• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2012/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : Gugatan Pajak. Tahun Pajak : 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2012/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : Gugatan Pajak. Tahun Pajak : 2012"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Nomor : PUT-116686.99/2012/PP/M.VIB Tahun 2018 Jenis Pajak : Gugatan Pajak

Tahun Pajak : 2012

Pokok Sengketa : Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP-00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Oktober 2012 Nomor: 00141/207/12/014/15 tanggal 13 November 2015 berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Huruf B karena Permohonan Wajib Pajak;

Menurut Tergugat : Bahwa Tergugat melakukan penerbitan Ketetapan Tergugat Nomor KEP- 00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Oktober 2012 Nomor: 00141/207/12/014/15 tanggal 13 November 2015 berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Huruf B karena Permohonan Wajib Pajak, dengan Dasar Hukum sebagai berikut:

a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, mengatur antara lain:

Pasal 3 ayat (1)

Setiap Penggugat wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal pajak tempat Penggugat terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak;

Penjelasan Pasal 3 ayat (1)

Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan

b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

Pasal 10 ayat (1)

Penggugat wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

Pasal 10 ayat (1a)

Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

Pasal 10 ayat (2)

Tata cara pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporannya serta tata cara mengangsur dan menunda pembayaran pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(2)

Pasal 12 ayat (3)

Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang;

Pasal 13 ayat (1)

Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut:

a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;

b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah temyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen);

d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang; atau

e. apabila kepada Penggugat diterbifkan Nomor Pokok Penggugat dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a);

Pasal 13 ayat (2)

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;

Pasal 36 ayat (1) huruf b

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Penggugat dapat mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar;

b. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009, mengatur antara lain:

Pasal 1 angka 7, 18 dan 23

bahwa dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

7. Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak;

18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak;

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(3)

23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

Pasal 3A ayat (1)

Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang;

Pasal 4 ayat (1)

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:

a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

b. impor Barang Kena Pajak;

c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

dan

h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Pasal 7 ayat (1)

Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).

Pasal 8A ayat (1)

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, mengatur antara lain:

Pasal 14 ayat (1) huruf b angka 1

Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar berdasarkan:

b.hasil Pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan;

Pasal 35 ayat (1) huruf b

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Penggugat dapat:

b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar;

Pasal 35 ayat (2)

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(4)

Penggugat dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak apabila:

a. Penggugat tidak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak; atau b. Penggugat mengajukan keberatan tetapi keberatannya tidak

dipertimbangkan oleh Direktur Jenderal Pajak kerena tidak memenuhi persyaratan;

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2010 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak, mengatur antara lain:

Pasal 5

(1) Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Swat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak.

(2) Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi.

(3) Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN).

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara Untuk Memungut, Menyetor dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporannya, mengatur antara lain:

Pasal 2

(1) Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara ditetapkan sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai;

(2) Pemungut Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang melakukan pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah atas nama Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah, wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang;

(3) Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pembayaran melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara, wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak yang telah dipungut oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara dimaksud;

Pasal 5 ayat (1)

Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dilakukan pada saat pembayaran dengan cara pemotongan secara langsung dari tagihan Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah;

Pasal 6 ayat (1)

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(5)

Bendaharawan Pemerintah wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut dan disetor ke Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara setempat, paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya bulan dilakukan pembayaran tagihan;

Lampiran romawi II angka 3

Tata Cara Pemungutan dan Pelaporan

a. PKP rekanan Pemerintah membuat Faktur Pajak dan SSP pada saat menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN baik untuk sebagian maupun seluruh pembayaran;

b. SSP sebagaimana dimaksud pada huruf a diisi dengan membubuhkan NPWP dan identitas PKP Rekanan Pemerintah yang bersangkutan, tetapi penandatanganan SSP dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah atau KPKN sebagai penyetor atas nama PKP Rekanan Pemerintah;

c. Dalam hal penyerahan BKP tersebut terutang PPn BM maka PKP rekanan Pemerintah mencantumkan jumlah PPn BM yang terutang pada Faktur Pajak;

d. Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a dibuat dalam rangkap 3 (tiga):

- lembar ke-1 untuk Bendaharawan Pemerintah atau KPKN sebagai Pemungut PPN;

- lembar ke-2 untuk arsip PKP rekanan Pemerintah;

- lembar ke-3 untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui Bendaharawan Pemerintah atau KPKN;

e. Dalam hal pemungutan oleh Bendaharawan Pemerintah, SSP sebagaimana dimaksud pada huruf a dibuat dalam rangka 5 (lima). Setelah PPN dan atau PPn BM disetor di Bank Persepsi atau Kantor Pos, lembar- lembar SSP tersebut diperuntukkan sebagai berikut:

- lembar ke-1 untuk PKP Rekanan Pemerintah;

- lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui KPKN;

- lembar ke-3 untuk PKP Rekanan Pemerintah dilampirkan pada SPT Masa PPN;

- lembar ke-4 untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos;

- lembar ke-5 untuk pertinggal Bendaharawan Pemerintah;

f. Dalam hal pemungutan oleh KPKN, SSP sebagaimana dimaksud pada huruf a dibuat dalam rangkap 4 (empat) yang masing-masing diperuntukkan sebagai berikut:

- lembar ke-1 untuk PKP Rekanan Pemerintah;

- lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui KPKN;

- lembar ke-3 untuk PKP rekanan Pemerintah dilampirkan pada SPT Masa PPN;

- lembar ke-4 untuk pertinggal KPKN;

g. Pada lembar Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf d oleh Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pemungut wajib dibubuhi cap

"Disetor tanggal " dan ditandatangani oleh Bendaharawan Pemerintah;

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(6)

h. Pada setiap lembar Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf d dan SSP sebagaimana dimaksud pada huruf f oleh KPKN yang melakukan pemungutan dicantumkan nomor dan tanggal advis SPM;

i. SSP lembar ke-1 dan lembar ke-2 sebagaimana dimaksud pada huruf f dibubuhi cap "TELAH DIBUKUKAN" oleh KPKN;

j. Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN dan atau PPn BM;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengurangan atau penghapusan sanksi dan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak atau surat tagihan pajak, mengatur antara lain:

Pasal 13 ayat (1)

Surat ketetapan pajak yang dapat dikurangkan atau dibatalkan berdasarkan permohonan Penggugat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b adalah surat ketetapan pajak yang tidak benar, kecuali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diterbitkan berdasarkan ketentuan Pasal 13A Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

Pasal 14 ayat (1)

Penggugat dapat memperoleh pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dengan menyampaikan surat permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar kepada Direktur Jenderal Pajak;

Pasal 16 ayat (7)

Dalam hal Penggugat tidak memenuhi sebagian atau seluruh permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan/atau ayat (4), permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap diproses sesuai dengan buku, catatan, dokumen, data, informasi, dan/atau keterangan yang ada atau yang diterima;

bahwa sesuai dengan surat Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar Penggugat dan Risalah Pembahasan, Kertas Kerja Pemeriksaan dan Laporan Pemeriksaan Pajak nomor LAP- 150/WPJ.04/KP.0705/2015 tanggal 6 November 2015 bahwa pokok sengketa adalah koreksi Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri sebesar Rp73.363.640,00 yang berasal dari equalisasi obyek PPN terhadap gross up setoran PPN Masa Pajak Oktober 2012 pada MPN dan Faktur Pajak yang tidak dilaporkan dengan perincian sebagai berikut:

Setoran sesuai data MPN 3,975,000

Tarif 10%

Jumlah Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri 39,750,000 Faktur Pajak yang tidak dilaporkan terdiri dari:

BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng - 010.001.12.00000180 23,500,000 BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng - 010.001.12.00000182 26,363,640 Jumlah Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri

menurut Tergugat 89,613,640

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(7)

Faktur Pajak yang dilaporkan 16,250,000

Koreksi Tergugat 73,363,640

Uraian Menurut (Rp)

Penggugat Tergugat Koreksi terkait hasil Pemeriksa an

Permohonan

Penggugat Koreksi terkait permohonan Penggugat

a b c = a-b d e = b-d

Penyeraha

n yang

PPN-nya dipungut sendiri

16.250.000 89.613.640 73.363.640 54.657.025 34.956.615

bahwa berdasarkan profil utama badan yang ada di SIDJP dan gambaran kegiatan usaha yang ada di Laporan Pemeriksaan Pajak nomor LAP- 150/WPJ.04/KP.070512015 tanggal 6 November 2015 diketahui bahwa Penggugat memiliki jenis usaha cabang yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan dan dikelola oleh Hisbuflah Husin Ak selaku partner dalam persekutuan Persek. KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry yang pusatnya terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kemayoran;

bahwa berdasarkan penelitian data detil pelaporan yang terdapat pada SIDJP diketahui bahwa pembayaran dan pelaporan SPT Masa PPN Masa Pajak Oktober 2012 adafah sebagai berikut:

Masa

Pajak Pembet

ulan BPS NiLai

Pelaporan Tanggal Lapor Tanggal Bayar Oktober

2012 Normal S-

01060230/PPN /111/WPJ.04/K P.0703/2012

16.250.000 26/11/2012 20111/2012

bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak nomor LAP- 150/WPJ.04/KP.0705/2015 tanggal 5 November 2015, Kertas Kerja Pemeriksaan dan penelitian data detil pemenuhan pembayaran PPN serta SPT Masa PPN Masa Pajak Oktober 2012 adalah sebagai berikut:

DATA MPN

Masa Pajak MAP/KJS Nomor

NTPN Tanggal

Setor Nilai Bayar Keterangan Oktober

2012 411211-

100 091515041

2111507 20/11/201

2 1,625,000 Dilaporkan di

SEKRETARIAT

SPT

PENGADILAN

PAJAK

(8)

Oktober

2012 411211-1

00 001009040

2111201 25/10/201

2 2,350,000 Tidak dilaporkan di SPT

Jumlah 3,975,000

Jumlah dilaporkan 1,625,000

Jumlah tidak dilaporkan 2,350,000

FAKTUR PAJAK TIDAK DIGUNGGUNG

MASA PAJAK OKTOBER 2012

bahwa Tergugat melakukan penghitungan ulang Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri Masa Pajak Oktober 2012 yang berasal dari Gross Up dari pembayaran PPN Masa Pajak Oktober 2012 yang belum dilaporkan dengan perhitungan sebagai berikut:

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa Penggugat tidak melaporkan Faktur Pajak dengan perincian sebagai berikut:

bahwa berdasarkan data yang dipinjamkan Penggugat berdasarkan permintaan Peminjaman Buku, Catatan, Data, dan Informasi yang dikirimkan Tergugat, atas 2 (dua) faktur pajak yang tidak dilaporkan dengan DPP PPN sejumlah Rp49.863.640,00, diuraikan sebagai berikut:

bahwa atas faktur pajak dengan nomor 010.001.12.0000180 atas nama BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng dengan PPN sebesar Rp2.350.000,00 dan DPP sebesar Rp23.500.000,00 berdasarkan penjelasan Penggugat adalah penyerahan kepada pemungut namun faktanya Penggugat tidak dapat membuktikan dengan bukti berupa faktur pajak dan SSP dan Penggugat juga tidak melaporkannya di SPT Masa PPN Masa Oktober 2012;

bahwa atas faktur pajak dengan nomor 010.001.12.0000182 atas nama BLUD Puskesmas Kecamatan Setiabudi dengan PPN sebesar Rp2.636.364,00 dan DPP sebesar Rp26.363.640,00, berdasarkan penjelasan Penggugat adalah penyerahan kepada pemungut namun faktanya Penggugat tidak dapat membuktikan dengan bukti berupa faktur pajak dan Penggugat juga tidak melaporkannya di SPT Masa

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(9)

PPN Masa Oktober 2012;

bahwa dengan demikian, Tergugat berkesimpulan bahwa atas faktur pajak tersebut bukan penyerahan kepada pemungut dan tidak dilaporkan oleh Penggugat dalam SPT Masa PPN Masa Pajak Oktober 2012;

bahwa berdasarkan data dan fakta serta ketentuan yang berlaku sebagaimana diuraikan di atas, maka Tergugat berpendapat sebagai berikut:

bahwa berdasarkan penelitian data detil pelaporan yang terdapat pada SIDJP diketahui Penggugat telah melaporkan SPT Normal Masa PPN Masa Pajak Oktober 2012;

bahwa berdasarkan penelitian data detil pemenuhan pembayaran yang terdapat pada SIDJP diketahui terdapat pembayaran PPN masa dengan kode MAP/KJS 0411/211100 atas nama Penggugat sebesar Rp3.975.000,00 dan telah dilaporkan oleh Penggugat sebesar Rp1.625.000,00 sehingga terdapat setoran PPN sebesar Rp2.350.000,00 yang belum dilaporkan Penggugat;

bahwa berdasarkan penghitungan ulang atas koreksi Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri Masa Pajak Oktober 2012 sebesar Rp23.500.000,00 yang merupakan koreksi Gross Up dari pembayaran PPN Masa Pajak Oktober 2012 sebesar Rp2.350.000,00 telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan belum dilaporkan oleh Penggugat dalam SPT Masa PPN Masa Pajak Oktober 2012;

bahwa atas faktur pajak yang belum dilaporkan terdiri 2 (dua) faktur pajak dengan DPP PPN sebesar Rp49.863.640,00 berdasarkan hasil penelitian atas SPT Masa PPN Masa Pajak Oktober 2012 dan data yang diberikan Penggugat, Tergugat berkesimpulan bahwa atas faktur pajak tersebut belum dilaporkan di SPT Masa PPN Masa Pajak Oktober 2012;

bahwa dengan demikian, Penggugat seharusnya melaporkan faktur pajak tersebut dalam SPT Masa PPN Masa Pajak Oktober 2012;

bahwa berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan den Laporan Pemeriksaan Pajak nomor LAP-150/WPJ.04/KP.0705/2015 tanggal 5 November 2015 diketahui bahwa Tergugat tidak memperhitungkan pembayaran PPN Masa Pajak Oktober 2012 sebesar Rp2.350.000,00 tersebut dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor 00141/207/12/014/15 tanggal 13 November 2015 Masa Pajak Oktober 2012;

bahwa berdasarkan data detil pemenuhan pembayaran S1DJP diketahui bahwa Penggugat melakukan pembayaran PPN Masa Pajak Oktober 2012 dengan kode MAP/KJS 0411/211100 sebagai berikut:

bahwa berdasarkan data SIDJP diketahui bahwa selama tahun 2011 s.d 2017, Penggugat telah melakukan pemindahbukuan dengan uraian sebagai berikut:

No Pbk Dari Ke Nilai

Pbk Jenis Pajak Masa

Pajak Jenis

Pajak Masa Pajak

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(10)

Pbk-00455/II/WPJ

.04/KP.0703/2016 PPh Minyak Jan-16 PPN DN Jan-16 3.500.000 Pbk-

00456/II/WPJ.04/

KP.0703/2016

Bumi PPN

DN Des-16 PPN DN Des-15 30.339.000

bahwa dengan demikian, atas pembayaran PPN Masa Pajak Oktober 2012 sebesar Rp2.350.000,00 belum pernah dilakukan pemindahbukuan;

bahwa terdapat pembayaran PPN Masa Pajak Oktober 2012 sebesar Rp2.350.000,00 dan dasar koreksi Tergugat berupa Penyerahan yang PPN-nya

Harus Dipungut Sendiri sebesar

Rp23.500.000,00 adalah berasal dari pembayaran PPN sebesar Rp14.400.000,00 dengan DPP sebesar Rp2.350.000,00 sehingga sudah seharusnya pembayaran tersebut diperhitungkan juga sebagai kredit pajak (Dibayar dengan NPWP sendiri);

bahwa berdasarkan data SIDJP dan data pemindahbukuan diketahui bahwa atas pembayaran PPN Masa Pajak Oktober 2012 sebesar Rp2.350.000,00 tersebut belum pernah dilakukan pemindahbukuan serta berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 10 ayat (1a) UU KUP jo. Pasal 5 ayat (1), (2) dan (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010, maka atas pembayaran tersebut merupakan pelunasan kewajiban perpajakan Penggugat dan sudah seharusnya diperhitungkan sebagai kredit pajak (Dibayar dengan NPWP sendiri);

bahwa terkait dengan alasan dalam surat permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar Penggugat yang menyatakan bahwa penyerahan yang dipungut sendiri Masa Pajak Oktober 2012 adalah sebesar Rp54.657.025,00 Penggugat tidak dapat merinci faktur pajak/data MPN yang mendukung penyerahan yang dipungut sendiri Masa Pajak Oktober 2012 adalah sebesar Rp54.657.025,00 tersebut sehingga Tergugat tidak dapat menghitung rincian koreksi menurut Penggugat sebesar Rp34.956.615,00 (Rp89.613.640,00 - Rp54.657.025,00) tersebut karena jumlah yang disetujui berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor 00141/207/12/014/15 tanggal 13 November 2015 Masa Pajak Oktober 2012 adalah sebesar Rp89.613.640,00 berbeda dengan jumlah permohonan Penggugat sebesar Rp54.657.025,00;

bahwa berdasarkan hal-hal sebagaimana tersebut di atas, Tergugat mengusulkan untuk mengabutkan sebagian permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar Penggugat atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayer Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor 00141/207/12/014/15 tanggal 13 November 2015 Masa Pajak Oktober 2012, mempertahankan koreksi Tergugat atas Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri sebesar Rp73.363.640,00 dan menambah kredit pajak Dibayar dengan NPWP sendiri sebesar Rp2.350.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

bahwa dengan demikian Tergugat mengusulkan agar Majelis Hakim Menolak permohonan Gugatan Penggugat dan mempertahankan Keputusan Tergugat Nomor

KEP-00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf B Karena Permohonan Wajib Pajak;

bahwa Surat Gugatan Penggugat nomor 013.09.17/ARHJ-02/KPP-MP/ISM/SG- 10.12 tanggal 14 September 2017 tidak memenuhi ketentuan formal sebagaimana diatur dalam Pasal 23 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 dan Pasal 41 ayat (1) Undang-

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(11)

undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, sehingga tidak dapat dipertimbangkan;

bahwa Keputusan Tergugat nomor KEP-00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 diterbitkan sesuai dengan data, fakta dan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku;

Menurut Penggugat : Bahwa Penggugat tidak setuju atas penerbitan Ketetapan Tergugat Nomor KEP- 00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Oktober 2012 Nomor: 00141/207/12/014/15 tanggal 13 November 2015 berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Huruf B karena Permohonan Wajib Pajak, dengan alasan sebagai berikut:

bahwa penyerahan yang harus dipungut sendiri untuk masa Oktober 2012 menurut Penggugat adalah sebesar Rp.16.250.000 dan telah Penggugat laporkan dalam SPT PPN sebesar Rp.1.625.000. Jadi menurut Penggugat, untuk masa Oktober 2012 Penggugat tidak terhutang PPN.dengan perhitungan sebagai berikut :

Omset PPN PPN yg

Dilaporka n

PPN Kurang Bayar

Denda Kurang Bayar

Menurut Penggugat

16.250.000 1.625.000 1.625.000 - - -

bahwa omset yang dinyatakan tergugat sebesar Rp89.613.640,00 dan setelah dilakukan pengurangan menjadi sebesar Rp66.113.640,00 tidak didukung dengan bukti yang valid;

bahwa alasan Penggugat untuk mengajukan gugatan dikarenakan :

1. Keputusan bahwa Penggugat kurang bayar PPN sebesar Rp7.379.819,00 sebagaimana ditetapkan Tergugat No. KEP- 00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf B atas SKPKB No. 00141/207/12/014/15 tanggal 13 November 2015 adalah tidak benar;

2. Jumlah omset yang ditetapkan Tergugat sebesar Rp66.113.640,00 tidak didukung dengan bukti yang valid;

bahwa berdasarkan penjelasan Penggugat diatas, Keputusan Tergugat No.00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 tentang PPN Masa Oktober 2012 sebesar Rp7.379.819,00, tidak ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku;

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(12)

a. Setoran sesuai data MPN yang tidak dilaporkan 23.500.000 Gross up setoran

b. Faktur Pajak yang dilaporkan 16.250.000

c. Faktur Pajak yg tidak dilaporkan :

BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng 010.001.12.00000180 23.500.000 BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng 010.001.12.00000182 26.363.640 49.863.640

Jumlah Penyerahan yg PPN nya harus dipungut sendiri men. Pemeriksa 89.613.640 Dikurangi :

BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng 010.001.12.00000180 23.500.000 BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng 010.001.12.00000182 26.363.640 49.863.640

Jumlah Penyerahan yg PPN nya harus dipungut sendiri men. Penggugat 39.750.000

URAIAN OMSET MENURUT TERGUGAT

Penjelasan :

a. Gross up setoran PPN Masa November 2012 sebesar Rp2.350.000,00 yang belum dilaporkan, DPP sebesar Rp23.500.000,00;

b. Faktur Pajak yang dilaporkan dalam SPT sebesar Rp16.250.000,00;

c. FakturPajak yang tidak dilaporkan menurut Penggugat tidak ada, karena yang Tergugat nyatakan bukan obyek yang PPN nya harus dipungut sendiri;

bahwa Penyerahan jasa audit ke Balai Telekomunikasi Informatika Pedesaan, Puskesmas Kecamatan Kalideres, Puskesmas Kecamatan Cengkareng dan Puskesmas Kecamatan Mampang, merupakan penyerahan jasa kena pajak ke Bendaharawan Pemerintah, oleh karenanya bukan merupakan obyek yang harus dipungut sendiri, tapi merupakan obyek yang harus dipungut oleh pemungut;

bahwa hal ini sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara untuk Memungut, Menyetor dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporannya; Pasal 2 ayat 1 dan 2 :

1. Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara ditetapkan sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

2. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang melakukan pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah atas nama Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah, wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Terutang.

bahwa jadi meskipun saat pemeriksaan Penggugat tidak bisa menunjukkan bukti Faktur Pajak dan SSP serta tidak mencantumkan dalam laporan jumlah omset yang dipungut oleh pemungut, tidak otomatis bebannya berpindah ke Penggugat, karena kewajiban memungut melekat pada Bendaharawan Pemerintah, sebagaimana tercantum dalam PMK Nomor 563/KMK.03/2003 Pasal 2 ayat 2;

bahwa disamping itu selama Penggugat beroperasi, semua Bendaharawan jika membayar jasa audit hanya membayar sebesar Dasar Pengenaan Pajak dikurangi dengan PPh Pasal 23 artinya tidak ada pembayaran PPN yang dibayarkan. Demikian pula dengan Balai Telekomunikasi Informatika Pedesaan,

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(13)

Puskesmas Kecamatan Kalideres, Puskesmas Kecamatan Cengkareng dan Puskesmas Kecamatan Mampang, tidak ada pembayaran PPN ke Penggugat;

bahwa menurut Penggugat omset penyerahan yang harus dipungut sendiri Masa Oktober 2012 sebesar Rp39.750.000,00;

bahwa jadi Penggugat tidak terhutang PPN Masa Oktober 2012, dengan perhitungan sebagai berikut :

Omset penyerahan yg PPN nya harus diipungut sendiri : 39.750.000

PPN atas omset 3.975.000

PPN yang dilapor dalam SPT (NTPN. 0915150412111507) 1.625.000 SSP yang belum dilapor (NTPN :1311101403040612) 2.350.000 3.975.000

PPN Terutang -

Denda -

PPN Kurang Bayar -

bahwa dalam persidangan tanggal 25 Januari 2018, Penggugat menyampaikan kronologis sebagai berikut:

No. Surat Jenis Surat Dasar Hukum Menyatakan 006.01.16/ARHJ

.02/KPP.MP/HH/

SKP

Tgl. 18 Januari 2016

 

Pengajuan Keberatan atas:

SKPKB No.

00141/207/12/1 4/15

Tgl. 13 November 2015, PPN Masa Oktober 2012

 

UU No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan Pasal 25 ayat 1 huruf a

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

a. Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar

S-2260/WPJ.04/

2016

Tgl. 9 Juni 2016  

     

Pemberitahuan Surat

Keberatan Yang Tidak Memenuhi Persyaratan  

UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpjakan

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2008, diatur bahwa WajibPajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah

             

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(14)

yang telah distujui WP dalam

pembahasan akhir hasil pemeriksaan;

Pasal 25 ayat (3a) 021.03.17/ARHJ

-02/KPP- MP/ISM/.SKP- PPN-10.12 Tgl. 3 Maret 2017      

Permohonan Pembatalan atas SKPKB PPN No.

00141/207/12/1 5 tanggal 13 November 2015    

UU No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan Pasal 36 ayat 1 huruf b.

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat

mengurangkan atau

membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar.

00804/NKEB/W PJ.04//2017 Tgl. 21 Agustus 2017

     

Pengurangan Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) B karena Permohonan Wajib Pajak  

UU No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan Pasal 36 ayat 1 huruf b.

 

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat

mengurangkan atau

membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar.

013.09.17/ARHJ -02/KPP-

MP/ISM/SG-10.

12 Tgl. 14

September 2017  

             

Surat Gugatan atas Keputusan Direktur

Jenderal Pajak No.

KEP-00804/WP J.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Noilai Barang dan Jasa Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) huruf B.

UU No.28 Tahiun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan Pasal 23 ayat 2 huruf c.

UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak Pasal 40 ayat (3)  

Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26.

  

Jangka waktu untuk

mengajukan gugatan terhadap

keputusan selain Gugatan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(15)

keputusan yang digugat.

Menurut Majelis : Bahwa pokok sengketa gugatan adalah penerbitan Surat Ketetapan Tergugat Nomor KEP-00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Oktober 2012 Nomor:

00141/207/12/014/15 tanggal 13 November 2015 berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Huruf B karena Permohonan Wajib Pajak;

bahwa berdasarkan keterangan dan bukti-bukti yang disampaikan para pihak dalam persidangan, Majelis berpendapat sebagai berikut:

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas keterangan Penggugat, kronologi terjadinya sengketa gugatan adalah sebagai berikut:

bahwa terhadap Penggugat telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Nomor 00141/207/12/014/15 tanggal 13 November 2015 dengan dasar penerbitan berasal dari equalisasi obyek PPN terhadap gross up setoran PPN Masa Pajak Oktober 2012 pada MPN dan Faktur Pajak;

bahwa datas SKPKB a quo, Penggugat kemudian mengajukan permohonan keberatan melalui Surat Nomor 006.01.16/ARHJ.02/KPP.MP/HH/SKP tanggal 18 Januari 2016;

bahwa atas permohonan keberatan a quo, Tergugat telah menerbitkan Surat jawaban nomor S-2260/WPJ.04/2016 tanggal 9 Juni 2016 berupa Pemberitahuan Surat Keberatan Yang Tidak Memenuhi Persyaratan menyatakan, yaitu Penggugat tidak melakukan pembayaran atas nilai dalam SKPKB yang telah disetujui pada saat pembahasan hasil akhir pemeriksaan;

bahwa kemudian Penggugat melalui Surat Nomor 021.03.17/ARHJ-02/KPP- MP/ISM/.SKP-PPN-10.12 tanggal 3 Maret 2017 mengajukan permohonan pembatalan atas SKPKB a quo;

bahwa kemudian Tergugat menerbitkan surat jawaban atas permohonan

pembatalan SKPKB a quo melalui surat nomor

KEP-00804/NKEB/WPJ.04/2017tanggal 21 Agustus 2017 yang berisi mengabulkan sebagian permohonan Penggugat;

bahwa atas surat jawaban nomor KEP-00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 a quo, Penggugat kemudian mengajukan gugatan ke Pengadilan Pajak;

bahwa dalam persidangan Penggugat menyampaikan yang digugat adalah materi dari nomor KEP-00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 a quo yang tidak benar, tidak berdasarkan data yang valid;

bahwa Majelis berpendapat bahwa terkait sengketa gugatan ini, Majelis hanya memeriksa terkait prosedur penerbitan Surat Keputusan Tergugat yang digugat oleh Penggugat;

bahwa terbukti Tergugat telah menjalankan prosedur penerbitan Surat Keputusan yang digugat secara benar, dan Tergugat telah mempertimbangkan bukti-bukti yang disampaikan oleh Penggugat;

bahwa Penggugat tidak dapat membuktikan bahwa Tergugat telah melanggar prosedur penerbitan Surat Keputusan Nomor KEP-00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 sebagaimana diatur dalam suatu Peraturan perundang- undangan yang berlaku yang dapat menyebabkan penerbitannya cacat hukum;

bahwa berdasarkan uraian sebagaimana diuraikan di atas, Majelis berpendapat

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(16)

dan berkeyakinan bahwa penerbitan Surat Keputusan Nomor KEP-00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku;

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis memutuskan untuk menolak gugatan yang diajukan Penggugat terhadap Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Surat Keputusan Nomor KEP-00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Oktober 2012 Nomor: 00141/207/12/014/15 tanggal 13 November 2015 berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Huruf B karena Permohonan Wajib Pajak;

Menimbang : Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf a Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk menolak gugatan Penggugat

Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan ketentuan-ketentuan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini

Memutuskan : Menyatakan menolak gugatan Penggugat terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-00804/NKEB/WPJ.04/2017 tanggal 21 Agustus 2017 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Oktober 2012 Nomor:

00141/207/12/014/15 tanggal 13 November 2015 berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Huruf B karena Permohonan Wajib Pajak, atas nama P. KAP A, R, H & J,

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Kamis tanggal 25 Januari 2018 oleh Hakim Majelis VIB Pengadilan Pajak, dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti sebagai berikut :

Tri Hidayat Wahyudi, S.H., Ak., M.B.A sebagai Hakim Ketua, Wishnoe Saleh Thaib, S.H., M.H., M.Sc., Ak., CA.,. sebagai Hakim Anggota, Juwari Eddy Winarto, S.E., M.M. sebagai Hakim Anggota, dengan dibantu oleh Yuli Eko Nugroho, S.E., M.Si. sebagai Panitera Pengganti, Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Kamis tanggal 2018 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, tidak dihadiri oleh Tergugat dan tidak dihadiri oleh Penggugat.

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

Referensi

Dokumen terkait

 Wajib Pajak yang mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak ini tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat

Tentang petunjuk pelaksaan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak merupakan

Prosedur penyelesaian permohonan Pengurangan Atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak Bumi Dan Bangunan, Dan Pengurangan Atau Pembatalan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang,

bahwa Faktur Pajak diterbitkan oleh Penggugat pada saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 17 ayat (1), ayat (2),

Pada amar Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.58658/PP/M.VIA/99/2014 tanggal 22 Desember 2014, Majelis Hakim Pengadilan Pajak menyatakan gugatan Pemohon PK (sebelumnya Penggugat)

Pada bab-bab tersebut masing-masing dibahas tentang karakterisasi fraksi-fraksi minyak sawit sebagai bahan baku untuk sintesis CBE secara interesterifikasi enzimatik;

: tr Prosiding Forum llmiah Internasional (Dipresentasjkan secara Oral Dimuatdalam prosiding) r Prosiding Forum llmiah Nasional (Dipresentasikan secara Oral Dimuat

Kurikulum Taman Kanak-kanak Negeri Pembina kecamatan Kawedanan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan yang dikembangkan sekolah pada