• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

A. Menopause

1. Pengertian

Menopause adalah masa di mana haid sama sekali berhenti (Halim, 1996).

Menurut Nutraforbalance (2006) menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir yang disebabkan menurunnya fungsi ovarium.

Seseorang disebut menopause jika tidak lagi menstruasi selama 12 bulan atau satu tahun. Hal ini umumnya terjadi ketika perempuan memasuki usia 48 hingga 52 tahun (BKKBN, 2006).

Menurut National Institutes of Health, Amerika Serikat seperti yang dikutip oleh Mangoenprasodjo (2004), menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang dialami wanita berupa penurunan produksi hormon seks wanita yaitu estrogen dan progesteron dari indung telur. 2. Tahap-tahap menopause

Tahap-tahap dalam menopause menurut Nirmala (2003) meliputi : a. Pramenopause

Masa tiga hingga sepuluh tahun sebelum datangnya menopause. Seorang wanita akan mulai mengalami gejala-gejala berikut ini :

(2)

1) Datangnya haid tidak teratur. 2) Suasana hati berubah-ubah. 3) Gejolak panas selama waktu haid. b. Menopause

Ini adalah masa yang ditandai dengan berhentinya haid yang disebabkan tubuh sudah kehabisan sel telur dan penurunan hormon estrogen.

Pada masa ini wanita mengalami berbagai gejala berikut : 1) Hot flushes atau hot flashes, yaitu gejolak panas yang dirasakan

pada tubuh bagian atas.

2) Keringat yang berlebihan dan jantung sering berdebar keras. 3) Tekanan darah meningkat (gejala ini tidak kasat mata).

4) Berat badan bertambah, tubuh serasa menggelembung atau membengkak.

5) Vagina mengering.

6) Osteoporosis atau rapuh tulang. c. Pascamenopause

Adalah tahap atau sebagian besar penderitaan akibat menopause telah menghilang. “Hot flushes“ telah mereda atau tidak sesering sebelumnya, dan emosi mulai stabil.

(3)

Tahap-tahap menopause dapat digambarkan sebagai berikut : (Manuaba, 1999)

Gambar 1 : Tahap-tahap menopause 3. Rata-rata usia menopause

Dari hasil studi retrospektif dan cross-sectional diketahui bahwa umur rata-rata seorang wanita memasuki masa menopause menurut Yatim (2001) adalah sebagai berikut :

a. Pada wanita Eropa (ras Kaukasus) adalah umur 47, 49-50,2 tahun. b. Pada wanita ras Negro adalah umur 49, 31 tahun.

c. Pada wanita ras Melanesia adalah umur 47, 3 tahun. d. Pada wanita ras Asia adalah umur 44 tahun.

43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55

Umur (dalam tahun)

Menopause

Pramenopause Paskamenopause

estrogen

(4)

4. Faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat wanita memasuki menopause

Faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat wanita memasuki menopause menurut Yatim (2001) yaitu :

a. Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarch).

Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama mendapat haid pertama dengan umur sewaktu memasuki menopause. Semakin muda umur sewaktu mendapat haid pertama kali, semakin tua usia memasuki menopause.

b. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan.

Ada peneliti yang menemukan pada wanita yang tidak menikah dan bekerja, umur memasuki menopause lebih muda dibanding dengan wanita sebaya yang tidak bekerja dan menikah.

c. Jumlah anak.

Meskipun kenyataan ini masih kontroversial, ada peneliti yang menemukan, makin sering melahirkan, makin tua baru memasuki usia menopause. Tapi kenyataan ini lebih terjadi pada golongan ekonomi berkecukupan dibandingkan dengan golongan masyarakat ekonomi kurang mampu.

d. Penggunaan obat-obat Keluarga Berencana (KB).

Karena obat-obat KB memang menekan fungsi hormon dari indung telur, kelihatannya wanita yang menggunakan pil KB lebih lama baru memasuki umur menopause.

(5)

e. Merokok.

Wanita perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.

f. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.

Dari penelitian yang masih sedikit dilakukan, kelihatannya wanita yang tinggal di ketinggian lebih dari 2000-3000 m dari permukaan laut lebih cepat 1-2 tahun memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tinggal di ketinggian < 1000 m dari permukaan laut.

g. Sosio-ekonomi.

Seperti juga usia pertama kali mendapat haid, menopause juga kelihatannya dipengaruhi oleh faktor status sosio-ekonomi.

h. Menopause yang terlalu dini dan menopause yang terlambat.

Umur rata-rata perempuan Inggris memasuki menopause pada umur 45 tahun sebanyak 4,3 persen dan umur 54 tahun sebanyak 96,4 persen sudah memasuki menopause. Sedangkan pada menopause terlalu dini ditemukan adanya penurunan fungsi kelenjar indung telur mulai umur 30-45 tahun.

5. Gejala menopause

Ada 35 gejala yang lazim dialami oleh wanita selama pramenopause dan menopause menurut Nirmala (2003) yaitu :

a. Hot flushes : rasa panas yang mendadak pada wajah, lengan, leher, dan tubuh bagian atas, dan mengucurnya keringat pada malam hari.

(6)

c. Kecenderungan cepat marah atau cepat tersinggung. d. Suasana hati berubah-ubah, air mata keluar mendadak.

e. Hilangnya libido, bagi sejumlah wanita begitu terasa sehingga membuat mereka menolak melakukan hubungan seks.

f. Vagina mengering, mengakibatkan rasa sakit pada saat berlangsungnya hubungan seks.

g. Haid tidak teratur : lebih sedikit atau lebih banyak bahkan membanjir, siklus lebih pendek atau lebih panjang.

h. Kesulitan tidur pulas sepanjang malam, dengan atau tanpa gangguan mengalirnya keringat secara berlebih.

i. Kelelahan secara berlebihan. j. Kram atau kejang urat. k. Payudara mengendur.

l. Sulit berkonsentrasi, berorientasi, dan gelisah. m. Gangguan karena hilangnya memori.

n. Inkontinensia : mengeluarkan urine tanpa bisa dicegah terutama saat bersin dan tertawa. Ini mencerminkan hilangnya kelenturan otot halus. o. Kulit terasa gatal-gatal.

p. Sendi, otot, urat terasa sakit dan ngilu-ngilu. q. Keseimbangan sering hilang.

r. Perasaan takut, prihatin, murung termasuk ketakutan membayangkan kematian.

(7)

t. Radang perut, pencernaan terganggu, muncul gas dalam perut atau usus, dan mual-mual.

u. Depresi, timbul perasaan tidak berdaya. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan terapi sulih hormon.

v. Berat badan bertambah, terutama di bagian pinggang dan paha, sehingga garis pinggang hilang.

w. Terjadinya bengkak-bengkak pada sebagian tubuh. x. Memburuknya kondisi kesehatan.

y. Meningkatnya alergi.

z. Rambut rontok atau menipis di kepala, kemaluan atau seluruh tubuh, meningkatnya bulu-bulu pada wajah.

aa. Perasaan cemas tanpa penyebab yang berarti. bb. Perubahan bau tubuh.

cc. Timbulnya perasaan seperti tersengat listrik di bawah kulit dan kepala, lapisan jaringan antara kulit dan otot seperti terkena jepretan karet. Ini tanda-tanda awal dari “hot flashes”.

dd. Gelenyar-gelenyar di kaki dan tangan, mungkin juga merupakan gejala kekurangan vitamin B 12, penyakit diabetes, perubahan kelenturan pembuluh darah, menipisnya kadar potasium atau kalsium.

ee. Gangguan pada gusi, misalnya pendarahan.

ff. Lidah terasa panas, langit-langit seperti terbakar, mulut masam, nafas berbau.

(8)

hh. Perubahan pada kuku : lebih lunak, retak-retak dan mudah patah. ii. Tinnitus : telinga mendengar suara-suara yang mengganggu. 6. Dampak menopause

Sebagian besar wanita di Indonesia tidak mengetahui dampak yang bisa timbul saat memasuki masa menopause. Ketidaktahuan itu didasari pandangan yang menganggap menopause itu gejala alami. Padahal saat memasuki masa tidak haid itu lagi, wanita bisa saja menjadi rentan terhadap penyakit fisik seperti “ hot flushes “, sakit kepala, sakit sendi dan otot, sakit punggung, vagina mengering sehingga mengakibatkan rasa nyeri sewaktu senggama, pengeroposan tulang, dan penyakit jantung. Penyakit fisik tersebut dapat berdampak pada segi biologis wanita tergantung dari berat ringannya gejala fisik yang dialami. Dapat demikian ringan pada seseorang, namun bisa sampai melumpuhkan aktivitas sehari-hari pada wanita yang lain.

Menopause juga berdampak pada segi psikologis wanita, karena kebanyakan wanita menganggap menopause sebagai gerbang selamat datang usia lanjut, pudarnya daya pikat fisik dan seksual, bahkan pikiran yang menganggap usia lanjut adalah anggota masyarakat yang tidak produktif yang hanya menciptakan beban dalam hidup. Hal ini menyebabkan wanita merasa murung, merasa tidak disayangi, mudah tersinggung, dan marah (Mangoenprasodjo, 2004).

Dampak psikologis di atas juga berdampak pada kehidupan sosialnya dimana akan mengakibatkan kesulitan berhubungan dengan

(9)

orang lain. Menurut Yatim (2001), gangguan dalam hubungan sosial dapat berupa curiga berlebihan, kurang berkonsentrasi, dan tidak mampu memberikan keputusan.

Selain dampak-dampak tersebut, menurut Nugraha (2007) ada juga perubahan yang kadang terjadi selama menopause yaitu pada gairah seksual wanita pada masa menopause. Gairah seksual tersebut dapat bertambah dan menurun. Pengurangan gairah seksual sering disebabkan oleh karena adanya anggapan bahwa sejak menopause identitas kewanitaan mereka berkurang, apalagi perubahan fisik disekitar organ intim dimana vagina terasa kering dan vulva menjadi tipis membuat hubungan seks terasa sakit, sehingga para wanita menghindari hubungan intim. Hal itu tentu saja akan mengecewakan pasangannya, tidak jarang pasangannya dalam hal ini suami mencari kepuasan di luar.

Sebaliknya gairah seks yang meninggi disertai rasa kesepian dan kecewa karena ditinggalkan oleh suami yang tetap sibuk dan tidak mengerti bahwa istrinya sedang menghadapi masa yang rawan, ditambah rasa sepi ditinggalkan oleh anak-anak yang sudah besar yang tidak terlalu membutuhkan perhatian lagi, dapat mendorong wanita usia menopause mencari kepuasan pada pria lain atau memiliki pria lain. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan di Jakarta oleh sebuah media massa bahwa faktor utama wanita mencari pria lain selain suami adalah kesepian (22 %), disusul rasa kecewa terhadap suami (14 %), selanjutnya faktor-faktor lain seperti iseng, mencari kepuasan bercinta, mencari variasi,

(10)

sering bertemu di tempat kerja, dan lain-lain. Apalagi adanya faktor bahwa wanita diusia menopause umumnya telah menyelesaikan ambisi dan cita-cita mereka serta tidak mungkin untuk hamil, membuat mereka lebih leluasa untuk memiliki pria lain. Tentu saja semua ini tergantung pada status ekonomi, moral, serta sejauh mana keharmonisan hubungan dengan pasangan mereka dalam menikmati kehidupan seksualnya.

7. Pilihan terapi dalam menghadapi menopause

Beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan dalam menghadapi menopause menurut Nirmala (2003) yaitu :

a. Terapi hormon

Terdiri dari terapi sulih hormon (TSH) dan terapi sulih hormon alami (TSHA). TSH menyangkut suplai hormon estrogen bagi wanita yang mengalami menopause. TSH adalah terapi pemberian estrogen dengan tujuan melindungi tulang dan jantung wanita yang sudah menopause. Sedang TSHA merupakan terapi yang mengandung progesteron alami, 17beta estradiol, DHEA, pregnenolon, dan testosteron alami. Wanita yang menggunakan hormon alami dianjurkan untuk melakukannya di bawah pengawasan dokter, karena berdasarkan survai Women’ s Health Initiative, akibat buruk TSHA ternyata lebih besar dibandingkan manfaatnya. TSHA ternyata dapat meningkatkan resiko kanker payudara, penyakit jantung, stroke, dan penyumbatan pembuluh darah.

(11)

b. Naturopati

Metode pengobatan naturopati bersifat holistik dan person

centered, tidak bisa dipukul rata untuk pengobatan setiap pasien.

Tergantung pada jenis kelamin, sifat dan karakter pasien. Naturopati tidak mengobati gejalanya, tetapi sumber atau penyebab penyakitnya. Pengobatan naturopati dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pengaturan pola makan, pemberian suplemen dengan dosis tertentu, pengaturan aktivitas, penggunaan manual therapy, dan sebagainya, sampai kepada pemberian herbal atau fitofarmaka, yaitu menggunakan preparat tanaman dalam bentuk single extraction.

c. Aromaterapi

Aromaterapi adalah sistem perawatan dan penatalaksanaan kesehatan dengan menggunakan minyak esensial yang diperoleh dari saripati tumbuhan aromatik, contohnya Rose, Geranium, Lavender, Rosemary, dan lain lain.

d. Akupunktur

Terapi ini diterapkan berdasarkan konsep energi kehidupan (chi atau qi dalam pengobatan Cina tradisional). Para pakar pengobatan Cina percaya bahwa qi mengalir dalam tubuh melalui 12 saluran yang disebut meridian. Jika alirannya terhambat maka gejala-gejala penyakit akan muncul. Dengan menusukkan jarum-jarum akupunktur pada titik-titik tertentu, maka aliran qi lancar kembali dan hambatan dapat dihilangkan. Khusus bagi wanita menopause, akupunktur dapat

(12)

mengurangi gejolak panas, mengatasi depresi, uring-uringan, dan rasa cemas.

e. Gizi

Gizi memainkan peran yang penting bagi wanita menopause dalam menjaga kesehatan, karena wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen. Untuk menggantikannya, ia perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen yang terkandung dalam banyak bahan makanan seperti serealia (beras merah, havermut), biji-bijian (wijen), buah-buahan (stroberi, jeruk), kacang-kacangan (kedelai, kacang hijau), dan sayuran (buncis, brokoli).

f. Pengendalian emosi

Dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan seperti menikmati pijitan, mandi air hangat dengan shower, mendengarkan musik, dan olah nafas.

g. Olahraga

Olahraga bermanfaat bagi wanita-wanita dalam tahun-tahun menopause. Menurut Susan Lark seperti yang ditulis oleh Nirmala (2003), bahwa olahraga membantu meringankan bahkan mencegah banyak gejala menopause seperti “hot flashes” dan mengucurnya keringat pada malam hari, penipisan dan iritasi vagina serta saluran kencing, depresi, insomnia, osteoporosis, dan meningkatnya faktor resiko kardiovaskuler (yang berkaitan dengan jantung).

(13)

B. Pengetahuan

2. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

3. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan terdiri dari enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

(14)

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misal : dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

(15)

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Nasution (2003) adalah :

a. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru, sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut. b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira

(16)

sesuai atau tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalaman di sini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur semakin banyak (bertambah tua).

e. Sosial ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada. Sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.

4. Cara pengukuran

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

5. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002) ada berbagai macam cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu :

(17)

a. Cara tradisional

Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain :

1) Cara coba-coba salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan cara coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak tahu cara memecahkan masalah.

2) Kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin

(18)

masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, dan otoritas ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk dapat menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar maka diperlukan berpikir kritis dan logis.

4) Melalui jalan pikir

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan,

(19)

manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi dan deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum.

B. Sikap

1. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Purwanto (1998) sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang obyek tadi. Jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal, suatu obyek, tidak ada sikap yang tanpa obyek.

Menurut Walgito (2003) sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang

(20)

tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.

2. Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap menopause dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang menopause.

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

(21)

3. Struktur sikap

Struktur sikap menurut Walgito (2003) dibentuk oleh tiga komponen yaitu :

a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan. Hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan objek sikap

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

4. Fungsi sikap

Sikap menurut Katz seperti dikutip oleh Walgito (2003) mempunyai empat fungsi yaitu :

a. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat

Fungsi ini berkaitan dengan sarana-tujuan. Disini sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai

(22)

sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat, yaitu sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut fungsi penyesuaian, karena dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang akan dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap sekitarnya.

b. Fungsi pertahanan ego

Merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi mempertahankan egonya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.

c. Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri, seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan keadaan dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu terhadap suatu nilai, itu menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan. Sistem nilai apa yang ada pada diri individu dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.

d. Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin dimengerti, dengan pengalaman-pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Seseorang yang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek

(23)

menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan.

5. Faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Walgito (2003) adalah :

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis seseorang akan ikut menentukan bagaimana sikap seseorang. Berkaitan dengan ini adalah faktor umur dan kesehatan. Pada umumnya orang muda sikapnya lebih mengikuti kemauannya (egonya) daripada sikap orang yang lebih tua, sedangkan orang dewasa sikapnya lebih moderat. Dengan demikian masalah umur akan berpengaruh pada sikap seseorang. Orang yang sering sakit lebih bersikap tergantung daripada orang yang tidak sakit.

b. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap

Sikap seseorang terhadap objek sikap akan dipengaruhi oleh pengalaman langsung orang yang bersangkutan dengan objek sikap tersebut.

c. Faktor kerangka acuan

Kerangka acuan merupakan faktor yang penting dalam sikap seseorang, karena kerangka acuan ini akan berperan terhadap objek sikap. Bila kerangka acuan tidak sesuai dengan objek sikap, maka orang akan mempunyai sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut.

(24)

d. Faktor komunikasi sosial

Faktor komunikasi sosial yang berwujud informasi dari seseorang kepada orang lain dapat menyebabkan perubahan sikap yang ada pada diri orang yang bersangkutan

6. Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap menurut Purwanto (1998) adalah :

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena

itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat yang mempermudah sikap pada orang itu. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu obyek.

d. Obyek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Ini berarti bahwa sikap terhadap suatu objek akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan) tetapi juga dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap objek tersebut. Di samping itu sikap juga mengandung motifasi, yang berarti bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.

(25)

7. Pembentukan sikap

Menurut Niven (2000) seseorang tidak dilahirkan di dunia dengan dibekali pengetahuan, anak akan memperoleh pengetahuan tersebut dalam waktu yang bertahap. Hasil atau pengetahuan didapatkan melalui beberapa tahap, yaitu :

a. Pengkondisian instrumen

Kata kunci yang akan menjelaskan proses ini adalah imbalan. Imbalan yang diberikan tidak perlu besar, pada beberapa kasus cukup dengan respon positif yang sederhana pada anak. Lebih dari suatu periode anak-anak akan menerima sikap dari orang lain dalam kehidupannya selama pengalaman anak yang berkelanjutan di antara penguatan positif dan hukuman.

b. Pembentukan model

Kata kunci dari proses ini adalah proses meniru. Anak akan terus-menerus memperhatikan perilaku orang dewasa sebagai suatu informasi. Tidak mengherankan apabila orang dewasa akan ikut memberikan pengaruh pada anak dengan tingkah laku dan perkataan mereka. Pengaruh ini seringkali tidak disadari orang yang menjadi model.

c. Pengalaman langsung

Proses ketiga pada pembentukan sikap seseorang adalah pengalaman langsung dari suatu objek atau dirinya sendiri. Menurut Baron dan Byrne (1991) banyak orang yang tidak puas dengan

(26)

pendapat orang lain pada suatu objek atau seseorang dan ingin membuktikan pendapatnya sendiri secara langsung dalam rangka membentuk pendapatnya sendiri. Sikap yang didapat dari pengalaman langsung akan lebih kuat dan sulit untuk dilupakan dibandingkan sikap yang dibentuk dari pengalaman orang lain (Niven, 2000).

Ada dua implikasi utama pada penelitian tentang pembentukan sikap, yaitu :

1) Sangat mudah untuk mempengaruhi sikap seseorang pada saat pembentukan sikap dibandingkan apabila sikap sudah terbentuk selama bertahun-tahun. Orang tua memiliki peran yang paling penting dalam perkembangan sikap anak.

2) Teori pembelajaran dari lingkungan sosialnya telah memperlihatkan pentingnya mengarahkan anak pada model yang baik. Demikian juga media cetak dan elektronik mempunyai peran yang sama dalam menyampaikan info atau pendidikan kesehatan. 8. Faktor pengubah sikap

Faktor-faktor yang dapat mengubah sikap menurut Walgito (2003) adalah :

a. Faktor kekuatan atau force

Kekuatan atau force dapat memberikan situasi yang dapat mengubah sikap. Kekuatan ini dapat bermacam-macam bentuknya, misalnya kekuatan fisik, kekuatan ekonomi, kekuatan yang berwujud peraturan-peraturan, dan sebagainya.

(27)

b. Berubahnya norma kelompok

Salah satu langkah yang dapat diambil untuk membentuk atau mengubah sikap dapat dengan cara mengubah norma kelompok. Dengan diubahnya norma dalam kelompok maka anggota kelompok harus mengikuti norma baru yang dibentuk.

c. Berubahnya membership group

Berubahnya membership group akan dapat pula mengubah sikap seseorang. Individu tergabung dalam berbagai macam kelompok yang ada dalam masyarakat, baik karena kepentingan bersama atau tujuan bersama. Dengan berubahnya membership group, akan dapat berubah pula norma-norma yang ada dalam diri individu tersebut. d. Berubahnya reference group

Dengan berubahnya kelompok acuan atau reference group akan dapat mengubah sikap seseorang. Sikap dapat berubah dengan berubahnya membership group, dan kemudian membawa pula perubahan dalam kelompok acuannya, yang akhirnya akan membawa perubahan dalam sikap seseorang.

e. Membentuk kelompok baru

Dengan membentuk kelompok yang baru, akan dapat pula mengubah atau membentuk sikap yang baru pula. Pembentukan kelompok yang baru, akan terbentuk pula norma-norma baru, hal ini memungkinkan terbentuknya sikap yang baru pula.

(28)

B. Kesiapan wanita premenopause menghadapi menopause

Kematangan diri seseorang membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disebut kesiapan. Kesiapan yang dimaksud yaitu kesiapan untuk menghadapi sesuatu dan untuk bertingkah laku.

1. Pengertian

Menurut Soemanto (2006) kesiapan adalah kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu.

Menurut Cronbach kesiapan adalah segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu (Soemanto, 2006).

Kesiapan sebagai suatu pola perilaku tendensi atau kesiapan antisipatif dan predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Kesiapan adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan (Azwar, 1995).

Menurut Azwar (1995) teori kesiapan yaitu teori stimulus respons dan penguatan. Proses perubahan kesiapan di sini ada tiga variabel yang penting yaitu perhatian, pemahaman, dan penerimaan.

Kesiapan wanita premenopause menghadapi menopause adalah kesediaan wanita premenopause untuk bertindak dalam menghadapi segala sesuatu yang berhubungan dengan menopause.

(29)

2. Faktor pembentuk kesiapan

Menurut Soemanto (2006) faktor pembentuk kesiapan adalah : a. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis, ini menyangkut

pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual.

b. Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan-tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubungan dengan sistem kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan.

3. Prinsip-prinsip kesiapan

Perkembangan kesiapan terjadi dengan mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Menurut Soemanto (2006) prinsip-prinsip bagi perkembangan kesiapan adalah :

a. Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk kesiapan.

b. Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.

c. Pengalaman mempunyai efek dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah. d. Apabila kesiapan untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada

diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa perkembangan pribadinya.

Dilihat dari prinsip-prinsip tersebut, jelaslah bahwa apa yang telah dicapai oleh seseorang pada masa-masa yang lalu akan mempunyai arti

(30)

bagi aktivitas-aktivitasnya sekarang, dan apa yang telah terjadi pada saat sekarang akan memberikan sumbangan terhadap kesiapan individu di masa mendatang.

4. Lingkungan atau kultur sebagai penyumbang pembentukan kesiapan

Seseorang mengalami pertumbuhan, dan pertumbuhan fisiknya merupakan penyumbang terpenting bagi pembentukan kesiapan, tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa perkembangan seseorang tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur.

Dalam perkembangan kehidupan individu, lingkungan yang dihadapi atau direaksi semakin meluas. Meluasnya lingkungan dapat melalui beberapa cara yaitu :

a. Perluasan paling nyata adalah dalam arah stimulasi fisik. Makin tua umur manusia, maka makin luas pula lingkungan yang dihadapi, dan arah stimulasinya semakin melebar pula.

b. Manusia yang mengalami perkembangan kapasitas intelektual dan pemikirannya, maka dalam kehidupannya terjadi banyak perubahan. Perubahan yang terjadi bisa berupa perubahan dalam pengamatannya, ingatannya, pemikirannya, maupun kesiapannya.

c. Perkembangan kapasitas intelektual dan pemikiran seseorang mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan di dalam kemampuan individu membuat keputusan. Perubahan lingkungan itu terjadi akibat belajar serta bertambahnya kematangan manusia. Semakin tua atau dewasa, manusia pun semakin merdeka dan bertanggungjawab.

(31)

5. Upaya menghadapi menopause

Menurut Nugraha (2007) dalam menghadapi perubahan-perubahan fisik maupun kejiwaan pada masa menopause, diperlukan kesiapan dalam berbagai hal yaitu :

a. Menyadari bahwa menopause merupakan hal yang sifatnya alamiah dimana semua wanita akan melaluinya. Secara umum melalui wawancara yang efektif dan pendidikan tentang masa menopause, diharapkan para wanita akan lebih tabah menghadapinya.

b. Perlunya bantuan keluarga (terutama suami dan anak-anak) untuk mendampingi dan memberi dukungan saat wanita memasuki masa menopause.

c. Perlunya pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak, tinggi serat, vitamin C, dan kalsium.

d. Perlunya olah raga untuk mengurangi keluhan yang timbul akibat gejala menopause.

e. Pengobatan, yang bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obat pengganti hormon.

6. Faktor yang mempengaruhi kesiapan wanita menghadapi menopause

Menurut Nugraha (2007) faktor yang mempengaruhi kesiapan wanita menghadapi menopause adalah :

a. Psikis

Pikiran-pikiran negatif mengenai menopause, bahwa menopause adalah permulaan kemerosotan memasuki usia tua,

(32)

hilangnya kualitas feminim dan seksual wanita dapat mempengaruhi kesiapan wanita dalam menghadapi menopause.

b. Peran keluarga

Kurangnya dukungan dan perhatian keluarga pada wanita yang mulai memasuki masa menopause dimana mulai mengalami gejala-gejala menopause, dapat mempengaruhi kesiapan mereka dalam menghadapi menopause.

c. Informasi

Kurangnya informasi yang didapat mengenai menopause dapat menyebabkan pandangan yang negatif terhadap menopause sehingga mempengaruhi kesiapan wanita dalam menghadapi menopause.

d. Budaya

Budaya juga ikut berpengaruh terhadap kesiapan wanita menghadapi menopause, contohnya pada budaya Patriarki dimana menopause langsung dikaitkan dengan ketidakmampuan perempuan dalam memberikan kepuasan seksual pada laki-laki.

B. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Kesiapan Wanita Premenopause Menghadapi Menopause

Pengetahuan wanita premenopause mengenai menopause adalah hasil dari tahu setelah wanita premenopause melakukan pengindraan terhadap perihal menopause. Sikap wanita premenopause mengenai menopause adalah suatu pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap perihal menopause, sedangkan kesiapan wanita premenopause

(33)

menghadapi menopause adalah kesediaan wanita premenopause untuk bertindak dalam menghadapi segala sesuatu yang berhubungan dengan menopause.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adifero (2006) mengenai menopause dengan judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Kelompok Pengajian Dalam Menghadapi Menopause di Kelurahan Tegalsari Semarang “, yang menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasi, dengan menggunakan pendekatan cross sectional, dimana jumlah sampel yang dipakai sebanyak 41 orang didapat hasil penelitian sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan ibu kelompok pengajian di Kelurahan Tegalsari Semarang tentang menopause tergolong tinggi yaitu mencapai 63,4 %. b. Perilaku ibu kelompok pengajian di Kelurahan Tegalsari Semarang dalam

persiapan menghadapi menopause tergolong tinggi yaitu mencapai 73,2 %. c. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku ibu

kelompok pengajian di Kelurahan Tegalsari Semarang dalam persiapan menghadapi menopause dengan p-value 0,006 < 0,05.

Hubungan pengetahuan, sikap, dan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi menopause dapat dijabarkan sebagai berikut : dalam mempersepsikan masalah mengenai menopause, persepsi wanita premenopause akan dipengaruhi oleh pengetahuan mereka mengenai menopause, pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, dalam hal ini terhadap masalah menopause. Pengetahuan mengenai menopause dapat

(34)

berupa pengetahuan tentang apa itu menopause, proses terjadinya menopause, gejala-gejala menopause, faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat usia memasuki menopause, dan terapi-terapi yang dapat digunakan dalam menghadapi menopause. Hasil proses persepsi ini merupakan pendapat atau keyakinan wanita premenopause mengenai masalah menopause, dan ini berkaitan dengan segi kognisi. Sikap wanita premenopause akan mengiringi hasil dari pengetahuan terhadap masalah menopause sebagai aspek evaluatif yang dapat bersifat positif atau negatif, sikap mengenai menopause adalah suatu pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap perihal menopause. Hasil evaluasi sikap wanita premenopause mengenai menopause tersebut akan mempengaruhi kesiapan wanita premenopause mengenai menopause, kesiapan tersebut dapat berupa kesiapan untuk memberikan respon terhadap masalah menopause, kesiapan untuk bertindak, dan kesiapan untuk menghadapi masalah menopause.

(35)

C. Kerangka Teori

Modifikasi : (Alimul, 2003), (Nasution, 2003), (Notoatmodjo, 2003), (Nugraha, 2007), (Walgito, 2003).

D. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel intervening Variabel dependent Pengetahuan wanita premenopause mengenai menopause. Sikap wanita premenopause mengenai menopause. Kesiapan wanita premenopause menghadapi menopause. Faktor yang mempengaruhi : Fisiologi Pengalaman langsung Kerangka acuan Komunikasi sosial Kesiapan menghadapi menopause Sikap Faktor yang mempengaruhi : Psikis Peran keluarga Informasi Budaya Faktor predisposisi : - Pendidikan Pengalaman Sosial ekonomi Faktor pendukung : Informasi Faktor pendorong : Budaya Pengetahuan

(36)

H. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang terdapat dalam penulisan ini adalah :

1. variabel independent, yaitu tingkat pengetahuan wanita premenopause mengenai menopause

2. variabel intervening, yaitu sikap wanita premenopause mengenai menopause

3. variabel dependent, yaitu kesiapan wanita premenopause menghadapi menopause

I. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kesiapan wanita premenopause menghadapi menopause.

2. Ada hubungan antara sikap dengan kesiapan wanita premenopause menghadapi menopause.

Gambar

Gambar 1 : Tahap-tahap menopause 3.   Rata-rata usia menopause

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini tidak menggunakan sampel karena sifat dari penelitian ini merupakan studi kasus, sehingga data yang digunakan hanya dari satu perusahaan yaitu PT Jasa Marga Tbk berupa

Dengan adanya kegiatan pasar minggu di Komplek Bumi Harapan memberikan fungsi dan makna tersendiri bagi masyarakat yang terlibat didalamnya, diantaranya adanya

Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilakuan individu yang

Hidrolisis hemiselulosa sisa ketaman kayu dalam media asam asetat menghasilkan pentosa yang cenderung meningkat dengan bertambahnya waktu reaksi, dan furfural sebagai

Setiap orang pada dasarnya mempunyai harapan-harapan akan perkembangan dirinya di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal tersebut biasanya timbul pertanyaan

Workflow system merupakan pengembangan dari sebuah perangkat lunak yang mengotomasi proses bisnis dengan menyediakan sebuah rangka kerja terstruktur untuk

Tanggal.... Dosis rifampisin yang diberikan dokter sudah sesuai dengan berat badan pasien, karena jika disesuaikan berdasarkan berat badannya pasien bisa mendapatkan

Rentetan kalimat yang berkaitan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk kesatuan (Alwi, dkk. Dari beberapa pengertian wacana