• Tidak ada hasil yang ditemukan

KASUS A. ILUSTRASI KASUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KASUS A. ILUSTRASI KASUS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KASUS

A. ILUSTRASI KASUS

Seorang Anak. Oki, laki-laki 2 tahun dengan berat badan 12 Kg, dibawa ke

dokter oleh ibunya karena rewel tidak mau makan dan badan sumer. Hasil

pemeriksaan fisik terdapat bercak putih tebal di lidah, lesi kemerahan dan

radang di mukosa rongga mulut

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Anamnesis

Rewel tidak mau makan dan badan sumer

2. Pemeriksaan

Bercak putih tebal di lidah, lesi kemerahan dan radang di mukosa rongga

mulut

C. TUJUAN TERAPI

Diagnosis Kerja: Candidiasis Oral

1. Menghilangkan gejala pada pasien

2. Menghilangkan penyebab yang mendasari keluhan pada rongga mulut

D. P-TREATMENT

1. Advice (nasihat) kepada orang tua

a. Memberikan nasehat mengenai faktor eksogen yang dapat

menyebabkan kandidosis seperti kebiasaan dalam kebersihan

lingkungan maupun higien dari anak sebisa mungkin orang tua selalu

merawat dan menjaga kebersihan tubuh anak.

b. Memberikan nasehat mengenai cara yang baik dan benar dalam

membersihkan gigi dan mulut pada anak

c. Memberikan nasehat untuk meningkatkan sistem imun anak dengan

suplai nutrisi dan mineral yang adekuat agar terhindar dari infeksi

2. Drug (obat)

a. Obat AntiJamur Sistemik untuk Infeksi Sistemik

1) Amfoterisin B

Amfoterisin A dan B adalah antibiotik anti jamur yang dihasilkan

oleh Streptomyces nodosus. Amfoterisin B adalah suatu makrolid

polien amfoterik dan untuk mengobati jamur sistemik diberikan

melalui infus intravena perlahan dengan dosis 0,5-1 mg/kg/hari.

Obat ini biasanya di lanjutkan hungga dosis total tertentu (mis. 1-2

g).

(2)

2) Itrakonazol

Azol adalah senyawa sintetik yang dapat diklasifikasikan sebagai

imidazol atau triazol sesuai dengan jumlah atom nitrogen di cincin

azol beranggotakan lima. Triazol mencakup itrakonazol yang

tersedia dalam bentuk oral dan intravena serta digunakan dalam

dosis 100-400 mg/hari.

3) Flukonazol

Azol adalah senyawa sintetik yang dapat diklasifikasikan sebagai

imidazol atau triazol sesuai dengan jumlah atom nitrogen di cincin

azol beranggotakan lima. Triazol mencakup flukonazol yang

memperlihatkan kelarutan air yang tinggi serta penetrasi cairan

serebrospinal yang baik. Dosis tab 50,100,150,200

b. Obat Antijamur Sistemik Oral untuk Infeksi Mukokutis

1) Griseovulvin adalah obat fungistatik yang sangat tidak larut dan

berasal dari suatu spesies penisilium. Satu-satunya pemakaiannya

adalah terapi sistemik dermatofitosis. Obat ini diberikan dalam

bentuk mikrokristal ddengan dosis 1 g/hari

c. Obat Antijamur Topikal

1) Nistatin

Nistatin adalah suatu makrolid polien dan aktif terhadap Candida

sp dan paling sering digunakan untuk menekan infeksi kandida

lokal. Dosis oral tab 500.000 unit dan topikal pada krim, salep,

bubuk 100.000 unit/g

2) Azol Topikal

Dua azol yang paling sering digunakan secara topikal adalah

klotrimazol dan mikonazol. Tersedia tablet isap klotrimazol untuk

oral thrush dan merupakan alternatif terhadap nistatin dengan rasa

yang enak. Dosis topikal pada krim, solusio dan losio 1%.

3. Non-drug

-

Menasehati orang tua untuk menjaga pola istirahat anak dan mengatur

pola makan anak dengan gizi cukup

(3)

P-DRUG

1. Antijamur KELOMPOK

OBAT EFIKASI SAFETY SUITABILITY COST

Anti Jamur Sistemik a)Amfoterisin B

FARMAKODINAMIK: Mekanisme kerja

Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel.

Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia. Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran sel.

FARMAKOKINETIK:

absorbsi : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.

Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah beberapa bulan setelah pemberian.

Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah yang diberikan.

EFEK

EFEK SAMPING: Infus : kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal. 50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan menggigil.

Flebitis (-)  menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus. Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering

KONTRAINDIKASI:

Gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui

PERHATIAN:

bila diberikan secara parenteral sering menimbulkan efek samping (perlu pengawasan ketat dan uji dosis yang diperlukan); pemeriksaan fungsi hati dan ginjal, hitung jenis sel darah, dan pemeriksaan elektrolit plasma (hindari penggunaan obat lain yang bersifat hepatotoksik seperti kortikosteroid, kecuali untuk mengendalikan radang); antineoplastik; pergantian tempat suntikan yang terlalu sering (iritasi), infus yang cepat (risiko aritmia). Hati-hati pada wanita hamil dan ibu menyusui. Reaksi anafilaksis kadang-kadang terjadi pada penggunaan

Injeksi Rp 400.000

(4)

c) Itraconazol

Hilangnya kandungan intrasel melalui pori bersifat fungisidal. Spektrum kerja luas

AKTIVITAS ANTIJAMUR DAN PEMAKAIAN KLINIS Amfoterisin B tetap merupakan obat antijamur dengan spektrum kerja paling luas. Memiliki aktivitas terhadap ragi yang secara klinis penting, termasuk Candida albicans dan Cryptococcus neoformans, organisme penyebab mikosis endemik dan kapang patogenik. Amfoterisin B merupakan obat yang berguna untuk hampir semua infeksi jamur yang mengancam nyawa.

FARMAKODINAMIK: Mekanisme Kerja

dijumpai  pemberian kalium.

Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama flusitosin.

EFEK SAMPING: Insiden efek samping berkisar dari sekitar 7% pada pasien-pasien dengan terapi jangka

amfoterisin intravena. Dianjurkan untuk memberikan dosis percobaan sebelum infus amfoterisin dan pasien diamati selama kira-kira 30 menit. Antipiretik dan kortikosteroid sebagai profilaksis hanya diberikan pada pasien dengan riwayat reaksi obat sebelumnya, sedangkan amfoterisin harus diberikan

BENTUK SEDIAAN DAN DOSIS:

 .Parenteral:

FormulAmbisome)asi

konvensional (Amfoterisin B, fungizone): bubuk 50 mg untuk injeksi

Formulasi lemak

(Abelcet):Suspensi 100mg/20mL untuk injeksi

(AmBisome): bubuk 50mg untuk injeksi

(Amphotec):bubuk 50,100 mg untuk injeksi

KONTRAINDIKASI:

-Kehamilan dan wanita usiasubur

COST:

Fungitrazol Kaps: 100mgx3x (Rp.200.000)

(5)

Mekanisme kerja dengan cara dengan menghambat ergosterol, yaitu komponenterpenting dalam membran sel jamur. Dengan pemberian per oral, absorpsi dari Unitrac akan maksimal bila

diberikan setelah makan.

Dosis tunggal 100 mg akan memberikan kadar puncak plasma sebesar 150 - 250 ug/l dalam 1.5 - 4 jam.

FARMAKOKINETIK: Absorpsi oral: > 85% Metabolisme presistemik: -Waktu paruh plasma: 20 jam Volume distribusi: 10.7 l/kg Ikatan protein plasma: 99.82%

Itraconazol didistribusiakan dengan luas di dalam tubuh, mencapai kadar sampai 10 kali lebih tinggi dari kadar plasma pada beberapa jaringan. Tetapi penetrasinya ke cairan serebrospinal, urine dan peritonium adalah dalam kadar yang rendah.

Pada stratum korneum, Itraconazol masih dapat dideteksi sampai 4 minggu setelah penghentian terapi, yang mungkin

pendek sampai 17.7% pada pasien yang menggunakan

Itraconazol lebih lama dari 1 bulan. Efek samping kebanyakan bersifat sementara, dari ringan sampai sedang. Yang sering dilaporkan adalah gangguan gastrointestinal, pusing, pruritus dan sakit kepala.

yang tidak menggunakan bentuk kontrasepsi yang adekuat. Bilamana diberikan pada masa subur, wanita tersebut harus disertai dengan pencegahan kehamilan yang pemberiannya diteruskan selama satu siklus haid setelah terapi dihentikan. - Penyakit hati

-Hipersensitifitas terhadap itraconazole dan golongan triazole lain.

- Itraconazole terutama dimetabolisme deism hati walaupun dalam penelitian tidak ditemukan gangguan fungsi hati, namun dianjurkan untuk tidak memberikan obat pada penderita yang pernah menderita penyakit hati atau pasien yang pernah menderita hepatotoksitas

(6)

mencerminkan affinitas obat pada sebum dan keratinosit. Metabolismenya terutama di hati dan jalur ekskresi utama adalah hapatobiliar (> 9%).

dengan obat-obat lain.

- Ibu yang menyusui, tidak dianjurkan untuk menyusui selama pengobatan dengan obat ini.

- Pemakaian pada pediatric belum dipelajari secara teliti, oleh karena itu jangan digunakan pada pasien-pasien pediatric.

- Pada pasien dengan fungsi ginjal yang tidak normal tidak diperlukan penyesuaian dosis.

BENTUK SEDIAAN DAN DOSIS: - Kandisiasis vulvovaginal: 2 kapsul (200 mg) pagi dan 2 kapsul (200 mg) malam hari selama 1 hari atau 2 kapsul (200 mg) perhari selama 3 hari.

- Kandidiasis mulut: 1 kapsul (100

COST: Kaps 50mgx10 (Rp.115.000) 150mgx10 (Rp.330.000) Vial 50mgx5mlx1 (Rp.110.00)

(7)

d) Flukonazol

FARMAKODINAMIK: Mekanisme kerja

Flukonazol merupakan inhibitor cytochrome P-450 sterol C-14

alpha-demethylation (biosintesis ergosterol) jamur yang sangat

selektif. Pengurangan ergosterol, yang merupakan sterol utama

EFEK SAMPING: Sakit kepala, nyeri abdominal , diare, dan pusing. Ruam pada kulit bisa terjadi tapi jarang. Fluconazole adalah jenis obat yang dapat ditoleransi dengan baik. Pasien penderita kanker atau AIDS memiliki kemungkinan untuk mengidap sindrom Stevens-Johnson (fatal exfoliative skin rashes), namun hubungan sebab akibat penyakit ini dengan fluconazole belumlah jelas, terutama jika penanganan dilakukan secara terus-menerus dengan obat-obatan jenis lain. Ada

baiknya untuk

mg) perhari selama 15 hari. - Dermatofitosis: 1 kapsul (100 mg) perhari selama 2-4 minggu. - Pitiriasis pertikolor: 2 kapsul (200 mg) perhari selama 5 - 7 hari. - Fungal keratitis: 2 kapsul (200 mg)perhari selama 3 minggu. Eliminasi itraconazole pada jaringan lebih lambat daripada dalam plasma, maka efek klinik maupun mikologik yang optimal tercapai 2 - 4 minggu setelah pengobatan dihentikan. Untuk mendapatkan absorpsi maksimum, itraconazole harus diminum segera sesudah makan.

KONTRAINDIKASI:

Hipersensitifittas terhadap flukonazol PERHATIAN:

(8)

yang terdapat di dalam membran sel-sel jamur, dan akumulasi sterol-sterol yang mengalami metilase menyebabkan terjadinya perubahan sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran. Secara in vitro flukonazol memperlihatkan aktivitas fungistatik terhadap Cryptococcus neoformans dan Candida spp. Farmakokinetik : Flukonazol larut air dan cepat diabsorpsi sesudah pemberian oral, dengan 90% bioavailabilitas, 12% terikat pada protein. Obat ini mencapai konsentrasi tinggi dalam LCS, paru dan humor aquosus, dan menjadi obat pilihan pertama untuk meningitis karena jamur. Konsentrasi fungisidanya juga meningkat dalam vagina, saliva, kulit dan kuku.

–Pengobatan secara oral dengan fluconazole mengakibatkan terjadinya absorpsi obat secara cepat dan hampir sempurna. Konsentrasi serum identik diperoleh setelah pengobatan secara oral dan secara parenteral yang menunjukkan bahwa metabolisme tahap awal (first-pass metabolism) obat tidak terjadi. Konsentrasi darah naik sesuai dengan dosis dengan tingkat dosis yang bermacam-macam. Dua jam setelah pemberian obat secara oral dengan dosis 50 mg, konsentrasi serum dengan kisaran 1,0 mg/l dapat diantisipasi, namun hal ini terjadi hanya setelah dosis ditambah secara berulang-ulang hingga mencapai 2,0 sampai dengan 3,0 mg/l.

– Pengobatan fluconazole secara oral atau secara parenteral

menghentikan konsumsi Penderita dengan riwayat penyakit ginjal, hanil, laktasi

BENTUK SEDIAAN DAN DOSIS: Oral: tablet 50,100,200 mg; bubuk untuk suspensi 10,40mg/ml

Parenteral : 2mg/ml dalam vial 100 dan 100 ml

(9)

menyebabkan percepatan dan penyebaran distribusi obat. Tidak seperti obat antifungal azol jenis lainnya, protein yang mengikat fluconazole memiliki kadar yang rendah (sekitar 12%). Hal ini menyebabkan tingginya tingkat sirkulasi obat yang tidak terikat. Tingkat sirkulasi obat yang tidak terikat pada sebagian besar kelencar dan cairan tubuh biasanya melampaui 50% dari konsentrasi darah simultan.

– Tidak seperti obat anti jamur azole jenis lain, fluconazole tidak dapat dimetabolisme secara ekstensif oleh manusia. Lebih dari 90% dari dosis yang diberikan tereliminasi ke dalam urin: sekitar 80% dalam bentuk obat-obatan asli (tidak berubah komposisinya) dan 10% dalam bentuk metabolit. Tidak ada indikasi induksi atau inhibit yang signifikan pada metabolisme fluconazole yang diberikan secara berulang-ulang.

– Sarana eliminasi utama dalam hal ini adalah ekskresi renal obat-obatan yang tidak dapat dirubah komposisinya. Pada pasien yang memiliki fungsi renal normal, terdapat sekitar 80% dari jumlah dosis yang diberikan tercampur dengan urin dengan bentuk yang tidak berubah dan konsentrasi > 100 mg/l. obat jenis ini dibersihkan melalui filtrasi glomerular, namun secara bersamaan terjadi reabsorpsi tubular. Fluconazole memiliki waktu paruh serum selama 20-30 jam, tetapi dapat diperpanjang

(10)

waktunya jika terjadi gangguan pada fungsi renal, dengan pemberian dosis terhadap pasien yang memiliki tingkat filtrasi di bawah 50 ml/menit. Fluconazole akan hilang selama haemodialysis dan pada sejumlah kasus terjadi selama dialysis peritoneal. Sessi haemodialysis selama 3 jam dapat mengurangi konsentrasi darah hingga sekitar 50%.

AntiJamur Sistemik Oral Griseofulvin

FARMAKODINAMIK: Mekanisme kerja

Griseofulvin adalah antibiotik yang bersifat fungistatik. Secara invitro griseofulvin dapat menghambat pertumbuhan berbagai spesies dari Microsporum, Epidermophyton dan Trichophyton. Pada penggunaan per oral griseofulvin diabsorpsi secara lambat, dengan memperkecil ukuran partikel, absorpsi dapat ditingkatkan. Griseofulvin mengendap di kulit yang baru terbentuk tempat ia berikatan dengan keratin, melindungi kulit dari infeksi baru Farmakokinetik:

Pemberian griseofulvin secara oral dengan dosis 0,5 - 1 gr, akan menghasilkan konsentrasi puncak plasma sebanyak 1 mikrogram / ml dalam waktu 4 jam dan level

Griseofulvin mempunyai waktu paruh di dalam plasma lebih kurang 1 hari, dan ? 50 % dari dosis oral dapat di deteksi di dalam urin dalam waktu 5 hari dan kebanyakan dalam bentuk metabolit.

EFEK SAMPING:

 Gangguan Pencernaan dan nyeri kepala

KONTRAINDIKASI:

Porfiria atau kegagalan hepatoseluler atau lupus eritematosus dan kondisi yang berhubungan, hamil

PERHATIAN:

Dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin. Laktasi. Merusak sel sperma, sehingga tidak dianjurkan untuk membuahi sel telur selama 6 bulan terapi

BENTUK SEDIAAN DAN DOSIS: Microsize oral: tablet 125, 250mg; kapsul 250 mg; suspensi 125mg/5ml Ultramicrosize oral: tablet 125, 165,250, 330 mg

COST: Tablet 500mgx2x14 (Rp184,794)

(11)

Griseofulvin sangat sedikit diabsorpsi dalam keadaan perut kosong. Mengkonsumsi griseofulvin bersama dengan makanan berkadar lemak tinggi, dapat

meningkatkan absorpsi mengakibatkan level griseofulvin dalam serum akan lebih tinggi. Ketika diabsorpsi, griseofulvin pertama kali akan berikatan dengan serum

albumin dan distribusi di jaringan di ditentukan dengan plasma free concentration.

Selanjutnya menyebar melalui cairan transepidermal dan keringat dan akan dideposit di sel prekusor keratin kulit (stratum korneum) dan terjadi ikatan yang kuat dan menetap. Lapisan keratin yang terinfeksi, akan digantikan dengan lapisan keratin baru yang lebih resisten terhadap serangan jamur. Pemberian griseofulvin secara oral akan mencapai stratum korneum setelah 4 - 8 jam. Griseofulvin di metabolisme di hepar menjadi 6 ? desmethyl griseofulvin, dan akan di ekskresikan melalui urin. Eliminasi waktu paruh 9-21 jam dan kurang dari 1% dari dosis akan di jumpai pada urin tanpa perubahan bentuk.

Golongan Antijamur topikal a) Nistatin FARMAKODINAMIK: Mekanisme Kerja

Nistatin meningkatkan permeabilitas dinding sel jamur, Mekanisme kerjanya dengan jalan berikatan dengan sterol membrane sel jamur, terutama ergosterol. Oleh karena itu, terjadi

EFEK SAMPING:

Jarang terjadi efek

samping pada

pemberian oral

KONTRAINDIKASI: Hipersensitif

PERHATIAN:

 .Hamil dan laktasi

BENTUK SEDIAAN DAN DOSIS: Oral: tablet 500.000 unit

COST: Candistin Tetes 100.000 u/mlx12mlx

(12)

a)

gangguan pada permeabilitas membrane sel jamur dan mekanisme transpornya. Akibatnya sel jamur kehilangan banyak kation dan makromolekul sehingga sel jamur menjadi tidak stabil dan mengeluarkan isinya. Obat ini mempunyai khasiat fungistatik dan fungisidal. Mula kerja untuk bentuk suspense dan tablet adalah cepat. Mula kerja untuk tablet vagina atau krim kira-kira

24 jam.

FARMAKOKINETIK:

Nistatin hampir tidak diabsorbsi melalui kulit, membrane mukosa, atau saluran cerna. Semua nistatin yang masuk saluran cerna dikeluarkan kembali melalui tinja, dan tidak ditemukan adanya nistatin dalam darah atau jaringan.

INDIKASI KLINIS

Nistatin terutama digunakan untuk kandidiasis kulit, selaput lender, dan saluran cerna. Paronikia, vaginitis, dan sariawan cukup diobati dengan nistatin secara topical.

Nistatin digunakan secara topical pada kulit atau membrane mukosa (mulut dan vagina) dalam bentuk krim, salep, supositoria, suspense atau bubuk untuk infeksi candida local.

ataupun topical. Pemberian oral mungkin dapat menimbulkan

mual,muntah, atau diare. Pemberian dosis tinggi tidak akan menimbulkan superinfeksi karena obat ini

memengaruhi

bakteri, protozoa

atau virus.

Topikal:krim,salep,bubuk 100.000 unit/g ; tablet vagina

Suspensi 12 ml 1 (Rp30,030) Nystin Susp 12mlx1 (Rp20,000)

Dari ketiga kelompok obat, obat yang paling cocok bagi pasien ini untuk menghilangkan gejala dan sebab nya ialah golongan topical seperti nistatin selain itu perlu di tambahkan suplemen atau vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan nafsu makan

(13)

P-Drug Kandidiasis Oral

1). Nistatin

Nistatin merupakan antibiotic polien yang dihasilkan Streptomyces noursel, Nistatin

menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi tetapi tidak aktif terhadap bakteri,

protozoa dan virus. Candida albican hamper tidak memperlihatkan resistensi terhadap

nistatin. Nistatin ini terutama digunakan untuk infeksi candida di kulit, selaput lender dan

saluran cerna. Paronikia, vaginitis dan kandidiasis oral.

2). Appecur

Komposisi dalam apecur meliputi Curcuminoid 2 mg, β-carotene 10% 4 mg, vitamin

B1 3 mg, vitamin B2 2 mg, vitamin B6 5 mg, vitamin B12 5 mcg, vitamin D 100 iu,

dexpanthenol 3 mg, Ca pidolate 300 mg, fructooligosaccharides 300 mg dan diindikasikan

untuk suplemen vitamin untuk meningkatkan nafsu makan dan stamina.

E. RESEP

dr.

Fiddien Indera Sakti

SIP. 2011210036

Alamat:

Jl.Sumber Sari IV,Malang

Telepon:

085212121212

Praktek:

Hari Senin – Sabtu

Pukul:

09.00 – 21.00 WIB

Malang, 08 Agustus 2016

R/ Nystatin Susp. 12 ml

fl

No. 1

S. prn(3-4) d.d. cth 1/5

R/ Apecur Syr

fl

No. I

S. 1 d.d. cth 1.

Pro

: An. O ...

Usia

: 2 tahun ... BB : 12 kg ...

Alamat : Malang ...

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Asam asetil salisilat 80 mg sehari adalah tidak efektif dalam menurunkan agregasi trombosit pada pasien stroke kasus baru, dan dibutuhkan evaluasi lebih lanjut dengan dosis yang

Meskipun dosis 80 mg furosemide intravena dapat menyebabkan penurunan akut perfusi ginjal dan azotemia selanjutnya pada pasien penderita asites dan sirosis, dosis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis 75 mg (kelompok I) dan 100 mg (kelompok II) progesteron secara intavaginal tidak berbeda nyata (P>0,05) dalam menginduksi

Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa EEDL dosis 50, 100 dan 150 mg/kg bb memberikan aktivitas diuretik dengan meningkatkan volume urin, kadar

Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa EEDL dosis 50, 100 dan 150 mg/kg bb memberikan aktivitas diuretik dengan meningkatkan volume urin, kadar

Kelompok D2 ekstrak matoa dosis 100 mg/kg bb memberikan volume urin dan persen diuretik yang sebanding dengan kontrol positif furosemid 3,6 mg/kg bb (Gambar

Kelompok yang memiliki kadar asam lambung mendekati kelompok normal adalah kelompok VI (kombinasi ekstrak rimpang kunyit dosis 100 mg/kg bb dan kulit batang mimba dosis 250

N, Normal; K-, RA; K+, RA+aspirin; P1, RA+ekstrak daun sirih merah dosis 100 mg/kgBB; P2, RA+ekstrak daun sirih merah dosis 200 mg/kgBB; P3, RA+ekstrak daun sirih merah dosis 400