ANALISIS SWASEMBADA DAN KEBUTUHAN
BERAS DI KECAMATAN BABALAN
KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Geografi
Oleh:
MUHAMMAD AKBAR NIM. 308131067
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi
Diajukan oleh Muhammad Akbar – NIM. 308131067
Jurusan Pendidikan Geografi Telah Diperiksa dan Disetujui
Untuk Diuji Dalam Mempertahankan Skripsi
Disetujui : Medan, Juli 2012
Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Dosen Pembimbing,
Drs. W. Lumbantoruan, M.Si Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si NIP. 19561008 198303 1 002 NIP. 19640911 198903 1 004
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Skripsi oleh :
Muhammad Akbar, NIM. 308131067 Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Pada
Tanggal, 23 Juli 2012
Tim Penguji :
Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si Pembimbing
Drs. H. Restu, M.S. Penguji
Dra. Nurmala Berutu, M.Pd Penguji
Drs. Kamarlin Pinem, M.Si Penguji
Disyahkan Pada Tanggal Juli 2012
Panitia Ujian :
Ketua : Sekretaris :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ketua Jurusan Pend. Geografi Universitas Negeri Medan Universitas Negeri Medan
Drs H. Restu, M.S Drs. W. Lumbantoruan, M. Si
LEMBAR KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertnda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Akbar
NIM : 308131067
Jurusan : Pendidikan Geografi
Fakultas : Ilmu Sosial
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiplakan/plagiasi, maka
saya bersedia menerima sanksi atau hukuman atas perbuatan saya.
Medan, 23 juli 2012
Muhammad Akbar
NIM. 308131067
vii ABSTRAK
Muhammad Akbar. NIM 308131067. Analisis Swasembada dan Kebutuhan Beras di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat, Juli 2012. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unimed.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) produksi beras melalui pengelolaan faktor produksi (faktor produksi lahan/tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi) di Kecamatan Babalan, (2) pola konsumsi dan kebutuhan beras di Kecamatan Babalan, dan (3) mampu atau tidaknya Kecamatan Babalan berswasembada beras.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Babalan pada bulan April-Juni 2012. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 5947 orang petani padi dengan sampel berjumlah 98 orang petani yang didapat menggunakan rumus Slovin dengan taraf kelonggaran 10%. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, komunikasi langsung, dan studi dokumenter. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH subhanahu wata’ala atas berkah, rahmat, hidayah
serta kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi yang dibuat penulis berjudul “Analisis Swasembada dan Kebutuhan Beras di
Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung
penyusunan skripsi ini dari awal hingga selesai. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Unimed beserta staf.
2. Bapak Drs. H. Restu, M.S selaku Dekan Fak. Ilmu Sosial serta sebagai
Pembimbing Akademik beserta jajaran stafnya.
3. Bapak Drs. W.Lumbantoruan, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
dan Ibu Dra. Asnidar, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi
4. Ibu Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si sebagai Pembimbing skripsi yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dan motivasi yang telah
diberikan.
5. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I FIS dan sebagai
penguji skripsi. Terima kasih untuk motivasi dan sokongannya kepada penulis
selama kulah.
6. Bapak Drs. Kamarlin Pinem, M.Si sebagai dosen penguji skripsi.
7. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan
banyak ilmu yang berharga kepada penulis.
8. Bapak/Ibu guru SD, SMP, dan SMA yang telah banyak mengajarkan ilmu
kepada penulis hingga bisa menjadi seperti sekarang.
9. Bapak Hajat Siagian atas motivasi dan bantuannya.
10. Bapak Kepala Bappeda dan Bakesbang LinMas kabupaten Langkat atas
rekomendasinya sehingga penulis bisa melakukan penelitian.
11. Bapak Faizal Rizal Matondang, S.Sos selaku Camat Babalan beserta stafnya
yang telah memberikan izin meneliti dan mengambil data kepada penulis.
12. Bapak dan ibu petani padi di Kecamatan Babalan yang telah bersedia
diwawancarai.
13. Untuk kedua orang tua penulis yang sangat dicintai, kepada Ayahanda Minan
dan Ibunda Hamidah, serta kepada Mak Wo dan Pak Wo. Terima kasih yang
sangat besar untuk jerih payah, cinta dan pengorbanannya dalam merawat tanpa
bosan dan penuh dengan kesabaran. Terima kasih di atas simpuh ananda
ucapkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.
14. Untuk keluargaku yang sangat aku cintai, Bang Fandi, Kak Yeni, Bang Fahri,
Kak Nining, Kakakku Nanda dan suami, kak Lin, bang Man. Untuk adik-adikku,
Bayu, Ami, Yati, Arif, Yudi, serta keponakan-keponakanku Dafin, Asma’i,
Amar, Irfan dan Aura. Terimakasih untuk kasih sayang kalian. Terima kasih
juga untuk Nenek Juminem dan Kakek Paiman.
15. Untuk Buk Evi kilul, Wak Ida, dan saudara-saudara yang telah memberikan
bantuan moril dan materil.
16. Untuk teman-teman satu perjuangan dan satu almamater kelas B Reguler 2008,
Nurul, Rina, Yani, Ain, Ika, Mulhady, Harits, Doni, Evi, Madan, Aap, Dwi,
Kijol, Tere, Erna, Lupi, dan yang lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu.
Terima kasih atas kenangan dan pengalaman indah yang terukir dalam tiap jejak
persahabatan kita.
17. Untuk teman teman satu bimbingan skripsi, Suamadi, Rimma, dan yang
lainnya.Kepada sahabatku Ema, Bayu, Reza, Irfan, dan yang lainnya.
18. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua orang yang telah disebutkan.
Penulis menyadari dalam penyusunan dan penuisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dari sei tata bahasa maupun penyajiannya. Untuk itu penulis
dengan lapang dada dan dengan hati yang terbuka menerima berbagai kritik dan
saran yang berrsifat konstruktif untuk perbaikan kualitas tulisan ilmiah penulis di
masa-masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
orang yang membacanya. Akhirul kalam, penulis ucapkam terima kasih.
Medan, Juli 2012 Penulis,
Muhammad Akbar NIM. 308131067
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 43
D Teknik Pengumpulan Data ... 45
E. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 48
A. Kondisi Fisik ... 48
B. Kondisi Non Fisik ... 58
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
A. Hasil Penelitian ... 67
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
LAMPIRAN ... 102
DAFTAR TABEL
No. Uraian Hal.
1. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan Di Kecamatan Babalan……...47 2. Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah dan Desa/Ke-
Lurahan tahun 2010 (Ha)………...50
3. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah Dirinci
MenurutDesa/Kelurahan Tahun 2010……….…...51
4. Luas Sawah Dirinci Menurut Jenis Irigasi dan Desa/Kelurahan
Tahun 2010(Ha)……….………52 5. Luas Tanam Tanaman Keras Perkebunan Rakyat Dirinci Menurut
Jenis Tanaman dan Desa/Kelurahan Tahun 2010 (Ha)………...53
6. Produksi Tanaman Keras Perkebunan Rakyat Dirinci Menurut
Jenis Tanaman dan Desa/Kelurahan tahun 2010 (Ton)…………...53
7. Banyaknya Sekolah SD, SMP, SMA Negeri dan Swasta
Dirinci Menurut Desa dan Kelurahan Tahun 2010………...54 8. Banyaknya Sekolah MI, MTs, MA Negeri dan Swasta
Dirinci Menurut Desa dan Kelurahan Tahun 2010………...55 9. Banyaknya Sarana Kesehatan Dirinci Menurut Desa/Kelurahan
di Kecamatan Babalan tahun 2010 (Unit)………...56 10. Banyaknya Sarana Ibadah Dirinci Menurut Desa/Kelurahan di
Kecamatan Babalan tahun 2010 (Unit)………...56 11. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Dirinci
Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2010………...57 12. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan
Desa/Kelurahan Tahun 2010………...58
13. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Agama yang Dianut dan
Desa/Kelurahan Tahun 2010………...59 14. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin Kecamatan Babalan Tahun 2010………...60 15. Aktivitas Ekonomi Penduduk Menurut Jenisnya di Kecamatan
Babalan………..……....61
16. Jumlah Perusahaan/Usaha dan Lokasi Tempat Usaha Hasil Listing
Sensus Ekonomi 2006(Unit)..………...62 17. Banyaknya Tenaga Kerja yang Bekerja Dirinci Menurut Lapangan
Pekerjaan………...63
18. Produksi Padi dan Beras di Kecamatan Babalan Tahun
2000-2010 (Ton)………...66 19. Perkembangan Jumlah Penduduk Serta Konsumsi dan Kebutuhan
Beras penduduk Kecamatan Babalan Tahun 2000-2010………...73 20. Perimbangan Produksi dan Konsumsi Beras di Kecamatan
Babalan tahun 2000-2010………..……...74
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal.
1. Kerangka Alur Peneltian……… 41
2. Peta Administrasi Kabupaten Langkat……….. 64
3. Peta Administrasi Kecamatan Babalan……….. 65
4. Sawah Padi Penghasil Pangan Beras Kecamatan Babalan... 104
5. Pengelolaan Pertanian Penghasil Pangan Beras dan Hasil Panennya... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam segala sisi kehidupannya memiliki tingkat kebutuhan yang
berbeda-beda baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Namun, untuk masalah
kebutuhan yang esensial dan harus dipenuhi untuk dapat hidup yang layak dan
semestinya, jenis kebutuhan yang diinginkan manusia umumnya sama, yaitu
kebutuhan pangan (makan dan minum), sandang (pakaian), dan papan (tempat
berteduh). Diantara beberapa kebutuhan yang esensial tersebut, pangan adalah salah
satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam takaran tertentu agar seseorang dapat
hidup secara layak.
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan
minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan (BAPPENAS, 2011). Salah satu sumber pangan hayati penduduk
yang utama, khususnya di Indonesa adalah beras. beras masih merupakan komoditi
yang terus menjadi pangan pokok yang berada pada urutan teratas dalam menu
konsumsi penduduk Indonesia secara umum. Konsumsi faktual rata-rata beras di
Indonesia masih terbilang sangat tinggi daripada konsumsi normatif yang dianjurkan.
Konsumsi rata-rata beras nasional yakni 139 kilogram per kapita per tahun melebihi
negara tetangga, yaitu Thailand yang hanya mencapai 65 kilogram per kapita per
tahun dan Malaysia yang hanya mencapai 75 kilogram per kapita per tahun
(Wiryawan, 2011). Tingginya rata-rata konsumsi beras penduduk Indonesia tersebut
mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat
2
kerawanan pangan beras yang cukup tinggi dibandingkan dengan Thailand dan
Malaysia. Ditambah lagi 95% dari total penduduk Indonesia masih mengutamakan
beras sebagai pemuncak menu makanan sehari-hari (Nurmala, 2012).
Sumber pangan hayati berupa beras diperoleh dari pertanian padi. Pengelolaan
pertanian padi oleh petani sebagai penyokong utama ketersediaan pangan beras harus
tetap diupayakan pada kondisi produktifitas yang tinggi agar dapat memberikan hasil
produksi beras yang mampu mendukung kebutuhan beras penduduk. Produksi bahan
pangan terutama bahan makanan pokok seperti beras memiliki peran yang sangat
penting dalam memenuhi kebutuhan hidup penduduk yang masih membutuhkan
beras sebagai konsumsi penghasil karbohidrat sehari-hari. Oleh karena itu,
perencanaan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi bahan makanan pokok
seperti beras merupakan suatu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam upaya
memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan pokok beras tersebut. Perencanaan
peningkatan produksi beras tersebut tidaklah semata-mata untuk memenuhi
konsumsi penduduk yang sudah terkontaminasi dengan perilaku konsumsi yang
boros beras (konsumsi faktual), namun peningkatan produksi beras harus lebih
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan padi-padian masyarakat sesuai dengan nilai
normatif yang disarankan untuk dapat hidup secara layak sesuai dengan Misi
Ketahanan Pangan Nasional 2015, yakni sebesar 275 gram per kapita per hari atau
100,4 kilogram per kapita per tahun.
Namunpun demikian, pemenuhan kebutuhan tersebut tetaplah diupayakan
melalui produksi beras lokal melalui pengusahaan lahan pertanian daerah-daerah
terkait. Pertanian padi merupakan tulang punggung untuk sebuah daerah dalam
3
yang seimbang antara hasil produksi dan konsumsi, namun diusahakan pada tahap
swasembada bahkan sampai pada posisi surplus beras. Sumodiningrat (2001)
mengatakan melalui peningkatan produktifitas pertanian, tujuan pembangunan
pertanian khususnya mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri dapat terpenuhi.
Dengan kata lain penggunaan teknologi pertanian modern telah mampu
mengantarkan Indonesia menjadi negara swasembada beras pada tahun 1984 dan
menyumbang peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 1980-an. Namun,
kebanggaan tersebut mulai pupus. Pemerintah ternyata gagal menjaga kebijakan
yang mempertahankan swasembada beras. Sejak tahun 1990 Indonesia menjadi
importir kembali. Bahkan pada tahun 1995 jumlahnya lebih dari 3 juta ton.
Sebagai negara agraria yang masih memiliki banyak kegiatan pertanian
khususnya pertanian padi, Indonesia masih sangat mungkin untuk mencapai
swasembada kembali tetapi yang menjadi masalah adalah masih terjadinya tingkat
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras. Achmad (dalam Triyanto, 2006)
menjelaskan ada empat masalah yang berkaitan dengan kondisi perberasan di
Indonesia, (1) rata-rata luas garapan petani hanya 0,3 ha, (2) sekitar tujuh puluh
persen petani padi termasuk golongan masyarakat miskin dan berpendapatan rendah,
(3) hampir seluruh petani padi adalah net konsumer beras dan (4) rata-rata
pendapatan dari usaha tani padi hanya sebesar tiga puluh persen dari total pendapatan
keluarga. Dengan kondisi ini pemerintah selalu dihadapkan pada posisi sulit, satu sisi
pemerintah harus menyediakan beras dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat,
dan disisi lain pemerintah harus melindungi petani produsen dan menjaga
4
Nurmalina (2007) memaparkan bahwa pada hasil analisis dinamis
menunjukkan pada tahun 2015 akan terjadi defisit ketersediaan beras nasional
sebanyak 7,15 juta ton per tahun yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan
permintaan beras yang lebih cepat daripada pertumbuhan penyediaannya. Hal ini
sepatutnya diantisipasi dengan pengelolaan pertanian padi yang baik melalui
pengelolaan faktor-faktor produksinya oleh petani untuk menciptakan peningkatan
hasil produksi dalam rangka memenuhi pertumbuhan kebutuhan beras akibat
pertumbuhan penduduk.
Kebutuhan masyarakat akan beras seyogyanya diimbangi dengan peningkatan
hasil produksi beras melalui optimalisasi pengelolaan faktor-faktor produksi
termasuk teknologi pertanian padi sebagai penghasil beras. Namun dilain pihak,
upaya peningkatan hasil produksi saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti
konversi/alih fungsi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan
iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi (technology fatique), penurunan
kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap penurunan dan
atau pelandaian produktifitas.
Dalam mengantisipasi pertumbuhan akan kebutuhan beras dikarenakan
pertumbuhan penduduk, peningkatan produksi adalah salah satu jalan yang harus
ditempuh. Dalam konteks swasembada beras, usaha meningkatkan hasil produksi
semata-mata bukanlah untuk memenuhi konsumsi penduduk yang sudah
terkontaminasi dengan pola konsumsi yang boros beras (konsumsi faktual yang
konsumtif), namun upaya swasembada yang dimaksud merupakan swasembada yang
5
yang didasarkan atas pola pangan harapan untuk dapat hidup layak (konsumsi
normatif).
Salah satu wilayah di Indonesia yang memiiki potensi untuk meningkatkan
produksi bahan pangan berupa beras adalah Kabupaten Langkat di Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat 2010 mencatat pada tahun 2009,
produksi padi sawah meningkat dari 432.451 ton pada tahun 2006 menjadi 468.322
ton, sama halnya dengan luas panen dari 80.167 ha pada tahun 2006 menjadi 85.227
ha pada tahun 2009, sedangkan padi ladang pada tahun 2009 juga mengalami
peningkatan dari produksi 810 ton pada tahun 2006 menjadi 1.460 ton pada tahun
2009 dan begitu juga dengan luas panen dari 296 ha pada tahun 2006 menjadi 524 ha
pada tahun 2009 (Langkat Dalam Angka 2010). Namun, Kondisi pertumbuhan
produksi padi tahun 2010 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun
2009, yakni sebesar 14,54 persen (Statistik Daerah Langkat 2011).
Salah satu Kecamatan di Kabupaten Langkat yang menjadi basis pertanian padi
adalah Kecamatan Babalan. Kecamatan Babalan merupakan Kecamatan yang secara
administratif berada dalam naungan pemerintah Kabupaten Langkat. Kecamatan
Babalan secara astronomis terletak pada 04004’ 30” - 030 58’ 13” pada lintang Utara
dan 980 27’ 02” – 980 17’ 00” pada bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 5 meter
di atas permukaan laut. Kecamatan Babalan yang memiliki luas 7.641 Ha
(76,41Km2) adalah Kecamatan yang memiliki potensi pertanian terutama pertanian
bahan pangan beras di Kabupaten Langkat. Pada panen pertama tahun 2010, jumlah
panen padi di Kecamatan Babalan mencapai 21.228 ton (11.617 ton beras) dengan
luas lahan panen seluas 3660 ha atau masa panen pertama (antarasumut.com).
6
mendukung pemenuhan kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Babalan yang pada
tahun 2010 tercatat sebanyak 56.456 jiwa (Babalan Dalam Angka 2011).
Siswoyo (Kepala Unit Pelayanan Terpadu Daerah (KPUTD) Pertanian
Babalan) mengatakan dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2006-2010) sekitar
147 ha lahan sawah dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan dan permukiman
(antarasumut.com). Hal ini akan menimbulkan pertanyaan jika dengan kondisi yang
demikian, bagaimana posisi Kecamatan Babalan ke depan jika dikaitkan dengan
kebutuhan beras penduduknya yang kian meningkat seiring peningkatan jumlahnya
apakah masih bisa berswasembada ataukah tidak karena areal tanah yang
dikhususkan untuk usaha pertanian luasnya relatif konstan, akan tetapi jumlah
penduduk yang semakin bertambah menyebabkan kebutuhan pangan akan meningkat
demikian juga pemilikan luas tanah pertanian rata-rata semakin menyempit, sehingga
dengan alasan apapun keduanya harus selalu diupayakan dalam keadaan seimbang.
Meningkatkan produksi beras melalui optimalisasi pengelolaan faktor-faktor
produksi termasuk teknologi dalam pertanian padi oleh petani merupakan salah satu
langkah yang harus tetap diupayakan untuk menjaga hasil produksi terlebih lagi
dengan kondisi alihfungsi yang masih terus berjalan akibat pertumbuhan dan
pertambahan penduduk yang memberikan dampak ganda. Satu sisi peningkatan
jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah kebutuhan pangan termasuk
beras, di sisi lain peningkatan jumlah penduduk juga akan berdampak pada besarnya
permintaan lahan yang akan digunakan untuk keperluan non pertanian yang pada
akhirnya mengakibatkan berkurangnya luas lahan pertanian. Tidak akan terbantahkan
lagi jika luas lahan pertanian berkurang maka produksi juga akan berkurang terlebih
7
Dalam konteks swasembada beras, hal yang menjadi patokan utama bagi
Kecamatan Babalan adalah bagaimana perimbangan antara hasil produksi dan
konsumsi. Satu sisi pengelolaan produksi oleh petani meliputi semua faktornya
termasuk teknologi akan berpengaruh terhadap hasil produksi beras yang dihasilkan
Kecamatan Babalan untuk memposisikan diri sebagai suatu wilayah yang memiliki
potensi produksi beras yang mumpuni. Di sisi lain, tingkat kebutuhan beras
penduduk juga merupakan hal yang sangat mempengaruhi apakah suatu daerah
masih dapat dikatakan sebagai daerah yang berpotensi untuk berswasembada atau
bahkan masuk dalam zona defisit bahan pangan beras sehingga pada akhirnya
menjadi daerah yang bergantung pada ketersediaan pasokan dari daerah lain.
Bukan mudah bagi Kecamatan Babalan untuk tetap menjadi daerah yang
mandiri dalam pemenuhan kebutuhan domestik sesuai dengan peraturan menteri
pertanian yang menetapkan kondisi swasembada apabila skor dari rasio antara
kebutuhan dan ketersediaan berkisar antara > 1.00 – 1.14. Artinya dalam mencapai
status swasembada pangan di suatu daerah khususnya swasembada beras, maka
daerah tersebut harus memenuhi kebutuhan beras masyarakat dari hasil produksi
lokal setidaknya seimbang dengan kebutuhan beras masyarakat atau 1,14 kali lebih
banyak ketersediaannya dibandingkan dengan kebutuhan beras penduduk.
Peningkatan produksi melalui optimalisasi faktor-faktor produksi termasuk teknologi
oleh petani dan pemenuhan kebutuhan beras penduduk berdasarkan pola konsumsi
dan kebutuhan normatif berdasarkan pola pangan harapan yang dianjurkan untuk
hidup layak merupakan sebuah tantangan bagi Kecamatan Babalan. Komparasi
8
konsumsi yang pada akhirnya akan menggambarkan apakah Kecamatan Babalan
merupakan daerah yang sebenarnya mampu untuk berswasembada beras atau tidak.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: (1) produksi
pangan belum cukup untuk membentuk cadangan pangan yang memenuhi
persyaratan status ketahahan pangan yang mantap, (2) pola konsumsi pangan pokok
sangat terfokus pada beras, diversifikasi ke arah pangan lokal kurang berkembang,
dan perbaikan pola konsumsi ke arah pola pangan harapan berlangsung lambat serta
tingginya konsumsi faktual beras (3) rata-rata luas garapan petani hanya 0,3 ha, (4)
sekitar tujuh puluh persen petani padi termasuk golongan masyarakat miskin dan
berpendapatan rendah, (5) hampir seluruh petani padi adalah net konsumer beras dan
(6) rata-rata pendapatan dari usaha tani padi hanya sebesar tiga puluh persen dari
total pendapatan keluarga, (7) upaya peningkatan produksi beras saat ini terganjal
oleh berbagai kendala, seperti konversi/alih fungsi lahan sawah subur yang masih
terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi
(technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang
berdampak terhadap penurunan dan atau pelandaian produktifitas, (8) rendahnya
produktifitas karena belum optimalnya pengelolaan produksi meliputi faktor
produksi lahan/tanah, modal, tenaga kerja, serta teknologi sehingga berdampak pada
kondisi hasil produksi (9) pertumbuhan dan pertambahan penduduk di Babalan yang
meningkat akan berdampak langsung pada peningkatan kebutuhan akan pangan
beras, (10) tingginya rata-rata konsumsi faktual penduduk (11) belum optimalnya
9
meningkat, dan (12) besarnya tantangan dalam upaya untuk tetap dalam kondisi
swasembada pangan beras.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang ada dalam penelitian ini yang telah
diuraikan sebelumnya pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, dengan
berbagai pertimbangan dan keterbatasan juga agar permasalahan yang akan diteliti
menjadi jelas dan terarah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya
menyangkut: (1) produksi beras melalui optimalisasi pengelolaan faktor produksi
(faktor produksi lahan/tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi) di Kecamatan
Babalan, (2) pola konsumsi dan kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Babalan,
dan (3) mampukah Kecamatan Babalan berswasembada beras.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana produksi beras melalui pengelolaan faktor produksi (faktor produksi
lahan/tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi) di Kecamatan Babalan?
2. Bagaimana pola konsumsi dan kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Babalan?
3. Apakah Kecamatan Babalan mampu berswasembada beras?
E. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Produksi beras melalui pengelolaan faktor produksi (faktor produksi lahan/tanah,
modal, tenaga kerja dan teknologi) di Kecamatan Babalan;
10
3. Apakah Kecamatan Babalan mampu berswasembada beras .
F. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini nantinya diharapkan memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi mahasiswa
Sebagai media untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama
perkuliahan dan dalam rangka memperkaya wawasan ilmiah dalam penulisan karya
ilmiah.
2. Bagi Daerah Penelitian
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah penelitian dalam hal
pembangunan pertanian mengenai hasil produksi pertanian yang dipengaruhi oleh
luasan lahan dan pengelolaan yang menggambarkan produktifitasnya, kemudian
sebagai masukan untuk ketahanan pangan terkait dengan pertumbuhan pola
konsumsi penduduk agar menjadi bahan dalam kebijakan di masa yang akan datang
menuju swasembada.
3. Bagi Pembaca
Sebagai bahan referensi bagi seluruh pembaca mengenai pertanian khusunya
dalam hal swasembada dan kebutuhan beras penduduk dan sebagai referensi bagi
peneliti yang ingin melakukan kegiatan penelitian lanjutan pada lokasi dan waktu
92
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian ini yang telah dibahas pada BAB V, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Produksi beras melalui pengelolaan faktor produksi di Kecamatan Babalan dari
tahun 2000-2010 sangat berfluktuasi, dengan produksi beras tertinggi pada tahun
2001 mencapai 27.086 ton, dan terendah pada tahun 2002 yakni mencapai 16.048
ton. Produksi beras rata-rata kecamatan Babalan pada rentang tahun 2000-2010
mencapai 2,873 ton per hektar per tahun. Faktor produksi seperti lahan terus
mengalami penyusutan terutama dalam hal luas panen, modal rata-rata yang
dikeluarkan untuk tiap hektar adalah Rp Rp 4.220.570,00/Ha, dibutuhkan 6-8
orang tenaga kerja tiap hektar mulai dari membajak, merumput, menanam,
merawat, dan memanen hasil, beberapa pengelolaan seperti mengolah lahan dan
menanam serta memanen diserahkan kepada tenaga kerja di luar pemilik lahan.
Setidaknya 46,44% dari biaya total produksi digunakan untuk biaya curahan
tenaga kerja diluar keluarga dan 53,56% sisanya untuk membeli bibit, pupuk,
pestisida, dan herbisida. Pengolahan lahan seluruhnya menggunakan jetor dan
petani menggunakan bibit unggul, sementara untuk pengairan petani
mengandalkan tadah hujan dan ketidakcukupan ditanggulangi dengan memompa
air. Berdasarkan hasil proyeksi, produksi beras Kecamatan Babalan tahun
2011-2020 terus menurun sebesar 1,213% per tahun dengan rata-rata produksi beras
sebesar 2,734 ton/Ha per tahun . Jumlah produksi pada tahun 2020 akan mencapai
16.971,578 ton.
93
2. Pola konsumsi penduduk kecamatan Babalan terkait dengan konsumsi penghasil
karbohidrat sangat tergantung dan monoton kepada beras dari padi. Konsumsi
penduduk mencapai 130 kg per kapita per tahun atau lebih tinggi 29,6 kg dari
Pola Pangan Harapan (PPH), yakni sebesar 275 gr/kapita/hari atau 100,4
Kg/kapita/tahun yang ditetapkan oleh pemerintah. Kebutuhan beras penduduk di
Kecamatan Babalan pada tahun 2000 mencapai 6.656,603 ton dan 7.339,280 ton
pada tahun 2010. Berdasarkan hasil proyeksi jumlah kebutuhan beras meningkat
karena konsumsi juga meningkat, yakni 7.669,48 ton pada tahun 2011 dan
11.397,49 ton pada 2020 atau lebih tinggi dari kebutuhan beras berdasarkan PPH
dengan rata-rata kenaikan kebutuhan 4,86% per tahun.
3. Kecamatan Babalan pada tahun 2000 hingga 2010 tidak hanya mencapai
swasembada, tetapi mencapai keadaan surplus beras dengan rasio perimbangan
mencapai 3,73 pada tahun 2000 dan 3,23 pada tahun 2010. Pada hasil proyeksi
menunjukkan pada tahun 2011 hingga 2020 Kecamatan Babalan juga tidak hanya
berswasembada namun juga mengalami surplus dengan rasio perimbangan 2,52
pada tahun 2011 dan menjadi 1,49 pada tahun 2020 atau mengalami tren
penurunan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka beberapa saran yang dapat
diberikan, yakni sebagai berikut:
1. Kepada pemerintah Kecamatan Babalan untuk berusaha mempertahankan posisi
surplus beras yang didapatkan dengan melakukan perbaikan dalam bidang
pertanian padi sebagai penyangga ketersediaan beras daerah Babalan termasuk
94
meminimalisir alihfungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian serta menjaga
produksi agar dapat memenuhi kebutuhan beras penduduk Kecamatan Babalan.
Selain itu, sebagai lumbung beras di Kabupaten Langkat, hendaknya pemerintah
Kecamatan babalan mengatur sistem ketersediaan beras agar tetap stabil walaupun
di kemudian hari akan terjadi sesuatu hal yang tidak dapat diprediksi.
2. Kepada pemerintah Kecamatan Babalan agar menerapkan program diversifikasi
pangan secara intensif untuk memberagamkan konsumsi penduduk selain beras
supaya konsumsi dan permintaan beras di masa mendatang tidak terlalu tinggi
serta swasembada ataupun surplus beras tetap terjaga meskipun produksi beras
menurun dan jumlah penduduk bertambah.
3. Kepada seluruh penduduk Kecamatan Babalan agar melakukan pemberagaman
jenis konsumsi penghasil karbohidrat selain beras supaya ketergantungan terhadap
95
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Denny. 2010. Analisis Pengaruh Stok Beras, Luas Panen, Rata-Rata Produksi, Harga Beras, dan Jumlah Konsumsi Beras Terhadap Ketahanan Pangan di Jawa Tengah. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro (Online) diakses pada laman : http://eprints.undip.ac.id/22602/1/SKRIPSI_DENNY_AFRIANTO.pdf (diunduh pada tanggal 25 Februari 2012 pukul 13.57 WIB).
Amang, Beddu. 2010. Sejak 32 Tahun Lalu, Kita Impor Beras Terus. online: diakses pada laman: http://www.tempo.co.id/ang/min/03/15/ekbis1.htm pada pukul 17.17 WIB.
Ariani, Mewa. 2010. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Mendukung Swasembada Beras. Prosiding Pekan Serealia Nasional tahun 2010. Banten: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten.
Aritonang, Evawany, dkk. 2004. Pola Konsumsi Pangan, Hubungannya Dengan Statys Gizi Dan Prestasi Belajar Pada Pelajar SD Di Daerah Endemik Gaki Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik. 2011. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi RI Edisi Maret 2011. Republik Indonesia: Badan Pusat Statistik Nasional.
Badan Pusat Statistik . 2011. Statistik Daerah Langkat. Stabat: BPS Langkat.
_________________. Langkat Dalam Angka 2011,2010, 2009, 2008, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 2000. Stabat: BPS Langkat.
_________________________. Babalan Dalam Angka 2011, 2010, 2009, 2008, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 2000. Stabat: BPS Langkat.
Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian. 2007. Buku Pedoman Pengumpulan dan Pengolahan Data Tanaman Pangan. Jakarta: BPS dan Deptan.
BAPPENAS (Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional). 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. (Online) diunduh pada laman:
96
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Buku saku (online),
diunduh pada laman:
http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/images/PDF/bukusaku07.pdf. diakses pada tanggal 27 Maret 2012 pukul 17.20 WIB.
Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pertanian. 2006. Satuan Kegiatan Usaha (SKU) Budidaya Tanaman Jagung (Materi Pembelajaran siswa SPP dengan Pendekatan Mastery Learning). Jakarta: Pusat Pengembangan Pendidikan Pertanian Badan Pengembangan SDM Pertanian (online). (Diunduh pada laman http://www.deptan.go.id/bpsdm/Webdiktan08/Pusat07/Kurikulum07/SKU_j agung/SKU%20Jagung%20book.pdf pada Tanggal 5 April 2012 pukul 11.27 WIB).
Ekaputri, Yuliana. 2011. Swasembada Pangan. Online: diakses pada laman: http://yuliana-ekaputri.blogspot.com/2011/04/swasembada-pangan.html pada pukul 17.21 WIB.
Hasyim, Hasman. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara”. Tesis (tidak diterbitkan). Medan: Universitas sumatera Utara
Hehamahua, Hayati. 2009. Produksi Beras di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan bisnis Islam. Maluku: Universitas Iqra-Buru.
Hessie, Rethna. 2009. Analisis Produksi dan Konsumsi Beras Dalam Negeri serta Implikasinya Terhadap Swasembada Beras di Indonesia. Skripsi. Bogor: IPB.
Irawan. 2005. Analisis Ketersediaan Beras Nasional: Suatu Kajian Simulasi Pendekatan Sistem Dinamis. (Online) Jurnal Prosiding Multifungsi Pertanian Balai Penelitian Tanah, Bogor (diakses pada: http://pdfsb.com/readonline/59464e4465513138563378394358706a56413d 3d-1298634pada tanggal 31 Januari 2012, pukul 11.16 WIB).
Ihsan,Nurman. 2011. 3 Macam Dosis Pupuk Untuk Tanaman Padi. (Artikel Online). Diaksespadalaman:
http://ceritanurmanadi.wordpress.com/2011/07/30/kebutuhan-pupuk-buat-tanaman-padi-perhektar/.html. Diunduh pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 15.00.
97
Laba, I Wayan. 2010. Analisis Empiris penggunaan Insektisida Menuju Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi Volume 3, No. 2, Tahun 2010: halaman 120-137. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Maleha, dkk. 2006. Kajian Konsep Ketahanan Pangan. Jurnal Protein Vol.13.No.2.Th.2006. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Manahanto, dkk. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi, studi Kasus di Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah. Jurnal Wacana Volume. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199. Malang: PPSUB.
Mantra, Ida Bagoes. 2009. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Mustopa, Zaenil. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alihfungsi lahan Pertanian di Kabupaten Demak. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Notarianto, Dipo. 2011. Analisis Efesiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik (studi Kasus: Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen). Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Nurmala, Tati, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nurmalina, Rita. 2008. Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Sistem Ketersediaan Beras Di Beberapa Wilayah Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi (Online), Volume 26 No.1, Mei 2008: halaman 47-79 ( diakses pada:
http://pdfsb.com/readonline/5a564e416551683058585a3141586c6b-3496946, tanggal 31 Januari 2012 pukul 11.22 WIB).
Peraturan Menteri Pertanian No. 65/Permentan/OT.140/12/2010 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
________________________ No. 45/Permentan/OT.140/8/2011 Mengenai Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian, dan Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
Ravianto, J. 1986. Orientasi Produktifitas dan Ekonomi Jepang, Apa yang Harus Dilakukan Indonesia. Jakarta: UI-Press
98
Simatupang, Pantjar. 2007. Analisis Kritis Terhadap Paradigma dan Kerangka Dasar Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional. Bogor: Prosiding Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Suhari, Iswadi. 2011. Konversi Gabah Menjadi Beras 62,74 Persen, Tahukah Anda Darimana Angka Itu Berasal?. (Online) Artikel Kompas. Diakses pada laman : http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/09/08/konversi-
gabah-menjadi-beras-6274-persen-tahukah-anda-darimana-angka-itu-berasal/) pada tanggal 25 Februari 2012 pukul 13.38 WIB.
Sumaryanto. 2009. Diversifikasi Sebagai Salah Satu Pilar Ketahanan Pangan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Jakarta: Makalah disajikan dalam Memperingati Hari Pangan Sedunia tanggal 1 Oktober 2009 (online), diakses pada laman: http:pdfsb.com/readonline/5a6c424364514630583331374148706d56413d3d -3694626 pada pukul 11.50 WIB.
Sukisti. 2010. “Usahatani Padi Dengan Sistem Tanam Pindah (Tapin) dan Sistem Tabur Benih Langsung (Tabela) Di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul Yogyakarta”. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (online). Diakses pada laman: http://pdfsb.com/readonline/5931524165677430585831384448356d56413d 3d-246509 pada tanggal 31 januari 2012 pukul 12.50.
Sumodiningrat, Gunawan. 2001. Menuju Swasembada Pangan, Revolusi Hijau II: Introduksi Manajemen Dalam Pertanian. Jakarta: RBI.
Suparyono, dkk. 1997. Padi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tarigan, Robinson. 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
Taufiq. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di Kabupaten Tuban. Surabaya: Fak. Ekonomi UPN “Veteran” (Online). Diakses pada laman: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/5307379384.pdf. Tanggal 17 Maret Pada Pukul 12.12 WIB.
Triyanto, Joko. 2006. Analisis Produksi Padi Di Jawa Tengah. Tesis. Semarang: Pasca Sarjana Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro Semarang.(online) Diakses pada:http://pdfsb.com/readonline/594646486541463957484a364448356a56 413d3d-3434435 (31 januari 2012, pukul 09.51 WIB).
d.pdii.lipi.go.id%2Fadmin%2Fjurnal%2F21071923_1907-99
0640.pdf&ei=bKdpT6nBJLG5iAeVgbXDCg&usg=AFQjCNHC_Y5SFDFi VqRDyVfeDUOszLUzbA&cad=rja pada pukul 17.05 WIB.
http://www.antarasumut.com/berita-sumut/Kecamatan-babalan-sumut-tanam-4-229-hektare-padi/ (diakses pada tanggal 2 Februari 2012 pukul 13.25 WIB).
http://www.antaranews.com/presiden-instruksikan-pemda-perhatikan-produksi-padi.htm (diakses pada hari Jumat 05 April 2012 pukul 11.34 WIB).
http://www.etradinggaleri.com/panelNewsBody1/68192?page=195 (Diakses tanggal 01 Februari 2012 Pukul 14.47 WIB).