• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ekspor

1 Pengertian Ekspor

Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi di dalam negeri kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing (Amir, 2000).

Kegiatan ekspor menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 yang didalamnya berisi Undang-undang Kepabeanan Nomor 17 tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009).

Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Roselyne Hutabarat, 1996).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ekspor merupakan suatu kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh

(2)

commit to user 9

perorangan ataupun badan usaha dimana melibatkan negara lain sehingga barang yang ditransaksikan harus melalui daerah pabean.

2 Prosedur Ekspor

a. Negosiasi

Proses perundingan antara eksportir dan importir untuk mencapai kesepakatan bersama sehingga terjadilah sebuah transaksi.

b. Penyusunan Kontrak Dagang

Hasil dari proses negosiasi tadi berakhir dan dituliskan dalam sebuah perjanjian tertulis yang disebut dengan kontrak dagang.

c. Penerbitan L/C

Setelah penandatanganan kontrak dagang, Importir segera membuka L/C melalui Bank Koresponden dinegaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke Bank Devisa eksportir di Indonesia. Dan selanjutnya Bank Devisa meneruskan L/C tersebut ke Eksportir.

d. Mempersiapkan Barang Ekspor

Eksportir akan mempersiapkan barang-barang yang telah dipesan oleh importir setelah diterimanya L/C. Barang-barang yang disiapkan oleh eksportir harus sesuai dengan perjanjian yang telah tertulis di kontrak dagang.

(3)

commit to user 10

e. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

PEB dibuat oleh eksportir dan diajukan untuk memperoleh respon Persetujuan Ekspor (PE). Setelah itu PE digunakan sebagai surat jalan untuk memasukkan barang ekspor ke kawasan pabean/ kawasan dalam pengawasan bea cukai yang dipersiapkan untuk ekspor.

f. Pemesanan Ruang Kapal

Eksportir melakukan pemesanan ruang kapal dengan mengirimkan Shipping Instruction ke perusahaan pelayaran.

g. Pengiriman Barang ke Pelabuhan

Untuk proses pengiriman barang ke pelabuhan, eksportir bisa mengirimkan langsung sendiri tetapi juga dapat menggunakan jasa pengiriman barang atau perusahaan ekspedisi muatan kapal laut.

h. Pemeriksaan Bea Cukai

Dokumen Ekspor akan diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Apabila diperlukan barang yang diekspor juga diperiksa oleh Bea Cukai.

Setelah semua dokumen dan barang sesuai dengan ketentuan, maka Bea Cukai menandatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB.

i. Pemuatan Barang ke Kapal

Pemuatan barang dilakukan setelah pihak Bea Cukai menandatangani PEB. Setelah proses pemuatan barang selesai, maka pihak pelayaran menerbitkan Bill Of Lading (B/L) untuk eksportir.

(4)

commit to user 11

j. Pengurusan Surat Keterangan Asal(SKA)

SKA akan diurus apabila diperlukan di Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

k. Pencairan L/C

Eksportir akan mencairkan L/C apabila barang telah dikapalkan.

l. Barang Diterima Importir

Setelah barang dikirim menuju pelabuhan tujuan di negara importir, maka Importir akan mengurus pengambilan barang dengan dokumen yang diperlukan.

3 Dokumen Ekspor

Jenis-jenis dokumen yang diperlukan dalam melakukan ekspor antara lain:

a. Kontrak Dagang

Kontrak dagang atau yang sering disebut dengan Sales Contarct adalah sebuah perjanjian tertulis yang berisi nota kesepakatan bersama antara eksportir dan importir. Dalam kontrak dagang ekspor biasanya berisi kesepakatan mengenai:

1) Deskripsi, jumlah, dan harga barang.

2) Proses pengiriman.

3) Syarat khusus yang disepakati bersama antara eksportir dan improtir, serta syarat dokumen yang disertakan.

4) Tanda tangan antara eksportir dan importir.

(5)

commit to user 12 b. Commercial Invoice

Commercial Invoice merupakan nota perhitungan yang diterbitkan oleh eksportir untuk importir dan berisikan data mengenai barang:

jumlah barang, harga satuan, jumlah harga, dan perhitungan pembayaran.

c. Packing List

Packing List merupakan daftar yang berisikan rincian lengkap dari barang yang terdiri atas jenis, jumlah, dan satuan barang yang terdapat dalam setiap kemasan. Total dari rincian dalam packing list merupakan jumlah keseluruhan yang terdapat dalam commercial invoice. Packing list ini akan menjadi penting ketika dalam satu proses pengiriman terdiri dari beberapa barang.

d. Letter of Credit (L/C)

L/C merupakan suatu alat pembayaran berupa surat kredit yang dikeluarkan oleh Bank Devisa atas permintaan importir yang memberikan wewenang kepada seseorang atau suatu badan yang namanya disebut dalam L/C tersebut untuk menulis cek atau menarik surat wesel atas sejumlah uang tertentu yang harus dibayar bilamana diminta.

(6)

commit to user 13 e. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah dokumen pabean yang dibuat oleh eksportir atau kuasanya untuk memberitahukan pelaksanaan ekspor barang.

f. Bill of Lading

Bill of Lading merupakan sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh maskapai pelayaran, sebagai tanda terima barang untuk diangkut, yang sekaligus digunakan sebagai bukti kepemilikan atas barang, dan dapat digunakan sebagai sarana untuk klaim asuransi jika terjadi kerugian.

Untuk maskapai pengangkutan dengan kapal udara, dokumen yang dikeluarkan bernama Airway Bill. Sedangkan untuk pengangkutan dengan modal transportasi darat berupa kereta api, dokumen yang dikeluarkan bernama Railway B/L.

B. Negosiasi

1 Pengertian Negosiasi

Negosiasi yang berarti perundingan antara dua pihak atau lebih untuk mencapai kesepakatan atas suatu hal, dalam pelaksanaan menuju kesepakatan memerlukan beberapa langkah atau proses untuk dapat mencapainya ( Purnomolastu, dkk, 2012 ).

Negosiasi merupakan tahapan awal dalam sebuah proses transaksi ekspor. Dalam proses inilah buyer atau importir telah memiliki ketertarikan terhadap barang yang diproduksi eksportir dan selanjutnya

(7)

commit to user 14

terjadilah perundingan untuk mencapai kesepakatan bersama. Seorang negosiator dalam transaksi ekspor baik dari pihak importir maupun eksportir dituntut untuk memiliki kemampuan dibidang perdagangan internasional dan kemampuan komunikasi yang baik.

2 Proses Negosiasi

Proses negosiasi dapat terjadi baik secara langsung, secara tidak langsung dan negosiasi gabungan dari proses negosiasi langsung dan tidak langsung. Ketiga proses negosiasi tersebut dibedakan dengan saling bertemu atau tidaknya negosiator dari kedua belah pihak.

a. Negosiasi Langsung:

Negosiasi secara langsung biasanya terjadi pada even pameran dagang, kunjungan dagang, kunjungan wisatawan asing, yang mana antara eksportir dan importir bertemu secara langsung dan mengadakan perundingan guna mencapai kesepakatan bersama.

Negosiasi secara langsung ini tergantung pada ketrampilan seorang eksportir dalam berkomunikasi dengan buyer. Seorang eksportir berusaha untuk mendapatkan buyer yang terus-menerus dapat bekerjasama. Dengan demikian seorang eksportir harus menjaga performance mereka dihadapan buyer. Dalam melakukan negosiasi yang bersifat langsung, beberapa hal menjadi perhatian seorang negosiator atau calon eksportir adalah:

(8)

commit to user 15

1) Mengumpulkan Semua Data Secara Lengkap

Data dapat berupa informasi dan fakta. Tidak hanya mengenai produk yang ditawarkan dan proses perdagangan internasional, tetapi juga mencari informasi mengenai lawan negosiasi kita. Dari negara mana buyer berasal, karakteristiknya, dan semua tentang buyer harus dipahami. Hal ini bertujuan agar dalam proses negosiasi, seorang negosiator siap tanpa ragu karena telah menguasai informasi lebih unggul.

2) Membuat Argumentasi

Menyiapkan argumentasi-argumentasi supaya dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh buyer. Negosiator yang baik mampu menjawab pertanyaan dari calon buyer dengan sigap dan tepat.

3) Menentukan Desain Negosiasi

Menetapkan arah dasar yang akan dinegosiasikan, hal ini bertujuan agar nantinya dalam proses negosiasi sesuai dengan apa yang diharapkan.

4) Menyiapkan Rencana Alternatif

Dalam hal ini ketika buyer telah menekan harga seminimal dari pihaknya. Seorang negosiator harus cekatan dalam mengambil sikap dan menyediakan alternatif sehingga terjadi win- win solution.

(9)

commit to user 16 b. Negosiasi Tidak Langsung

Negosiasi tidak langsung biasanya terjadi melalui proses korespondensi email, melalui telepon, dan yang jelas tidak terjadi pertemuan langsung antara eksportir dan importir sehingga membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari pada negosiasi langsung. Adapun tahapannya seperti pada tabel di bawah ini:

Bagan 2.1

Proses Negosiasi Tidak Langsung

Sumber: Wawancara Narasumber, 2013

I M

P O R T E

K

S

P

O

R

(10)

commit to user 17

Negosiasi tidak langsung terdiri dari 6 tahapan sebagai berikut:

1) Promotion ( Promosi )

Untuk negosiasi tidak langsung, proses promosi biasanya eksportir melakukan promosi melalui korespondensi seperti melalui surat, website, blog, fax, katalog, dan email.

2) Inquiry (Surat Permintaan)

Inquiry merupakan surat yang dikirim oleh importir kepada eksportir yang berisi permintaan harga. Surat inilah yang memulai terjadinya negosiasi tidak langsung. Buyer sering meminta dihitungkan harga barang sesuai dengan standar mutu yang diinginkannya.

3) Offer Sheet (Surat Penawaran)

Offer sheet merupakan surat balasan dari eksportir untuk importir yang berisi penawaran harga dan detail barang. Selain itu juga untuk menjawab dari pertanyaan-pertanyaan dari buyer dan biasanya disertakan dengan katalog dan brosur.

4) Order Sheet (Surat Pemesanan)

Apabila penawaran harga dirasa cocok dan sesuai keinginan importir, maka importir akan melakukan pemesanan barang tersebut dengan surat pemesanan atau order sheet.

(11)

commit to user 18 5) Sales Contract (Kontrak Dagang)

Pesanan dari importir dan persyaratan yang dicantumkan dalam order sheet tadi di tuliskan oleh eksportir dalam sales contract dan dengan menandatanganinya selanjutnya dikirim kepada importir untuk mendapatkan konfirmasi pemesanan.

6) Sales Confirmation

Importir menandatangani sales contact yang dikirim eksportir.

c. Negosiasi Gabungan

Proses negosiasi ini merupakan gabungan dari proses negosiasi langsung dan negosiasi tidak langsung. Untuk mencapai kesepakatan antara eksportir dan calon buyer tidak jarang dibutuhkan lebih dari sekali proses negosiasi. Negosiasi gabungan ini terjadi ketika calon buyer dan eksportir bertemu dan melakukan negosiasi secara langsung, namun kesepakatan belum terjadi diantara kedua belah pihak dan dibutuhkan negosiasi tahap kedua. Untuk melakukan negosiasi kedua memerlukanbiaya dan waktu lagi untuk bertemu, olehkarena itu sering juga calon buyer memilih melanjutkan negosiasi dengan cara tidak langsung seperti melalui email untuk menghemat waktu dan biaya (Arbi, 2008).

(12)

commit to user 19 3 Topik atau Subyek dari Negosiasi

Topik atau subyek yang menjadi pembahasan dari proses negosiasi adalah (Sudijono, 2012):

a. Mutu barang b. Harga

c. Syarat pembayaran d. Tempat penyerahan e. Waktu penyerahan f. Sertifikat mutu

g. Garansi dan pelayanan purna jual h. Berbagai sanksi

i. Pembagian tugas dan kewajiban masing-masing pihak

4 Posisi Negosiasi

Ada beberapa cara atau strategi yang dilakukan untuk mengatur posisi atau hasil dalam bernegosiasi dapat diklasifikasikan menjadi 4 (Anderson dalam Purnomolastu, dkk, 2012.), yaitu:

a. Posisi Menang (Win-Lose)

Posisi ini digunakan apabila negosiator hanya mementingkan keuntungan yang banyak tanpa memikirkan kerjasama yang berkesinambungan.

(13)

commit to user 20 b. Posisi Habis (Kalah-Kalah)

Posisi ini jarang digunakan dalam sebuah transaksi perdagangan internasional. Posisi ini akan diambil ketika kerjasama dinilai tidak saling menguntungkan.

c. Posisi Mengalah (Lose-Win)

Posisi ini akan digunakan dengan perhitungan yang sangat matang oleh para negosiator. Apabila posisi lawan sekiranya mampu mendatangkan pendapatan besar dengan kerjasama yang berkelanjutan. Mengalah terlebihh dahulu untuk hasil yang besar supaya lawan tertarik.

d. Posisi Sama-sama Menguntungkan (Win-Win)

Posisi ini lebih banyak digunakan dalam proses negosiasi, karena dinilai menguntungkan kedua belah pihak. Posisi ini biasanya digunakan dalam keadaan mengutamakan kerjasama jangka panjang.

C. Kontrak Dagang

Kontrak adalah persetujuan atau perjanjian tertulis yang disetujui oleh para pihak yang mengikatkan diri untuk sepakat ( Arbi, 2008 ).

Kontrak dagang merupakan sebuah persetujuan atau perjanjian tertulis yang dibuat secara terperinci serta mengikat eksportir dan importir yang meliputi transaksi perdagangan barang atau jasa.

(14)

commit to user 21

Kontrak dagang sebagai salah satu perjanjian antara pihak-pihak yang terkait harus memenuhi empat landasan utama perjanjian, yaitu:

1. Sepakat

Pihak-pihak terkait yang mengadakan perjanjian mempunyai suatu kehendak bebas yaitu tidak adanya suatu paksaan dalam mengadakan perjanjian.

2. Cakap

Dalam membuat suatu perjanjian para pihak terkait berhak untuk melakukan suatu tindakan hukum seperti yang diatur dalam perundang- undangan yang berlaku di Negara pihak-pihak terkait.

3. Ada Suatu Objek Yang Diperjanjikan

Objek yang diperjanjikan harus jelas dan benar-benar ada. Dalam perjanjian ekspor, yang menjadi objek adalah komoditi yang akan diekspor.

4. Sebab yang Halal

Semua hal yang diperjanjikan harus legal atau tidak dilarang oleh peraturan-peraturan yang ada, tidak melanggar hukum.

Kontrak dagang dirumuskan secara tertulis karena dapat dijadikan bukti bila terjadinya cidera janji yang berakibat sengketa di pengadilan. Selain itu, kontrak dagang juga diperlukan untuk meminimalisir salah pengertian mengingat pihak-pihak terkait tidak berada dalam satu Negara yang sama dan memiliki dasar hukum serta bahasa yang berbeda.

(15)

commit to user 22

Kontrak dagang merupakan dokumen induk dari sebuah transaksi perdagangan ekspor. Semua berawal dari kontrak dagang dan akan berpedoman pada kontrak dagang pula.

D. Incoterms

Berdasarkan persyaratan dalam penyerahan barang, Incoterms 2000 dibagi menjadi 4 kelompok (Arbi, 2008), yaitu:

1. Kelompok E:

Group E hanya terdapat satu istilah yakni EXW (Ex Work).

Exwork disini adalah transaksi penyerahan barang dari penjual ke tangan pembeli terjadi di daerah pembeli (gudang). Bea inland transportation, main transportation cost, custom clearance, dan semua biaya resiko dikontrol dan ditanggung oleh pembeli. Dalam hal ini pihak yang diuntungkan adalah penjual, karena resiko yang ditanggung oleh penjual adalah minimal.

2. Kelompok F:

a. FCA (Free Carier )

FCA (Free Carrier) menyebutkan bahwa lokasi adalah transaksi penyerahan barang dari penjual ke tangan pembeli terjadi di tempat yang ditunjuk oleh pembeli, tetapi masih di wilayah daratan negara penjual, dengan catatan barang sudah clear for Export (bea custom clearance telah dibayar oleh penjual). Dalam Full Container Load (FCL), penjual bertanggung jawab dalam proses pemuatan barang.

(16)

commit to user 23 b. FAS (Free Along Ship)

FAS (Free Alongside Ship) berarti bahwa lokasi transaksi penyerahan barang dari penjual ke tangan pembeli terjadi di tempat yang ditunjuk oleh pembeli, yakni di samping kapal di pelabuhan.

Penjual memberikan informasi kedatangan kapal dan menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan kepada pembeli.

Selain itu, penjual juga berkwajiban mengurus bea pengeluaran barang (clear for export).

Penjual tidak menanggung kerusakan/ kehilangan barang mulai dari barang sampai di pelabuhan (disamping kapal) hingga naik ke atas kapal.

c. FOB (Free On Board)

Penjual melakukan penyerahan barang di atas kapal. Biaya pengapalan dan asuransi di tanggung oleh pembeli. Sama seperti FAS, nama pelabuhan pengapalan dicantumkan di belakang terms FOB.

3. Kelompok C:

a. CFR (Cost and Freight)

CFR atau yang sebelumnya disebut sebagai C&F prinsipnya sama dengan FOB, hanya dalam hal ini biaya-biaya dan ongkos angkut sampai ke pelabuhan tujuan yang ditentukan menjadi kwajiban penjual. Tetapi untuk resiko kehilangan ataupun kerusakan atas barang–barang tersebut termasuk setiap biaya tambahan sehubungan

(17)

commit to user 24

dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari penjual ditangguhkan kepada pembeli. Nama pelabuhan tujuan dicantumkan di belakang terms CFR. Terms ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja.

b. CIF (Cost, Insurance & Freight)

Sama dengan CFR hanya ditambah dengan penjual wajib menanggung asuransi. Jika pembeli menginginkan perlindungan terhadap barang yang lebih besar maka pembeli perlu ada kesepakatan dengan penjual secara tegas, atau pembeli sendiri harus mengurus tambahan itu. Penjual mengapalkan barang pada keadaan “clear for eksport”.

c. CPT (Carriage Paid To)

Prinsipnya sama dengan CFR namun barang diangkut ke tempat tujuan tertentu yang ditunjuknya sendiri. Jika pengangkut berganti ke pengangkut lain atau pengganti maka resiko (penjual) berakhir bila barang telah diserahkan ke pengangkut pertama.

d. CIP (Carriage & Insurance Paid To)

Pada prinsipnya sama dengan CIF tetapi tempat tujuan untuk penyerahan barang sesuai yang disebut oleh penjual. Penjual wajib menutup asuransi terhadap resiko dan kerusakan barang selama barang dalam perjalanan. Terms ini dapat menggunakan alat angkut apa saja, termasuk dengan multimoda transport.

(18)

commit to user 25 4. Kelompok D:

a. DAF (Delivered At Frintier)

Pada term ini angkutan yang digunakan adalah angkutan darat yaitu berupa kereta api atau truk (land transport). Penjual berkewajiban menyerahkan barang sampai batas negara sebelum batas pabean. Penjual juga menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk custom clearance. Penjual harus mengurus formalitas ekspor.

b. DES (Delivered Ex Ship )

Penyerahkan barang dari penjual ke pembeli di atas kapal di pelabuhan tujuan, atas biaya dan resiko penjual. Pembeli menerima penyerahan barang dari kapal, menanggung biaya bongkar, izin impor, bea masuk, pajak, dan biaya lain-lain.

c. DEQ (Delivered Ex Quay)

Kewajiban utama penjual adalah mengangkut barangnya dan menyerahkan barang tersebut kepada pembeli di dermaga pelabuhan tujuan. Penjual menanggung biaya angkutan dan resiko yang terjadi.

d. DDU (Delivered Duty Unpaid)

Penjual menyerahkan barangnya di pelabuhan tujuan dengan menanggung biaya angkutan dan resikonya. Menanggung biaya pembongkaran sampai di darat (uncleared for import). Kewajiban pembeli menerima dalam keadaan (uncleread for import)

(19)

commit to user 26 e. DDP (Delivered Duty Paid)

Prinsipnya sama dengan DDU tetapi formalitas impor diurus (“Clear for Import”) oleh penjual dan biaya bea masuk dan pajak impor ditanggung oleh penjual . Pembeli terima barang dari penjual di atas alat angkut (belum dibongkar).

E. Metode Pembayaran dalam Transaksi Ekspor

1 Pembayaran Dimuka (Advance Payment)

Bagan 2.2

Metode Pembayaran Dimuka (Advance Payment) Sumber : Arbi, 2008

Pembayaran di muka adalah salah satu metode pembayaran dalam transaksi ekspor dimana importir membayar terlebih dahulu sesuai kontrak

(20)

commit to user 27

yang telah disepakati ke rekening eksportir atau langsung berkunjung ke eksportir. Metode ini biasanya dilakukan oleh importir dan eksportir yang sudah saling kenal dan sudah sering bekerjasama (Arbi, 2008).

Metode pembayaran di muka dikenal dengan 3 model seperti berikut:

a. Payment With Order

Dalam metode pembayaran ini, importir membayar langsung semua biaya yang terdiri harga barang, biaya angkut, biaya asuransi, dan biaya lain-lain.

Dengan metode pembayaran ini resiko sepenuhnya ditanggung oleh importir, karena barang belum diterima, pembayaran sudah lunas.

b. Partial Payment With Order

Metode pembayaran ini adalah dimana importir membayar harga barang yang dipesan terlebih dahulu. Untuk biaya angkut, asuransi, dan biaya lainnya akan dibayar setelah proses pengapalan selesai, yang akan ditagih oleh eksportir dengan cara collection D/P (Document Againt Payment = pembayaran dilakukan setelah diterimanya dokumen).

c. Payment On Document

Untuk meminimalisir resiko antara importir dan eksportir metode pembayaran ini dapat digunakan dalam transaksi ekspor.

Importir membayar terlebih dahulu melalui bank, dan eksportir

(21)

commit to user 28

dapat mencairkan uang tersebut setelah melakukan pengapalan dengan menyerahkan bukti pengapalan dan bukti lainnya sesuai dengan perjanjian.

Importir dapat meminimalisir resiko, apabila barang tidak dikirim uang yang dikirim melalui bank masih hak importir. Dan eksportir juga dapat kepastian bahwa barangnya telah dibayar terlebih dahulu.

2 Pembayaran Kemudian (Open Account)

Bagan 2.3

Metode Pembayaran Kemudian (Open Payment) Sumber : Arbi, 2008

Metode ini lawan dari pembayaran di muka, lebih berpihak kepada importir. importir akan membayar barang yang dipesannya setelah barang tersebut sampai di negara importir.

(22)

commit to user 29

Seperti halnya pembayaran di muka, sebaiknya metode pembayaran kemudia sebaiknya dilakukan oleh eksportir dan importir yang sudah saling kenal ataupun sering bekerjasama.

3 Collections

Perdagangan luar negeri yang menggunakan pembayaran collections juga disebut dengan Bill Of Exchange (BOE), atau dengan menggunakan surat tagih. Dalam metode collections, penagihan dengan surat tagihan saat pembayarannya dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Pembayaran atas unjuk (at sight), atau sering dikenal dengan istilah D/P (Document Against Payment). Tertagih (drawee) seterimanya dokumen-dokumen langsung melaksanakan pembayaran.

b. Pembayaran berjangka (term bills of exchange), setelah tertagih (drewee) menerima dokumen, langkah selanjutnya tertagih (drewee) melakukan akseptasi pada draft yang ditarik penagih (drawer), draft tersebut tertulis dan ditandatangani oleh tertagih dengan pernyataan bahwa tertagih akan melakukan pembayaran pada tanggal tertentu sesuai kesepakatan pihak tertagih dan penagih.

4 Documentary Credit

Metode pembayaran documentary credit adalah nama lain dari metode pembayaran dengan L/C (Letter of Credit). Metode pembayaran ini adalah yang paling aman dan resiko yang sangat kecil. Metode ini menjawab kebutuhan eksportir dan importir yang bertolak belakang.

(23)

commit to user 30

Eksportir menginginkan mendapat kepastian akan pembayaran atas barang yang dikirimnya sebelum hak kepemilikan barang diserahkan. Sedangkan importir pada dasarnya ingin mendapatkan barangnya terlebih dahulu sebelum melakukan pembayaran, minimal mereka mendapatkan jaminan bahwa barang yang dipesan akan diterima.

Metode ini melibatkan pihak bank yang bertindak sebagai pengganti importir. Pihak bank ini yang nantinya memberikan jaminan kepada eksportir bahwa pembayaran akan dilakukan setelah syarat-syarat yang diminta dalam L/C terpenuhi. L/C juga bertindak sebagai fasilitas bank bagi importir jika tidak dapat melakukan pembayaran, maka bank akan mengambil resiko dengan melakukan pembayaran kepada eksportir.

Dengan kata lain, L/C merupakan jaminan yang pasti yang diterbitkan oleh bank atas perintah importir atas transaksi ekpor kepada eksportir.

Skema pembayaran dengan Letter of Credit (L/C):

Bagan 2.4

Metode Pembayaran Documentary Credit Sumber : Arbi, 2008

Referensi

Dokumen terkait

Arsitektur teknologi disana hanya menggunakan modem untuk mengakses internet dan terdapat dua buah komputer yang ada di kepala Seksi Teknis dan Kepala

Status layanan online (on atau off) dapat dilihat di website PDII ( http://www.pdii.lipi.go.id/ ). Pemanfaatan layanan online di PDII dimulai sejak tahun 1997, yakni ketika

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah siswa kelas X6 telah melakukan aspek refleksi dalam pembelajaran matematika dengan

--- Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tinggi meneliti dan mempelajari dengan seksama berkas perkara yang terdiri dari Berita Acara Pemeriksaan oleh Penyidik, Berita

Hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Paru Jember, menunjukkan bahwa pada tahun 2017 kasus TB Paru sebanyak 662 orang yang positif TB baik dari kasus baru

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan

Oleh karena itu jika AQ siswa yang termasuk dalam kelompok rendah (quitters) dan sedang (campers) ini dikembangkan menjadi kelompok siswa ber AQ tinggi (climbers),

pemasungan pada klien gangguan jiwa di Desa Sungai Arpat Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar berdasarkan karakteristik pekerjaan pada masyarakat yang tidak bekerja