• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DAN SUMBAWA TANGGAL 6-10 FEBRUARI 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DAN SUMBAWA TANGGAL 6-10 FEBRUARI 2017"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DAN SUMBAWA

TANGGAL 6-10 FEBRUARI 2017

Sumber: www.google.com

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOSFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT-NTB

FEBRUARI 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT – NTB

Alamat : Jl. TGH. Ibrahim Khalidy Telp.(0370)674134, Fax.(0370)674135, Kediri-Lobar, NTB 83362 Website : http://iklim.ntb.bmkg.go.id

Email : staklim.kediri@bmkg.go.id

(2)

ANALISIS KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DAN SUMBAWA

TANGGAL 6-10 FEBRUARI 2017

Oleh : Tim Stasiun Klimatologi Lombok Barat- NTB I. PENDAHULUAN

Kondisi curah hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung pada bulan Desember 2016 masih berlanjut hingga awal Februari 2017. Kondisi ini menyebabkan beberapa wilayah di NTB mengalami kejadian curah hujan ekstrim dan banjir, salah satunya adalah di wilayah Sumbawa dan Lombok Timur. Hujan dengan intensitas lebat yang terjadi di Sumbawa selama lima hari berturut-turut menyebabkan sebagian sungai di wilayah Sumbawa meluap dan menyebabkan banjir. Selain di wilayah Sumbawa, hujan berturut-turut selama beberapa hari juga terjadi di wilayah Lombok Timur yang juga menyebabkan sebagian sungai meluap. Dilansir dari TEMPO.CO akibat hujan deras beberapa hari menyebabkan putusnya jembatan di wilayah Sambelia sehingga menyulitkan akses dari atau menuju kecamatan terdekat di Pringgabaya. Selain putusnya jembatan terdapat bendungan yang jebol dan terjadi genangan setinggi 50 cm.

Wilayah Lombok Timur yang terdampak banjir yaitu desa Sambelia, Sugian, Darakunci, Belanting, dan Jerowaru. Sedangkan untuk wilayah Sumbawa terdampak banjir menurut data yang dilansir dari SUARANTB.COM yaitu :

1. Kelurahan Brangbara sebanyak 214 KK atau 584 jiwa terdampak dengan ketinggian air mencapai 100 cm.

2. Kelurahan Brang Biji sebanyak 72 KK atau 288 jiwa terdampak.

3. Kelurahan Pekat sebanyak 35 KK atau 135 jiwa terdampak.

4. Kelurahan Bugis sebnyak 207 KK atau 966 jiwa terdampak dengan ketinggian air mencapai 100 cm. Banjir merendam rumah warga di sepanjang aliran sungan Brang Bara.

5. Desa Labuhan, Kec. Labuhan Badas terendam air setinggi 50 cm. Dengan rincian tiga dusun terdampak banjir, yaitu Dusun Kali Baru sebanyak 560 KK atau 2.075 jiwa, Dusun Pasir sebanyak 587 KK atau 2.261 jiwa an Dusun Padak sebanyak 1.552 KK atau 5.715 jiwa.

6. Kec. Empang sebanyak 1.885 KK atau 4.342 jiwa terdampak dengan ketinggian air 100 cm.

7. Kec. Tarano sebanyak 1.471 KK atau 5.884 jiwa terdampak dengan ketinggian air mencapai 100 cm.

(3)

II. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER A. Analisa Citra Satelit Awan

Dari pantauan citra satelit awan dari tanggal 6 – 10 Februari 2017 dapat dilihat pertumbuhan awan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia salah satunya di NTB. Awan konvektif yang terbentuk di atas wilayah NTB diakibatkan oleh adanya kemunculan tekanan rendahyang masih bertahan hingga awal Februari. Pumpunan awan yang berada di atas wilayah NTB terjadi sepanjang hari menimbulkan peluang terjadinya hujan lebat. Akumulasi curah hujan yang tinggi dengan durasi yang cukup lama di beberapa pos pengamatan pada beberapa hari merupakan salah satu penyebab banjir di wilayah Lombok Timur dan Sumbawa.

Gambar 2.1 Citra Satelit Tanggal 6 Februari jam 18.00 Wita Gambar 2.2 Citra Satelit Tanggal 7 Februari jam 18.00 Wita

Gambar 2.3 Citra Satelit Tanggal 8 Februari jam 18.00 Wita Gambar 2.4 Citra Satelit Tanggal 9 Februari jam 18.00 Wita

(4)

Gambar 2.5 Citra Satelit Tanggal 10 Februari jam 18.00 Wita

(Sumber : http://weather.is.kochi-u.ac.jp/sat/gms.sea/2017/02)

B. Analisa Angin (Streamline) dan Tekanan Udara

Analisa angin pada tanggal 6 – 10 Februari 2017 terlihat adanya daerah belokan angin dan wilayah konvergensi di atas wilayah NTB. Tekanan rendah yang berada di wilayah Selatan Indonesia khususnya di selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara masih bertahan hingga awal Februari. Tekanan rendah yang aktif di selatan wilayah NTB menyebabkan arah angin secara signifikan menuju ke arah wilayah Bali – Nusa Tenggara. Beberapa tekanan rendah aktif di selatan Indonesia menyebabkan terbentuknya palung tekanan rendah di wilayah selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara dengan nilai tekanan udara berkisar 990 mb – 1007 mb. Angin bertiup dari arah Barat dan bertemu serta terjadi belokan di atas wilayah NTB. Monsun barat yang cukup aktif menyebabkan angin yang terkumpul di wilayah Bali- Nusa Tenggara salah satunya NTB membawa cukup banyak uap air baik dari arah asia.

Hingga tanggal 11 Februari 2017 tekanan rendah di selatan Indonesia masih terjadi dengan tekanan udara berkisar 1002 - 1007 hpa. Tekanan udara terendah pada palung tekanan di wilayah selatan Indonesia terjadi pada tanggal 9 Februari 2017. Kondisi palung tekanan rendah yang masih bertahan cukup lama memberikan dampaak khususnya angin kencang dalam beberapa hari di wilayah Bali – Nusa Tenggara khususnya wilayah NTB hingga pertengahan Februari.

(5)

Gambar 2.6 Peta Analisis Angin Tanggal 6 Februari 2017 jam 20.00 Wita

Gambar 2.7 Peta Analisis Angin Tanggal 7 Februari 2017 jam 20.00 Wita

(6)

Gambar 2.8 Peta Analisis Angin Tanggal 8 Februari 2017 jam 20.00 Wita

Gambar 2.9 Peta Analisis Angin Tanggal 9 Februari 2017 jam 20.00 Wita

(7)

Gambar 2.10 Peta Analisis Angin Tanggal 10 Februari 2017 jam 20.00 Wita (Sumber : http://www.bom.gov.au/australia/charts/archive/index.shtml)

C. Analisis Angin Zonal (Timur-Barat)

Berdasarkan peta rata-rata angin zonal (Gambar 2.11 a dan b) pada tanggal 6 – 10 Februari 2017 di wilayah Indonesia memiliki nilai positif kecuali Wilayah Sumatera bagian Utara dan Kaliamantan bagian Utara. Hal ini menandakan angin baratan bertiup di atas wilayah Indonesia.

Nilai rata-rata angin zonal terlihat cukup signifikan di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara salah satunya NTB dengan nilai angin zonal mencapai 12 - 14. Nilai angin zonal yang besar menunjukkan kuatnya angin baratan yang terjadi pada tanggal 6 – 10 Februari 2017 jika dibandingkan dengan klimatologinya (berdasarkan data tahun 1981 – 2010) yang hanya memiliki nilai 4 - 6.

Pembentukan awa-awan konvektif semakin signifikan yang menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah NTB.

Secara vertikal (Gambar 2.12 a dan b) pada 8⁰LS - 9⁰LS, wilayah NTB terletak di bujur 115⁰ BT - 120⁰ BT (pada kotak hitam). Nilai angin zonal secara vertikal di atas NTB bernilai positif yaitu berkisar antara +5 s/d +15. Nilai postif tersebut terlihat hingga ketinggian lebih dari 300 mb. Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan angin baratan tidak hanya terjadi pada lapisan bawah, tetapi hingga lapisan atas yang cukup tinggi dan stabil. Kondisi ini menunjukkan dominasi angin baratan

(8)

dalam pembentukan awan konvektif cukup signifikan yang mengakibatkan peningkatan curah hujan di wilayah NTB. Jika dibandingkan dengan klimatologinya (berdasarkan data tahun 1981 – 2010) angin zonal yang terjadi di atas NTB memiliki nilai positif berkisar antara 0 s/d +5. Nilai positif angin zonal hanya terjadi hingga lapisan 700 mb atau lapisan permukaan, sedangkan untuk lapisan atas angin zonal masih di dominasi angin timuran di tandai dengan nilai negatif.

(a) Angin Zonal (b) Normal Angin Zonal Gambar 2.11 Peta Komponen Angin Zonal di Indonesia

(Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

(a) Angin Zonal Vertikal (b) Normal Angin Zonal Vertikal Gambar 2.12 Peta Angin Zonal Secara Vertikal ( wilayah 8⁰LS - 9⁰LS)

(Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

(9)

D. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Nilai r a t a - r a t a OLR ( G a m b a r 2 . 1 3 a d a n b ) dari tanggal 6 – 10 Februari 2017 di wilayah NTB pada umumnya menunjukkan nilai yang sangat rendah. Nilai OLR yang rendah menunjukkan bahwa tutupan awan di wilayah tersebut sangat signifikan (banyak dan tebal) hal ini dapat mengindikasikan banyaknya pertumbuhan awan konvektif di wilayah NTB. Nilai OLR yang tergambar pada peta yaitu berkisar antara 170 - 180 W/m2 cukup rendah dibandingkan dengan klimatologinya yaitu berkisar 200 - 210 W/m2 . Anomali OLR yang ditunjukkan pada peta (Gambar 2.14) cukup besar berkisar antara -40 s/d -30 W/m², yang artinya nilai OLR ini menunjukkan pertumbuhan awan-awan konvektif yang cukup dominan diwilayah NTB pada tanggal 6 -10 Februari 2017.

(a) Rata-rata OLR (b) Normal OLR Gambar 2.13 Peta Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Gambar 2.14 Peta Anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) (Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

(10)

E. Suhu Permukaan Laut (Sea Surface Temperature)

Anomali rata-rata SST selama tanggal 6 – 10 Februari 2017 menunjukkan di wilayah Nusa Tenggara Barat pada umumnya lebih dingin. Nilai anomali SST berkisar antara -0.8⁰C s/d -0.6⁰C. Nilai anomali negatif menandakan suhu muka laut di sekitar NTB cukup dingin dan suplai uap air tidak terlalu signifikan dalam memicu pertumbuhan awan-awan konvektif penghasil hujan lebat.

Walaupun demikian, potensi pertumbuhan awan-awan konvektif masih bisa terjadi karena angin zonal cukup kuat dimana membawa uap air dari lautan asia.

Gambar 2.15 Anomali SST Indonesia (Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

F. Kelembaban Relatif (%)

Nilai kelembaban relative ( G a m b a r 2 . 1 6 a d a n b ) selama tanggal 6 – 10 Februari 2017 menunjukkan di wilayah Nusa Tenggara Barat pada umumnya lebih basah dibandingkan klimatologisnya (berdasarkan data tahun 1981 – 2010). Nilai kelembaban relative mencapai 85 % s/d 90%, sedangkan nilai klimatologisnya hanya berkisar 75% s/d 80%. Terdapat selisish atau anomali positif sebesar 105 s/d 15%, anomali positif menandakan udara basah dengan kandungan uap air signifikan terjadi di wilayah NTB. Banyaknya uap air yang ada di atas wilayah NTB menyebabkan peluang terbentuknya awan konvektif cukup tinggi.

Rata-rata kelembaban relative (Gambar 2.17 a dan b) selama tanggal 6 – 10 Februari 2017 secara vertikal pada 8⁰LS - 9⁰LS, wilayah NTB terletak di bujur 115⁰ BT - 120⁰ BT (pada kotak merah)

(11)

menunjukkan nilai kelembaban relative sebesar 80%-85% hingga ketinggian 800 mb. Secara vertikal udara basah terkumpul hinggal lapisan 800 mb menyebabkan peluang terbentuknya awan-awan penghasil hujan lebat di wilayah Nusa Tenggara Barat. Sedangkan untuk kondisi klimatologisnya (berdasarkan data tahun 1981 – 2010) nilai kelembaban relative menunjukkan nilai 75% - 80% hingga ketinggian 900 mb (lapisan permukaan).

(a) Rata-rata RH (b) Normal RH Gambar 2.16 Anomali Kelembaban Relatif (%) Indonesia

(Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

(a) Rata-rata RH Vertikal (b) Normal RH Vertikal

Gambar 2.17 Anomali Kelembaban Relatif (%) Secara Vertikal ( wilayah 8⁰LS - 9⁰LS) (Sumber : https://www.esrl.noaa.gov/)

(12)

III. ANALISIS CURAH HUJAN A. Intensitas Curah Hujan

Berdasarkan data curah hujan dari pos hujan kerjasama BMKG dan UPT BMKG di wiilayah NTB yang terkena dampak banjir terlihat bahwa curah hujan dengan intensitas yang cukup tinggi terjadi pada tanggal 6 – 10 Februari 2017. Beberapa pos hujan kerjasama di Kab.

Lombok Timur dan Kab. Sumbawa mencatat nilai curah hujan lebat dan hujan ekstrim, dimana kriteria curah hujan lebat adalah terukurnya curah hujan 50 – 100 mm dalam 24 jam (1 hari), sedangkan ekstrim adalah terukurnya curah hujan >100 mm dalam 24 jam (1 hari). Berikut adalah data curah hujan harian dari tanggal 6 – 10 Februari 2017 dari 38 Pos Hujan (Termasuk UPT BMKG Stasiun Meteorologi Sumbawa) yang tersebar di wilayah Lombok Timur dan Sumbawa.

Tabel 1. Data Curah Hujan Wilayah Terdampak Banjir Tanggal 6 s/d 10 Desember 2017 (dalam mm)

NO Kab/Kota POS HUJAN Tanggal 6 Tanggal 7 Tanggal 8 Tanggal 9 Tanggal 10 1

Kab.Lombok Timur

Aikmel - - 19 22 23

2 Jerowaru - 22 2 54 4

3 Wanasaba 37 15 47 26 3

4 Keruak - 9 2 43 3

5 Kokok Putih

Sembalun 57 48 38 151 166

6 Kotaraja 8 10 17 39 6

7 Labuhan Haji - 2 4 51 9

8 Labuhan Pandan 24 147 73 220 231

9 Lenek Duren 4 19 50 21 22

10 Masbagik 17 11 35 9 8

11 Sikur 0 - - 35 6

12 Pringgabaya - 18 36 25 75

13 Pringgasela 1 23 21 36 19

14 Rarang Selatan 4 0 27 6 -

15 Sakra Barat - - - 11 -

16 Sambelia 100 100 166 92 16

17 Sembalun 118 164 172 190 26

18 Sukamulia 8 1 4 10 39

19 Swela 0 1 56 64 8

20 Terara 3 1 41 - -

21 Kab.

Sumbawa

Alas 33 34 32 38 2

22 Alas Barat 32 23 21 40 2

23 Batulanteh 14 170 127 240 62

(13)

24 Buer 22 28 85 41 12

25 Diperta SBW 25 22 79 86 34

26 Empang 2 51 29 50 3

27 Labuhan Badas 30 36 103 63 22

28 Lape 27 120 118 138 51

29 Lenangguar 39 17 35 30 31

30 Lunyuk 0 2 2 13 -

31 Moyohilir 8 56 89 93 57

32 Moyohulu 35 25 45 30 25

33 Plampang 1 24 66 29 3

34 Moyo Utara 47 53 89 94 9

35 Stamet Sumbawa 40 24 79 49 43

36 Labangka 0 3 41 16 21

37 Terano 0 55 53 56 0

38 Utan 16 32 67 66 25

(Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Lombok Barat - NTB)

Gambar 2.18 Grafik Curah Hujan Harian Wilayah Lombok TimurTgl 6 -10 Februari 2017

(14)

Gambar 2.19 Grafik Curah Hujan Harian Wilayah Sumbawa Tgl 6 -10 Februari 2017

Data curah hujan tersebut diukur pada pukul 08.00 Waktu Setempat (WS). Berdasarkan data yang terkumpul dapat dilihat bahwa di wilayah Lombok Timur curah hujan ekstrim berpusat di Sambelia, Sembalun, Kokok Putih Sebalun dan Labhan Pandan yang terjadi pada tanggal 6 – 10 Februari 2017. Wilayah Sumbawa curah hujan ekstrim berpusat di wilayah Batulanteh, Lape dan Labuhan Badas. Curah hujan tertinggi di wilayah Lombok Timur terjadi pada tanggal 10 Februari 2017 terjadi di Pos Hujan Labuhan Pandan sebesar 231 mm. Curah Hujan tertinggi di wilayah Sumbawa terjadi pada tanggal 9 Februari 2017 terjadi di Pos Hujan Batulanteh sebesar 240 mm. Curah hujan yang tercatat di wilayah Sumbawa pada tanggal 7 -10 hampir sebagian besar mengalami curah hujan lebat kecuali pada pos hujan Alas, Alas Barat, Lenangguar, Moyohulu, dan Labangka

Curah hujan di wilayah Lombok Timur sangat bervariasi kecuali Pos Hujan Sambelia dan Sembalun yang mengalami curah hujan ekstrim dari tanggal 6 – 9 Februari 2017. Pada tanggal 10 Februari 2017 intensitas curah hujan mengalami penurunan dengan intensitas Sangat Ringan hingga Lebat, kecuali pos Kokok Putih Sembalun dan Labuhan Pandan yang masih mengalami curah hujan ekstrim.

Peta distribusi curah hujan pada tanggal 6 – 10 Februari 2017 di wilayah Lombok Timur dan Sumbawa dapat dilihat sebagai berikut :

(15)

(a)

(b)

(16)

(c)

(d)

(17)

(e)

Gambar 2.18 (a) s/d (e) Peta Distribusi Curah Hujan Di Bima Tgl 6 – 10 Februari 2017

Berdasarkan peta distribusi curah hujan (Gambar 2.18 a s/d e) yang terjadi pada tanggal 6 – 10 Februari 2017, curah hujan ekstrim terjadi secara berturut-turut dari tanggal 6 – 10 Februari 2017.

Pada tanggal 6 Februari 2017 curah hujan ekstrim hanya terjadi di Lombok Timur bagian Utara atau tepatnya di sekitar kaki Gunung Rinjani. Pada tanggal 7-9 Februari 2017 sebaran distribusi curah hujan lebat dan ekstrim terpusat di wilayah Utara Lombok Timur dan Utara Sumbawa. Sedangkan pada tanggal 10 Februari 2017 mulai mengalami penurunan intensitas curah hujan di wilayah Sumbawa tetapi untuk wilayah Lombok Timur masih terdapat curah hujan ekstrim di wilayah Sambelia. Distribusi curah hujan lebat dan ekstrim berpusat pada bagian Utara Lombok Utara dan bagian Utara Sumbawa.

(18)

B. Intensitas Curah Hujan Pentad

(a)

(b)

(c)

(19)

Gambar 2.20 (a) s/d (d) Grafik Persentil 95% Curah Hujan Pentad di wilayah Lombok Timur dan wilayah Sumbawa

Pada gambar grafik di atas (Gambar 2.20 a s/d d) dapat terlihat bagaimana curah hujan yang terjadi pada pentad 8 dan pentad 9 jika dibandingkan dengan rata-rata dan persentil 95% untuk menunjukkan bahwa hujan yang terjadi merupakan kondisi ekstrim di wilayah Lombok Timur dan wilayah Sumbawa. Pada pentad 8 tahun 2017, di wilayah Lombok Timur terdapat 10 pos hujan yang mengalami curah hujan di atas rata-rata dan terdapat 4 pos hujan yang mengalami curah hujan ekstrim di atas persentil 95 yang berpusat di bagian utara di sekiatar kaki Gunung Rinjani yaitu Kokok Putih Sembalun, Labuhan Pandan, Sembalun dan Sambelia. Sedangkan untuk wilayah Sumbawa 13 pos hujan yang tersebar di wilayah Bima mengalami curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratanya. Jika dibandingkan dengan persentil 95% terdapat 17 pos hujan dari 18 pos hujan yang melewati batas ekstrim persentil kecuali pos hujan Labangka.

Pada pentad 9 tahun 2017 terdapat 13 pos hujan di wilayah Lombk Timur yang mengalami curah hujan yang lebih tinggi dengan rata-ratanya. Terdapat 16 pos hujan dari 20 pos yang tersebar di Lombok Timur yang melewati batas ekstrim 95 kecuali Wanasaba, Kotaraja, Rarang Selatan, dan Terara. Di wilayah Sumbawa terdapat 12 pos hujan yang mengalami curah hujan di atas rata- ratanya. Pada persentil 95% terdapat 19 pos hujan dari 20 pos hujan yang melewati persentil 95 atau mengalami kejadian ekstrim kecuali pos hujan Alas Barat.

(d)

(20)

C. Intensitas Curah Hujan Dasarian dan Bulanan

Gambar 2.21 (a) s/d (b) Grafik Persentil 95% Curah Hujan Dasarian di wilayah Lombok Timur dan wilayah Sumbawa

Pada gambar grafik pentad (Gambar 2.21 a & b) dapat terlihat bagaimana curah hujan yang terjadi pada Dasarian I Februari jika dibandingkan dengan rata-rata dan persentil 95% untuk menunjukkan bahwa hujan yang terjadi merupakan kondisi ekstrim. Pada Dasarian I Februari tahun 2017, di wilayah Lombok Timur terdapat 19 pos hujan dari 20 pos hujan yang mengalami curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratanya kecuali pos hujan Sakra Barat. Jika

(a)

(b)

(21)

dibandingkan dengan persentil 95% terdapat 10 pos yang melewati batas ekstrim persentil 95 yaitu pos hujan Jerowaru, Wanasaba, Keruak, Kokok Putih Sembalun, Labuhan Haji, Labuhan Pandan, Lenek Duren, Pringgabaya, Sambelia, dan Sembalun. Di wilayah Sumbawa pada Dasarian I Februari tahun 2017 hampir semua pos yang tersebar di wilayah Sumbawa mengalami curah hujan yang lebih tinggi dengan rata-ratanya, kecuali pos hujanAlas, Empang, Labangka, dan Utan. Terdapat 17 pos huan dari 18 pos hujan yang melewati batas ekstrim 95 kecuali pos hujan Labangka.

D. Anomali Curah Hujan Pentad dan Dasarian

Gambar 2.22 Grafik Anomali Curah Hujan Pentad 8 dan 9 di Wilayah Lombok Timur

(22)

Gambar 2.23 Grafik Anomali Curah Hujan Pentad 8 dan 9 di Wilayah Sumbawa

Gambar 2.24 Grafik Anomali Curah Hujan Dasarian I Februari di Wilayah Lombok Timur

(23)

Gambar 2.25 Grafik Anomali Curah Hujan Dasarian I Februari di Wilayah Sumbawa

Anomali curah hujan pentad didapatkan dengan cara membandingkan antara nilai curah hujan pada pentad tersebut dengan data curah hujan rata-rata pada pentad masing-masing pos hujan. Pada gambar grafik anomali curah hujan pentad (Gambar 2.22) dapat terlihat anomali curah hujan yang terjadi pada pentad 8 dan 9 di wilayah Lombok Timur sebagian besar bernilai anomali positif. Hal ini memberikan arti bahwa curah hujan pada pentad tersebut berada di atas rata- ratanya. Nilai anomali curah hujan tertinggi terjadi di pentad 8 pada pos hujan Sambelia sebesar +455 mm/pentad. Pada gambar grafik anomali curah hujan pentad (Gambar 2.23) dapat terlihat anomali curah hujan yang terjadi pada pentad 8 dan 9 di wilayah Sumbawa sebagian besar bernilai anomali positif. Hal ini memberikan arti bahwa curah hujan pada pentad tersebut berada di atas rata-ratanya. Nilai anomali curah hujan tertinggi terjadi di pentad 8 pada pos hujan Batulanteh sebesar +272 mm/pentad.

Anomali curah hujan dasarian didapatkan dengan cara membandingkan antara nilai curah hujan pada dasarian tersebut dengan data curah hujan rata-rata pada dasarian masing-masing pos hujan. Berdasarkan grafik anomali dasarian (Gambar 2.24) di wilayah Lombok Timur anomali curah

(24)

hujan umumnya bernilai postif atau terdapat peningkatan curah hujan jika dibandingkan dengan rata-ratanya. Anomali curah hujan positif tertinggi terjadi pada dasarian I Februari pada pos hujan Sambelia sebesar +662/dasarian. Berdasarkan grafik anomali dasarian (Gambar 2.25) di wilayah Sumbawa anomali curah hujan umumnya bernilai postif atau terdapat peningkatan curah hujan jika dibandingkan dengan rata-ratanya. Anomali curah hujan positif tertinggi terjadi pada dasarian I Februari pada pos hujan Batulanteh sebesar +480/dasarian.

Jika dilihat dari anomali pentad dan dasarian penyumbang terbesar terjadi pada pentad 8 baik di wilayah Lombok Timur maupun wilayah Sumbawa yaitu terjadi pada tanggal (5-9) bulan Februari, dan kemudian terakumulasi pada dasarian I Februari yang mengalami anomali curah hujan yang juga cukup signifikan. Jika ditelusuri secara harian curah hujan penyumbang anomali positif terbesar merupakan akumulasi pentad ke-8 di mana terjadi kejadian Banjir Lombok Timur dan Sumbawa.

(25)

III. KESIMPULAN.

Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer secara klimatologis dari beberapa parameter seperti angin, tekanan udara, SST, kelembaban udara, komponen angin zonal, dan juga tutupan awan yang terindikasi dari nilai OLR menunjukkan penumpukan masa udara basah di wilayah Bali- Nusa Tenggara khususnya NTB cukup tinggi. Secara vertikal masa udara basah yang ada di atas wilayah NTB sangat signifikan di tambah angin baratan yang melewati wilayah NTB hingga lapisan atas masih stabil. Terbentuknya deretan tekanan rendah yang menybebkan palung tekanan rendah di wilayah selatan NTB meningkatkan peluang terbentuknya awan-awan konvektif penghasil hujan lebat.

Peristiwa banjir yang melanda Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Sumbawa yang terjadi pada tanggal 6 – 10 Februari 2017 merupakan akibat akumulasi curah hujan pada tanggal tersebut dan beberapa hari sebelumnya. Curah hujan mengalami peningkatan pada pentad ke-8 atau pada tanggal (5-9) bulan Februari. Hal ini dapat dilihat dengan anomali positif secara berurutan dari pentad ke -8 yang terakumulasi dan terlihat pada dasarian I Februari 2017. Secara analisis ekstrim dengan batas nilai persentil 95 Pentad 8 dan 9 dan kemudian terakumulasi di dasarian I Februari 2017 banyak terdapat pos hujan yang mengalami curah hujan di atas batas ekstrim, khususnya Kabuapten Lombok Timur dan Kabupaten Sumbawa.

Demikian laporan analisis kejadian banjir ini kami buat berdasarkan data dinamika atmosfer dan intensitas hujan dari pos hujan di wilayah terdampak banjir yang terjadi pada tanggal 6 -10 Februari 2017.

Mengetahui :

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Lombok Barat – NTB

TTD

W A K O D I M, SP NIP. 196010021982031002

Kediri, Februari 2017 Pembuat Laporan

TTD

AFRIYAS, ULFAH, SST NIP. 199104232010122001

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penjualan dan obat pada Apotek Anugrah ini membutuhkan pencatatan, pencarian, penjualan dan pencetakan laporan obat yang lebih baik tanpa membuang waktu yang

Pengembangan Outline Definisi Masalah ke Algoritma dgn Flowchart START READ Bil_1 READ Bil_2 READ Bil_3 Total=Bil_1+Bil_2+ Bil_3 WRITE Total END START READ Bil_1 READ Bil_2 READ

Umum akan memberikan daftar stok barang dan daftar departemen perusahaan kepada staf umum untuk dicatat dalam file barang dan file departemen

Data-data di atas juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 mahasiswa fakultas Psikologi Unisba yang tergolong lama dalam penyelesaian skripsinya

Penambahan ukuran codebook besar iterasi dan jumlah database pada dasarnya akan membuat persen akurasi dari sistem semakin tinggi, namun pada tabel 4.25 dan 4.26

Petunjuk yang ada dalam advanced directives ini dapat membebas-tugaskan tenaga medis dalam me- ngambil keputusan, dengan kata lain advanced directives adalah pernyataan

Rata-rata curah hujan bulanan di pos Bandung periode tahun 1990 – 2003, jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dengan jumlah curah hujan dengan jumlah curah

Pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak tidak banyak yang mengenal produk dan akad dari jasa yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah yang berkembang