• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PETA SEBARAN DESA DI PULAU BAWEAN

Sumber: PPLH IPB

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Mei – Agustus 2008. Tempat penelitian disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Peta Lokasi Penelitian Studi Pengembangan Wisata di Pulau Bawean Kabupaten Gresik

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buku Field Guide Pengenalan Burung dan Mamalia, Borang, Pedoman Wawancara dan Peta Pulau Bawean.

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Alat tulis, Kamera, GPS (Global Positioning System) atau Kompas dan Binokuler, Field Guide.

(2)

3.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Otonomi daerah memberika peluang bagi setiap daerah untuk mengelola sumberdayanya sendiri dalam rangka meningkatkan perumbuhan ekonomi dan menghasilkan PAD yang sebesar-besarnya. Salah satu sasaran yang menjadi andalan dalam rangka mencapai tujuan tersebut adalah pariwisata.

Kabupaten Gresik yang secara administratif berada pada wilayah tingkat I Provinsi Jawa Timur memiliki posisi strategis karena berdekatan dengan ibu kota Jawa Timur yaitu Surabaya. Posisi tersebut menjadi peluang bagi Kabupaten Gresik untuk meraih keuntungan dengan menjadi destinasi wisata bagi masyarakat ibu kota provinsi dan sekitarnya.

Gresik memiliki objek dan daya tarik wisata yang beragam, salah satunya adalah Pulau Bawean yang di dalamnya terdapat danau, pantai, gugusan gunung semua tersaji dalam keadaan alami. Melihat aset dan potensi yang ada, Pulau Bawean layak dikembangkan sebagai tujuan wisata. Namun hingga saat ini belum tergarap. Meskipun banyak daya tariknya, namun akses dan sarana transportasinya masih belum siap seutuhnya. Maka dari itu perlu adanya rencana strategis dalam pengembangannya sehingga Pulau Bawean menjadi tujuan wisata yang paling diminati, yaitu melalui pengumpulan data dan informasi mengenai Pulau Bawean.

Pengumpulan data dan informasi tersebut dilakukan dengan menelusuri berbagai literatur dan wawancara dengan masyarakat setempat, pengunjung, dan instansi terkait. Secara skematis, kerangka pemikiran penelitian pengembangan Pulau Bawean disajikan pada Gambar 6.

(3)

Luaran

Rencana pengembangan wisata dan interpretasi wisata Pulau Bawean

Gambar 6 Kerangka pemikiran penelitian pengembangan Pulau Bawean

Analisis SWOT

AHP Deskriptif Sumberdaya

Alam dan Budaya Kondisi

biologi (Flora dan Fauna) Kondisi fisik Peninggalan

sejarah

Pengelola (Pemerintah

Daerah dan Swasta) Rencana

pengembangan wisata Pulau Bawean Pengelolaan

oleh masyarakat

Pendukung Infrastruktur Sarana dan

prasarana Karakteristik

Pengunjung Keinginan Tujuan Aktifitas Obyek yang

menarik Harapan Masyarakat

Sejarah dan mitos Pengetahuan

sumberdaya Pemanfaatan

sumberdaya Partisipasi dan

interaksi

Pulau Bawean Kabupaten Gresik Memiliki potensi

Belum dikelola dengan baik Pendukung terbatas

Penelitian

Teknik Pengumpulan Data Studi Pustaka Observasi Lapang

Wawancara

(4)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data melalui beberapa tahap yaitu: studi literatur, observasi lapang dan wawancara. Studi literatur dimaksudkan untuk menghimpun data sekunder yang diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, laporan- laporan, peta-peta dan bentuk publikasi lainnya, terdiri dari: kondisi umum, fisik, biologi, sejarah dan peta Pulau Bawean.

Kegiatan wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data lebih lanjut mengenai lokasi penelitian. Tujuannya untuk melengkapi data yang diambil secara langsung dilapangan. Kegiatan wawancara ditujukan kepada berbagai pihak, antara lain:

1. Wawancara pengunjung dilakukan untuk mengetahui data mengenai karakteristik penngunjung (jenis kelamin, umur, asal, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, dll) jalur yang dilalui, obyek/kawasan yang dikunjungi dan saran pendapat pengunjung terhadap fasilitas wisata di lokasi tersebut.

2. Wawancara dengan pengelola dan Pemerintah Daerah (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) dimaksudkan untuk mengetahui perencanaan wisata, fasilitas, serta rencana pengembangan Pulau Bawean dimasa yang akan datang.

3. Wawancara dengan Dinas Perhubungan tujuannya untuk mengetahui sarana angkutan di Pulau Bawean.

4. Wawancara dengan Dinas Pekerjaan Umum tujuannya untuk mengetahui perencanaan jalur transportasi (aksesibilitas) untuk menuju ke lokasi wisata.

5. Wawancara dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) tujuannya untuk mengetahui sumber energi listrik yang akan digunakan di Pulau Bawean dan strategi perencanaannya.

6. Wawancara dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) tujuannya untuk mengetahui rencana pembangunan di Pulau Bawean, peta batas dan administrasi Pulau Bawean.

7. Wawancara dengan masyarakat di Pulau Bawean dimaksudkan untuk memperoleh sejarah, legenda/mitos, yang ada di Pulau Bawean,

(5)

pemanfaatan masyarakat terhadap sumberdaya yang ada di lokasi penelitian. Kegiatan wawancara ini dilakukan secara terpandu dengan menggunakan panduan wawancara.

3.3.2 Data fisik

Inventarisasi dilakukan untuk mengetahui objek wisata yang ada di Pulau Bawean. Objek wisata dapat dikelompokkan kedalam atraksi alam, atraksi budaya, dan sumberdaya peristiwa. Selanjutnya pada masing-masing objek dikumpulkan data topografinya, secara umum meliputi ketinggian dan kemiringan lahan. Selain itu, juga dikumpulkan kondisi iklim mencakup temperatur, kelembaban, serta curah hujan.

3.3.3 Data biologi di Pulau Bawean

Data biologi meliputi flora dan fauna yang ada di Pulau Bawean. Satwa yang diambil datanya adalah jenis satwaliar (burung, mamalia, reptil dan amfibi).

Data jenis meliputi unik, jenis yang berkelompok serta status satwa tersebut menurut undang-undang. Data flora yang dikumpulkan mencakup jenis dominan, khas/unik, langka/endemik, dilindungi, jenis yang memiliki nilai ekonomi, sosial, ekologi, pengobatan, serta jenis, yang disukai oleh satwa.

Keberadaan flora dan fauna diperoleh dari hasil studi pustaka atau informasi dari pengelola. Kemudian dilakukan verifikasi pada setiap lokasi yang diketahui keberadaannya.

3.3.4 Data pengunjung

Data pengunjung didapat dari pengelola dan quisioner. Quisioner bertujuan untuk mengetahui pendapat pengunjung tentang kawasan. Penentuan jumlah responden disesuai dengan tujuan (purpossive sampling).

3.3.5 Data sosial budaya

Data sosial budaya meliputi data tentang masyarakat dan budayanya, sejarah dan mitos. Data tentang masyarakat dikumpulkan dari hasil wawancara terpandu pada tokoh-tokoh masyarakat di Pulau Bawean. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang Pulau Bawean.

Data tentang sejarah dan mitos didapat dari hasil literatur dan wawancara dengan tokoh masyarakat. Data tentang sejarah dan mitos meliputi sejarah Pulau Bawean, dan cerita masyarakat setempat.

(6)

3.3.6 Pengelola

Data pengelolaan didapat dari hasil wawancara kepada pengelola, wawancara dilakukan secara terpadu, untuk mengetahui menajemen pengelolaan/organisasi pengelola yang ada (keefektifan pembagian tugas kerja, cara pemecahan masalah, pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan), sumberdaya manusia, kegiatan perawatan, rencana pengembangan, pendapat tentang kondisi Pulau Bawean (setelah dan sebelum dikembangkan), pendanaan, serta jumlah dan kondisi sarana dan prasarana perawatan, dan pelayanan yang ada.

3.3.7 Pemerintah daerah

Data dari pemerintah daerah didapat dari hasil wawancara yang dilakukan secara terpandu, data yang dikumpulkan dari pemerintah daerah yaitu persepsi dan rencana pemerintah daerah terhadap wisata, meliputi pendapat tentang kondisi Pulau Bawean, dampak yang dirasakan dengan adanya kegiatan wisata, rencana pengembangan lokasi secara umum, serta kondisi kepariwisataan Kabupaten Gresik. Semua data yang akan diambil baik data primer maupun sekunder disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data yang diperlukan dalam penelitian.

No Data Jenis Data Metode

A Data Primer

1 Kondisi Fisik

Kawasan

Kondisi topografi, curah hujan, iklim, suhu dan kondisi tanah

Studi literatur

2 Kondisi Biologi Kondisi flora, meliputi jenis, dominasi tumbuh maupun karakteristik tumbuh.

Kondisi fauna, meliputi berbagai jenis satwa yang terdapat di Pulau Bawean

Observasi lapang dan studi literatur

3 Pengunjung Jenis kelamin, umur, asal, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, jalur yang dilalui, obyek/kawasan yang dikunjungi dan saran pendapat pengunjung terhadap fasilitas wisata di lokasi tersebut

Quisioner

4 Masyarakat Sosial budaya, sejarah, mitos Wawancara 5 Pengelola Menajemen, sumberdaya manusia,

kegiatan perawatan, rencana pengembangan, pendanaan, serta jumlah dan kondisi sarana dan prasarana, perawatan, dan pelayanan yang ada

Wawancara

(7)

Tabel 1 Lanjutan

No Data Jenis Data Metode

6 Pemerintah Daerah dan Instansi Terkait (DPU, Dishub, PLN, Bappeda)

Rencana pengembangan lokasi secara umum, sarana dan prasarana, aksesibilitas, transportasi dll.

Wawancara

B Data Sekunder

1 Kondisi Fisik

Kawasan

Letak, luas wilayah, kondisi iklim, curah hujan, suhu, topografi dan tanah

studi literatur

2 Kondisi Biologi Flora fauna Studi literatur

3 Pengunjung Jumlah dan data fluktuasi pengunjung Studi literatur 4 Peta Pulau Bawean Peta batas, peta jalan Studi literatur 5 Aksesibilitas Kondisi jalan, sarana transportasi,

jarak tempuh

Studi literatur

6 Masyarakat Jumlah, tingkat pendidikan, ekonomi, sosial, budaya

Studi literatur

7 Pemerintah Daerah dan Instansi Terkait (DPU, PLN, Dishub)

Rencana pengembangan, kebijakan, tansportasi, listrik, aksesibilitas

Studi literatur

3.5 Metode Analisis Data 3.6 Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk menilai Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam pengelolaan wisata di Pulau Bawean .Kriteria penilaiannya berbentuk tabel yang terdiri atas beberapa kriteria yang mampu mengkombinasikan beberapa kepentingan yang dimaksud, masing – masing kriteria ini memiliki bobot yang berbeda. Penggunaan kriteria penilaian ini dengan menyesuaikan keadaan di lapangan dengan unsur/subunsur yang ada pada tabel penilaian. Nilai (angka) dari unsur-unsur pada masing-masing kriteria yang sesuai dengan kondisi lapangan akan dijumlahkan, selanjutnya hasil dari penjumlahan ini dikalikan dengan angka bobot yang dimiliki masing-masing kriteria untuk mendapatkan nilai bobot. Nilai bobot tiap kriteria dibandingkan dengan tabel klasifikasi pengembangan berdasarkan nilai bobot utuk mengetahui objek yang memiliki potensi lebih dari objek lainnya.

Analisis SWOT menjadi sejumlah unsur yang dan variabel yang menjadi fokus kajian disajikan pada Tabel 2 (Damanik dan Weber, 2006). Selanjutnya menempatkan setiap unsur pada suatu tabel sesuai dengan kriterianya yaitu:

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang disajikan pada Gambar 7.

(8)

Tabel 2 Beberapa unsur dan variabel dalam analisis SWOT

Unsur Variabel

Atraksi alam Lokasi, jenis, jumlah, mutu, masalah, daya tarik

Atraksi budaya Lokasi, jenis, jumlah, mutu, masalah, daya tarik

Dampak lingkungan yang potensial Perubahan lingkungan fisik, ekologis, daya dukung

Aksesibilitas Daya angkut, akses, mutu, frekuensi, ongkos

Pasar Daerah asal, tipe perjalanan, tipe

kegiatan

Usaha jasa Mutu, kesesuaian dengan pasar,

masalah lain

Informasi wisata Mutu peta, buku panduan wisata, pemaparan, akurasi dan autentisitas informasi

Promosi Efektivitas advertensi, publisitas,

kehumasan, insentif, model promosi Organisasi dan kelembagaan Organisasi terkait, hubungan kerja,

kemitraan, teamwork pengembangan wisata

Komitmen pelaku wisata Dukungan riil berbagai sektor, sikap publik dan masyarakat lokal terhadap pengembangan wisata

Kekuatan Daya tarik wisata

Sistem promosi dan sasarnnya Akomodasi

Fasilitas dan pelayanan Infrastruktur

Peluang

Pendapat dan interaksi masyarakat sekitar Ddukungan stakeholders terhadap kegiatan wisata

Kondisi strategis dan transportasi Transportasi umum yang melewati lokasi Kelemahan

Sulitnya menjumpai flora dan fauna langka Akses menuju objek wisata

Kerawanan objek wisata

Kerawanan bagi kenyamanan di dalam objek wisata

Kelemahan dalam fasilitas dan dan pelayanan di dalam dan sekitar objek wisata

Kelemahan infrastruktur Kelemahan dalam promosi

Ancaman Ancaman aktivitas manusia

Ancaman bencana alam terhadap objek wisata

Ancaman perubahan budaya Ancaman pencemaran

Gambar 7 Variabel analisis SWOT

(9)

Penentuan strategi pengembangan wisata di Pulau Bawean dengan menggunakan metode SWOT adalah dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang selanjutnya dimasukkan ke dalam suatu matriks IFAS dan EFAS.

IFAS (Internal Factor Analysis Strategic) digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, sedangkan EFAS (External Factor Analysis Strategic) digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman. Pembobotan kedua faktor tersebut disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Matriks faktor strategi internal dan strategi eksternal.

No Faktor Internal Nilai Bobot Awal

Bobot

Akhir* Jumlah (Bobot X Nilai) Kekuatan

1 Memiliki variasi bentang

alam - 6 0.091

2 Memiliki keunikan

sumberdaya alam - 6 0.091

3 Memiliki bangunan dan benda bersejarah atau tradisional

- 6 0.091

4 Terdapat kegiatan wisata

alam - 6 0.091

5 Memiliki atraksi budaya - 6 0.091 6 Ada usaha souvenir/

kerajinan tangan - 6 0.091

7 Adanya kegiatan promosi - 2 0.030 8 Memiliki penginapan di

dalam dan sekitar objek wisata

- 3 0.045

9 Ketersediaan fasilitas dan pelayanan di dalam dan sekitar objek wisata

- 2 0.030

10 Tersedia sarana

transportasi - 2 0.030

11 Tersedia infrastruktur di dalam dan sekitar objek wisata

- 2 0.030

Sub Total 47

Jumlah Total

No Kelemahan Nilai Bobot

Awal

Bobot

Akhir* Jumlah (Bobot X Nilai) 1 Kesulitan menjumpai flora

fauna - 5 0.076

2 Akses menuju objek wisata - 1 0.015

(10)

Tabel 3 Lanjutan

No Kelemahan Nilai Bobot

Awal

Bobot Akhir*

Jumlah (Bobot X Nilai) 3 Adanya kerawanan objek

wisata - 3 0.045

4 Adanya kerawanan bagi kenyaman di dalam objek wisata

3 0.045

5 Kurangnya fasilitas dan pelayanan di dalam dan sekitar objek wisata

- 2 0.030

6 Minimnya frastruktur - 2 0.030

7 Minimnya promosi - 3 0.045

Sub Total 19

Jumlah Total 66

No Faktor Eksternal Nilai Bobot Awal

Bobot Akhir*

Jumlah (Bobot X Nilai) Peluang

1 Adanya dukungan

masyarakat sekitar - 5 0.17

2 Adanya dukungan

stakeholder - 5 0.17

3 Letak strategis dan

transportasi lancar - 2 0.06

4 Tersedia transportasi umum

yang melewati lokasi - 2 0.06

Sub Total 14

Jumlah Total

No Ancaman Nilai Bobot

Awal

Bobot Akhir*

Jumlah (Bobot X Nilai) 1 Adanya ancaman aktivitas

manusia -

5

0.17 2 Adanya ancaman bencana

alam terhadap objek wisata -

5

0.17 3 Adanya ancaman

perubahan budaya -

3

0.1 4 Adanya ancaman

pencemaran -

3

0.1

Sub Total 16

Jumlah Total 30

Keterangan: * = Bobot Awal X Jumlah Bobot Per Faktor

(11)

Prosedur penyusunan matriks IFAS dan EFAS pada Tabel 3 adalah:

1. Menyusun dalam kolom 2 faktor strategi internal dan eksternal

2. Memberi bobot tiap faktor di kolom 5. Jumlah total semua bobot faktor internal adalah 1.00 demikian pula jumlah total semua bobot dari faktor eksternal, tidak boleh melebihi 1.00

3. Menghitung skor setiap faktor pada kolom 2, berdasarkan skor hasil penilaian di lapangan.

4. Mengalikan skor kolom 2 dengan bobot kolom 5, untuk memperoleh faktor pembobotan kolom 6.

5. Menjumlahkan skor kolom 6 untuk memperoleh nilai total skor pembobotan.

Nilai pembobotan menunjukkan bagaimana reaksi terhadap IFAS dan EFAS jumlah skor ini dibuat untuk menentukan prioritas strategi yang tepat.

3.6 AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP merupakan metode pengambilan keputusan dengan menggunakan berbagai langkah, yaitu: menetapkan prioritas antar elemen suatu hierarki, mensintesis pertimbangan (penilaian) untuk menghasilkan seperangkat prioritas menyeluruh, mencek konsistensi pertimbangan untuk menghasilkan keputusan akhir.

Penilaian yang digunakan adalah skala perbandinga antara 1 dan 9. bilangan ini untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas elemen yang lainnya disajikan pada Tabel 4. Skala dengan sembilan satuan dapat diterima dan mencerminkan derajat sampai mana kita mampu membedakan intensitas tata hubungan antar elemen.

Langkah selanjutnya adalah menyusun AHP, penyusunan ini akan mempermudah dalam menentukan hirarki keputusan yang akan diambil. Langkah- langkah tersebut adalah:

1. Menyusun hirarki keputusan yang disajikan pada Gambar 8 2. Menentukan kepentingan relatif dari tiap kriteria

3. Mengevaluasi alternatif berdasarkan kriteria 4. Menghitung skor akhir

5. Melaksanakan analisis sinsitivitas

(12)

Tabel 4 Skala banding berpasangan Intensitas

Pentingnya

Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen

menyumbangnya sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting ketimbang yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya

5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah telah terlihat dalam praktik 9 Satu elemen mutlak lebih penting

ketimbang elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan tetinggi yang mungkin menguatkan

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara diantara dua pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan antar dua pertimbangan Kebalikan Jika aktivitas i mendapat satu angka

bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

(13)

Level1: Tujuan

Level 2: Kriteria

Level 3: Alternativ Objek Wisata Keterangan:

Pengembangan Wisata Pulau Bawean

Gambar 8 Hirarki Keputusan untuk pengembangan wisata Pulau Bawean

Dukungan masyarkat

Dukungan pemerintah daerah

Dukungan lain (swasta, pemerintah

provinsi) Sarana dan

prasarana Pengunjung

Pulau Gili dan

Noko Pantai

Pasir Putih Danau

Kastoba

Pantai Slayar Penangkaran

Rusa Bawean

Sumber Air Panas Air

Terjun

(14)

3.6 Analisis deskriptif

Data yang dianalisis adalah data dari pengamatan lapangan dan wawancara, meliputi potensi kawasan, pengunjung, kondisi masyarakat sekitar, pengelola kawasan, serta pemerintah daerah. Data-data ini akan digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena atau hubungan antar komponen yang diteliti. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel, grafik, ataupun kurva.

3.6 Pengembangan Wisata

Data yang dihasilkan dari studi literatur, wawancara dan observasi langsung di lapangan, semuanya dianalisis melalui berbagai metode, yaitu: AHP, SWOT dan deskriptif. Sehingga bisa disusun sebuah rencana pengembangan wisata di Pulau Bawean.

Secara garis besar pengembangan wisata di Pulau Bawean meliputi empat aspek, yaitu: pengembangan objek dan daya tarik, masyarakat dan lingkungannya, sarana dan prasarana serta interpretasinya. Pengembangan objek dan daya tarik wisata meliputi: rencana penyusunan paket wisata, strategi promosi dan lain-lain.

Pengembangan masyarakat meliputi: pengembangan atraksi seni dan budaya yang terdapat di dalam masyarakat, pengenalan masyarakat tentang dunia pariwisata melalui gerakan sadar wisata, pengembangan produk lokal sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan wisata. Pengembangan sarana dan prasarana meliputi: aksesibilitas, transportasi, listrik, komunikasi, penginapan, rumah makan, sarana umum dan lain-lain. Pengembangan interpretasi meliputi: papan petunjuk arah, titik pengamatan satwa, peta objek wisata dan sarana pendukung, peta jalur wisata, papan peringatan, deskripsi suatu objek dan lain-lain.

Gambar

Gambar  5  Peta  Lokasi  Penelitian  Studi  Pengembangan  Wisata  di  Pulau  Bawean  Kabupaten Gresik
Gambar 6 Kerangka pemikiran penelitian pengembangan Pulau Bawean
Tabel 1 Jenis data yang diperlukan dalam penelitian.
Tabel 1 Lanjutan
+6

Referensi

Dokumen terkait

- Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

produk yang sama baikknya dengan metode lain,yang tidak terlalu produk yang sama baikknya dengan metode lain,yang tidak terlalu banyak memerlukan biaya tambahan (bahan pembantu,

Surat Keterangan Tidak Mampu yang selanjutnya disingkat SKTM adalah Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Kelurahan atas dasar pengantar dari RT/RW bagi

bahwa dalam rangka mewujudkan penegakan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang yang menyangkut tindak pidana bidang penataan ruang, telah ditetapkan Peraturan Menteri

Lalu dari hasil wawancara penulis dengan Analyst Brand Management dan Media Internal Officer Pertamina mengenai Program Sosialisasi ini bahwa adanya manfaat dan

Pada kondisi adanya pilihan terbuka bagi para investor untuk menanamkan modalnya maka alih fungsi lahan pertanian pada daerah dengan infrastruktur yang baik dan sekaligus

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia