• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Reasoned Action (TRA). TRA pertama kali diperkenalkan oleh Martin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Reasoned Action (TRA). TRA pertama kali diperkenalkan oleh Martin"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

10 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA). TRA pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen, (Jogiyanto, 2007). Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Secara sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. TRA paling berhasil ketika diaplikasikan pada perilaku yang di bawah kendali individu sendiri. Sedangkan TPB dikembangkan oleh Ajzen dalam Jogiyanto (2007) dengan menambahkan konstruk yang belum ada di TRA. Konstruk ini disebut dengan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control). Konstruk ditambahkan di TPB untuk mengontrol perilaku individual yang dibatasi oleh kekurangan-kekurangannya dan keterbatasan-keterbatasan dari kekurangan sumber-sumber daya yang digunakan untuk melekukkan perilakunya (Hsu and Chiu 2002).

Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta keyakinan tentang adanya faktor yang dapat mendukung atau

(2)

menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs).

Dengan menambahkan sebuah konstruk ini, yaitu kontrol perilaku persepsian (Perceived behavioral control), maka bentuk dari model TPB tampak di gambar berikut ini.

Gambar 2.1

Theory of Planned Behavior

Sumber: Jogiyanto (2007).

Gambar 2.1 di atas menjelaskan bahwa dalam TPB, minat ditentukan oleh tiga konstruk, yaitu:

1) Attitude towards Behavioral (Sikap terhadap prilaku)

Sikap adalah evaluasi individu secara positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian, perilaku atau minat tertentu (Ajzen, 2005). Sikap merupakan suatu faktor dalam diri seseorang yang dipelajari untuk Sikap Terhadap PrilakuS

(Attitude towards Behavioral)ikap terhadap perilaku (attitude

Kontrol Prilaku Persepsian (Perceived Behavioral Control) Norma Subyektif (Subjective Norm) Minat Prilaku (Behavioral Intention) Prilaku (Behavior)

(3)

memberikan respon positif atau negatif pada penilaian terhadap sesuatu yang diberikan. Munculnya minat perilaku seseorang dipengaruhi oleh munculnya sikap awal dari orang tersebut. Menurut Assael (2001) dalam Manda dan Iskandarsyah (2012) sikap merupakan kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respon kepada obyek atau kelas obyek secara konsisten baik dalam rasa suka maupun tidak suka. Sebagai contoh apabila seseorang menganggap sesuatu bermanfaat bagi dirinya maka dia akan memberikan respon positif terhadapnya, sebaliknya jika sesuatu tersebut tidak bermanfaat maka dia akan memberikan respon negatif.

2) Subjective Norm (Norma Subjektif)

Subjective norm mengacu pada tekanan sosial yang dihadapi oleh individu untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Ajzen (2005) memaparkan Subjective norm merupakan fungsi yang didasarkan oleh belief yang disebut sebagai normative beliefs, yaitu belief mengenai kesetujuan dan atau ketidaksetujuan seseorang maupun kelompok yang penting bagi individu terhadap suatu perilaku. Subjective norm merupakan persepsi seseorang tentang pemikiran orang lain yang akan mendukung atau tidak mendukungnya dalam melakukan sesuatu. Lo Choi Tung (2011) mengatakan bahwa “subjective norm refers to the social pressures perceived by individuals to perform or not to perform the behavior. It relates to the beliefs that other people encourage or discourage to carry out a behavior” (norma subjektif mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan oleh individu untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku. Seorang individu akan cenderung melakukan

(4)

perilaku jika termotivasi oleh orang lain yang menyetujuinya untuk melakukan perilaku tersebut.

3) Perceived Behavioral Control (Kontrol Prilaku Persepsian)

Wijaya (2007) menyatakan bahwa kontrol perilaku persepsian merupakan persepsi terhadap kekuatan faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit. Kontrol perilaku persepsian adalah persepsi kemudahan atau kesulitan dalam melakukan suatu perilaku. Lo Choi Tung (2011) mengemukakan bahwa kontrol perilaku relates to the beliefs about the availability of supports and resources or barriers to performing an entrepreneurial behavior (control beliefs) (berkaitan dengan keyakinan tentang ketersediaan dukungan dan sumber daya atau hambatan untuk melakukan suatu perilaku kewirausahaan).

Dari Gambar 2.1, Perceived Behavioral Control dapat mempunyai dua fitur (Jogiyanto, 2007) sebagai berikut:

1) Teori ini mengansumsi bahwa kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) mempunyai implikasi motivasional terhadap minat. Orang– orang yang percaya bahwa mereka tidak mempunyai sumber- sumber daya yang ada atau tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan perilaku tertentu mungkin tidak akan membentuk minat berperilaku yang kuat untuk melakukannya walaupun mereka mempunyai sikap yang positif terhadap perilakunya dan percaya bahwa orang lain akan menyetujui seandainya mereka melakukan perilaku tersebut. Dengan demikian diharapkan terjadi hubungan antara kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) dengan minat

(5)

yang tidak dimediasi oleh sikap dan norma subyektif. Di model ini ditunjukkan dengan panah yang menghubungkan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) ke minat.

2) Fitur kedua adalah kemungkinan hubungan langsung antara kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) dengan perilaku. Di banyak contoh, kinerja dari suatu perilaku tergantung tidak hanya pada motivasi untuk melakukannya tetapi juga kontrol yang cukup terhadap perilaku yang dilakukan. Dengan demikian, kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) dapat mempengaruhi perilaku secara tidak langsung lewat minat, dan juga dapat memprediksi perilaku secara langsung. Di model hubungan langsung ini ditunjukan dengan panah yang menghubungkan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) langsung ke perilaku (behavior).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang akan melakukan suatu perilaku tertentu jika orang tersebut mengevaluasi perilaku tersebut secara positif, ditambah individu tersebut mendapatkan tekanan dari sosial untuk melakukan perilaku tersebut, serta individu tersebut percaya bisa dan memiliki kesempatan untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005).

2.1.2 Pengetahuan Akuntansi

Definisi akuntansi yang dimuat dalam Accountancy Terminology Bulletin No.1 yang diterbitkan oleh Accounting Principles Board (APB) dalam Suwardjono (2002:5) sebagai berikut :

(6)

“Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut.”

Belkaoui (2006:50) mendefinisikan akuntansi sebagai suatu aktivitas jasa dan fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan- keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan di antara alternatif tindakan yang ada. Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pembuat keputusan (Harrison, 2007:4).

Pengetahuan akuntansi dapat didefinisikan sebagai seperangkat ilmu yang tersusun secara sistematis tentang bagaimana seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, penginterprestasian hasil proses tersebut berupa informasi kuantitatif yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar dalam memilih diantara berbagai alternatif (Siregar, 2009:23).

2.1.3 Prinsip – prinsip Akuntansi

Prinsip Akuntansi adalah pedoman umum yang dipakai di dalam penyelenggaraan akuntansi. Prinsip-prinsip tersebut berupa semua konsep, ketentuan, prosedur, metode, dan teknik yang tersedia secara teoritis maupun praktis yang berhubungan dengan persoalan tentang mengidentifikasikan,

(7)

mengukur, dan mencatat dan menyajikan aktiva, hutang, modal, pendapat dan biaya-biaya dalam laporan keuangan ( Siregar, 2009:25).

Menurut Suwardjono (2002:20) pada dasarnya prinsip-prinsip akuntansi yang lazim dapat diklasifikasi sebagai berikut :

1) Prinsip harga perolehan (cost principle)

Prinsip ini dipakai karena harga pokok atau harga perolehan mempunyai nilai yang pasti dan dapat ditentukan secara obyektif.

2) Prinsip realisasi pendapatan (revenue realization princile)

Prinsip ini menyangkut cara penentuan pendapatan berkala yang dapat memenuhi kebutuhan untuk penyusunan laporan keuangan yang tepat pada waktunya.

3) Prinsip mempertemukan pendapatan dan biaya (Matching Principle)

Prinsip ini bertujuan untuk menyajikan laba bersih (net income) yang wajar pada setiap periode akuntansi.

4) Prinsip pengungkapan penuh/pelaporan (Fulldisclosure/finansil reporting principle)

Prinsip ini didasarkan pada pertimbangan bahwa laporan keuangan harus dapat memberikan cukup informasi yang dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh para pemakai laporan keuangan tersebut.Prinsip ini mengakui bahwa sifat dan banyaknya informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menggambarkan hasil dari serangkaian pertimbangan untuk tercapainya kesepadanan antara biaya yang diperlukan dengan manfaat yang diberikan oleh informasi tersebut.

(8)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka informasi akuntansi yang disampaikan harus memenuhi prinsip-prinsip harga perolehan, realisasi pendapatan, pengungkapan penuh/pelaporan, mempertemukan pendapatan dan biaya-biaya.

2.1.4 Wirausaha dan Jiwa Wirausaha

Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan (Kasmir, 2010:16). Wirausaha merupakan orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Menurut Peter F. Drucker (1994) dalam Kasmir (2010:17), kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sementara itu Zimmerer (2004) mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan/usaha.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat peluang yang ada dan menciptakan sesuatu yang berbeda dan dapat memenuhi kebutuhan orang banyak dan memiliki nilai tambah bagi pengusaha tersebut.

Berikut dapat dijelaskan karakteristik seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi (Trimurti, 2005:66).

(9)

1) Keberhasilan usaha

Ukuran pencapaian kegiatan usaha yang dicapai pada saat sekarang dibandingkan dengan kondisi masa lampau yang diukur dari besaran penjualan, keuntungan dan jumlah pelanggan.

2) Percaya diri

Dimensi kejiwaan seseorang yang mempunyai keteguhan, ketidaktergantungan, kepribadian mantap, dan optimisme.

3) Berorientasi pada tugas dan hasil

Dimensi kejiwaan seseorang yang haus akan prestasi dan berorientasi laba atau hasil, tekun dan tabah, tekad, kerja keras, motivasi, energik, dan penuh inisiatif.

4) Pengambil resiko

Dimensi kejiwaan seseorang yang mampu mengambil resiko dan suka pada tantangan.

5) Kepemimpinan

Dimensi kejiwaan seseorang yang mampu memimpin, dapat bergaul dengan orang lain, dan menanggapi saran dan kritik.

6) Keorisinilan

Dimensi kejiwaan seseorang yang inovatif, kreatif, flexibel, banyak sumber, serba bisa, dan mengetahui banyak hal.

7) Berorientasi ke masa depan

Dimensi kejiwaan seseorang yang mempunyai pandangan kedepan dan perspektif.

(10)

Jadi dapat disimpulkan jiwa kewirausahaan adalah suatu kepribadian yang kreatif dimiliki oleh seseorang untuk membaca peluang dan menciptakan suatu produk yang unik dan dapat memenuhi kebutuhan hidup orang banyak serta dapat menghasilkan nilai tambah bagi pengusaha tersebut.

2.1.5 Penggunaan Informasi Akuntansi Dalam Pembuatan Keputusan Investasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), arti kata penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu. Informasi dalam bisnis berkaitan dengan pengambilan keputusan. Informasi usaha membantu memilih jalan keluar sekarang atau yang akan datang untuk mencapai tujuan perusahaan (Astuti, 2007). Informasi merupakan data yang diproses atau data yang mempunyai arti (McLeod, 1998). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan penggunaan informasi akuntansi merupakan proses, cara, pembuatan informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan.

Akuntansi menghasilkan informasi yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan. Informasi merupakan data yang disajikan dengan cara tertentu sehingga mempunyai makna bagi pemakainya. Suatu informasi akan bermakna apabila memiliki kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keyakinan pemakai dalam pengambilan keputusan. Jadi, suatu informasi harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Menambah pengetahuan pengambil keputusan (masa sekarang dan masa mendatang).

(11)

2) Menambah keyakinan pemakai informasi mengenai probabilitas terealisasinya suatu harapan dalam kondisi ketidak pastian.

3) Dapat mengubah keputusan atau menyebabkan perubahan perilaku (tindakan).

Informasi dikatakan memiliki kualitas jika berkaitan dengan intensitas informasi dalam memenuhi nilai informasi diatas. Kualitas yang tinggi akan memberi kepuasan (utility) yang tinggi pula bagi pemakainya. Relevansi dan realibilitas merupakan unsur utama pembentuk kualitas informasi. Relevansi ditentukan oleh nilai prediktif (predictive value), nilai balikan (feedback value), dan ketersediaan informasi pada waktunya (timelines). Reliabilitas informasi ditentukan oleh keterujian (verifiability), kenetralan (neutrality), dan ketepatan penyimbolan makna ekonomik yang ingin diungkapkan (representational faithfulness). Komparabilitas (comparability) atas penyajian informasi merupakan kualitas kedua, dan menjadikan informasi lebih bermakna karena tendensinya dapat diinterpretasikan oleh para pemakai. Agar komparabilitas dapat dijalankan, perlakuan akuntansi untuk setiap periode harus konsisten (Astika, 2010:25).

Belkaoui (2006) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan. Agar data keuangan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan, maka data tersebut harus disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai. Informasi akuntansi digolongkan menjadi tiga

(12)

jenis yaitu informasi operasi, informasi akuntansi manajemen, dan informasi akuntansi keuangan.

1) Informasi Operasi

Informasi ini menyediakan data mentah bagi informasi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. Informasi operasi yang terdapat pada perusahaan manufaktur antara lain : informasi produksi, informasi pembelian dan pemakaian bahan baku, informasi penggajian, informasi penjualan, dan lain-lain (Mulyadi, 2005:15).

2) Informasi Akuntansi Manajemen

Informasi akuntansi yang dibuat untuk kepentingan manajemen disebut informasi akuntansi manajemen. Informasi ini digunakan dalam tiga fungsi manajemen, yaitu : (1) perencanaan, (2) implementasi, (3) pengendalian. Informasi akuntansi manajemen ini dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi manajemen (Hansen & Mowen, 2009:7). Informasi akuntansi manajemen ini disajikan kepada manajemen perusahaan dalam berbagai laporan, seperti anggaran, laporan penjualan, laporan biaya produksi, laporan biaya melalui pusat pertanggungjawaban, laporan biaya menurut aktivitas dan lain-lain.

3) Informasi Akuntansi Keuangan

Informasi akuntansi keuangan digunakan baik oleh manajer maupun pihak eksternal perusahaan, dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan keuangan suatu

(13)

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambil keputusan ekonomi (IAI, 2009).

Informasi akuntansi yang dihasilkan oleh pihak manajemen perusahaan mempunyai beberapa karakteristik kualitatif yang harus dimiliki. Karakteristik-karakteristik kualitatif tersebut akan membedakan informasi yang bermanfaat dengan informasi yang kurang bermanfaat bagi penggunanya. Dalam pemilihan metode akuntansi yang akan digunakan perusahaan, karakteristik-karakteristik tersebut haruslah menjadi salah satu dasar pertimbangan pemilihan metode akuntansi yang akan digunakan. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SAFC) No. 2 (Astika, 2011:148) karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi adalah sebagai berikut :

1) Relevan maksudnya adalah kapasitas informasi yang dapat mendorong suatu keputusan apabila dimanfaatkan oleh pemakai untuk kepentingan memprediksi hasil di masa depan yang berdasarkan kejadian waktu lalu dan sekarang. Ada tiga karakteristik utama yaitu:

a. Ketepatan waktu (timeliness), yaitu informasi yang siap digunakan para pemakai sebelum kehilangan makna dan kapasitas dalam pengambilan keputusan;

b. Nilai prediktif (predictive value), yaitu informasi dapat membantu pemakai dalam membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian yang lalu, sekarang dan masa depan;

(14)

c. Umpan balik (feedback value), yaitu kualitas informasi yang memngkinkan pemakai dapat mengkonfirmasikan ekspektasinya yang telah terjadi di masa lalu.

2) Reliabel, maksudnya adalah kualitas informasi yang dijamin bebas dari kesalahan dan penyimpangan atau bias serta telah dinilai dan disajikan secara layak sesuai dengan tujuannya. Reliabel mempunyai tiga karakteristik utama yaitu:

a. Dapat diperiksa (veriviability), yaitu konsensus dalam pilihan pengukuran akuntansi yang dapat dinilai melalui kemampuannya untuk meyakinkan bahwa apakah informasi yang disajikan berdasarkan metode tertentu memberikan hasil yang sama apabila diverivikasi dengan metode yang sama oleh pihak independen;

b. Kejujuran penyajian (representation faithfulness), yaitu adanya kecocokan antara angka dan diskripsi akunatnsi serta sumber-sumbernya; c. Netralitas (neutrality), informasi akuntansi yang netral diperuntukkan bagi kebutuhan umum para pemakai dan terlepas dari anggapan mengenai kebutuhan tertentu dan keinginan tertrentu para pemakai khusus informasi.

3) Daya Banding (comparability), informasi akuntansi yang dapat dibandingkan menyajikan kesamaan dan perbedaan yang timbul dari kesamaan dasar dan perbedaan dasar dalam perusahaan dan transaksinya dan tidak semata-mata dari perbedaan perlakuan akuntansinya.

(15)

4) Konsistensi (consistency), yaitu keseragaman dalam penetapan kebijaksanaan dan prosedur akuntansi yang tidak berubah dari periode ke periode.

Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu : investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya (Halim, 2005:4).

Investasi merupakan pengorbanan dari beberapa nilai sekarang (certain present value), untuk nilai masa datang (future value) yang belum bisa dijamin kepastiannya (possibly uncertain). Investasi juga dapat didefinisikan sebagai aktivitas penanaman dana saat ini yang diharapkan pengembaliannya di masa datang, untuk mengkompensasi dana yang telah ditanamkan tersebut untuk periode tertentu Aprianto (2014). Menurut Putra (2003:1) dalam Hamonangan (2007) investasi didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang menunda konsumsi atau penggunaan sejumlah dana pada masa sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.

Pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi disebut investor. Investor pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor indvidual

(16)

(individual/retail investors) dan investor institusional (institutional investors). Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi. Sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana (bank dan lembaga simpan pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi Krisanti (2012).

Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa dating, sehingga investor bisa mendapatkan hasil dari kegiatan investasi yang dijalankan. Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset-aset yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan.

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan investasi : 1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada saat ini agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

2) Mengurangi tekanan inflasi

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat pengaruh inflasi.

(17)

3) Dorongan untuk menghemat pajak

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa investasi menyangkut dua dimensi waktu, yakni masa sekarang dan masa yang akan datang. Pengertian yang dimaksud didasari oleh konsep nilai waktu dari uang (the time value for money concept) dimana uang yang dimiliki oleh seseorang sekarang tidak akan sama nilainya dengan satu tahun yang akan datang (Sartono, 2001:45), yang melibatkan unsur ketidakpastian. Investasi selalu berhubungan dengan tingkat pengembalian berupa keuntungan yang merupakan tujuan dari kegiatan investasi tersebut.

Jawabreh & Alrabei (2012) menyatakan bahwa Informasi akuntansi dapat digunakan untuk menerjemahkan dimensi-dimensi umum yang berbeda menjadi dimensi keuangan. Informasi akuntansi menggunakan kategori formal untuk mengumpulkan dan melaporkan informasi yang menciptakan bahasa yang sama untuk dapat berkomunikasi. Formalisasi memungkinkan transmisi informasi kepada fungsi-fungsi yang berbeda dalam organisasi agar dapat memberikan masukan kepada proses pengambilan keputusan. Informasi akuntansi juga representasi sempurna yang mendasari masalah pembuatan keputusan, karena tidak semua aspek yang terlibat dapat diukur dengan sempurna dalam jumlah keuangan (Galbraith,1973). Informasi akuntansi dapat membantu manajer untuk

(18)

memahami tugas-tugas mereka lebih jelas dan mengurangi ketidakpastian sebelum membuat keputusan mereka (Chong, 1996).

2.1.6 Usia

Usia merupakan faktor yang dapat membedakan prilaku seseorang dalam mengambil suatu tindakan. Ada empat tahap dasar kehidupan seseorang menurut Bardwick yang ditulis kembali oleh Kusmawati (2011). Tahapan tersebut adalah tahap transisi awal kedewasaan (17-28 tahun), tahap kemapanan (30-40 tahun), pertengahan kedewasaan (40-45 tahun) dan tahap usia 50 tahun atau lebih. Perbedaan tahapan transisi tersebut akan mempengaruhi emosi dan cara berfikir dalam pengambilan keputusan terutama keputusan yang terkait dengan investasi. Hal ini terkait dengan orientasi kepentingan yang dimiliki di masing-masing tahapan tersebut.

Pada saat usia muda seseorang cenderung akan lebih bersemangat, memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar dan lebih berani mengambil risiko, sedangkan pada usia yang semakin tua, seseorang akan lebih memperhatikan resiko dan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan. Dari segi kebutuhan, dengan bertambahnya usia maka kebutuhan hidupnya pun semakin meningkat sehingga mendorong seseorang untuk melakukan usaha yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya ketika sudah mencapai umur tertentu usaha yang dilakukan justru akan menurun seiring berkurangnya kebutuhan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinha (1996) di India, menunjukkan bahwa sebagian besar wirausaha yang sukses adalah mereka yang berusia muda. Hal senada juga dibuktikan oleh Dalton dan Holloway (1989),

(19)

bahwa banyak calon wirausaha yang telah mendapat tanggung jawab besar pada saat berusia muda.

2.2 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhairi, dkk (2009) tentang pengaruh pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha terhadap penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lokus pengawasan, keinginan berprestasi, dan pengetahuan akuntansi memberikan pengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi dalam keputusan investasi. Ketidakpastian lingkungan yang juga dapat mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi dalam membuat keputusan belum mampu menjelaskan hubungan diantara variabel yang dianalisis. Hal ini diduga karena penilaian yang diberikan oleh wirausaha yang bergerak dalam sektor manufaktur skala menengah terhadap kondisi lingkungan yang dihadapi mereka adalah netral sehingga belum mampu memberikan tantangan bagi wirausaha tersebut.

Indarti dan Rostiani (2008) meneliti intensi kewirausahaan mahasiswa (studi perbandingan antara Indonesia, Jepang dan Norwegia). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel yang terkait yaitu kepribadian, instrumen dan demografi bersama- sama secara signifikan menentukan intensi kewirausahaan. Sedangkan kebutuhan akan prestasi, umur, dan gender tidak terbukti secara signifikan sebagai prediktor intensi kewirausahaan.

(20)

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Shonhadji (2009) yang meneliti pengaruh pengetahuan akuntansi, wirausaha (Locus of Control) dan ketidak pastian lingkungan terhadap penggunaan informasi dalam pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel pengetahuan akuntansi dan jiwa kewirauhasaan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial, secara parsial variabel pengetahuan akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, sedangkan variabel kepribadian wirausaha tidak berpengaruh signifikan, pengetahuan akuntansi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan kinerja manajerial, kepribadian wirausaha berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap keberhasilan kinerja manajerial.

Roudah (2008) meneliti tentang pengaruh pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha terhadap penggunaan informasi akuntansi dalam keputusan investasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha tidak berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi dalam keputusan investasi dan variabel ketidakpastian lingkungan tidak memoderasi hubungan antara kepribadian wirausaha dengan penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan investasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009) tentang pengerauh pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha terhadap kinerja manajerial pada perusahaan jasa di kota Medan. Hasilnya penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha tidak berpengaruh secara

(21)

parsial terhadap kinerja manajerial, sedangkan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.

Rahman dan McCosh (1976) dalam penelitiannya menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai pengetahuan dan keinginan berprestasi yang tinggi akan lebih sedikit dalam menggunakan informasi akuntansi, khususnya dalam penilaian prestasi bawahan. Hal ini disebabkan karena seseorang yang memiliki keinginan berprestasi yang tinggi selalu berupaya untuk mencari cara baru dan lebih baik. Mereka tidak hanya ingin menggunakan informasi akuntansi saja tetapi juga informasi bukan akuntansi, karena kombinasi kedua ukuran ini dapat memberikan hasil penilaian prestasi yang lebih baik.

Kuntowicaksono (2012) meneliti pengaruh pengetahuan wirausaha dan kemampuan memecahkan masalah terhadap minat berwirausaha siswa sekolah menengah kejuruan. Hasilnya menunjukkan bahwa Secara simultan ada pengaruh pengetahuan kewirausahaan untuk memecahkan masalah terhadap minat kewirausahaan siswa. Secara parsial tidak ada pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap minat kewirausahaan siswa. Sedangkan kemampuan untuk memecahkan masalah kewirausahaan berpengaruh secara partial terhadap minat kewirausahaan siswa.

Anaglo, et al (2014) di dalam penelitiannya tentang pengaruh wirausaha dan karakteristik perusahaan pada skala kecil perusahaan ikan di Asuogyaman dan Dayi Districts Selatan, Ghana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia petani ikan memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan pelanggan. Pelanggan mendapatkan kepuasan lebih dari petani yang berusia tua. Tidak ada hubungan

(22)

yang signifikan antara tingkat pendidikan dari para pengusaha dan keberhasilan perusahaan, menyiratkan bahwa pencapaian pendidikan tidak berdampak terhadap keberhasilan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Aminul, et al (2011) tentang pengaruh karakteristik wirausaha dan karakteristik perusahaan pada keberhasilan usaha kecil dan menengah di Bangladesh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik wirausaha menjadi faktor yang signifikan bagi keberhasilan bisnis UKM di Bangladesh. Namun karakteristik perusahaan ditemukan tidak menjadi faktor yang signifikan pada keberhasilan bisnis UKM di Bangladesh.

Aprianto (2014) meneliti tentang pengaruh pengetahuan akuntansi dan jiwa kewirausahaan terhadap penggunaan informasi akuntansi dalam pembuatan keputusan investasi bagi mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan akuntansi berpengaruh positif dan signifikan secara parsial dan jiwa kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan pada penggunaan informasi akuntansi.

Akintoye (2008) meneliti tentang mengoptimalkan keputusan investasi melalui informatif akuntansi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Nigeria (NSE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk badan pengatur yang relevan untuk mengingatkan investor pada sejauh mana mereka dapat mengandalkan informasi akuntansi yang disediakan dalam laporan keuangan / perusahaan, sebagai dasar untuk membuat keputusan investasi mereka.

(23)

Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Dwirandra (2015) tentang pengaruh kepribadian wirausaha dan pengetahuan akuntansi pada penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Variabel kepribadian wirausaha dan pengetahuan akuntansi memiliki pengaruh positif dan signifikan pada penggunaan informasi akuntansi dalam pembuatan keputusan investasi.

Wahyudi (2009) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah (UKM) di Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan, pendidikan manajer/pemilik, skala usaha, berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi pada UKM di Yogyakarta. Masa memimpin perusahaan, umur perusahaan dan pelatihan akuntansi manajer/pemilik tidak berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi pada UKM di Yogyakarta.

Krisanti (2012) meneliti tentang pengaruh pengetahuan akuntansi dan jiwa kewirausahaan terhadap penggunaan informasi akuntansi dalam pembuatan keputusan investasi bagi mahasiswa wirausaha Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial pengetahuan akuntansi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi dalam pembuatan keputusan investasi Jika seorang wirausaha memiliki pengetahuan tentang akuntansi yang baik maka wirausaha ini akan dapat menggunakan informasi akuntansi dengan baik untuk membuat keputusan investasi. Variabel jiwa kewirausahaan secara parsial juga menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan informasi

(24)

akuntansi dalam pembuatan keputusan investasi. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi cendrung akan selalu berusaha untuk mengembangkan usaha yang dimiliki dan akan menggunakan informasi akuntansi untuk melihat bagaimana perkembangan usaha yang dijalankan dan untuk membuat suatu keputusan investasi. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa pengetahuan akuntansi dan jiwa kewirusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi dalam pembuatan keputusan investasi.

Ullah, et al (2014) meneliti tentang peran informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan strategis pada industri manufaktur di Bangladesh. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara informasi akuntansi dengan pengambilan keputusan strategis di semua bidang yang dipilih. Keputusan strategis di semua bidang yang dipilih secara signifikan tergantung pada informasi akuntansi yang digunakan. Dari analisis pendapat responden sebesar 44,44% responden selalu menggunakan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan strategis dalam industri manufaktur di Bangladesh. Tidak ada masalah besar yang dihadapi oleh manajemen pada perusahaan manufaktur di Bangladesh dalam menggunakan sistem akuntansi. Mereka semua menggunakan sistem akuntansi yang diperbarui.

Penelitian yang dilakukan oleh Onaolapo dan Odetayo (2012) tentang pengaruh sistem informasi akuntansi efektivitas organisasi perusahaan konstruksi terpilih di Ibadan, Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi memiliki dampak yang signifikan terhadap efektivitas organisasi antara perusahaan konstruksi yang dipilih. Studi ini menemukan bahwa informasi

(25)

akuntansi yang baik meningkatkan efektivitas administrasi. Studi ini juga menemukan bahwa sistem informasi akuntansi mengarah ke laporan keuangan yang baik dan juga menyebabkan pengambilan keputusan yang lebih baik.

Jawabreh dan Alrabei (2012) melakukan penelitian tentang dampak sistem informasi akuntansi dalam perencanaan, pengendalian dan proses pengambilan keputusan di Hotel Jodhpur India. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sistem informasi akuntansi dan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan dalam hotel bintang empat dan hotel bintang lima di Jodhpur India. Hal ini disebabkan karena hotel di Jodhpur tidak menggunakan metode sistem informasi akuntansi dalam perencanaan, pengendalian, dan proses pengambilan keputusan dalam menjalankan aktivitas hotel.

Nnenna (2012) dalam penelitiannya tentang penggunaan informasi akuntansi sebagai sebuah bantuan untuk manajemen dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan informasi akuntansi meningkatkan pengambilan keputusan dalam organisasi. Terdapat hubungan yang kuat antara penggunaan informasi akuntansi dan efisiensi akuntansi manajerial. Ada juga tingkat kesadaran yang tinggi berkaitan peran sistem informasi akuntansi. Kesadaran ini tidak terbatas pada senior dan staf manajemen saja tetapi juga staf menengah dan junior yang operasinya juga diatur oleh sistem informasi akuntansi. Jelaslah bahwa faktor informasi akuntansi tampak besar antara faktor-faktor yang berkontribusi terhadap efisiensi perusahaan secara keseluruhan.

Holmes dan Nicholls (1988), meneliti tentang faktor yang mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan kecil yang dilakukan di

(26)

Australia pada 928 perusahaan kecil. Hasil penelitiannya menemukan bahwa pendidikan manajer, skala usaha, masa memimpin, sektor industri dan umur perusahaan berpengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi pada UMKM.

Penelitian Linawati dan Restuti (2015) tentang pengetahuan akuntansi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) atas penggunaan informasi akuntansi. Hasil penelitian mnenunjukkan bahwa pengetahuan akuntansi berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi. Pengetahuan akuntansi sangat diperlukan oleh pemilik UMKM konveksi di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga dalam menjalankan operasi perusahaan. Motivasi untuk mempelajari tentang pengetahuan akuntansi akan meningkatkan pemahaman pemilik dalam menerapkan akuntansi dalam perusahaan. Jika seorang wirausaha memiliki pengetahuan tentang akuntansi yang baik maka wirausaha ini akan dapat menggunakan dan memahami informasi-informasi akutansi yang digunakan dalam pembuatan keputusan investasi. Begitu pula sebaliknya jika seorang wirausaha tidak memiliki pengetahuan akuntansi yang baik maka wirausaha ini tidak akan dapat memahami dan menggunakan informasi yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

mencapai nilai error yang paling kecil. Oleh karenanya backpropagation sesuai untuk mengklasifikasi pola yang kompleks [8]. Klasifikasi batik dengan backpropagation

Kabupaten Kebumen, bersama ini kami mengundang Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kebumen dan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah

dapat mengkonsumsi ice cream yang terbuat dari susu sapi dikarenakan adanya laktosa pada susu sapi tersebut Pemanf:1atan sari kacang hijau sebagai bahan baku ice

Meningkatnya pembangunan , secara tidak langsung berpengaruh terhadap berkurangnya lahan tempat bangunan dilaksanakan. Tidak tertutup kemungkinan bangunan tersebut

Setelah proses pencucian selanjutnya ikan didistribusikan ke meja sortasi yang terbuat dari stainles steel untuk proses sortasi ke 2. Proses ini bertujuan untuk

Menyediakan perlindungan terhadap kerosakan akibat kemalangan pada kepingan kaca atau kerosakan pada papan tanda yang dipasang ke atas bangunan diinsuranskan di dalam premis

Hasil dari penelitian ini, didapatkan bahwa metode morfologi dengan operasi Dilasi, Filling Holes, dan Opening dapat diterapkan dalam proses pendeteksian posisi plat nomor