• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 6931 TAHUN 2018

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA PONDOK PESANTREN TAHUN ANGGARAN 2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan akuntabilitas dan simplifikasi pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019, perlu Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);

(2)

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 233, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6138);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4863);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);

11. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

12. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

13. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);

14. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 156);

15. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 851);

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191);

(3)

17. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 822);

18. Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada Pondok Pesantren (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 972);

19. Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2014 tentang Pejabat Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1740) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 63 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Pejabat Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2098);

20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745);

21. Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1655) sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2097);

22. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495);

23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.02/2018 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2019.

(4)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA PONDOK PESANTREN TAHUN ANGGARAN 2019

KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU merupakan acuan dalam Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019.

KETIGA : Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 yang dilaksanakan sebelum Keputusan ini ditetapkan dinyatakan tetap berlaku, dan untuk selanjutnya tunduk kepada ketentuan dalam Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 12 Desember 2018

DIREKTUR JENDERAL,

TTD

(5)

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 6931 TAHUN 2018

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA PONDOK PESANTREN TAHUN ANGGARAN 2019

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu serta relevansi pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Pada Pasal 34 ayat 2 menyebutkan pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat dasar (SD/MI, SMP/MTs, dan sederajat). Kementerian Agama yang menangani pendidikan Madrasah dan Pesantren memiliki tanggungjawab yang sama dengan lembaga pendidikan lain dalam melaksanakan amanat UU tersebut.

Usaha untuk memenuhi amanat undang-undang tersebut dilakukan melalui program wajib belajar 9 tahun. Program yang telah dimulai dari tahun 1994 tersebut berhasil dituntaskan dengan indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs sederajat mencapai 98,2% pada tahun 2010.

Konsekuensi dari keberhasilan program Wajib Belajar 9 Tahun tersebut adalah meningkatnya jumlah siswa lulusan MTs/sederajat yang harus ditampung oleh pendidikan menengah. Pusat Data Statistik Pendidikan atau PDSP Kemdikbud tahun 2011 menyatakan bahwa dari 4,2 juta lulusan MTs/sederajat, hanya sekitar 3 juta yang melanjutkan ke Sekolah Menengah (SM) dan sisanya sebesar 1,2 juta tidak melanjutkan. Sementara pada waktu yang bersamaan, sekitar 159.805 siswa SM mengalami putus sekolah yang sebagian besar disebabkan karena alasan ketidakmampuan membayar biaya pendidikan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, Pemerintah mencanangkan program Wajib Belajar 12 Tahun yang rintisannya dimulai pada tahun 2012 dengan Program Menengah Universal. Salah satu dari tujuan program tersebut adalah memberikan kesempatan

(6)

kepada masyarakat terutama yang tidak mampu secara ekonomi untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu.

Untuk mencapai tujuan Program Wajib Belajar 12 Tahun tersebut, Pemerintah telah menyiapkan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang akan disalurkan kepada SMA/SMK/MA/sederajat negeri dan swasta, termasuk juga kepada satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren di seluruh Indonesia. Tujuan digulirkannya program BOS ini adalah secara bertahap membantu siswa miskin memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dalam rangka Wajib Belajar 12 Tahun.

Pemberian BOS bagi satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren, dilaksanakan dalam bentuk program Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren.

Untuk memberikan acuan dalam Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren tahun anggaran 2019, telah disusun Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 yang ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019. Dalam rangka peningkatan akuntabilitas dan simplifikasi pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019, dipandang perlu untuk menyusun Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019.

B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Penyusunan Petunjuk Teknis ini dimaksudkan untuk Untuk memberikan acuan dalam Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren pada tahun anggaran 2019.

2. Tujuan

Penyusunan Petunjuk Teknis ini bertujuan untuk mengatur mekanisme pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 agar tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

C. Asas

Asas yang digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, yaitu asas legalitas, asas perlindungan

(7)

terhadap hak asasi manusia, serta asas umum pemerintahan yang baik (AUPB) yang mencakup asas kepastian hukum, asas kemanfaatan, asas ketidakberpihakan, asas kecermatan, asas tidak menyalahgunakan wewenang, asas keterbukaan, asas kepentingan umum, dan asas pelayanan yang baik.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi: Pendahuluan, Pelaksanaan BOS Pondok Pesantren, Laporan Pertanggungjawaban, Ketentuan Perpajakan, Larangan dan Sanksi, Tugas dan Tanggungjawab Organisasi, Pengendalian dan Pengawasan, serta Penutup.

E. Pengertian Umum

1. Bantuan Operasional Sekolah Pada Pondok Pondok Pesantren, yang selanjutnya disebut BOS Pondok Pesantren adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.

2. Pendidikan keagamaan Islam adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama Islam dan/atau menjadi ahli ilmu agama Islam dan mengamalkan ajaran agama Islam.

3. Pondok Pesantren yang selanjutnya disebut Pesantren adalah Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat yang menyelenggarakan Satuan Pendidikan Pesantren dan/atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya.

4. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh Warga Negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.

5. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

6. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. 7. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan

formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.

(8)

8. Pendidikan Menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

9. Pendidikan diniyah formal adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di dalam pesantren secara terstruktur dan berjenjang pada jalur pendidikan formal. 10. Satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren yang

selanjutnya disebut satuan pendidikan muadalah adalah Satuan Pendidikan Keagamaan Islam yang diselenggarakan, oleh dan berada pada Pesantren dengan mengembangkan kurikulum sesuai kekhasan Pesantren dengan basis kitab kuning atau Dirasah Islamiyah dengan pola pendidikan mu’allimin secara berjenjang dan terstruktur yang dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan dasar dan menengah pada Kementerian Agama.

11. Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakupi program Paket A, Paket B, dan Paket C serta pendidikan kejuruan setara SMK/MAK yang berbentuk Paket C Kejuruan.

12. Pendidikan kesetaraan tingkat ula adalah pendidikan kesetaraan jenjang pendidikan dasar pada Pondok Pesantren Salafiyah yang setara dengan SD/MI.

13. Pendidikan kesetaraan tingkat wustha adalah pendidikan kesetaraan jenjang pendidikan dasar pada Pondok Pesantren Salafiyah setara dengan SMP/MTs.

14. Pendidikan kesetaraan tingkat ulya adalah pendidikan kesetaraan jenjang pendidikan menengah pada Pondok Pesantren Salafiyah yang setara dengan SMA/MA/SMK/MAK.

15. Madrasah adalah satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan dengan kekhasan agama Islam yang mencakup Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

16. Pendidikan Menengah Universal yang selanjutnya disebut PMU adalah program pendidikan yang memberikan layanan seluas-luasnya kepada seluruh warga negara Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan menengah yang bermutu.

17. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai acuan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN).

(9)

18. Pengguna Anggaran Kementerian Agama yang selanjutnya disebut PA adalah Menteri Agama sebagai pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran pada Kementerian Agama.

19. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian dari kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Agama.

20. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit organisasi yang melaksanakan kegiatan Kementerian Agama yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran. 21. Biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan

pendidikan habis pakai, dan biaya tidak langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain-lain sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan.

22. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran belanja negara.

23. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren adalah Direktorat pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI yang melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pendidikan diniyah dan pondok pesantren.

24. Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren/TOS adalah bidang pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi yang melaksanakan pelayanan, bimbingan, pembinaan dan pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan diniyah dan pondok pesantren.

25. Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren/TOS adalah seksi pada Kantor Kementerian Agama Kab/Kota yang melaksanakan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang pendidikan diniyah dan pondok pesantren. 26. Aparat Pengawas Intern Pemerintah adalah pengawas internal

pada institusi lain yang selanjutnya disebut APIP yang melakukan pengawasan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.

27. Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.

28. Kelompok Masyarakat (POKMAS) adalah sekumpulan orang yang dibentuk oleh masyarakat untuk mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak membagikan keuntungan kepada anggotanya.

(10)

29. Surat Perjanjian yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Kelompok masyarakat.

30. Kuitansi adalah lembar bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan dan disahkan oleh PPK. 31. Pakta Integritas adalah surat pernyataan kesanggupan

melaksanakan BOS Pondok Pesantren secara akuntabel, efektif, efisien dan bebas dari korupsi.

32. Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan perkiraan biaya pekerjaan yang disusun oleh Tim Perencana, dikalkulasikan secara keahlian berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan serta digunakan oleh Tim Pelaksana untuk melaksanakan BOP Pondok Pesantren.

33. Jadwal Pelaksanaan adalah jadwal yang menunjukkan kebutuhan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pembangunan, terdiri atas tahap pelaksanaan yang disusun secara logis, realistik dan dapat dilaksanakan

(11)

BAB II

PELAKSANAAN BOS PONDOK PESANTREN

A. Tujuan BOS Pondok Pesantren

1. Meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu, menuju program wajib belajar 12 tahun pada layanan Pendidikan Keagamaan Islam.

2. Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh santri miskin pada satuan pendidikan diniyah formal, satuan

pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.

3. Meringankan beban biaya operasional sekolah pada satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren. 4. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi santri

untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.

B. Pengelolaan BOS Pondok Pesantren

1. Pengelola BOS Pondok Pesantren berbentuk Tim Pelaksana Kegiatan yang terdiri dari unsur pusat dan unsur daerah.

2. Unsur Pusat terdiri dari Pegawai Negeri Sipil pada Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, serta unsur Non-Pegawai Negeri Sipil sebagai Pelaksana Teknis.

3. Unsur Daerah terdiri dari Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, serta unsur Non-Pegawai Negeri Sipil sebagai Pelaksana Teknis.

4. Tugas unsur pusat Pengelola BOS pada Pondok Pesantren: a. menyusun rancangan program;

b. menetapkan alokasi dana dan sasaran BOS tiap provinsi; c. menyusun petunjuk teknis BOS pondok pesantren;

d. melakukan sosialisasi petunjuk teknis BOS pondok pesantren;

e. merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi;

f. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

g. memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang dilakukan oleh pengelola BOS pondok pesantren dari unsur daerah; dan

h. melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada instansi terkait.

(12)

5. Tugas unsur daerah Pengelola BOS pada Pondok Pesantren:

a. mengangkat Pejabat Pembuat Komitmen yang berwenang mencairkan dana BOS;

b. Kantor Wilayah Kementerian Agama menetapkan alokasi dana BOS untuk setiap Pondok Pesantren penerima BOS pada tiap Kabupaten/Kota;

c. merencanakan, melakukan sosialisasi, dan pelatihan program BOS di tingkat wilayah;

d. melakukan pendampingan kepada pondok pesantren; e. melakukan pendataan Pondok Pesantren penerima BOS;

f. menyalurkan dana BOS ke pesantren sesuai dengan kebutuhan;

g. merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi; h. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan

masyarakat;

i. bertanggungjawab terhadap kasus penyimpangan penggunaan dana BOS di tingkat wilayah; dan

j. melaporkan realisasi dana BOS kepada Tim Pusat pengelola BOS pada Pondok Pesantren;

6. Dalam melaksanakan tugasnya, Pengelola BOS Pondok Pesantren dari unsur pusat berkoordinasi dengan Pengelola BOS Pondok Pesantren dari unsur daerah.

7. Pengelolaan BOS Pondok Pesantren pada masing-masing pondok pesantren dilaksanakan oleh tim yang dibentuk oleh satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang bertugas untuk:

a. mengirimkan data santri sebagai dasar penetapan dana BOS Pondok Pesantren pada tiap semester (Formulir BOS-02); b. melakukan verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data

santri yang ada, dan apabila jumlah dana yang diterima melebihi dan atau kekurangan dari yang semestinya, maka harus segera memberitahukan kepada Pengelola BOS Pondok Pesantren dari unsur daerah;

c. mengidentifikasi santri miskin yang akan dibebaskan dari segala jenis iuran (Formulir BOS-03);

d. mengelola dana BOS secara transparan dan bertanggungjawab;

e. mengumumkan rencana penggunaan dana BOS Pondok Pesantren menurut komponen dan besar dananya;

f. mengumumkan besar dana BOS yang digunakan Pondok Pesantren;

g. membuat laporan pertanggungjawaban dana BOS pada Pondok Pesantren secara lengkap;

h. bertanggungjawab terhadap penyimpangan penggunaan dana BOS di pondok peantren;

(13)

i. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat; dan

j. menyimpan bukti-bukti pengeluaran asli dengan baik dan terarsip dengan rapih.

C. Alokasi Anggaran

1. Anggaran Dana BOS Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 dialokasikan dalam DIPA Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi atau dalam DIPA Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

2. Anggaran Dana BOS Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 disalurkan dalam bentuk Bantuan Pemerintah jenis Bantuan Operasional, dan yang bertindak sebagai Pemberi Bantuan adalah Satker yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran BOS Pondok Pesantren.

3. Mekanisme Alokasi Dana BOS Pondok Pesantren

a. Unsur pusat Pengelola BOS Pondok Pesantren mengumpulkan data jumlah santri sebagai dasar penetapan dana BOS pada tiap Kabupaten/Kota dari unsur daerah Pengelola BOS Pondok Pesantren.

b. Data jumlah santri harus dikirimkan dengan format yang ditetapkan oleh Sistem Informasi dan Manajemen Pendidikan (EMIS/Education Management Information System) Pendidikan Islam.

c. Atas dasar data jumlah santri Pondok Pesantren pada tiap Kabupaten/Kota tersebut, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren menetapkan alokasi dana BOS Pondok Pesantren pada tiap provinsi yang dituangkan dalam DIPA Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

d. Setelah menerima alokasi dana BOS dari Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melakukan verifikasi ulang data jumlah santri tiap Pondok Pesantren sebagai dasar dalam menetapkan alokasi di tiap Pondok Pesantren;

e. Kanwil Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota menetapkan lembaga Pondok Pesantren yang bersedia menerima dana BOS melalui Surat Keputusan (SK) yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, dilampiri daftar nama Pondok Pesantren dan besar dana bantuan yang diterima sebagaimana Formulir BOS-01.

f. unsur daerah Pengelola BOS Pondok Pesantren mengirimkan SK alokasi dana BOS dan lampirannya tersebut kepada Pondok Pesantren penerima dana BOS Pondok Pesantren

(14)

g. Pondok Pesantren yang bersedia menerima dana BOS Pondok Pesantren harus menandatangani Perjanjian Kerjasama sebagaimana pada Formulir BOS-06;

h. Dalam menetapkan alokasi dana BOS tiap Pondok Pesantren penerima dana BOS, perlu dipertimbangkan bahwa dalam satu tahun anggaran terdapat dua periode tahun pelajaran yang berbeda, sehingga perlu acuan sebagai berikut:

1) Alokasi dana BOS Pondok Pesantren untuk periode Januari-Juni 2019 didasarkan pada jumlah santri semester kedua tahun pelajaran 2018/2019.

2) Alokasi dana BOS untuk periode Juli-Desember 2019 didasarkan pada data jumlah santri semester pertama tahun pelajaran 2019/2020, oleh karena itu setiap pondok pesantren diminta agar mengirimkan data jumlah santri kepada unsur daerah Pengelola BOS Pondok Pesantren, segera setelah masa pendaftaran santri baru tahun 2019/2020 selesai.

4. Anggaran biaya operasional kegiatan yang meliputi biaya pengelolaan, biaya pelaporan, biaya penyaluran dana manfaat, biaya koordinasi, biaya sosialisasi, biaya monitoring evaluasi, dan pengawasan, biaya pengendalian program, serta biaya pengadaan barang dan jasa, dialokasikan berdasarkan kebutuhan dalam DIPA Direktorat Jenderal Pendidikan Islam serta dalam DIPA Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan/atau dalam DIPA Satker Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

5. Pelaksanaan anggaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Sasaran dan Kriteria 1. Sasaran

Sasaran penerima dana BOS Pondok Pesantren adalah satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren. 2. Kriteria

Kriteria satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren penerima BOS Pondok Pesantren adalah:

a. Memiliki izin operasional; dan

b. Memiliki santri penerima BOS yang tidak terdaftar sebagai siswa pada sekolah atau madrasah.

E. Besaran Dana BOS Pondok Pesantren

1. Besaran dana BOS Pondok Pesantren ditentukan berdasarkan jumlah santri pada kategori jenjang pendidikan yang diikuti, yang ditetapkan pada setiap tahun anggaran, dan berlaku secara nasional;

(15)

2. Kategori jenjang pendidikan yang diikuti sebagaimana dimaksud pada angka 1 meliputi:

a. Kategori Kesatu, apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut:

1) Pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah tingkat Ula;

2) Satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren setingkat madrasah ibtidaiyah (MI); atau

3) Satuan pendidikan diniyah formal tingkat ula.

b. Kategori Kedua, apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut:

1) Pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah tingkat Wustha;

2) Satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren setingkat madrasah tsanawiyah (MTs); atau

3) Satuan pendidikan diniyah formal tingkat wustha.

c. Kategori Ketiga, apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut:

1) Pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah tingkat ulya;

2) Satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren setingkat madrasah aliyah (MA); atau

3) Satuan pendidikan diniyah formal tingkat ulya.

3. Besaran Dana BOS Pondok Pesantren per-santri per-tahun untuk Tahun Anggaran 2019 ditetapkan sebagai berikut:

a. Kategori Kesatu, sebesar Rp. 800,000.- (delapan ratus ribu rupiah).

b. Kategori Kedua, sebesar Rp. 1,000,000- (satu juta rupiah). c. Kategori Ketiga, sebesar Rp. 1,400,000- (satu juta empat ratus

ribu rupiah).

F. Penyaluran dan Pengambilan Dana BOS Pondok Pesantren

1. Penyaluran dana BOS Pondok Pesantren dilakukan melalui mekanisme Pembayaran Langsung (LS) ke rekening bank satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren. 2. Untuk memudahkan pengendalian, satuan pendidikan diniyah

formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren dihimbau untuk membuat rekening bank untuk BOS Pondok Pesantren yang terpisah dengan rekening bank yang lain.

(16)

3. Penetapan Pejabat Perbendaharaan.

a. Dalam hal DIPA dana BOS Pondok Pesantren dialokasikan pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas DIPA dimaksud dapat menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) khusus pencairan dana BOS lebih dari 1 (satu) orang pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi melalui Surat Keputusan.

b. Dalam hal DIPA dana BOS Pondok Pesantren dialokasikan pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas DIPA dimaksud dapat menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) khusus pencairan dana BOS lebih dari 1 (satu) orang sesuai kebutuhan melalui Surat Keputusan.

4. Syarat penyaluran dana BOS Pondok Pesantren.

a. Dalam pengajuan pencairan dana BOS pada tiap tahap pencairan, pondok pesantren harus menyampaikan Rencana Kegiatan dan Anggaran Pondok Pesantren (RKAP).

b. PPK menerbitkan Surat Keputusan tentang Penetapan Pondok Pesantren Penerima Bantuan Operasional Sekolah yang disahkan oleh KPA pada tiap tahap.

c. Atas nama KPA, PPK membuat Perjanjian Kerjasama dengan kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau kepala/penanggung jawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah sebagai penerima dana BOS, yang memuat hak dan kewajiban antara kedua belah pihak, dan jika terjadi perubahan isi kerjasama, maka perlu dilakukan adendum antara kedua belah pihak.

d. PPK melakukan pencairan dana BOS kepada Pondok Pesantren berdasarkan permohonan penerima bantuan yang dilampirkan dengan RKAP, Perjanjian Kerjasama yang sudah ditandatangani kedua belah pihak dan kuitansi/bukti penerimaan yang sudah ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau kepala/penanggung jawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah;

e. Pencairan pada tiap tahap (tahap I dan II), dilampiri Kuitansi/bukti penerimaan uang yang sudah ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau kepala/pimpinan pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah dan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB);

f. PPK melakukan pengujian dokumen permohonan pencairan dana BOS yang diajukan Pondok Pesantren sesuai dengan Petunjuk Teknis.

(17)

g. Dalam hal pengujian tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis, PPK menyampaikan informasi kepada Pondok Pesantren untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen permohonan. 5. Penyaluran dana BOS Pondok Pesantren

a. Pada Tahun Anggaran 2019, dana BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari sampai Desember 2019, yaitu semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 dan semester 1 tahun pelajaran 2019/2020, dilakukan pada setiap semester.

b. Mekanisme pencairan dana BOS untuk Pondok Pesantren menggunakan mekanisme pembayaran langsung (LS) dalam bentuk uang kepada Pondok Pesantren melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Pencairan dana BOS dengan mekanisme pembayaran langsung dilakukan melalui dua tahap:

1) Tahap I sebesar 50% (lima puluh persen) dari keseluruhan dana setelah syarat penyaluran telah selesai/lengkap, dibayarkan paling lambat minggu ke-empat bulan April, dengan dilampiri:

a) Rencana Kegiatan dan Anggaran Pondok Pesantren (RKAP);

b) Perjanjian Kerjasama yang telah ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau penanggung jawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah, serta PPK; dan

c) Kuitansi/bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren/penanggung jawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.

2) Tahap II sebesar 50% (lima puluh persen) dari keseluruhan dana, apabila dana pada tahap I telah dipergunakan sekurang-kurangnya sebesar 80% dan setelah syarat penyaluran telah selesai/lengkap, dibayarkan paling lambat minggu ke-empat bulan September dengan dilampiri :

a) Rencana Kegiatan dan Anggaran Pondok Pesantren (RKAP);

b) Kuitansi/bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren/penanggung jawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah; dan c) Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja (SPTB). c. PPK menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) setelah

semua syarat penyaluran dana BOS sudah lengkap dan selesai dilaksanakan.

(18)

d. PPSPM menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang ditujukan kepada KPPN berdasarkan pengajuan SPP dari PPK. e. Penyampaian laporan pertanggungjawaban dana BOS dari

Pondok Pesantren sesuai dengan surat perjanjian kerjasama setelah pekerjaan selesai atau pada akhir tahun anggaran meliputi :

1) Laporan jumlah dana yang diterima dan yang telah digunakan.

2) Pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan bukti-bukti pengeluaran telah disimpan.

3) Jika terdapat sisa dana BOS Pondok Pesantren pada akhir tahun anggaran melampirkan bukti surat setoran sisa dana ke rekening Kas Negara.

G. Komponen Pembiayaan

1. Penggunaan dana BOS Pondok Pesantren harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau kepala/pimpinan pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah, Dewan Guru/Asatidz, dan pimpinan pondok pesantren.

2. Dana BOS Pondok Pesantren, dapat digunakan untuk membiayai komponen kegiatan-kegiatan berikut:

No Komponen

Pembiayaan

Item

Pembiayaan Penjelasan

1 Pengembangan

Perpustakaan • Membeli atau menggandakan buku teks pelajaran umum sebanyak jumlah siswa

• Mengganti buku teks yang rusak/ menambah

kekurangan untuk

memenuhi rasio satu siswa satu buku

• Membeli buku referensi

• Membeli buku teks pelajaran agama

• Membeli kitab kuning

• Pembelian kitab suci Al-Qur’an • Langganan publikasi berkala • Pemeliharaan buku/koleksi perpustakaan • Pengembangan database perpustakaan

• Dalam pembelian buku pegangan guru maupun buku teks pelajaran diutamakan dalam menunjang kurikulum Pondok Pesantren penyelenggara wajib belajar. Apabila buku tersebut sudah dibiayai dari sumber dana yang lain, maka pembelian yang bersumber dari dana BOS bersifat melengkapi dari kekurangan yang ada.

• Untuk Pengembangan/ Pengadaan Data Base Perpustakaan tidak bersifat rutinitas tahunan, kecuali pemeliharaan

(19)

No Komponen Pembiayaan Item Pembiayaan Penjelasan 2. Kegiatan dalam rangka penerimaan santri baru • Penggandaan formulir pendaftaran

• Pembuatan spanduk dalam hal penerimaan santri baru

• Konsumsi dan honor panitia

• Transport untuk berkoordinasi ke instansi/lembaga lain

• kegiatan lainnya yang menurut sifatnya terkait dengan penerimaan santri baru

Standar pembiayaan mengacu kepada standar Biaya Masukan (SBM) Kementerian Keuangan 3. Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler • Pengembangan pendidikan karakter • Pembelajaran remedial • Pembelajaran pengayaan

• Pemantapan persiapan ujian

• Pramuka

• Olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, dan palang merah remaja • Pendidikan lingkungan hidup • Organisasi kesantrian • UKS • Pembiayaan lomba-lomba yang tidak dibiayai atau sebagian dibiayai dari dana pemerintah/pemerintah daerah dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya

Termasuk untuk:

• Honor jam mengajar tambahan di luar jam pelajaran dan/atau biaya transportasinya

• Biaya transportasi dan akomodasi santri/ustadz dalam rangka mengikuti lomba

• Biaya pendaftaran mengikuti lomba

• Membeli alat olah raga, alat kesenian dan perlengkapan ekstra kurikuler lainnya

Konsumsi asatidz dalam kegiatan pembelajaran di malam hari 4. Kegiatan Ulangan dan Ujian • Ulangan harian

• Ulangan Tengah Semester

• Ulangan Akhir

Semester/ulangan kenaikan kelas

• Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK)

• Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) untuk Pendidikan Kesetaraan.

• Ujian Akhir Satuan Pendidikan Muadalah

• Ujian Akhir PDF Berstandar Nasional

(UNPDFBN)/Imtihan Wathani

Fotocopy/penggandaan soal

dan lembar jawaban

• Biaya koreksi untuk ujian sekolah/kepesantrenan

• Biaya mengawas ujian sekolah/kepesantrenan atau ujian nasional selama tidak dibiayai/dianggarkan dari sumber dana yang lain (APBN/D)

• Biaya transport pengawas ujian di luar pondok tempat mengajar yang tidak

dibiayai oleh

pemerintah/pemerintah daerah

(20)

No Komponen Pembiayaan

Item

Pembiayaan Penjelasan

• Pembiayaan Berdasarkan Standar Biaya Masukan (SBM)

5. Pembelian bahan-bahan habis pakai

• Buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, buku raport, administarsi guru dan siswa, Alat Tulis kantor (termasuk tinta printer, CD dan flasdisk) dan belanja bahan kegiatan lainnya

• Air minum mineral sesuai galon/kemasan

• Pengadaan suku cadang alat kantor

• Alat-alat kebersihan Pondok Pesantren

• Belanja barang berprinsip kewajaran dan kepatuhan

6. Langganan

daya dan jasa • Listrik, air, telepon, internet (fixed/mobile modem), baik dengan cara berlangganan maupun prabayar

• Pembiayaan penggunaan listrik, air, telepon, internet termasuk untuk

pemasangan baru

• Membeli genset atau jenis lainnya yang lebih cocok di daerah tertentu misalnya panel surya, jika di pondok tidak ada jaringan listrik

• Pembayaran iuran kebersihan

Penggunaan layanan Internet dapat dilakukan untuk maksimal sebesar Rp. 1.250.000,00 per bulan

7 Perawatan Pondok Pesantren

• Pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela

• Perbaikan mebeler,

perbaikan sanitasi pondok (kamar mandi dan WC), perbaikan lantai

ubin/keramik dan

perawatan fasilitas pondok lainnya

• Pemeliharaan perabot perpustakaan

• Pemeliharaan dan peralatan dan AC perpustakaan

• Kamar mandi dan WC santri harus dijamin berfungsi dengan baik • Penggunaan dana BOS

untuk perawatan Pondok Pesantren tidak lebih dari Rp. 10.000.000,00 untuk setiap item kegiatan

(21)

No Komponen Pembiayaan Item Pembiayaan Penjelasan 8 Pembayaran honorarium bulanan guru/ustadz honorer dan tenaga kependidikan honorer. • Guru/ustadz honorer Pegawai administrasi • Pegawai perpustakaan • Tenaga Laboran • Penjaga/wali asrama Pondok Pesantren • Satpam • Pegawai kebersihan • Tenaga operator data

Pondok Pesantren selama tidak dibiayai dari sumber dana lainnya (APBN/D)

- 9. Pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan • KKG/MGMP • FKPP/MKPPP/FKPKPS

• Forum atau Pokja yang terkait dengan Pondok Pesantren

• Menghadiri

seminar/pelatihan yang terkait langsung dengan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang ditugaskan oleh Pondok Pesantren

• Pondok Pesantren dapat mengadakan pengembangan profesi guru atau

peningkatan tenaga kependidikan satu kali/tahun selama tidak dibiayai dari sumber dana lainnya (APBN/D)

• Biaya pendaftaran, akomodasi dan transport seminar/pelatihan yang dilakukan oleh

instansi/lembaga lain apabila tidak dibiayai oleh instansi/lembaga tersebut sebagai penyelenggara 10. Membantu santri miskin yang belum menerima bantuan program lain seperti KIP • Pemberian tambahan bantuan biaya transportasi bagi santri miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke Pondok Pesantren

• Membeli alat transportasi sederhana bagi santri miskin yang akan menjadi barang inventaris Pondok Pesantren (misalnya sepeda, perahu penyeberangan, dll)

• Membantu membeli seragam, sepatu dan alat tulis.

Tidak diperkenankan adanya pembiayaan ganda dari dana PIP atau sumber dana lainnya.

(22)

No Komponen Pembiayaan Item Pembiayaan Penjelasan 11. Pembiayaan pengelolaan BOS • Penggandaan, surat-menyurat, insentif bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS

• Biaya transportasi rapat koordinasi terkait program BOS • Penyusunan RKP/RKAP berdasarkan evaluasi Pondok Pesantren 12. Pembelian dan perawatan perangkat komputer • Desktop/work station Membeli laptop • Membeli proyektor • Printer Scanner Printer 1 unit/tahun Desktop/workstation

maksimum 3 unit untuk setingkat Ula dan 5 unit untuk setingkat Wustha dan Ulya

Laptop 1 unit dengan harga

maksimum Rp. 8 juta dan dibeli di toko resmi

• Proyektor maksimum 2 unit denga harga tiap unit maksimum Rp. 6 juta dan dibeli di toko resmi

• Peralatan tersebut harus dicatat sebagai inventaris Pondok Pesantren

13. Pembelian peralatan ibadah

• Pembelian mukena,

sajadah, dan sarung untuk disimpan di mesjid atau mushola pesantren 14. Biaya lainnya jika seluruh komponen 1 s.d 13 telah terpenuhi sesuai kebutuhan pendanaannya dari dana BOS

• Alat peraga/media pembelajaran

• Mesin ketik

• Peralatan UKS

• Pembelian meja dan kursi jika meja dan kursi yang ada sudah rusak

berat/tidak layak pakai

• Pengadaan perangkat CBT/jaringan komputer sesuai kebutuhan terkait UNBK

Penggunaan dana untuk komponen ini harus dilakukan melalui rapat dengan dewan Asatidz dan Wali Santri

(23)

3. Mekanisme Pembelian Barang/Jasa

Pembelian barang/jasa dilakukan oleh pondok pesantren, atau satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

a. Menggunakan prinsip keterbukaan dan ekonomis dalam menentukan barang dan tempat pembeliannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dengan cara membandingkan harga penawaran dari penyedia barang/jasa dengan harga pasar dan melakukan negosiasi;

b. Memperhatikan kualitas barang/jasa, ketersediaan, dan kewajaran harga;

c. Membuat laporan singkat tertulis tentang penetapan penyedia barang/jasa;

d. Diketahui oleh Pimpinan Pondok Pesantren;

e. Terkait dengan biaya untuk rehabilitasi ringan/pemeliharaan bangunan Pondok Pesantren, Pondok Pesantren harus:

1) Membuat rencana kerja;

2) Memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dengan standar upah yang berlaku di masyarakat.

4. Prioritas utama penggunaan dana BOS Pondok Pesantren adalah untuk kegiatan operasional satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.

5. Penggunaan dana BOS Pondok Pesantren untuk belanja pegawai (honor asatidz/tenaga kependidikan honorer dan honor-honor kegiatan) yang lebih besar dari 50% dari total dana BOS yang diterima dalam satu tahun diperkenankan atas dasar persetujuan tertulis dari PPK berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

(24)

BAB III

PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN, KETENTUAN PERPAJAKAN, SERTA LARANGAN DAN SANKSI

A. Pertanggungjawaban dan Pelaporan 1. Tingkat Pondok Pesantren

a. Rencana Kegiatan dan Anggaran Pondok Pesantren (RKAP) 1) Rencana Kegiatan dan Anggaran Pondok Pesantren

(RKAP) harus memuat rencana penerimaan dan rencana penggunaan uang dari semua sumber dana yang diterima.

2) RKAP ini harus ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau penanggungjawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah, serta diketahui oleh Pimpinan Pondok Pesantren.

3) Dokumen asli diserahkan ke PPK dan salinan dokumen disimpan di Pondok Pesantren.

b. Pembukuan

Pondok Pesantren diwajibkan membuat pembukuan dari dana yang diperoleh untuk program BOS, baik dengan tulis tangan atau menggunakan komputer. Buku yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Buku Kas Umum (Formulir BOS K-2)

a) Buku Kas Umum disusun untuk masing-masing rekening bank yang dimiliki oleh Pondok Pesantren. b) Pembukuan dalam Buku Kas Umum meliputi semua

transaksi eksternal, yaitu yang berhubungan dengan pihak ketiga yang meliputi:

§ Kolom Penerimaan: dari penyalur dana (BOS atau sumber dana lain), penerimaan dari pemungutan pajak, dan penerimaan jasa giro dari bank.

§ Kolom Pengeluaran: pembelian barang dan jasa, biaya administrasi bank, pajak atas hasil dari jasa giro dan setoran pajak.

c) Buku Kas Umum ini harus diisi pada tiap transaksi, yaitu segera setelah transaksi tersebut terjadi dan tidak menunggu terkumpul satu minggu/bulan. d) Formulir yang telah diisi ditandatangani oleh

Bendahara BOS, serta kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren/penanggungjawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.

(25)

2) Buku Pembantu Pajak (Formulir BOS K-3)

Buku Pembantu Pajak mempunyai fungsi untuk mencatat semua transaksi yang harus dipungut pajak serta memonitor atas pungutan dan penyetoran pajak yang dipungut selaku pungut pajak.

3) Terkait dengan pembukuan dari dana yang diperoleh Pondok Pesantren untuk program BOS, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran dapat dilakukan dengan tulis tangan atau menggunakan komputer, serta tidak diperkenankan menggunakan alat tulis pinsil.

b) Dalam hal pembukuan dilakukan dengan komputer, bendahara wajib mencetak Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak sekurang-kurangnya sekali dalam satu bulan dan menatausahakan hasil cetakan Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak bulanan yang telah ditandatangani oleh Bendahara BOS, serta diketahui oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau penanggungjawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.

c) Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak yang relevan sesuai dengan urutan tanggal kejadiannya.

d) Setiap akhir bulan, Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak ditutup oleh Bendahara BOS, serta diketahui oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau penanggungjawab program pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren;

e) Uang tunai yang ada di Kas Tunai tidak lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

f) Apabila ada kesalahan atas penulisan angka/huruf, maka yang salah agar dicoret dengan dua garis rapih, sehingga tulisan yang semula salah masih dapat dibaca kemudian diparaf.

g) Apabila dalam satu bulan berjalan tidak/belum terjadi transaksi pengeluaran/penerimaan, maka tetap ada pembukuan dalam bulan tersebut dengan uraian NIHIL yang ditandatangani oleh Bendahara BOS, serta diketahui oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren/penanggungjawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.

(26)

h) Apabila Bendahara BOS meninggalkan tempat kedudukannya atau berhenti dari jabatannya, Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak serta bukti-bukti pengeluaran harus diserahterimakan kepada pejabat yang baru dengan Berita Acara Serah Terima yang diketahui oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren/penanggungjawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.

c. Bukti Pengeluaran

1) Setiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan bukti kuitansi yang sah;

2) Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhi materai yang cukup sesuai dengan ketentuan bea materai. Untuk transaksi dengan nilai sampai Rp. 250.000,00 tidak dikenai bea meterai, sedang transaksi dengan nilai nominal antara Rp. 250.000,00 sampai dengan Rp1.000.000,00 dikenai bea meterai dengan tarif sebesar Rp. 3.000,00 dan transaksi dengan nilai nominal lebih besar dari Rp. 1.000.000,00 dikenai bea meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000,00;

3) Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dan terinci sesuai dengan peruntukkannya;

4) Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalam bentuk faktur sebagai lampiran kuitansi; 5) Setiap bukti pembayaran harus disetujui Kepala

/Pimpinan Satuan Pendidikan Mu’adalah/PDF /Pendidikan Kesetaraan dan lunas dibayar oleh Bendahara BOS;

6) Segala jenis dokumen pelaporan dan bukti pengeluaran aslinya harus disimpan oleh Pondok Pesantren sebagai bahan bukti dan bahan pelaporan.

d. Realisasi Penggunaan Dana BOS

1) Realisasi Penggunaan Dana BOS disusun berdasarkan Buku Kas Umum dari semua sumber dana yang dikelola oleh Pondok Pesantren penerima BOS pada periode yang sama.

2) Realisasi Penggunaan Dana BOS dibuat per semester yang ditandatangani oleh oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau kepala/pimpinan pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah, serta diketahui oleh Pimpinan Pondok Pesantren.

3) Laporan ini harus dilengkapi dengan surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa dana BOS yang diterima telah digunakan untuk membiayai kegiatan

(27)

operasional sebagaimana yang tercantum dalam petunjuk teknis ini.

e. Pertanggungjawaban

Dalam setiap pencairan dan penggunaan dana BOS tersebut, setiap satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah wajib mempertanggungjawabkan dana BOS, baik dalam bentuk bukti-bukti fisik atas penggunaan dana maupun laporan dalam bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan.

Bukti-bukti fisik penggunaan dana BOS tersebut meliputi:

No Jenis

Belanja Contoh Bukti Fisik

1. Belanja Barang/ Jasa − ATK − Buku − Perangkat komputer − Pembayaran listrik, air,

telpon, internet − Biaya lainnya yang

bersifat pembelian barang − Kuitansi/bukti pembayaran/ bukti pembelian − Nota/bukti penerimaan barang/jasa

− Bukti lainnya (Foto fisik) untuk rehab ringan atau perawatan

− Faktur pajak dan SSP 2. Belanja

Kegiatan

− Kegiatan PPDB − Kegiatan ekstra

kurikuler

− Ulangan dan ujian − Pelatihan, workshop,

bagi guru/tenaga kependidikan − Perlombaan siswa − Kegiatan lainnya yang

membutuhkan kepanitiaan − Kuitansi/bukti pembayaran/ bukti pembelian − Nota/bukti penerimaan barang/jasa dan bukti lainnya (foto fisik) − Daftar hadir peserta − Biodata peserta, nara

sumber, dll

− Bukti akomodasi, seperti kuitansi hotel,

penginapan

− Bukti foto fisik kegiatan − Faktur pajak dan SSP 3. Belanja

Pegawai

− Honor bulanan guru dan tenaga kependidikan − Honor panitia/petugas

kegiatan

− Insentif bagi bendahara BOS

− SK honor guru/ustadz dan tenaga kependidikan honorer beserta lampiran nama dan besaran

nominatifnya

− SK honor panitia/petugas beserta lampiran nama dan besaran

nominatifnya

− Daftar tanda terima pembayaran honor panitia/ petugas − Faktur pajak dan SSP

(28)

No Jenis

Belanja Contoh Bukti Fisik

− SK penetapan bendahara BOS

− Daftar hadir guru − Tanda terima honor 4. Belanja

Bansos

− Pembelian seragam, sepatu, alat tulis untuk siswa miskin

− Pemberian bantuan transport untuk siswa miskin − Kuitansi − Bukti pembayaran − Bukti pembelian − SK Pimpinan Pondok tentang penetapan Siswa Miskin 5. Belanja Perjalanan Dinas − Transportasi

pengambilan dana BOS − Transportasi kegiatan

ekstrakurikuler

− Transportasi kegiatan pelatihan, workshop,dll − Transportasi kegiatan

ulangan dan ujian

− Biaya transport yang dibuktikan dengan tiket, karcis, bukti pembayaran transport

− Bukti akomodasi yang dibuktikan dengan kuitansi hotel atau penginapan

− Surat tugas dari pimpinan pondok

f. Pelaporan

1) Setiap kegiatan wajib dibuatkan laporan hasil pelaksanaan kegiatannya;

2) Laporan penggunaan dana BOS meliputi laporan realisasi penggunaan dana dan surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa dana BOS telah diterima dan digunakan sesuai dengan peruntukan dana BOS.

3) Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak beserta dokumen pendukung bukti pengeluaran dana BOS (kuitansi/faktur/nota/bon dari vendor/toko/supplier) wajib diarsipkan sebagai bahan bukti untuk audit.

4) Seluruh arsip data keuangan, baik yang berupa laporan-laporan keuangan maupun dokumen pendukungnya, disimpan dan ditata dengan rapi dalam urutan nomor dan tanggal kejadiannya, serta disimpan di suatu tempat yang aman dan mudah untuk ditemukan setiap saat. 2. Tingkat Daerah

a. Pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Pelaporan unsur daerah Pengelola BOS Pondok

Pesantren:

1) Rekapitulasi penyaluran dana BOS pada tiap Pondok Pesantren dengan menggunakan formulir BOS K-5.

2) Rekapitulasi jumlah lembaga, jumlah santri, dan jumlah dana BOS yang telah dicairkan.

(29)

3) Rekapitulasi realisasi dana BOS tiap Kabupaten/Kota (Formulir BOS-K6).

4) Rekapitulasi realisasi dana BOS Pondok Pesantren pada setiap tahapan.

5) Pertanggungjawaban penggunaan dana BOS Pondok Pesantren untuk setiap satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah di wilayah masing-masing.

6) Rekapitulasi laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS Pondok Pesantren di wilayah masing-masing. 7) Penanganan pengaduan masyarakat yang berisi informasi

tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan status penyelesaian.

8) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan program BOS Pondok Pesantren, misalnya kegiatan sosialisasi, pelatihan, hasil kegiatan monitoring dan evaluasi, dan kegiatan lainnya yang menggunakan anggaran safeguarding.

3. Tingkat Pusat

a. Pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Pelaporan unsur pusat Pengelola BOS Pondok Pesantren:

1) Rekapitulasi jumlah lembaga, jumlah santri, dan jumlah dana BOS yang telah dicairkan.

2) Hasil monitoring dan evaluasi.

3) Penanganan pengaduan masyarakat yang berisi informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan status penyelesaian.

4) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan program BOS Pondok Pesantren, misalnya kegiatan sosialisasi, pelatihan, rapat koordinasi, hasil monitoring dan evaluasi, dan kegiatan lainnya yang menggunakan anggaran safeguarding.

B. Ketentuan Perpajakan

Penerima BOS Pondok Pesantren wajib membayarkan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

C. Larangan dan Sanksi 1. Larangan

Dana BOS Pondok Pesantren dilarang untuk:

a. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.

b. Dipinjamkan kepada pihak lain.

c. Membeli Lembar Kerja Siswa (LKS) dan bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran;

(30)

d. Membeli software/perangkat lunak untuk pelaporan keuangan BOS.

e. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas setiap satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan sejenisnya.

f. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk ustadz.

g. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi ustadz/santri untuk kepentingan pribadi (bukan inventaris pesantren), kecuali untuk santri miskin penerima PIP;

h. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat. i. Membangun gedung/ruangan baru.

j. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran.

k. Investasi saham/reksadana.

l. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau pemerintah daerah secara penuh. m. Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya

dengan operasional setiap satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah, misalnya iuran dalam rangka perayaan hari besar nasional dan upacara keagamaan/acara keagamaan.

n. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/pendampingan terkait program BOS/perpajakan program BOS yang diselenggarakan lembaga di luar Kementerian Agama.

2. Sanksi

Segala bentuk pelanggaran atas pengelolaan BOS Pondok Pesantren yang tidak sesuai dengan ketentuan akan diberikan sanksi menurut peraturan perundang-undangan.

(31)

BAB IV

PENGENDALIAN, PENGAWASAN, DAN LAYANAN PENGADUAN MASYARAKAT

A. Pengendalian

KPA menyelenggarakan pengendalian intern terhadap pelaksanaan pengelolaan dana BOS Pondok Pesantren.

B. Pengawasan

1. Kegiatan pengawasan yang dimaksud adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar dan bentuk penyelewengan lainnya.

2. Pengawasan program BOS meliputi pengawasan melekat (Waskat), pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat.

3. Pengawasan Melekat

a. Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya, baik di tingkat pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota maupun tingkat Pondok Pesantren.

b. Prioritas utama dalam program BOS adalah pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Wilyah Kementerian Agama Provinsi kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota serta dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota kepada Pondok Pesantren penerima BOS.

4. Pengawasan Fungsional Internal

a. Instansi pengawas fungsional yang melakukan pengawasan program BOS secara internal adalah Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI.

b. Instansi tersebut bertanggungjawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga atau atas permintaan instansi yang akan diaudit.

5. Pengawasan Eksternal

a. Instansi pengawas eksternal yang melakukan pengawasan program BOS adalah Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

b. Instansi ini bertanggungjawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit.

6. Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan pemeriksaan terhadap program BOS Pondok Pesantren.

(32)

7. Pengawasan Masyarakat

a. Dalam rangka transparansi pelaksanaan program BOS, program ini juga dapat diawasi oleh unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di tingkat Pondok Pesantren, Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat. b. Lembaga tersebut melakukan pengawasan dalam rangka

memotret pelaksanaan program BOS di Pondok Pesantren penerima BOS, namun tidak melakukan audit.

c. Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam pengelolaan BOS, dapat segera dilaporkan kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.

(33)

BAB V PENUTUP

Petunjuk Teknis BOS pada Pondok Pesantren Tahun 2019 disusun dan ditetapkan dalam rangka simplikasi pelaporan dana BOS yang akuntabel dan sebagai acuan bagi pihak terkait pada setiap Satker dan satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah dalam mengelola dana BOS Pondok Pesantren.

Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang perlu dijabarkan lebih dalam secara khusus disusun berdasarkan ketentuan dalam petunjuk teknis ini.

DIREKTUR JENDERAL,

TTD

(34)

KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI………. / KANTOR KEMENAG KABUPATEN/KOTA ………..

NOMOR :

TENTANG

PENETAPAN PONDOK PESANTREN PENERIMA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

TAHUN 2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembangunan nasional melalui peningkatan mutu pendidikan di Pondok Pesantren dan upaya penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan pendidikan menengah universal; b. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan proses belajar

mengajar di Pondok Pesantren diperlukan dana operasional pendidikan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang Penetapan Pondok Pesantren Penerima Bantuan Operasional Sekolah Tahun2017;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

Formulir BOS–01 Ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen

(35)

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 233, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6138);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4863);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);

11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

12. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);

13. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 156);

14. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 851);

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191);

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Perubahan Atas Keputusan

menyiapkan bahan laporan pelaksanaan Program Indonesia Pintar sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu jika diminta kepada Pengelola Program di tingkat daerah

a. Tim BOS Pusat menetapkan alokasi pagu definitif BOP dan BOS Tahun 2022 setiap madrasah pada sekitar bulan November 2021. Pagu definitif ditetapkan berdasarkan SK

Prinsip kerja rem hidrolik adalah menggunakan hukum pascal yaitu gaya penampang dari fluida akan menghasilkan tekanan yang akan diteruskan ke segala arah dengan sama besar.

Pencairan Bantuan dilakukan melalui pembayaran langsung (LS) dari rekening Kas Umum Negara ke rekening penyaluran dana Bantuan untuk kemudian disalurkan ke

Berdasarkan proyeksi kebutuhan Pengawas Sekolah pada Madrasah yang telah ditetapkan, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi menyampaikan pengumuman secara terbuka kepada guru

Kedua jenis laporan tersebut disampaikan kepada Tim Komponen 3 Proyek REP/MEQR di Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Setelah pengumuman diterima secara resmi, Kepala Madrasah melakukan identifikasi terhadap guru telah membuktikan kemampuan tinggi dan inovasi dalam pengajarannya,