1
PROGRESS REPORT
Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi
JEJAK HABAIB DALAM MANUSKRIP BORNEO
(Kajian Filologi Naskah Kesultanan Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat)
Oleh: Iskandar
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SAMARINDA
2021
2 DAFTAR ISI
Bab I: PENDAHULUAN Halaman
A. Latar Belakang ………. 3
B. Rumusan Masalah ……… 4
C. Tujuan Penelitian ……… 4
Bab II: KAJIAN TEORI ... 5
Bab III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis, Obyek, dan Sifat Penelitian ... 8
B. Instrument Pengumpulan Data ... 8
C. Langkah dan Analisis Penelitian ... 8
Bab IV: SUMBER DAYA PENELITIAN……… 10
Bab V: LOGBOOK PENELITIAN ... 11
Bab VI: PENUTUP ... 20
LAMPIRAN
3 BAB I PENDAHULUAN
A. Larar Belakang
Peran habaib (tunggal:habib) dalam sejarah penyebaran Islam di kawasan Borneo (Kalimantan) memiliki kedudukan yang sangat penting.
Mereka datang ke kawasan ini tidak hanya berperan sebagai ulama dalam urusan agama tapi bahkan sebagai kepala pemerintahan/sulthan dalam urusan politik kemasyarakatan.
Di Kalimantan Timur, pada sekitar abad ke 16, seorang habib bernama Hasyim bin Musyayakh bin Abdullah bin Yahya (Habib Tunggangparangan) pernah mengislamkan Aji Raja Mahkota Mulia Alam (1545-1610 M) sebagai raja pertama Kutai Kartanegara yang beragama Islam. Kemudian pada abad ke 18, terkenal seorang habib bernama Sayyid Abdurrahman Assegaf yang berperan sebagai Kepala Bendahara (Pangeran Bendahara) dan pendiri Masjid Jami pertama pada masa kesulthanan Aji Muhammad Sulaeman (1850-1899).
Demikian pula di Kalimantan Barat, pada sekitar abad ke 18 berdiri kesultanan Pontianak yang langsung dipimpin oleh seorang habib bernama Syarif Abdurrahman al-Kadri (1771-1808 M) yang pindah dari Mempawah, dan membangun masjid dengan nama Masjid Sulthan Syarif Abdurrahman.
Jejak habaib dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan/kesultanan sebagaimana tersebut di atas tidak hanya diakui dalam hasil-hasil penelitian historis, tetapi juga tercatat dalam beberapa naskah manuskrip filologis. Dalam naskah warisan Kesultanan Kutai Kartanegara disebutkan, bahwa habaib yang berperan dalam proses islamisasi di wilayah ini adalah berasal dari wilayah Mempawah, Kalimantan Barat.
1Sebaliknya disebutkan, bahwa sebagian habib yang berasal dari Mempawah telah pergi merantau menjalankan dakwahnya hingga ke Kutai Kartanegara dan Paser Kalimantan Timur.
21 Lihat Naskah Salasila Kutai. Naskah ini ditulis di atas kertas erofa (Pro Patria) menggunakan huruf arab Melayu (huruf pegon) dengan dialek (gaya) bahasa Kutai.
2 Perjalanan hidup Syarif Abdurrahman Al-Qadri dari Mempawah hingga ke Kalimantan timur diabadikan dalam sebuah manakib, sebuah manuskrip yang ditulis ulang oleh Sayid Alwi bin Sayid Ahmad bin Sayid Ismail Al-Qadri pada Agustus 1935.
4
Jejak habaib dan hubungan keulamaan antara Kesultanan Kutai Kartanegara Kalimantan Timur dan Kesultanan Mempawah dan Pontianak Kalimantan Barat, tampak masih bersifat parsial dan terpisah, sehingga belum ditemukan benang merah yang jelas untuk menggambarkan jaringan keulamaannya.
Rekonstruksi jaringan keulamaan antara habaib di masing-masing wilayah ini perlu dilakukan, karena bukan hanya untuk menemukan gambaran tentang peran pengembangan Islam Borneo, tetapi juga pengembangan Islam Nusantara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana jejak habaib dalam manuskrip borneo?
2. Apa saja peran habaib dalam Kesultanan Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengungkap jejak habaib dalam manuskrip borneo
2. Untuk menggali peran habaib dalam Kesultanan Kalimantan Timur dan
Kalimantan Barat
5 BAB II
KAJIAN TEORI DAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teori
Teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori filologi dan kodikilogi naskah. Kata Filologi berasal dari bahasa Yunani philein, "cinta"
dan logos, "kata". Filologi merupakan ilmu yang mempelajari naskah-naskah manuskrip biasanya dari zaman kuno.
3Sebuah teks yang termuat dalam sebuah naskah manuskrip, terutama yang berasal dari masa lampau seringkali sulit untuk dipahami, tidak karena bahasanya yang sulit, tetapi karena naskah manuskrip disalin berulang-ulang kali. Dengan begini naskah-naskah banyak yang memuat kesalahan-kesalahan. Tugas seorang filolog, nama untuk ahli filologi, ialah menelititi naskah-naskah ini, membuat laporan tentang keadaan naskah-naskah ini dan menyunting teks yang ada di dalamnya.
Kegiatan utama filologi adalah melakukan Edisi teks atau sering dikenal dengan istilah suntingan teks adalah (upaya) menyusun suatu teks secara utuh setelah dilakukan pemurnian teks ke dalam sesuatu bahasa. Pemurnian teks adalah upaya untuk menentukan salah satu teks yang akan dipakai sebagai dasar transliterasi naskah berdasarkan penelitian teks dengan suatu metode kritik teks.
Metode kritik teks meliputi perbandingan naskah untuk mengelompokkan varianvarian yang ada dan merekonstruksi garis penurunan naskah (stema).
4Jadi menyunting teks bukan sekedar memilih salah satu naskah untuk ditransliterasi, tetapi pilihan itu harus didasarkan pada penelitian yang seksama.
Langkah awal dari suatu penelitian teks adalah menginventarisasi naskah.
Langkah kerja ini akan terrealisasi pada deskripsi naskah dan aparat kritik.
3 Siti Baroroh Baried, dkk., 1983. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Fakultas Sastra UNS., h. 14.
4 Siti Baroroh Baried, dkk., 1983, h. 21. Lihat juga Christomy, 1988: “Beberapa Catatan tentang Studi Filologi di FSUI”. Seminar Pernaskahan 3031 Agustus. Jakarta: Fak. Sastra UI., h. 32.
6
Adapun Inventarisasi naskah dapat dilakukan setelah diketahui sejumlah naskah yang dimaksud dalam suatu katalog naskah. Upaya memperoleh naskah kecuali dapat dilakukan dengan perunutan ke dalam katalogus naskah dapat juga ke suatu badan atau perorangan yang diketahui memiliki naskah tersebut.
Penyuntingan naskah di dalam bidang filologi didasarkan pada suatu penelitian yang menggunakan metode kritik teks. Pentransliterasian naskah yang tidak melalui suatu edisi kritis terdapat banyak kelemahan. Karena besar sekali kemungkinannya keutuhan atau kemurnian teks itu tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, yang berarti kesahihan teks dapat diragukan. Oleh sebab itu setiap kajian teks harus didahului oleh suatu edisi kritis. Masalah ini kelihatannya hanya sederhana, tetapi sering dilupakan oleh ilmuwan lain yang mengambil objek kajian berupa teks, padahal teks yang belum digarap secara filologis masih terdapat kelemahan, misalnya salah tulis, kurang lengkap isinya, dsb.
Transliterasi naskah yang tanpa didahului penelitian yang seksama, meskipun naskah yang dipakai sebagai objek penelitian berupa naskah cetakan juga sering ada kelemahan.
B. Kajian Kepustakaan
Telaah tentang Habaib pernah dilakukan Faizal Amin dalam ThaqÃfiyyÃT, Vol. 13, No. 1, Juni 2012 dengan judul “Potensi Naskah Kuno Di Kalimantan Barat : Studi Awal Manuskrip Koleksi H. Abdurrahman Husin Fallugah Al-Maghfurlahu Di Kota Pontianak”. Sesuai judulnya, telaah ini melakukan inventarisasi terhadap sejumlah naskah, terutama yang dimiliki oleh tokoh masyarakat Pontianak. Hasil telaah hanya melakukan upaya kodikologi sederhana meliputi identitas dan keadaan naskah, dan tidak sampai kepada isi naskah.
Telaah lainnya tentang habaib, terdapat dalam tulisan berjudul “Melacak
Asal-Usul Habib di Indonesia: Habaib dalam Pusaran Kerajaan di Indonesia.
7
Tulisan ini dimuat dalam Gana Islamika: Mozaikperadaban Islam terbit pada 30 December, 2017. Tulisan ini memaparkan mengenai asal usul habaib masuk ke Nusantara dan metode dakwah yang mereka gunakan dalam menyiarkan Islam.
Dua telaah tersebut di atas, cukup memberikan informasi awal yang
berguna untuk memahami peran habaib dalam kesultanan di Nusantara. Namun
telaah tersebut murni pendekatan kesejarahan, dan tidak menggunakan
pendekatan filologis dan arkeologis dalam penggalian datanya.
8 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis, Obyek, dan Sifat Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian filologi, yang menjadi objek adalah manuskrip, yaitu naskah yang memuat jejak habaib dalam Kesultanan, baik di wilayah Kalimantan Timur maupun wilayah Kalimantan Barat . Sifat dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik komparatif atau perbandingan naskah. Jenis penelitian tergolong dalam penelitian pustaka (library research).
B. Instrument Pengumpulan Data 1. Dokumentasi
Sesuai dengan jenis data yang diteliti (library research), maka instrument utama adalah Dokumen, yaitu naskah/manuscript yang berisi jejak habaib dalam lingkup kesultananan yang ada di Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.
2. Wawancara
Untuk mendukung pencarian data manuskirpt, maka diperlukan wawancara terutama kepada pihak yang dipandang memiliki kewenangan memberikan informasi dan keterangan berkenaan dengan naskah/manuscript yang diteliti.
C. Langkah dan Analisis Penelitian 1. Inventarisasi Naskah
Langkah awal penelitian teks ini adalah dengan melakukan upaya inventarisasi naskah.
5Langkah kerja ini akan terrealisasi pada deskripsi
5 Langkah-langkah penelitian filologi ini mengacu kepada karya Djamaris Edwar. 1977.
“Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi”, dalam Bahasa dan Sastra.Buletin Kebudayaan. Jakarta:
Dikti., h. 44.