• Tidak ada hasil yang ditemukan

A N A L I S I S K E U N T U N G A N D A N N I L A I T A M B A H AGROINDUSTRI DAUN CENGKEH DI DESA PADANG KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA ( S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "A N A L I S I S K E U N T U N G A N D A N N I L A I T A M B A H AGROINDUSTRI DAUN CENGKEH DI DESA PADANG KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA ( S"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

A N A L I S I S K E U N T U N G A N D A N N I L A I T A M B A H AGROINDUSTRI DAUN CENGKEH DI DESA PADANG KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA

( S t u d i K a s u s U D . U s a h a B a r u )

MAULIDYA 105961114316

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

A N A L I S I S K E U N T U N G A N D A N N I L A I T A M B A H AGROINDUSTRI DAUN CENGKEH DI DESA PADANG

KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA ( S t u d i K a s u s U D . U s a h a B a r u )

MAULIDYA 105961114316

SKRIPSI

Sebagai Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S–1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

ABSTRAK

MAULIDYA. 105961114316. Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah Agroindustri Daun Cengkeh di Desa Padang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba ( Studi Kasus UD. Usaha Baru) dibimbing oleh Asriyanti Syarif dan Sitti Khadijah Yahya Hiola.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keuntungan dan nilai tambah agroindustri daun cengkeh (UD. Usaha Baru). Penelitian ini menggunakan informan sebanyak 6 orang dengan kriteria 1 orang pemilik dan 5 orang karyawan. Jenis data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis keuntungan dan nilai tambah dengan metode Hayami.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa UD. Usaha baru memperoleh

keuntungan sebesar Rp 26.353.125 per tahun dengan total penerimaan Rp 168.000.000 per tahun dan total biaya Rp 141.646.875 per tahun dengan

tingkat keuntungan sebesar 90 %. Nilai tambah yang diperoleh UD. Usaha Baru yaitu sebesar Rp 140.400 per produksi dan per tahunnya sebanyak Rp 19.656.000.

dan untuk 1 kilogram daun cengkeh menghasilkan nilai tambah sebanyak 0,02 kg dengan nilai sebesar Rp 900, serta rasio nilai tambahnya yaitu sebesar 73 %. Dan waktu yang diperlukan untuk melakukan operasi produksi pada agroindustri daun cengkeh sebesar 90% per produksi.

Kata kunci : Agroindustri Daun Cengkeh, Keuntungan, Nilai Tambah

(7)

vii

ABSTRACT

MAULIDYA. 105961114316. Profit and Value Added Analysis of Clove Leaf Agroindustry in Padang Village, Gantarang District, Bulukumba Regency (Case Study of UD. Usaha Baru) guided by Asriyanti Syarif and Sitti Khadijah Yahya Hiiola.

This research aims to analyze the profit and value added of clove leaf agroindustry (UD. Usaha Baru). This research used 6 informants with the criteria of 1 owner and 5 employees. The types of data used are quantitative and qualitative. The data analysis used in this research is the profit and value added formula using the Hayami method.

This research results shows UD. Usaha Baru earned a profit of Rp 26.353.125 of year with a total revenue of Rp 168.000.000 of year and a total

cost of Rp 141.646.875 of year with a profit rate of 90 %. The value added by UD. Usaha Baru obtained Rp. 140.400 of production and every year obtained Rp. 19.656.000. And 1 kilogram of clove leaves produces a value added of 0.02 kg with a value of Rp 900, and the value added ratio is 73 %. And the time needed to carry out production operations of 90% of production.

Keywords : Clove Leaf Agroindustry, Profit, Value Added

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin, Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang senantiasa memberi berbagai karunia dan nikmat yang tak terhingga. Salam serta selawat senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW.

panutan kita semua sampai akhir zaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah Agroindustri Daun Cengkeh di Desa Padang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba (Studi Kasus UD. Usaha Baru)”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Asriyanti Syarif, S.P., M.Si., selaku pembimbing utama dan Sitti Khadijah Yahya Hiola, S.TP., M.Si., selaku pembimbing pendamping

yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. H. Burhanuddin S.Pi., M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix 3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., Selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orangtua saya yaitu, ayahanda Muh. Ikbal Abidin, S.Pd dan ibunda Astati, serta adik – adikku tercinta Arhan Ramadhana, Muaqila, Muamaliyah, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis ilmu pengetahuan.

6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu per satu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga segala jerih payah penulis bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

Makassar, 20 April 2020

Maulidya

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PENGESAHAN...

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI...

HALAMAN PERNYATAAN...

ABSTRAK...

ABSTRACT...

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN...

1.1 Latar Belakang...

1.2 Rumusan Masalah...

1.3 Tujuan Penelitian...

1.4 Kegunaan Penelitian...

II. TINJAUAN PUSTAKA...

2.1 Agroindustri...

2.2 Produksi...

2.3 Tahapan Pengolahan Daun Cengkeh...

2.4 Keuntungan...

2.5 Nilai Tambah...

2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan...

i iii iv v vi vii viii

x xii xiii

1 1 4 4 4 6 6 7 8 9 11 12

(11)

xi 2.7 Kerangka Pemikiran...

III. METODE PENELITIAN...

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...

3.2 Teknik Penentuan Sampel...

3.3 Jenis dan Sumber Data...

3.4 Teknik Pengumpulan Data...

3.5 Teknik Analisis Data...

3.6 Definisi Operasional...

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...

4.6 Luas dan Letak Geografis...

4.2 Kondisi Demografi...

4.3 Kondisi Pertanian...

4.4 Sarana dan Prasarana...

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Agroindustri Daun Cengkeh (UD. Usaha Baru) di Desa Padang...

V. HASIL DAN PEMBAHASAN...

5.1 Karakteristik Informan UD. Usaha Baru...

5.2 Penyulingan Daun Cengkeh...

5.3 Proses Produksi Agroindustri Daun Cengkeh menjadi Minyak Daun Cengkeh...

5.4 Analisis Keuntungan Agroindustri Daun Cengkeh...

5.5 Analisis Nilai Tambah...

VI. KESIMPULAN DAN SARAN...

6.1 Kesimpulan ...

6.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...

16 18 18 18 18 19 20 22 24 24 24 27 28

29 31 31 32 33 37 39 46 46 47 48 51 81

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

Tabel 9.

Tabel 10.

Tabel 11.

Penelitian Terdahulu...

Rumus Nilai Tambah...

Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...

Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan...

Keadaan Penduduk Berdasarkan Pekerjaan...

Potensi Pertanian Berdasarkan Komoditas dilihat dari Jumlah Penduduk yang Bekerja dibidang Pertanian...

Potensi Peternakan di Desa Padang...

Data Informan UD. Usaha Baru...

Perhitungan Biaya dan Penerimaan pada UD. Usaha Baru...

Diagram Proses Produksi Agroindustri Daun Cengkeh...

Perhitungan Nilai Tambah UD. Usaha Baru dalam Sekali Produksi...

13 21 24 25 26

27 28 31 37 40

42

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Kuesioner Penelitian...

Tabulasi Data...

Analisis Biaya UD. Usaha Baru...

Analisis Nilai Tambah...

Peta Wilayah...

Dokumentasi...

Surat Izin penelitian...

51 68 71 72 73 74 78

(14)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian ialah sektor yang sangat berarti peranannya dalam perekonomian di sebagian negara-negara yang tengah berkembang. Hal tersebut dapat kita amati jelas dari peranan sektor pertanian dalam menampung penduduk dan membagikan peluang kerja kepada penduduk. Pembangunan pertanian butuh menemukan atensi yang lebih baik, sekalipun prioritas pada kebijaksanaan idustrialisasi telah dijatuhkan, tetapi area pertanian dapat mempunyai keahlian dalam menciptakan surplus.

Indonesia merupakan negara produsen sekaligus konsumen cengkeh terbesar di dunia. Cengkeh (eugenia aromaticum) ialah tumbuhan asli dari Maluku lalu menyebar ke wilayah Malabar di India. Cengkeh memiliki nilai ekonomi yang besar, baik hasil primer ataupun dalam wujud pengolahan (minyak).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2018, luas area perkebunan cengkeh Provinsi Sulawesi Selatan adalah 62.787 Ha dengan jumlah produksi 18.542 ton, serta banyaknya petani yang mengusahakan tanaman cengkeh sebanyak 72.876 Kepala Keluarga. Dan luas area perkebunan cengkeh di Kabupaten Bulukumba adalah 5.285 Ha dengan jumlah produksi 480 ton, dan banyaknya petani yang mengusahakan tanaman cengkeh sebanyak 9.700 Kepala Keluarga. Serta luas area perkebunan cengkeh Kecamatan Gantarang adalah 1.436 Ha dengan jumlah produksi 67,05 ton.

(15)

2 Cengkeh merupakan komoditas yang selama ini menjadi salah satu andalan bagi sejumlah petani di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, terutama disaat musim buah. Tidak hanya buahnya yang laku dijual, namun daun buah pun sangat banyak peminatnya. untuk daun cengkeh, terutama yang telah tua dan gugur biasanya terbuang begitu saja di bawah pohonnya. Sehingga selama ini daun cengkeh tersebut dibuang atau dibakar agar kebun cengkeh mereka tetap bersih.

Namun, sejak 2012 daun cengkeh yang telah menguning dan berguguran ke tanah dicari dan dikumpulkan warga. Karena, daun tersebut sudah menjadi barang yang sangat berharga, daun cengkeh tua dapat diproduksi untuk mendapatkan minyaknya yaitu minyak daun cengkeh (clove leaf oil) dengan cara proses penyulingan. (Putri, 2012)

Nilai tambah merupakan perbedaan nilai suatu produk sebelum dilakukan proses produksi dengan setelah dilakukan proses produksi. Agroindustri daun cengkeh merupakan industri yang mengolah daun cengkeh dengan melalui berbagai proses produksinya hingga menghasilkan output berupa minyak daun cengkeh (clove leaf oil). Agroindustri minyak daun cengkeh dapat memberikan nilai tambah terhadap komoditas cengkeh terkhusus pada daunnya. Nilai tambah dapat memberikan pendapatan bagi agroindustri itu sendiri. Selain itu, nilai tambah juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar daerah tersebut. Namun, saat ini masih banyak agroindustri yang tidak menghitung keuntungan dan nilai tambah dari kegiatan usahanya.

Agroindustri daun cengkeh di Desa Padang, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba ada tiga agroindustri yang menjalankan usaha tersebut.

(16)

3 Agroindustri tersebut berada dalam dua lokasi yang berbeda di Desa Padang, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, yaitu ada di Dusun Bonto Bulaeng, dan Dusun Mattoanging. Pada penelitian ini penulis memilih melakukan penelitian agroindustri daun cengkeh yang terdapat di Dusun Bonto Bulaeng, yakni pada UD. Usaha Baru. Karena, agroindustri yang dijalankan pada usaha tersebut merupakan agroindustri yang berskala mikro menengah (Usaha Dagang).

Usaha tersebut merupakan usaha turun temurun dan proses produksi UD. Usaha Baru lebih memadai dan produksinya lebih efisien walaupun hanya melakukan produksi setiap musim panen cengkeh pada bulan September hingga Oktober.

Agroindustri daun cengkeh dapat meningkatkan nilai tambah cengkeh.

Karena, daun cengkeh yang tadinya dianggap sebagai sampah oleh masyarakat ternyata memiliki nilai yang lebih serta sisa daun yang telah disuling dapat dikeringkan dan digunakan sebagai bahan bakar dan abunya dapat digunakan sebagai pupuk. Selain itu, agroindustri daun cengkeh memberikan keuntungan bagi pemilik agroindustri daun cengkeh terkhusus pelaku usaha agroindustri daun cengkeh di Desa Padang, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mencoba melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah Agroindustri Daun Cengkeh di Desa Padang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba (Studi Kasus UD. Usaha Baru)”

(17)

4 1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang ingin dipecahkan pada skripsi ini adalah:

1. Berapa besar keuntungan yang diperoleh pada agroindustri daun cengkeh (UD. Usaha Baru)?

2. Berapa besar nilai tambah yang diperoleh pada agroindustri daun cengkeh (UD. Usaha Baru)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari skripsi ini adalah:

1. Untuk menganalisis keuntungan yang diperoleh pada agroindustri daun cengkeh (UD. Usaha Baru).

2. Untuk menganalisis nilai tambah yang diperoleh pada agroindustri daun cengkeh (UD. Usaha Baru).

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian skripsi ini adalah :

1. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan dapat dijadikan sebagai wacana penelitian selanjutnya bagi kalangan pada umumnya serta segenap civitas akademik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak – pihak pemerintah yang sehubungan dengan penelitian ini serta

(18)

5 dapat dijadikan sumber pengambilan keputusan dan kebijakan dalam lingkup tersebut.

3. Bagi pelaku usaha, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai biaya pokok dan nilai tambah serta keuntungan yang diperoleh dari agroindustri daun cengkeh.

(19)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agroindustri

Agroindustri berasal dari dua kata yaitu agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida, dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian. Apabila dilihat dari sistem agribisnis, agroindustri merupakan bagian (subsistem) agribisnis yang memproses dan mentransformasikan bahan-bahan hasil pertanian (bahan makanan, kayu, dan serat) menjadi barang-barang setengah jadi yang langsung dapat dikonsumsi dan barang atau bahan hasil produksi industri yang digunakan dalam proses produksi seperti traktor, pupuk, pestisida, mesin pertanian, dan lain-lain. (Suprapto, 2003)

Agroindustri mampu mentransformasikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif, yang mampu memperkuat daya saing produk agribisnis.

Sebab, jika hanya mengandalkan komoditas primer, kita akan senantiasa berperan sebagai penerima harga (price taker) khususnya dalam pasar internasional.

Agroindustri mampu menciptakan dan menahan nilai tambah sebesar mungkin di dalam negeri. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan

(20)

7 (interelasi) produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian. (Linda dan Yandi, 2019)

Agroindustri pengolahan hasil pertanian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suprapto, 2003) :

1. Dapat meningkatkan nilai tambah,

2. Menghasilkan produk yang dapat dipasarkan, digunakan, dan dimakan, 3. Meningkatkan daya saing, dan

4. Menambah pendapatan dan keuntungan produsen.

2.2 Produksi

Produksi merupakan segala kegiatan yang menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan jasa. Produksi juga dapat diartikan sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa dan suatu kegiatan yang menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang. (Assauri, 2006)

Proses produksi adalah tahap yang harus dilalui dalam memproduksi barang atau jasa. Proses produksi ada yang memerlukan waktu lama dan ada juga yang memerlukan waktu sebentar. Dilihat dari caranya, proses produksi dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (Muttaqin, 2016) :

a. Proses produksi pendek, yaitu proses produksi yang menghasilkan barang atau jasa yang bisa langsung dinikmati konsumen.

b. Proses produksi panjang, yaitu proses produksi yang memakan waktu cukup lama.

(21)

8 c. Proses terus-menerus/kontinu, yaitu proses produksi yang mengolah bahan

secara berurutan hingga menjadi barang jadi.

d. Proses produksi berselingan/intermitten, yaitu proses produksi yang mengolah bahan dengan cara menggabungkannya hingga menjadi barang jadi.

2.3 Tahapan Pengolahan Daun Cengkeh

Daun cengkeh mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang digunakan untuk bahan baku obat, pewangi sabun dan detergen. Daun cengkeh juga digunakan di industri wewangian dengan ketetapan standar mutu tertentu yang lebih ketat.

Minyak cengkeh merupakan hasil penyulingan daun cengkeh kering. Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna kuning pucat sesaat setelah disuling dan mudah berubah warna menjadi coklat atau ungu bila terkena logam besi sehingga minyak ini lebih baik dikemas dalam botol kaca, drum aluminium atau drum timah putih. (Sulaksana, 2015)

Minyak daun cengkeh diambil dengan cara penyulingan menggunakan uap, karena minyak daun cengkeh termasuk salah satu bahan yang tidak mudah rusak oleh panas. Penyulingan menggunakan uap dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyulingan langsung dan tidak langsung. Penyulingan langsung yaitu penyulingan yang menggunakan metode penguapan air dan minyak berjalan bersamaan. Penyulingan tak langsung merupakan metode yang prinsipnya memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak bahan baku yang diolah.

(Budiwan, 2016)

(22)

9 Tahapan pengolahan agroindustri daun cengkeh bisa dilakukan dengan sistim alir penyulingan, yaitu daun cengkeh yang kering dimasukkan ke dalam wadah perebusan dan melalui proses penyulingan/destilasi, selanjutnya uap air akan membawa minyak tersebut keluar dari jaringan bahan. Uap air bersama minyak cengkeh terkondensasi sewaktu melewati kondensor pendingin dan selanjutnya menetes/mengalir masuk ke dalam wadah penampungan dan terpisah berdasarkan perbedaan berat jenis. (Thamrin et. al, 2019)

Pengolahan dapat berupa pengolahan yang sederhana, seperti pembersihan, pemilahan (grading), pengepakan, penggilingan (milling), penepungan (powdering), ekstraksi (extraction), penggorengan (roasting), pemintalan (spinning), pengalengan (canning) dan proses pabrikasi lainnya. (Suprapto, 2003)

2.4 Keuntungan

Laba atau keuntungan adalah selisih dari pendapatan diatas biayanya dalam jangka waktu tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan dividen, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003)

Keuntungan modal (Capital gain) adalah suatu keuntungan yang diperoleh dari investasi dalam surat harga atau efek, seperti saham, obligasi atau properti, dimana nilainya melebihi harga pembelian. Selisih antara harga jual yang lebih tinggi dan harga pembelian yang lebih rendah, menghasilkan keuntungan finansial bagi investor tersebut. (Sullivan, 2003).

(23)

10 Tujuan keuntungan adalah sebagai berikut (Anonim, 2020) :

1. Dapat membiayai operasional suatu perusahaan dalam mencapai laba yang lebih maksimal.

2. Dapat melunasi hutang yang ada.

3. Sebagai cadangan dana suatu kebutuhan investasi perusahaan.

4. Dapat mengembangkan suatu perusahaan dimasa yang akan datang.

Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan laba atau keuntungan adalah (Anonim, 2020) :

1. Periode Waktu, merupakan suatu pembuatan peramalan perubahan laba dengan realisasi yang akan dicapai.

2. Besaran Perusahaan, besaran perusahaan terjadi karena skala ekonomi yang berbeda-beda.

3. Umur Perusahaan, mampu menentukan ketepatan suatu ramalan perubahan laba.

4. Kredibilitas Penjamin Emisi, penjamin emisi juga mempunyai peranan kunci dalam setiap emisi efek yang melalui pasar modal.

5. Integritas Auditor, faktor ini mempunyai sebuah dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan, termasuk pada ramalan perubahan laba.

6. Tingkat Leverage, salah satu kewajiban manajer yakni untuk dapat mengatur risiko.

Keuntungan memiliki fungsi yang tinggi dan merupakan pertanda bahwa konsumen menginginkan output yang jauh lebih dari industri atau perusahaan.

(24)

11 Laba memberikan pertanda krusial untuk suatu realokasi sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat sebagai refleksi perubahan selera para konsumen dan permintaan sepanjang waktu. Laba bukanlah suatu sistem yang sangat sempurna dan bukanlah satu-satunya yang dikejar oleh suatu manajemen, melainkan aspek pelayanan. Ditinjau dari sebuah konsep koperasi, laba berfungsi bagi suatu koperasi bergantung pada besar kecilnya partisipasi atau suatu transaksi anggota dengan koperasinya. Semakin tinggi partisipasi anggota, maka semakin tinggi juga manfaat yang diterima oleh anggota. (Anonim, 2020)

2.5 Nilai Tambah

Nilai tambah adalah perbedaan antara nilai dari output suatu perusahaan atau industri, yaitu total pendapatan yang diterima dari penjualan output tersebut, dan biaya masukan dari bahan-bahan mentah, komponen-komponen atau jasa-jasa yang dibeli untuk memproduksi komponen tersebut. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan oleh suatu perusahaan ke bahan dan jasa yang dibelinya melalui produksi dan usaha-usaha pemasarannya. Nilai tambah dapat diketahui dengan melihat selisih antara nilai output dengan nilai input suatu industri.

(Marimin dan Magfiroh, 2010)

Konsep nilai tambah adalah suatu perubahan nilai yang terjadi karena adanya perlakuan terhadap suatu input pada suatu proses produksi. Arus peningkatan nilai tambah komoditas pertanian terjadi di setiap mata rantai pasok dari hulu ke hilir berawal dari pertani dan berakhir pada konsumen akhir. Nilai tambah komoditas pertanian di sektor hulu dapat dilakukan dengan penyediaan

(25)

12 bahan baku berkualitas dan berkesinambungan yang melibatkan industri pengolahan. Komoditas pertanian yang bersifat mudah rusak (perishable) sehingga memerlukan penanganan yang tepat. Perilaku tersebut antara lain pengolahan, pengemasan, pengawetan, dan manajemen mutu untuk menambah kegunaan menimbulkan nilai tambah sehingga harga produk pertanian menjadi tinggi. (Marimin dan Magfiroh, 2010)

Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi. Nilai tambah suatu produk akan semakin kecil jika komponen biaya antaranya semakin besar. Sebaliknya, jika biaya antaranya semakin kecil, maka nilai tambah produk akan semakin besar (Makki et. al, 2001).

Peningkatan pendapatan disuatu wilayah dapat tergambar dengan nilai tambah. Pengukuran tingkat kemakmuran disuatu wilayah dapat terlihat pada nilai tambah. (Tarigan, 2004).

2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian analisis keuntungan dan nilai tambah agroindustri daun cengkeh yang difokuskan pada konsep (grand theory), metode yang digunakan, dan hasil penelitian. Dengan memahami hasil penelitian terdahulu maka dapat diperoleh intisari mengenai keunggulan dan keterbatasan dari segi teori maupun metodologi pada masing- masing penelitian terdahulu yang berdampak pada peningkatan kualitas hasil penelitian.

(26)

13

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No. Peneliti, Judul, Lokasi, Tahun, Tujuan Alat Analisis Hasil 1. Peneliti: Maggie Lekatompessy, Wardis

Girsang, dan Natelda R. Timisela.

Judul : Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Minyak Cengkeh.

Lokasi : Pulau Ambon Tahun : 2019

Tujuan : 1. Menganalisis nilai tambah minyak cengkeh pada industri pengolahan minyak cengkeh di pulau Ambon, dan 2. Menganalisis strategi pengembangan minyak cengkeh di pulau Ambon.

Menggunakan metode Hayami dan Toshihiko menggunakan microsoft excel dan analisis

SWOT lalu

dijelaskan secara kualitatif.

Hasil analisis nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan minyak cengkeh pada masing- masing industri yakni Rp 1.900 (Arahadi), Rp 1.833 (Anugerah Cap Putera), Rp 1.741 (Sumber Kasih) dan Rp 1.500 (Sinar Kasih) Strategi pengembangan minyak cengkeh di Pulau Ambon yakni melalui peningkatan produksi dan pemanfaatan media sosial dalam promosi produk (strategi S-O), kerjasama dengan berbagai instansi terkait dalam upaya memperbaiki kualitas produk (strategi W-O), menciptakan produk dengan brand yang khas (strategi S-T) dan sosialisasi tentang manfaat cengkeh (strategi W-T).

2. Peneliti : Syamsul Rahman.

Judul : Analisis Nilai Tambah Agroindustri Chips Jagung.

Menggunakan metode rumus nilai tambah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa agroindustri chips jagung memberikan keuntungan sebesar Rp 3.657.215. Sedangkan

(27)

14

Lokasi : Bantaeng Tahun : 2015

Tujuan : Mendeskripsikan dan menganalisis nilai tambah dari agroindustri chips jagung sebagai salah satu produk hasil pertanian berbasis pedesaan.

Langitan dan rumus

keuntungan dengan metode analisis

deskriptif.

nilai tambah yang tercipta dari agroindustri chips jagung sebesar Rp 7.698, dengan imbalan tenaga kerja sebesar Rp 3.405 dan keuntungan sebesar Rp 4.294 dalam tiga kali proses produksi.

3. Peneliti : Sulfiani Toha

Judul : Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kopi Arabika (Studi Kasus CV. Enreco Coffea di Desa Masale Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang).

Lokasi : Enrekang Tahun : 2020

Tujuan : 1. Mengetahui pendapatan unit pengolahan kopi, dan 2. Mengetahui nilai tambah yang diperoleh unit pengolahan Kopi Enreco Coffea.

Menggunakan rumus nilai tambah dengan metode Hayami.

Berdasarkan hasil penelitian di CV. Enreco Coffea mendapatkan nilai tambah dari 3 produknya. Produk bean green dengan nilai tambah produk Rp 6.443.200 dengan sumber pendapatan sebesar Rp 2.317.600, untuk

produk bean roasting nilai tambah Rp 5.131.400 dengan sumber pendapatan

sebesar Rp 7.392 .600, untuk bubuk kopi nilai tambah sebesar Rp 5.181.400 dengan sumber pendapatan Rp 7.342.600.

4. Peneliti : Haryati La Kamisi

Judul : Analisis Usaha dan Nilai Tambah

Menggunakan metode

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam sekali produksi total keuntungan home

(28)

15

Agroindustri Kerupuk Singkong.

Lokasi : Ternate Tahun : 2011

Tujuan : 1. Mengetahui proses pengolahan kerupuk singkong yang telah diterapkan.

2. Mengetahui nilai usaha (biaya, penerimaan, pendapatan dan R/C rasio) pada kerupuk singkong.

3. mengetahui nilai tambah pada kerupuk singkong.

deskriptif

dengan rumus analisis nilai tambah dengan metode Hayami.

industry kerupuk singkong untuk 5 pemilik

usaha kerupuk singkong yaitu Azis (Rp 73.541), Nurul (Rp 382.142), Suliyat (Rp 430.779), Sholikin (Rp 1.293.119), dan Edi Santoso (Rp 2.436.424). Produksi kerupuk singkong mampu memberikan nilai tambah kerupuk singkong sebesar Rp 4.044,2/kg dengan rasio nilai tambah 0,61% dari nilai produksi.

5. Peneliti : Bau Desi

Judul : Analisis Nilai Tambah Agroindustri Jagung Marning.

Lokasi : Bulukumba Tahun : 2019

Tujuan : Mengetahui besarnya keuntungan, nilai tambah, dan masalah yang dihadapi dari pengolahan jagung menjadi jagung marning.

Analisis data yang digunakan menggunakan analisis nilai tambah yang dipadukan dengan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh dari pengolahan jagung marning sebesar Rp 2.179.

400/orang/bulan. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan jagung menjadi jagung marning sebesar Rp 1. 877. 800.

(29)

16 2.7 Kerangka Pemikiran

Cengkeh mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, baik hasil primer maupun dalam bentuk pengolahan (minyak). Cengkeh yang diolah dalam penelitian ini adalah daunnya, produksi agroindustri daun cengkeh memiliki nilai tambah setelah diolah menjadi minyak daun cengkeh, selain itu setelah daun profit atau keuntungannya pun meningkat. Skemanya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Cengkeh

Daun Cengkeh

Agroindustri Daun Cengkeh

Produksi

Keuntungan

Nilai Tambah

(30)

17 Berdasarkan Gambar 1. agroindustri daun cengkeh merupakan industri pengolahan pertanian yang mengolah cengkeh terkhusus pada daunnya. Proses produksi agroindustri daun cengkeh mengubah daun cengkeh menjadi minyak daun cengkeh. Produksi agroindustri daun cengkeh menggunakan bahan baku daun cengkeh yang kering dengan alat yang digunakan berupa alat penyulingan (Kuali/Ketel) serta tungku pembakaran.

Agroindustri daun cengkeh dapat menghasilkan keuntungan yang lebih bagi pemilik usaha agroindustri daun cengkeh. Karena, mengubah bentuk daun cengkeh menjadi output yang berupa minyak daun cengkeh yang memiliki harga jual lebih. Harga jual tersebut merupakan hasil yang diterima oleh pelaku usaha agroindustri daun cengkeh, maka selisih antara hasil yang diterima pelaku usaha agroindustri daun cengkeh dengan biaya yang dikeluarkan saat melakukan proses produksi maka akan diperoleh keuntungan.

Daun cengkeh yang tadinya dianggap sampah oleh masyarakat (terkhusus bagi petani cengkeh) dan dibakar begitu saja ternyata dapat memberikan nilai tambah yang lebih, karena daun cengkeh tersebut dapat diolah menjadi minyak daun cengkeh.

(31)

18 III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di perusahaan agroindustri penyulingan minyak daun cengkeh “UD. Usaha Baru” Desa Padang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan, pada bulan Juli hingga September 2020.

3.2 Teknik Penentuan Informan

Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan menggunakan Purposive Sampling, artinya teknik penentuan sumber data mempertimbangkan terlebih

dahulu, bukan diacak. Artinya menentukan informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian. (Burhan Bungin, 2007)

Agroindustri daun cengkeh di Desa Padang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba ada dua. Seperti yang telah disebutkan maka objek yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah responden di perusahaan penyulingan minyak daun cengkeh “UD. Usaha Baru” Desa Padang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari 5 orang Karyawan dan 1 orang pemilik usaha.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif, yang berarti data yang telah dikumpulkan akan dihitung menggunakan

(32)

19 rumus analisis keuntungan dan diolah kedalam bentuk tabel analisis nilai tambah yang telah disediakan. Kemudian, data tersebut akan dideskripsikan berdasarkan hasil data yang diperoleh.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer diperoleh dari survey lapangan menyangkut obyek yang akan disesuaikan dengan kebutuhan. Data juga diperoleh dari wawancara terhadap pemilik usaha penyulingan daun cengkeh.

2. Data sekunder berasal dari beberapa instansi serta penelitian terdahulu yang mendukung dan terkait dengan skripsi ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode yaitu :

1. Observasi atau pengamatan lapangan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utama.

2. Wawancara langsung kepada pemilik usaha penyulingan minyak cengkeh yang menjadi sampel wawancara dengan pertanyaan terstruktur yang telah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara kepada pemilik usaha agroindustri daun cengkeh “UD. Usaha Baru” dilakukan dengan cara mendatangi responden langsung di rumahnya, kemudian melakukan wawancara langsung terinci dan terurut sesuai daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

3. Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara meneliti dokumen- dokumen yang ada untuk dapat digunakan menurut keperluan peneliti,

(33)

20 dilakukan dengan cara mengambil data sekunder dari catatan atau buku serta jurnal yang ada.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini ditulis dengan metode kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan cara menginput data primer ke dalam tabel yang telah dipersiapkan baik itu data primer maupun data sekunder yang diperoleh sesuai kebutuhan kemudian diolah lalu hasilnya dijelaskan secara deskriptif mengenai keuntungan dan nilai tambah yang diperoleh perusahaan dalam agroindustri daun cengkeh.

Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penyulingan daun cengkeh menjadi minyak digunakan analisis deskriptif,

2. Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh pengusaha agroindustri daun cengkeh, dengan menggunakan konsep keuntungan atau profit sebagai berikut:

𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 Dimana :

𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄 dan 𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶

(34)

21 Keterangan :

𝜋 = Keuntungan yang didapat TR = Total Penerimaan yang didapat TC = Total biaya yang dikeluarkan P = Harga

Q = Jumlah produksi TFC = Total biaya tetap TVC = Total biaya variabel

3. Untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari agroindustri daun cengkeh, dengan menggunakan analisis nilai tambah metode Hayami dan disajikan dalam rumus sebagaimana tertera di dalam tabel berikut :

Tabel 2. Rumus Nilai Tambah

No. Uraian Rumus

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Volume input daun cengkeh Output

Input tenaga kerja

Harga minyak daun cengkeh Upah rata – rata tenaga kerja Harga daun cengkeh

Biaya di luar bahan baku Faktor konversi

Koefisien tenaga kerja Nilai produksi

Nilai tambah

Imbalan tenaga kerja

a b c d e f g b/a = i c/a = j i x d = k k – f– g = l

j x e = m

13. Keuntungan l – m = n

Sumber : Hayami, Y et al 1987 dalam Handayani, 2013

(35)

22 3.6 Definisi Operasional

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Agroindustri adalah kegiatan yang mengolah hasil pertanian menjadi barang

jadi atau setengah jadi. Hasil pertanian yang diolah adalah daun cengkeh menjadi minyak daun cengkeh.

2. Nilai tambah adalah pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional yang diperlakukan pada komoditas cengkeh.

3. Usaha adalah aktivitas perekonomian dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup pengelola usaha dan karyawannya serta keluarganya.

4. Pengusaha adalah perseorangan yang mendirikan dan mengelola perusahaan baik dengan modal sendiri maupun atas investasi dari investor yang menjadi mitranya.

5. Karyawan adalah orang atau sekumpulan orang yang bekerja pada perusahaan atas dasar kesepakatan tertentu dengan pihak pengusaha.

6. Pengumpul adalah orang yang bekerja di lapangan untuk mengumpulkan bahan baku berupa daun cengkeh yang gugur dari batangnya, kemudian menjualnya kepada perusahaan dengan harga yang telah ditetapkan.

7. Penyulingan adalah aktivitas perusahaan untuk mendapatkan produk yang dibutuhkan berupa minyak daun cengkeh dengan bahan baku berupa daun cengkeh.

8. Minyak daun cengkeh adalah zat kimia organik, berupa cairan dengan karakteristik tertentu yang keluar dari daun cengkeh yang dimasak dalam mesin penyulingan.

(36)

23 9. Upah adalah imbalan atas jasa karyawan yang diberikan pengusaha kepada

karyawan sesuai dengan kesepakatan diantara keduanya.

10. Produksi adalah banyaknya minyak daun cengkeh yang dihasilkan dari setiap kali proses penyulingan.

11. Faktor konversi adalah besarnya kontribusi fisik bahan baku berupa daun cengkeh yang bisa diolah menjadi minyak daun cengkeh.

12. Keuntungan adalah pendapatan bersih yang didapat pengusaha dari setiap proses penyulingan daun cengkeh.

(37)

24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Geografis

Secara geografis Desa Padang merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Gantarang dan mempunyai luas wilayah mencapai 11,08 km2, jarak tempuh dari Kota Bulukumba ke Desa Padang adalah ±7 km. Desa Padang berada pada ketinggian <500 mdl dengan curah hujan ±700 – 1500 mm, rata-rata suhu udara 28º - 32º celcius. Desa Padang terletak dibagian barat Kecamatan Gantarang.

Desa Padang memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Dampang dan Desa Barombong.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bontomasila.

3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bonto Macinna.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bonto Raja.

4.2 Kondisi Demografis

Kondisi demografis adalah adalah studi ilmiah untuk mengetahui keadaan penduduk, baik dari segi jumlah penduduk, struktur dan perkembangannya.

Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Desa Padang 1.051 KK, dengan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 3. berikut ini:

Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki – Laki 2.119 52

2. Perempuan 1.920 48

Total 4.039 100

Sumber : Profil Desa Padang, 2020

(38)

25 Berdasarkan Tabel 3. Jumlah penduduk Desa Padang sebesar 4.039 jiwa, serta mayoritas penduduk yaitu laki–laki sebesar 52% dan minoritas penduduk yaitu perempuan yang berjumlah 48%. Hal ini menunjukkan pertumbuhan penduduk Desa Padang lebih dominan laki-laki daripada perempuan.

4.2.1 Pendidikan

Pendidikan juga sangat penting untuk diketahui dalam menunjang kondisi demografi di suatu daerah. Dengan begitu akan diketahui tingkat pendidikan di daerah tersebut, yaitu di Desa Padang. Keadaan penduduk berdasarkan pendidikan pada Tabel 4. berikut ini :

Tabel 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Belum Sekolah 74 5,1

2. SD/Sederajat 890 61,4

3. SLTP/Sederajat 180 12,4

4. SLTA/Sederajat 233 16,1

5. Diploma/Sarjana 72 5,0

Total 1.449 100,0

Sumber : Profil Desa Padang, 2020

Pada Tabel 4. dapat diketahui pendidikan terakhir yang paling dominan di Desa Padang adalah SD/Sederajat dengan jumlah 61,4%, diikuti SLTA/Sederajat dengan jumlah 16,1%, lalu diikuti SLTP/Sederajat yaitu 12,4%, Belum Sekolah 5,1%. Dan persentase Sarjana/Diploma yang paling sedikit yaitu 1%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Desa Padang akan pendidikan masih kurang karena rata-rata pendidikan terakhir penduduk adalah

(39)

26 SD/Sederajat. Ini dikarenakan minat akan melanjutkan pendidikan di masyarakat Desa Padang masih rendah.

4.2.2 Pekerjaan

Data tingkat pekerjaan di suatu wilayah juga sangat menunjang dalam kondisi demografi pada suatu wilayah. Keadaan penduduk berdasarkan pekerjaan di Desa Padang pada Tabel 5. berikut ini:

Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Buruh Tani 125 9,9

2. Petani 921 73,3

3. Pedagang 50 4,0

4. Tukang Kayu 25 2,0

5. Tukang Batu 35 2,8

6. Penjahit 5 0,4

7. PNS 26 2,1

8. TNI/POLRI 5 0,4

9. Industri Kecil 15 1,2

10. Buruh Industri 7 0,6

11. Kontraktor 4 0,3

12. Supir 9 0,7

13. Montir/Mekanik 5 0,4

14. Guru Swasta 25 2,0

Total 1. 257 100,0

Sumber : Profil Desa Padang, 2020

Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui pekerjaan penduduk Desa Padang yang paling dominan adalah Petani dengan jumlah 73,3% dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan juga berpotensi sebagai tenaga kerja dibidang pertanian khususnya sebagai petani perkebunan cengkeh, selanjutnya Buruh Tani sebanyak 9,9%, lalu diikuti Pedagang sebanyak 4%, Tukang Batu 2,8%, PNS 2,1%, Tukang Kayu dan Guru Swasta 2%, Industri Kecil 1,2%, supir 0,7%, Buruh

(40)

27 Industri sebanyak 0,6%, serta Penjahit, TNI/Polri, dan Montir/Mekanik sebanyak 0,4%. Dan persentase pekerjaan yang paling sedikit di Desa Padang yaitu Kontraktor sebanyak 0,3%.

4.3 Kondisi Pertanian

Desa Padang memiliki luas wilayah 11,08 km2, dengan jumlah penggunaan pemukiman sebanyak 170,59 m2, persawahan 535 m2, perkebunan 359 m2, dan kolam ikan air tawar 3,6 m2. Sebagian besar penduduk di Desa Padang bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil tanam yang cukup melimpah. Tanaman yang diproduksi di Desa Padang yaitu berupa tanaman tangan, tanaman palawija, buah-buahan. Potensi pertanian berdasarkan komoditas di Desa Padang dilihat dari jumlah penduduk pada Tabel 6. berikut ini :

Tabel 6. Potensi Pertanian Berdasarkan Komoditas dilihat dari Jumlah Penduduk yang Bekerja Pada Bidang Pertanian

No. Komoditas Unggulan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Tanaman Pangan 675 73

2. Perkebunan 126 14

3. Peternakan 120 13

Total 921 100

Sumber : Data Sekunder BPP Kecamatan Gantarang dalam Angka 2019

Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui potensi pertanian berdasarkan komoditas unggulan dilihat dari jumlah penduduk di Desa Padang yang paling dominan adalah Tanaman Pangan dengan jumlah 73%, Tanaman Perkebunan sebanyak 14%, dan persentase potensi pertanian berdasarkan komoditas unggulan dilihat dari jumlah penduduk yang paling sedikit di Desa Padang yaitu Peternakan sebanyak 13%.

(41)

28 Tidak hanya itu Di Desa Padang juga mengembangkan produksinya di bidang peternakan pada Tabel 7. berikut ini :

Tabel 7. Potensi Peternakan di Desa Padang

No. Jenis Ternak Jumlah (Ekor) Persentase (%)

1. Sapi 328 0,89

2. Kuda 338 0,92

3. Kambing 96 0,26

4. Ayam Buras 6. 026 16,32

5. Ayam Ras Pedaging 28. 693 77,69

6. Itik 1. 453 3,93

Total 36. 169 100,00

Sumber : Data Sekunder BPS Kecamatan Gantarang dalam Angka 2019

Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui potensi peternakan di Desa Padang yang paling dominan adalah Ayam Ras Pedaging dengan jumlah 77,69%, diikuti Ayam Buras sebanyak 16,32%, lalu Itik sebanyak 3,93%, Kuda sebanyak 0,92%, serta Sapi 0,89%. Dan persentase potensi peternakan yang paling sedikit di Desa Padang yaitu Kambing sebanyak 0,26%.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan di suatu wilayah dalam berbagai segi dan bidang apapun. Sarana dan prasarana yang dimiliki di Desa Padang yaitu berupa sarana jalan untuk mengakses aktivitas dan perekonomian di Desa Padang, sarana irigasi untuk mengairi lahan pertanian di Desa tersebut, sarana telekomunikasi dan informasi, sarana tempat ibadah, sarana pendidikan, sarana kesehatan, serta sarana perekonomian yaitu toko/kios/warung, pertanian berupa padi, jagung, dan sayur mayur, dan peternakan. Jumlah sarana dan prasarana yang ada di Desa Padang yaitu Bumdes sebanyak 1 unit, Masjid

(42)

29 sebanyak 6 unit, Mushola sebanyak 5 unit, Poskesdes sebanyak 1 unit, Posyandu sebanyak 4 unit, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1 unit, dan Sekolah Islam (MI) sebanyak 1 unit, serta TK sebanyak 3 unit.

4.5 Gambaran Umum Perusahaan Agroindustri Daun Cengkeh (UD. Usaha Baru) di Desa Padang

UD. Usaha Baru didirikan oleh bapak H. Ambo Pada tahun 2012 dengan model tempat yang sangat sederhana yaitu terbuat dari kayu. Luas lahan dari UD.

Usaha Baru yaitu 800 m2, usaha penyulingan daun cengkeh ini terus menerus mengalami perkembangan dari masa ke masa dan mengalami banyak peningkatan, baik itu dari segi peralatan, transportasi, dan karyawannya.

Awalnya UD. Usaha Baru hanya memiliki 3 orang karyawan yang merupakan keluarga dari bapak H. Ambo sendiri. Pada tahun 2019 UD. Usaha Baru dikelola oleh anak bapak H. Ambo yaitu bapak Riswandi Amnur, dengan jumlah karyawan sebanyak 5 orang.

UD. Usaha Baru terletak di Dusun Bonto Bulaeng, Desa Padang, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba. Lokasi agroindustri tersebut bisa dikatakan cukup dekat dengan sumber bahan baku dan input lainnya sehingga untuk biaya transportasinya bisa ditekan serendah mungkin.

Nomor surat izin dari UD. Usaha Baru adalah sebagai berikut : 1. Nomor SITU : 0410/DPMPTSP/VII/SITU/2019

2. Nomor SIUP : 0337/DPMPTSP – SIUP/PK – PO/VII/2019

UD. Usaha Baru memiliki fasilitas produksi dan peralatan produksi berupa dua unit tungku pembakaran dan segala perlengkapannya termasuk

(43)

30 Kuali/Kete yang berfungsi sebagai wadah untuk memasak daun cengkeh kering dan memiliki kapasitas penyulingan sebanyak 500 kg dan penyaring yang berfungsi untuk memisahkan daun cengkeh dengan minyaknya, dan yang kedua adalah gudang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan baku, ampas hasil penyulingan, dan lain-lain.

Proses pengolahan daun cengkeh pada UD. Usaha Baru dilakukan secara bertahap. Pertama daun cengkeh yang telah dikumpulkan atau dibeli dari pedagang pengumpul maka akan dilakukan proses sortir terlebih dahulu.

Setelah itu, daun cengkeh tersebut dikeringkan selama 2 – 3 hari (bergantung panas terik matahari). Setelah proses pengeringan daun cengkeh kering siap untuk disuling. Dalam sehari UD. Usaha Baru melakukan proses produksi sebanyak dua kali (1 ton) dan jika bahan baku yang tersedia berlebih maka akan disimpan ke dalam gudang penyimpanan dan sebelum disuling keesokan harinya daun cengkeh tersebut dikeringkan kembali selama beberapa jam.

Karena, setelah disimpan semalaman di gudang penyimpanan daun cengkeh tersebut akan mengalami kelembaban udara dan itu dapat menyebabkan penurunan hasil produksi.

(44)

31 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Informan UD. Usaha Baru

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha penyulingan daun cengkeh (UD. Usaha Baru) saya mewawancarai seorang pemilik dan 5 orang karyawannya, dengan karakteristik pada Tabel 8. berikut ini :

Tabel 8. Data Informan (Karyawan dan Pemilik) pada UD. Usaha Baru

No. Nama Umur

(Tahun)

Tingkat Pendidikan

Jumlah Tanggungan

Keluarga (Orang)

Bagian Pekerjaan

1. Riswandi Amnur 24 SMA 2 Manajer/

Pemilik

2. Syakir 35 SD 3 Menyuling

3. Satra 36 SD 1 Supir

4. Salahuddin 32 SMP 3 Menyuling

5. Ahmad 29 SD 3 Menyuling

6. Muh. Shaleh 57

Tidak Pernah Sekolah

1

Pengangkut Bahan

Baku Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 8. dapat diketahui UD. Usaha Baru memiliki 5 orang karyawan dan 1 orang manajer sekaligus pemilik. Karyawan UD. Usaha Baru juga terbagi dalam beberapa pekerjaan yaitu 1 orang supir, 1 orang pengangkut bahan baku, dan 3 orang penyuling.

Karyawan UD. Usaha Baru rata-rata pendidikan terakhirnya adalah tamatan SD yaitu sebanyak 3 orang karyawan, 1 orang tidak pernah sekolah, 1 orang tamatan SMP, dan Pemilik sekaligus manager dari UD. Usaha Baru adalah tamatan SMA.

(45)

32 Jumlah tanggungan keluarga dari karyawan UD. Usaha Baru rata-rata sebanyak 3 orang. Dan jumlah tanggungan keluarga karyawan UD. Usaha Baru yang paling sedikit adalah sebanyak 1 orang.

Pemilik sekaligus manajer dari UD. Usaha Baru masih bisa dikategorikan usia yang relatif sangat muda dalam menjalankan sebuah usaha dengan usia 24 Tahun, sedangkan karyawan UD. Usaha Baru rata-rata usianya sudah 29 tahun ke atas dan bahkan ada seorang karyawan dari UD. Usaha Baru usianya sudah 57 tahun.

5.2 Usaha Penyulingan Daun Cengkeh

Usaha penyulingan daun cengkeh dari UD. Usaha Baru merupakan usaha yang mengolah hasil bumi yaitu daun cengkeh, daun cengkeh tersebut kemudian dikeringkan lalu dimasak dan diolah menjadi minyak daun cengkeh (Clove Leaf Oil).

Lokasi agroindustri daun cengkeh ini sangat dekat dari sumber bahan baku yaitu daun cengkeh, sehingga memudahkan dalam mengakses dan menyediakan bahan baku dalam proses penyulingan daun cengkeh. Dalam sekali produksi UD.

Usaha baru mampu menghasilkan 10 kg minyak daun cengkeh dengan harga jual minyak daun cengkeh sebesar Rp 120. 000/ Kg. UD. Usaha baru biasanya beroperasi selama 2 bulan lebih (±70 hari) berturut-turut, dan kadang melebihi dari waktu tersebut dan bergantung pada ketersediaan bahan baku (Daun Cengkeh Kering).

(46)

33 Bahan baku utama yang digunakan pada agroindustri daun cengkeh adalah daun cengkeh kering yang telah berguguran. Bahan baku hanya diperoleh dalam waktu tertentu saja. Karena, tanaman cengkeh bersifat musiman sehingga bahan baku diperoleh jika tanaman cengkeh telah dipanen buahnya. Ini dilakukan agar tetap menjaga ekosistem dari tanaman cengkeh ini sehingga tidak mengalami kerusakan.

UD. Usaha baru melakukan produksi setiap hari pada saat bahan baku telah tersedia dan sampai bahan bakunya benar-benar habis. Karena, ini dapat mengefisienkan waktu dan mengefektifitaskan tenaga kerja. Walaupun begitu hasil produksi dari agroindustri daun cengkeh akan disimpan sampai harga minyak daun cengkeh telah stabil dan sesuai dengan target pemasaran. Karena, hasil penyulingan dari daun cengkeh ini tidak akan rusak meski disimpan dalam waktu yang relatif lama.

5.3 Proses Produksi Agroindustri Daun Cengkeh Menjadi Minyak Daun Cengkeh

Proses produksi agroindustri daun cengkeh merupakan proses atau alur dalam proses penyulingan daun cengkeh menjadi minyak daun cengkeh. Proses produksi daun cengkeh itu dimulai dari proses penyediaan bahan baku dan alat, proses penyulingan, hingga pengemasan produk dari agroindustri daun cengkeh.

Untuk lebih mengetahui proses produksi dari agroindustri daun cengkeh lebih tepatnya, maka dapat diketahui dari penjelasan berikut ini :

(47)

34 a. Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku dari agroindustri daun cengkeh adalah daun cengkeh yang telah gugur dan kering. Bahan baku yang diperoleh, terlebih dahulu disimpan di gudang penyimpanan untuk diperiksa dan dipilah terlebih dahulu apakah bahan baku tersebut benar – benar telah kering sempurna (sesuai keinginan) sebelum disuling.

Setelah dilakukan penyortiran terkadang ditemukan daun cengkeh yang masih basah (belum kering sempurna/ringan). Jika ditemukan hal seperti itu maka daun cengkeh tersebut dikeringkan terlebih dahulu selama 1 – 2 hari jika cuaca cukup panas dan tidak mendung.

b. Penyediaan Alat Penyulingan Daun Cengkeh

Sebelum alat digunakan untuk menyuling, terlebih dahulu alat penyulingan yaitu kuali/ketel dibersihkan terlebih dahulu dengan menyikatnya dan menyiramnya dengan air bersih hingga bekas penyulingan sebelumnya benar–benar bersih. Setelah itu bersihkan tungku pembakaran yaitu dengan membuang abu bekas pembakaran sebelumnya. Setelah keduanya bersih maka selanjutnya yang dibersihkan adalah penyaring dan drum penampungan minyak yang dibersihkan hingga bersih dan tidak licin lagi. Jika seluruh alat telah dibersihkan, alat tersebut dikeringkan terlebih dahulu sebelum dipasang pada tempat/posisinya masing – masing.

(48)

35 c. Proses Penyulingan

Proses penyulingan daun cengkeh menjadi minyak daun cengkeh dilakukan selama 6 jam. Jika bahan baku dan alat telah disiapkan, maka daun cengkeh yang telah kering dimasukkan ke dalam kuali/ketel sebanyak 500 Kg. Setelah itu masukkan air secukupnya hingga ketinggian air berada pada ± 10 cm diatas permukaan daun cengkeh, kemudian tutup kuali/ketel serapat mungkin. Dan selanjutnya nyalakan api pada tungku pembakaran untuk memasak daun cengkeh tersebut selama 6 jam. Selama proses pemasakan api harus tetap dijaga agar tidak mati atau nyala tidak terlalu besar sehingga menyebabkan kebakaran. Tidak hanya api saja yang dikontrol, tapi jumlah air pada kuali/ketel setiap jam harus diperiksa dan jika sudah berkurang maka harus ditambahkan air agar tidak terlalu panas.

Proses pemisahan antara air dan minyak menggunakan drum yang bertingkat dengan air sisa penyulingan akan mengendap ke bawah dan minyaknya akan mengendap ke atas.

d. Proses Pendinginan

Pipa aliran minyak direndam dengan air, ini berfungsi sebagai kondensor alami (Pendingin). Pendingin juga berfungsi untuk mengembunkan uap air dan minyak cengkeh, kondensor ini berupa pipa yang dicelupkan ke dalam kolam pendingin.

Proses pendinginan dilakukan melalui pipa yang dicelupkan ke dalam kolam yang berisi air, air yang di dalam kolam ini harus selalu dalam keadaan dingin dan jumlahnya cukup memenuhi serta membuat seluruh pipa terendam penuh agar

(49)

36 semua minyak yang terikut ke dalam uap air dapat terembunkan dengan sempurna dan tidak ada yang terbuang. Karena, uap yang dihasilkan dari proses penyulingan ini suhunya berkisar 150º C, maka air di dalam kolam lama-kelamaan akan bertambah panas dan semakin berkurang dan jika dibiarkan terus-menerus seperti itu dapat menyebabkan minyak yang terembunkan akan berkurang. (Anggoro et.

al, 2009)

e. Pengemasan

Hasil penyulingan/agroindustri daun cengkeh yaitu minyak daun cengkeh yang telah disuling dan ditampung ke dalam drum plastik akan berubah warna menjadi kuning kecoklatan jika sudah agak dingin atau bisa saja warnanya agak hitam, ini bergantung dari kandungan besi yang dikandung oleh minyak karena proses penyulingan akibat dari proses pembersihan alat yang kurang bersih. Jika minyak daun cengkeh sudah cukup dingin dan telah berubah warna, maka minyak daun cengkeh akan dikemas ke dalam jerigen ukuran 25 liter.

Pada kemasan plastik biasanya ditemukan logo segitiga berpanah dengan kode angka 1 sampai 7 dan pada kemasan plastik tersebut juga ditemukan pula kode huruf di bawah logo segitiga yaitu PET atau PETE, HDPE, PVC atau V, LDPE, PP, PS, dan OTHER. (Adrian, 2018)

UD. Usaha Baru menggunakan kemasan plastik yang berkode nomor 5 (PP). Karena, ini dianggap aman untuk digunakan sebagai kemasan minyak daun cengkeh. Minyak daun cengkeh yang sudah diolah merupakan bahan setengah jadi dan dapat diolah kembali menjadi bahan makanan, parfum, dan lain-lain.

Jadi, kemasannya harus benar-benar aman untuk kesehatan.

(50)

37 Kode 5 dengan PP (Polypropylene) adalah jenis bahan plastik yang tahan dengan suhu tinggi dan jenis plastik ini sangat aman serta sering digunakan sebagai tempat untuk menyimpan makanan dan minuman. (Adrian, 2018)

5.4 Analisis Keuntungan Agroindustri Daun Cengkeh

Keuntungan merupakan salah satu indikator yang penting dalam keberlangsungan suatu usaha kedepannya. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh UD. Usaha Baru tergantung pada jumlah produksi, harga produk, serta biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha. Dengan begitu, berikut adalah pola perhitungan biaya dan keuntungan pada UD. Usaha Baru, terlihat pada Tabel 9. berikut ini :

Tabel 9. Perhitungan Biaya dan Penerimaan pada UD. Usaha Baru 1. B iaya Variab e l

a. Bahan Bak u

b. Tenaga Ker ja (H O K) c. Kemasan (Jer ig e n) d. Ka yu Ba kar

Nilai (Rp)

105.000.000 19.880.000 1.500.000 700.000 Tota l B iaya Va riabe l (T VC) a + b + c + d = 127. 080.000 2. B iaya Tetap

a. Pen yus ut an Alat b. List r ik

c. Pa jak

d. Transpo rt as i

11.851.875 100.000 115.000 2.500.000 Tota l B iaya Tetap (T FC) a + b + c + d = 14.566.875 3. Pene ri maan

a. Pro duks i ( Kg) b. Harga Ju a l ( Rp)

1400 (Q)

120.000 (P) Tota l Pen e ri maan (T R) a x b = 168.000.000 4. Total B iaya (TC) (1) + (2) = 127.080.000 + 14.566.875

= 141.646.875 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

(51)

38 Berda sark a n Tabel 9. dapat diketahui :

a. P (Harga/Price) = Rp 120.000 b. Q (Jumlah Produksi/Kuantitas) = 1400 Kg

c. TR (Total Penerimaan) = 𝑃 × 𝑄 = Rp 120.000 × 1400 Kg

= Rp 168.000.000 d. TVC (Total Biaya Variabel) = Rp 127.080.000 e. TFC (Total Biaya Tetap) = Rp 14.566.875 f. TC (Total Biaya) = TVC + TFC

= 127. 080.000 + 14.566.875 = 141. 646.87 5

Setelah mengetahui jumlah Total Penerimaan (TR) dan Total Biaya (TC), ma ka keuntungan d ar i UD. U sa ha B aru dapat d iket ahu i me la lu i perh it u nga n ru mu s keu nt u nga n ya ng ad a d i ba wa h in i :

𝜋 = TR – TC = Rp 168.000.000 – Rp 141.646.875 = Rp 26.353.125

Jad i, keu nt u nga n yang diperoleh UD. Usaha Baru pada proses produksi agroindustri daun cengkeh adalah Rp 26.353.125 per tahun.

Hasil penelitian dari home industry kerupuk singkong dari 5 pemilik usaha kerupuk singkong memperoleh keuntungan sebesar Rp 73.541 (Azis), Rp 382.142 (Nurul), Rp 430.779 (Suliyat), Rp 1.293.119 (Sholikin), dan Rp 2.436.424 (Edi Santoso). (Kamisi, 2011)

Hasil penelitian dari agroindustri jagung marning di Kabupaten Bulukumba diperoleh keuntungan sebesar Rp 2. 179. 400/orang/bulan. (Desi, 2019)

Dari hasil tersebut dapat dibandingkan jika agroindustri kerupuk singkong dan agroindustri jagung marning keuntungannya lebih besar. Karena, proses

(52)

39 produksinya dilakukan berangsur-angsur setiap bulan. Sedangkan agroindustri daun cengkeh UD. Usaha Baru keuntungannya masih bisa dikatakan relatif sedikit. Karena, proses produksinya dilakukan hanya kurang lebih 2 bulan dalam satu tahun. Pengelola hanya mengambil daun cengkeh secara musiman dengan alasan untuk menjaga produktivitas dari buah pohon cengkeh bukan hanya itu pohon cengkeh juga dapat layu atau mati.

Perbandingan lainnya yang dapat diketahui yaitu agroindustri daun cengkeh biaya bahan pokok yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan agroindustri kerupuk singkong dan agroindustri jagung marning. Karena, proses agroindustri dari daun cengkeh hanya mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi.

Sedangkan agroindustri kerupuk singkong dan jagung marning mengolah bahan baku hingga menjadi barang jadi.

5.5 Analisis Nilai Tambah Agroindustri Daun Cengkeh

Analisis nilai tambah pada agroindustri daun cengkeh dilakukan pada saat proses pengolahan daun cengkeh menjadi minyak daun cengkeh. Produksi minyak daun cengkeh pada UD. Usaha baru dilakukan secara berangsur-angsur selama kurang lebih dua bulan, proses produksi dilakukan sebanyak dua kali proses produksi dalam sehari. Proses produksinya dapat dilihat pada Tabel 10. berikut ini:

(53)

40 Tabel 10. Diagram Proses Produksi Agroindustri Daun Cengkeh

No. Waktu (jam)

Lambang yang dipakai

Proses/Perlakuan

1. Daun cengkeh kering disimpan

di gudang penyimpanan

2. 0,08

Ambil bahan yang diperlukan seperti daun cengkeh kering dan air secukupnya

3. 0,16 Bahan telah siap

4. 0,25 Periksa mutu dari daun cengkeh

5. 0,25 Masukkan bahan ke dalam alat

penyulingan

6. 6,00 Masak sampai minyak, air, dan

daun cengkeh terpisah sendiri

7. 0,25

Buka keran yang jalur minyak dan masukkan minyak daun cengkeh ke dalam drum plastik

8. 0,16 Jika sudah dingin masukkan ke

dalam jerigen

9. 0,33

Jika sudah dingin buang air sisa penyulingan dan keluarkan ampas daun cengkeh untuk dijadikan bahan bakar selanjutnya

Total 7,48 4 5 1 1 5

Keterangan

: Operasi : Angkat/Pindahkan : Pemeriksaan : Penundaan Operasi : Penyimpanan

- Warna Hitam = Ada Perlakuan - warna Putih = Tidak Ada Perlakuan Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

(54)

41 Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa ada 14 aktivitas, diantaranya 4 aktivitas operasi, 5 aktivitas angkat/pindahkan, 1 aktivitas pemeriksaan, 1 aktivitas penundaan operasi, dan 5 aktivitas penyimpanan. Waktu yang digunakan dalam operasi yang menghasilkan nilai tambah adalah 6,74 jam yaitu proses pemasakan daun cengkeh menjadi minyak, proses pembukaan keran yang jalur minyak untuk dimasukkan ke dalam drum plastik, proses pemasukan (pengemasan) minyak ke dalam jerigen, dan proses pembersihan yaitu air sisa penyulingan dan ampas daun cengkeh dikeluarkan/dibuang. Waktu nilai tambah yang digunakan dalam proses produksi daun cengkeh pada agroindustri daun cengkeh UD. Usaha Baru adalah sebagai berikut :

Waktu nilai tambah UD. Usaha Baru = Waktu Operasi / Waktu Total × 100 % = 6,74 / 7,48 × 100 % = 90 %

Total waktu siklus operasi agroindustri daun cengkeh adalah 7,48 jam sehingga waktu terpakai untuk menghasilkan nilai tambah daun cengkeh adalah 90 % dan 10% lainnya adalah waktu kegiatan yang tidak bernilai tambah.

Nilai tambah yang diperoleh oleh Petani Cengkeh dan Pedagang Pengumpul adalah hasil penjualan daun cengkeh yang berguguran, sedangkan nilai tambah yang diperoleh oleh UD. Usaha Baru diperoleh dari pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha UD. Usaha Baru dari hasil penjualan output dari daun cengkeh yang dikelolah. Perhitungan nilai tambah dari UD. Usaha Baru dapat diketahui dari Tabel 11. berikut ini :

(55)

42 Tabel 11. Perhitungan Nilai Tambah UD. Usaha Baru dalam Sekali Produksi

No. Uraian Satuan Nilai

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Volume input daun cengkeh (500 Kg/ produksi) Output (10 Kg/ satu kali produksi)

Input tenaga kerja

Harga minyak daun cengkeh Upah rata – rata tenaga kerja Harga daun cengkeh

Biaya di luar bahan baku Faktor konversi

Koefisien tenaga kerja Nilai produksi

Nilai tambah

Imbalan tenaga kerja

Rp Rp HOK Rp/kg Rp/HOK

Rp/kg Rp

- HOK/Rp

Rp Rp Rp

750.000 1.200.000

3,75 120.000

28.400 1.500 50.100

1,6 0,5 192.000 140 400 14.200

13. Keuntungan Rp 126.200

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 11. dapat diketahui nilai tambah dari agroindustri daun cengkeh dalam dalam satu kali produksi sebanyak 500 Kg daun cengkeh kering dengan hasil produksi berupa minyak daun cengkeh sebanyak 10 Kg.

Nilai produksi yang diperoleh UD. Usaha Baru dalam sekali produksi sebesar Rp 192.000, dengan input tenaga kerja 3,75 HOK dan faktor konversi 1,6, serta koefisien tenaga kerja 0,5. Nilai koefisien tenaga kerja ini menunjukkan jumlah hari orang kerja selama sekali produksi daun cengkeh per harinya. Faktor konversi merupakan perbandingan antara output dan input pada agroindustri daun cengkeh UD. Usaha Baru, dengan input berupa daun cengkeh dan output berupa minyak daun cengkeh.

(56)

43 Nilai tambah yang dihasilkan dalam sekali produksi agroindustri daun cengkeh adalah Rp 140.400, nilai tambah ini diperoleh dari selisih nilai produksi, harga daun cengkeh, dan biaya di luar bahan baku. Bukan hanya nilai tambah yang dihasilkan dalam agroindustri daun cengkeh, dalam proses produksi agroindustri daun cengkeh ini juga diperoleh keuntungan bagi usaha ini.

Keuntungan yang diperoleh dari UD. Usaha baru adalah Rp 126.200, keuntungan ini diperoleh dari selisih antara nilai tambah dan imbalan tenaga kerja. Dari data

tersebut kita dapat mengetahui nilai tambah yang diperoleh agroindustri UD. Usaha Baru dengan cara sebagai berikut:

a. Nilai tambah dalam 1 kg daun cengkeh

Hasil Produksi/kg = Jumlah Output Per Produksi / Jumlah Input Daun Cengkeh Per Produksi

= 10 kg / 500 kg = 0,02 kg

Nilai Tambah/kg = (Hasil Produksi Per kilogram × Harga Minyak Daun Cengkeh Per kilogram) – Harga Daun Cengkeh

= (0,02 kg × Rp 120.000) – Rp 1.500

= Rp 2.400 – Rp 1.500 = Rp 900

Jadi, nilai tambah yang diperoleh UD. Usaha Baru setelah dilakkuan proses penyulingan yaitu sebesar Rp 900 dengan hasil output sebanyak 0,02 kg dalam satu kilogram daun cengkeh.

b. Nilai tambah dalam setahun

Hasil Produksi = Hasil Output × Jumlah Produksi Per hari × Jumlah Hari Kerja = 10 kg × 2 × 70 hari = 1.400 kg/Tahun

Nilai Tambah/tahun = (Hasil Produksi / Hasil Output) × Harga Nilai Tambah Per produksi

= (1.400 kg / 10 kg) × Rp 140.400 = Rp 19.656.000

Gambar

Diagram Proses Produksi Agroindustri Daun Cengkeh..........
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir CengkehDaun CengkehAgroindustri Daun CengkehProduksiKeuntungan Nilai  Tambah
Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui temuan dan analisis data di atas dapat dilihat bahwa adanya pembongkaran representasi kulit hitam dalam aspek kepemimpinan dan heroisme. Namun pembongkaran itu

Mahasiswa mengajukan permohonan pindah ke PT lain sesuai dengan formulir yang telah disediakan di Biro Adminstrasi Akademik UMK, yang ditujukan kepada Rektor

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), rasionalization (rasionalisasi), capability

Melalui penerapan sistem data warehouse dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan, diantaranya proses analisis ataupun pengelolaan informasi berdasarkan data

Ketidakmampuan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari- hari akan mendorong manusia untuk selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan sesamanya serta bertujuan

Diantara pemikirannya adalah mengenai konsep falah, hayyah thayyibah, dan tantangan ekonomi umat Islam, kebijakan moneter, lembaga keuangan syariah yang lebih ditekankan kepada

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau