• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti sebelumnya yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti sebelumnya yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Review Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan pebnelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu akan dijadikan sebagai bahan rujukan atau referensi dalam penelitian ini. Terkait penelitian terdahulu yang akan digunakan dalam penelitian akan dijelaskan berikut ini.

1. Penelitian yang dilakukan Maidin (2011) dengan tentang “Analisis Biaya Kualitas Terhadap Profitabilitas Unit Perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar”. Hasil penelitian ini adalah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan kegagalan eksternal, memiliki pengaruh secara simultan terhadap profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar.

Persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan penulis adalah

menghitung biaya-biaya kualitas untuk mengetahui apakah biaya-biaya

tersebut dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Persamaan lainnya

adalah metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif studi

kasus. Perbedaannya terletak pada penggunaan EBIT sebagai tolok ukur

profitabilitas, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan penulis

profitabilitas diukur berdasarkan rasio profitabilitas meliputi Gross Profit

Margin, Net Profit Margin, Return on Investment, dan Return on Equity.

(2)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Bawon (2013), tentang Penerapan Biaya Kualitas untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi pada PT. Pertani Cabang Sulawesi Utara Hasil penelitian adalah dengan melakukan perbaikan, maka biaya kualitas akan menurun dan dapat meningkatkan efisiensi produksi. Adapun persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan penulis adalah melaporkan besarnya biaya kualitas yang dialokasikan untuk kualitas produk. Perbedaannya penulis mencoba memaparkan pengaruh biaya kualitas terhadap profitabilitas perusahaan, sedangkan peneliti sebelumnya hanya melakukan pengukuran pengaruh biaya-biaya kualitas terhadap efisiensi produksi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sandag et al., (2014) tentang “Analisis Biaya

Kualitas dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Pada CV Ake

Abadi Manado”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa biaya kualitas

pada CV Ake ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap profit

perusahaan, dimana dengan mengalokasikan lebih besar biaya pada

pengendalian dan penilaian akan mengurangi biaya kegagalan sehingga

berdampak pada profit yang semakin meningkat. Dari tahun 2011 sampai

2013 total realisasi biaya kualitas khsusnya biaya pengendalian terus

meningkat, untuk biaya kegagalan dari tahun 2011 sampai 2013 selalu

menurun. Nilai EBIT sendiri cukup banyak dipengaruhi oleh besarnya biaya

kualitas secara keseluruhan, dan perusahaan harus memberikan perhatian

yang cukup besar terhadap alokasi biaya-biaya tersebut, karena hasil

penelitian ini membuktikan bahwa biaya kualitas yang dikeluarkan untuk

(3)

menghasilkan produk yang berkualitas, memiliki efek yang cukup besar terhadap peningkatan profit dimasa yang akan datang.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Nando dan Apriani (2017) tentang“Analisis Biaya Kualitas dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan pada PT.

Maju Mobilindo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tahun 2011 sampai 2015 total realisasi biaya kualitas khsusnya biaya pengendalian terus meningkat. Biaya kualitas pada PT Maju Mobilindo mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap profit perusahaan, dimana dengan mengalokasikan lebih besar biaya pada pencegahan dan penilaian akan mengurangi biaya kegagalan sehingga berdampak pada profit yang semakin meningkat.

Perusahaan harus memberikan perhatian yang cukup besar terhadap alokasi biaya-biaya kualitas karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa biaya kualitas yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk berkualitas memiliki efek yang cukup besar terhadap peningkatan profit perusahaan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Ridel Tambingon et al., (2020) tentang

“Analisis Pengaruh Biaya Kualitas dalam Meningkatkan Profitabilitas

Perusahaan PT. Putra Karangetang” Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

penerapan biaya kualitas pada PT. Putra Karangetang telah diterapkan dalam

perusahaan dimana dapat dilihat bahwa perkembangan biaya pencegahan

memiliki pengaruh dalam penurunan biaya-biaya kegagalan. Meskipun

perusahaan belum dibuatkan laporan tersendiri mengenai laporan biaya

kualitas. Peningkatan profitabilitas yang ada pada perusahaan dapat dilihat

bahwa di tahun 2012-2016 terus mengalami peningkatan, di mana tahun 2012

profitabilitas mencapai 8,75%, di tahun 2013 meningkat menjadi 10,1%, di

(4)

tahun 2014 meningkat menjadi 15,4%, di tahun 2015 meningkat menjadi 17,8%, dan di tahun 2016 mengalami penurunan di mana profitabilitas mencapai 15,8%. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya permintaan dari pihak konsumen. Pengaruh biaya kualitas pada profitabilitas dapat dilihat bahwa penerapan biaya kualitas yang ada pada perusahaan sangat berperan penting, dimana peningkatan pengeluaran dari biaya kualitas yang ada pada perusahaan.

2.2 Tinjauan Pustaka 2.2.1 Akuntansi Biaya

Horngren dan Harrison (2011:4) mendefinisikan akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan. Hansen dan Mowen (2015:42) menerangkan pengertian biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi.

Mulyadi (2014:7) mendefinisikan akuntansi biaya adalah proses

pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya, pembuatan dan

penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran

terhadapnya. Proses pencatatan, penggolongan, dan penyajian serta penfasiran

informasi biaya adalah tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan. Menurut

Bustami dan Nurlela (2013:3), akuntansi biaya merupakan satu bidang ilmu

akuntansi, merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang saling berhubungan

dalam system pelaporan, dan pengambilan keputusan manajemen. Carter (2009)

(5)

menyatakan bahwa akuntansi biaya secara luas dianggap sebagai cara perhitungan nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan angka harga pokok penjualan yang disajikan di laporan laba rugi.

Biaya umumnya dihubungkan dengan jenis-jenis organisasi, yaitu organisasi bisnis, organisasi non-bisnis, perusahaan manufaktur, perusahaan dagang, dan perusahaan jasa. Jenis biaya yang terjadi dan cara pengelompokannya, tergantung pada jenis organisasinya. Dalam mengelola suatu perusahaan, diperlukan informasi biaya yang sistematik dan komparatif. Oleh karena itu akan sangat penting bagi manajemen untuk mengetahui pengertian, dan klasifikasi dari biaya.

2.2.2 Biaya Kualitas

2.2.2.1 Pengertian Biaya Kualitas

Mulyadi (2010) menjelaskan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah menjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Krismiaji dan Aryani (2011:390) menyatakan bahwa kualitas sebagai ukuran relatif kesempurnaan (a relative measure of goodness), dalam hal ini kualitas suatu produk dapat diartikan sebagai suatu produk yang sesuai dengan harapan pelanggan.

Horngren et al. (2008) mendefinisikan kualitas sebagai ciri dan

karakteristik total dari suatu produk atau suatu jasa yang dibuat atau dilakukan

menurut spesifikasi untuk memuaskan pelanggan pada saat membeli dan selama

penggunaan. Dengan demikian kualitas merupakan standar atau spesifikasi yang

dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk dapat dikatakan

(6)

berkualitas jika produk tersebut sesuai dengan standar atau spesifikasi yang telah ditetapkan.

Selanjutnya terkait pengertian biaya kualitas, Siregar et al. (2014:288) mendefinisikan biaya kualitas sebagai biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk berkualitas rendah sebagai akibat rendahnya kualitas. Wijaja (2012) mendefinisikan biaya kualitas yaitu biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk berkualitas rendah dan dengan opportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas.

Hansen dan Mowen (2009) memberikan pengertian kegiatan yang berhubungan dengan mutu adalah kegiatan yang dilakukan karena mungkin atau telah dihasilkan mutu yang jelek atau cacat. Biaya-biaya untuk menjalankan kegiatan tersebut disebut biaya kualitas. Jadi, biaya kualitas (cost of quality) adalah biaya yang timbul karena mungkin atau telah dihasilkan produk yang jelek mutunya. Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya kualitas berhubungan dengan dua sub kategori dari kegiatan terkait mutu, yakni kegiatan pengendalian dan kegiatan produk gagal (kegiatan kegagalan).

1) Kegiatan pengendalian dilaksanakan oleh suatu organisasi untuk

mencegah atau mendeteksi mutu yang jelek (karena mutu yang jelek

mungkin terjadi). Jadi, kegiatan pengendalian terdiri dari kegiatan

pencegahan dan penilaian. Biaya pengendalian adalah biaya yang

dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan pengendalian.

(7)

2) Kegiatan produk gagal dilaksanakan oleh perusahaan atau oleh pelanggannya untuk merespon mutu yang jelek (mutu jelek memang telah terjadi). Apabila respon terhadap mutu yang jelek muncul sebelum produk cacat dikirim ke pelanggan, maka kegiatannya diklasifikasikan sebagai produk gagal internal, jika respon muncul setelah pengiriman, maka kegiatannya diklasifikasikan sebagai kegiatan produk gagal eksternal.

Biaya kualitas disusun oleh perusahaan atas dasar suatu tujuan yang melandasi hal tersebut. Hansen dan Mowen (2009:18) mengungkapkan tujuan biaya kualitas sebagai berikut:

1) Memperbaiki dan mempermudah perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial.

2) Memproyeksikan mengenai kapan biaya dan penghematan itu terjadi dan dibuat.

Jadi, tujuan pembuatan biaya kualitas adalah untuk mempermudah proses keputusan manajemen. Selain itu juga, agar perusahaan dapat memproyeksikan kapan biaya terjadi, serta agar perusahaan dapat mengefisiensikan biaya. Dengan adanya tujuan biaya kualitas, perusahaan mengharapkan agar biaya kualitas dapat dipergunakan dengan baik.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah

standar atau spesifikasi yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen. Produk dapat dikatakan berkualitas jika produk tersebut sesuai dengan

standar atau spesifikasi yang telah ditetapkan. Biaya kualitas yaitu biaya-biaya

(8)

yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasikan, perbaikan, dan pembetulan produk yang berkualitas rendah dan dengan opportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas.

Dengan demikian biaya kualitas berhubungan dengan kreasi, identifikasi, reparasi, dan pencegahan terjadinya produk yang tidak sempurna. Sehingga biaya kualitas mengacu pada biaya-biaya yang terjadi untuk mencegah atau biaya-biaya yang timbul sebagai hasil dari memproduksi suatu produk yang berkualitas rendah.

2.2.2.2 Klasifikasi dan Pengukuran Biaya Kualitas

Klasifikasi biaya kualitas menurut Hansen dan Mowen (2009) mengungkapkan ada beberapa kategori biaya kualitas, yaitu sebagai berikut:

1. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)

Biaya Pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya cacat pada produk atau jasa yang dihasilkan. Jika biaya pencegahan naik, diharapkan cost of failure turun. Dengan demikian, biaya pencegahan dikeluarkan untuk menurunkan jumlah produk yang tidak memenuhi syarat.

Biaya pencegahan ini terdiri dari:

a. Biaya pelatihan

Biaya pelatihan adalah pengeluaran-pengeluaran untuk program- program pelatihan internal dan eksternal, yang meliputi upah dan gaji yang dibayarkan dalam pelatihan, biaya instruksi, biaya staf dan macam- macam biaya dan bahan habis pakai untuk menyiapakan pegangan dan manual instruksi.

b. Biaya perencanaan kualitas

(9)

Biaya perencanaan kualitas adalah upah dan overhead untuk perencanaan kualitas, lingkaran kualitas, desain prosedur baru, desain peralatan baru untuk meningkatkan kualitas, kehandalan, dan evaluasi supplier.

c. Biaya pemeliharaan peralatan

Biaya pemeliharaan peralatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasang, menyesuaikan, mempertahankan, memperbaiki dan menginspeksi peralatan produksi, proses, dan sistem.

d. Biaya penjaminan supplier

Biaya penjaminan supplier adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan kebutuhan dan pengukuran data, auditing, dan pelaporan kualitas.

2. Biaya Penilaian (Appraisal Cost)

Biaya Penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk atau jasa memenuhi syarat (standar) yang telah ditetapkan. Biaya- biaya ini terjadi setelah produksi tetapi sebelum penjualan. Biaya penilaian ini terdiri dari:

a. Biaya pengujian dan inspeksi

Biaya pengujian dan inspeksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menguji dan menginspeksi bahan yang datang, produk dalam proses dan produk selesai atau jasa.

b. Peralatan pengujian

(10)

Peralatan pengujian adalah pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh, mengoperasikan atau mempertahankan fasilitas, software, mesin dan peralatan-peralatan pengujian atau penilaian kualitas produk, jasa atau proses.

c. Audit kualitas

Audit kualitas adalah gaji dan upah semua orang yang terlibat alam penilaian kualitas produk atau jasa dan pengeluaran lain yang dikeluarkan selama penilaian kualitas.

d. Pengujian secara laborat

e. Pengujian dan evaluasi lapangan f. Biaya informasi

Biaya informasi adalah biaya untuk menyiapkan dan membuktikan laporan kualitas.

3. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)

Biaya Kegagalan Internal adalah biaya yang terjadi karena dideteksinya produk atau jasa yang tidak sempurna sebelum produk tersebut dikirimkan kepada pihak eksternal. Biaya ini timbul sebagai akibat gagalnya deteksi yang dilakukan oleh aktivitas appraisal. Biaya kegagalan internal ini terdiri dari:

a. Biaya tindakan koreksi

Biaya tindakan koreksi adalah biaya untuk waktu yang dihabiskan untuk menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengkoreksi masalah.

b. Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi

(11)

Biaya pengerjaan kembali dan biaya sisa produksi adalah bahan, tenaga kerja langsung dan overhead untuk sisa produksi, pengerjaan kembali dan inspeksi ulang.

c. Biaya proses

Biaya proses adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang produk atau proses, pemberhentian mesin yang tidak direncanakan, dan gagalnya produksi karena ada penyelaan proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.

d. Biaya ekspedisi

Biaya ekspedisi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempercepat operasi pengolahan karena adanya waktu yang dihabiskan untuk perbaikan atau pengerjaan kembali.

e. Biaya inspeksi dan pengujian ulang

Biaya inspeksi dan pengujian ulang adalah gaji, upah dan biaya yang dikeluarkan selama inspeksi ulang atau pengujian ulang produk- produk yang telah diperbaiki.

4. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)

Biaya Kegagalan Eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa yang dihasilkan gagal memenuhi standar setelah produk tersebut sampai ke tangan pembeli. Biaya kegagalan eksternal terdiri dari:

a. Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan

Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan

adalah gaji dan overhead administrasi untuk departemen pelayanan

(12)

kepada pelanggan (department ”customer service”) memperbaiki produk yang dikembalikan, cadangan atau potongan untuk kualitas rendah, dan biaya angkut

b. Biaya penarikan kembali dan pertanggung jawaban produk

Biaya penarikan kembali dan pertanggung jawaban produk adalah biaya administrasi untuk menangani pengembalian produk.

c. Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan

Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan adalah margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda, penjualan yang hilang dan menurunnya pangsa pasar.

Biaya kualitas berhubungan dengan dua sub kategori dari kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan kualitas antara lain (Hansen dan Mowen, 2015:443):

a. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah dan mendeteksi kualitas yang buruk (karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Kegiatan pengendalian terdiri dari kegiatan pencegahan dan kegiatan penilaian.

b. Aktivitas karena Kegagalan (Failure Activities)

Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau konsumen untuk

merespon kualitas yang buruk (kualitas yang buruk memang telah

terjadi). Kegiatan karena kegagalan terdiri dari kegiatan karena

kegagalan internal dan kegagalan eksternal.

(13)

Selanjutnya Hansen dan Mowen (2015) menyatakan bahwa hubungan antar jenis biaya kualitas, biaya pencegahan dan penilaian bersifat ‘sukarela’

sementara biaya kegagalan internal dan eksternal bersifat ‘tidak sukarela’ karena perusahaan biasa dipaksa untuk membayar baya ini. Biaya pencegahan dan penilaian disebut cost of conformance (biaya kesesuaian), yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk memastikan produk atau jasa memenuhi kebutuhan konsumen.

Sementara itu, biaya kegagalan internal dan eksternal disebut cost of nonconformance (biaya ketidaksesuaian). Biaya kualitas sama dengan jumlah cost of conformance dan cost of nonconformance. Untuk menurunkan biaya kegagalan internal dan eksternal yang merupakan cost of nonconformance adalah dengan cara meningkatkan cost of conformance. Pada akhirnya total biaya kualitas akan lebih rendah.

Gaspersz (2001) menjelaskan bahwa beberapa perusahaan kelas dunia menggunakan ukuran biaya kualitas sebagai indikator keberhasilan program perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkan dengan ukuran-ukuran lain seperti:

a. Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan (persentase biaya kualitas total terhadap nilai penjualan), semakin rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses.

b. Biaya kualitas dibandingkan terhadap keuntungan (persentase biaya kualitas total terhadap nilai keuntungan), semakin rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses.

c. Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan (costs of

goods sold), diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total terhadap

(14)

nilai harga pokok penjualan, dimana semakin rendahnya nilai ini menunjukkan semakin suksesnya program perbaikan kualitas.

Berdasarkan pengukuran terhadap biaya kualitas, maka pihak manajemen dapat menjadikan ukuran-ukuran itu sebagai petunjuk untuk mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan dalam upaya meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan. Jika suatu perusahaan memiliki program reduksi biaya terus menerus melalui peningkatan kualitas, maka pertama kali harus mengidentifikasi biayabiaya yang dikeluarkan pada setiap kategori dari keempat kategori biaya dalam sistem pengendalian kualitas itu.

2.2.2.3 Pandangan terhadap Biaya Kualitas dan Jumlah Kesalahan

Banyak manager bisnis yang beranggapan bahwa peningkatan kualitas dengan peningkatan biaya, sehingga kualitas yang lebih tinggi berarti biaya yang lebih tinggi. Pertanyaan ini dipertanyakan oleh para pioneer kualitas. Dewasa ini, ada tiga kategori pandangan yang berkembang diantara para praktisi mengenai biaya kualitas, yaitu sebagai berikut (Tjiptono dan Diana, 2008).

1. Kualitas yang semakin tinggi berarti biaya yang semakin tinggi. Atribut kualitas seperti kinerja dan karakteristik tambahan menimbulkan biaya yang lebih besar dalam hal tenaga kerja, bahan baku, desain, dan sumberdaya ekonomis lainnya. Manfaat tambahan dari peningkatan kualitas tidak dapat menutupi biaya tambahan.

2. Biaya peningkatan kualitas lebih rendah daripada penghematan yang

dihasilkan. Pandangan ini pertama kali dikemukakan oleh Deming dan dianut

oleh para pemanufaktur Jepang. Penghematan dihasilkan dari berkurangnya

(15)

tingkat pengerjaan ulang, produk cacat, dan biaya langsung lainnya yang berkaitan dengan kerusakan.

3. Biaya kualitas merupakan biaya yang sebenarnya melebihi biaya yang terjadi bila barang atau jasa dihasilkan secara benar sejak saat pertama produksi.

Pandangan ini dianut oleh para pendukung filosofi TQM. Biaya tidak hanya menyangkut biaya bahan langsung, tetapi juga biaya akibat kehilangan pelanggan, kehilangan pangsa pasar, dan banyak biaya tersembunyi lainnya serta peluang yang hilang dan tidak teridentifikasi oleh system akuntansi biaya.

2.2.2.4 Laporan Biaya Kualitas

Sebagai suatu langkah penting dalam program perbaikan kualitas, perusahaan seringkali menyusun laporan biaya kualitas yang memberikan sebuah perkiraan adanya konsekuensi keuangan dari tingkat cacat produk yang ada di perusahaan. Supriyono (2010) menjelaskan bahwa laporan biaya kualitas memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang biaya kualitas. Laporan kinerja ini penting untuk program perbaikan kualitas. Manajemen memerlukan laporan biaya kualitas secara periodik dalam bentuk perbandingan antarperiode akuntansi. Empat jenis kemajuan yang dapat diukur dan dilaporkan menurut adalah:

1. Laporan Standar Interim

Laporan kinerja mutu interim membandingkan biaya sesungguhnya

untuk periode tersebut dengan yang dianggarkan. Laporan ini untuk

(16)

menunjukkan kemajuan yang berkembang dengan standar atau sasaran periode sekarang.

2. Laporan Trend Satu Periode

Laporan trend satu periode membandingkan kinerja tahun ini dengan cara membandingkan biaya mutu yang sesungguhnya terjadi pada tahun ini dan biaya mutu yang sesungguhnya di tahun sebelumnya. Laporan ini untuk menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan kinerja kualitas tahun terakhir.

3. Laporan Trend Periode Ganda

Laporan trend periode ganda menunjukkan kemajuan sejak awal mula program penyempurnaan mutu sampai periode terakhir. Laporan ini biasanya disajikan dalam sebuah grafik, sumbu vertikal menggambarkan biaya mutu dalam persentase yang dihitung dari penjualan, sumbu mendatar menunjukkan tahun-tahun program penerapan mutu.

4. Laporan Kinerja Mutu Jangka Panjang

Laporan kinerja mutu jangka panjang membandingkan biaya mutu sesungguhnya untuk periode ini dengan biaya yang diharapkan jika standar kerusakan nol tercapai dengan anggapan tingkat penjualan sama dengan tingkat penjualan periode ini. Laporan ini untuk menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan standar atau sasaran jangka panjang.

Supriyono (2010) menambahkan bahwa manfaat dalam menganalisis serta melaporkan biaya kualitas yaitu:

1. Biaya Kualitas sebagai alat pengukuran (Measurement Tool).

(17)

Melalui biaya kualitas dapat diperoleh pengukuran dalam nilai uang yang setiap aktivitas kualitas. Selain itu juga mengadakan pengukuran yang komparatif untuk mengevaluasi program kualitas dibandingkan dengan hasil yang dicapai.

2. Biaya Kualitas sebagai alat analisis proses kualitas (Process-Quality Analysis Tool).

Biaya kualitas yang dibagi-bagi berdasarkan lini produk dan bagian dari aliran proses berguna sebagai alat analisis yang akan menunjukan daerah permasalahan utama.

3. Biaya Kualitas sebagai alat pemprograman (Programming Tool).

Suatu analisis menyediakan suatu dasar bagi pelaksanaan suatu tindakan melalui program yang dibentuknya. Salah satu fungsi dari program adalah penugasan sumber daya yang tersedia untuk melaksanakan tindakan.

Demikian juga analisis terhadap kualitas akan dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasikan tindakan mana yang akan memberikan keuntungan terbesar sehingga dapat diprioritaskan.

4. Biaya Kualitas sebagai alat penganggaran (Budgetting-Tool)

Biaya kualitas merupakan suatu petunjuk terhadap penganggaran pengeluaran yang diperlukan untuk mencapai kualitas yang diinginkan.

5. Biaya Kualitas sebagai alat peramalan (Predictive Tool).

Data mengenai biaya kualitas dapat dipergunakan untuk mengevaluasi

dan meyakinkan prestasi yang berhubungan dengan pencapaian sasaran dan

(18)

menghadapi persaingan di pasar dan berguna juga sebagai alat evaluasi atas produk.

Laporan biaya kualitas dapat digunakan untuk mengkaji besarnya biaya kualitas dan digunakan sebagai indikator kemajuan perbaikan kualitas. Bentuk umum laporan biaya kualitas adalah sebagai berikut (Gaspersz 2001:173).

Tabel 2.1.

Bentuk Umum Laporan Biaya Kualitas Bulanan

Deskripsi

Bulan : ……….

Rp

Persen dari Biaya Total

(%)

Biaya Pencegahan

 Administrasi Pengendalian Kualitas ………

 Rekayasa Pengedalian Kualitas ………

 Perencanaan Kualitas ………

 Pelatihan ………

Total Biaya Pencegahan

Biaya Penilaian

 Inspeksi dan Pengujian ………

 Pengendalian Pemasok ………

 Pengendalian Pengukuran ………

 Penggunaan Material untuk Pengukuran ………

 Audit Kualitas Internal ………

Total Biaya Penilaian ………

Biaya Kegagalan Internal

 Material Terbuang ………

 Perbaikan Ulang atau Pengerjaan Ulang ………

 Analisis Kegagalan Internal ………

 Inspeksi dan Pengujian Ulang ………

 Downtime Mesin ………

(19)

 Downgrading atas Produk ………

Total Biaya Kegagalan Internal ………

Biaya Kegagalan Eksternal

 Kegagalan dalam Pengujian ………

 Biaya Penggantian dalam Masa Jaminan ………

 Analisis Kegagalan Eksternal ………

 Kerusakan atau Kehilangan dalam

Inventori ………

Total Biaya Kegagalan Eksternal ………

Total Biaya Kualitas ……… 100%

Deskripsi

Bulan : ……….

Rp

Persen dari Biaya Total

(%)

Basis:

Biaya Tenaga Kerja Langsung ………

Harga Pokok Penjualan ………

Penjualan Total ………

Rasio:

Rasio Biaya Total Kegagalan Internal terhadap

Biaya Tenaga Kerja Langsung ………

Rasio Biaya Total Kualitas terhadap Harga

Pokok Penjualan ………

Rasio Biaya Total Kualitas terhadap Penjualan

Total ………

Sumber: Gaspersz (2001).

2.2.3 Profitabilitas

2.2.3.1 Pengertian Profitabilitas

Gitman (2009) mendefinisikan profitabilitas merupakan hubungan antara

pendapatan dan biaya yang dihasilkan dengan menggunakan aset perusahaan, baik

(20)

lancar maupun tetap, dalam aktivitas produksi. Definisi profitabilitas ini mengandung pengertian bahwa

1) Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk melaksanakan aktivitas yang produktif.

2) Dalam pengertian profitabilitas diatas terkandung juga pengertian semakin tinggi tingkat efisiensi dari suatu perusahaan dalam mengelola aktivanya, maka akan semakin tinggi profitabilitasnya.

3) Profitabilitas ditentukan oleh hubungan antara pendapatan dengan biaya.

2.2.3.2 Pengukuran Profitabilitas

Mardiyanto (2009:61) menjelaskan bahwa profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, yakni Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin), Laba Bersih atas Penjualan (Net Profit Margin), Laba atas Investasi (Return on Investment), Laba atas Modal Sendiri (Return on Equity), dan Laba Bersih per Saham (Earning per Share).

1. Gross Profit Margin (GPM) merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan tingkat penjualan. Gross Profit Margin (GPM) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

𝐺𝑟𝑜𝑜𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ × 100%

2. Net Profit Margin (NPM), merupakan perbandingan jumlah hasil penjualan yang diperoleh selama masa tertentu dengan laba sesudah pajak.

Rasio Net Profit Margin (NPM) dipergunakan untuk menilai profitabilitas

sekaligus kemampuan manajemen perusahaan menekan biaya

(21)

operasioanal. Profit on Sales dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut:

𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ × 100%

3. Return on Investment (ROI), membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva. Return on Investment dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut:

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑒𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 × 100%

4. Return on Equity (ROE) atau sering disebut juga Rentabilitas Modal Sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Return on Equity (ROE) dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut:

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 × 100%

Kasmir (2013:134) menjelaskan bahwa standar umum rata-rata industri untuk mengukur rasio profitabilitas adalah sebagaimana berikut ini.

Tabel 2.2.

Kriteria Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas Standar Umum Rata-rata Industri

Gross Profit Margin (GPM) 30%

Net Profit Margin (NPM) 20%

Return on Investment (ROI) 30%

Return on Equity (ROE) 40%

Sumber: Kasmir (2013).

(22)

2.2.4 Hubungan Biaya Kualitas dengan Profitabilitas

Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Profitabilitas Penggolongan biaya kualitas ke dalam empat kategori yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal adalah sebagai perangkat bagi manajemen atau pihak lain untuk mempermudah melakukan analisis terhadap elemen-elemen biaya kualitas baik itu dari segi perilakunya maupun hubungan antar masing-masing elemen dari biaya tersebut serta pengaruhnya terhadap variabel lain di luar biaya kualitas, misalnya dengan tingkat produktivitas dan profitabilitas perusahaan. Empat golongan biaya kualitas tersebut dapat dikelompokkan lagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu biaya pengendalian/cost of control (pencegahan dan penilaian) dan biaya kegagalan/failure cost (internal dan eksternal).

Blocher, Chen dan Lin (2002) menjelaskan bahwa semakin besar

perusahaan menginvestasikan modalnya pada aktivitas pengendalian, maka

semakin kecil biaya kegagalan yang terjadi. Meningkatnya biaya pencegahan

yang dilakukan oleh perusahaan akan menyebabkan biaya penilaian yang

dikeluarkan juga akan meningkat. Hal itu terjadi karena kedua biaya tersebut

merupakan suatu kesatuan usaha pengendalian yang dilakukan untuk

meningkatkan kualitas. Usaha pengendalian kualitas yang dilakukan dengan

mengeluarkan biaya pencegahan dan penilaian akan menyebabkan berkurangnya

kualitas produk cacat yang dihasilkan sebelum produk tersebut dikirim ke

konsumen. Dengan menurunnya produk cacat tersebut. Maka biaya-biaya yang

(23)

dikeluarkan untuk memperbaiki kembali produk yang cacat (biaya kegagalan internal) akan semakin menurun.

Blocher, Chen dan Lin (2002) menyatakan bahwa dengan meningkatnya kualitas pada suatu produk yang dihasilkan maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif dan menikmati tingkat profitabilitas yang tinggi.

Meningkatnya kualitas produk tentu dapat menurunkan tingkat pengembalian

produk (retur) dari pelanggan, sehingga dengan itu akan berdampak pada

menurunnya biaya garansi dan perbaikan.

Referensi

Dokumen terkait

Balai PATP mendukung arah dan sasaran Strategis Pembangunan Pertanian dan Pangan Lima Tahun ke depan (2020-2024), melalui upaya-upaya pengelolaan alih teknologi, invensi

Kontrol yang digunakan pada penelitian ini adalah kontrol RPMI sebagai kontrol standar dimana sumur (well) tidak diberi perlakuan baik ekstrak buah merah maupun gom arab tetapi

Krisis lain yang dapat menimpa suatu keluarga adalah bila ada perbenturan nilai antar anggota keluarga atau antar generasi, misalnya antara orangtua sebagai

Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di

Tidak terdapat hubungan antara frekuensi makan sehari, kebiasaan sarapan pagi, dan kesukaan jajan dengan status gizi (p >0.05), namun demikian frekuensi makan pada contoh

Untuk lama menjalani hemodialisa dapat dilihat dari tabel di atas bahwa, 16 responden yang memiliki tingkat stres sedang lama menjalani hemodialisa kurang dari 2

Selain itu, peralatan dan bahan kimia yang ada di dalam Laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi Praktikan yang sedang

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa dari 3 sub keterampilan proses sains AUD, yang paling banyak dikuasai oleh siswa dimana siswa yang mencapai kategori