• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. finansial (deposito, saham, obligasi). Menurut Tandelilin (2010), investasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. finansial (deposito, saham, obligasi). Menurut Tandelilin (2010), investasi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Investasi

1. Pengertian dan Tujuan Investasi

Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas.

Aktivitas investasi yang umumnya dilakukan adalah menginvestasikan sejumlah dana pada asset riil (tanah, emas, mesin, bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham, obligasi). Menurut Tandelilin (2010), investasi merupakan komitmen atau sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang. Seorang investor membeli sejumlah dana saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang sebagai imbalan atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi tersebut.

Terdapat beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain yaitu:

a. Untuk mendapat kehidupan yang lebih layak di masa mendatang Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa mendatang.

(2)

b. Mengurangi tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau harta miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang usaha tertentu.

B. Reksadana 1. Pengertian

Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi (Fakhruddin, 2008). Dengan kata lain, Reksadana merupakan suatu wadah berinvestasi secara kolektif untuk ditempatkan dalam portofolio berdasarkan kebijakan investasi yang ditetapkan oleh Manajer Investasi.

Dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 pasal 1 (27), juga menyebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi yang telah mendapat ijin dari Bapepam. Dalam konteks pemodal,

(3)

Reksadana sangat berbeda dengan bank umum yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan selanjutnya disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman.

Dibandingkan dengan mutual funds ataupun unit trust yang telah ada di manca negara, Reksadana di Indonesia juga berbeda khususnya karena tidak dikenal prinsip trustee yang didasarkan pada trust law.

Reksadana bisa menyediakan dua fasilitas yang sulit dipenuhi oleh pemodal, yaitu pertama, menciptakan skala ekonomis dalam berinvestasi melalui penggabungan dana antara pemodal yang satu dengan pemodal yang lain untuk menciptakan investasi dalam skala yang besar dengan bertambahnya jumlah dana yang dikelola akan mempengaruhi harga saham di bursa. Kedua, mampu menyediakan tenaga profesional pengelola investasi efek secara kolektif.

Manurung (2007) mengutip Giles dkk (2003) menyatakan bahwa, Fund is a pool of money contributed by a range of investors who may be individuals or companies or other organizations, which is managed and invested as a whole, on behalf of those investors.

Definisi yang diuraikan sebelumnya secara jelas disebutkan bahwa Reksadana tersebut memiliki beberapa karakteristik (Manurung, 2008) yaitu pertama, kumpulan dana dan pemilik, dimana pemilik Reksadana adalah berbagai pihak yang menginvestasikan atau memasukkan dananya ke Reksadana dengan berbagai variasi. Kedua, diinvestasikan kepada efek yang dikenal dengan instrument investasi. Ketiga, Reksadana tersebut

(4)

dikelola oleh manajer investasi. Keempat, Reksadana merupakan instrument investasi jangka menengah dan panjang. Kelima, Reksadana merupakan produk investasi yang berisiko.

2. Bentuk Reksadana

Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 18 ayat (1), Reksadana dapat berbentuk perseroan dan kontrak investasi kolektif. Reksadana berbentuk perseroan (PT Reksadana) adalah suatu perusahaan (perseroan terbatas) yang dari sisi bentuk hukum tidaklah berbeda dari perusahaan lainnya. Perbedaannya terletak dari jenis usaha.

Jika perusahaan lainnya bergerak sesuai dengan bidangnya masing-masing maka PT. Reksadana bergerak dalam pengelolaan portofolio investasi.

Sedangkan Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini, manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi kolektif.

Berdasarkan sifatnya, Reksadana perseroan terdiri atas (Usman dan Ratnasari, 2004): Reksadana tertutup dan terbuka. Reksadana tertutup menurut Bapepam adalah Reksadana yang tidak dapat membeli kembali kepada pemodal yang telah menjual sahamnya kepada pemodal.

Pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada manajer

(5)

investasi. Apabila pemegang saham hendak menjual sahamnya, maka harus dilaksanakan melalui bursa efek tempat Reksadana tersebut dicatatkan. Reksadana terbuka menurut Bapepam adalah Reksadana yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Perbedaan utama antara Reksadana tertutup dengan Reksadana terbuka terletak pada transaksi jual beli kembali saham tersebut kepada manajer investasi yang mengelola Reksadana tersebut.

3. Jenis Reksadana

Dari sisi peraturan Bapepam, Reksadana di Indonesia dibagi dalam 4 (empat) jenis kategori (Harahap dan Pardomuan, 2003) yaitu:

a. Reksadana Pasar Uang didefinisikan sebagai Reksadana yang melakukan investasi 100% pada efek pasar uang. Efek pasar uang sendiri didefinisikan sebagai efek-efek hutang berjangka kurang dari satu tahun. Reksadana pasar uang merupakan Reksadana dengan tingkat risiko paling rendah. Di lain pihak, potensi keuntungan Reksadana ini juga terbatas. Reksadana pasar uang cocok digunakan untuk investasi jangka pendek, sebagai pelengkap investasi deposito atau tabungan yang sudah ada. Tujuan investasi ini umumnya untuk perlindungan capital dan untuk menyediakan likuiditas yang tinggi, sehingga jika dibutuhkan, kita dapat mencairkannya setiap saat dengan risiko penurunan nilai investasinya yang hampir tidak ada.

(6)

b. Reksadana Pendapatan Tetap adalah Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang. RDPT cocok untuk tujuan investasi jangka menengah dan jangka panjang (lebih dari 3 tahun) dengan risiko menengah. Pada umumnya RDPT memberikan pembagian keuntungan berupa uang tunai (dividen) yang dibayarkan secara teratur, misalnya 3 bulanan, 6 bulanan atau tahunan.

c. Reksadana Saham adalah Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham). Efek saham umumnya memberikan hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga- harga saham, dan juga memberikan hasil berupa dividend. Investasi pada saham adalah jenis investasi jangka panjang yang sangat menjanjikan. Dengan harga-harga saham yang sangat berfluktuasi, RDS dapat memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar, demikian juga risikonya.

d. Reksadana Campuran adalah Reksadana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas dan efek hutang yang perbandingannya (alokasi) tidak termasuk dalam kategori RDPT dan RDS. Melihat fleksibilitas baik dalam pemilihan jenis investasinya (saham, obligasi, deposito, atau efek lainnya) serta komposisi alokasinya, RDC dapat berorientasi ke saham, obligasi atau bahkan ke pasar uang. Dari sisi pengelolaan investasi, fleksibilitas ini dapat dimanfaatkan untuk berpindah-pindah

(7)

dari saham ke obligasi atau deposito, atau sebaliknya tergantung pada kondisi pasar dengan melakukan aktivitas trading, atau sering juga disebut usaha melakukan market timing.

Menurut Amalia dan Arifin (1999), Reksadana berdasarkan komposisi sekuritas yang dibentuknya dibagi menjadi Reksadana saham, Reksadana pendapatan tetap, Reksadana campuran dan Reksadana pasar uang. Reksadana saham (common stock fund) adalah Reksadana yang komposisinya terdiri dari saham biasa perusahaan- perusahaan publik. Jenis Reksadana ini kadang juga memiliki penekanan-penekanan tertentu dari saham yang dipilih. Ada yang menekankan pada saham perusahaan yang sedang tumbuh, ada yang memilih saham kelompok industry tertentu atau bahkan saham perusahaan pada area tertentu. Reksadana pendapatan tetap menyusun portofolionya terdiri dari alternative investasi yang berpendapatan tetap seperti obligasi, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun perusahaan. Reksadana campuran menyusun portofolio berdasarkan kombinasi antara saham dan obligasi. Dan Reksadana pasar uang adalah Reksadana yang memilih pasar uang sebagai dasar penyusunan portofolionya.

4. Pengelola

Terdapat berbagai pilihan Reksadana yang diperjual belikan di Indonesia seperti yang telah dijelaskan diatas. Oleh sebab itu diperlukan

(8)

pengelolaan dari berbagai pihak yang bersangkutan. Reksadana dikelola oleh dua pihak, yakni Manajer Investasi dan Bank Kustodian (Pratomo dan Ubaidillah 2009). Dalam Reksadana, manajer investasi bertanggung jawab atas kegiatan investasi, yang meliputi analisis dan pemilihan jenis investasi, mengambil keputusan investasi, memonitor pasar investasi, dan melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk kepentingan investor.

Sementara, Bank Kustodian bertindak sebagai penyimpan kekayaan (safe keeper) serta administrator Reksadana.

Manajer investasi adalah perusahaan, bukan perorangan, yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek milik nasabah. Untuk dapat melakukan kegiatan usahanya, Perusahaan Manajer Investasi harus memperoleh izin dari Bapepam dan LK untuk melakukan kegiatan sebagai Manajer Investasi. Persyaratan yang harus dipenuhi antara lain: adanya paling sedikit seorang direksi dan seorang staf perusahaan yang telah memperoleh izin perorangan sebagai Wakil Manajer Investasi. Izin perorangan Wakil Manajer Investasi yang juga dikeluarkan oleh Bapepam dan LK baru dapat diperoleh jika seseorang telah mengikuti dan lulus ujian Wakil Manajer Investasi yang diadakan oleh Asosiasi Standar Profesi Pasar Modal, dan lulus ujian wawancara juga. Selain itu, Perusahaan Manajer Investasi dalam melakukan kegiatan pengelolaan dana nasabah dan juga Reksadana harus mengikuti peraturan-peraturan yang juga ditentukan oleh Bapepam dan LK

(9)

Menurut Samsul (2006), kewajiban Manajer Investasi dapat diringkas sebagai berikut:

a. Mengelola portofolio sesuai dengan kebijakan investasi yang dicantumkan dalam kontrak dan prospektus.

b. Menyusun tata cara dan memastikan bahwa semua uang para calon pemegang Unit Penyertaan disampaikan kepada Bank Kustodian selambat-lambatnya pada akhir hari kerja berikutnya.

c. Melakukan pembelian kembali Unit Penyertaan.

d. Memelihara semua catatan penting yang berkaitan dengan laporan keuangan dan pengelolaan Reksadana.

Dan kewajiban Bank Kustodian antara lain:

a. Memberikan jasa penitipan kolektif dan custodian sehubungan degan kekayaan Reksadana.

b. Menghitung Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari Unit Penyertaan setiap hari.

c. Membayar biaya-biaya yang berkaitan dengan Reksadana atas perintah manajer investasi.

d. Menyimpan catatan secara terpisah yang menunjukkan semua perubahan dalam jumlah Unit Penyertaan yang dimiliki oleh setiap pemegang Unit Penyertaan, dan nama, kewarganegaraan, alamat, serta identitas lain dari para pemegang Unit Penyertaan.

e. Mengurus penerbitan dan penebusan dari Unit Penyertaan sesuai dengan kontrak.

(10)

f. Memastikan bahwa Unit Penyertaan diterbitkan hanya atas penerimaan dana dari calon pemegang Unit Penyertaan.

g. Menolak instruksi manajer investasi apabila melanggar Undang- undang Pasar Modal atau KIK.

5. Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau disebut juga Net Asset Value (NAV) merupakan nilai pasar wajar (fair market value) suatu efek dan kekayaan lain dari Reksadana dikurangi dengan kewajiban (utang). NAB merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksadana. Nilai aktiva bersih per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/ unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. Rumus untuk menghitung NAB adalah sebagai berikut (Iman, 2008):

NAB = Jumlah Asset − Total Kewajiban) Jumlah Unit Penyertaan

Nilai Aktiva Bersih Reksadana dihitung dengan menjumlahkan seluruh nilai masing-masing efek yang dimilikinya, berdasarkan harga pasar penutupan efek yang bersangkutan, kemudian menguranginya dengan kewajiban-kewajiban Reksadana, seperti biaya manajer investasi, biaya Bank Custodian, biaya asuransi, biaya transaksi, biaya pembaharuan prospektus dan pendistribusiannya. Setelah itu baru dibagi dengan jumlah unit penyertaan Reksadana yang telah beredar.

(11)

NAB per unit merupakan harga beli per unit penyertaan yang harus dibayar jika investor ingin berinvestasi dengan membeli unit penyertaan Reksadana dan sekaligus juga merupakan harga jual per unit penyertaan jika investor ingin mencairkan investasi. Menurut Sunariyah (2006), besarnya NAB berfluktuasi setiap hari tergantung dari perubahan nilai efek dalam portofolio. Dalam jumlah NAB terdapat komponen saham, obligasi dan surat berharga jangka pendek di pasar uang yang harganya bisa naik dan turun tergantung kekuatan penawaran dan permintaan di bursa. Dalam Samsul (2006), juga dijelaskan bahwa setiap hari total nilai wajar aktiva (NAB) selalu berubah karena (1) nilai pasar setiap jenis asset investasi berubah, (2) pendapatan bunga bank harian, (3) penghitungan pendapatan kupon obligasi harian, dan (4) perubahan jumlah Unit Penyertaan yang beredar setiap hari. Nilai wajar merupakan nilai pasar dari instrument investasi keuangan berupa saham, obligasi, surat berharga pasar uang, serta deposito ditambah dividen saham dan kupon obligasi kemudian dikurangi biaya operasional Reksadana. Biaya operasional Reksadana mencakup biaya manajer investasi, biaya Bank Kustodian, dan rupa-rupa biaya Reksadana lainnya.

Menurut Pratomo dan Ubaidillah (2009), bagi investor NAB memiliki beberapa fungsi antara lain:

a. Sebagai harga beli / jual saat investor membeli / menjual unit penyertaan suatu Reksadana.

(12)

b. Sebagai indikator hasil (untung/ rugi) investasi yang dilakukan di Reksadana dan penentu nilai investasi yang dimiliki pada suatu saat.

c. Sebagai sarana untuk mengetahui kinerja Reksadana yang dimiliki investor.

d. Sebagai sarana untuk membandingkan kinerja historis Reksadana yang satu dengan Reksadana yang lain.

6. Manfaat Reksadana

Reksadana memberikan banyak keuntungan bagi investor. Para pemodal/ pemegang Reksadana tanpa harus memonitor aktivitas perdagangan saham atau investasi mereka telah diurus oleh pengelola Reksadana (manajer investasi). Beberapa keuntungan lain yang didapat dari investasi Reksadana adalah sebagai berikut Sunariyah (2006),:

a. Mendapat dividend dan bunga. Investasi pada saham kemungkinan memberikan pendapatan berupa dividen, sedangkan bunga hasil investasi seperti deposito dan obligasi.

b. Distribusi laba capital (capital gain distribution). Merupakan keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang Reksadana untuk tiap lembar saham Reksadana yang dimiliki.

c. Diversifikasi investasi dan penyebaran risiko. Diversifikasi portofolio suatu Reksadana akan mengurangi risiko karena kekayaan Reksadana diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya pun juga

(13)

tersebar. Dengan kata lain, risikonya tidak sebesar risiko bila seseorang membeli dua jenis saham atau efek secara individual.

d. Biaya rendah. Karena Reksadana merupakan kumpulan dari banyak pemodal dan dikelola secara professional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksi akan menjadi rendah dibandingkan apabila investor individu melakukan transaksi sendiri pada suatu bursa.

e. Harga Reksadana tidak begitu tergantung dengan harga saham di bursa. Apabila harga saham di bursa mengalami penurunan secara umum maka pengelola dana (manajer investasi) akan mengalihkan ke instrument investasi lain, misalnya pasar uang untuk menjaga agar investasi pemodal senantiasa menguntungkan.

f. Likuiditas terjamin. Pemodal dapat mencairkan kembali saham atau unit penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing- masing Reksadana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya.

Reksadana terbuka wajib membeli kembali saham/ unit penyertaannya sehingga sifatnya sangat likuid.

g. Pengelola portofolio yang professional. Pengelolaan portofolio suatu Reksadana dilaksanakan oleh manajer investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran manajer investasi sangat penting mengingat pemodal individual pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga mungkin tidak

(14)

dapat melakukan riset secara langsung dalam menganalisis harga efek serta mengakses informasi di pasar modal.

C. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan atau Composite Stock Price Index (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek.

Indeks harga saham dibedakan menjadi dua, yaitu Indeks Harga Saham Individu dan Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks Harga Saham Individu hanya menunjukkan perubahan dari suatu harga saham suatu perusahaan untuk mengukur kinerja kerja suatu saham tertentu terhadap harga dasarnya, sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan akan menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat dalam bursa efek untuk mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan (Anoraga dan Pakarti dalam Pasaribu dan Dionysia,2014).

IHSG menurut Sawidji Widoatmojo (1996), adalah ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi. Bahkan dewasa ini IHSG dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market).

Menurut Robert Ang (1997), pengertian IHSG adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat dalam suatu bursa efek. IHSG ini ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang bersangkutan

(15)

secara resmi dan ada yang dikeluarkan oleh institusi swasta tertentu seperti media massa keuangan, institusi keuangan, dan lain-lain.

IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEI., IHSG BEI ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham. Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Metode penghitungan yang digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche (Robert Ang,1997).

Sejak tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung dengan Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG BEJ kemudian berubah menjadi IHSG BEI sejak penggabungan tersebut.

D. Obligasi Pemerintah

Obligasi Negara Ritel (ORI) merupakan bagian dari Obligasi Negara.

Sementara Obligasi Negara merupakan bagian dari Surat Utang Negara.

Dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara disebutkan bahwa Surat Utang Negara ialah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. Obligasi Negara ialah surat utang yang diterbitkan Pemerintah yang memiliki jangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon

(16)

dan atau dengan pembayaran bunga secara diskonto. Obligasi Negara Ritel (ORI) adalah Obligasi Negara yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia untuk dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual. Agen Penjual yang dimaksud ialah bank dan atau perusahaan efek yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk melaksanakan penjualan Obligasi Negara Ritel.

E. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan system diskonto. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI-SSSS. Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI adalah bank umum dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar perdana sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar sekunder.

Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme lelang pada setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam hal hari dimaksud adalah hari libur). SBI diterbitkan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan satuan unit terkecil sebesar Rp1 juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI dengan tenor 1 bulan dan 3 bulan.

Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan secara mingguan sedangkan SBI tenor 3 bulan dilakukan secara triwulanan. Peserta lelang SBI terdiri dari

(17)

bank umum dan pialang pasar uang Rupiah dan Valas(www.bi.go.id). Metode lelang penerbitan SBI dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu melalui Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia) dan dengan Fixed Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia). Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI rate (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan oleh Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.

Definisi BI rate sendiri menurut Bank Indonesia adalah suku bunga instrument sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan, kecuali ditetapkan berbeda oleh Rapat Dewan Gubernur bulanan dalam triwulan yang sama(www.bi.go.id).

BI rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate.

Selanjutnya suku bunga SBI 1 bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar uang antar bank dan suku bunga jangka yang lebih panjang.

Perubahan BI rate (SBI tenor 1 bulan) ditetapkan secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps). BI rate ditetapkan oleh dewan gubernur dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

(18)

1. Rekomendasi BI rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi

2. Berbagai informasi lainnya seperti indikator makro ekonomi, survey, pendapat ahli, hasil-hasil riset ekonomi, dll.

Saat ini Bank Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI sebagai salah satu instrumen untuk mengendalikan inflasi. Apabila inflasi dirasakan cukup tinggi maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga SBI untuk meredam kenaikan inflasi. Perubahan tingkat suku bunga SBI akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan. Apabila tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga.

Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan. Selain kenaikan beban bunga, tingkat suku bunga SBI yang tinggi dapat menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini terjadi karena kenaikan tingkat suku bunga SBI akan diikuti oleh bank- bank komersial untuk menaikkan tingkat suku bunga simpanan. Apabila tingkat suku bunga deposito lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, tentu investor akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham besar-besaran

(19)

sehingga akan menyebabkan penurunan indeks harga saham. Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut (Sunariyah,2006)

F. Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga–harga yang berlaku dalam suatu perekonomian dari satu periode ke periode lainnya. Tingkat inflasi adalah persentase kenaikan harga–harga pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya ( Sukirno, 2011).

Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah yaitu, mencapai dibawah 2 atau 3 persen. Tingkat inflasi yang moderat mencapai diantara 4 – 10 persen.

Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa puluh atau beberapa ratus persen dalam setahun (Sukirno, 2011).

Kesetabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengandalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil

(20)

memberikan dampak negatif kepada kondisi ekonomi masyarakat. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan rill masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup masyarakat turun, terutama orang miskin akan bertambah miskin. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik rill menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah ( www.bi.go..id ).

G. Penelitian sebelumnya

1. Silitonga, dkk. (2014) melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Spread Harga (Market Value dan Intrinsik Value) Pada ORI (Studi Kasus ORI 1 sampai dengan ORI 5). Pada penelitian ini faktor – faktor yang diduga dapat mempengaruhi spread harga pada ORI adalah sertifikat bank Indonesia (SBI), Inflasi, Dana pihak Ketiga (DPK) Nilai Aktiva Bersih Reksadana Pendapatan Tetap, indeks obligasi dan kurs mata uang rupiah terhadap dollar.

Dari hasil analisis yang didapatkan dari tiap ORI yaitu : 1) ORI 1 : Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT), dan kurs berpengaruh signifikan pada level α=5%terhadap selisih antara nilai

(21)

intrinsik dan nilai pasar ORI001. Sedangkan variabel inflasi, SBI 1 bulan, perubahan DPK dan indeks obligasi tidak berpengaruh terhadap selisih antara nilai pasar dan nilai intrinsic ORI001. 2)ORI 2 : perubahan nilai pada SBI 1 bulan dan kurs berpengaruh signifikan pada level α=5%

terhadap selisih antara nilai intrinsik dan nilai pasar ORI001. Sedangkan variabel inflasi, perubahan DPK, perubahan NAB RDPT, dan indeks obligasi tidak berpengaruh terhadap selisih antara nilai pasar dan nilai intrinsic ORI002. 3) ORI 3 : perubahan nilai pada kurs berpengaruh signifikan pada level α=5% terhadap selisih antara nilai intrinsik dan nilai pasar ORI001. Sedangkan variabel independen lainnya tidak berpengaruh terhadap selisih antara nilai pasar dan nilai intrinsic ORI003. 4) ORI 4 : pada ORI 4 Hasil regresi menunjukkan bahwa keenam variabel tersebut tidak ada yang berpengaruh signifikan. 5) ORI 5 pada ORI 5 Hasil regresi menunjukkan bahwa keenam variabel tersebut tidak ada yang berpengaruh signifikan

2. Maulana (2014) Melakukan penelitian mengenai pengaruh sertifikat bank Indonesia ( SBI ), jumlah uang beredar, inflasi terhadap kinerja Reksadana saham di Indonesia periode 2004 – 2012.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar maulana menunjukan bahwa variabel yang diduga dapat mempengaruhi kinerja Reksadana saham setelah di lakukan Uji F dan Uji t, berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun secara parsial dengan hasil Hasil perhitungan didapatkan hasil 0,033 Berdasarkan hasil perhitungan dengan

(22)

menggunakan program SPSS, signifikansi F < 0,05 untuk setiap fungsi regresi yang dihasilkan. Dengan demikian secara simultan ada pengaruh.

Variabel suku bunga SBI memiliki t-tabel 1,659 < t-hitung 2,5124, dapat disimpulkan bahwa secara secara parsial variabel suku bunga SBI mempengaruhi variabel indeks jensen Reksadana saham secara signifikan dengan tingkat kepercayaan 0,01352< 0,05. Variabel Inflasi memiliki t- tabel 1,659 < t-hitung -2,9806 dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel Inflasi mempengaruhi variabel indeks jensen Reksadana saham secara signifikan dengan tingkat kepercayaan 0,00358 < 0,05. Variabel Jumlah Uang Beredar memiliki t- tabel 1,659 > -t-hitung -0,4355, dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel Jumlah Uang Beredar tidak mempengaruhi variabel indeks jensen Reksadana saham secara signifikan dengan tingkat kepercayaan 0,66408 > 0,05.

3. Penelitian yanng dilakukan oleh Sholihat (2014) mengenai pengaruh pengaruh inflasi, tingkat suku bunga sertifikat bank Indonesia & indeks harga saham gabungan terhadap tingkat pengembalian Reksadana saham.

Adapun hasil dari penelitian dari fathari sholihat yaitu:

1) Pengaruh inflasi, tingkat suku bunga SBI dan IHSG terhadap tingkat pengembalian Reksadana saham. Hasil analisis regresi dalam uji F bahwa ketiga variabel diperoleh hasil F hitung sebesar 99,159 dengan probabilitas 0,000 yang artinya nilai signifikan inflasi < 0,05 (5%) dengan begitu terdapat pengaruh simultan

(23)

variabel inflasi, tingkat suku bunga SBI dan IHSG terhadap tingkat pengembalian Reksadana saham.

2) Pengaruh inflasi terhadap tingkat pengembalian Reksadana saham berdasarkan thitung -14,895 dengan probabilitas 0,000 yang artinya nilai signifikan inflasi < 0,05 (5%) dengan begitu terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara variabel inflasi terhadap return Reksadana saham.

3) Pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap tingkat pengembalian Reksadana saham berdasarkan thitung 9,793 dengan probabilitas 0,000 yang artinya nilai signifikansi suku bunga SBI < 0,05 (5%) dengan begitu adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap return Reksadana saham.

4) Pengaruh IHSG terhadap tingkat pengembalian Reksadana saham berdasarkan thitung 13,868 dengan probabilitas 0,000 yang artinya nilai signifikansi IHSG < 0,05 (5%) dengan begitu adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap return Reksadana saham..

4. Menurut Susetyo (2013), peningkatan inflasi yang sangat signifikan dapat mempengaruhi kinerja Reksadana, sehingga kebanyakan masyarakat enggan menginvestasikan uangnya ke industri Reksadana jika sedang terjadi inflasi yang sangat tinggi. Dengan adanya kenaikan inflasi membuat instrumen-instrumen perbankan diminati oleh masyarakat, sehingga alternatif – alternatif simpanan atau investasi seperti Reksadana tidak begitu diminati oleh masyarakat.

(24)

H. Kerangka pemikiran

Reksadana berdasarkan sifat operasinya tedapat 4 jenis Reksadana antara lain:Reksadana saham, Reksadana pasar uang, Reksadana pendapatan tetap dan Reksadana campuran, namun yang digunakan dalam penelitian ini hanya Reksadana campuran.

Seperti yang telah di paparkan diatas bahwa banyak faktor yang mempengaruhi Reksadana, baik Reksadana pasar uang, Reksadana pendapatan tetap dan Reksadana saham. Sudah seharusnya investor melihat faktor – faktor tersebut walaupun dalam “prakteknya” Reksadana campuran merupakan Reksadana yang memiliki tingkat resiko yang paling kecil karena Reksadana campuran merupakan Reksadana yang berinvestasi di pasar uang, pasar modal, dan pasar hutang.

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui apa sajakah faktor – faktor yang dapat mempengaruhi Reksadana. Pada penelitian ini faktor – faktor yang diduga dapat mempengaruhi Reksadana campuran adalah tingkat suku bunga Sertifika Bank Indonesia ( SBI ), Tingkat suku bunga obligasi pemerintah ( ORI ), dan Indeks harga saham gabungan ( IHSG ).

Berikut ini akan dijelaskan hubungan antara variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini dengan variabel dependen :

(25)

1. Hubungan antara IHSG dengan NAB Reksadana campuran Selain menginvestasikan dananya kedalam intrumen pasar uang seperti deposito, valas, dan SBI banyak manajer investasi mengalokasikan dana yang dikelolanya kedalam instrumen pasar modal seperti obligasi dan saham. Bahkan ada bebereapa jenis Reksadana yang menempatkan dananya ke dalam portofolio pasar modal dengan proporsi yang lebih besar. Fenomena ini terjadi karena adanya peraturan dari BAPEPAM yang mewajibkan sejumlah Reksadana tertentu untuk memiliki alokasi portofolio investasi minimum di pasar modal, dan juga di karenakan masih ada peluang bagi para manajer investasi untuk mendapatkan keuntungan dari pengalokasian dananya di pasar modal. Oleh sebab itu, fluktuasi kinerja pasar modal yang secara keseluruhan tercermin dari perubahan nilai IHSG, dapat mempengaruhi keputusan manajer investasi untuk mengalokasikan dana investasinya ke instrument investasi di pasar modal.

Pada tahun 2008 adanya fenomena fluktuasi pergerakan IHSG yang di sebabkan oleh keadaaan perekonomian yang tidak stabil dan membuat IHSG mengalami pergerakan. Jika IHSG mengalami penurunan, pasti ada beberapa saham yang mengalami penurunan karena saham merupakan instrument dalam Reksadana maka nilai NAB Reksadana akan turun dan sebaliknya apabila nilai IHSG naik maka NAB Reksadana pun akan ikut naik. Maka dengan demikian

(26)

seperti pernyataan diatas bahwa perubahan Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh terhaadan NAB Reksadana.

2. Hubungan antara SBI dengan NAB Reksadana campuran

Pada pertengahan juli 1997 terjadi krisis moneter yang membuat aktifitas pasar modal ikut berperngaruh oleh kenaikan kurs dan suku bunga. Ketika kurs dollar mengalami apresiasi aktifitas pasar modal di Indonesia menjadi menurun. Akibat tingginya suku bunga menyebabkan dana investasi yang berada di pasar modal beralih ke deposito dan tabungan. Reksadana yang pada hakikatnya terkait dengan intrumen pasar modal dan uang mengalami dampak dari kejadian tersebut.

3. Hubungan antara Obligasi dengan NAB Reksadana campuran Indeks Obligasi (IGBX) merupakan indikator pergerakan harga obligasi. Sedangkan Reksadana Campuran merupakan reksadana yang berinvestasi pada kombinasi efek hutang, efek pasar uang, dan efek saham dalam proporsi dan prosentase tertentu secara dinamis. Oleh karena itu kenaikan indeks obligasi akan berpengaruh terhadap NAB Reksadana Campuran. Semakin tinggi IGBX, semakin tinggi kinerja reksadana

(27)

4. Hubungan antara Inflasi dengan NAB Reksadana campuran Reksadana campuran adalah Reksadana yang berinvestasi lebih dari satu instrumen. Banyak faktor yang mempengaruhi investasi reksadana campuran faktor tersebut salah satunya adalah inflasi, Kenaikan laju inflasi akan menaikkan tingkat suku bunga nominal yaitu sebagai kompensasi dan penyesuaian dalam perekonomian atas penurunan daya beli karena kenaikan laju inflasi. Selanjutnya kenaikan tingkat inflasi akan menyebabkan menurunnya investasi karena tabungan (suplai dana) turun dan karena imbal hasil investasi yang diharapkan oleh investor naik. Pada akhirnya, menurunnya kegiatan investasi akan berdampak pada menurunnya return investasi yang diperoleh (Purwanto,2004).

(28)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

I. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil uraian dari teori dan kerangka pemikiran diatas maka peneliti mengajukan Hipotesis sebagai berikut:

H1 = Perubahan Indeks harga saham gabungan (IHSG), tingkat bunga obligasi dan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) secara simultan memiliki pengaruh terhadap NAB Reksadana campuran

H2 = Perubahan IHSG berpengaruh signifikan secara parsial terhadap NAB Reksadana campuran

H3 = Perubahan tingkat bunga obligasi pemerintah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap NAB Reksadana campuran

(29)

H4 = Perubahan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap NAB Reksadana campuran

H5 = Perubahan Inflasi berpengaruh signifikan secara parsial terhadap NAB Reksadana campuran

(30)

Referensi

Dokumen terkait

SIER (Persero), Surabaya dinilai tinggi, untuk itu perusahaan diharapkan dapat mempertahankan dan bila memungkinkan insentif yang diberikan ditingkatkan secara

Opinnäytetyön tuloksista esiin nousi, että hoitajat kokivat retriittien vahvistaneen heidän oman persoonallisuuden, hengellisyyden ja ammatillisuuden kasvuaan.. Retriittien

Results : There is significant influence of education and religiosity and no influence of work and income to the quality of life of vasectomy acceptors.. Keywords : employment,

Pada proses pengerjaan, tahapannya adalah sebagai berikut: a) Menentukan himpunan bilangan yang akan diteliti. b) Mencari faktor pembagi dari setiap unsur dalam himpunan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan persentase penggunaan media kombinasi air kelapa dengan media MS terhadap pertumbuhan eksplan tanaman Alfalfa Medicago

Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Teams Games Tournament (TGT ) Siswa Kelas 5 SD Gugus Ki Hajar

[r]

:ntuk membuat grafik $gie terlebih dahulu mencari nilai frekuensi kumulatif, sedangkan distribusi frekuensi kumulatif itu sendiri adalah distribusi frekuensi yang nilai