• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI GOWA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA

DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI GOWA

Abd. Rahman

1

, Herman Djewarut

2

, La Herman La Suhu

3 1Poltekkes Kemenkes Makassar

2Poltekkes Kemenkes Makassar 3STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Depresi adalah salah satu gangguan jiwa pada alam perasaan. Depresi pada lansia secara umum disebabkan oleh faktor biologis, salah satu diantaranya adalah tipe kepribadian, dimana tipe kepribadian ini terbagi atas : tipe kepribadian ekstovert yaitu kepribadian yang bersifat terbuka, introvert yaitu kepribadian yang bersifat tertutup, dan ambivert yaitu kepribadian campuran yang memiliki keseimbangan psikologi antara introvert dan ekstrovert. Kepribadian dapat merubah diri seseorang pada kondisi dan keadaan tertentu, termasuk lansia. Oleh sebab itu untuk mengetahui kejadian depresi pada lansia, perlu mengetahui tipe kepribadian yang merupakan salah satu faktor penyebab depresi pada lansia.Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan kejadian depresi pada lansia dipanti sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal dipanti sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa tahun 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pengolahan data menggunakan SPSS 16 dengan uji Fisher's Exact.Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang mempunyai tipe kepribadian dengan persentase tertinggi yaitu tipe kepribadian ambivert sebanyak 28 orang (93,3%), dan tipe kepribadian terendah adalah introvert sebanyak 2 orang (6,7%). Lansia dipanti sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa, sebagian besar tidak mengalami depresi yaitu sebanyak 27 orang (90%), dan yang paling rendah adalah depresi 3 orang (10%). Tipe kepribadian ambivert dengan tidak depresi sebanyak 27 orang (90%), Sedangkan tipe kepribadian ambivert dengan kejadian depresi 1 orang (3,3%) tipe kepribadian introvert dengan kejadian depresi sebanyak 2 orang (6,7%), hasil Fisher's Exact Test diperoleh nilai p = 0,007 yang berarti < 0,05

Kata kunci: Tipe Kepribadan, Depresi Lansia

PENDAHULUAN

Saat ini penduduk usia lanjut (Lansia). Dunia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (Satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun). Pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju, pertambahan populasi/ penduduk lanjut usia telah diantisipasi dari awal abad ke-20 ini. Pada tahun 2005-2010, jumlah lanjut usia berkisar 19,3 juta jiwa 9% dari jumlah penduduk. Selain itu Indonesia akan menduduki peringkat negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun ( Nugroho, 2008 ).

Peningkatan jumlah lansia merupakan permasalahan suatu negara karena saat ini banyak lansia yang terlantar, tidak mempunyai bekal hidup, pekerjaan, atau penghasilan, tinggal sebatang kara, untuk itu dukungan dari pihak pemerintah maupun swasta sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini. Apabila permasalahan ini tidak bisa diatasi maka kemungkinan akan mempengaruhi

kondisi lansia itu sendiri, baik kondisi fisik maupun kondisi mentalnya.

WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020 depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung di negara berkembang. Prevalensi depresi pada lansia di dunia sekitar 8-15%. Hasil metaanalisa dari berbagai Negara di dunia diperoleh prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5% dengan perbandingan wanita dan pria adalah 14,1:8,6. Sementara prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45% (Medicastore, 2008).

Sebuah penelitian di Amerika, pada hampir 10 juta orang Amerika menderita depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50% sampai 75% penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Oleh karena itu, depresi merupakan gangguan

(2)

psikiatri yang paling banyak terjadi pada lansia (Hermana, 2009).

Pada lansia dengan tipe kepribadian introvert rentan terjadi depresi. Apabila hal ini berkelanjutan lansia akan mengalami krisis mental, bilamana tidak teratasi maka lansia yang bersangkutan akan jatuh kedalam keadaan yang lebih buruk lagi (bunuh diri) (Maramis, 2009:577).

Untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia baik fisik maupun jiwa dalam hal ini sangat diperlukan adanya dukungan yang positif, lingkungan yang sehat, terpenuhinya kebutuhan lansia, Panti merupakan salah satu tempat tinggal pilihan bagi lansia untuk melanjutkan hidupnya, seperti Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji yang terletak di jalan poros malino Kab. Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.

Dari paparan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan kejadian depress pada lansia dip anti social tresna werdha gau mabaji gowa yang merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami lansia di Panti Sosial Tresna Werda Gau Mabaji Gowa.

BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi dan Sampel

Berdasarkan masalah penelitian, maka Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, berdasarkan penelitian ini maka metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu melakukan observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat dan tidak ada follow up. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.

Sampel tersebut kemudian dipilah berdasarkan karakteristik dan kriteria sampel berdasarkan :

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi responden 2) Lansia berusia 60 – 90 tahun 3) Mampu berkomunikasi verbal 4) Mobilitas aktif

b. Kriteria Eksklusi

1) Menderita Demensia (pikun) berat. 2) Mengundurkan diri pada saat proses

sedang perlangsung.

3) Pulang atau meninggal pada saat proses sedang berlangsung.

Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data yang dikembangkan oleh peneliti menurut variabel yang akan diteliti dan berdasarkan tinjauan literatur.

Instrument penelitian ini atas data demografi dan pertanyaan yang menggambarkan Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kejadian Depresi Pada Lansia. Data demografi meliputi Umur, Pendidikan, Status Perkawinan, agama, Lama Huni Panti, Alasan Masuk Panti.

Kuisioner yang dibuat berbentuk tertutup disediakan alternatif jawaban yaitu responden “YA” dan responden “TIDAK”. Setiap pertanyaan di kuisioner diberikan skor dengan menggunakan skala Guttman dengan interval jawaban yaitu “YA” diberi skor 1 dan “TIDAK” diberi skor 0. Pengolahan data dilakukan dengan :

1. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data , memeriksa kesinambungan data, dan memeriksa keseragaman data.

2. Coding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu, untuk setiap jawaban atau pengkodean Tabulasi. 3. Dilakukan untuk memudahkan dalam pengelompokkan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa.

Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul dan telah diberikan skoring maka dilakukan analisa data dengan menggunakan komputerisasi program SPSS.

a. Analisa univariat

Analisa dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian terutama untuk melihat tampilan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap-tiap variabel.

b. Analisa bivariat

Analisa dilakukan untuk melihat hubungan dari variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji fisher’s exact. dengan tingkat kemaknaan α 0,05 dengan penilaian sebagai berikut :

1) Dikatakan tidak ada hubungan jika ρ ≥ α 0,05

2) Dikatakan ada hubungan jika ρ < α 0,05

HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa 2013

(3)

Umur Responden Frekuensi Persentase (%) 60 – 64 tahun 3 10 65 – 70 tahun 6 20 71 - 75 tahun 13 43,3 76 – 80 tahun 8 26,7 Total 30 100

Sumber: data primer juli 2013

Distribusi frekuensi berdasarkan umur dari 30 responden, 3 responden (10%) berumur antara 60 – 64 tahun, 6 responden (20%) berumur 65 – 70 tahun, 13 responden (43,3%) berumur antara 71-75 tahun, dan 8 responden (26,7%) berumur 76-80 tahun.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa 2013

Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Tidak Sekolah 23 76;7 SD SMP 5 2 16,6 6,7 Total 30 100

Sumber: data primer juli 2013

Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan dari 30 responden, 23 responden (76,7%) tidak sekolah, 5 responden (16,6%) pendidikan yang tidak tamat SD, dan sementara hanya 2 responden (6,7%) yang tamat SMP.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa 2013 Status Perkawinan Frekuensi Persentase (%) Tidak Kawin 5 16,6 Janda 25 83,4 Total 30 100

Sumber: data primer juli 2013

Distribusi frekuensi responden berdasarkan status perkawinan dari 30 responden, terdapat sebanyak 25 responden (83,4%) sudah berstatus janda, dan 5 responden (16,6%) tidak kawin.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa 2013

Agama Responden Frekuensi Persentase (%) Islam 28 93,3 Kristen 2 6,7 Total 30 100

Sumber: data primer juli 2013

Distribusi frekuensi responden berdasarkan agama, dari 30 responden, yaitu 28 responden (93,3%) beragama Islam dan 2 responden (6,7%) beragama Kristen.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa 2013

Lama Huni Panti Frekuensi Persentase (%) < 1 tahun 1 – 5 tahun 5-10 tahun > 10 tahun 4 10 4 12 13,3 33,3 13,3 40,1 Total 30 100

Sumber: data primer juli 2013

Distribusi frekuensi berdasarkan lama huni di panti sebanyak 12 orang (40,1%) yang lebih dari 10 tahun menghuni panti, sementara masing-masing 4 responden (13,3%) yang sudah tinggal 3 bulan – 1 tahun dan 5 – 10 tahun.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa 2013

Alasan

Masuk Panti Frekuensi

Persentase (%) Sukarela Terpaksa Dipaksa Dilema 23 2 4 1 76,7 6,7 13,3 3,3 Total 30 100,0

Sumber: data primer juli 2013

Berdasarkan tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 30 orang menunjukkan bahwa 23 responden (76,7%). Masuk ke panti secara sukarela, 2 responden (6,7%) masuk ke panti secara terpaksa, 4 responden (13,3%) masuk ke panti dengan alasan dilemma, sementara 1 responden (3,3%) masuk dengan dipaksa.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa 2013

(4)

Tipe Kepribadian Frekuensi Persentase (%) Ambivert Introvert Ekstrovert 28 2 0 93,3 6,7 0 Total 30 100

Sumber: data primer juli 2013

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat dilihat distribusi responden berdasarkan tipe kepribadian di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa, yang mempunyai tipe kepribadian dengan persentase tertinggi yaitu ambivert dengan 28 responden (93,3%), sementara 2 responden (6,7%) mempunyai tipe kepribadian introvert dan responden yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert tidak ditemukan (0%).

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa 2013

Kejadian Depresi Frekuensi Persentase (%) Tidak Depresi 27 90 Depresi 3 10 Total 30 100

Sumber: data primer juli 2013

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 30 orang, menunjukkan yang tidak depresi lebih banyak dari pada yang terjadi depresi. Dimana responden yang tidak depresi sebanyak 27 orang (90,%), sedangkan yang terjadi depresi sebanyak 3 orang (10%).

2. Analisa Bivariat

Tabel 9. Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kejadian Depresi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa 2013 Tipe Kepri badian Kejadian Depresi Jumlah Tidak Depresi Depresi N % N % N % Ambivert 27 90 1 3,3 28 93,3 ntrovert Ekstrovert 0 0 0 0 2 0 6,7 0 2 0 6,7 0 Jumlah 27 90 3 10 30 100 P = 0.007 Sumber: data primer juli 2013

Dari tabel 5.9 diatas, memperlihatkan bahwa dari 30 responden, yang mengalami depresi yaitu tipe ambivert ada 1 responden (3,3%), dan tipe introvert 2

responden (6,7%), dan responden yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert tidak ditemukan (0%).

Dari hasil Fisher's Exact Test diperoleh nilai p = 0,007 yang berarti > dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan kejadian depresi.

PEMBAHASAN

1. Tipe Kepribadian Lansia

Dari hasil penelitian di PSTW Gau Mabaji didapatkan sampel yang memiliki tipe introvert sebanyak 2 responden (6,7%). Dari kedua responden tersebut memiliki karakteristik pendiam, suka menyendiri di kamar, tidak suka keramaian, sulit untuk memulai pembicaraan.

Jika hal di atas dihubungkan dengan pernyataan Carl Gustav Jung didapatkan kesamaan, yaitu kepribadian introvert bersifat tertutup dan berorientasi kepada diri sendiri, sehingga sifatnya pendiam, jarang bergaul, suka menyendiri, dan sukar untuk menyesuaikan diri, lebih berpikir ke arah subjektif atau dirinya sendiri, memerlukan teritorial mereka sendiri, tampak penuh pemikiran, biasanya tidak mempunyai banyak teman, sulit membuat hubungan baru, menyukai konsentrasi dan kesunyian, tidak suka dengan kunjungan yang tidak diharapkan dan tidak suka mengunjungi orang lain, bekerja dengan baik sendirian.

Karakter introvert lebih cocok dengan kegiatan yang bersifat individual seperti melukis, menulis buku, bermusik, program komputer, dan semacamnya.

Sedangkan sampel uji tipe ambivert sebanyak 28 responden (93,3%). Dari kebanyakan responden memiliki karakteristik suka bergaul, menyukai keramaian, suka berkumpul dengan teman-teman, ramah, suka menyapa orang, menyukai hal-hal positif seperti pengajian, membuat ketrampilan namun kadang-kadang merasa kesulitan dalam menjalankannya karena takut gagal. Pernyataan lansia di PSTW Gau Mabaji sama dengan pernyataan Carl Gustav Jung bahwa kepribadian ambivert atau kepribadian campuran yang tidak dapat digolongkan kedalam kedua tipe kepribadian oleh karena sifatnya bervariasi. Ambivert adalah tipe karakter yang memiliki keseimbangan psikologi antara introvert dan ekstrovert, suka bersosialisasi dan berkumpul dengan banyak orang dan membicarakan banyak hal. Disisi lain mereka juga suka menyendiri dan menjauh

(5)

dari lingkungan seperti tipe introvert. Responden yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert tidak ditemukan (0%).

2. Kejadian Depresi Lansia

Dari hasil penelitian di PSTW Gau Mabaji didapatkan 27 responden (90%) memiliki kondisi kesehatan jiwa yang baik sehingga menurut penilaian yang peneliti lakukan berdasarkan jawaban atau pernyataan lansia pada 13 kuesioner Beck and Deck Depression Inventory bahwa dari 30 sampel yang tidak mengalami depresi sebanyak 27 responden dengan skor (0-4) dan didapatkan 3 responden (10%) yang menderita depresi.

Dari ke tiga responden yang mengalami depresi pada saat wawancara menyatakan; cepat lelah, kehilangan minat, sering merasa bersalah, aktivitas sehari-hari kurang semangat/ kehilangan minat, kurang percaya diri, merasa bersalah, nafsu makan menurun dan suka menyendiri.

Dikatakan depresi bila terdapat gangguan pola tidur, menurunya tingkat aktivitas, pada umumnya orang yang mengalami depresi menunjukan prilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti menonton TV, makan dan tidur.

Menurunnya efisiensi kerja, penyebab jelas orang yang depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu objek, sehingga sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas, kebanyakan melakukan hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna seperti, melamun, merokok terus menerus, sering menelpon yang tidak perlu. Hasil kerjanya tidak terstruktur, kacau, dan lamban. Menurunnya produktivitas kerja, kehilangan motivasi, tidak bisa menikmati dan merasakan kepuasan. cepat lelah, mudah merasa letih dan sakit.

Kehilangan rasa percaya diri, memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif lainnya. Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga, sedih, murung, dan lebih suka menyendiri. Merasa diri tidak berguna, merasa gagal, perasaan bersalah, merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain, gangguan interaksi, perasaan minder, malu, cemas.

Pernyataan dari responden di atas bila dikaitkan dengan teori maka 3

responden tersebut menderita depresi dengan skor ≥5.

3. Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Depresi Pada Lansia

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa tidak depresi didominasi oleh tipe kepribadian ambivert sebanyak 90%. Sedangkan kejadian depresi yang dialami oleh tipe kepribadian ambivert 3,3% dan introvert 6,7%. hasil Fisher's Exact Test diperoleh nilai p = 0,007 yang berarti lebih kecil > dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan kejadian depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Lansia yang memiliki kepribadian introvert pada dasarnya memiliki kecenderungan terjadi depresi.

Hasil penelitian Ebit Rumbia yang telah dilakukan ditempat dan waktu yang berbeda yaitu terdapat hubungan antara tipe kepribadian introvert dengan depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Dharma Ponggalan Yogyakarta 2008. Dengan menggunakan analisa data dengan Uji Friedman (x2), didapatkan hasil nilai signifikansi (p) 0,000 dan jika dibandingkan dengan α = 5%, maka p < 0,05, sehingga Ho ditolak.

Sehingga dengan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut peneliti mengambil satu asumsi bahwa lansia yang berada di PSTW Gau Mabaji Gowa, juga mengalami hal yang sama dengan lansia yang lain karena kelompok lansia pada umumnya cenderung mengalami stres dan kejadian ini jika terjadi berlarut-larut dapat memicu terjadinya depresi. Hal ini disebabkan oleh kemampuan untuk beradaptasi pada lansia terjadi penurunan, akibatnya prognosis depresi pada lansia semakin jelek.

Lansia dikatakan normal jiwanya apabila depresi yang dialaminya masih sebanding dengan penyebabnya dan kembali kealam sadar atau pulih dari depresinya dengan mekanisme pertahanan diri itu sendiri tanpa menggunakan obat. Untuk itu perlu adanya dukungan sosial baik dalam bentuk dukungan moral, dukungan spiritual dan dukungan material.

Tujuan pemberian dukungan ini adalah untuk ikut meringankan beban bagi seseorang atau sekelompok orang yang menghadapi masalah yang dirasakan cukup berat. Dukungan yang diberikan merupakan suatu dorongan untuk mengobarkan semangat hidupnya, menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang peduli, merasa

(6)

dirinya masih berharga dan berarti bagi orang lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Tipe kepribadian lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa sebagian besar termasuk tipe kepribadian Ambivert yaitu 28 responden(93,3%).

2. Kejadian depresi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa lansia yang mengalami depresi yaitu 3 responden (10%).

3. Ada hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan kejadian depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa dengan nilai signifikansi p = 0,007.

SARAN

1. Kegiatan rutin di panti harus tetap dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan

untuk mengembangkan persepsi diri lansia yang positif dan realistik sesuai tipe kepribadian.

2. Pengembangan kegiatan di panti yang bersifat rekreatif dengan maksud untuk meningkatkan hubungan interpersonal lansia terhadap orang lain dan lingkungan tetap dipertahankan.

3. Perlu adanya pelayanan psikologis (konsultasi) pada lansia untuk mengetahui lebih lanjut masalah depresi dan konsep solusinya.

4. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi depresi pada lansia dan metode penelitian pada lansia sebaiknya menggunakan penelitian kualitatif.

5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan metode yang berbeda tentang pengaruh tipe kepribadian kaitannya dengan lansia demi tercapainya tingkat kesehatan jiwa yang optimal bagi lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson. Dkk.(2010). Pengantar psikologi. Jilid 2. Interaksara. jakarta Djaali.H,(2011). Psikologi Pendidikan,cet 4, Bumi Aksara, jakarta

Efendi. F & Makfudli,( 2009). Keperawatan kesehatan komunitas; teori dan praktik dalam keperawatan, Salemba Medika. Jakarta

Hawari, (2011). Manajemen Stres, Cemas Dan Depresi, ed 2 cetakan ke 2, FKUI, Jakarta Hermana, (2009). http://www.e-psikologi.com/ depresi/diakses tanggal 27 Maret 2013. http:// medicastore.com. diakses tanggal 19 maret 2013

Iskandar.Y, (2009). Tes Bakat, Minat, Sikap, & Personaliti MMPI-DG, cet 9, Darma Graha, Jakarta Kementrian Sosial RI (2009) http://yanrehsos.depsos.go.id/tanggal 24 maret 2013

Lubis.N.L,( 2009). Depresi Tinjauan Psikologis, Edisi 1, Kencana.jakarta Lumbantobing,( 2009). Neurogeriatri, FKUI, Jakarta

Maramis, WF. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. ed 2, Airlangga University Press. Surabaya. Maslim, R. (2003). Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Rinngkas dari PPDGJ III. Jakarta. Nugroho.(2008).”Keperawatan gerontk & geriatrik” Edisi 3, EGC. Jakarta

Notoatmojo. S,( 2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Ed Revisi Cetakan Pertama, Rineka Cipta. Jakarta Nursalam, (2009). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: pedoman skripsi, tesis dan

instrumen penelitian, Ed 2, Salemba. Jakarta

Prasetyono. D. S, (2010). Cara Ampuh Memahami Tes Psikometrik, Cetakan Pertama, BukuBiru. Jogjakarta Rebecca & young, (2010). Mengenali, Mengatasi, dan Mengantisipasi Depresi, IKAPI, Gramedia, Jakarta

(7)

Santoso.S, (2010). Teori- Teori Psikologi Sosial, Refika Aditama. Bandung.

Sastroasmoro. S, (2008). Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Ed 3, Sagung Seto. Jakarta Sunaryo. (2009). Psikologi untuk Keperawtan. EGC. Jakarta.

Suryabrata. S, (2010). Psikologi Kepribadian, Ed 1, Rajawali pers, Jakarta.

Tambunan.N.R, (2010). Tes Kepribadian, Cetakan pertama, Tangga pustaka, Jakarta

Gambar

Tabel  2.  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan  Pendidikan  di  Panti  Sosial  Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa 2013
Tabel  8.  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan Agama di Panti Sosial Tresna  Werdha Gau Mabaji Gowa 2013

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data uji hipotesis menggunakan uji-t, diperoleh t hitung &gt; t tabel yaitu 3,58&gt;1,67 yang artinya penerapan model pembelajaran Structured

Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir mampu menerangkan keragaman konsumsi sebesar 30% dan seluruh

Dalam mengikuti tes masuk perguruan tinggi terdapat 120 soal, ditetapkan bahwa setiap menjawab soal benar diberi skor 4, menjawab soal salah diberi skor –2

‘I didn’t think it would be like this,’ said Kadiatu.. ‘I didn’t think it would be so complicated.’ She lowered her

‘I don’t like the look of this at all,’ said the Doctor.. Without knowing how or why, he, Sheldukher and the Cell had appeared inside a huge and completely empty

Warga belajar merupakan faktor yang penting dalam kegiatan pemberdayaan, tanpa adanya warga belajar maka kegiatan pemberdayaan tidak dapat berjalan. Sasaran dari program

Nyssa said worriedly, ‘That voice, Doctor, what was it?’ ‘The Mara — speaking through Tegan’s mouth.’.. Nyssa tried to remember the Doctor’s account of events on

Penulis juga memberikan pertanyaan kepada beberapa orang guru dan staf perpustakaan, pertanyaan tersebut berisikan adakah pengaruh dari pengorganisasian manajemen