• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN), BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) Dr. H. FAHRURAZI, M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN), BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) Dr. H. FAHRURAZI, M."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN),

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

DAN

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

Dr. H. FAHRURAZI, M.Kes

(2)

SJSN adalah:

1. Tatacara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara 2. Merupakan program NEGARA yang bertujuan

untuk memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia

3. …. untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

UNDANG – UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004

(3)

UU NOMOR 40/ 2004 ; SJSN

1.

Azas, tujuan, prinsip SJSN

2.

BPJS

3.

DJSN 4.

Kepesertaan dan Iuran 5.

Program Jaminan

Sosial

6.

Pengelolaan Dana

Jaminan Sosial

(4)

SUBSTANSI :

SJSN diselenggarakan melalui mekanisme ASURANSI SOSIAL yaitu:

suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat WAJIB yang berasal dari IURAN

PESERTA guna memberikan perlindungan

atas resiko sosial ekonomi yang menimpa

peserta dan/atau anggota keluarganya

(5)

Azas Penyelenggaraan:

1. Kemanusiaan: berkaitan dg martabat manusia

2. Manfaat: bersifat operasional dg pengelolaan yg efisien dan efektif 3. Keadilan: bersifat ideal

BERTUJUAN UNTUK MELAKSANAKAN AMANAT PASAL 28H dan

PASAL 34 (2) Amandemen UUD 1945

(6)

• Pasal 28H(1) “..Setiap orang berhak atas pelayanan kesehatan..”. Rakyat

menginginkan semua orang mampu

memperoleh pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan tanpa memandang kaya-miskin

• Pasal 34 (2). “Negara mengembangkan jaminan sosial untuk seluruh rakyat..”

Penjabaran langkah menuju

Jaminan/Asuransi Kesehatan Nasional

(7)

Mekanisme Penyelenggaraan:

1. ASURANSI SOSIAL – wajib, iuran peserta 2. BANTUAN SOSIAL – Negara wajib

berkontribusi bagi maskin (UU SJSN

menyebutkannya sbg Penerima Bantuan Iuran - PBI)

3. TABUNGAN WAJIB – program jangka panjang membentuk dana tabungan

Dirancang Untuk Mengsinkronkan Penyelenggaraan Berbagai Bentuk Jaminan Sosial Yang Dilaksanakan Oleh Beberapa Badan Penyelenggara Agar

Memberikan Manfaat Sebesar-besarnya Kepada Peserta

(8)

NASIONAL

PORTABILITAS

EKUITAS NIRLABA

GOTONG ROYONG &SUBSIDI SILANG

YANKES LINTAS BATAS WILAYAH

KESETARAAN MENDAPAT YANKES

DANA SEMATA-MATA UNTK YANKES

PRINSIP SJSN :

(9)

MATERI UNDANG-UNDANG SJSN

1.

Azas, tujuan, prinsip SJSN

2.

BPJS

3.

DJSN 4.

Kepesertaa n dan Iuran 5.

Program Jaminan

Sosial

6.

Pengelolaa n Dana Jaminan

Sosial

9

Jenis program jaminan sosial meliputi:

• Jaminan Kesehatan;

• Jaminan Kec Kerja;

• Jaminan Kematian;

• Jaminan Pensiun; dan

• Jaminan Hari Tua.

(Pasal 18 s.d. Pasal 46)

(10)

UU No. 24 / 2011 : BPJS

Jumlah dan Ruang Lingkup

Bentuk dan Kedudukan

Fungsi dan Tugas Dewas dan

Direksi

Transformasi

10

(11)

Jumlah dan Ruang Lingkup

• UU BPJS membentuk 2 (dua) BPJS, yaitu:

– BPJS Kesehatan; yang

menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan

– BPJS Ketenagakerjaan; Badan yg menyelenggarakan Jaminan

Pensiun, Hari Tua, Kecelakaan Kerja, dan Kematian

11

(12)

Bentuk dan Kedudukan

• BPJS merupakan Badan Hukum Publik

• BPJS bertanggungjawab langsung kepada Presiden

Fungsi BPJS

BPJS berfungsi menyelenggarakan program jaminan sosial.

12

(13)

Perpres No 12 Tahun 2013 Tentang

Jaminan Kesehatan

(14)

Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional

Kepesertaan Bersifat Wajib

Penerima upah

PNS., TNI/POLRI, SWSTA )

Pekerja dan Pemberi Kerja

Non Penerima Upah

(PENSIUN, VETERAN, INVESTOR, PEMBERI KERJA DLL)

Kelompok/

/Kel/Individu

PBI

(ex jamkesmas, PHK lebih 6 bln, Cacat total dll)

Pemerintah

Iuran

PBI = Penerima Bantuan Iuran

Peserta

1

2

3

CATATAN : JAMPERSAL AKAN BERAKHIR 31 DES 2013

BUMIL YG BUKAN PESERTA PESERTA PBI, PNS DAN JAMSOSTEK  HARUS MASUK PESERTA NO 2

(15)

KELOMPOK PESERTA JAMINAN KESEHATAN

KELOMPOK PESERTA JAMINAN KESEHATAN PENERIMA

BANTUAN IURAN (PBI) JK

BUKAN PBI JK

Pekerja Penerima Upah

(PPU)

a. PNS (Pusat & Daerah) b. Anggota TNI

c. Anggota Polri d. Pejabat Negara

e. Pegawai Pemerintah Non PNS f. Pegawai Swasta

g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima upah

Pekerja Bukan Penerima upah

(PBPU)

Pekerja Mandiri

Sektor Informal

Bukan Pekerja (BP)

a. Investor b. Pemberi Kerja

c. Penerima Pensiun

d. Veteran

e. Perintis Kemerdekaan

f. bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar iuran

• Bagi Pekerja Penerima Upah dan Pekerja Bukan Penerima Upah  termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan

• Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat mengikut sertakan anggota keluarga yang lain

(16)

BESARAN IURAN NON PBI

SARARAN PESERTA

PROSENTA SE UPAH

KONTRIBUSI Keterangan

PNS/TNI/POLRI/P ENSIUNAN

5% 2% OLEH

PNS/TNI/POLRI/PEN SIUNAN

3% OLEH

PEMERINTAH

DARI GAJI POKOK DAN TUNJANGAN

PEKERJA PENERIMA UPAH

4,5 %

5%

4% PEMBERI KERJA DAN 0,5% PEKERJA

PER 1 JULI 2015 4% PEMBERI KERJA

DAN 1% PEKERJA

PEKERJA BUKAN

PENERIMA UPAH

NILAI NOMINAL

1. Rp 25,500,- 2. Rp 42,500,- 3. Rp 59,500,-

1. Ranap kelas 3

2. Ranap kelas 2

3. Ranap kelas 1

16

(17)

Peta Jalan Kepesertaan Menuju Jaminan Kesehatan Semesta (UHC)

20% 50% 75% 100%

20% 50% 75% 100%

10% 30% 50% 70% 100% 100%

`Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018 2019 USAHA BESAR 20% 50% 75% 100%

USAHA SEDANG 20% 50% 75% 100%

USAHA KECIL 10% 30% 50% 70% 100%

USAHA MIKRO 10% 25% 40% 60% 80% 100%

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Pengalihan Peserta JPK Jamsostek, Jamkesmas, Askes PNS, TNI Polri

ke BPJS Kesehatan

Perluasan Peserta di Usaha Besar, Sedang, Kecil & Mikro

Penyusuna n Sisdur Kepesertaa

n dan Pengumpul

an Iuran

Pemetaan Perusahaa

n dan sosialisasi

Pengukuran kepuasan peserta berkala, tiap 6 bulan

Integrasi Kepesertaan Jamkesda dan Askes komersial ke BPJS Kesehatan

Pengalihan Kepesertaan TNI/POLRI ke BPJS Kesehatan

Kajian perbaikan manfaat dan pelayanan peserta tiap tahun

Sinkronisasi Data

Kepesertaan: JPK Jamsostek, Jamkesmas dan Askes

PNS/Sosial -- NIK Penduduk yang dijamin di berbagai skema 148,2

jt jiwa

121,6 juta peserta dikelola

BPJS Keesehatan 50,07 Juta pst

dikelola oleh Badan Lain

257,5 juta peserta (semua

penduduk) dikelola BPJS

Keesehatan Tingkat Kepuasan Peserta 85%

KEGIATAN:

Pengalihan, Integrasi, Perluasan

B S K

73,8 juta belum jadi peserta 90,4juta belum jadi

peserta

Perpres Dukungan Operasional Kesehatan bagi

TNI Polri

96,4 juta PBI KEN*=99 juta

17

(18)

JENIS, PERAN & TUGAS

FASYANKES PRIMER

(19)

PERMENKES 71/ 2013

KETENTUAN UMUM

Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap.

Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan khusus.

Y A N K E S

P E S E R T A JKN

KEWENANGAN PELAYANAN KESEHATAN

(20)

JENIS FASYANKES TINGKAT PERTAMA

• PUSKESMAS ATAU YANG SETARA;

• PRAKTIK DOKTER;

• PRAKTIK DOKTER GIGI;

• KLINIK PRATAMA ATAU YANG SETARA; DAN

• RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA ATAU YANG SETARA.

Catatan :

Bidan dan Perawat dimungkinkan jadi jejaring pelayanan kesehatan TINGKAT PERTAMA namun TIDAK menjadi GATE KEEPER. Pelayanan yang diberikan mengacu pada kompetensi dan kewenangan sesuai ketentuan

PERMENKES, 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN

KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Ps 2 ( 2)

(21)

KEDUDUKAN/POSISI & PERAN FASKES TINGKAT PERTAMA DI ERA JKN

Penyelenggara pelayanan kesehatan dasar yang berperan sebagai kontak pertama dan penapis rujukan sesuai dengan standar pelayanan medik.

GATEKEEPER

Di ERA JKN :

KECUALI GAWAT DARURAT, SEMUA PESERTA HARUS MELALUI FASKES TINGKAT PERTAMA BARU DAPAT MEMPEROLEH PELAYANAN DI TINGKAT LANJUT (RS)

(22)

KOMPETENSI DOKTER PELAYANAN PRIMER

Dokter Spesialis

Mahal Kompetensi

Bidang ilmu kedokteran

Internal Medicine Obs-Gynecology Surgery Pediatrics Ophthalmology Dermatology Etc

Kedokteran Dasar

Family Medicine Ib

II III III

II

I

Spesialis

DK / DU / Dokter Pelayanan Primer

Murah

Ia

Sub-Spesialis

SAAT INI GOAL

Dokter yang mampu memenuhi sebagian

besar kebutuhan kesehatan individu dan

keluarga Marjinalisasi Dokter

Pelayanan Primer

Revitalisasi Dokter Pelayanan Primer melalui program

pendidikan dokter

Kondisi ini tidak

mendukung JKN Program pedidikan dokter layanan primer telah masuk dalam Undang Undang Pendidikan Kedokteran (UU No.20 Tahun 2013)

(23)

PENINGKATAN KUALITAS

PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

1. PEMENUHAN STANDAR &

PEDOMAN PEDOMAN

2. KENDALI MUTU & KENDALI BIAYA 3. KREDENSIALING DAN

REKREDENSIALING ( BPJS) 4. AKREDITASI

5. DOKTER LAYANAN PRIMER

PERLU

(24)

PEMENUHAN STANDAR & PEDOMAN PEDOMAN

PEMBUATAN PEDOMAN (selesai 2013)

1. Panduan Praktik Klinis bagi dokter layanan primer / Standar Pelayanan Medik

2. Panduan Penatalaksanaan Klinis berdasarkan symton di Pelayanan Primer

3. Panduan Ketrampilan Klinis di layanan primer 4. Pedoman Pelayanan Dokter di layanan primer

5. Panduan Pelayanan Kesehatan Primer & Sistem Rujukan ( Gatekeeper)

6. Peningkatan Teknis Dokter di layanan Primer

7. Pedoman & Pelaksanaan Audit Medis di layanan primer 8. Pemenuhan sarana & prasarana di seluruh Puskesmas

9. Pedoman & Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas & Fasyankes Primer Lainnya

(25)

BUKU PEDOMAN PELAYANAN BAGI DOKTER DI FASYANKES PRIMER

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI

FASYANKES PRIMER

1

3 4

2

Panduan ketrampilan klinis bagi DOKTER di Fasyankes Primer

Panduan Penataan klinis

berdasarkan simpton pd layanan primer

Panduan Pelayanan Dokter di Fasyankes Primer

(26)

Panduan Praktik Klinis

Bagi Dokter di fasyankes primer

sebagai standar pelayanan kedokteran

(27)

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA (Perkonsil No 11 Tahun 2012)

27 NO SISTEM TUBUH MANUSIA DAFTAR

PENYAKIT

TINGKAT KEMAMPUAN

1 2 3A 3B 4A

1 Sistem Saraf 73 7 22 18 19 7

2 Psikiatri 52 0 28 21 1 2

3 Indera 104 4 44 30 3 23

4 Respirasi 46 6 11 8 12 9

5 Kardiovaskular 41 7 15 9 9 1

6 GIT 83 6 32 17 9 19

7 Ginjal dan sal. Kemih 40 3 19 6 5 7

8 Reproduksi 99 11 41 16 19 12

9 Endokrin metabolik 33 7 6 4 7 9

10 Hematoimunologi 35 4 14 8 3 6

11 Muskuloskeletal 38 14 13 7 2 2

12 Sist Kulit dan Integumen 79 1 13 13 7 45

13 Forensik dan Medikolegal 13 0 3 7 1 2

TOTAL 736 70 261 164 97 144

(28)

KREDENSIALING DAN AKREDITASI

28

(29)

KENDALI MUTU

Pasal 38

(1) Penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya oleh BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dilakukan melalui:

a. pemenuhan standar mutu Fasilitas Kesehatan;

b. pemenuhan standar proses pelayanan kesehatan; dan c. pemantauan terhadap luaran kesehatan Peserta.

(2) Dalam rangka penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS Kesehatan membentuk tim kendali mutu dan kendali biaya yang terdiri dari unsur organisasi profesi, akademisi, dan pakar klinis.

(3) Tim kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melakukan:

a. sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik profesi sesuai kompetensi;

b. utilization review dan audit medis; dan/atau

c. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan.

Pasal 6 (2)

Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fasilitas Kesehatan tingkat pertama juga harus telah terakreditasi.

Permenkes 71/2013

(30)

Pasal 41

(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

a. seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dikecualikan dari kewajiban terakreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2); dan

b. seluruh rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dikecualikan dari persyaratan sertifikat akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b angka 6.

(2) Fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku.

(3) Rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku.

KENDALI MUTU

Kpermenkes 71/2013

(31)

KENDALI MUTU

Penerapan sistem kendali mutu pelayanan secara menyeluruh meliputi :

 Pemenuhan standar mutu Fasilitas Kesehatan,

 Memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai standar yang ditetapkan,

 Pemantauan terhadap luaran kesehatan Peserta.

 Aspek keamanan pasien,

 Efektifitas tindakan,

 Kesesuaian pelayanan dengan kebutuhan medis pasien

(32)

-

-

-

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan pengembangan sistem kendali mutu pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 serta penjaminan kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 diatur dengan Peraturan Menteri.  Perpres 12/13 ( psl 44, ayat 1)

32

2012-2013

2015-2018 20114

PENYUSUNAN PEDOMAN ( NSPK) AKREDITASI FASYANKKES PRIMER

1. UJI COBA AKREDITASI PUSKESMAS DI JATIM & NTT 2. FINALISASI NSPK AKREDITASI FASYANKES PRIMER 3. REKRUTMEN & TOT SURVEIOR

4. REKRUTMEN & TOT PENDAMPING

5. PENETAPAN KELEMBAGAAN AKREDITAS

6. PENYUSUNAN PMK AKREDITASI FASYANKES PRIMER

AKREDITASI GK PADA FASYANKES PRIMER (Puskesmas, Klinik, dokter praktik mandiri)

KENDALI MUTU FASYANKES PRIMER DENGAN AKREDITASI

Pelayanan kesehatan kepada Peserta Jaminan Kesehatan harus memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek

keamanan pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan

kebutuhan pasien, serta efisiensi biaya.  Perpres 12/13 ( psl 42, ayat 1)

TARGET AKREDITASI FASYANKES PRIMER

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam bekerja sama dengan BPJS ,

Faskes n tingkat pertama juga harus telah TERAKREDITASI ( pasal 6 (2) Permenkes 71/2013)

(33)

33

KRITERIA PENILAIAN KREDENSIALING FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

1. KRITERIA ADMINISTRATIF

Merupakan persyaratan yang wajib untuk bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

2. KRITERIA TEKNIS Meliputi:

a.Sumber daya manusia;

b.Kelengkapan sarana dan prasarana;

c. Peralatan medis dan obat obatan d.Lingkup pelayanan; dan

e.Komitmen pelayanan.

(34)

PUSKESMAS

• Surat Ijin Operasional;

• Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/drg , Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi

Apoteker, Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja

(SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lainnya

• Perjanjian kerjasama dengan jejaring, JIKA Diperlukan

• Surat Pernyataan Kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan JKN

• sumber daya manusia;

• sarana dan fasilitas;

• peralatan medis;

• obat-obatan dan penunjang; dan

• cakupan pelayanan dan komitmen jaga mutu.

• Persyaratan Administrasi

• Persyaratan Teknis

PERMENKES 71/2013.

(35)

PRAKTIK Dr dan PRAKTIK Drg

• Surat Ijin Praktik;

• Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

• Perjanjian kerjasama dengan Laboratorium Sederhana, apotek, dan jejaring lainnya ; dan

• Surat Pernyataan

Kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan

Kesehatan Nasional

• sumber daya manusia;

• sarana dan fasilitas;

• peralatan medis;

• obat-obatan dan penunjang; dan

• cakupan pelayanan dan komitmen jaga mutu.

• Persyaratan Administrasi

• Persyaratan Teknis

PERMENKES 71/2013

(36)

BESARAN TARIF

(37)

BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama secara praupaya berdasarkan kapitasi atas jumlah Peserta yang terdaftar di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama (PSL 39 ayat 1, Perpes No.12/2013).

PEMBAYARAN FASILITAS KESEHATAN

37

(38)

• Pelayanan Primer: dokter dan dokter gigi di puskesmas, tempat praktik perorangan, klinik

pratama, klinik umum dibalai/lembaga pelayanan kesehatan

• Pelayanan Sekunder: pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan

pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik

• Pelayanan Tersier: pelayanan kesehatan sub spesialistik yangdilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yangmenggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub

spesialistik

Kapitasi

DRG/INA CBG’S

DRG/INA CBG’S

Pola Pembayaran BPJS

(39)

39

TARIF KAPITASI

NO JENIS FASILITAS KESEHATAN TK

PERTAMA

KAPITASI

1 Puskesmas 3000 – 6000

2 RS Pratama/Klinik Pratama/Dokter

Praktek/Faskes yang setara

8.000 – 10.000

3 Dokter Gigi Praktek 2.000

(40)

40

TARIF RAWAT INAP FASKES TK I

( DI LUAR KAPITASI )

NO JENIS FASILITAS KESEHATAN

TARIF

1 Puskesmas 100.000

2 RS Pratama 100.000

(41)

TARIF PELAYANAN KEBIDANAN DAN NEONATUS ( DI LUAR KAPITASI )

NO PELAYANAN KESEHATAN TARIF

1 Pemeriksaan ANC 25.000

2 Persalinan Normal 600.000

3 Penanganan perdarahan paska keguguran,

persalinan pervaginam dan emergency dasar 750.000

4 Pemeriksaan PNC/neonatus 25.000

5 Pelayanan tindakan paska persalinan (mis

placenta manual) 175.000

6 Pelayanan pra rujukan pd komplikasi kebid &

neonatal

125.000

7 Pelayanan KB pemasangan IUD/Implant dan Suntik

100.000 15.000

8 Penanganan komplikasi KB paska persalinan 125.000 41

(42)

SISTEM RUJUKAN

42

(43)

PEL KES YANG ‘UNSTRUCTURED’ KE ‘STRUCTURED’

Tertiary Care

Tertiary

Secondary

Primary Care

Rujukan - Kewenangan

Gatekeeper

Perlunya Sistem Rujukan

(44)

Peserta

Faskes Primer

Rumah Sakit

Rujuk / Rujuk Balik

Emergency

Klaim

BPJS Branch Office

ALUR PELAYANAN KESEHATAN

Kapitasi

Referensi

Dokumen terkait

(1) Perusahaan-perusahaan penerbangan yang ditunjuk harus memberitahu- kan kepada pejabat-pejabat penerbangan dari kedua Pihak Berjanji tidak lebih dari tiga puluh hari

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penyebaraan nilai-nilai kebudayaan Korea Selatan seperti bahasa, makanan, baju tradisional, rumah tradisional, kertas

untuk nutrisi yang lebih baik dan pemimpin masyarakat setempat; dan Alimin dari Soppeng, Sulawesi Selatan, yang telah berhasil memperluas perkebunan kakao miliknya dari satu

patofisiologi antara lain: 1) Penurunan aliran darah serebral akut, seperti pada sinkop vasovagal, gangguan jantung, penyumbatan pembuluh darah paru dan obstruksi

Park and Ride diharapkan dapat menyediakan tempat yang cukup luas dan baik untuk menampung kendaraan pribadi, mengurangi kendaraan yang masuk ke kota karena diharapkan

Sistem pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan terhadap pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan sudah cukup baik, hal tersebut

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana fungsi tari tembut-tembut dalam Upacara Adat Ndilo Wari Udan Pada Masyarakat Karo”?.

Eishert (1990) mengelompokkan empat kategori limbah yang dapat mencemari wilayah pesisir, yaitu: pencemaran limbah industri, limbah sampah domestik (swage pollutin)