• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR

MIFTAHUL FALAH

A34203053

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

MIFTAHUL FALAH A34203053

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(3)

RINGKASAN

MIFTAHUL FALAH. Kajian Lanskap Ruang Terbuka di RT 01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor (dibawah bimbingan WAHJU QAMARA MUGNISJAH).

Bogor atau yang lebih dikenal dengan julukan Kota Hujan ditinggali oleh ribuan warga dari berbagai latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya berbeda. Salah satu tempat di Bogor yang memiliki keragaman latar belakang cukup mencolok adalah RT 01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur dengan luas 65.064 m². Sebagian penduduknya merupakan penghuni kompleks perumahan dosen IPB yang pada masing- masing rumahnya terdapat pekarangan, sedangkan sebagian penghuni lainnya merupakan warga Kampung Ciheuleut dengan rumah yang mayoritas saling menempel satu sama lain dan tidak berpekarangan.

Tujuan dari studi ini untuk mempelajari kondisi permukiman dan membuat rancangan lanskap ruang terbuka di RT 01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.

Melalui studi ini akan didapat hasil perencanaan/perancangan lanskap ruang terbuka RT 01/08 berupa site plan, gambar rancangan (detail, tampak, perspektif, dan potongan rancangan rancangan ruang terbuka), dan jenis tanaman yang cocok tumbuh di kawasan itu, sebagai masukan bagi pembangunan kawasan ini ke depannya.

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksanakan Proyek Lanskap (Rachman, 1984) yang terdiri dari tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, perencanaan/perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Studi hanya dibatasi sampai dengan tahap perancangan lanskap sehingga tahap-tahap pelaksanaan metode studi dapat diuraikan menjadi inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, dan perencanaan/perancangan.

Hasil inventarisasi diperoleh dari pengamatan lapang, wawancara, kuisioner, dan studi pustaka. Hasil inventarisasi ini selanjutnya dianalisis dan disintesis untuk mengetahui potensi dan kendala pada tapak.

(4)

Konsep utama dari tapak ini adalah kawasan percontohan estetik lanskap yang warganya memiliki kesatuan sikap dan konsisten dalam menunjang visi Kelurahan Baranangsiang, “Kelurahan Bersih Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera”, dan juga visi pembangunan Kota Bogor, yaitu “Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan Amanah”.

Secara khusus konsep perencanaan dan perancangan tapak ini akan dibagi menjadi enam, yaitu ruang penerimaan, ruang pelayanan, ruang vegetasi, ruang permukiman pasif, ruang rekreasi pasif, dan node.

Perancangan lanskap ruang terbuka di RT 01/08 dibagi menjadi perancangan lanskap Jln. Kecubung, perancangan lanskap Jln. Pakuan Indah, perancangan untuk lahan kosong pribadi, perancangan node, perancangan pekarangan depan rumah berbentuk persegi, perancangan taman untuk rumah tanpa pekarangan, dan perancangan pekarangan depan rumah berbentuk “L”.

(5)

Judul : Kajian Lanskap Ruang Terbuka di RT 01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor

Nama Mahasiswa : Miftahul Falah NRP : A34203053

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr.

NIP: 130 422 691

Menyetujui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP: 131 124 019

Tanggal lulus:

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 25 Januari 1986 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ir. Mochammad Waladi dan Dra.

Siti Hidayati.

Pendidikan dasar diselesaikan di SD Negeri Depok Jaya I pada tahun 1997.

Pendidikan menengah pertama diselesaikan di SLTP Negeri 2 Depok pada tahun 2000, kemudian meneruskan ke SMU Negeri 3 Depok dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program Sarjana (S1) Fakultas Pertanian, Jurusan Budi Daya Pertanian, Program Studi Arsitektur Lanskap (pada tahun 2007 telah resmi menjadi Departemen Arsitektur Lanskap).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kepanitiaan dan organisasi, di antaranya, sebagai anggota Departeme n Pengembangan Sumber Daya Manusia, Dewan Keluarga Masjid Al- Hurriyyah IPB, pada tahun akademik 2003/2004; sebagai Kepala Biro Pers dan Jurnalistik, Departemen Teknologi Informasi, Badan Eksekutif Mahasiswa Faperta IPB dan staf Divisi Pers dan Media, Forum Komunikasi Rohis Jurusan, Faperta IPB, pada tahun akademik 2004/2005; sebagai staf Departemen Informasi dan Komunikasi, Badan Eksekutif Mahasiswa Faperta IPB, dan staf Departemen Ar-Raudhoh, Forum Komunikasi Rohis Departemen, Faperta IPB, pada tahun akademik 2005/2006; sebagai Menteri Departemen Komunikasi dan Informasi, Badan Eksekutif Mahasiswa, Keluarga Mahasiswa IPB, pada tahun akademik 2006/2007.

Selama menjadi mahasiswa, penulis berhasil meraih beberapa prestasi di luar akademik, yaitu Juara II Lomba Disain Kaos FAIR III FKRJ-A IPB, Pemberi Opini Terbaik tentang Pertanian pada Seminar Revitalisasi Pertanian oleh BEM-A IPB 2006, The Man of The Month on October 2006 of BEM-A IPB, Juara I Lomba Desain Kartu Lebaran 1427H DKM Al- Hurriyyah IPB, dan sebagai Penerima Beasiswa PPE yang dikeluarkan oleh Dikti pada tahun akademik 2006/2007 karena keaktifannya di bidang organisasi. Selain itu, penulis juga pernah beberapa kali mengisi acara kelembagaan mahasiswa, seperti sebagai pembicara pada materi "Pengenalan BEM" dalam acara MPF FEMA IPB 2006, sebagai pembicara

(7)

pada materi "Komitmen" dalam acara Rapat General Pengurus BEM-A IPB 2006/2007, sebagai moderator pada materi "Komunikasi Efektif' dalam acara Raker dan Pelantikan Pengurus BEM KM IPB 2006/2007, dan sebagai Trainer Outbound Up Grading BEM-A IPB 2007/2008 .

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., Dzat Yang Memberi Inspirasi, karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Lanskap Ruang Terbuka di RT 01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor” sebagai syarat kelulusan Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan, dan perhatian yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr. sebagai dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan dan arahannya;

2. Dr. Ir. Andi Gunawan, MSc. dan Dr. Ir. Tati Budiarti, MS. sebagai dosen penguji yang memberikan saran dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini;

3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS. sebagai dosen pembimbing akademik atas segala bimbingan dan arahannya;

4. Ayah, Ibu, dan Adik Lia atas dukungan, semangat, dan do’anya;

5. Uwam Supandi sebagai Ketua RT 01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor;

6. Keluarga Besar Arsitektur Lanskap 40 atas dukungan dan do’anya;

7. Keluarga Besar FKRD-A IPB atas dukungan dan do’anya;

8. Keluarga Besar BEM Faperta IPB atas dukungan dan do’anya;

9. Keluarga Besar BEM KM IPB atas dukungan dan do’anya;

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat berguna sebagai masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Wassalam

Bogor, Maret 2008

Miftahul Falah

(9)

DAFTAR ISI ………..……….…….. i

DAFTAR TABEL ………..……….. iV DAFTAR GAMBAR ………..………. V DAFTAR LAMPIRAN……… vii

I. PENDAHULUAN ………..………. 1

1.1. Latar Belakang ……….………. 1

1.2. Rumusan Masalah ………..……….. 3

1.3. Tujuan Penelitian ……….………. 4

1.4. Kegunaan Penelitian ………….……… 4

1.5. Kerangka Pemikiran ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA …..………... 7

2.1. Perencanaan …..………... 7

2.2. Perancangan …..………... 7

2.3. Ruang Terbuka ………. 9

2.3.1. Pekarangan ……….. 10

2.3.2. Jalan……….. 10

2.4. Lanskap Permukiman ……….. 10

2.5. Lanskap Jalan ……….. 12

III. METODOLOGI ………...……….. 17

3.1. Tempat dan Waktu ……….. 17

3.2. Bahan dan Alat ………. 17

3.3. Metode Perencanaan/Perancangan ………... 18

3.3.1. Inventarisasi ………. 19

3.3.2. Analisis ………. 20

3.3.3. Sintesis ………. 20

3.3.4. Konsep ………. 20

3.3.5. Perencanaan/Perancangan ……... 21

3.4. Batasan Studi ………...………. 21

IV. INVENTARISASI………... 22

4.1. Aspek Sejarah……… 22

4.2. Aspek Biofisik……… 22

(10)

4.2.1. Lokasi Tapak………. 22

4.2.2. Topografi……….... 23

4.2.3. Sistem Drainase dan Pengelolaan Sampah……….... 23

4.2.4. Tanah………. 24

4.2.5. Iklim……….….. 24

4.2.6. Hidrologi……….... 26

4.2.7. Vegetasi dan Satwa……….... 26

4.3. Aspek Kependudukan……… 27

4.4. Aspek Ekonomi………. 28

4.5. Aspek Sosial……….. 28

4.6. Aspek Budaya……… 29

4.7. Aspek Pendidikan……….. 29

4.8. Aspek Keamanan……… 29

4.9. Aspek Sirkulasi……….. 29

4.10. Aspek Fasilitas……….. 31

V. ANALISIS DAN SINTESIS ………..…….... 33

5.1. Aspek Biofisik……… 33

5.1.1. Topografi…..………. 33

5.1.2. Sistem Drainase dan Pengelolaan Sampah……… 34

5.1.3. Tanah…..……….. 34

5.1.4. Vegetasi dan Satwa...……….. 35

5.1.5. Aksesibilitas dan Sirkulasi……… 36

5.2. Aspek Pekarangan…..………... 37

5.3. Aspek Penghijauan...………. 38

5.4. Aspek Kebijakan Pengembangan Tata ruang Provinsi Jawa Barat...……….. 38

VI. KONSEP ………...………... 42

6.1. Konsep Dasar……….... 42

6.2. Konsep Khusus………... 42

6.2.1. Ruang Penerimaan………. 42

6.2.2. Ruang Pelayanan……… 43

6.2.3. Ruang Vegetasi………... 43

(11)

6.2.4. Ruang Permukiman Pasif……….. 44

6.2.5. Ruang Rekreasi Pasif………. 44

6.2.6. Node……….. 44

6.3. Konsep Sirkulasi……… 45

6.3.1. Sirkulasi Kendaraan………... 45

6.3.2. Sirkulasi Pejalan Kaki………... 45

6.4. Konsep Utilitas……….. 45

6.5. Konsep Fasilitas……….... 45

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN……….. 46

7.1. Perencanaan Alokasi Ruang……….. 46

7.2. Perancangan Lanskap Ruang Terbuka di RT 01/08……….. 46

7.2.1. Tema……….. 47

7.2.2. Gradasi………... 47

7.2.3. Kontras……….. 47

7.2.4. Kontrol……….. 47

7.3. Perancangan Lanskap Ruang Terbuka……….. 48

7.3.1. Perancangan Lanskap Jalan Kecubung………. 48

7.3.2. Perancangan Lanskap Jalan Pakuan Indah... 48

7.3.3. Perancangan untuk Lahan Kosong Pribadi... 49

7.3.4. Perancangan Node... 49

7.3.5. Perancangan Pekarangan Depan Rumah Berbentuk Persegi... 49

7.3.6. Perancangan Taman untuk Rumah tanpa Pekarangan... 50

7.3.7. Perancangan Pekarangan Depan Rumah Berbentuk “L”... 51

7.4. Perancangan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu... 51

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN……… 52

8.1. Kesimpulan……… 52

8.2. Saran……….. 52

DAFTAR PUSTAKA ……….. 54

(12)

DAFTAR TABEL

1. Periode Pengambilan Sampah………...……… 34 2. Tempat Pembuangan Sampah Warga RT 01/08... 34 3. Komposisi Ruang... 46

(13)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran Perancangan Lanskap Ruang Terbuka di RT 01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota

Bogor... 6

2. Pola-Pola Jalan Menurut De Chiara dan Koppelman (1990)... 13

3. Lokasi Penelitian... 17

4. Foto Udara Lokasi Penelitian (Tanpa Skala)... 18

5. Sketsa Peta Dasar Lokasi Penelitian (Tanpa Skala)... 19

6. Selokan di Jln. Kecubung …….………... 23

7. Selokan di Depan Rumah Warga………...………. 23

8. Tempat Sampah tanpa Tutup di Depan Rumah Warga... 24

9. Tempat Sampah dengan Tutup di Depan Rumah Warga... 24

10. Grafik Suhu dan Kelembaban Nisbi Bulanan Rata-Rata Kota Bogor Tahun 2007... 25

11. Grafik Penguapan dan Kecepatan Angin Bulanan Rata-Rata Kota Bogor Tahun 2007... 25

12. Grafik Curah Hujan dan Penyinaran Matahari Bulanan Rata-Rata Kota Bogor Tahun 2007... 26

13. Vegetasi di Tepi Kiri Pintu Masuk Jln. Kecubung………. 27

14. Vegetasi di Tepi Kanan Bagian Dalam Jln. Kecubung………... 27

15. Kandang Burung dan Kandang Ayam di Tapak... 27

16. Angsa sebagai Salah Satu Satwa yang Dapat Dijumpai di Tapak... 27

17. Pintu Masuk Jln. Kecubung... 30

18. Jalan Setapak Kampung Ciheuleut di RT 01/08………. 30

19. Lahan Kosong Dekat Rumah Ketua RT 01/08... 30

20. Lahan Kosong Dekat Perbatasan RT 02/08... 30

21. Salah Satu Bentuk Inisiatif Warga Memaksimalkan Lahan untuk Penghijauan………. 31

22. Tempat Pembuangan Sampah... 31

(14)

23. Jln. Pakuan Indah... 31

24. Lanskap Sisi Kanan Jln. Pakuan Indah... 31

25. Pos Satpam RT 01/08………... 32

26. Sekolah TK... 32

27. Rental Video Game... 32

28. Menara Telekomunikasi... 32

29. Tempat Pengumpul Barang Bekas... 32

30. Rekomendasi Rancangan Pekarangan Depan Rumah Berbentuk Persegi... 50

31. Rekomendasi Rancangan Taman untuk Rumah Tanpa Pekarangan... 50

32. Rekomendasi Rancangan Pekarangan Depan Rumah Berbentuk ”L”.... 51

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner untuk Ketua RT 01/08... 57

2. Kuisioner untuk Warga RT 01/08... 68

3. Struktur Kepengurusan RT 01/08 Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Periode 2006/2011... 76 4. Peta Lokasi Sampling... 77

5. Peta Dasar………... 78

6. Peta Inventarisasi... 79

7. Hasil Rekapitulasi Kuisioner Warga RT 01/08……... 80

8. Peta Tanah Semi Detil Tapak... 88

9. Peta Analisis dan Sintesis... 89

10. Jenis Tanaman yang sesuai Lokasi Tapak... 90

11. Peta Blok Plan... 93

12. Detil Penanaman... 94

13. Detil Konstruksi... 95

14. Kondisi Awal Tapak... 96

15. Site Plan Keseluruhan... 97

16. Gambar Perspektif Rancangan Lanskap Ruang Terbuka di RT 01/08.. 98

17. Kondisi Awal Tapak Jalan Kecubung... 99

18. Site Plan Jalan Kecubung... 100

19. Kondisi Awal Tapak Jalan Pakuan Indah... 101

20. Site Plan Jalan Pakuan Indah... 102

21. Gambar Potongan dan Tampak Depan... 103

22. Kondisi Awal Tapak Lahan Kosong Pribadi……….. 104

23. Rancangan untuk Lahan Kosong Pribadi... 105

24. Kondisi Awal Tapak Lahan untuk Node... 106

25. Rancangan untuk Node... 107

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk sebanyak ±234 juta jiwa dan 53% dari total penduduknya mendiami pulau Jawa.

Pulau ini merupakan pulau ketigabelas terbesar di dunia ini. Luas pulau ini 138.793,6 km² dengan penduduk sekitar 124 juta jiwa (kepadatan 979 jiwa per km²). Dengan jumlah penduduk yang demikian, Pulau Jawa merupakan pulau dengan penduduk terbanyak di dunia dan juga salah satu pulau terpadat di dunia (Wikipedia Indonesia, 2007). Selain karena kaya akan hasil bumi, di pulau Jawa juga terdapat banyak kota besar yang salah satunya, Jakarta, menjadi ibukota negara. Kota-kota besar seringkali menjadi sasaran para pengadu nasib yang ingin mencoba peruntungannya. Daerah di sekeliling kota seakan turut menjadi tempat penampungan bagi para pendatang akibat populasi penduduk di kota besar yang cukup padat.

Peningkatan jumlah penduduk ternyata tidak lepas dari peningkatan kebutuhan akan tempat tinggal. Menurut Laurie (1986), rumah menjadi perumahan apabila dipikirkan dalam kelipatannya baik sebagai sekumpulan kesatuan yang terpisah di atas petak-petak lahan individual maupun sebagai kompleks rumah gandeng, kondominium, atau apartemen. Fungsi rumah bagi manusia selain sebagai tempat tinggal, juga digunakan sebagai tempat berlindung dan membentuk keluarga.

Kota Jakarta, sebagai Ibu Kota Negara Indonesia, merupakan kota yang memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah masalah permukiman.

Padatnya jumlah penduduk diiringi banyaknya permasalahan menyebabkan banyaknya penduduk yang lebih memilih untuk menjadi telecommuter.

Telecommuter adalah penduduk yang bertempat tinggal dalam radius tidak terlalu dekat dari tempat kerja, untuk mendapatkan lingkungan rumah tinggal yang lebih baik. Menurut Koestoer (1995), penduduk kota cenderung mencari tempat bermukim alternatif untuk menghindari ketidaknyamanan hidup di kota. Bogor merupakan salah satu daerah tujuan para telecommuter karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta.

(17)

Bogor atau yang lebih dikenal dengan julukan Kota Hujan ditinggali oleh ribuan warga dari berbagai latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda. Salah satu tempat di Bogor dengan perbedaan tingkat pendidikan dan ekonomi yang cukup mencolok adalah di RT 01/08 Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur. Sebagian penduduknya merupakan penghuni kompleks perumahan dosen IPB yang pada masing- masing rumahnya terdapat pekarangan, sedangkan sebagian penghuni lainnya merupakan warga Kampung Ciheuleut dengan rumah yang saling menempel satu sama lain dan mayoritas tidak berpekarangan.

Penghuni perumahan dosen IPB merupakan kaum terpelajar sehingga cukup memperhatikan estetika karena kebutuhan manusia tidak lepas dari hal itu.

Melliawati (2003) menyatakan bahwa kualitas estetika lanskap yang tinggi cenderung didominasi oleh elemen vegetasi, air, dan langit sehingga pekarangan mereka banyak yang dimanfaatkan sebagai taman.

Booth (1983) menyatakan bahwa beberapa fungsi estetika elemen tanaman adalah sebagai pelengkap, penyatu, penegas, penanda, dan pembingkai. Tanaman sebagai pelengkap artinya tanaman dapat menyempurnakan dan memperkuat desain. Sebagai penyatu, secara visual tanaman dapat menyatukan komponen- komponen yang berbeda pada lingkungan. Tanaman sebagai penanda dapat membuat kesan ruang lebih jelas. Tanaman sebagai penegas berfungsi untuk menonjolkan titik tertentu yang terdapat pada lingkungan eksterior. Tanaman sebagai pembingkai dapat mengontrol pandangan secara visual.

Penghuni di luar kompleks memiliki taraf pendidikan yang berbeda dan sebagian besar dari mereka pendidikannya tidak sampai taraf perguruan tinggi.

Selain itu, ketiadaan pekarangan di rumah mereka dan kesederhanaan kehidupan yang dijalani membuat sebagian dari mereka cenderung tidak acuh terhadap estetika.

Selain penghuni dalam kompleks dan luar kompleks, terdapat satu hal lagi yang menonjol dari tapak ini, yaitu adanya permukiman kuldesak. Adapula penghuni kompleks yang letak tempat tinggalnya terpisah dari kompleks sehingga tidak terlihat bahwa itu merupakan bagian dari kompleks perumahan yang dimaksud.

(18)

Secara sepintas memang terlihat jelas perbedaan yang mencolok, bahkan cenderung, seperti umumnya terjadi, tidak terlihat bahwa tapak ini diwadahi oleh satu kesatuan RT. Akan tetapi, hal ini dapat disiasati dengan membentuk satu kesatuan yang dapat menyatukan tapak ini, salah satunya dengan mengembangkan ide yang bersumber dari kepedulian terhadap lingkungan.

Kepedulian terhadap lingkungan hidup dapat dimulai dari lingkungan yang kecil seperti sebuah RT yang menjadi tempat tinggal kita sendir i (Mugnisjah, 2007). Pilihan pada lingkup RT ini dapat dipahami karena di dalamnya mungkin berinteraksi para anggotanya, yang berlatar belakang ekonomi, pendidikan, atau budaya tradisi yang bebas. Selain itu, di RT ini lanskap permukimannya pun memperlihatkan gejala perubahan yang mengarah pada pemanfaatan ruang terbuka.

Sebagai kawasan permukiman, RT 01/08 merupakan tapak yang strategis karena dekat dengan berbagai fasilitas umum seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, keagamaan, dan jalan lintas cepat (tol). Selain itu, di RT ini terdapat satu jalan yang unik, yakni Jalan Kecubung. Hal ini karena lokasinya yang terpisah dari Perumahan Dosen IPB “LAMPIRI”, tetapi masih satu kompleks dengannya. Jalan Kecubung pun termasuk ke dalam salah satu nama jalan yang dimuat pada program software peta yang bernama Jakarta Map & Street Guide, sementara tidak semua nama jalan dapat masuk ke program itu. Keragaman latar belakang penghuni baik dari segi pendidikan, ekonomi, maupun budaya pun menjadikan RT ini menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, dianggap penting penelitian ini mengambil tempat di RT 01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.

1.2. Rumusan Masalah

Pada umumnya, manusia senang dengan suasana yang asri, sejuk, aman, nyaman, dan memiliki vista (visualisasi yang indah). RT 01/08 memiliki potensi untuk itu jika berbagai macam hal yang diperkirakan menjadi permasalahan dapat diatasi.

Berdasarkan penjelasan pada subbab latar belakang, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(19)

1) bagaimana perancangannya agar Jalan Kecubung dan Jalan Pakuan Indah dapat tercirikan sebagai bagian dari Kompleks Perumaha n Dosen IPB

“LAMPIRI”;

2) bagaimana perancangannya agar rumah yang tanpa pekarangan tetap dapat terlihat elegan;

3) bagaimana perancangannya agar Jalan Kecubung sebagai sebuah kuldesak dapat memiliki visualisasi yang indah;

4) bagaimana perancangannya agar RT 01/08 dapat terlihat menarik dan jika mungkin menjadi kawasan percontohan;

5) bagaimana perancangannya agar dapat mengefektifkan fungsi tanaman di kawasan RT 01/08.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1) mempelajari kondisi permukiman RT 01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor;

2) membuat rancangan lanskap ruang terbuka di RT 01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.

1.4. Kegunaan Penelitian

Bagi warga RT 01/08, melalui penelitian ini akan didapat hasil perencanaan/perancangan lanskap ruang terbuka RT mereka berupa site plan, gambar rancangan (detil, tampak, perspektif, dan potongan dari rancangan ruang terbuka), dan jenis tanaman yang cocok tumbuh di kawasan itu, sebagai masukan bagi pembangunan kawasan ini ke depannya.

1.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini merupakan penjabaran atau penerjemahan pendekatan dan metode yang digunakan, yaitu pola pemikiran yang dituangkan ke dalam bentuk rincian kegiatan dan urutan langkah- langkah riil yang harus dilakukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan. Untuk memberikan gambaran

(20)

mengenai rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan, mulai dari pekerjaan persiapan sampai dengan perumusan permasalahan dan perancangan, dijelaskan sebagai berikut.

1. Persiapan

Pada kegiatan ini dilakukan interpretasi terhadap wilayah studi dan lingkup kegiatan yang tertera pada bab sebelumnya. Selain itu, juga dilakukan pemantapan terhadap metodologi penyelesaian pekerjaan berdasarkan studi literatur/pustaka dan laporan pekerjaan sejenis yang telah disusun sebelumnya, termasuk terhadap lingkup kegiatan untuk menyamakan persepsi dan memperjelas arah penyusunan. Selanjutnya mengevaluasi jadwal dan rencana kerja, yaitu dengan menguraikannya ke dalam bentuk kegiatan yang lebih rinci, lengkap, dan jelas sebagai pedoman pelaksanaan.

2. Survei Lapangan dan Pengumpulan Data Primer dan Sekunder

Hasil dari kegiatan sebelumnya, di antaranya, adalah berupa persiapan survei lapangan dan pengumpulan data sekunder. Dalam hal ini ingin diperoleh data primer dan sekunder yang terkait dengan kegiatan penyusunan rancangan ruang terbuka serta aspek sosial-ekonomi berupa persepsi dan keinginan masyarakat, pengguna, dan pihak-pihak yang bersangkutan.

3. Analisis dan Sintesis

Hasil utama yang diperoleh dari pengumpulan data primer, sekunder, dan wawancara/diskusi adalah teridentifikasinya masalah dalam pelaksanaan perancangan lanskap ruang terbuka ini. Masalah yang diperoleh kemudian dicari pemecahannya.

4. Perencanaan/Perancangan

Konsep dikembangkan dengan perencanaan/perancangan seksama berupa penanaman vegetasi dan kelengkapan jalan yang tergambar dalam site plan, gambar tampak, gambar potongan, gambar perspektif, gambar detil, dan rencana tertulis.

5. Menyusun Laporan Akhir

Penyusunan laporan ini perlu dilakukan agar perancangan lanskap ruang terbuka di RT 01/08 ini lebih terarah sesuai dengan kebijakan yang ada.

(21)

Kerangka pemikiran ini bila dijabarkan ke dalam bentuk bagan alur yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Persiapan

Pengumpulan Data Primer Inventarisasi

Pengumpulan Data Sekunder

§ Kondisi Bio Fisik, sosek

§ Sejarah tapak

Diskusi/Asistensi/

Wawancara

Analisis Data Primer, Data Sekunder dan Wawancara

Sintesis Konsep

Perencanaan/ Perancangan

Penyusunan Laporan Akhir Gambar 1. Kerangka Pemikiran Perancangan Lanskap Ruang Terbuka RT

01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor

§ Interpretasi

§ Studi literatur

§ Metodologi

§ Rencana kerja

§ Diskusi/Asisten si

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut. Perencanaan yang gemilang adalah menilai setiap obyek dengan pengamatan yang berinspirasi serta memecahkan masalah dengan konsep yang tegas. Pada akhirnya, sasaran dari perencanaan adalah menciptakan lingkungan hidup dan cara hidup yang lebih baik bagi manusia (Simonds, 1983).

Proses perencanaan sendiri menurut Rachman (1984) haruslah melalui proses pemahaman dan pengaturan ruang, sirkulasi, sarana dan prasarana, nilai- nilai keindahan, serta perlindungan terhadap air, tanah, dan keadaan di atasnya (tanah, bangunan, topografi, pemandangan, dan lain- lain yang bersifat positif).

Rachman (1984) menyatakan bahwa terdapat empat aspek utama yang harus diamati dalam perencanaan, yaitu aspek sosial, ekonomi, fisik, dan teknik.

Aspek sosial berkaitan dengan keinginan manusia, maksud, tujuan, dan kebiasaannya. Aspek ekonomi berkaitan dengan biaya pembangunan dan pengelolaannya. Aspek fisik berkaitan dengan geologi, tanah, hidrologi, topografi, iklim, vegetasi, dan satwa. Aspek teknik berkaitan dengan teknologi dalam proses pelaksanaan pembangunan lanskap.

Melalui pendekatan terhadap kualitas lahan, Laurie (1986) menekankan pentingnya menganggap lahan dalam sebuah perencanaan sebagai sebuah sumber daya. Di dalamnya harus diperhitungkan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan- kebutuhan yang akan ditampung oleh lahan tersebut.

2.2. Pe rancangan

Perancangan merupakan suatu perluasan dari perencanaan yang berkenaan dengan seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan, dan kombinasinya sebagai pemecah masalah dalam perencanaan. Di samping dasar-dasar teknik mengenai bahan-bahan atau elemen-elemen, perancangan juga berhubungan dengan aspek visual. Seperti halnya di dalam perencanaan, bentuk

(23)

dan wujud dalam rancangan timbul dari kendala-kendala dan potensi yang dimiliki tapak serta perumusan yang jelas atas masalah-masala h dalam perancangan (Laurie, 1986).

Seorang perancang harus memiliki kemampuan imajinatif untuk merencana bentuk baru dan kreatif dalam menganalisis permasalahan dan faktor- faktor penentu bentuk. Sebuah rancangan yang dibangun di atas tapak oleh perancang dinilai berhasil jika terlihat keterkaitan antara tapak dan program- programnya (Laurie, 1986).

Perhatian perancangan ditujukan pada pengolahan volume dan ruang.

Setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas lain.

Kesemuanya ini dapat dengan baik mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi- fungsi yang diinginkan (Simonds, 1983).

Perancangan yang lengkap harus memperhatikan prinsip dan elemen perancangan. Prinsip perancangan menurut Rachman (1984) terdiri dari tema sebagai unsur penyatu, gradasi sebagai pencipta variasi lembut, kontras sebagai pencipta variasi semarak, dan kontrol sebagai unsur penyeimbang. Prinsip dasar perancangan menurut Vandyke (1990) terdiri dari

1) unity, yaitu kesatuan seluruh elemen (harmonis) yang meliputi repetition, module, grid,dan theme;

2) balance, yaitu keseimbangan dalam skala dan proporsi untuk menyusun elemen lanskap yang meliputi symmetry, asymmetry, dan radial;

3) emphasis/dominance, yaitu menciptakan kontras dengan memperhatikan directionality, placement dan contrast, serta size dan number.

Elemen perancangan terdiri dari tekstur, warna, bentuk, dan skala. Tekstur pada rancangan ruang luar sangat erat hubungannya dengan jarak pandang atau jarak penglihatan. Fungsi tekstur adalah memberikan kesan halus atau kasar pada persepsi manusia melalui penglihatan visual. Bentuk menampilkan kesan statis, stabil, formal, agung, labil, dan sebagainya. Warna berperan dalam memperjelas karakter suatu obyek, memberi aksen pada bentuk dan bahan-bahannya. Skala menunjukkan perbandingan antara ruang dengan elemen tertentu dan kesesuaiannya dengan skala manusia (Hakim, 1987).

(24)

Dasar-dasar estetika dalam perancangan lanskap berkaitan dengan titik, garis, bentuk, tekstur, warna, variasi, perulangan, keseimbangan, dan penekanan.

Garis merupakan pembentuk dan pengontrol pola, pergerakan, visual, dan fisik.

Bentuk berkaitan dengan bentuk vertikal, horizontal, dan kedalaman. Tekstur berkaitan dengan halus atau kasarnya bentuk. Bentuk dan tekstur dalam perancangan lanskap banyak dihasilkan oleh elemen tanaman. Warna berkaitan dengan pengaruh kejiwaan yang dihasilkannya. Variasi berperan dalam mengurangi kemonotonan. Perulangan menjadikan variasi lebih memiliki ekspresi.

Keseimbangan berperan dalam penentuan bentuk formal atau nonformal dan simetris atau asimetris. Penekanan berperan dalam mengarahkan mata pada satu atau dua obyek yang dipentingkan dari sebuah komposisi (Carpenter, Walker, dan Lanphear, 1975).

Harris dan Dines (1988) menyatakan bahwa sasaran dari perancangan adalah kelayakan dan respons terhadap situasi dan keadaan sekitar. Kelayakan, menurutnya, adalah sasaran mayor dalam perancangan dan berhubungan dengan penempatan elemen-elemen dalam tapak sehingga penting bagi perancang untuk mengetahui lebih jauh karakter dari tapak baik kondisi awal maupun fungsi yang diusulkan. Respons terhadap situasi dan keadaan sekitar berkaitan dengan respons terhadap identitas atau ciri pokok atau karakter yang menonjol dari tapak.

2.3. Ruang Terbuka

Ruang terbuka berfungsi sebagai pembatas dari perbedaan tata guna lahan dan aktivitas, sebagai latar belakang penyangga yang membentuk karakteristik unit tertentu (Simonds, 1983). Ruang terbuka hijau dan sirkulasi pejalan kaki merupakan aspek paling penting dalam proses pengelo mpokan (De Chiara dan Koppelman, 1990). Penggunaan tanaman pada lanskap jalan mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai kontrol visual, pengarah angin, modifikasi sinar matahari dan suhu, kontrol kelembaban dan hujan, penyaring polutan, kontrol kebisingan, kontrol erosi, habitat alami, dan estetika (Carpenter et al., 1975).

Tanaman merupakan material lanskap yang hidup dan terus berkembang.

Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demik ian,

(25)

kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman sehingga dalam perancangan perlu diperhatikan waktu dan perubahan karakteristik tanaman (Hakim dan Utomo, 2003).

2.3.1. Pekarangan

Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan bangunan.

Areal tanah ini dapat dimanfaatkan untuk berkebun, sebagai taman, atau dijadikan kolam. Pekarangan bisa berada di depan, samping atau belakang sebuah bangunan, tergantung seberapa besar sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan utamanya (Wikipedia Indonesia, 2007).

Menurut Arifin (1998), pekarangan adalah kebun rumah tradisional dan milik pribadi yang merupakan kesatuan sistem dengan hubungan yang akrab antara manusia, tumbuhan, dan hewan. Pekarangan adalah penggunaan tanah yang optimal dan terpelihara dengan produktivitas tinggi di daerah tropis.

2.3.2. Jalan

Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apa pun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Jalan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berbeda dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 1985, jalan menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga fungsi sosialnya sangat menonjol. Oleh karena itu, jalan harus dioperasionalkan dengan memperhatikan sebesar-besarnya kepentingan umum.

Jalan sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan merupakan suatu kesatuan yang seharusnya bersifat lengkap, aman, efisien, dapat berfungsi dengan baik sebagai jalur sirkulasi dan jalur penghubung dan juga memberikan pengalaman menyenangkan dari suatu titik lain (Simonds, 1983).

2.4. Lanskap Permukiman

Tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat

(26)

seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah membangun berbagai sarana permukiman yang layak bagi masyarakat.

Permukiman merupakan kelompok-kelompok rumah yang memiliki bersama ruang terbuka dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain, dan daerah penyangga (Simonds, 1983).

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1992, permukiman diartikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Lingkungan permukiman menjadi ideal jika terdapat fasilitas- fasilitas lokal yang tersusun rapi dalam suatu kelompok hunian yang berada pada pusat permukiman, adanya hubungan rumah yang satu dengan rumah yang lain dengan hadirnya pedestrian untuk pejalan kaki, taman yang tersebar secara radial, dan terdapatnya akses lalu lintas yang mudah (Eckbo,1964). Tujuh karakteristik yang harus diperhatikan pada perencanaan kawasan permukiman agar layak huni, menurut De Chiara dan Koppelman (1990), adalah

1) kondisi tanah dan lapisan tanah, 2) air tanah dan drainase,

3) bebas atau tidaknya dari bahaya banjir permukaan, 4) bebas atau tidaknya dari bahaya-bahaya topografi,

5) pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan utilitas,

6) potensi untuk pengembangan ruang terbuka, dan

7) bebas atau tidaknya dari gangguan debu, asap, dan bau busuk.

Kumpulan rumah atau perumahan terbagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe padat, menengah, dan mewah. Tipe perumahan padat dicirikan dengan bangunan rumah yang kecil dan berdekatan letak tiap rumahnya serta kurang atau tidak ada fasilitas umum. Tipe perumahan mewah dicirikan dengan bangunan rumah besar dan mewah serta memiliki fasilitas umum yang memadai. Tipe perumahan menengah berada di antara tipe perumahan padat dan tipe perumahan mewah.

(27)

Permukiman, selain memberikan kenyamanan, keamanan dan kesehatan, juga harus indah secara visual. Dengan demikian, suatu lanskap permukiman terbangun tidak hanya nyaman, sehat, dan berkelanjutan, juga secara visual hendaknya indah (Permata, 2000).

Rumah menjadi perumahan apabila dipikirkan dalam kelipatannya baik sebagai sekumpulan kesatuan yang terpisah di atas petak-petak lahan individual maupun sebagai kompleks rumah gandeng, kondominium, atau apartemen (Laurie, 1986).

2.5. Lanskap Jalan

Menurut Simonds (1983), lanskap jalan adalah bentukan permanen yang dapat segera mengubah karakter dari areal lahan. Menur ut Booth (1983), lanskap jalan berfungsi mendukung penggunaan jalan secara terus- menerus, membimbing, mengatur irama pergerakan, mengatur waktu istirahat, mendefinisikan penggunaan lahan, memberikan pengaruh, mempersatukan, membentuk lingkungan, membangun karakter lingkungan, membangun karakter spasial, dan membangun visual.

Perancangan lanskap jalan yang baik menyediakan keterhubungan pergerakan yang disesuaikan dengan tipe lalu lintas yang ada dengan memperhatikan faktor keselamatan, keefisienan, dan kesesuaian terhadap tapak yang elemen-elemennya dihubungkan sebagai satu kesatuan sistem (Simonds, 1983). Perancangan lanskap jalan dapat berupa jalan lebar dengan penanaman jalur hijau, sistem pencahayaan, rambu-rambu jalan untuk memudahkan aliran pergerakan jalan lokal, penggantian utilitas bawah tanah, perubahan pola pikir, atau pelebaran jalur hijau dengan memperhatikan masalah utama berupa keamanan bagi pengendara dan aktivitas luar masyarakat (Lynch dan Hack, 1984).

Menurut De Chiara dan Koppelman (1990), dalam merancang suatu permukiman sebaiknya jangan terlalu monoton. Salah satu pemecahannya yaitu dengan memodifikasi pola jalannya. Untuk menghindari kebosanan yang mungkin terjadi akibat bentuk jalan yang terlalu lurus sekaligus memberikan kemungkinan adanya ruang terbuka hijau, terdapat pola-pola jalan yang menarik menurut De Chiara dan Koppelman (1990) sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 2.

(28)

Menurut Harris dan Dines (1988), kelengkapan jalan (street furniture) adalah semua elemen yang ditempatkan secara kolektif pada suatu lanskap jalan

Gambar 2. Pola-Pola Jalan Menurut De Chiara dan Koppelman (1990)

GRIDION LENGKUNG

TAMAN CUL-DE-SAC

SIMPANGAN LOOP

(29)

untuk kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi, perlindungan, dan kenikmatan pengguna jalan. Elemen harus merefleksikan karakter dari lingkungan setempat dan menyatu dengan keadaan sekitar. Yang termasuk kelengkapan jalan, antara lain, rambu, sarana penerangan, boks telepon umum, halte, tanaman, dan kotak utilitas.

Menurut Harris dan Dines (1988), sirkulasi kendaraan di jalan raya mengakomodasikan tiga tujuan utama, yaitu

1) menciptakan akses jalan masuk ke suatu lahan atau bangunan, 2) menciptakan suatu hubungan antartata guna lahan yang ada, dan 3) memberikan suatu jalur pergerakan bagi orang dan barang.

Jadi, street furniture merupakan segala bentuk kelengkapan jalan, baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah dengan tujuan pengadaannya untuk mencapai fungsi jalan secara optimum (dalam arti aman, nyaman, dan indah) (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1995).

Penanaman jalur tepi jalan bertujuan memisahkan pejalan kaki dan jalan kendaraan untuk keselamatan dan kenyamanan serta memberikan ruang bagi utilitas, perlengkapan jalan, dan vegetasi jalan (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Jalur tanaman adalah bagian dari jalan yang telah disediakan untuk penanaman pohon dan tanaman lain, yang ditempatkan menerus sepanjang trotoar, jalur sepeda atau bahu jalan, dan median jalan.

Selain kriteria di atas, pemilihan pohon untuk lanskap jalan juga harus memperhatikan jenis, tinggi, dan diameter tajuk karena akan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan bagi para pengguna. Ketinggian pohon yang nyaman untuk berjalan kaki di bawahnya adalah 2,4-4,5 m sehingga pohon tersebut tidak terlalu rendah juga tidak terlalu tinggi tapi tetap dapat menaungi para pejalan kaki.

Pohon peneduh jalan sebaiknya memiliki ketinggian percabangan minimum 4,5 m untuk membantu pergerakan kendaraan yang membutuhkan kejelasan pandangan karena hal ini menyangkut keselamatan bagi para pemakai kendaraan. Pohon dengan ukuran kecil antara 5,5-10,5 m digunakan sebagai screening dan seringkali digunakan untuk menambah tekstur dan warna (Arnold, 1980).

Untuk mengurangi kebisingan digunakan kriteria pohon sebaga i berikut.

(30)

1) Untuk mengurangi kebisingan dari kendaraan cepat dan truk digunakan tanaman berupa semak dan pohon selebar 20-30 m dengan ujung tepi selebar 18-20 m dari pusat keramaian.

2) Untuk mengurangi kebisingan dari kendaraan dengan kecepatan sedang digunakan tanaman berupa semak dan pohon selebar 6-16 m dengan ujung tepi selebar 5-16 m dari pusat keramaian. Semak yang tingginya 2-3,5 m digunakan di dekat tepi jalan raya yang didukung barisan pohon yang mempunyai tinggi 4,5-10 m.

3) Untuk mendapatkan hasil optimum, pohon dan semak harus ditanam dekat dengan sumber suara yang berhadapan dengan daerah ya ng dilindungi.

4) Jika memungkinkan, digunakan pohon tinggi, bertajuk rapat, dan seragam penyebarannya secara vertikal (atau kombinasi pohon dan semak). Jika penggunaan pohon tinggi dibatasi, digunakan semak pendek dan rumput yang tinggi atau penutup tanah permukaan yang lunak, permukaan kerikil, dan sebagainya.

5) Pohon dan semak sebaiknya ditanam sedekat mungkin dengan jarak tanam dijaga sehingga fungsinya dapat tercapai.

6) Jenis konifer tertentu dapat dipakai untuk meredam suara.

7) Tanaman tepi seharusnya dua kali panjang antara sumber suara dan penerima, bahkan jika ingin digunakan sebagai peredam suara yang sejajar dengan jalan raya harus ditanam di sepanjang tepi jalan.

Kriteria tanaman lanskap sebagai unsur lanskap jalan menurut PT. Jasa Marga (Persero) (1992) adalah sebagai berikut.

1) Pohon sebaiknya dipilih yang perakarannya tidak merusak jala n dan bangunan utilitas lainnya; tajuk pohon tidak terlalu rapat dan lebat sehingga tidak menutupi bahu jalan; tidak mempunyai buah besar dan keras; tidak mudah terserang hama dan penyakit; daun tidak mudah rontok; tidak mudah tumbang;

dapat bertahan hidup pada kondisi yang kurang baik; dapat mencip takan keindahan berupa bunga dan daun, serta tidak banyak membutuhkan pemeliharaan.

2) Semak sebaiknya dipilih yang mudah pemeliharaannya; daun tidak mudah rontok; berbatang dan bercabang kuat serta berdaun banyak; tahan terhadap

(31)

hama dan penyakit tanaman; memiliki nilai estetika; tidak membahayakan lingkungan; dapat hidup pada kondisi yang kurang baik.

3) Penutup tanah sebaiknya dipilih yang tahan injakan; mudah pemeliharaannya;

tahan lama dan tahan terhadap penyakit tanaman; memberikan keindahan;

dapat hidup pada kondisi lingkungan yang kurang baik.

Sistem drainase permukaan pada konstruksi jalan raya berfungsi untuk mengalirkan air hujan secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan selanjutnya dialirkan lewat saluran samping menuju saluran pembuangan akhir, mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran di sekitar jalan masuk ke daerah perkerasan jalan, dan mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air. Sistem drainase permukaan pada prinsipnya terdiri dari kemiringan melintang pada perkerasan jalan dan bahu jalan, selokan samping, gorong- gorong, dan saluran penangkap (catch drain) (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1990).

(32)

III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Studi ini bertempat di RT 01/08, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor (Gambar 3, 4, dan 5), dan dilaksanakan pada bulan September-Desember 2007. Pada software peta Jakarta Map & Street Guide, lokasi tapak ditandai dengan nama Kecubung (Mastra dan Silalahi, 2004).

Sumber: Jakarta Map & Street Guide, 2004

3.2. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan untuk penelitian ini berupa kuesioner, kamera digital, alat tulis, komputer (software MS Word, MS Excel, Adobe Photoshop, Autocad), flash disk, alat komunikasi (handphone, telepon), dan alat transportasi (motor, angkot).

Gambar 3. Lokasi Penelitian

0 120 240 480

SKALA:

(33)

3.3. Metode Perencanaan/Perancangan

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksanakan Proyek Lanskap (Rachman, 1984) yang terdiri dari tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, perencanaan/perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Studi hanya dibatasi sampai dengan tahap perancangan lanskap sehingga tahap-tahap pelaksanaan metode studi dapat diuraikan menjadi inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, dan perencanaan/perancangan.

Sumber: Google Earth, 2007

Gambar 4. Foto Udara Lokasi Penelitian (Tanpa Skala)

(34)

3.3.1. Inventarisasi

Inventarisasi bertujuan mengenal lebih jauh tapak yang akan dievalua si dan mengetahui karakter, kendala, serta potensi tapak yang ada. Data primer merupakan hasil dari pengamatan langsung pada tapak (pemotretan dan pengukuran) untuk mendapatkan data fisik tapak terutama visual, keadaan tapak, dan jenis vegetasi. Data primer diperoleh melalui hasil survei langsung di lapang, berupa pengamatan, dokumentasi, dan pengukuran langsung untuk mendapatkan data fisik dan biofisik tapak yang berupa kondisi tapak, vegetasi dan satwa, aksesibilitas, visual tapak, tata guna lahan, persepsi dan keinginan pemakai jalan, juga aturan-aturan, sedangkan data sosial diperoleh dengan cara wawancara

Gambar 5. Sketsa Peta Dasar Lokasi Penelitian (Tanpa Skala)

(35)

terhadap masyarakat setempat dan Ketua RT 01/08 (kuisioner dapat dirujuk pada Lampiran 1 dan 2, sedangkan struktur kepengurusan RT 01/08 dirujuk pada Lampiran 3) dengan menggunakan simple random sampling (Lampiran 4). Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, berupa data fisik dan biofisik (lokasi tapak, topografi, sistem drainase, tanah, iklim, hidrologi, vegetasi, dan satwa), data teknik (utilitas dan fasilitas), data kependudukan, data tingkat pendidikan, serta data sosial-ekonomi berupa persepsi dan keinginan masyarakat, pengguna, serta pihak-pihak yang bersangkutan.

3.3.2. Analisis

Data primer dan sekunder yang diperoleh dari tahapan inventarisasi kemudian dianalisis menurut berbagai faktor yang berperan, antara lain, geografi, aksesibilitas, iklim, tanah, tata guna lahan, hidrologi, vegetasi, satwa, sosial- ekonomi, dan budaya. Dalam hal ini juga dikaji persepsi masyarakat, rencana tata ruang wilayah Kota Bogor, kebijakan Pemerintah Daerah Kota Bogor, standar yang berlaku, serta peraturan pemerintah. Tahap ini meliputi pengelompokan data ke dalam potensi, ameniti, kendala, dan danger signal untuk kemudian dituangkan secara deskriptif dalam gambar analisis tapak dan penguraian secara tulisan.

3.3.3. Sintesis

Tahap sintesis dikembangkan dengan membuat alternatif-alternatif perancangan pada tapak dengan mengusahakan pemanfaatan optimal potensi dan pemecahan masalah yang timbul.

3.3.4. Konsep

Konsep adalah pemilihan alternatif terbaik yang mampu mengoptimalkan potensi tapak, memecahkan masalah, serta menyesuaikannya dengan tujuan yang diinginkan dengan berdasarkan enam kriteria, yaitu kesesuaian lahan, kesesuaian ruang, kesatuan ruang, kenyamanan, sirkulasi, dan pola tata letak. Perumusan jenis ruang yang digunakan diambil dari kebutuhan ruang berdasarkan hasil analisis yang disesuaikan dengan kondisi tapak. Setiap ruang yang ada mempunyai hubungan yang saling berkait.

(36)

3.3.5. Perencanaan/Perancangan

Tahap perencanaan dan perancangan merupakan pengembangan dari konsep. Mengembangkan konsep dengan perencanaan/perancangan seksama berupa penanaman vegetasi dan kelengkapan jalan yang tergambar dalam site plan, rancangan detil berupa gambar tampak, potongan dan perspektif, serta terdapat rencana tertulis. Perencanaan dituangkan pada tata letak (site plan) yang berbentuk gambar serta penjelasannya. Site plan memiliki tujuan untuk memberi gambaran spesifik pengembangan plot lahan sehingga diperoleh jalur pedestrian yang secara fungsional berdaya guna dan secara estetika indah. Perancangan merupakan gambar dengan detil pada elemen lanskap dengan mengikuti beberapa prinsip perancangan, yaitu

1) tema (gambaran karakter tertentu yang diwujudkan dalam tapak seperti karakter serba manmade dan serba natural),

2) gradasi (pengulangan material, bentuk, tekstur, dan elemen perancangan lainnya),

3) kontras (penarik perhatian secara fisik berbentuk hardscape seperti gerbang, shelter/gazebo, plaza, dan tempat duduk), dan

4) keseimbangan (seimbang dari segi porsi masing- masing bentuk dan elemen perancangan lainnya).

Selanjutnya, dibuat gambar detil dari bagian-bagian ruang terbuka yang akan dirancang. Jenis data yang diperlukan secara umum meliputi data biofisik tapak (topografi, iklim, curah hujan, jenis tanah, vegetasi dan satwa, aksesibilitas, sirkulasi, utilitas, dan fasilitas) dan data sosial.

3.4. Batasan Studi

Studi ini dibatasi sampai tahap perencanaan dan perancangan ruang terbuka yang meliputi pengaturan ruang, sirkulasi, fasilitas, utilitas, dan tata hijau agar dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan keindahan bagi pengguna jalan dan penghuni RT. Hasil perencanaan/perancangan berupa site plan, gambar (detil, tampak, perspektif, potongan, rancangan ruang terbuka), dan jenis tanaman apa yang cocok tumbuh di kawasan itu.

(37)

IV. INVENTARISASI

4.1. Aspek Sejarah

Tapak tempat penelitian ini dilaksanakan adalah kawasan RT 01 (Lampiran 5) yang merupakan salah satu RT dalam RW 08, Kelurahan Baranangsiang. Kelurahan Baranangsiang merupakan salah satu dari lima buah kelurahan yang ada di Kecamatan Bogor Timur. Kelurahan seluas 235 ha yang dibagi menjadi 33 RT dan 14 RW ini memiliki visi “Kelurahan Bersih Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera”, sedangkan misinya adalah mewujudkan lingkunga n masyarakat sehat dan bersih, memberdayakan ekonomi masyarakat dan sarana produksi, mendorong peran serta dan swadaya masyarakat dalam pembangunan di segala bidang, dan menumbuhk embangkan pola kemitraan dengan berbagai komponen masyarakat.

Penduduk RT 01/08 terbagi dua bagian, yaitu warga “terdahulu” Ciheuleut dan warga “pendatang” Perumahan Dosen IPB “LAMPIRI”. Sebagian warga RT 01/08 di Kampung Ciheuleut memang sudah mendiami daerah ini sejak lama, tetapi seiring berjalannya waktu mulai berdatangan para pendatang dan menjadi penduduk daerah ini. Dulunya di Kampung Ciheuleut ini hanya terdapat beberapa rumah saja, sementara di sekitarnya masih banyak tanah kosong belum termanfaatkan, tetapi sudah ada pemiliknya. Kini, daerah tersebut sudah penuh dengan rumah, bahkan sampai bersentuhan antarrumah.

Warga Perumahan Dosen IPB “LAMPIRI” umumnya adalah para pendatang karena perumahan dosen ini sendiri baru mulai dibangun pada 1981.

Dulunya kawasan perumahan ini merupakan petak-petak sawah, yang kemudian dikelola IPB untuk dijadikan perumahan dosen. Kini tidak semua orang yang tinggal di perumahan itu berprofesi sebagai dosen IPB, tetapi mereka tetap memiliki hubungan dengan dosen IPB.

4.2. Aspek Biofisik 4.2.1. Lokasi Tapak

Tapak ini merupakan kawasan RT 01/08 yang berada di Kelurahan Baranangsiang, terletak di sebelah tenggara pusat Kota Bogor, tepatnya di

(38)

Gambar 6. Selokan di Jln. Kecubung Gambar 7. Selokan di Depan Rumah Warga Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara geologis, tapak ini terletak pada 6° 36’ LS dan 106° 48’ BT. Luas tapak RT 01/08 adalah 65.064 m².

Di kompleks perumahan dosen terdapat pos satpam, portal, telepon umum, ruang terbuka hijau, pohon-pohon peneduh, koperasi, sekolah TK, dan rumah- rumah yang memiliki pekarangan. Di permukiman luar kompleks perumahan dosen terdapat warung-warung kecil, ruang terbuka, dan rumah-rumah penduduk yang saling berdekatan dan mayoritas tidak berpekarangan (Lampiran 6).

4.2.2. Topografi

Kemiringan tapak ini berkisar 0–15% dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan 15–30%. Dengan kata lain, sebagian besar tapak ini memiliki topografi yang landai atau datar sehingga cocok untuk daerah permukiman. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei yang menyatakan bahwa 95%

lahan permukiman warga RT 01/08 merupakan lahan yang datar (Lampiran 7).

4.2.3. Sistem Drainase dan Pengelolaan Sampah

Sistem drainase yang terdapat pada tapak adalah sistem drainase terbuka, yang berupa saluran air (Gambar 6 dan 7). Namun, saluran ini tidak menyisir ke seluruh tapak karena hanya berada pada tepi tapak saja.

Warga RT 01/08 yang tinggal di Jalan Kecubung memiliki sebuah tempat sampah di depan rumah mereka (Gambar 8 dan 9). Sementara, warga RT 01/08 yang tinggal di Kampung Ciheuleut mayoritas tidak memiliki tempat sampah pribadi sehingga sampah yang hendak dibuang akan dikumpulkan terlebih dulu dalam kantong plastik.

(39)

Gambar 8. Tempat Sampah tanpa Tutup di Depan Rumah Warga

Gambar 9. Tempat Sampah dengan Tutup di Depan Rumah Warga

4.2.4. Tanah

Keadaan tanah di kawasan ini sama dengan keadaan tanah di kawasan Kota Bogor pada umumnya, yaitu didominasi oleh jenis tanah Latosol Coklat Kemerahan (Lampiran 8). Pada tapak ini, terdapat beberapa ruang terbuka yang hanya ada tanah dan bebatuan saja tanpa vegetasi sehingga terkesan gersang dan berdebu.

4.2.5. Iklim

Tapak ini merupakan bagian dari Kota Bogor sehingga dapat dikatakan memiliki iklim yang sama dengan kota tersebut. Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330m dari permukaan laut. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26°C dan kelembaban udaranya kurang lebih 80%. Suhu rata-rata terendah di Bogor adalah 25,1°C. Letak kota di kaki Gunung Salak dan Gunung Gede ini telah membuatnya menjadi sangat kaya akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah kota ini sehingga uap air langsung terkondensasi dan menjadi hujan. Dalam setahun hampir tiap hari turun hujan (70%).

(40)

Data iklim tapak yang masih merupakan bagian dari Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 10, 11, dan 12. Data iklim tersebut terdiri dari suhu, kelembaban nisbi, penguapan, kecepatan angin, curah hujan, dan penyinaran matahari bulanan rata-rata Kota Bogor.

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi I, Darmaga, Bogor Gambar 10. Grafik Suhu dan Kelembaban Nisbi Bulanan Rata-Rata Kota Bogor

Tahun 2007

(41)

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650

Januari Februari Maret

April Mei

Juni Juli

Agustus September

Oktober November

Desember

Hari Hujan (Hari/Bulan) Jumlah Curah Hujan (mm) Lama Penyinaran (Jam/Bulan) Intensitas (Cd)

4.2.6. Hidrologi

Sumber air bersih bagi para penghuni tapak mayoritas (60% penduduk) berasal dari PDAM. Sebanyak 25% penduduk memperolehnya dengan pompa listrik dan 15% sisanya menggunakan sumur gali. Secara umum, keadaan hidrologi pada tapak ini sudah cukup baik. Warga dapat memenuhi kebutuhan airnya masing- masing. Dalam keberlanjutannya sistem hidrologi ini harus tetap dijaga penggunaan dan pengelolaannya agar tetap berfungsi secara maksimal.

4.2.7. Vegetasi dan Satwa

Vegetasi yang ada pada tapak dapat dikelompokkan menjadi vegetasi yang ada pada area kompleks Perumahan Dosen IPB ”LAMPIRI”, pada area Jalan Kecubung, dan pada area permukiman di luar kompleks perumahan. Beberapa vegetasi yang mendominasi pada tapak, di antaranya, adam hawa (Rhoeo discolor), lidah mertua (Sanseviera sp.), taiwan beauty bunga ungu (Cuphea sp.),

Gambar 11. Grafik Penguapan dan Kecepatan Angin Bulanan Rata-Rata Kota Bogor Tahun 2007

Gambar 12. Grafik Curah Hujan dan Penyinaran Matahari Bulanan Rata-Rata Kota Bogor Tahun 2007

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi I, Darmaga, Bogor

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi I, Darmaga, Bogor

(42)

sutra bombay (Portulacca sp.), teh-tehan (Durantha repens), pangkas kuning (Duranta repens).

Vegetasi pada tepi kiri dan kanan Jalan Kecubung hanya seragam di bagian pintu masuk saja, sedangkan di bagian dalam jalan ini memiliki beragam jenis yang berbeda (Gambar 13 dan 14).

Satwa yang dapat dijumpai pada tapak antara lain, kucing, anjing, belalang, kupu-kupu, burung, ayam, dan angsa (Gambar 15 dan 16). Akan tetapi, menurut penuturan warga setempat pada tapak ini terkadang masih dijumpai ular (mungkin karena daerah ini dulunya adalah persawahan).

4.3. Aspek Kependudukan

Berdasarkan hasil wawancara, jumlah kepala keluarga di RT 01/08 sebanyak 133 orang, yang dalam satu rumah sendiri tidak jarang terdapat lebih

Gambar 16. Angsa sebagai Salah Satu Satwa yang Dapat Dijumpai di Tapak Gambar 13. Vegetasi di Tepi Kiri Pintu Masuk

Jln. Kecubung

Gambar 14. Vegetasi di Tepi Kanan Bagian Dalam Jln. Kecubung

Gambar 15. Kandang Burung dan Kandang Ayam di Tapak

(43)

dari satu kepala keluarga yang tinggal di dalamnya (penduduk yang dalam satu rumahnya ditinggali oleh 3 orang kepala keluarga sebanyak 5%, sementara yang dalam satu rumah ditinggali oleh 2 orang kepala keluarga sebanyak 20%, dan 1 orang kepala keluarga sebanyak 75%). Dari 133 orang kepala keluarga tersebut, 23 orang di antaranya merupakan kepala keluarga yang tinggal di Perumahan Dosen IPB ”LAMPIRI”, sedangkan 110 orang lainnya merupakan warga Kampung Ciheuleut.

Berdasarkan laporan administrasi kependudukan, jumlah penduduk Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, sampai dengan akhir bulan April 2007 adalah 24.448 jiwa, dan jumlah kepala keluarga tercatat sebanyak 6.132 orang sehingga diperoleh data bahwa jumlah kepala keluarga di RT 01/08 sebanyak 2,17% dari total kepala keluarga di Kelurahan Baranangs iang.

4.4. Aspek Ekonomi

Berdasarkan hasil survei, sebagian besar warga RT 01/08 Kelurahan Baranangsiang merupakan masyarakat golongan menengah ke bawah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan isi kuesioner, yakni sekitar 25% warga berpenghasilan

<Rp 600.000,00, 25% berpenghasilan antara Rp 600.000,00 hingga Rp 900.000,00, 35% berpenghasilan antara Rp 900.000,00 hingga Rp 1.800.000,00, 10% berpenghasilan antara Rp 1.800.000,00 hingga Rp 2.100.000,00, dan 5%

sisanya merupakan warga yang berpenghasilan >Rp 2.400.000,00. Sebenarnya dapat dilihat secara sepintas dari jumlah warga yang tinggal di luar kompleks Perumahan Dosen IPB ”LAMPIRI” lebih banyak daripada yang di dalam kompleks tersebut.

4.5. Aspek Sosial

Tapak digunakan oleh para warga RT 01/08 Kelurahan Baranangsiang, khususnya, ataupun orang lain yang mempunyai kepentingan di dalamnya. Selain itu, pengguna yang terlibat di dalamnya adalah para dosen, staf pengajar TK, karyawan koperasi, dan masyarakat pada umumnya.

Aktivitas yang ada di tapak, di antaranya, adalah kegiatan belajar dan mengajar, perekonomian, pengajian, area bermain anak-anak, berkumpul dan

(44)

bercakap-cakap antartetangga, dan kegiatan-kegiatan insidental seperti peringatan hari kemerdekaan, peringatan maulid Nabi, dan gotong royong. Kegiatan insidental seperti inilah yang mengakrabkan warga RT 01/08.

4.6. Aspek Budaya

Sebanyak 75% warga RT ini merupakan penduduk asli, dengan kata lain merupakan suku Sunda, walau ada sebagian kecil yang merupakan warga pendatang. Warga RT 01/08 yang tinggal di Kampung Ciheuleut 100%

merupakan penganut Islam sehingga tradisi kegiatan keislaman pun cukup sering diadakan, seperti: pengajian rutin, peringatan Isra Mi’raj, maupun Mauludan.

Sementara warga RT 01/08 yang tinggal di Perumahan Dosen IPB ”LAMPIRI”

hanya sebagian saja yang menganut Islam.

4.7. Aspek Pendidikan

Penduduk yang jenjang pendidikan tertingginya mencapai Perguruan Tinggi hanya 25%, sementara tamatan SMU sebanyak 20%, tamatan STM sebanyak 10%, tamatan SMP sebanyak 5%, dan sisanya yang 40% hanya mencapai pendidikan SD.

Penghuni yang tinggal di dalam perumahan sebagian besar merupakan keluarga dari para dosen IPB sehingga pendidikannya pun cukup terjamin.

Sementara penghuni yang tinggal di luar perumahan sebagian besar merupakan masyarakat dari go longan menengah ke bawah sehingga pendidikannya pun kurang terjamin.

4.8. Aspek Keamanan

Secara umum, tapak ini merupakan kawasan yang sangat aman. Selain belum pernah terjadi pertikaian antarwarga, di tapak ini juga belum pernah terjadi kecelakaan lalu lintas. Walau demikian, pada tapak ini pernah terjadi perampokan di pagi hari. Adanya pos satpam, portal, serta petugas ronda pada malam hari turut membantu terjaganya keamanan di kawasan ini.

4.9. Aspek Sirkulasi

(45)

Pada pintu masuk Jalan Kecubung (Gambar 17) terlihat sebuah lanskap kuldesak sehingga elemen-elemen yang terdapat di tepi jalan terlihat seperti mengarahkan pandangan menuju rumah di ujung jalan. Selain itu, pos satpam bercat merah jambu tampak menghiasi sisi kanan pintu masuk jalan yang memiliki panjang 128 m dan lebar 7,5 m ini.

Pada ujung Jalan Kecubung terdapat sebuah pintu masuk menuju jalan setapak Kampung Ciheuleut yang masih masuk kawasan RT 01/08 (Gambar 18).

Jika kita mengikuti jalan setapak ini, kita akan menemukan lahan-lahan kosong di tepi jalan yang kurang termanfaatkan secara optimal (Gambar 19 dan 20), tapi ada juga warga yang berinisiatif memaksimalkan lahan untuk penghijauan (Gambar 21). Selain itu, terdapat lahan yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah (Gambar 22).

Gambar 17. Pintu Masuk Jln. Kecubung

Gambar 19. Lahan Kosong Dekat Rumah Ketua RT 01/08

Gambar 18. Jalan Setapak Kampung Ciheuleut di RT 01/08

(46)

Pada Jalan Pakuan Indah (Gambar 23) terdapat lanskap ruang terbuka hijau yang cukup luas pada sisi kanan jalan dan kadang digunakan untuk tempat bermain sepak bola oleh anak-anak (Gambar 24).

4.10. Aspek Fasilitas

Gambar 22. Tempat Pembuangan Sampah

Gambar 24. Lanskap Sisi Kanan Jln. Pakuan Indah Gambar 23. Jln. Pakuan Indah

Gambar 20. Lahan Kosong Dekat Perbatasan RT 02/08

Gambar 21. Salah Satu Bentuk Inisiatif Warga Memaksimalkan Lahan untuk Penghijauan

(47)

Pada pintu masuk Jalan Kecubung tedapat pos satpam yang di sampingnya ada lahan kecil dan dimanfaatkan untuk taman (Gambar 25). Pada taman tersebut terdapat sebuah tanaman kecubung.

Pada sisi kiri Jalan Pakuan Indah terdapat sebuah sekolah TK (Gambar 26) dan sebuah rental video game (Gambar 27). Jika kita berjalan mengikuti jalur pada Jalan Pakuan Indah akan ditemukan sebuah menara tegangan tinggi (Gambar 28) dan tempat pengumpul barang bekas pada sisi kiri jalan (Gambar 29).

Gambar 28. Menara Telekomunikasi

Gambar 29. Tempat Pengumpul Barang Bekas

Gambar 26. Sekolah TK

Gambar 27. Rental Video Game Gambar 25. Pos Satpam RT 01/08

(48)

V. ANALISIS DAN SINTESIS

5.1. Aspek Biofisik 5.1.1. Topografi

Kemiringan lahan memiliki pengaruh yang cukup kuat di dalam proses perencanaan tapak sehingga menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengembangan tapak secara umum. Menurut Booth (1983) lereng diklasifikasikan menjadi 4 bagian sebagai berikut.

1. Datar (1-5%)

Kondisi lereng seperti ini cocok digunakan untuk berbagai ruang dan fungsi eksterior. Lereng ini memiliki fleksibilitas maksimum untuk pengembangan serta dapat menampung berbagai elemen tapak yang masif seperti bangunan, lahan parkir, dan lapangan olah raga tanpa menimbulkan permasalahan lereng.

2. Berlereng (5-10%)

Kondisi lereng seperti ini cocok digunakan untuk berbagai fungsi lahan walaupun kewaspadaan perlu dilakukan dalam penempatan elemen yang harus disesuaikan dengan arah dan orientasi lereng. Drainase pada umumnya baik, tetapi drainase yang tidak terkontrol dapat menimbulkan erosi. Lereng ini cocok untuk jalur jalan.

3. Bergelombang (10-15%)

Kondisi lereng ini agak curam untuk berbagai penggunaan dan fungsi lahan.

Kelandaian perlu dijaga untuk mencegah erosi. Semua elemen bangunan harus ditempatkan paralel terhadap kontur guna meminimalkan cut dan fill serta penyesuaian visual terhadap topografi.

4. Curam (>15%)

Lereng di atas 15% terlalu curam untuk berbagai penggunaan dan fungsi lahan.

Namun, adaptasi yang tepat dan sensitif terhadap lereng ini dapat menciptakan solusi arsitektural dan pemandangan yang menarik.

Kondisi topografi pada tapak termasuk dalam kategori datar (1-5%), sehingga dapat dipastikan bahwa tapak ini memang cocok digunakan untuk berbagai ruang dan fungsi eksterior (dalam hal ini kaitannya dengan perancangan lanskap ruang terbuka).

(49)

5.1.2. Sistem Drainase dan Pengelolaan Sampah

Tapak ini telah memiliki sistem drainase yang terletak di sekitar Jalan Kecubung dan Jalan Pakuan Indah. Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa saluran air yang lancar hanya di sekitar 35% rumah penduduk.

Sistem pengelolaan sampah pada tapak dilakukan oleh petugas kebersihan dari Pemkot Bogor dengan menggunakan truk sampah yang biasa datang sekali dalam seminggu (Tabel 1). Akan tetapi, jumlah tempat sampah di tapak ini amat minim dan biasanya hanya terdapat di depan rumah yang berada dalam kompleks perumahan saja. Sementara, warga yang bertempat tinggal di luar kompleks perumahan umumnya menggunakan kantong plastik sebagai pengganti tempat sampah baru kemudian dibuang ke tempat sampah di daerah kompleks perumahan dosen IPB agar ikut dibersihkan oleh petugas kebersihan Pemkot Bogor (Tabel 2).

Tabel 1. Periode Pengambilan Sampah

Tabel 2. Tempat Pembuangan Sampah Warga RT 01/08

Tempat Sampah Responden

Jumlah %

1. Di dalam rumah 4 20

2. Di pekarangan 6 30

3. Di luar pekarangan 4 20

4. Tidak ada tempat sampah 6 30

Total 20 100

5.1.3. Tanah

Jenis tanah pada tapak ini adalah Latosol Cokelat Kemerahan yang dapat dibuktikan dengan melihat Peta Tanah Semi Detil Daerah Parung-Depok-Bogor- Ciawi (Lampiran 8). Pada peta tersebut terdapat data yang menyebutkan bahwa daerah tapak memiliki tanah dengan nomor kode 22 yang berarti jenis tanahnya

Periode Pengambilan Sampah Responden

Jumlah %

1. Seminggu sekali 17 85

2. Dua minggu sekali 1 5

3. Tidak ada 1 5

4. Tidak tahu 1 5

Total 20 100

(50)

adalah Latosol Cokelat Kemerahan. Tanah yang berbahan induk tuf andesit ini bereaksi sedang hingga sangat masam, di samping memiliki drainase sedang dan tekstur yang halus, tanah ini juga miskin akan basa-basa yang dapat dipertukarkan.

Berdasarkan kelas kesesuaian wilayah, tanah jenis ini sangat sesuai untuk ditanami dengan tanaman semusim, tanaman tahunan, dan padi sawah (Lembaga Penelitian Tanah, 1979).

5.1.4. Vegetasi dan Satwa

Keadaan vegetasi pada tapak jika dilihat pada satu sisi (pintu masuk Jalan Kecubung atau pintu masuk Perumahan Dosen IPB “LAMPIRI”), memang cukup tertata dengan baik walaupun masih kurang dalam hal perawatan. Akan tetapi, jika dilihat secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan kawasan (dalam hal ini adalah RT), akan diperoleh banyak hal untuk dikritiki.

Penggunaan tana man Rhoeo discolor, Sansevieira sp., dan Durantha repens di tepi jalan pada Jalan Kecubung sebenarnya cukup bagus, tetapi belum mencerminkan satu kesatuan dengan kompleks Perumahan Dosen IPB

“LAMPIRI” sehingga bagi orang awam masih ada kesan bahwa jalan ini terpisah dari kompleks Perumahan Dosen tersebut. Bahkan, pada pintu masuk kompleks Perumahan Dosen tersebut yang terlihat cukup mencolok adalah tanaman palem- paleman.

Jenis tanaman di pekarangan diklasifikasikan menjadi jenis tanaman hias dan nonhias. Contoh jenis tanaman nonhias, antara lain, pohon buah, tanaman sayur, bumbu, obat-obatan, umbi, tanaman industri, dan tanaman lain yang menunjukkan banyak fungsi untuk produksi di pekarangan. Vegetasi yang biasa ditemukan di pekarangan warga RT 01/08, antara lain: pohon buah (jambu, mangga, mengkudu, kedondong cina, mahkota dewa, markisa, kelapa), tanaman hias (euphorbia, sutra bombay, taiwan beauty, pisang hias, melati belanda, bougenville, aglaonema, kamboja), tanaman penutup tanah (lili paris, bawang- bawangan, adam hawa, pandan, lidah mertua, jawer kotok, lidah buaya, Dieven bacchia, keladi, talas), perdu (teh-tehan, pangkas kuning), palem-paleman (palem merah, palem putri), dan kaktus. Data vegetasi ini diambil melalui survei langsung dan untuk lebih lengkapnya dapat dirujuk pada Lampiran 7.

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Jenis-Jenis Ketentuan Pidana Tindak Pidana Penganiayaan Hewan dalam Peraturan Perundang-Undangan Indonesia dengan Negara Bagian Illinois, Amerika Serikat

a) Tidak mempunyai tujuan yang jelas. Jika tujuan belajar sudah jelas, maka siswa cenderung menaruh minat terhadap belajar sebab belajar merupakan suatu kebutuhan. Dengan

Pihak perusahaan harus lebih bijak dalam menentukan struktur aktiva perusahaan, agar apa yang menjadi tujuan utama perusahaan tersebut betul- betul terwujud, dalam

(1) di mana x, y adalah posisi dari robot mobil pada sistem koordinat,  adalah posisi sudut robot mobil, adalah kecepatan, adalah sudut kemudi, adalah jarak antara roda

Berdasarkan sifat-sifat polimer tersebut dan keinginan untuk mendapatkan suatu produk baru dalam waktu yang relatif cepat maka pada penelitian ini akan dicoba

Sebagai Partai Politik, Partai Golkar berkewajiban untuk menyerap, menyalurkan, dan memperjuangkan aspirasi masyarakat, melakukan rekrutmen politik dan mengembangkan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Pemetaan Daerah Rawan Bencana Banjir Menggunakan Metode

pada hal ini untuk mengatasi permasalahan tersebut lahirlah forum -forum yang peduli untuk mengatasi kejahatan - kejahatan (Cyber Crime) pada komputer dan undang -