KONFLIK SOSIAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN BUDAYA
DISAMPAIKAN DALAM RANGKA PENATARAN APARAT PEMDA PAPUA PADA TGL 8 AGUSTUS 2015 DI DENPASAR.
A. Latar Belakang
Adanya konflik social berdimensi horizontal dan vertical
Terjadi dalam tiap periode perjalanan bangsa : di awal kemerdekaan,pergantian Orde lama ke Orde baru,Orde baru ke Orde reformasi,dan Orde reformasi yang semakin intens.
Sumber atau factor penyebab kadang kadang bersifat sepele
Kenyataan empiris,konflik terjadi di kalangan komunitas yang menjadi harapan masa depan bangsa yakni pelajar mahasiswa,bahkan diantara aparat yang harus menjadi contoh dalam keamanan dan ketertiban.
Dampak/akibat konflik social moril,materiil,fasum,kohesi social,bahkan keselamatan jiwa manusia,hak-hak asasi manusia,yang mengganggu stabilitas nasional dan terhmbatnya pembangunan.
Oleh karena itu dibutuhkan upaya-upaya komprehensif penanganan konflik dalam bentuk Pencegahan konflik,Penghentian konflik,dan Pemulihan Pasca konflik melalui REKONSILIASI,REHABILITASI,DAN REKONSTRUKSI.
Upaya –upaya komprehensif dilakukan pendekatan perundang-undangan maupun pendekatan kebudayaan/Kearifan local.
Pembuatan Peraturan Daerah (Perda) dalam penanggulangan konflik social menjadi penting dilakukan.
B.Dasar Hukum
Undang Undang RI NO.7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL. C.Pengertian Konflik Sosial.
Pengertian Konflik Sosial : perseteruan dan/atau benturan pisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebihyang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi social sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional.
Penanganan konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terncana dalam situasi dan peristiwa baik sebelum,pada saat,maupun sesudah terjadi konflik yng mencakup PENCEGAHAN KONFLIK,PENGHENTIAN KONFLIK,DAN PEMULIHAN KONFLIK.
Pencegahan Konflik : serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya konflikdengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan sistem
Pemulihan pasca konflik: serangkaian kegiatan untuk mengembalikan keadaan dan memperbaiki hubungnn yang tidak harmonis dalam masyarakat akibat konflik melalui kegiatan REKONSILIASI,REHABILITASI,DAN REKONSTRUKSI.
D. ASAS ASAS PENANGANAN KONFLIK: a),kemanusiaan
b)hak asasi manusia, c)kebangsaan, d) KEKEKLURGAAN, e)kebhineka tunggal ikaan, f)keadilan,g)kesetaraan gender, h) ketertiban dan kepastian hokum, i)keberlanjutan,
j)KEARIFAN LOKAL,>LOCAL KNOWLEDGE,LOCAL WISDOM. - KEARIFAN LOKAL FUNGSIONAL SOAIAL
- KEARIFAN LOKAL FUNGSIONAL EKOLOGIS
- KEARIFAN LOKAL FUNGSIONAL SUMBER DAYA MANUSIA. k) tanggung jawab negara,
i) PARTISIPATIF, m) tidak memihak,dan n) tidak membeda-bedakan. E. Kebudayaan :
a. Sistem Nilai (Value System) b. Sistem social (Social System). c) Sistem Artifak (Artifac System). F. SUMBER KONFLIK (Pasal 5) :
a.Permasalahan berkaitang dengan politik,ekonomi,social budaya.
b.perseteruan antar umat beragana dan/atau interumat beragama,antar suku,dan antar etnis; c.sengketa batas wilayah desa,kabupaten/kota,dan/atau provinsi;
d.sengketa sumber daya alam antar masyarakat dan/atau ntar masyarakat dengan pelaku usaha; atau
e.distribusi sumber daya alam yang tidak seimbang dalam masyarakat G. Dasar Hukum Pembentukan Produk Hukum Daerah :
* Permendagri Nomor 1 Tahun 2014,sebagai pengganti Permendagri No.53 Tahun 2011. H. Pruduk Hukum Daerah bersifat :
b. Penetapan : Keputusan Kepala Daerah,Keputusan DPRD,Keputusan Pimpinan DPRD,Keputusan Badan Kehormatan DPRD.
I. Tehnik Penyusunan Naskah Akademik. Bab I Pendahuluan
Bab II Kajin teoritis dan praktik Empiris
Bab III Evaluasi dan Analisis Peraturan perundang-undangan terkait Bab IV Landasan Filosofis,Sosiologis dan Yuridis.
Bab V Jangkauan,Arah pengaturan,dan Materi Muatan Peraturan daerah. Bab VI Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran Rancangan Peraturan Daerah
Denpasar,8 Agustus 2015 Prof Dr I Ketut Mertha,SH,M.Hum.