• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : GEMILANG SAFIRA ERDIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh : GEMILANG SAFIRA ERDIA"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh :

GEMILANG SAFIRA ERDIA

NIM : 140403123

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 9

(2)
(3)

The growth of palm oil production in Indonesia is increasing year by year.

In palm oil processing, not only Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO), palm oil mills also produce waste consisting of solid waste, liquid waste, and gas waste. This waste can cause adverse effects on the environment. Several technologies for wastewater treatment have been implemented in palm oil mills in Indonesia, but there has not been an assessment of the best liquid waste treatment technology to be applied in palm oil mills so as not to cause adverse impacts on the environment. Therefore, the assessment of wastewater treatment technology at PT. XYZ using the AHP and VIKOR methods. Determination of criteria and subcriteria is built based on expert answers with open and closed questionnaires.

The selection of wastewater treatment technology is carried out by giving an assessment based on criteria and sub-criteria that affect the wastewater treatment technology so that the results obtained the best alternative in processing wastewater.

There are 4 criteria and 16 sub-criteria that compose the weight of the assessment. In AHP processing, the RANUT system with a priority weight of (0.3915) is superior compared to other alternative wastewater treatment technologies, namely RBC System (0.3167) and pond system (0.2918).

Evaluation of evaluations using the VIKOR method also showed that the RANUT System was ranked first.

Keywords: technology selection, wastewater treatment, AHP, VIKOR

(4)

Pertumbuhan produksi kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat dari tahun ketahun. Dalam pengolahan kelapa sawit, tidak hanya Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO), pabrik kelapa sawit juga menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah ini dapat menyebabkan dampak buruk terhadap lingkungan. Beberapa teknologi pengolahan limbah cair sudah diterapkan di pabrik kelapa sawit di Indonesia, tetapi belum ada penilaian teknologi pengolahan limbah cair terbaik untuk diterapkan di pabrik kelapa sawit agar tidak terjadinya dampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu, dilakukannya penilaian teknologi pengolahan limbah cair di PT. XYZ dengan menggunakan metode AHP dan VIKOR. Penentuan kriteria dan subkriteria dibangun berdasarkan jawaban pakar dengan kuesioner terbuka dan tertutup. Pemilihan teknologi pengolahan limbah cair ini dilakukan dengan memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan subkriteria yang berpengaruh terhadap teknologi pengolahan limbah cair sehingga dari hasil tersebut didapat alternatif terbaik dalam pengolahan limbah cair.

Terdapat 4 kiriteria dan 16 subkriteria yang menyusun bobot penilaian.

Pada pengolahan AHP diperoleh hasil bahwa Sistem RANUT dengan bobot prioritas sebesar (0,3915) unggul dibandingkan dengan alternatif teknologi pengolahan limbah cair lainnya yaitu Sistem RBC (0,3167) dan sisem kolam (0.2918). Evaluasi penilaian dengan metode VIKOR juga menunjukkan bahwa Sistem RANUT berada pada peringkat pertama.

Kata Kunci: penilaian teknologi, pengolahan limbah cair, AHP, VIKOR

(5)

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas sarjana ini dengan baik. Laporan tugas sarjana merupakan salah dengan judul “Pemilihan Teknologi Pengolahan Limbah Cair Menggunakan Metode AHP dan VIKOR di PT. XYZ” merupan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis untuk dapat menyelesaikan program studi sarjana di Departement Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Besar harapan penulis penyusunan laporan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu mohon dimaafkan untuk tidak sempurnaan tersebut dalam penulisan laporan ini, karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

JULI 2019

(6)

Pendidikan sarjana teknik yang penulis dapatkan selama bangku perkuliahan di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara hingga penyelesaian tugas sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik merupakan proses terintegrasi untuk menjadikan penulis sebagai lulusan yang terdidik, berguna dan memiliki integritas moral serta berakhlak dan mampu mencapai kehidupan yang lebih baik. Penulisan tugas sarjana ini tidak akan terselesaikan dengan baik jika penulis tidak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT sebagai Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah mengizinkan pelaksanaan tugas sarjana.

2. Bapak Buchari, ST., M.Kes sebagai Sekretaris Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah menjadi panitera pada Seminar dan Sidang Tugas Sarjana.

3. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis, memberikan ilmu, dan memberikan saran dalam penyelesaian laporan tugas sarjana.

4. Bapak Aulia Ishak, ST, MT, Ph.D. sebagai Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji penulis, memberikan ilmu, dan memberikan saran dalam penyelesaian laporan tugas sarjana.

(7)

memberikan saran dalam penyelesaian laporan tugas sarjana.

6. Kedua orang tua tercinta, Ir. Erwan Heryanto Bakri dan Dra. Dian Pertiwi Arsol yang telah mengizinkan penulis untuk menempuh pendidikan sarjana dan memberikan dukungan dan motivasi baik dari segi moril, doa, maupun materil.

7. Ibu Minar dari pihak PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di pabrik dan memberikan data yang mendukung penelitian tugas sarjana.

8. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama perkuliahan sebagai bekal dalam penulisan tugas sarjana.

9. Staff pegawai Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Bang Tumijo, Bang Eddy, Bang Nurmansyah, Kak dede, Kak Neneng, Bu Aniaty, Kak Rahmaini, dan Kak Mia sebagai yang telah membantu segala urusan administrasi dan peminjaman buku di perpustakaan selama kegiatan perkuliahan dan penyelesaian tugas sarjana.

10. Kedua saudari tercinta Farhana Irmadela Erdia, dan Puan Maharani yang selalu memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

11. Muhammad Akbar Silalahi yang telah memberikan motivasi, saran, dan dukungan selama penyelesaian tugas sarjana.

(8)

13. Sahabat-sahabat ku tercinta Yunifa Ririarti Nur, Strie Anggih, Mutia Irani, Allessia titusa, Syafiah Khairunnisa, Novi Andri, Jerricho Medion Haryono S., Emmanuaella Caroline, dan Aulia Badrul Fathyang telah memberikan dukungan motivasi dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

14. Sahabat-sahabatpenulis di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU khususnya teman-teman angkatan2014 “ELASTIS” yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

15. Seluruh pihak yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS

Juli 2019

(9)

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x iv DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-8 1.3. Tujuan Penelitian ... I-9 1.4. Manfaat Penelitian ... I-10 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-10 1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... I-11

(10)

BAB HALAMAN II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-3 2.4. Daerah Pemasaran ... II-3 2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-4 2.5.1. Struktur Organisasi ... II-4 2.6. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-5 2.7. Proses Produksi ... II-7 2.7.1. Stasiun Penerimaan Buah (Reception Station) ... II-7 2.7.2. Stasiun Perebusan (Sterilizing Station) ... II-8 2.7.3. Stasiun Penebah (Thresher Station) ... II-9 2.7.4. Stasiun Pengempa (Pressing Station) ... II-10 2.7.5. Stasiun Klarifikasi (Clarification Station) ... II-10 2.7.6. Stasiun Pengolahan Inti/Biji (Kernel Station) ... II-14 2.7.7. Bahan yang Digunakan ... II-14 2.7.7.1. Bahan Baku ... II-14 2.7.7.2. Bahan Tambahan ... II-15

(11)

BAB HALAMAN III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Kelapa Sawit ... III-1 3.2. Limbah Kelapa Sawit ... III-2 3.2.1. Limbah Padat Kelapa Sawit ... III-3 3.2.2. Limbah Cair Kelapa Sawit ... III-3 3.3. Karakteristik Limbah Kelapa Sawit ... III-4 3.4. Sistem Teknologi Pengolahan Limbah Kelapa Sawit ... III-5 3.4.1. Sistem Kolam ... III-6 3.4.2. Sistem RANUT (Reaktor Anaerobik Unggun

Tetap) ... III-10 3.4.3. Sistem RBC ... III-13 3.5. Analytical Hierarchy Process (AHP) ... III-15 3.5.1. Decomposition ... III-16 3.5.2. Comparative Judgement ... III-17 3.5.3. Synthesis of Priority ... III-17 3.5.4. Logical Consistency ... III-17 3.6. VIKOR (Vise Kriterijumska Optimizacija I

Kompromisno Resenje) ... III-18 3.7. Penelitian Survei ... III-21 3.8. Teknik Sampling ... III-22

(12)

BAB HALAMAN 3.9. Metode Penentuan Jumlah Sampel ... III-22

3.9.1. Probability Sampling ... III-23 3.9.2. Non Probability Sampling ... III-27

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-1 4.5. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.6. Rancangan Penelitian ... IV-4 4.7. Pengumpulan Data ... IV-5 4.7.1. Sumber Data ... IV-5 4.7.2. Metode Pengumpulan Data ... IV-5 4.8. Pengolahan Data ... IV-6 4.9. Analisis dan Pemecahan Masalah ... IV-6 4.10. Kesimpulan dan Saran ... IV-6

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

(13)

BAB HALAMAN 5.2. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner ... V-1 5.3. Rekapitulasi Kuesioner ... V-2 5.3.1. Rekapitulasi Kuesioner 1 ... V-2 5.3.2. Rekapitulasi Kuesioner 2 ... V-5 5.4. Struktur Hirarki ... V-6 5.5. Prosedur AHP ... V-9

5.5.1. Matriks Banding Berpasangan (Parwise

Comparison) ... V-9 5.5.2. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk

Masing-Masing Kriteria dan Alternatif

Teknologi ... V-30 5.5.3. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi

Matriks ... V-36 5.5.4. Perhitungan Bobot Prioritas Level 4 (Alternatif) ... V-40 5.6. Prosedur VIKOR ... V-44

5.6.1. Penentuan Nilai Terbaik dan Terburuk dari

Seluruh Sub Kriteria ... V-44 5.6.2. Perhitungan Sj dan Rj ... V-47 5.6.3. Perhitungan Nilai Qj ... V-49 5.6.4. Pengurutan Alternatif ... V-50

(14)

BAB HALAMAN 5.6.5. Usulan Solusi Kompromi ... V-50

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis Hirarki Analytical Hierarchy Process ... VI-1 6.2. Analisis VIKOR ... VI-4 6.3. Analisis Pemilihan Penilaian Teknologi Pengolahan

Limbah Cair Kondisi Aktual dengan Usulan ... VI-4

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data Penjualan Minyak Kelapa Sawit (Juta ton per Tahun) ... I-5 1.2. Data Limbah Cair (Juta Ton per Tahun) ... I-6 1.3. Standarisasi Nilai Mutu Limbah Cair Indsutri ... I-6 2.1. Jam Kerja Karyawan Kantor ... II-6 2.2. Jam Kerja Karyawan Pabrik ... II-6 2.3. Jumlah Pekerja dalam dua shift di PKS PT. XYZ ... II-6 3.1. Komposisi Jumlah Air Limbah PKS dari 1 Ton CPO ... III-4 3.2. Kualitas Limbah Cair (Inlet) Pabrik Kelapa Sawit PKS ... III-5 5.1. Rekapitulasi Kuesioner 1 ... V-2 5.2. Rekapitulasi Kuesioner 2 ... V-6 5.3. Kelebihan dan Kekurangan Alternatif ... V-8 5.4. Matriks Banding Berpasangan Level 2 ... V-9 5.5. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Level Aspek

Lingkungan ... V-10 5.6. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Level Aspek

Ekonomi ... V-11 5.7. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Level Aspek

Teknologi ... V-13 5.8. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Level Aspek

Sosial ... V-14 5.9. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Nilai Mutu

Limbah ... V-15 5.10. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Kadar

Lumpur ... V-16 5.11. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Tingkat

Emisi ... V-17

(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.12. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Biaya

Instalasi ... V-18 5.13. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Biaya

Maintenance ... V-19 5.14. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Biaya

Operasional ... V-20 5.15. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Biaya Sumber

Daya Manusia ... V-21 5.16. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Performance ... V-22 5.17. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Maintenance ... V-23 5.18. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Sumber Daya

Manusia ... V-24 5.19. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Luas Area ... V-25 5.20. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Durability ... V-26 5.21. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria User

Friendly ... V-27 5.22. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Health

Impact ... V-28 5.23. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Manfaat

Sosial ... V-29 5.24. Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Smell Impact ... V-30 5.25. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Kriteria (pada Level 2) .... V-31 5.26. Perhitungan Rata-Rata Geometrik antar Subkriteria Aspek

Lingkungan ... V-32 5.27. Perhitungan Rata-Rata Geometrik antar Aspek Ekonomi ... V-32 5.28. Perhitungan Rata-Rata Geometrik antar Subkriteria Aspek

Teknologi ... V-32

(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.29. Perhitungan Rata-Rata Geometrik antar Subkriteria Aspek

Sosial ... V-33 5.30. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Antar Alternatif ... V-33 5.31. Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Level Antar Kriteria ... V-38 5.32. Rekapitulasi Bobot Kriteria Penilian Teknologi ... V-40 5.33. Perhitungan Bobot Prioritas ... V-42 5.34. Perhitungan Total Bobot Penilaian Teknologi Pengolahan

Limbah Cair ... V-44 5.35. Hasil Pembobotan Subkriteria Terhadap Alternatif

Teknologi Pengolahan Limbah Cair ... V-44 5.36. Rekapitulasi Pembobotan Parsial Alternatif Teknologi

Limbah Cair dengan Sub Kriteria ... V-46 5.37. Nilai Terbaik dan Terburuk untuk Setiap Sub-kriteria ... V-47 5.38. Rekapitulasi Nilai Sj ... V-48 5.39. Rekapitulasi Nilai Rj ... V-49 5.40. Rekapitulasi Nilai Qj ... V-49 5.41. Hasil Pengurutan Sj, Rj dan Qj ... V-50 6.1. Kriteria Penilaian Teknologi Pengolahan Limbah Cair ... VI-1 6.2. Bobot Kriteria dan Subkriteria Penilaian Teknologi

Pengolahan Limbah Cair ... VI-2 6.3. Hasil Pembobotan Alternatif ... VI-3 6.4. Hasil Pengurutan Teknologi Limbah Cair ... VI-4

(18)

GAMBAR HALAMAN 1.1. Volume Ekspor Minyak Sawit Indonesia ... I-3 1.2. Produk Turunan Komoditas Minyak Kelapa Sawit ... I-4 2.1. Lokasi PT. XYZ ... II-3 2.2. Struktur Organisasi PT. XYZ ... II-5 2.3. Urutan Klarifikasi ... II-11 3.1. Alur Proses Pengolahan dengan Sistem Kolam ... III-6 3.2. Proses Pengolahan Air Limbah Sistem RANUT ... III-11 3.3. Proses Pengolahan Air Limbah Sistem RBC ... III-15 4.1. Kerangka Koneptual Penelitian ... IV-3 4.2. Block Diagram Rancangan Penelitian ... IV-4 5.1. Hirarki Kriteria dan Pilihan Teknologi Pengolahan

Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ... V-7

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang sebelumnya telah disebut dalam Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation pada tahun 1992. Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN1.

Untuk menghadapi MEA 2015, Indonesia telah menyusun beberapa strategi dimana pelaksanaannya akan diserahkan kepada masing-masih daeroh otonomi. Strategi daerah tersebut antara lain meningkatkan daya saing produk unggulan daerah, dengan cara:

1. Meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk-produk unggulan daerah 2. Mendorong ekspansi dan promosi produk unggulan baik barang dan jasa

Industri pengolahan kelapa sawit merupakan sektor industri yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai salah satu industri unggulan Indonesia. Pada tahun 2005, jumlah pabrik kelapa sawit di Indonesia mencapai 320 unit dengan berbagai kapasitas produksi pabrik. Total kapasitas olahan pabrik

(20)

kelapa sawit di Indonesia adalah 13520 ton/jam. Selain menghasilkan CPO dan PKO (Palm Kernel Oil) sebagai produk utama, pabrik kelapa sawit juga menghasilkan limbah produksi berupa air limbah dan lumpur (Palm Oil Mill Effluent), tandan kosong sawit, cangkang, dan serat. Negara berkembang seperti Malaysia, Indonesia, Nigeria, dan Thailand merupakan negara terbesar dalam penyediaan minyak kelapa sawit di dunia2.

Terbukti dalam 20 tahun terakhir (1985-2005), pertambahan kebun kelapa sawit mencapai lima juta hektar atau meningkat 837 persen, dan hal itupun dibuktikan juga oleh kontribusi minyak sawit terhadap ekspor nasional yang mencapai enam persen, komoditas ini juga nomor satu dari produksi Indonesia.

Selama tahun 2005, minyak sawit telah menjadi minyak makan terbesar di dunia.

Konsumsi minyak sawit dunia mencapai 26 persen dari total konsumsi minyak makan dunia3. Penggunaan kelapa sawit sebagai bahan baku dalam perindustrian dapat menciptakan nilai tambah di Indonesia sebagai penghasil devisa Negara.

Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2017, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke 10 negara tujuan utama mencapai 24,01 juta ton seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut.

2 Gobi, K, V.M. Vadidelu. 2013. By-Product of Palm Oil Mill Effluent Treatment Plant – A Step Towards Sustainability . Elsevier, School of Chamical Engineering.

3 Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit.

Ditjen PPHP Departemen Pertanian

(21)

Sumber: Badan Pusat Statistik (2017)

Gambar 1.1. Volume Ekspor Minyak Sawit Indonesia

Selain sebagai sumber minyak goreng kelapa sawit, produk turunan kelapa sawit ternyata masih banyak manfaatnya dan sangat prospektif untuk dapat lebih dikembangkan, antara lain:

1. Produk turunan CPO selain minyak goreng kelapa sawit, dapat dihasilkan margarine, shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats, Instants Noodle, Sabun dan Deterjen, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel

2. Produk turunan minyak inti sawit dapat dihasilkan Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun, Deterjen, Shampoo dan Kosmetik

(22)

3. Produk turunan minyak kelapa sawit dalam bentuk oleochemical dapat dihasilkan Methyl Esters, Plastic, Textile Processing, Metal Processing, Lubricants, Emulsifiers, Detergent, Glycerin, Cosmetic, Explosives, Pharmaceutical Products dan Food Protective Coatings.

Sumber: Departemen Perindustrian (2007)

Gambar 1.2. Produk Turunan Komoditas Minyak Kelapa Sawit

Dampak lain perkembangan pesat produksi minyak sawit mentah adalah limbah cair kelapa sawit, yang sering disebut sebagai Palm Oil Mill Effluent atau POME. POME adalah limbah cair yang berminyak dan tidak beracun, hasil

(23)

pengolahan minyak sawit. Meski tak beracun, limbah cair tersebut dapat menyebabkan bencana lingkungan bila dibuang ke kolam terbuka, dan akan melepaskan sejumlah besar gas metana dan gas berbahaya lainnya yang menyebabkan emisi gas rumah kaca4. Pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan limbah produksi seperti limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah cair dari produksi minyak kelapa dihasilkan dari kondensat, air cucian, dan hydocyclone. Limbah padat terdiri dari tandan kosong, cangkang, tempurung kelapa sawit, dan serabut. Limbah gas dan abu dihasilkan dari pembakaran bahan bakar untuk boiler dan proses sterilization5. Meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit telah menyebabkan kenaikan pada jumlah limbah cair6. Berikut data penjualan minyak kelapa sawit PT. XYZ

Tabel 1.1. Data Produksi Minyak Kelapa Sawit (Juta Ton) 2015 2016 2017 2018

37,16 38,35 39,01 40,23

Sumber: PT. XYZ

PT. XYZ bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan Crude Palm Oil (CPO). PT. XYZ juga menghasilkan limbah yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Produksi limbah tidak dapat dihindari seiring dengan berjalannya proses pengolahan kelapa sawit yang dapat mencemari lingkungan sekitar. Berikut data produksi limbah cair pada PT. XYZ

4 Cahyanto, Robby. 2014. Industri Kelapa Sawit, Limbah Cair dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair Sebagai Bahan Baku Pembangkit Listrik.

5 Kardono. 2008. Assessment of Oil Palm Waste Treatment Technology . Jakarta, J. Tek. Ling.

6 Gobi, K, V.M. Vadidelu. 2013. By-Product of Palm Oil Mill Effluent Treatment Plant – A Step

(24)

Tabel 1.2. Data Limbah Cair (Juta Ton per Tahun)

2015 2016 2017 2018

22.29 23.00 23.40 24.13

Sumber: PT. XYZ

Limbah cair mempunyai standarisasi nilai mutu agar tidak mencemari lingkungan sekitar saat dibuang dapat dilihat pada tabel berikut. Untuk itu, perusahan harus menyediakan unit pengolahan limbah yang baik agar limbah tersebut tidak menimbulkan penurunan kualitas lingkungan serta hambatan pada pengolahan kelapa sawit pada masa mendatang.

Tabel 1.3. Standarisasi Nilai Mutu Limbah Cair Indsutri No. Parameter Uji Nilai Mutu Limbah Nilai dari PKS

1. COD (mg/L) 3.000 18.408

2. BOD (mg/L) 1.500 10.266

Sumber: PT. XYZ

Peningkatan kadar BOD dan COD akan membuat organisme yang hidup di dalam sungai menjadi terganggu aktivitasnya bahkan dapat mati karena berkurangnya kandungan Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO). Nilai BOD yang tinggi berdampak pada penurunan oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) karena bakteri yang ada didalam air akan menghabiskan oksigen terlarut7.

PT. XYZ sudah menerapkan teknologi pengolahan limbah cair berupa sistem kolam. Pengolahan limbah cair dengan sistem kolam menggunakan proses pengadukan dengan peralatan aerator mekanik berupa surface aerator sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara. Namun, teknologi tersebut membutuhkan area yang luas dan menimbulkan bahaya gas metana.

7 Ngatilah, Yustina, Ony Kurniawan. 2013. Kebijakan Perbaikan Kualitas Air Sungai Pegirikan Dengan Metode Sistem Dinamik. Jawa Timur. Prodi Teknik Industri FTI-UPNV

(25)

Selain teknologi pengolahan limbah cair sistem kolam, terdapat juga sistem pengolahan limbah cair sistem RANUT dan sistem RBC. Sistem RANUT energi yang dibutuhkan sangat rendah, mudah dalam pengoperasian, mudah dalam start up, serta kinerja tingi, namun kemungkinan terjadinya penyumbatan dalam reaktor karena terbentuknya biofilm yang berlebihan dan timbulnnya endapan disekitarnya. Sistem RBC pengoperasian alat serta perawatannya mudah, konsumsi energi lebih rendah, reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, tidak tejadi bulking ataupun buth (foam) seperti pada proses lumput aktif, namun biaya investasi tinggi, memerlukan perawatan secara rutin.

. Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi dalam pengolahannya. Masing-masing teknologi memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, akan dilakukan penilaian terhadap teknologi pengolahan limbah cair dengan cara mengaplikasikan metode Multi Criteria Decision Making (MCDM).

8Penelitian terdahulu terkait penilaian terhadap sistem pengolahan limbah cair pernah dilakukan oleh Marta Bottero (2011) yang menggunakan metode AHP dan ANP pada pabrik yang memproduksi keju. Penggunaan metode ini menghasilkan pemilihan sistem terbaik dalam pengelolaan limbah serta dapat mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh limbah tersebut.

9Penelitian terdahulu terkait pengolahan limbah juga telah dilakukan oleh Jorge Curiel-Esparza, Marco A. Cuenca-Ruiz, Manuel Martin-Utrillas dan Julian

8 Boterro, Marta, Elena Comino, Vincenzo Riggio. 2011. Application of AHP and ANP for The Assesment of Different Wastewater treathment System. Elsevier

9 Jorge Curiel-Esparza, dkk. 2014. Selecting a Sustainable Disinfection Technique for Wastewater

(26)

Canto-Perello (2014). Peneliti mengguakan metode AHP dan VIKOR untuk memilih teknik disinfeksi berkelanjutan untuk proyek penggunaan kembali air Limbah. Penggunaan metode ini menghasilkan teknologi radiasi ultraviolet untuk teknik disinfeksi berkelanjutan.

Metode yang akan diadaptasi pada penelitian ini adalah integrasi dari Analytical Hierarchy Process (AHP) dan VIKOR. AHP digunakan untuk menentukan bobot dari kriteria teknologi pengolahan limbah cair yang saling berhubungan sehingga membentuk jaringan. Bobot perolehan dari AHP kemudian di input sebagai bobot awal VIKOR digunakan karena menghasilkan solusi yang mendekati ideal dan setiap alternatif dievaluasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit maka terjadi peningkatan pada kapasitas limbah. Produksi limbah cair kelapa sawit yang terus bertambah, maka perlu ditinjau teknologi yang terdapat pada PT. XYZ yang masih menimbulkan permasalahan. Hal itu disebabkan karena ketidak pastian terkait pemilihan dan kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi teknologi pengolahan limbah cair kelapa sawit seiring dengan terus meningkatnya produksi limbah cair kelapa sawit.

Oleh karena itu, akan dilakukan penentuan kriteria dalam mengevaluasi teknologi alternatif pengolahan pengolahan limbah cair terbaik berdasarkan

(27)

berbagai aspek dan kriteria yang dikembangkan dan menjadi konsensus oleh para ahli berdasarkan pendekatan literatur/teori.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk menentukan alternatif teknologi pengolahan limbah cair berdasarkan kriteria ekonomi, lingkungan, teknologi dan sosial dengan menggunakan metode AHP dan VIKOR yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan pada pabrik PT. XYZ.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengembangkan kriteria dan subkriteria yang ada dalam penilaian teknologi pengolahan limbah cair.

2. Menentukan kriteria dan subkriteria yang ada dalam penilaian teknologi pengolahan limbah cair.

3. Membuat kuesioner AHP untuk menilai teknologi pengolahan limbah cair.

4. Melakukan penyebaran kuesioner AHP untuk menilai teknologi pengolahan limbah cair.

5. Merekap kuesioner AHP yang sudah disebar untuk menilai teknologi pengolahan limbah cair.

6. Mengolah data yang telah didapat dari rekapan kuesioner AHP yang sudah disebar untuk menilai teknologi pengolahan limbah cair.

7. Hasil dari AHP digunakan untuk mengolah VIKOR untuk mendapatkan alternatif teknologi pengolahan limbah cair.

(28)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai sarana untuk menambah pengalaman dan keterampilan dalam memahami kondisi PT. XYZ dan mampu memecahkan masalah mengenai penilaian teknologi pengolahan limbah cair pada pabrik kelapa sawit.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dalam suatu kasus dunia nyata.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam membuat kebijakan untuk menentukan teknologi pengolahan yang akan diterapkan.

3. Untuk mempererat hubungan kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada stasiun pengolahan limbah.

2. Limbah yang diteliti adalah limbah cair pada pabrik kelapa sawit

3. Kriteria-kriteria dalam penilaian teknologi pengolahan limbah cair pada pabrik kelapa sawit berdasarkan literatur/teori dan pendapat para ahli.

4. Metode yang digunakan untuk penilaian alternatif adalah Analytical Hierarchy Process dan VIKOR.

(29)

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tidak terjadi rekonstruksi selama proses penelitian.

2. Responden memiliki penglaman selama ± 2 tahun.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:

Pada Bab I Pendahuluan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan dan asumsi penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan tugas akhir.

Pada Bab II Gambaran Umum Perusahaan, berisikan sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, visi dan misi, lokasi perusahaan, daerah pemasaran, serta organisasi dan manajemen.

Pada Bab III Landasan Teori, teori-teori mendukung pemecahan masalah.

Teori yang digunakan berhubungan dengan limbah kelapa sawit, metode AHP (Analytical Hierarchy Process), dan VIKOR.

Pada Bab IV Metodologi Penelitian berisikan mengenai tempat dan waktu penelitian, objek penelitian, jenis penelitian, prosedur penelitian, sumber data, variabel penelitian, metode penelitian, kerangka konseptual, serta metode analisis dan pemecahan masalah.

Pada Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi tentang pengumpulan data yang berhubungan dengan pemecahan masalah baik dari perolehan data, sebagai mana data-data tersebut diolah untuk memperoleh hasil yang menjadi dasar pemecahan masalah tersebut.

(30)

Pada Bab VI Analisis dan Pemecahan Masalah, meliputi analisis terhadap hasil pengolahan data dan hasil pemecahan permasalahan penelitian.

Pada Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi rangkuman dari hasil penelitian serta saran yang bermanfaat untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya.

(31)

2.1. Sejarah Perusahaan

Kebun unit Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926 dengan nama “ NV Cultuur Maatschappy Onderneming (NV CMO)” yang bergerak dalam budidaya tembakau. Pada tahun 1938 budidaya tembakau diubah menjadi kelapa sawit dan karet dengan nama “ NV Serdang Maatschappy (SCM)”. Sejak tahun 1973 budidaya karet diganti menjadi kakao, sedangkan kelapa sawit tetap dipertahankan. Pada tahun 1942 diambil alih oleh pemerintah Jepang dari Pemerintah Belanda. Pada tahun 1946 diambil kembali oleh Pemerintah Belanda dengan nama tetap NV SCM. Maka pada tahun 1958 perusahaan ini diambil oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN), tahun 1960 PPN diganti nama menjadi PPN Baru SUMUT V. Pada tahun 1936 PPN Baru SUMUT V dipisah menjadi dua kesatuan yaitu:

1. PPN XYZ, Kantor Kesatuan di Tanjung Morawa

2. PPN Aneka Tanaman II Kebun Hilir, Kantor Kesatuan di Pabatu

Pada tahun 1968 PPN Antan II diganti menjadi PNP VI dengan penggabungan kembali PPN XYZ Hulu dengan PPN XYZ Hilir. Pada tahun 1978 PNP VI dirubah menjadi bentuk Persero dengan nama PT. Perkebunan VI (Persero). Tahun 1994 PTP VI, PTP VII dan PTP VIII digabung dan dipimpin oleh Direktur Utama PTP VII. Sejak tanggal 11 Maret 1996 sampai dengan saat

(32)

ini gabungan PTP VI, PTP VII dan PTP VIII diberi nama PT. XYZ merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan Hak Guna Usaha PT.

XYZ sebesar 8.965,69 Ha. Pada tahun 1994 PTP VI, PTP VII dan PTP VIII bergabung dan dipinjam oleh Direktur Utama PTP VIII. Sejak tanggal 11 Maret 1996 sampai dengan saat ini gabungan PTP VI, PTP VII dan PTP VIII diberi nama PT. XYZ merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan luas areal Hak Guna Usaha PT. XYZ adalah seluas 8.965,69 Ha. Dalam proses pengolahan, PT XYZ memiliki 16 Unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas total 635 ton Tandan Buah Segar (TBS) perjam, 2 unit Pabrik Teh dengan kapasitas total 155 ton Daun Teh Basah (DTB) perhari, dan 2 unit Pabrik Pengolahan Inti Sawit dengan kapasitas 405 ton perhari.

Dalam perkembanganya PT. XYZ terus melakukan pembenahan dan pelayanan demi meningkatkan keunggulan produksi. Pelayanan - pelayanan ini meliputi:

1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000

2. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000 : 2004

3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang Lingkup Bidang Usaha PT. XYZ Unit Adolina adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan kelapa sawit. PT. XYZ memperoleh TBS dari kebun PT. XYZ sendiri dan sebagian diperoleh dari kebun rakyat dan dari sektor swasta yang berada disekitarnya. Selain memproduksi CPO (Crude

(33)

Palm Oil) PT. XYZ juga memproduksi PKO (Palm Kernel Oil) yang selanjutnya tidak dipasarkan melainkan akan diproses lebih lanjut ke pabrik pengolahan inti sawit di Pabatu.

Berikut adalah ruang lingkup bidang usaha pada perusahaan PT. XYZ yaitu:

1. Tandan Buah Segar menjadi Crude Palm Oil / CPO (Minyak Sawit) 2. Tandan Buah Segar menjadi Kernel (Inti Sawit)

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. XYZ berlokasi di Jl. Medan - Tebing Tinggi, Batang Terap, Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Gambar 2.1. Lokasi PT. XYZ

2.4. Daerah Pemasaran

PT. XYZ melakukan kegiatan pemasaran dan penjualannya yang di lakukan dalam negeri dan di luar negeri. Konsumen yang dituju untuk pemasaran dalam negeri, adalah perusahaan-perusahaan yang mengolah lebih lanjut minyak

(34)

mentah hasil pengolahan Tandan buah segar dan palm kernel, sedangkan untuk pemasaran luar negeri, CPO yang dihasilkan diekspor ke beberapa Negara seperti Belanda, Jepang, Belgia.

Proses pemasaran dan penjualan yang dilakukan untuk daerah Sumatra Utara maupun diluar daerah Sumatra Utara akan di atur oleh Kantor Pusat PT.

XYZ.

2.5. Organisasi dan Manajemen 2.5.1. Struktur Organisasi

Manajemen dan organisasi yang baik akan memberikan pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang seimbang. Dengan mengetahui tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya maka diarapkan setiap personil akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik sehingga organisasi dapat berjalan dengan efisien, sistematis dan terkoordinir. Ditinjau dari segi struktur, organisasi merupakan gambaran skematis hubungan-hubungan kerjasama dari orang-orang dalam mencapai suatu tujuan.

Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. XYZ adalah struktur yang berbentuk fungsional berdasarkan fungsi, yaitu pembagian atas unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas yang dilakukan dan juga wewenang dari pimpinan dilimpahkan pada unit-unit organisasi di bawahnya pada bidang tertentu secara langsung. Pimpinan tertinggi dipengang oleh seorang Manajer Unit. Adapun struktur organisasi PT. XYZ.

(35)

Sumber: Pengumpulan Data

Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. XYZ

2.6. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Berikut Atutran jam kerja pada karyawan yang berlaku di PT. XYZ dibagi atas dua bagian, yaitu:

Bagian Kantor Untuk bagian kantor hanya ada satu shift dengan 7 jam kerja per hari dan 40 jam kerja per minggu dengan bagian dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(36)

Tabel 2.1. Jam Kerja Karyawan Kantor

No Hari Waktu Kerja Istirahat

1 Senin – Kamis 06.30 - 09.30 09.30-10.30

10.30 – 15.00

2 Jumat 06.30 – 09.30 09.30-10.30

10.30 – 12.00

3 Sabtu 06.30 – 09.30 09.30-10.30

10.30 – 13.00

Sumber : PT. XYZ

1. Bagian Pabrik Untuk bagian pabrik pekerja dibagi atas dua shift yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja Karyawan Pabrik

No Shift Waktu Kerja

1 I 08.00 - 17.00

2 II 17.00 – 08.00

Sumber : PT. XYZ

2. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan pada PT. XYZ dalam dua shift dapat ditunjukkan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jumlah Pekerja dalam dua shift di PKS PT. XYZ No. Stasiun Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Shift

1 Mandor shift 2 2

2 Wacht Tukang 2 2

3 Loading Ramp 8 2

4 Rebusan 12 2

5 Thresher 2 2

6 Hoisting Crane 4 2

7 Pressan 4 2

8 Klarifikasi 6 2

9 Refericarfing & Kernel 6 2

10 Boiler Operator 8 2

11 Kamar Mesin 4 2

12 Water Treatment 2 2

13 Laboratoriumm/ Demin Plant 6 2

14 Limbah 4 2

Jumlah 70

Sumber : PT. XYZ

(37)

2.7. Proses Produksi

Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit dilakukan dengan melalui beberapa proses. PT. XYZ memiliki kapasitas 30 ton/jam.

Adapun tahapan-tahapan dalam proses pengolahan TBS menjadi minyak dan inti sawit dibagi dalam beberapa stasiun, yaitu:

1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station).

2. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station) 3. Stasiun Penebah (Threshing Station) 4. Stasiun Pengempa (Pressing Station)

5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station) 6. Stasiun Pengolahan Inti/Biji (Kernel Station)

2.7.1 Stasiun Penerimaan Buah (Reception Station)

Stasiun penerimaan buah terdiri dari weight bridge (tempat penimbangan) dan loading ramp.

1. Weight Bridge (Jembatan Timbang)

Truk yang mengangkut tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun ditimbang terlebih dahulu untuk memperoleh berat sebelum dibongkar (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra). Selisih antara bruto dan tarra adalah jumlah TBS yang diterima di PKS PT. XYZ (netto). Kapasitas jembatan timbang yang digunakan PKS adalah 50 ton. Truk yang keluar masuk jembatan timbang harus berjalan perlahan-lahan karena jembatan timbang ini

(38)

menggunakan mekanikal hybrid yang terkomputasi yang sangat sensitif terhadap beban kejut. Pada saat penimbangan, posisi truk harus berada di tengah agar beban yang dipikul rata.

2. Loading Ramp

Loading ramp adalah tempat penimbunan buah sementara dan pemindahan tandan buah ke dalam lori rebusan. TBS dari truk setelah ditimbang di jembatan timbang kemudian dituang loading ramp, dimana terlebih dahulu dilakukan sortiran buah untuk mengetahui/menentukan kualitas dan kwantitas minyak kelapa sawit yang akan diproses. . Sortasi TBS sebagai alat untuk menilai mutu panen dilaksanakan terhadap setiap truk yang mpengangkut buah sawit ke sortasi dilakukan dengan sistem contoh (sampling) di pabrik yang dianggap mewakili untuk setiap afdeling kebun per hari. Untuk TBS dari pihak ketiga (kebun swasta maupun kebun warga), maka sortasi dilakukan terhadap semua truk. Hasil sortasi panen digunakan untuk menghitung rendemen distribusi tiap-tiap afdeling pemasok dan membuat analisa tandan untuk setiap fraksi, tahun tanam dan setiap afdeling kebun.

Tandan buah dituang pada tiap-tiap sekat dan diatur dari pintu ke pintu lainnya dengan isian sesuai kapasitas kemudian dimasukkan kedalam lori dengan kapasitas 2,5 ton/lori.

2.7.2 Stasiun Perebusan (Sterilizing Station)

Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang berfungsi untuk merebus TBS dengan uap (steam). Steam yang digunakan adalah saturated steam (uap

(39)

basah) dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 dan suhu 120 – 130 0 C yang diinjeksi dari Back Pressure Vessel (BPV). Sistem perebusan yang dipakai adalah sistem tiga puncak (triple peak). Triple peak adalah jumlah puncak dalam proses perebusan ditunjukan dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau keluar selama proses perebusan berlangsung yang diatur secara manual atau otomatis dengan menggunakan mikro kontroler ATMEL AT89S51 yang mengatur pembuangan uap dengan waktu yang sudah ditentukan untuk mencapai tekanan yang dibutuhkan, yaitu:

1. Puncak I : 1,5 kg/cm² 2. Puncak II : 2,3 kg/cm² 3. Puncak III : 2,8 kg/cm²

2.7.3 Stasiun Penebah (Thresher Station)

Thresher merupakan alat penebah atau pemisah janjangan dengan brondolan yang berbentuk drum, pada bagian drum dibuat kisi-kisi (celah) sebagai tempat jatuhnya buah berondolan yang terlepas dari janjangannya.

Thresher digunakan untuk melepas dan memisahkan buah dari tandan dengan cara masuknya buah dari pengisi otomatis masuk kedalam drum yang berputar (± 23 rpm), buah terangkat dan jatuh terbuang sehingga buah/brondolan lepas dari tandan melalui kisi-kisi drum buah masuk kedalam konveyor janjangan kosong yang terdorong keluar dan masuk kedalam conveyor janjangan kosong (empty bunch conveyor). Brondolan yang keluar dari bagian bawah ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim ke bagian digesting dan pressing.

(40)

Sedangkan tandan (janjang) kosong yang keluar dari bagian belakang ditampung oleh konveyor dan dibawa ke hopper janjangan kosong melalui Empty Bunch Conveyor dan Bunch Hopper Conveyor (EBC dan BHC).

2.7.4 Stasiun Pengempa (Pressing Station)

Stasiun kempa merupakan stasiun dimulainya pengambilan minyak kasar dari buah dengan cara melumat buah mengempanya. Terdapat dua bagian dalam proses ini yaitu ketel adukan (digester) dan pengempaan (screw press). Degister adalah silinder adukan yang mempunyai dinding rangkap, dengan proses pemutar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk. Jumlah pisau pengaduk dalam satu buah digester terdiri dari empat pasang pisau pengaduk yang bertingkat dan satu pasang pisau pelempar. Letak pisau-pisau ini dibuat bersilangan antara pasangan yang satu dengan lain agar daya adukan cukup besar dan hasilnya maksimal.

Screw Press ini berfungsi untuk mengempa massa adukan dari alat pengadukan (digester) untuk dikempa sehingga terjadi pemisahan antara massa padat (biji, serat, dan kotoran) dengan cairan kasar. Tujuan dari proses pengempaan ini adalah mengambil minyak yang ada dalam massa adukan semaksimal mungkin dengan cara mengempa pada tekanan tertentu.

2.7.5 Stasiun Klarifikasi (Clarification Station)

Stasiun klarifikasi berfungsi memisahkan minyak kasar dari NOS, air dan kotoran dari stasiun pengempaan sehingga diperoleh kualitas CPO yang baik yang sudah dimurnikan dari kotoran.

(41)

Vibro Separator

Crude Oil Tank Sand Trap Tank

Digester

CST

Sludge Tank

Vacuum Drier Oil Purifier

Oil Tank

Bak Fat Fit Sludge Separator

Sand Cyclone Strainer

Tangki Timbun

Sludge Minyak

Gambar 2.3. Urutan Klarifikasi

Sand trap tank berfungsi untuk menangkap pasir atau memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang berasal dari screw press. Adanya pasir mempengaruhi proses di sludge separator, karena dapat merusak nozzle dan piringan (disk).

Vibro separator berfungsi untuk menyaring crude oil dari serabut-serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Getaran dari vibro dikontrol

(42)

melalui penyetelan pada bandul yang diikat pada electromotor. Getaran yang kurang menyebabkan pemisahan tidak efektif.

Crude oil tank (COT) merupakan tangki penampung minyak kasar hasil saringan dari vibro separator.

Continuous settling tank (CST) berfungsi untuk memisahkan minyak, air, dan NOS secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis. Panas yang diberikan menyebabkan viskositas menurun dan perbedaan berat jenis larutan semakin besar, sehingga terjadi pemisahan larutan dimana larutan minyak naik keatas (berat jenis minyak < 1), sludge berada ditengah (berat jenis = 1) serta pasir dan kotoran lainnya berada di bawah (berat jenis > 1).

Sludge tank menampung sludge yang sudah dipisahkan dari CST. Sludge tank berbentuk silinder dan bagian bawah berbentuk kerucut yang berfungsi sebagai tempat pengendapan sludge dan kotoran lainnya. Strainer berbentuk tabung vertikal yang didalamnya terdiri dari sikat sikat yang ikut berputar dengan poros ditengah tabung. Sludge yang masih mengandung serabut dipisahkan dengan cara memutar sikat-sikat bersama poros. Sludge yang telah tersaring keluar dari bagian atas selanjutnya masuk ke Sand cyclone sedangkan serabut dan kotoran terbuang kebawah. Sand cyclone berbentuk silinder pada bagian atas sedangkan pada bagian bawah berbentuk konus yang dilengkapi dengan pipa pemasukan sludge, pipa pengeluaran sludge dan bagian bawah untuk tempat pembuangan pasir. Sludge dari sand cyclone masuk ke buffer tank yang berfungsi sebagai tempat penampungan semaentara juga untuk mnstabilkan aliran sludge yang akan diolah di sludge separator dengan low speed yang memanfaatkan gaya

(43)

gravitasi, karena posisi buffer tank berada diatas sludge separator sehingga tidak memerlukan lagi pompa. Bak fat pit berfungsi mengutip minyak dari air kondensat rebusan, sludge dan air buangan Sand Trap Tank, Bak RO, CST, Sludge Separator, Brush Strainer, Sand Cyclone, Oil Purifier dan Vacum Drier. Bak fat pit mempunyai atap dan tanpa dinding pentup.

Oil tank berfungsi untuk memanasi minyak yang telah dipisahkan dari air dan kotoran dengan cara pengendapan yaitu zat yang memiliki berat jenis yang lebih berat dari minyak akan mengendap didasar tangki dan juga oil tank berfungsi sebagai penampung sebelum minyak masuk ke oil purifier.

Oil Purifier berfungsi untuk memisahkan minyak dengan gaya sentrifugal dan prinsip perbedaan berat jenis dimana minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil akan terdorong kebagian poros, sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar jenisnya lebih besar akan terdorong kearah dinding.

Minyak yang telah dimurnikan secara otomatis di oil purifier, lalu dipompakan ke float tank yang berfungsi untuk menjaga pengumpanan vacum dryer agar tetap vacum sehingga dapat bekerja secara optimal.

Vacum Drier berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi yang akan dipasarkan dengan cara penguapan hampa. Ujung pipa yang masuk kedalam vacum drier di buat sempit berbentuk nozzle-nozzle sehingga akibat ke vacum tangki minyak tersedot dan mengabut didalam vacum drier.

Tangki timbun berfungsi untuk menyimpan sementara minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim.

(44)

2.7.6 Stasiun Pengolahan Inti/Biji (Kernel Station)

Stasiun pengolahan inti / biji ini bertujuan untuk memisahkan daging buah dengan biji, mengeram biji, memecah biji, memisahkan inti dengan cangkang dan mengeringkan inti.

Inti sawit ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak putih dan lain-lain. Inti sawit dikirim ke mitra perusahaan yang melakukan pengolahan minyak putih. Hasil sampingan pengolahan nut adalah fibre dan cangkang.

Keduanya ini digunakan sebagai bahan bakar boiler.

2.7.7. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan oleh PT. XYZ untuk menghasilkan minyak kelapa sawit dikelompokkan menjadi bahan baku, bahan penolong, dan bahan tambahan.

2.7.7.1. Bahan Baku

Bahan baku yang diolah oleh PT. XYZ adalah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang diperoleh dari kebun-kebun PT. XYZ dan sebagian lagi diperoleh dari kebun-kebun rakyat disekitarnya. Kelompok varietas tertentu memiliki mutu buah tertentu yang sudah dikenal baik dalam seleksi. Kelompok- kelompok tersebut diklarifikasikan berdasarkan ketebalan relatif dari perikarp, cangkang dan inti dari tandan buah segar.

(45)

Adapun jenis kelapa sawit yang di budidayakan adalah:

1. Kongo: Perikrap tipis 30-40 % dari bobot buah, tebal cangkang 0,4-0,85 cm, inti tipis hingga tebal.

2. Dura (Dura Deli di Sumatera): Perikrap 40-70 % dari bobot buah, tebal cangkang 0,2-0,5 cm

3. Tenera: Perikrap agak tebal ± 60 % dari bobot buah, tebal cangkang 0,1-0,25 cm, , ketebalan initi bervariasimenurut tebal cangkang.

4. Pisifera: Buah tanpa cangkang, memiliki serat mengelilingi cangkang yang sangat tipis, jarang terdapat diperkebunan.

5. Diwakkawakka: Buah ditandai oleh mantel yang terdiri dari 6 carpel sekeliling buah.

2.7.7.2. Bahan Tambahan

Adapun bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah:

1. Air

Air yang digunakan oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. XYZ bersumber dari sungai ular yang berjarak sekitar 1600 m dari lokasi pabrik. Air digunakan untuk proses produksi, boiler ataupun untuk keperluan domestik.

Air sungai tidak langsung digunakan, namun diolah terlebih dahulu agar air yang digunakan bebas dari endapan mineral dan lebih jernih sehingga layak untuk digunakan untuk proses produksi.

(46)

2. Tenaga Uap (Steam)

Uap dihasilkan oleh boiler yang mengubah air hingga menjadi steam (uap panas). PKS PT. XYZ menggunakan ketel uap tipe pipa air (Water Tube Boiler) dengan produksi uap 20 ton uap/jam.

Uap digunakan untuk:

a. Pembangkitan daya listrik b. Pemanasan

c. Perebusan TBS dalam sterilizer

d. Pemanas minyak sawit pada stasiun penjernih minyak

e. Pemanas sludge untuk mempermudah memisahkan antara minyak dan sludge

(47)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kelapa Sawit1

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia sebagai salah satu penyumbang devisa non-migas yang cukup besar. Kelapa sawit menghasilkan produk olahan yang mempunyai banyak manfaat. Produk minyak kelapa sawit tersebut digunakan untuk industri penghasil minyak goreng, minyak industri, bahan bakar, industri kosmetik dan farmasi.

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2005 yaitu seluas 4 520 600 ha dan terjadi peningkatan yang cukup besar pada tahun 2010 yaitu menjadi 8 430 027 ha. Luas perkebunan kelapa sawit yang besar akan diiringi dengan volume ekspor yang tinggi pula, hal tersebut dikarenakan permintaan dunia akan minyak sawit terus meningkat sehingga pasaran ekspornya selalu terbuka lebar dan dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Volume ekspor CPO pada tahun 2006 sebesar 11 745 954 ton mencapai nilai US$ 4 139 286 000 dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 615 958 ton atau senilai US$ 12 626 595 000.

Pertambahan dan peningkatan areal pertanaman kelapa sawit diiringi pertambahan jumlah industri pengolahannya menyebabkan jumlah limbah yang dihasilkan semakin banyak pula. Hal tersebut disebabkan oleh bobot limbah

1 Susilawati, Supijatno. 2015. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di

(48)

pabrik kelapa sawit (PKS) yang harus dibuang semakin bertambah. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, baik kuantitas sumber daya alam, kualitas sumber daya alam, maupun lingkungan hidup.

Dampak negatif limbah yang dihasilkan dari suatu industri menuntut pabrik agar dapat mengolah limbah dengan cara terpadu. Pemanfaatan limbah menjadi bahan-bahan yang menguntungkan atau mempunyai nilai ekonomi tinggi dilakukan untuk mengurangi dampak negatif bagi lingkungan dan mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan.

Limbah industri pertanian khususnya industri kelapa sawit mempunyai ciri khas berupa kandungan bahan organik yang tinggi. Kandungan bahan organik tersebut dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan kelapa sawit. Limbah PKS memungkinkan dimanfaatkan pada lahan perkebunan kelapa sawit untuk menghindari pencemaran lingkungan dan mengatasi kebutuhan pupuk.

3.2. Limbah Kelapa Sawit2

Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah berupa limbah padat, terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair terjadi pada in house keeping pada pengolahan CPO (Crude Palm Oil). Limbah yang terjadi pada generasi pertama baik itu limbah padat atau cair setelah diproses menjadi suatu produk yang akan menyisakan limbah generasi berikutnya dan limbah generasi kedua ini juga dapat dimanfaatkan menjadi

2 Kamal, Netty. 2014. Karakterisasi dan Potensi Pemanfaatan Limbah Sawit. Bandung.

(49)

produk yang mempunyai nilai tambah. Diantara potensi limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk sintetis (Urea, TSP dan lain-lain). Pemanfaatan limbah baik padat maupun cair secara umum dapat dilakukan melalui proses pengolahan yang dapat dibedakan dalam tiga proses yakni ; proses kimia, proses fisika serta proses biologi.

3.2.1. Limbah Padat Kelapa Sawit3

Proses pengolahan TBS pada industri Kelapa Sawit yang menghasilkan produk minyak sawit mentah/ CPO dan minyak inti sawit (kernel inti sawit) akan selalu menghasilkan limbah, antara lain limbah padat dalam bentuk tandan kosong, cangkang sawit, serat, dan wet decanter solid (lumpur sawit).

Tandan kosong merupakan limbah dari pabrik minyak kelapa sawit (PKS) setelah TBS melalui proses sterilizer dan tippler. Cangkang merupakan limbah yang dihasilkan dari pemrosesan kernel inti sawit dengan bentuk seperti tempurung kelapa. Dalam proses produksi CPO juga dihasilkan limbah serat yang merupakan sisa perasan buah sawit berupa serabut seperti benang.

3.2.2. Limbah Cair Kelapa Sawit4

Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi minyak sawit kasar atau CPO (crude palm oil) memerlukan air banyak, mencapai 1 - 2 m3/ton TBS. Oleh karena itu pabrik pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan

3 Susanto, Joko Prayitno, dkk. 2017. Perhitungan Potensi Limbah Padat Kelapa Sawit untuk Sumber Energi Terbaharukan dengan Metode LCA. Tangerang Selatan

4 Shintawati, dkk. Karakteristik Pengolahan Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit Dalam

(50)

limbah cair pabrik minyak kelapa sawit (LCPKS) yang besar. Pabrik yang efisien menghasilkan LCPKS antara 0,6 – 0,7 m3/ton TBS. Pabrik yang tidak efisien bisa menghasilkan LCPKS antara 1,0 m3/ton TBS. Rendemen CPO sebagai produk utama biasanya kurang dari 25% dari TBS. Karena itu, setiap ton CPO yang diproduksi akan menghasilkan LCPKS antara 2,5–3,0 m3. LCPKS berwarna coklat pekat, kental, tinggi kandungan organik, mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan memiliki bau yang tidak memenuhi estetika. Tanpa pengolahan yang baik LCPKS berpotensi mencemari lingkungan berupa penurunan kualitas perairan, penurunan kualitas udara dan penurunan kualitas air tanah.

3.3. Karakteristik Limbah Kelapa Sawit5

Hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat mengalami degradasi. Oleh karena itu dalam pengolahan limbah perlu diketahui karakteristik limbah tersebut, yaitu:

1. Dari balance sheet, ekstraksi minyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah air limbah yang dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Komposisi Jumlah Air Limbah PKS dari 1 Ton CPO No. Uraian Kapasitas

1 Air 2,35 ton

2 NOS (non Oil Solid) 0,13 ton

3 Minyak 0,02 ton

Jumlah 2,50 ton

Sumber: Dirjen Pertanian (2006)

5 Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit.

Jakarta.

(51)

Efisiensi pabrik kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian Decanter yang hanya menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,4 ton untuk setiap 1 ton TBS yang diolah, sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat ditekan hanya 24 ton/jam atau 1,667 m3 per 1 ton CPO yang dihasilkan. Limbah cair yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit diperkirakan maksimal ± 60% dari seluruh tandan buat segar yang diolah.

2. Kualitas limbah cair (inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air penerima limbah adalah seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Kualitas Limbah Cair (Inlet) Pabrik Kelapa Sawit PKS No. Parameter

Lingkungan SAT

Limbah Cair

Baku Mutu MENLH Kisaran Rata-

Rata

1 BOD mg/l 8.200-35.000 21.280 250

2 COD mg/l 15.103-65.100 34.720 500

3 TSS mg/l 1.330-50.700 31.170 300

4 Nitrogen

Total mg/l 12-126 41 20

5 Minyak dan

Lemak mg/l 190-14.720 3.075 30

6 PH 3,3-4,6 4.0 6-9

Sumber: Dirjen Pertanian (2006)

3.4. Sistem Teknologi Pengolahan Limbah Kelapa Sawit

Terdapat beberapa teknologi pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Kedua limbah tersebut dapat di aplikasikan sebagai produk nilai tambah. Salah satu teknologi pengolahan limbah cair adalah sistem kolam, sistem RANUT, sistem RBC.

(52)

3.4.1. Sistem Kolam6

Teknologi sistem kolam merupakan penanganan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang dianggap paling mudah dan murah bagi pabrik kelapa sawit karena limbah diolah dengan menggunakan prinsip instalasi penanganan air limbah (IPAL) yang bersifat end of pipe. Gambar berikut ini menunjukkan proses penanganan limbah cair kelapa sawit dengan menggunakan teknologi sistem kolam.

Sumber: P. Nugro Rahardjo(2006).

Gambar 3.1. Alur Proses Pengolahan dengan Sistem Kolam

6 Rahardjo. P. Nugro. 2006. Teknologi Pengelolaan Limbah Cair yang Ideal untuk Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta.

(53)

1. Kolam Pembiakan

Berfungsi untuk mengaktifkan bakteri 2. Kolam Pengasaman

Berfungsi untuk proses pengasaman dimana terjadi kenaikan kadar asam dari komponen-komponen asam yang mudah menguap yaitu dari 1000 mg/l menjadi 5000 mg/l.

3. Kolam Netralisasi

Berfungsi untuk menurunkan suhu limbah menjadi 20-40 0C, agar mikroorganisme dapat menguraikan limbah.

4. Kolam Perombakan Anaerob Primer I

Berfungsi untuk mengurai bahan-bahan organik majemuk dalam limbah cair menjadi asam- asam organik yang mudah menguap.

5. Kolam Perombakan Anaerob Primer II

Berfungsi untuk mengurai bahan-bahan organik majemuk menjadi asam- asam organik.

6. Kolam Pematangan Anaerob Sekunder I

Berfungsi untuk pengubahan asam yang mudah menguap menjadi gas-gas seperti metanan, karbon dioksida, hidrogen sulfida dan lain-lain.

7. Kolam Pematangan Anaerob Sekunder II

Berfungsi untuk mengubah asam organik mudah menguap terutama asam asetat menjadi gas seperti metan, karbondioksida dan hidrogen sulfida.

(54)

8. Kolam Aerob

Berfungsi untuk menguraikan senyawa kompleks menjadi sederhana oleh aktivitas mikroorganisme yang memiliki. Bahan organik disintesis menjadi sel-sel baru, dan hasilnya berupa produk akhir (CO2, H2O, dan NH3) yang stabil.

9. Kolam Sedimentasi

Berfungsi untuk memisahkan cairan dari lumpur yang mengalir secara kontinyu dari kolam aerob

10. Kolam Fakultatif

Berfungsi untuk menguraikan limbah oleh bakteri fakultatif yang pada penguraian sebelumnya tidak dapat dilakukan oleh bakteri obligat.

10. Bak Pengontrol

Berfungsi sebagai penampungan sementara limbah yang telah diolah, dan untuk menguji apakah baku mutunya sesuai dengan peraturan pemerintah pusat dan atau daerah, sebelum dikeluarkan dari sistem pengolahan air limbah.

Keuntungan dari cara ini antara lain adalah:

1. Sederhana

2. Biaya investasi untuk peralatan rendah 3. Kebutuhan energi rendah

(55)

Akan tetapi bila ditelaah lebih lanjut, sistem kolam mempunyai beberapa kerugian antara lain:

1. Kebutuhan areal untuk kolam cukup luas, yaitu sekitar 5 ha untuk pabrik kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas 30 ton/jam.

2. Perlu biaya pemeliharaan untuk pembuangan dan penanganan Lumpur dari kolam. Untuk PKS yang menggunakan separator 2 fase, praktis semua lumpur (sludge) yang berasal dari buah mengalir ke kolam. Padatan tersuspensi dari Lumpur ini tidak akan/sedikit didegradasi sehingga konsentrasinya akan semakin meningkat dan akan mengendap di dasar kolam akan semakin menurun sehingga waktu retensi limbah akan turun dan kapasitas perombakkan kolam juga turun. Disamping itu pembuangan lumpur juga tidak dapat dilakukan pada semua bagian kolam karena luas dan dalamnya kolam.

3. Hilangnya nutrisi

Semua nutrisi yang berasal dari limbah (N, P, K, Mg, Ca) akan hilang pada waktu limbah dibuang ke sungai.

4. Emisi gas metana ke udara bebas

Hampir semua bahan organik terlarut dan sebagian bahan organic tersuspensi didegradasi secara anaerobik menjadi gas metana dan karbondioksida. Emisi gas metana ke udara bebas dapat menyebabkan efek rumah kaca yang besarnya 20 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan karbon dioksida Jumlah gas metan yang diproduksi kolam limbah anaerobik sekitar 10 m3 setiap ton TBS diolah.

(56)

3.4.2. Sistem RANUT (Reaktor Anaerobik Unggun Tetap)7

Dalam sistem pengolahan limbah cair tersebut, RANUT merupakan intinya. Sistem pengolahan ini dibuat dalam skala pilot plant. Reaktor berdiameter 40 cm dan tinggi 250 cm, serta berjumlah dua buah. Didalamnya terdapat unggun tetap yang menggunakan media pendukung berupa potongan pipa-pipa PVC (dengan dinding bergelombang). Dalam proses pengolahannya, limbah cair dari kolam Fatpit mengalir ke dalam RANUT pertama dari bawah ke atas. Sebagian effluentnya diresirkulasikan untuk mengencerkan limbah cair yang baru masuk dan menaikkan pH nya, sedangkan sebagian besar effluentnya mengalir ke dalam RANUT kedua yang mempunyai arah aliran dari atas ke bawah. Effluent dari RANUT kedua ini, yang sudah dapat memenuhi ketentuan BML (baku mutu lingkungan) dibuang ke badan air penerima. Gas yang dihasilkan dari proses anaerobik ini ditampung dan diukur dengan menggunakan Gas Meter.

Keunggulan utama RANUT ialah energi yang rendah, mudah dalam pengoperasian, mudah dalam start up, serta kinerja tinggi. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan pada sistem ini adalah kinerja reactor, resiko penyumbatan, produksi biogas spesifik, komposisi biogas, dan kesetimbangan nutrisi pada lumpur dan fasa cair.

7 Rahardjo, Petrus Nugro. 2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Tes Minat Rothwell Miller Interest Blank yang dibangun ini memulai proses dengan memasukkan data tes data profesi dan data jenis pekerjaan kedalam database, kemudian

Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik murid agar dapat mengambil pelajaran dari kejadian di masa lampau. Apabila kejadian tersebut merupakan

Hasil Pengujian Model Sementara menunjukan model tersebut jika layak digunakan dalam peramal- an, maka dilakukan proses peramalan dengan meng- gukan data penjualan perusahaan

Teknik visualisasi yang akan digunakan adalah teknik fotografi dokumentasi motif-motif batik Jetis Sidoarjo, agar dapat menampilkan motif-motif batik yang sesungguhnya dengan

Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Ji et al pada studi yang dilakukannya pada 45 pasien dengan karsinoma kelenjar air liur pada 2003, bahwa tidak ditemukan korelasi yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor (tingkat pendidikan, pekerjaan, lingkungan rumah, status gizi, perilaku, dan kebiasaan

Kitab ini merupakan kitab yang dikarang oleh al-Qarad}a&gt;wi&gt; yang di dalamnya menjelaskan cara-cara berinteraksi yang baik dengan al-Sunnah agar seorang

Penelitian terhadap faktor risiko retinopati pada prematuritas mencatat berat badan lahir yang sangat rendah, lamanya pemberian oksigen dan konsentrasi oksigen sebagai