• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MATERI BAHAN AJAR PUBLIC SPEAKING BERBASIS COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING BAGI MAHASISWA DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN MATERI BAHAN AJAR PUBLIC SPEAKING BERBASIS COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING BAGI MAHASISWA DI INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MATERI BAHAN AJAR PUBLIC SPEAKING BERBASIS COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING BAGI MAHASISWA DI INDONESIA

M. Arif Rahman Hakim

Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Kota Bengkulu

Abstrak

Public Speaking adalah sebuah kemampuan yang wajib dimiliki setiap pendidik sehingga dibuatlah mata kuliah khusus yang membahas dan belajar mempraktekkan mengenai kemampuan ini. Dalam observasi awal, peneliti masih menemukan para mahasiswa program studi pendidikan bahasa Inggris yang mempelajari mata kuliah ini masih mendapatkan banyak kesulitan. Maka dari itu peneliti melaksanakan research and development dengan responden yang berasal dari mahasiswa program studi pendidikan bahasa Inggris IAIN Bengkulu yang sedang mempelajari mata kuliah public speaking. Dari hasil research and development yang sudah dilaksanakan oelh peneliti, maka dihasilkanlah 5 bab materi yang terdiri dari Preparing Speaking Publicly, Outlining Speech, Overcoming Fears and Building Confidence, Presenting Public Speaking, dan Types Of Speeches ditujukan sebagai tambahan yang ditujukan untuk membantu proses pembelajaran mata kuliah public speaking di program studi pendidikan bahasa Inggris, IAIN Bengkulu. Materi tersebut sudah melewati validasi dari 2 ahli yang kompeten dibidangnya dan juga telah di try-out kan pada mahasiswa yang memang menjadi responden utama pada proses research and development ini.

Kata Kunci: Public Speaking, Research and Development, Communicative Language Teaching

LATAR BELAKANG

Penggunaan bahasa Inggris di Indonesia adalah sebagai bahasa asing pertama yang diajarkan kepada mahasiswa sebagai mata pelajaran wajib dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Seperti mata pelajaran lainnya, bahasa Inggris memiliki kurikulumnya tersendiri, yang dibutuhkan demi kesuksesan proses belajar pembelajaran. Sebuah kurikulum biasanya meliputi tujuan, daftar pokok-pokok pengajaran, dan saran untuk proses evaluasi.

Berbicara dapat disampaikan secara langsung dan spontan dengan perencanaan yang baik atau makna gramatikal ketika kita berkomunikasi secara lisan dengan seseorang. Kepercayaan diri mahasiswa dan antusiasme mereka dalam berbicara adalah faktor yang paling penting dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan mereka. Seorang mahasiswa akan mampu belajar berbahasa Inggris dengan baik, lancar, dan efektif jika ada kepercayaan yang baik satu sama lain dalam hal komunikasi lisan yang baik, seperti sebuah kesempatan untuk berbicara dalam situasi formal dan informal, di dalam atau di luar kelas.

Berbicara adalah keterampilan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan dan perasaan.

Berbicara di depan umum kadang-kadang bisa menjadi sebuah tantangan nyata, jika tidak menjadi

sumber rasa malu tidak hanya untuk orang-orang yang formal, tetapi juga untuk orang-orang berpangkat tinggi seperti sarjana, dokter, dan lain- lain. Mereka mungkin merasa ragu dalam menghadapi penonton, sering disertai dengan telapak tangan yang berkeringat, kegagapan, dan fenomena kaku di ujung lidah. Dilema ini sering menimbulkan masalah yang tidak terhingga bagi pembicara, terutama di ekspresi diri dan efek yang tidak menyenangkan bagi penonton.

Berbicara didepan umum tidaklah mudah seperti yang kita bayangkan. Menurut Amy (2010) bagi banyak orang, berdiri di depan umum dan berpidato adalah salah satu ketakutan terbesar mereka. Ada banyak orang yang suka berbicara banyak, tetapi ketika mereka memiliki kesempatan untuk berbicara didepan audiens dalam jumlah besar, mereka merasa cemas atau gugup saat itu. Bukan hanya itu tetapi juga ada beberapa orang yang sangat mahir dalam menulis, namun mereka terlihat sangat lemah ketika mereka memiliki kesempatan untuk berbicara dipublik. Di sisi lain, penyampaian pidato adalah salah satu hal yang paling penting bagi orang- orang atau mahasiswa untuk sukses dalam bisnis, karir, akademik, dan kehidupan sosial yang mendukung mereka untuk lebih mudah dalam menghadapi era global ini. Sebagian besar orang, di beberapa titik dalam hidup mereka, akan merasa

(2)

perlu berdiri dan berbicara di depan sekelompok orang untuk menjadi sukses, Amy (2010). Jadi, berbicara di depan umum sangat penting dan harus dipelajari oleh mahasiswa untuk menjadi sukses

Sayangnya, banyak mahasiswa mendapatkan masalah untuk berbicara di depan umum. Masalah- masalah tersebut meliputi; pertama, bahan ajar yang membekukan keaktifan dan kebebasan mahasiswa dalam berbicara dengan membebani mereka dengan pola tata bahasa. Hal ini tidak mendorong mahasiswa untuk aktif secara lisan selama proses proses belajar mengajar, karena mahasiswa takut membuat kesalahan tentang pola tata bahasa dalam pembentukan kalimat. Belum adanya bahan ajar berbicara didepan umum yang berkembang dengan baik agar mahasiswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi secara aktif selama proses belajar mengajar.

Kedua, pengajaran bahasa Inggris selama proses belajar terlihat monoton, dimana guru mengajar mahasiswa dengan pendekatan tradisional dengan menyampaikan materi bahasa Inggris di depan kelas sampai jam pelajaran berakhir, tanpa memberikan banyak waktu bagi mahasiswa untuk menunjukkan kemampuan berbicaranya. Teknik pengajaran konvensional semacam ini membuat mahasiswa merasa bosan, memiliki motivasi rendah untuk belajar bahasa Inggris dan sulit untuk menggunakan bahasa Inggris sebagai media komunikasi.

Ketiga, kurangnya latihan karena mahasiswa merasa sulit untuk mengekspresikan diri untuk berbicara bahasa Inggris selama belajar bahasa Inggris di kelas yang disebabkan oleh guru yang tidak memberi mereka kesempatan untuk berbicara dengan bebas.

Keempat, takut membuat kesalahan. Mahasiswa sering takut jika mereka membuat beberapa kesalahan karena mereka menganggap jika mereka membuat beberapa kesalahan, guru akan marah dan teman-teman mereka akan menertawakannya.

Kelima, belum adanya bahan ajar tambahan tentang berbicara di depan umum yang memenuhi kebutuhan mahasiswa akan berbicara dan bisa mendorong dan memotivasi mereka untuk berbahasa Inggris dengan baik.

Berdasarkan informasi di atas, peneliti cukup tertarik untuk membuat penelitian tentang berbicara di depan umum. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk mendapatkan informasi lebih lanjut saat ini dengan mewawancarai dosen bahasa Inggris di kelas Public Speaking di IAIN Bengkulu. Dosen tersebut mengatakan bahwa fenomena ini memang terjadi di kelas Public Speaking. Kurangnya bahan ajar adalah salah satu alasannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengamati proses pembelajaran di kelas Public Speaking. Setelah mengamati, peneliti menemukan bahwa hanya ada beberapa mahamahasiswa saja yang aktif di kelas. Mereka adalah mahasiswa yang aktif berbicara; sementara yang lain berdiam diri saja di kelas. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa tidak ada bahan ajar tertentu yang menarik perhatian seluruh mahasiswa selama kegiatan kelas.

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan bukti-bukti di atas, peneliti merasa lebih baik untuk mengembangkan bahan ajar untuk kelas public speaking untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dengan menerapkan bahan ajar yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran atau teori-teori belajar tertentu.

KAJIAN PUSTAKA

Public Speaking adalah salah satu bentuk komunikasi yang dapat membuat perbedaan besar dalam kemampuan Anda untuk mempengaruhi keputusan di sektor publik dan swasta (Ayres dan Miller, 1994). Dalam public speaking, Anda memiliki kesempatan untuk menyampaikan pesan tanpa dicela kepada beberapa individu atau jutaan orang. Berbicara didepan umum memiliki banyak kesamaan dengan jenis komunikasi lainnya. Namun, dia juga berbeda dalam sejumlah hal.

1. Pembicara

Salah satu komponen utama dari tindakan berbicara adalah pembicara, yang merupakan sumber pesan.

2. Penonton

Anda harus menganalisis pendengar Anda terlebih dahulu untuk memutuskan bagaimana caranya untuk menyajikan ide-ide Anda.

3. Alur

Alur mengacu pada cara kita menyampaikan pesan yang terdiri dari gerakan, sasaran, nada suara dan kata-kata untuk berkomunikasi.

4. Pesan

Pesan adalah apa yang akan dikatakan oleh kepada audiens.

5. Umpan balik

Ini adalah tentang informasi yang diterima oleh pembicara dari penonton tentang presentasi dan respon pembicara terhadap reaksi penonton.

Cronkhite (1978) menyatakan bahwa pidato biasanya berpikir tentang; pertama, penonton. Kedua, argumen dan bukti yang ada. Kemudian mereka

(3)

mulai mengumpulkan bukti dan memasukkannya ke dalam beberapa pola yang tersusun. Mereka memberikan beberapa pendapat tentang bahasa yang akan mereka gunakan, baik sebelum maupun saat pidato, dan tentu saja dalam penyampaian pidato.

Dari penjelasan beberapa ahli di atas, dapat diketahui bahwa ada banyak sekali manfaat dari public speaking bagi mahasiswa. Beberapa manfaat tersebut adalah manfaat pribadi, manfaat praktis, dan manfaat kebudayaan. Sukses dalam pidato bahasa Inggris atau berbicara di depan umum dapat membuka seluruh kesempatan di dunia bagi kita. Hal ini dapat membantu kita menaklukkan batas baru.

Hal ini juga dapat memperluas cakrawala kita melalui pengembangan pribadi, pengaruhny bagi diri sendiri, dan kemajuan dalam profesi. Melalui pidato atau alat berbicara di depan umum seperti penelitian, konseptualisasi, dan organisasi, kita akan memiliki cara yang sistematis dan efektif dalam menyajikan ide-ide yang kita miliki. Di sisi lain, dapat dipastikan bahwa pidato bahasa Inggris sangat penting bagi kehidupan manusia terutama untuk kehidupan pribadi dan orang lain. Jadi, kita harus mempelajarinya untuk mencapai kesuksesan dalam hidup kita.

Masalah yang datang dari mahasiswa adalah aspek utama yang biasanya ditemukan dalam mengajar dan belajar berbicara atau pidato. Menurut Brown (2000), ada beberapa masalah atau faktor yang dihadapi oleh mahasiswa dalam berbahasa Inggris atau pidato bahasa Inggris:

1. Rasa Cemas 2. Harga Diri 3. Motivasi

Rasa cemas terhadap pidato bukanlah hal yang baru—hal ini telah terjadi selama orang telah berbicara satu sama lain. Kebanyakan pembicara yang telah mengalami kecemasan saat berpidato tahu pentingnya ketenangan dan kepercayaan diri ketika berbicara. Menurut Hornby di Lestari (2010), kecemasan adalah keadaan dimana seseorang merasa gugup atau khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Pendapat lain, kecemasan adalah kekhawatiran dan ketakutan, terutama tentang apa yang mungkin terjadi (Manser di Lestari, 2010).

Beberapa orang merasa gugup sementara yang lain tetap tenang dan santai ketika berbicara. Faktor- faktor yang menyebabkan rasa cemas terhadap pidato pasti berbeda antara satu dengan yang lain. Namun, faktor-faktor umumnya berlaku untuk kita semua.

Di sisi lain, masalah dengan kecemasan berbicara tingkat tinggi yang dinyatakan oleh Jane (2006) adalah:

1) Orang-orang dengan kecemasan berbicara tingkat tinggi sering menghindari komunikasi.

2) Mereka jarang dianggap sebagai pemimpin.

3) Orang lain mungkin memiliki persepsi negatif terhadap mereka karena mereka akan terlihat tidak ramah.

4) Tetapi orang-orang dengan kecemasan tingkat tinggi dapat diajarkan bagaimana mengatur rasa cemas mereka.

Menurut Ayres dan Miller (1994), rasa cemas saat berpidato, rasa takut yang berhubungan dengan menyampaikan pidato, merupakan sebuah isu penting bagi banyak orang.

Terkait dengan harga diri dan menahan diri, konsep rasa cemas memainkan peran penting dalam pemerolehan bahasa Inggris afektif, meskipun semua mahasiswa tahu apa itu kecemasan dan semua mahasiswa memiliki pengalaman tentang rasa cemas, kecemasan masih tidak mudah untuk didefinisikan dalam kalimat sederhana. Scovel dalam Brown (2000) menyatakan bahwa kecemasan dikaitkan dengan perasaan gelisah, frustrasi, keraguan diri, ketakutan atau kekhawatiran.

Beberapa ahli yang meneliti tentang kecemasan menunjukkan bahwa, seperti harga diri, kecemasan bisa dialami di berbagai tingkat. Yang paling dalam atau global, sifat kecemasan adalah kecenderungan yang lebih permanen untuk terus merasa gelisah.

Beberapa mahasiswa diduga dan umumnya cemas tentang banyak hal. Pada tingkat yang lebih kepada sesaat atau situasional saja, keadaan cemas dialami dalam kaitannya dengan beberapa peristiwa atau tindakan tertentu. Seperti yang kita pelajari dalam kasus harga diri, maka, adalah penting baik di dalam dan luar kelas bagi guru untuk mencoba menentukan apakah rasa cemas mahasiswa berasal dari sifat yang lebih global atau apakah itu berasal dari situasi tertentu pada saat ini.

Model Pengajaran CLT

Berbeda dengan jumlah yang telah ditulis dalam teori Communicative Language Teaching tentang dimensi komunikatif sebuah bahasa, hanya sedikit yang telah ditulis terkait tentang teori pembelajaran.

Menurut Richard dan Rodger (1999), unsur-unsur yang mendasari teori belajar dapat dilihat dalam beberapa praktek CLT. Namun, salah satu unsur tersebut dapat digambarkan sebagai prinsip komunikasi: kegiatan yang melibatkan komunikasi nyata yang mengembangkan pembelajaran. Unsur kedua adalah prinsip tugas: aktivitas di mana bahasa digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas yang berarti mengembangkan pembelajaran. Unsur ketiga adalah prinsip kebermaknaan: bahasa yang berarti

(4)

mendukung proses pembelajaran bagi pelajar.

Kegiatan belajar yang karenanya dipilih sesuai dengan seberapa baik mereka melibatkan mahasiswa dalam penggunaan bahasa yang bermakna dan sebenarnya (bukan hanya mesin praktik tentang pola bahasa). Menurut teori ini, pemerolehan kompetensi komunikatif dalam bahasa adalah contoh pengembangan keterampilan yang melibatkan baik aspek kognitif dan aspek perilaku:

a) Aspek kognitif melibatkan internalisasi rencana untuk membuat perilaku yang sesuai. Untuk penggunaan bahasa, rencana ini berasal utamanya berasal dari sistem bahasa. Mereka termasuk aturan tata bahasa, tata cara memilih kosa kata, dan adat sosial yang mengatur tentang berbicara.

b) Aspek perilaku melibatkan otomatisasi rencana- rencana ini sehingga mereka dapat dikonversi menjadi kinerja yang lancar di waktu yang sebenarnya. Hal ini terjadi terutama melalui praktik dalam mengkonversi rencana menjadi kinerja (Littlewood: 2002).

Dalam teori ini, terdapat sebuah dorongan dan penekanan pada praktik sebagai cara untuk mengembangkan keterampilan komunikatif.

Untuk memahami model pengajaran komunikatif secara rinci, peneliti akan menggambarkan bagaimana model pengajaran seharusnya dilakukan. Gambaran ini diadaptasi dari Patel (2013) dengan sedikit modifikasi.

Gambar 2.1 Model Pengajaran Yang Komunikatif

Desain tersebut menunjukkan bahwa seorang instruktur harus menetapkan sebuah proses untuk mahasiswanya yang harus diminta untuk berbicara sebaik mungkin dengan semua sumber yang tersedia.

Jika instruktur melihat bahwa para peserta didik tidak berada dalam kondisi yang nyaman untuk berbicara atau berkomunikasi karena kekurangan bantuan bahasa, maka ia harus menyediakan item bahasa yang diperlukan untuk interaksi yang efektif, baik leksikal dan struktural dan instruktur dapat menawarkan latihan, jika memang dibutuhkan. Ini adalah struktur pedagogis dan metodologis dimana

pengajaran bahasa yang komunikatif harus dilakukan. Dalam penelitian ini, bahan ajar dikembangkan dengan mengadopsi model pengajaran komunikatif ini dimana item bahasa yang ada saat ini terbukti diperlukan untuk komunikasi yang efektif di setiap bagian awal dari masing-masing unit, guru melatih bahan-bahan tersebut jika mahasiswa merasa sulit untuk mengungkapkan kemampuan mereka dalam berbahasa Inggris, dan kemudian membiarkan mereka berlatih berbahasa Inggris sebaik mungkin dengan ketersediaan sumber daya di dalam kelas.

Research & Development

Penelitian ini merupakan Research and Development, yang dilakukan untuk mengembangkan bahan ajar untuk mahasiswa di kelas public speaking.

Borg dan Gall dalam Latief (2012) menyatakan Educational Research and Development adalah salah satu desain penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Sementara Latief (2012) mendefinisikan Educational Research and Development sebagai desain penelitian untuk mengembangkan produk pendidikan seperti kurikulum, silabus, buku teks, media pembelajaran, modul, instrumen penilaian dan lain-lain Penelitian ini akan dilakukan untuk merancang bahan ajar berbicara di kelas public speaking bagi mahamahasiswa di IAIN Bengkulu yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa di kelas public speaking di IAIN Bengkulu.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil model prosedur pengembangan berdasarkan Borg (1981) dan diadaptasi berdasarkan kebutuhan penelitian yang dimulai dari:

a) Memperoleh informasi yang terdiri dari mengidentifikasi masalah, memilih sarana pemecahan masalah, dan kajian teori.

b) Memilih dan merangkai bahan ajar yang terdiri dari teknik, proses mengajar dan belajar.

c) Penulisan naskah yang terdiri dari pengembangan materi.

d) Validasi oleh ahli untuk mendapatkan umpan balik.

e) Merevisi yang terdiri dari revisi materi berdasarkan verifikasi ahli.

f) Evaluasi yang terdiri dari percobaan, evaluasi, revisi, dan validasi berdasarkan masuk an selama proses belajar mengajar.

g) Penyelesaian yang terdiri dari pengembangan produk akhir bahan ajar public speaking.

Hasil Pengembangan

Hasil penilaian kebutuhan membahas tentang data yang dikumpulkan dari kuesioner, wawancara, Berkomunikasi sebaik

mungkin dengan sumber-sumber yang

ada di dalam kelas

Bahasa saat ini terbukti diperlukan untuk komunikasi yang

efektif

Latihan, bila diperlukan

(5)

dan silabus. Pengumpulan data dari kuesioner yang digunakan untuk mengetahui semua informasi dari mahasiswa yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa Inggris di IAIN Bengkulu. Data yang dikumpulkan dari dosen bahasa Inggris di IAIN Bengkulu yang dalam bentuk wawancara juga digunakan untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan proses belajar mengajar bahasa Inggris khususnya Public Speaking. Selain itu, pengumpulan data dari silabus digunakan untuk mengetahui bahan berbicara yang harus diajarkan dan kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa tahun kedua di IAIN Bengkulu.

Sebagaimana yang dibutuhkan oleh para mahasiswa dan saran dosen public speaking di IAIN Bengkulu, berdasarkan hasil analisis kebutuhan, peneliti memutuskan untuk mengembangkan bahan ajar tambahan yang berfokus pada keterampilan public speaking untuk membantu para mahasiswa untuk mengatasi masalah mereka dalam pembelajaran public speaking.

Rancangan pengembangan bahan ajar pelengkap pada mata kuliah public speaking difokuskan pada aktivitas public speaking. Materi- materi ini dikembangkan berdasarkan pendekatan Pengajaran Bahasa Komunikatif dan silabus yang diputuskan Program studi Pendidikan Bahasa Inggris IAIN Bengkulu. Bahan ajar pelengkap dalam mata kuliah public speaking ini terdiri dari lima bab. Topik yang dipilih dengan pertimbangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat para mahasiswa dan bertujuan memperkaya pengalaman untuk mendukung kegiatan sehari-hari mereka. Lima bab tersebut terdiri dari Preparing Speaking Publicly, Outlining Speech, Overcoming Fears and Building Confidence, Presenting Public Speaking, dan Types Of Speeches.

Setiap bab dimulai dengan tahapan curah pendapat yang mengarahkan para mahasiswa untuk mengetahui jenis materi yang mereka akan dipelajari.

Pada bagian pertama dari bahan, peneliti menyediakan teori-teori yang bersangkutan dengan bahan ajar yang akan dipelajari, sehingga para mahasiswa mampu mengetahui struktur Public Speaking yang mereka pelajari. Bagian kedua dari bahan-bahan ini, peneliti memberikan bahasa otentik.

Bahasa otentik ini bertujuan mengarahkan para mahasiswa tentang bagaimana membangun kalimat dengan benar. Pada bagian ini, siswa tidak perlu menghafal pola tata bahasa. Mereka hanya harus berlatih dengan bahasa otentik untuk menyampaikan pesan lisan sempurna dan bisa dipahami oleh pendengar dengan baik. Bagian ketiga dari materi- materi ini adalah praktek, sehingga para mahasiswa tidak hanya mengetahui tentang teori-teori dasar dalam Public Speaking, namum mampu

menyampaikan bahasa lisan kepada para pendengar dengan kemampuan mereka sendiri tanpa dibebankan dengan mengahafal pola bahasa sebagaimana yang dikembangkan pada teori belajar Audio Lingual Methodology, dan lainnya Terakhir, pada akhir bagian materi adalah refleksi. Refleksi ini harus disampaikan oleh siswa dengan bahasa lisan dan menjadi bagian dari penguatan materi.

Validasi Ahli

Langkah selanjutnya dari penelitian ini adalah validasi ahli. Ketika draf pertama sudah siap, peneliti berkonsultasi pada ahli untuk dievaluasi untuk memastikan bahwa bahan-bahan tambahan yang berlaku untuk diterapkan kepada para mahasiswa.

Komentar dan saran yang diperlukan untuk membuat draft yang lebih baik. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dan memvalidasi rancangan itu dalam bentuk check list dan saran. Setelah menyelesaikan draft pertama dari bahan-bahan ajar tambahan Public Speaking yang dikembangkan, peneliti memvalidasi rancangan para ahli. Untuk ahli pertama, ada dua karakteristik yang harus divalidasi dalam lima unit bahan yang dikembangkan. Kedua karakteristik tersebut adalah evaluasi pada isi dan evaluasi bahasa. Untuk evaluasi pada konten, secara umum, validator mengatakan bahwa bahan dikembangkan sangat baik dan tepat untuk diterapkan dalam mengajar dan proses belajar Public Speaking pada siswa tahun kedua program studi bahasa inggris IAIN Bengkulu yang sesuai dengan kurikulum dan silabus yang sedang digunakan.

Validator juga mengklaim bahwa bahan dikembangkan sangat menarik. Ia percaya bahwa para mahasiswa akan memiliki motivasi yang tinggi dan dapat menurunkan masalah mereka dalam Public Speaking melalui bahan-bahan ini, karena bahan diatur menarik dan urutan yang baik.

Secara khusus, validator memiliki beberapa pendapat dan saran untuk membuat bahan-bahan yang dikembangkan menjadi lebih baik. Untuk evaluasi pada konten, validator mengatakan bahwa teks yang digunakan belum mencakup kebutuhan rill para mahasiswa dalam kegiatan Public Speaking.

Teks tersebut masih bersifat teoritis dan belum memberikan real life context yang diperlukan dalam belajar Public Speaking dan itu akan membingungkan para mahasiswa dalam memahami makna dan tujuan dari teks sebuah Public Speaking.

Oleh karena itu, ia menyarankan memperjelas teks agar mudah dipahami. Untuk bab kedua, ketiga, dan keempat, validator tidak menyarankan apa-apa. Dia mengklaim bahwa bahan yang dikembangkan sangat baik dan sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa.

Validator menyarankan peneliti untuk lebih spesifik tentang prosedur penyampaian Public Speaking yang benar dan relevan dengan kebutuhan para mahasiswa

(6)

dalam unit kelima. Ia mengatakan prosedur pada memberikan tujuan dari teks terlalu umum, ia menyarankan agar lebih spesifik agar para siswa dapat memahami materi tersebut dengan baik.

Untuk karakteristik kedua dalam proses validasi, evaluasi bahasa, validator mengatakan bahwa pertama sampai keempat baik. Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa tidak ada saran karena penggunaan bahasa dalam bahan-bahan yang mudah dipahami oleh siswa serta kalimat dan ketertiban tata bahasa serta sesuai dengan level pengetahuan para mahasiswa. Namun, validator menyarankan peneliti untuk berhati-hati pada unit kelima karena kata-kata dan kalimat-kalimat yang tidak sah dibangun, salah ketik, tidak teratur dan kata kerja tak beraturan, dll Secara umum, validator mengatakan bahwa bahasa sesuai dengan kebutuhan dan tingkatpengetahuan para mahasiswa, komunikatif dan mudah dimengerti.

Untuk ahli kedua, ada dua karakteristik yang harus divalidasi dalam lima bab bahan ajar yang dikembangkan. Kedua karakteristik tersebut adalah tentang strategi mengajar, dan kesesuaian dengan prinsip komunikatif dari bahan ajar yang dikembangkan. Untuk aspek strategi mengajar, secara umum, ahli sangat tertarik. Strategi Pengajarannya sistematis dan bisa memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan Public Speaking.

Penyampaian materi membuat konstruksi kerangka berpikir mahasiswa menjadi jelas dan mudah untuk diikuti, sehingga strategi pengajaran yang disampaikan akan membuat para mahasiswa antusias dalam mempraktekkan Public Speaking nya dengan baik dan teratur.

Untuk aspek yang kedua, aspek dari prinsip komunikatif, validator mengatakan bahwa bahan- bahan yang dikembangkan sangat komunikatif dengan memberikan siswa banyak kesempatan untuk berlatih kemampuan Public Speaking tanpa dibebani dengan menghafal banyak rumus dari tata bahasa, karena peneliti memberikan mereka bahasa otentik sebagai pedoman untuk berbicara. Ketika para mahasiswa melakukan kesalahan dalam berbicara, bahan-bahan yang dikembangkan memberikan ruang kepada para mahasiswa untuk secara bebas mengekspresikan kemampuan mereka dalam Public Speaking tanpa ada beban menghafal dialog atau naskah seperti pada bahan-bahan ajar terdahulu serta memberikan ruang bagi guru yang mengajar para mahasiswa dan kemudian merevisi kesalahan melalui cara prinsip komunikatif. Di sini, para mahasiswa dapat mengekspresikan kemampuan mereka dalam Public Speaking melalui berbagai kegiatan. Namun, validator menyarankan peneliti menambahkan kegiatan yang akan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan Public Speakin

Revisi terakhir dilakukan berdasarkan koreksi dan saran dari kedua ahli untuk membuat produk akhir yang lebih baik.

Revisi Bahan Ajar

Setelah validasi dari para ahli, peneliti merevisi produk berdasarkan koreksi dan saran dari para ahli.

Revisi adalah tentang perubahan teks dan materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, salah ketik dan kesalahan ejaan kata-kata, tanda baca, dll.

Semua bahan yang telah direvisi akan divalidasi untuk kedua kalinya para ahli agar untuk membuat bahan-bahan dikembangkan lebih dipahami dan memenuhi syarat. Oleh karena itu, peneliti berkonsultasi dengan ahli tentang kualitas konten, bahasa, strategi mengajar, dan kesesuaian dengan prinsip komunikatif.

Semua saran dari para ahli untuk bahan-bahan yang dikembangkan sangat berguna untuk membuat bahan-bahan dikembangkan menjadi lebih baik.

Semua aspek menyangkut kelemahan bahan ajar tambahan yang dikembangkan telah didesain ulang berdasarkan saran dan telah divalidasi oleh kedua ahli. Kemudian, bahan ditingkatkan dengan baik dan siap untuk di uji cobakan.

Hasil Dari Try-Out

Untuk mengetahui penerapan bahan ajar yang dikembangkan, diperlukan untuk menerapkan produk di lapangan secara nyata di mana langkah ini dilakukan untuk mendapatkan beberapa informasi yang berkaitan dengan bahan-bahan yang perlu ditingkatkan dalam rangka untuk mengetahui kesesuaian bahan yang dikembangkan untuk para mahasiswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan try- out untuk para mahasiswa tahun kedua di program studi Bahasa Inggris. Materi yang di uji cobakan tersebut sebagai berikut:

Judul Topik Waktu

Presentin g Public Speaking

Presenting Public Speaking in front of the audiences

13:00 – 14:45 PM

Untuk mengumpulkan data di lapangan, peneliti berperan sebagai kolaborator dari kelas Public Speaking dan dosen dari mate kuliah tersebut berperan sebagai seorang pengajar yang menerapkan bahan ajar yang dikembangkan selama proses belajar mengajar dalam proses try-out. Di sini, peneliti mengamati efektivitas dari bahan ajar yang dikembangkan dari kegiatan dan tanggapan, keaktifan para mahasiswa, minat para mahasiswa, pendapat para mahasiswa tentang materi yang dikembangkan, dll Peneliti melihat bahwa para mahasiswa sangat antusias selama proses belajar mengajar Public Speaking.

(7)

Peneliti menulis beberapa aspek penting berdasarkan situasi yang terjadi melalui catatan lapangan, sementara dosen sedang mengajar menggunakan bahan dikembangkan. Berdasarkan proses try-out, data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner untuk siswa yang fokus pada lima poin yang mewakili pendapat siswa tentang materi Public Speaking yang dikembangkan.

Kelima poin tentang daya tarik pada bahan, tingkat kesulitan, langkah kegiatan, kegunaan bahan dalam mendukung praktek Public Speaking, dan aspek kepraktisan.

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 33 mahasiswa, ditemukan bahwa ada 45, 45% dari mahasiswa atau 15 mahasiswa menyatakan bahwa daya tarik pada bahan yang dikembangkan sangat baik. Bahan-bahan yang mereka pelajari dalam proses try-out bisa membuat mereka lebih aktif dalam belajar bahasa Inggris, terutama public speeech.

Selain itu, ada 42, 42% dari mereka atau 14 mahasiswa yang mengatakan bahwa daya tarik dari bahan yang baik. Mereka mengklaim bahwa daya tarik bahan bisa memotivasi mereka untuk menjadi lebih baik dan ada 12, 12% atau 4 mahasiswa yang mengatakan bahwa daya tarik dari bahan dikembangkan adalah cukup. Tidak satupun dari mahasiswa yang mengatakan bahwa bahan ajar yang sudah dikembangkan kurang menarik.

Pada aspek tingkat kesulitan materi yang dikembangkan, ada 81, 81% dari mahasiswa atau 27 mahasiswa yang menyatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan kurang sulit. Bahan ajar tersebut bisa dipahami dengan baik dalam rangka meningkatkan keterampilan mereka dalam Public Speaking, terutama selama berlatih di kelas dan ada 18, 18%

atau 6 mahasiswa yang mengatakan bahwa bahan dikembangkan cukup sulit untuk dipahami. Ketika peneliti menjelaskan seperti apa kesulitan yang mereka temui, para mahasiswa mengatakan bahwa ada beberapa kata-kata yang baru bagi mereka.

Namun tidak ada mahasiswa yang mengatakan bahwa bahan dikembangkan sulit atau sangat sulit untuk dipahami atau dipraktekkan.

Pada aspek langkah kegiatan, ada 36, 36% dari mereka atau 12 mahasiswa yang mengatakan bahwa langkah-langkah kegiatan dalam bahan dikembangkan sangat baik. Bahan-bahan yang disusun dengan urutan logis yang baik. Selain itu, ada 45, 45% dari mereka atau 15 mahasiswa yang menyatakan bahwa langkah-langkah kegiatan dalam bahan dikembangkan baik dan ada 18, 18% atau 6 mahasiswa yang mengatakan bahwa langkah-langkah kegiatan dalam bahan dikembangkan cukup baik.

Tidak ada satupun dari mahasiswa yang mengatakan bahwa langkah-langkah kegiatan yang kurang baik.

Pada aspek kegunaan dari bahan dikembangkan dalam mendukung praktek berbahasa Inggris, ada 60, 60% dari mereka atau 20 mahasiswa yang mengatakan bahwa aspek kegunaan bahan- bahan yang dikembangkan sangat baik dan ada 39, 39% dari mereka atau 13 mahasiswa yang menyatakan bahwa aspek kegunaan bahan-bahan yang dikembangkan baik.

Aspek terakhir yang mewakili pendapat mahasiswa tentang materi yang dikembangkan setelah di try-out adalah aspek kepraktisan. Pada aspek kepraktisan, ada 75, 75% dari mahasiswa atau 25 mahasiswa yang mengatakan bahwa aspek kepraktisan bahan-bahan yang dikembangkan sangat baik dan ada 24, 24% dari mereka atau 8 mahasiswa yang menyatakan bahwa aspek kepraktisan bahan dikembangkan baik. Selain itu, tidak ada satupun mahasiswa yang mengatakan bahwa aspek kepraktisan bahan-bahan yang dikembangkan cukup atau kurang baik.

Revisi Setelah Try-Out

Setelah try-out dan mengumpulkan data dari kuesioner, peneliti merevisi kekurangan dan kelemahan dari bahan yang dikembangkan.

Kelemahan dari produk ini seperti kesulitan kosakata dari idiom, salah ketik, kesalahan ejaan, dan teks atau kalimat yang panjang.

Setelah bahan yang dikembangkan direvisi dan dianggap baik, peneliti berkonsultasi tentang bahan yang dikembangkan dengan ahli. Dari sudut pandang para ahli, bahan ajar yang dikembangkan yang telah direvisi menjadi lebih sempurna dan memenuhi syarat untuk kebutuhan para mahasiswa dalam belajar Public Speaking.

KESIMPULAN

Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dikembangkan adalah dalam bentuk bahan ajar tambahan yang melengkapi dan menutupi kekurangan dari buku utama subjek Public Speaking yang dikembangkan berdasarkan Pengajaran Bahasa Komunikatif (Communicative Language Teaching).

Bahan ajar tambahan yang dikembangkan juga bertujuan untuk membantu dosen Public Speaking dalam dalam mengajar mata kuliahnya yang jarang ada pada buku utama untuk memecahkan masalah para mahasiswa dalam latihan Public Speaking serta untuk membantu para mahasiswa dengan memberikan lebih banyak kesempatan untuk melatih Public Speaking mereka.

Kendala yang terjadi selama proses penilaian kebutuhan seperti heterogenitas pendapat para

(8)

mahasiswa tentang kebutuhan bahan ajar Public Speaking yang membuat peneliti sedikit merasa kebingungan dalam menentukan materi yang akan dikembangkan. Oleh karena itu, peneliti mengambil pendapat mereka tentang kebutuhan bahan ajar Public Speaking berdasarkan pilihan utama yang mereka disampaikan melalui kuesioner. Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dikembangkan di try- out hanya sekali karena keterbatasan waktu di mana para mahasiswa akan memiliki ujian tengah semester.

Oleh karena itu, peneliti telah memilih salah satu bahan ajar yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari oleh para mahasiswa dikelas.

Setelah divalidasi oleh para ahli, try-out di dalam kelas untuk mengetahui kesesuaian dengan kebutuhan para mahasiswa, efektivitas, kekuatan dan kelemahan dari bahan ajar yang dikembangkan, dan direvisi berdasarkan verifikasi para ahli dan hasil try- out, maka produk akhir dari penelitian ini terdiri dari lima bab. Adapun kelima bab tersebut membahas tentang Preparing Speaking Publicly, Outlining Speech, Overcoming Fears and Building Confidence, Presenting Public Speaking, dan Types Of Speeches.

Kekuatan bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar yang bisa menutupi kekurangan atau kelemahan buku utama yang digunakan oleh dosen dimana bahan ajar tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan para mahasiswa secara maksimal dalam pembelajaran Public Speaking.

Bahan ajar yang dikembangkan tersrbut disusun secara menarik dan sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa yang dapat membuat mereka berkomunikasi secara aktif selama proses belajar dan mengajar serta dapat diterapkan dalam komunikasi kehidupan nyata.

Kelemahan dari bahan ajar yang dikembangkan ini adalah bahan yang dikembangkan hanya untuk para mahasiswa diprogram studi pendidikan bahasa inggris saja.

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para peneliti pada penjelasan sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah para mahasiswa dalam pembelajaran Public Speaking melalui pengembangan bahan ajar tambahan untuk para mahasiswa di program studi pendidikan bahasa inggris melalui pendekatan Communicative Langauge Teaching. Oleh karena itu, dalam rangka untuk membuat bahan ajar ini lebih baik, peneliti menyarankan dosen untuk menggunakan materi yang telah dikembangkan dalam penelitian ini sesuai dengan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa dalam Public Speaking berdasarkan kebutuhan, kondisi, dan waktu mereka.

Karena bahan ini hanya bersifat sebagai bahan ajar pelengkap saja, peneliti juga menyarankan dosen Public Speaking untuk menggabungkan materi yang

dikembangkan ini dengan buku utama atau sumber lainnya.

Untuk para mahasiswa, peneliti menyarankan untuk menggunakan bahan ajar yang dikembangkan ini secara efektif dengan mempraktekkan isi materi yang ada tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Dengan berlatih secara efektif, peneliti percaya bahwa masalah mereka dalam Public Speaking akan dapat diatasi dengan baik.

Sejak materi ini dikembangkan sebagai bahan ajar pelengkap bagi para mahasiswa bahasa inggris dalam mata kuliah Public Speaking, peneliti menyarankan para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengembangkan bahan ajar Public Speaking bagi para mahasiswa untuk mengembangkan bahan ajar yang sama namun tidak hanya untuk mahasiswa di program studi pendidikan bahasa inggris saja, namun untuk para mahasiswa di luar prodi bahasa inggris dengan produk yang lebih baik dan lebih menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Bilbrough, N. Dialogue Activities to Exploring Spoken Interaction in the Language Class.

Cambridge: Cambridge University Press.

2007.

Brown, H.D., Gillian and Yule, George. Teaching the spoken Language. Cambridge University Press. Cambridge. 1999.

Brown, H.D. Principles of Language Learning and Teaching (4th Edition). Longman. New York.

2000.

Brown, H. D. Teaching by Principles: An Interactive approach to Language Pedagogy. Logman.

New York. 2001.

Borg, W.R. Applying Educational Research. New York: Longman. 1981.

Collie, J & Stephen.S. Speaking Student’s Book.

Cambridge University Press. Cambridge.

2006.

Efrizal, D. Improving Students’ Speaking Skill Through Communicative Language Teaching.

International Journal of Humanities and Social Science, 2(20): 127-134. 2012.

Hakim, M. A. R. Experienced Efl Teachers’

Challenges and Strategies in Teaching Speaking for Introvert Students. European Journal of Social Sciences, 48(4), 437-446.

2015.

Harmer, J. How to Teach English: an introduction to the practice of English language teaching.

Logman. New York. 1998.

(9)

Hughes, R. Spoken English, TESOL, and Aplied Linguistics. Palgrave Macmillan. New York.

2006.

Kardimin. English For Islamic Studies. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2013.

Latief, M.A. Penelitian Pengembangan. (online), sastra.um.ac.id/wp-

content/uploads/2009/09/Pengemb.pdf).

Accessed on Saturday, November 16th 2013.

Latief, M.A. Pengembangan Bahan Ajar Contextual Bahasa Inggris SLTP Cawu 2 Untuk 6 Provinsi di Kalimantan & Sulawesi. (online), sastra.um.ac.id/wp-

content/uploads/2009/09/Pengemb.pdf).

Accessed on Saturday, November 16th 2013 Latief, M.A. Research Method on Language

Learning: An Introduction. UM Press.

Malang. 2012.

Leo, S. A Challenging Book to Practice Teaching in English. Penerbit Andi. Yogyakarta. 2013a.

Littlewood, W. Communicative Language Teaching.

Cambridge University Press. Cambridge.

2002.

Mihalicek. V., & Christin. W. Language Files : Materials for an Introduction to Language and Linguistics. Ohio State University. Ohio.

2011.

Miller, J., & Weinert, R. Spontaneous Spoken Language. Clarendon Press Oxford. New York. 1998.

Murray, D.E & Mary, A.C. What English Language Teachers Need to Know? Rotledge. New York. 2010.

Mustofa, M. The Journey of Professional Teachers.

Language- Edu : Journal of English Teaching and Learning, 1 (1): 1-9. 2012.

Riyanto,S. Developing Vocabulary Skills. Pustaka Pelajar. Yoryakarta. 2009.

Sismiati, & Mohammad, A. L. Developing Instructional Materials On English Oral Communication for Nursing Schools. TEFLIN Journal, 2(23): 44-59. 2012.

Thornbury, S. How to Teach Speaking. Logman.New York. 1989.

Thornbury, S and Slade, D. Conversation: From Description to Pedagogy. Cambridge University Press. Cambridge. 2006.

Tillit, B., & Bruder, M.N. Speaking Naturally.

Cambridge University Press. Cambridge.

1999.

Tomlinson, B. Developing Materials for Language Teaching. Continuum. Londo

(10)

Gambar

Gambar 2.1 Model Pengajaran Yang  Komunikatif

Referensi

Dokumen terkait

Hasil temuan dilapangan menunjukan bahwa didalam organisasi Akademi Kebidanan Muhammadiyah terdapat beberapa jenis konflik yaitu : konflik yang terjadi antar

Hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa Lorjuk atau kerang pisau yang ditemukan di daerah penangkapan pertama dan kedua yaitu desa Modung, kecamatan

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah survey, karena penelitian ini akan mengambil suatu kesimpulan secara umum tentang pola konsumsi makanan berbahan baku

Sebuah pembelajaran memerlukan model pembelajaran untuk membantu siswa mempermudah dalam menyerap pembelajaran. Model yang tepat sesuai materi yang akan diajarkan

• File record dengan tipe baris yang sama, tetapi satu atau lebih kolom merupakan pilihan, jadi beberapa baris memiliki nilai untuk kolom tersebut, tapi yang lain tidak (disebut

Saridin ketika ia berhasil menyelamatkan Kasultanan Rum dari tangan Johanspre. Sejak saat itu lenyap sudah nama Saridin, yang terdengar hanyalah nama Syekh

Penelitian dilakukan selama 30 hari dengan penambahan zat pengatur tumbuh NAA dan BAP pada kultur in vitro eksplan daun tembakau Madura (Nicotiana tabacum L. Prancak

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 7 KOTA TANGERANG SELATAN TENTANG PENGUMUMAN HASIL HASIL SELEKSI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHAP 1 JALUR ZONASI