• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA TANAMAN SELADA PADA KEADAAN AIR TANAH BERBEDA ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA TANAMAN SELADA PADA KEADAAN AIR TANAH BERBEDA ABSTRAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA TANAMAN SELADA PADA KEADAAN

AIR TANAH BERBEDA

Nerty Soverda

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Jln Raya Mendalo Darat. E-mail: nsoverda@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskula (CMA) terhadap, kolonisasi mikoriza, derajar infeksi mikoriza, pertumbuhan dan hasil tanaman Selada pada keadaan air tanah berbeda, yang dilakukan dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2005. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan dengan perlakuan sebagai berikut : A = dengan kadar air tanah 50% Kapasitas Lapang (KL), tanpa CMA ; B = kadar air 50% KL, dengan 12,5 g CMA, C = kadar air 50% KL, 25 g CMA; D = kadar air 100% KL, tanpa CMA; E = kadar air 100% KL, dengan 12,5 g CMA; F = kadar air 100% KL, 25 g CMA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi CMA berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, hasil (bobot segar tanaman), dan kolonisasi mikoriza tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun dan bobot kering akar.

Kata kunci : Selada, Air, CMA

PENDAHULUAN

Hasil-hasil penelitian mengenai potensi keanekaragaman hayati terutama keanekaragaman mikoriza yang ditemukan secara indigen pada lahan-lahan pertanian di Indonesia, merupakan berita yang cukup menggembirakan. Banyak hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa secara indigen lahan-lahan pertanian di Indonesia cukup banyak mengandung mikroorganisme tanah yang ternyata cukup berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.

Peran mikoriza sebagai sumber pupuk hayati terutama sebagai penyumbang nutrisi bagi tanaman pada lahan-lahan kahat P dengan kelarutan Al tinggi, sudah tidak perlu diragukan lagi. Umumnya peran mikoriza menjadi efektif dan efisien pada lahan-lahan yang tergolong relatif miskin hara. Menurut Wood (1989), Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) sangat umum berada di alam, dan kebanyakan tanaman secara normal membiarkannya tumbuh bersimbiosis dengan akarnya.

Berbagai fungsi yang berguna dari CMA telah diketahui tidak hanya sebagai penyumbang nutrisi saja, melainkan juga mampu memperkuat tanah yang rawan erosi, menjaga tanaman agar tetap hidup pada keadaan kekeringan dengan cara mengeluarkan

(2)

kelembaban yang berguna bagi pori-pori tanah, serta mendorong kemampuan tanaman untuk menangkap energi matahari untuk kebutuhan fotosintesis.

Pada lahan kering tanaman berpeluang besar untuk mengalami cekaman air/defisit air. Keadaan ini dapat dicirikan dengan antara lain terhambatnya pertumbuhan tanaman. Jika cekaman air sangat kuat, terjadi reduksi yang drastis dalam fotosintesis, pertumbuhan terhenti dan akhirnya mati (Kramer, 1969). CMA dengan kemampuannya menjaga tanaman agar tetap hidup pada keadaan kekeringan, CMA diharapkan dapat mengatasi resiko kekurangan air pada tanaman.

Aplikasi cendawan mikoriza pada berbagai taraf keadaan air tanah diharapkan berinteraksi positif dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada. Untuk mengetahui berapa dosis inokulan yang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil selada pada keadaan air tanah berbeda perlu dicoba beberapa taraf dosis inokulan mikoriza. Belum diperoleh informasi mengenai berapa dosis cendawan mikoriza yang diaplikasikan pada keadaan air tanah yang cenderung kurang (deficit air), terutama pada tanaman selada.

Aplikasi ini menarik untuk diteliti karena berkaitan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan air pada lahan-lahan kering dan peningkatan hasil tanaman selada. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh CMA pada keadaan air tanah berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternative penggunaan CMA untuk pertanaman selada pada keadaan kekurangan air.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Wijayapura, Jambi Selatan. Inokulan yang digunakan berupa inokulan campuran cendawan mikoriza, sedangkan benih selada adalah kultivar Grand Rapids. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan dengan perlakuan A = dengan kadar air tanah 50% Kapasitas Lapang (KL), tanpa CMA ; B = kadar air 50% KL, dengan 12,5 g CMA; C = kadar air 50% KL, 25 g CMA; D = kadar air 100% KL, tanpa CMA; E = kadar air 100% KL, dengan 12,5 g CMA; F = kadar air 100% KL, 25 g CMA

Pengamatan yang dilakukan meliputi (1) kolonisasi mikoriza (2). derajat infeksi mikoriza, (3) pertumbuhan tanaman (jumlah daun, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan (4) hasil (berat segar tanaman pada saat panen).

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah daun.

Jumlah daun yang diamati hanya pada saat panen. Dari hasil analisis statistik menujukkan bahwa jumlah daun dengan perlakuan-perlakuan yang diberikan tersebut tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (Tabel 1 ).

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah daun tanaman selada relatif sama (tidak berbeda nyata). Hal ini diduga karena tanaman baru mulai merespon perlakuan pada umur 2 MST. Menurut Sieverding (1991), bahwa infeksi mikoriza terjadi pada umur tanaman 2 MST.

Tabel 1. Pengaruh pemberian air berbeda dan aplikasi cendawan mikoriza terhadap jumlah daun tanaman Selada

Perlakuan Rata-rata

A = kadar air 50% KL, tanpa CMA 5.33 a

B = kadar air 50 % KL, 12,5 g CMA 5.55 a

C = kadar air 50 % KL, 25 g CMA 6.33 a

D = kadar air 100 % KL, tanpa CMA 5.67 a

E = kadar air 100 % KL, 12,5 g CMA 6.00 a

F = kadar air 100 % KL, 25 g CMA 5.67 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5 %

Bobot Kering Tajuk

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa aplikasi CMA memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian air serta inokulasi CMA memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk, pemberian CMA cenderung meningkatkan bobot kering tanaman. Perlakuan D (tanpa CMA, air 100 % KL) memberikan bobot kering tanaman lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar 0.83 g/pot dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, C, E dan F, sedangkan dengan perlakuan A (tanpa CMA, air 50 % KL) berbeda nyata. Adanya pengaruh yang nyata dari perlakuan ini terhadap bobot kering tanaman, diduga bahwa air yang diberikan serta CMA mampu menciptakan kondisi media tumbuh yang optimal.

(4)

Tabel 2. Pengaruh pemberian air berbeda dan aplikasi cendawan mikoriza terhadap bobot kering tajuk

Perlakuan Rata-rata

g/pot

A = kadar air 50% KL, tanpa CMA 0.52 b

B = kadar air 50 % KL, 12,5 g CMA 0.78 a

C = kadar air 50 % KL, 25 g CMA 0.78 a

D = kadar air 100 % KL, tanpa CMA 0.83 a

E = kadar air 100 % KL, 12,5 g CMA 0.77 a

F = kadar air 100 % KL, 25 g CMA 0.74 a

Keterangan:Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5 %

Bobot Kering Akar

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa aplikasi CMA tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Pada Tabel 3 dapat dilihat nilai rata-rata perlakuan akibat pemberian air berbeda dan aplikasi CMA.

Pada tabel 3 terlihat bahwa rata-rata bobot kering akar sangat bervariasi. Bobot kering akar terkecil (0.04 g) diberikan oleh perlakuan C (pemberian air 50 % KL dengan 25 gram CMA). Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh kualitas tanaman dan kondisi lingkungan. Dalam penelitian ini pemberian air serta inokulasi CMA ternyata tidak dapat memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering akar dibandingkan dengan kontrol. Bobot akar tanaman selada tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian air 50 % KL, tanpa inokulasi CMA.

Tabel 3. Pengaruh pemberian air berbeda dan aplikasi cendawan mikoriza terhadap bobot kering akar

Perlakuan Rata-rata

g/pot

A = kadar air 50% KL, tanpa CMA 0.16 a

B = kadar air 50 % KL, 12,5 g CMA 0.09 a

C = kadar air 50 % KL, 25 g CMA 0.04 a

D = kadar air 100 % KL, tanpa CMA 0.13 a

E = kadar air 100 % KL, 12,5 g CMA 0.08 a

F = kadar air 100 % KL, 25 g CMA 0.09 a

Keterangan:Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5 %

(5)

Hasil Tanaman Selada

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian air berbeda dan aplikasi CMA berpengaruh nyata terhadap hasil tanaman Selada. Pada Tabel 4 dapat dilihat perbedaan rata-rata hasil tanaman jagung akibat pemberian air berbeda dan aplikasi CMA.

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil tanaman selada pada perlakuan A memberikan pengaruh nyata terhadap perlakuan B, C, D, E dan F. Hal ini diduga berkaitan dengan keadaan lebar daun tanaman yang berbeda. Walau jumlah daun tidak berbeda namun secara visual terlihat luas daun tanaman selada pada perlakuan A (air 50%, tanpa CMA) menunjukkan lebar daun yang relatif lebih sempit.

Tabel 4. Pengaruh pemberian air berbeda dan aplikasi cendawan mikoriza terhadap hasil tanaman selada

Perlakuan Rata-rata (g/pot)

A = kadar air 50% KL, tanpa CMA 7.49 b B = kadar air 50 % KL, 12,5 g CMA 10.90 a

C = kadar air 50 % KL, 25 g CMA 9.88 a

D = kadar air 100 % KL, tanpa CMA 11.62 a E = kadar air 100 % KL, 12,5 g CMA 11.47 a

F = kadar air 100 % KL, 25 g CMA 10.64 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5 %

Kolonisasi Mikoriza

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian air berbeda dan aplikasi CMA berpengaruh nyata terhadap kolonisasi mikoriza. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian air 50 % KL pada tanaman yang diinokulasi CMA 12.5 g/tanaman (perlakuan C) memberikan kolonisasi yang paling tinggi (150.00) dan tidak berbeda dengan perlakuan B, E dan F, tetapi berbeda dengan perlakuan A dan D. Tanaman yang diinokulasi CMA lebih tinggi kolonisasinya dibandingkan dengan tanaman yang tidak diinokulasi CMA. Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pada tanaman yang tidak diinokulasi CMA memberikan nilai kolonisasi yang cukup rendah (perlakuan A yaitu air 50 % KL, tanpa CMA dan pe rlakuan D yaitu air 100%, tanpa CMA).

(6)

Tabel 5. Pengaruh pemberian air berbeda dan aplikasi cendawan mikoriza terhadap kolonisasi mikoriza

Perlakuan Rata-rata

A = kadar air 50% KL, tanpa CMA 20.00 b

B = kadar air 50 % KL, 12,5 g CMA 147.67 a

C = kadar air 50 % KL, 25 g CMA 150.00 a

D = kadar air 100 % KL, tanpa CMA 25.00 b E = kadar air 100 % KL, 12,5 g CMA 119.00 a F = kadar air 100 % KL, 25 g CMA 119.33 a

Keterangan:Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5 %

Derajat Infeksi Mikoriza

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa tanaman yang diinokulasi CMA lebih tinggi persentase infeksi akarnya dibandingkan dengan tanaman yang tidak diinokulasi CMA. Sedangkan pada tanaman yang tidak diinokulasi CMA memberikan nilai derajat infeksi yang cukup rendah (perlakuan A dan D). Hal ini menunjukkan bahwa inokulan yang diberikan dapat menginfeksi akar tanaman selada. Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa tanaman yang diberi CMA menunjukkan jumlah hifa, spora dan jumlah vesikul yang tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tanpa diberikan CMA. Perlakuan yang memberikan nilai tertinggi adalah perlakuan B (Air 50 % KL dengan 12,5 g CMA/tanaman). Menurut Abbot dan Robson (1982), hifa dari cendawan mikoriza dapat memperpendek jarak yang ditempuh oleh hara tanaman dalam berdifusi melalui tanah kedalam akar tanaman.

Tabel 6. Pengaruh pemberian air berbeda dan aplikasi cendawan mikoriza terhadap derajat infeksi mikoriza

Perlakuan Rata-rata (%)

jml hifa jml spora jml vesikul

A = kadar air 50% KL, tanpa CMA 2 1 0

B = kadar air 50 % KL, 12,5 g CMA 31 17 2

C = kadar air 50 % KL, 25 g CMA 30 21 7

D = kadar air 100 % KL, tanpa CMA 0 2 0

E = kadar air 100 % KL, 12,5 g CMA 27 13 1

F = kadar air 100 % KL, 25 g CMA 25 13 1

Keterangan:Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5 %

(7)

KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Aplikasi CMA berpengaruh nyata terhadap kolonisasi mikoriza, bobot kering tajuk, dan hasil (bobot segar tanaman), tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun dan bobot kering akar .

2. Aplikasi CMA pada keadaan deficit air yang baik adalah sebanyak 12,5 g/tanaman dibandingkan dengan aplikasi CMA 25 g/tanaman.

3. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan dilakukan penelitian tentang aplikasi CMA dengan variasi dosis yang lebih kecil dengan keadaan air tanah yang lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, L.K. and A.D. Robson, 1982. The role of vesicular, aebuscular mycorhizal fungi in agriculture and the selection of fungi for inoculation. Aust. Journal of Agriculture Research 33:398 – 408.

Kramer, P.J. 1969. Plant and Soil Relationship, A. Modern Synthesis. Tata-McGraw Hill. Publ. Co. Ttd. New Delhi 482 p

Sieverding, E. 1991. Vesicular-Arbuscular Mycorhiza Management in Tropical Agrosystems. Technical Cooperation. Eschborn.

Wood, M. 1989. Friendly fungi, that live with plant roots in 1989. Organic Recycling in Asia and the Pasific. Rapa Bulletin Abstracts 6:32.

Gambar

Tabel  5.  Pengaruh  pemberian  air  berbeda  dan  aplikasi  cendawan  mikoriza  terhadap     kolonisasi mikoriza

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membuat aplikasi berita secara sederhana, langkah pertama adalah merancang tabel-tabel database yang diperlukan.. Membuat File

pelaksanakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang bantuan dan jaminan sosial, pemberdayaan kesejahteraan sosial, rehabilitasi dan pelayanan kesejahteraan

Variabel respon dalam penelitian ini adalah jenis pelanggaran lalu lintas di Kota Surabaya bulan Desember 2016 yang dibedakan menjadi tiga kategori yaitu

PERNYATAAN Ketika saya dikuasai oleh amarah, saya menentang banyak nasehat dari orang lain Ketika marah, saya ingin berkelahi dengan orang lain Orang terdekat menjadi sasaran

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah menganalisis putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79/PUU-IX/2011 Tentang Kementerian Negara dalam Hal

Tidak adanya perbedaan kecemasan menjelang bebas pada narapidana jika ditinjau dari jenis kelamin dan sisa masa pidana disebabkan oleh adanya dukungan dari keluarga

Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu pada hari ini bersama-sama akan belajar mengenai penyakit yang bisa menyerang setiap alat

spektr anya dan kemometr ika (SIMCA dan PCA) digunakan untuk mengolah data spektr anya dengan menggunakan bahan kopi Ar abika dan Robusta yang ber asal dar i Lampung Bar at