:141) adalah:

Debt to Equity Ratio = Total Liabilities Total Equity

Debt to assets ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah

aset perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin rendah rasio ini,

(46)

30

besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Yang dimaksud dengan hutang adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt to assets ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik.

Menurut Kasmir (2013:156) dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi hutang-hutangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan hutang. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata industri yang sejenis.

Rumus yang digunakan untuk menghitung debt to assets ratio menurut Brigham dan Houston (2012:143) adalah:

Debt to Asset Ratio = Total Liabilties Total Asset

2.5 Profitabilitas

2.5.1 Pengertian Profitabilitas

Menurut Fahmi (2013:135) profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.

Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara

keseluruhan dan ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh

dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik profitabilitas

maka semakin baik pula tingkat kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan.

(47)

2.5.2 Ukuran Profitabilitas

Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah return on equity dan net profit margin. Menurut Hanafi (2012:84) return on equity ini adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham tertentu. Return on equity yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi jika perusahaan tersebut telah memilih untuk menerapkan tingkat hutang yang tinggi berdasarkan standar industri, return on equity yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan yang berlebihan.

Menurut Kasmir (2013:204) rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.

Rumus dari return on equity menurut Brigham dan Houston (2012:149) adalah sebagai berikut:

Return on Equity = Net Profit Total Equity

Net profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Rasio ini bisa diinterprestasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi, 2016:81).

Menurut Brigham dan Houston (2013:146) pengembalian atas penjualan

(48)

32

menghasilkan laba juga semakin baik, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Rumus yang digunakan untuk menghitung net profit margin menurut Brigham dan Houston (2012:146) adalah:

Net Profit Margin = Net Profit Net Sales

2.6 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu tentang financial distress antara lain:

1. Penelitian Murni (2018) dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014” menunjukkan bahwa CR, DER, ROE berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap fianancial distress. DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress dan NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress.

2. Penelitian Putra dan Agung, (2017) dengan judul “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan bahwa current ratio, debt to equity ratio dan return on equity berpengaruh negatif dan tdak signifikan terhadap financial distress, debt to assets ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap financial distress, dan net profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress.

3. Penelitian oleh Ginting (2017) dengan judul “Pengaruh Current Ratio dan Debt

to Equity Ratio (DER) Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Property &

(49)

Real Estate di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh terhadap financial distress dan debt to equity ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress.

4. Penelitian oleh Christinanda et al, (2017) dengan judul “Analisis Current Ratio dan Net Profit Margin untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan” menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh positif terhadap financial distress dan net profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress.

5. Penelitian oleh Wijanarto (2016) dengan judul “Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Di Sektor Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI” menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh positif signifikan terhadap financial distress, debt to equity ratio dan return on equity ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap financial distress, dan net profit margin berpengaruh positif signifikan terhadap financial distress.

6. Penelitian oleh Liana dan Sutrisno (2007) dengan judul “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur” menunjukkan bahwa current ratio, net profit margin, debt to asset ratio dan growth tidak berpengaruh terhadap financial distress.

7. Penelitian oleh Haq et. al., (2013) dengan judul “Analisis Rasio Keuangan

Dalam Memprediksi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” menunjukkan bahwa current ratio dan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga menunjukkan bahwa frekuensi pelepasan vorteks Von Karman y-ang terjadi pada penelitian ini untuk berbagai posisi blade (S/D) masih. hampir

Data primer tersebut diperoleh peneliti dengan menggunakan instrumen kuesioner tentang tingkat pengetahuan ibu nifas dan motivasi pemberian ASI yang diisi oleh ibu

serta tidak membebani anak. Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti kemampuan hafalan anak-anak usia 16-18 tahun jurusan ilmu-ilmu keagamaan dan

Penelitian ini akan menghasilkan blueprint arsitektur bisnis dan blueprint arsitektur aplikasi yang digunakan sebagai usulan untuk perancangan dan pengembangan arsitektur

Sumedang Tahun Ajaran 2015/2016. Pemerolehan data didapat dari pedoman wawancara, format observasi kinerja guru dan format penilaian aktivitas siswa. Pengolahan data

Namun begitu, melalui pemerhatian kami, walaupun murid-murid Tahap 3 ini mempunyai keupayaan membaca dengan sebutan yang baik, lebih kurang 35% daripada mereka masih kurang

Dari segi keakuratan, metode autoregresi memiliki mean absolute error dan mean squared error yang lebih rendah dibandingkan dengan mean absolute error dan mean squared

virus Dengue-3 sebagai kontrol positif, sedangkan Beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan metode kontrol negatif adalah sediaan sel C6/36 yang tidak baru