2 LANDASAN TEORI
2.1 Knowledge Graph (KG)
Knowledge graph adalah suatu metode yang digunakan untuk
menganalisis teks dan merepresentasikannya ke dalam bentuk graf (Zhang dan Hoede 2000). Menurut Zhang (2002) knowledge graph adalah suatu pendekatan baru yang dapat digunakan untuk menyatakan bahasa manusia yang lebih memfokuskan pada aspek semantik. Pada prinsipnya knowledge graph terdiri atas
concept (token, type, dan name) dan relations. 2.1.1 Concept
Concept merupakan komponen terpenting dalam pemikiran manusia.
Concept mampu menjadi prosedur dalam membentuk suatu pengertian dari
khusus ke umum atau sebaliknya (Zhang 2002). Concept dalam KG dapat dinyatakan sebagai token, name, dan type.
Token merupakan concept yang dipahami oleh seseorang menurut cara
pandangnya masing-masing sehingga token bersifat subjektif. Setiap persepsi selalu berhubungan dengan token. Misalnya kata “jeruk” dapat diasosiasikan secara subjektif mengenai bentuk, warna, rasa, dan sebagainya. Sebuah token dalam KG direpresentasikan dengan simbol “ “.
Type adalah concept yang berupa informasi umum dan bersifat objektif,
karena merupakan suatu kesepakatan yang dibuat sebelumnya. Contoh type misalnya buah, binatang, dan sebagainya.
Name adalah suatu yang bersifat individual. Sebagai contoh John adalah
sebuah name yaitu dari seorang laki-laki ( Berg 1993).
2.1.2 Relations
Relations yang ada pada knowledge graph sampai saat ini terdiri atas 9 binary relations. Penjelasan dari relations tersebut dapat diberikan sebagai
1. Relasi Alikeness ( ALI )
Relasi ALI digunakan untuk menghubungkan sebuah type dengan token (Zhang 2002). Contoh : “buah” adalah type, karena “buah” adalah concept yang berupa informasi umum, maka dapat dinyatakan dengan word graph berikut :
Gambar 1 Contoh penggunaan relasi ALI.
2. Relasi Causality (CAU)
Relasi CAU antara dua token dilambangkan dengan anak panah berlabel CAU. Relasi CAU digunakan untuk menghubungkan dua token yang memiliki
hubungan sebab akibat. Untuk struktur yang kompleks relasi CAU digunakan untuk menghubungkan dua token yang memiliki hubungan pelaku, alasan, maksud, alat, dan hasil. Relasi CAU dapat digunakan untuk menghubungkan dua
concept yang terdiri atas kata kerja, yaitu untuk menghubungkan subjek dengan
predikat atau predikat dengan objek (Zhang 2002). Contoh : Andi tidur. Kalimat tersebut dapat dinyatakan dengan word graph berikut :
Gambar 2 Contoh penggunaan relasi CAU.
3. Relasi Equality (EQU )
Relasi EQU digunakan untuk menghubungkan sebuah name dengan token
(Berg 1993). Contoh : “medan” adalah name dari “jeruk”. Selain itu, relasi EQU dipergunakan untuk menjelaskan concept yang sederajat atau sama, mengekspresikan dua hal yang identik. Logika matematika EQU diformulasikan dengan jika A EQU B maka A = B. EQU digunakan untuk menghubungkan
A dan B. Berikut adalah word graph dari penggunaan relasi EQU : ALI
buah
CAU
orang ALI ALI tidur
EQU Andi
Gambar 3 Contoh penggunaan relasi EQU yang merepresentasikan “medan” adalah name dari “jeruk”.
Gambar 4 Contoh penggunaan relasi EQU untuk merepresentasikan A = B.
4. Relasi Subset ( SUB )
Jika dua token menyatakan dua rangkaian secara bertautan, dan token
yang satu merupakan bagian dari token yang lain, maka kedua token dihubungkan dengan relasi SUB. Untuk relasi SUB, ada dua perbedaan interpretasi, yaitu : 1) Concept a adalah bagian dari concept b. Contoh : ”ekor SUB kucing”, ini
menyatakan bahwa “ekor kucing” adalah bagian dari kucing, karena molekul “ekor” merupakan bagian dari molekul “kucing”.
Gambar 5 Contoh penggunaan relasi SUB yang merepresentasikan ekor merupakan bagian dari kucing.
2) Concept a adalah lebih umum dari concept b, concept b merupakan bagian yang dapat menggambarkan concept a. Contoh : “mamalia SUB kucing”, ini menyatakan bahwa kucing adalah jenis dari mamalia. Namun penggunaan relasi SUB pada Gambar 8 diganti dengan relasi FPAR (Zhang 2002).
Gambar 6 Contoh penggunaan relasi FPAR yang merepresentasikan mamalia merupakan kelas hewan kucing.
5. Relasi Disparateness ( DIS )
Relasi DIS digunakan untuk menghubungkan antara dua token yang tidak
mempunyai satu elemen yang sama satu dengan yang lainnya. Relasi ini juga
EQU
jeruk ALI medan
A ALI EQU ALI B
ekor ALI ALI SUB kucing
dapat digunakan untuk menyatakan ”berbeda” (Zhang 2002). Contoh : “padi” berbeda dengan “jeruk”, dapat dinyatakan dengan word graph berikut :
Gambar 7 Contoh penggunaan relasi DIS.
6. Relasi Attribution ( PAR )
Relasi PAR digunakan untuk menjelaskan bahwa satu elemen berkaitan dan memiliki sifat elemen lainnya (Zhang 2002). Contoh : “nasi kuning”, kata kuning merupakan attribute dari “nasi” atau dengan kata lain “kuning” merupakan warna dari “nasi”, maka contoh tersebut dapat dinyatakan oleh word graph berikut :
Gambar 8 Contoh penggunaan relasi PAR.
Relasi PAR juga dipergunakan untuk menghubungkan satuan seperti
waktu, panjang, temperatur, berat, umur, dan lain-lain.
7. Relasi Ordering (ORD )
Relasi ORD menyatakan bahwa dua benda memiliki urutan tertentu satu sama lain, baik urutan waktu atau tempat, tetapi juga dapat digunakan untuk mengungkapkan hubungan ”<” yang dikenal dalam matematika A < B (A lebih kecil dari B) (Zhang 2002). Contoh penggunaan relasi ORD, misalnya : “dari pagi sampai malam”, dapat dinyatakan dalam word graph berikut :
Gambar 9 Contoh penggunaan relasi ORD.
8. Relasi Skolem ( SKO )
Dua buah token dalam KG dihubungkan dengan relasi SKO jika token
yang satu informasinya bergantung pada token yang lain. Menurut Berg (1993), relasi SKO dalam KG menyatakan informasi bergantung dan mampu
padi ALI DIS ALI jeruk
nasi ALI PAR ALI kuning
menggambarkan kuantifikasi. Relasi ini digunakan dalam logika predikat yang memuat existential quantifiers maupun universal quantifiers. Perhatikan pernyataan yang memuat universal quantifiers. Pada pernyataan tersebut pemilihan y bergantung pada x. Word graph-nya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Gambar 10 Contoh penggunaan relasi SKO.
9. Focus ( F )
F digunakan untuk menunjukkan fokus dari suatu graph (Nurdiati dan Hoede
2009). Pada penelitian ini fokus dilambangkan dengan token yang diberi warna hitam “ “ . Berikut adalah contoh penggunaan F untuk kalimat “banjir merusak padi”, word graph-nya dapat dinyatakan sebagai berikut:
Gambar 11 Contoh penggunaan F.
Gambar 11 di atas menunjukkan bahwa fokus dari “banjir merusak padi” terletak pada token “banjir”.
2.2 Kelas Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna (Finoza 2009). Contoh: padi, dingin, menanam. (Alwi et
al. 2003) mengelompokkan dalam lima kelas kata, yaitu: 1. Kata kerja (Verba)
Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, gerak, proses, keadaan, dan terjadinya sesuatu yang bukan merupakan sifat atau kualitas (Alwi et al. 2003). Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam
x ALI SKO ALI y
banjir ALI CAU ALI CAU padi
ALI
merusak rusak
kalimat dan tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti “paling” serta tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan.
Berdasarkan relasinya dengan objek, kata kerja dibagi menjadi : 1) Kata kerja transitif yaitu kata kerja yang memerlukan objek.
Contoh : menanam, membersihkan, menerima.
2) Kata kerja intransitif yaitu kata kerja yang tidak memerlukan objek. Contoh : mandi, datang, menghijau, tenggelam.
Berdasarkan bentuknya kata kerja terdiri atas :
1) Kata kerja dasar, yaitu kata kerja yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Kata kerja ini dapat mengetahui makna leksikal, artinya makna yang melekat pada kata. Contoh : bangun, duduk, makan, lari, tidur.
2) Kata kerja turunan, yaitu kata kerja yang dibentuk dari transposisi, pengafiksan, pengulangan (reduplikasi) atau pemaduan (pemajemukan). Transposisi adalah suatu proses penurunan kata yang memperlihatkan peralihan suatu kata dari kelas kata yang satu ke kelas kata yang lain tanpa mengubah bentuknya. Contoh kata kerja turunan : berjalan, membeli, bertemu, merestui, tembak-menembak, memberhentikan, menghancurleburkan.
2. Kata sifat (Adjektiva)
Kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Kata sifat yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi sebagai atribut (Alwi et al. 2003).
Berdasarkan segi semantiknya, kata sifat terdiri atas : 1) Deskripsi warna, contoh : hitam, putih, ungu, coklat, biru.
2) Deskripsi ukuran, contoh : luas, sempit, dalam, dingin, panas, cepat. 3) Deskripsi suasana hati, contoh : sedih, perih, bahagia, susah, senang. 4) Deskripsi kualitas, contoh : sukar, miskin, bulat, canggih, mentah.
5) Deskripsi pencerapan (berhubungan dengan apa yang dicerap pancaindera). Contoh : bersih, kabur, kasar, manis, pedas (Keraf 1991).
Berdasarkan bentuknya kata sifat terdiri atas :
1) Kata sifat dasar, merupakan kata sifat yang selalu monomorfermis. Contoh : asin, besar, merah, ceria, lama, ramai.
2) Kata sifat turunan, merupakan kata sifat yang selalu polimorfermis. Kata sifat yang polimorfemis dibentuk dengan cara pengafiksan, pengulangan, dan pemaduan dengan kata lain. Contoh kata sifat turunan : ilmiah, gemetar, lemah lembut, compang-camping.
3. Rumpun Kata benda (Nominal)
Rumpun kata benda adalah kelompok kata yang berhubungan dengan benda. Anggota dari rumpun kata benda adalah :
1) Kata benda (nomina) adalah segala kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang + kata sifat (Keraf 1991). Dari segi semantis kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dalam kalimat yang predikatnya kata kerja kata benda cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap. Kata benda tidak dapat diingkarkan dengan kata “tidak” tetapi dengan kata “bukan”. Dari segi bentuknya kata benda terdiri atas :
(1) Kata benda dasar, merupakan kata benda yang hanya terdiri dari satu morfem. Contoh : meja, malam, pisau, hukum, atas, Bogor, Senin, Ahmad. (2) Kata benda turunan, kata benda yang dibentuk dari pengafiksan,
pengulangan (reduplikasi) atau pemaduan (pemajemukan). Contoh : penanam, sayuran, penyiraman, pertanian, kekosongan.
2) Kata ganti (pronomina), adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada
nomina lain. Contoh : saya, aku, -ku, kami, kita, mereka, ia, kamu, dia, ini, itu,
yaitu, -nya, apa, siapa, begini, begitu.
3) Kata bilangan (numeralia), adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Contoh : lima hari, setengah abad.
4. Kata keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah kata yang menerangkan kata sifat, kata benda, kata keterangan yang lain, frasa preposisional, dan juga seluruh kalimat (Finoza 2009). Dari segi bentuknya kata keterangan dapat dibagi atas :
1) Kata keterangan tunggal, terdiri atas kata keterangan dasar, berafiks dan kata ulang. Contoh : kurang, kiranya, diam-diam.
2) Kata keterangan gabungan, terdiri atas dua kata keterangan yang berupa kata dasar. Contoh : hanya saja, lagi pula.
5. Rumpun Kata tugas
Seluruh kata tugas tidak mempunyai arti leksikal yaitu arti kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata lain (Finoza 2009). Anggota kata tugas yaitu : 1) Kata depan (preposisi), yaitu kata tugas yang selalu berada di depan kata
benda, kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan. Contoh : di, ke, dari, pada, sampai, dengan, lewat, sebelum, antara, tanpa.
2) Kata sambung (konjungsi), yaitu kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat. Contoh : dan, kalau, karena, ketika.
3) Kata seru (interjeksi), yaitu kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Contoh : aduh, wah. 4) Kata sandang (artikula), yaitu kata tugas yang membatasi makna jumlah orang
atau benda. Contoh : sang, para, dan si.
5) Partikel penegas, yaitu partikel yang berfungsi membentuk kalimat tanya, kalimat perintah, pernyataan. Contoh : -kah, -tah, -lah, pun.
2.3 Frasa Kata
Frasa adalah kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang masing-masingnya mempertahankan makna dasar katanya, sementara gabungan itu menghasilkan suatu relasi tertentu, dan tiap kata pembentuknya tidak bisa berfungsi sebagai subjek dan predikat dalam konstruksi itu (Keraf 1991).
Frasa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata dengan kata bersifat nonprediktif. Menurut hubungan unsur dalam strukturnya, frasa dapat dibedakan atas :
1. Frasa Eksosentris
Sebuah frasa bersifat eksosentris bila hasil gabungan itu berlainan kelasnya dari unsur yang membentuknya (Keraf 1991). Konstruksi ini dapat dibedakan atas :
1) Frasa eksosentris direktif
Dalam bentuk semacam ini sebuah unsur pembentuk frasa akan bertindak sebagai direktor, sedang unsur lainnya merupakan sumbu (aksis). Misalnya : mengalami penurunan, dari pemerasan kopra.
2) Frasa eksosentris konektif
Dalam bentuk ini salah satu unsurnya adalah konektor yang berfungsi sebagai penghubung antarunsur pembentuk frasa yang menjadi atribut predikat dengan subjeknya (Keraf 1991). Dalam hal ini atribut predikat tidak menerangkan konektornya, tetapi menerangkan subjeknya. Misalnya : menjadi tepung, adalah keberagaman.
2. Frasa Endosentris
Sebuah frasa bersifat endosentris bila gabungan dua kata atau lebih yang menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan itu sama dengan kelas kata dari salah satu (atau lebih) unsur pembentuknya (Keraf 1991). Kata yang kelas katanya sama dengan kelas kata penggabungan itu disebut inti atau pusat. Frasa endosentris dapat dibedakan atas :
1) Frasa atribut atau subordinatif
Frasa atribut atau subordinatif adalah frasa yang salah satu dari unsur pembentuknya bertindak sebagai inti. Adapun unsur yang lainnya bertindak sebagai atribut dari inti. Misalnya : kebun petani, pendapatan petani.
2) Frasa koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa yang unsur-unsur pembentuknya sama kedudukannya. Dalam tipe frasa ini, kelas dari gabungan itu sama dengan kedua atau lebih unsurnya. Misalnya : masuk keluar, manis pahit.
Di samping berdasarkan hubungan unsur dalam strukturnya, frasa juga dapat dibedakan berdasarkan atas kelas kata yang menjadi inti frasa (Keraf 1991), di antaranya :
1. Frasa Nominal
Frasa Nominal atau frasa kata benda adalah kelompok kata yang menyatakan atau menunjuk suatu benda. Inti frasa nominal adalah kata benda. Misalnya : modal bersama, mutu tepung jagung.
2. Frasa Verbal
Frasa verbal atau frasa kata kerja adalah kelompok kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan. Inti frasa verbal adalah kata kerja. Misalnya : dihadapi petani, meningkatkan biaya pengendalian.
3. Frasa Adjektival
Frasa adjektival atau frasa kata sifat adalah kelompok kata yang menyatakan sifat atau keadaan. Inti frasa adjektival adalah kata sifat. Misalnya : tahan kekeringan, putih bening.
4. Frasa Preposisional
Frasa preposisional atau frasa kata depan adalah kelompok kata yang terdiri dari preposisi sebagai inti diikuti oleh kata atau kelompok kata lain terutama kata benda. Fungsi frasa preposisi antara lain menunjuk arah, tempat, dan waktu. Misalnya : di lapangan, dari pangkal daun.
Menurut Keraf (1991) gabungan antara kata dengan kata yang membentuk sebuah frasa menimbulkan pengertian baru, atau mendukung sebuah relasi tertentu. Hubungan makna antarunsur yang membentuk frasa dapat berupa:
1. Relasi posesif, yaitu relasi yang menunjukkan hubungan pemilik. Kata kedua
(pembatas) adalah pemilik kata pertama. Frasa ini dapat dipisahkan dengan kata
milik dan kepunyaan. Misalnya : kemampuan petani, kandungan nutrisi jagung.
2. Relasi subjektif, yaitu relasi yang pembatasnya adalah pelaku dari kata yang
dibatasi. Frasa ini dapat dipecahkan dengan menyisipkan kata oleh dan yang
dilakukan oleh. Misalnya : dihadapi petani, ditampung pihak swasta.
3. Relasi objektif, yaitu relasi yang kata keduanya sebenarnya menjadi objek
dari kata pertama. Frasa ini sebenarnya hasil substantivasi frasa objektif direktif. Frasa ini dapat dipecahkan dengan menggunakan kata akan, kepada, dan tentang. Misalnya : menghasilkan tekstur, memenuhi kebutuhan pangan.
4. Relasi tujuan, yaitu relasi yang pembatasnya merupakan tujuan dari kata
yang dibatasi. Frasa ini dapat dipecahkan dengan kata bagi, buat, guna, dan untuk. Misalnya : makanan rakyat, untuk membeli solar.
5. Relasi keahlian, yaitu relasi yang pembatasnya merupakan keahlian dari kata
yang dibatasi. Dapat digunakan kata dalam bidang untuk memisahkan frasa itu. Misalnya : petani kelapa, dokter ahli saraf.
6. Relasi asal, yaitu relasi yang pembatasnya merupakan asal dari kata yang
dibatasi. Frasa ini dapat dipecahkan dengan menyisipkan kata dari dan yang
berasal dari. Misalnya : tenaga mesin, dari pangkal daun.
7. Relasi partitif, yaitu relasi yang pembatasnya merupakan keseluruhan dari
kata yang dibatasi, atau kata yang dibatasi merupakan bagian dari pembatasnya. Parafrasa bentuk ini dapat dilakukan dengan menyisipkan kata dari. Misalnya : biji jagung.
8. Relasi material, yaitu relasi yang pembatasnya menyatakan materi yang
dipakai untuk kata yang dibatasi. Dalam hal ini dapat digunakan kata dari dan
dibuat dari untuk menyatakan hubungan itu secara eksplisit. Misalnya : tepung
jagung, minyak kelapa.
9. Relasi perbandingan, yaitu relasi yang pembatasnya merupakan
perbandingan bagi kata yang dibatasi. Frasa ini dipisahkan dengan kata seperti dan bagaikan. Misalnya : berakar serabut, putih susu.
10. Relasi instrumental, yaitu relasi yang pembatasnya merupakan alat bagi kata
yang dibatasi. Relasi ini dapat dinyatakan dengan menggunakan kata dengan. Misalnya : tumbuh baik, dengan kehidupan masyarakat.
11. Relasi lokatif, yaitu relasi yang pembatasnya merupakan tempat atau tempat
hubungan ini secara eksplisit adalah di, pada, dan dalam. Misalnya : masyarakat Papua, di kebun petani.