• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SWASEMBADA DAN KEBUTUHAN BERAS DI KECAMATAN BABALAN KABUPATEN LANGKAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SWASEMBADA DAN KEBUTUHAN BERAS DI KECAMATAN BABALAN KABUPATEN LANGKAT."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SWASEMBADA DAN KEBUTUHAN

BERAS DI KECAMATAN BABALAN

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Geografi

Oleh:

MUHAMMAD AKBAR NIM. 308131067

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi

Diajukan oleh Muhammad Akbar – NIM. 308131067

Jurusan Pendidikan Geografi Telah Diperiksa dan Disetujui

Untuk Diuji Dalam Mempertahankan Skripsi

Disetujui : Medan, Juli 2012

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Dosen Pembimbing,

Drs. W. Lumbantoruan, M.Si Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si NIP. 19561008 198303 1 002 NIP. 19640911 198903 1 004

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Skripsi oleh :

Muhammad Akbar, NIM. 308131067 Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Pada

Tanggal, 23 Juli 2012

Tim Penguji :

Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si Pembimbing

Drs. H. Restu, M.S. Penguji

Dra. Nurmala Berutu, M.Pd Penguji

Drs. Kamarlin Pinem, M.Si Penguji

Disyahkan Pada Tanggal Juli 2012

Panitia Ujian :

Ketua : Sekretaris :

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ketua Jurusan Pend. Geografi Universitas Negeri Medan Universitas Negeri Medan

Drs H. Restu, M.S Drs. W. Lumbantoruan, M. Si

(4)

LEMBAR KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertnda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Akbar

NIM : 308131067

Jurusan : Pendidikan Geografi

Fakultas : Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiplakan/plagiasi, maka

saya bersedia menerima sanksi atau hukuman atas perbuatan saya.

Medan, 23 juli 2012

Muhammad Akbar

NIM. 308131067

(5)

vii ABSTRAK

Muhammad Akbar. NIM 308131067. Analisis Swasembada dan Kebutuhan Beras di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat, Juli 2012. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unimed.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) produksi beras melalui pengelolaan faktor produksi (faktor produksi lahan/tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi) di Kecamatan Babalan, (2) pola konsumsi dan kebutuhan beras di Kecamatan Babalan, dan (3) mampu atau tidaknya Kecamatan Babalan berswasembada beras.

Penelitian dilakukan di Kecamatan Babalan pada bulan April-Juni 2012. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 5947 orang petani padi dengan sampel berjumlah 98 orang petani yang didapat menggunakan rumus Slovin dengan taraf kelonggaran 10%. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, komunikasi langsung, dan studi dokumenter. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH subhanahu wata’ala atas berkah, rahmat, hidayah

serta kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi yang dibuat penulis berjudul “Analisis Swasembada dan Kebutuhan Beras di

Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung

penyusunan skripsi ini dari awal hingga selesai. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Unimed beserta staf.

2. Bapak Drs. H. Restu, M.S selaku Dekan Fak. Ilmu Sosial serta sebagai

Pembimbing Akademik beserta jajaran stafnya.

3. Bapak Drs. W.Lumbantoruan, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

dan Ibu Dra. Asnidar, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi

4. Ibu Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si sebagai Pembimbing skripsi yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dan motivasi yang telah

diberikan.

5. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I FIS dan sebagai

penguji skripsi. Terima kasih untuk motivasi dan sokongannya kepada penulis

selama kulah.

6. Bapak Drs. Kamarlin Pinem, M.Si sebagai dosen penguji skripsi.

7. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan

banyak ilmu yang berharga kepada penulis.

(7)

8. Bapak/Ibu guru SD, SMP, dan SMA yang telah banyak mengajarkan ilmu

kepada penulis hingga bisa menjadi seperti sekarang.

9. Bapak Hajat Siagian atas motivasi dan bantuannya.

10. Bapak Kepala Bappeda dan Bakesbang LinMas kabupaten Langkat atas

rekomendasinya sehingga penulis bisa melakukan penelitian.

11. Bapak Faizal Rizal Matondang, S.Sos selaku Camat Babalan beserta stafnya

yang telah memberikan izin meneliti dan mengambil data kepada penulis.

12. Bapak dan ibu petani padi di Kecamatan Babalan yang telah bersedia

diwawancarai.

13. Untuk kedua orang tua penulis yang sangat dicintai, kepada Ayahanda Minan

dan Ibunda Hamidah, serta kepada Mak Wo dan Pak Wo. Terima kasih yang

sangat besar untuk jerih payah, cinta dan pengorbanannya dalam merawat tanpa

bosan dan penuh dengan kesabaran. Terima kasih di atas simpuh ananda

ucapkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.

14. Untuk keluargaku yang sangat aku cintai, Bang Fandi, Kak Yeni, Bang Fahri,

Kak Nining, Kakakku Nanda dan suami, kak Lin, bang Man. Untuk adik-adikku,

Bayu, Ami, Yati, Arif, Yudi, serta keponakan-keponakanku Dafin, Asma’i,

Amar, Irfan dan Aura. Terimakasih untuk kasih sayang kalian. Terima kasih

juga untuk Nenek Juminem dan Kakek Paiman.

15. Untuk Buk Evi kilul, Wak Ida, dan saudara-saudara yang telah memberikan

bantuan moril dan materil.

16. Untuk teman-teman satu perjuangan dan satu almamater kelas B Reguler 2008,

Nurul, Rina, Yani, Ain, Ika, Mulhady, Harits, Doni, Evi, Madan, Aap, Dwi,

(8)

Kijol, Tere, Erna, Lupi, dan yang lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu.

Terima kasih atas kenangan dan pengalaman indah yang terukir dalam tiap jejak

persahabatan kita.

17. Untuk teman teman satu bimbingan skripsi, Suamadi, Rimma, dan yang

lainnya.Kepada sahabatku Ema, Bayu, Reza, Irfan, dan yang lainnya.

18. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua orang yang telah disebutkan.

Penulis menyadari dalam penyusunan dan penuisan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan dari sei tata bahasa maupun penyajiannya. Untuk itu penulis

dengan lapang dada dan dengan hati yang terbuka menerima berbagai kritik dan

saran yang berrsifat konstruktif untuk perbaikan kualitas tulisan ilmiah penulis di

masa-masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua

orang yang membacanya. Akhirul kalam, penulis ucapkam terima kasih.

Medan, Juli 2012 Penulis,

Muhammad Akbar NIM. 308131067

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 43

D Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 48

A. Kondisi Fisik ... 48

B. Kondisi Non Fisik ... 58

(10)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 102

(11)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal.

1. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan Di Kecamatan Babalan……...47 2. Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah dan Desa/Ke-

Lurahan tahun 2010 (Ha)………...50

3. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah Dirinci

MenurutDesa/Kelurahan Tahun 2010……….…...51

4. Luas Sawah Dirinci Menurut Jenis Irigasi dan Desa/Kelurahan

Tahun 2010(Ha)……….………52 5. Luas Tanam Tanaman Keras Perkebunan Rakyat Dirinci Menurut

Jenis Tanaman dan Desa/Kelurahan Tahun 2010 (Ha)………...53

6. Produksi Tanaman Keras Perkebunan Rakyat Dirinci Menurut

Jenis Tanaman dan Desa/Kelurahan tahun 2010 (Ton)…………...53

7. Banyaknya Sekolah SD, SMP, SMA Negeri dan Swasta

Dirinci Menurut Desa dan Kelurahan Tahun 2010………...54 8. Banyaknya Sekolah MI, MTs, MA Negeri dan Swasta

Dirinci Menurut Desa dan Kelurahan Tahun 2010………...55 9. Banyaknya Sarana Kesehatan Dirinci Menurut Desa/Kelurahan

di Kecamatan Babalan tahun 2010 (Unit)………...56 10. Banyaknya Sarana Ibadah Dirinci Menurut Desa/Kelurahan di

Kecamatan Babalan tahun 2010 (Unit)………...56 11. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Dirinci

Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2010………...57 12. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan

Desa/Kelurahan Tahun 2010………...58

13. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Agama yang Dianut dan

Desa/Kelurahan Tahun 2010………...59 14. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin Kecamatan Babalan Tahun 2010………...60 15. Aktivitas Ekonomi Penduduk Menurut Jenisnya di Kecamatan

Babalan………..……....61

(12)

16. Jumlah Perusahaan/Usaha dan Lokasi Tempat Usaha Hasil Listing

Sensus Ekonomi 2006(Unit)..………...62 17. Banyaknya Tenaga Kerja yang Bekerja Dirinci Menurut Lapangan

Pekerjaan………...63

18. Produksi Padi dan Beras di Kecamatan Babalan Tahun

2000-2010 (Ton)………...66 19. Perkembangan Jumlah Penduduk Serta Konsumsi dan Kebutuhan

Beras penduduk Kecamatan Babalan Tahun 2000-2010………...73 20. Perimbangan Produksi dan Konsumsi Beras di Kecamatan

Babalan tahun 2000-2010………..……...74

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal.

1. Kerangka Alur Peneltian……… 41

2. Peta Administrasi Kabupaten Langkat……….. 64

3. Peta Administrasi Kecamatan Babalan……….. 65

4. Sawah Padi Penghasil Pangan Beras Kecamatan Babalan... 104

5. Pengelolaan Pertanian Penghasil Pangan Beras dan Hasil Panennya... 104

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam segala sisi kehidupannya memiliki tingkat kebutuhan yang

berbeda-beda baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Namun, untuk masalah

kebutuhan yang esensial dan harus dipenuhi untuk dapat hidup yang layak dan

semestinya, jenis kebutuhan yang diinginkan manusia umumnya sama, yaitu

kebutuhan pangan (makan dan minum), sandang (pakaian), dan papan (tempat

berteduh). Diantara beberapa kebutuhan yang esensial tersebut, pangan adalah salah

satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam takaran tertentu agar seseorang dapat

hidup secara layak.

Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan

minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku

pangan, dan bahan (BAPPENAS, 2011). Salah satu sumber pangan hayati penduduk

yang utama, khususnya di Indonesa adalah beras. beras masih merupakan komoditi

yang terus menjadi pangan pokok yang berada pada urutan teratas dalam menu

konsumsi penduduk Indonesia secara umum. Konsumsi faktual rata-rata beras di

Indonesia masih terbilang sangat tinggi daripada konsumsi normatif yang dianjurkan.

Konsumsi rata-rata beras nasional yakni 139 kilogram per kapita per tahun melebihi

negara tetangga, yaitu Thailand yang hanya mencapai 65 kilogram per kapita per

tahun dan Malaysia yang hanya mencapai 75 kilogram per kapita per tahun

(Wiryawan, 2011). Tingginya rata-rata konsumsi beras penduduk Indonesia tersebut

mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat

(15)

2

kerawanan pangan beras yang cukup tinggi dibandingkan dengan Thailand dan

Malaysia. Ditambah lagi 95% dari total penduduk Indonesia masih mengutamakan

beras sebagai pemuncak menu makanan sehari-hari (Nurmala, 2012).

Sumber pangan hayati berupa beras diperoleh dari pertanian padi. Pengelolaan

pertanian padi oleh petani sebagai penyokong utama ketersediaan pangan beras harus

tetap diupayakan pada kondisi produktifitas yang tinggi agar dapat memberikan hasil

produksi beras yang mampu mendukung kebutuhan beras penduduk. Produksi bahan

pangan terutama bahan makanan pokok seperti beras memiliki peran yang sangat

penting dalam memenuhi kebutuhan hidup penduduk yang masih membutuhkan

beras sebagai konsumsi penghasil karbohidrat sehari-hari. Oleh karena itu,

perencanaan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi bahan makanan pokok

seperti beras merupakan suatu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam upaya

memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan pokok beras tersebut. Perencanaan

peningkatan produksi beras tersebut tidaklah semata-mata untuk memenuhi

konsumsi penduduk yang sudah terkontaminasi dengan perilaku konsumsi yang

boros beras (konsumsi faktual), namun peningkatan produksi beras harus lebih

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan padi-padian masyarakat sesuai dengan nilai

normatif yang disarankan untuk dapat hidup secara layak sesuai dengan Misi

Ketahanan Pangan Nasional 2015, yakni sebesar 275 gram per kapita per hari atau

100,4 kilogram per kapita per tahun.

Namunpun demikian, pemenuhan kebutuhan tersebut tetaplah diupayakan

melalui produksi beras lokal melalui pengusahaan lahan pertanian daerah-daerah

terkait. Pertanian padi merupakan tulang punggung untuk sebuah daerah dalam

(16)

3

yang seimbang antara hasil produksi dan konsumsi, namun diusahakan pada tahap

swasembada bahkan sampai pada posisi surplus beras. Sumodiningrat (2001)

mengatakan melalui peningkatan produktifitas pertanian, tujuan pembangunan

pertanian khususnya mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri dapat terpenuhi.

Dengan kata lain penggunaan teknologi pertanian modern telah mampu

mengantarkan Indonesia menjadi negara swasembada beras pada tahun 1984 dan

menyumbang peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 1980-an. Namun,

kebanggaan tersebut mulai pupus. Pemerintah ternyata gagal menjaga kebijakan

yang mempertahankan swasembada beras. Sejak tahun 1990 Indonesia menjadi

importir kembali. Bahkan pada tahun 1995 jumlahnya lebih dari 3 juta ton.

Sebagai negara agraria yang masih memiliki banyak kegiatan pertanian

khususnya pertanian padi, Indonesia masih sangat mungkin untuk mencapai

swasembada kembali tetapi yang menjadi masalah adalah masih terjadinya tingkat

ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras. Achmad (dalam Triyanto, 2006)

menjelaskan ada empat masalah yang berkaitan dengan kondisi perberasan di

Indonesia, (1) rata-rata luas garapan petani hanya 0,3 ha, (2) sekitar tujuh puluh

persen petani padi termasuk golongan masyarakat miskin dan berpendapatan rendah,

(3) hampir seluruh petani padi adalah net konsumer beras dan (4) rata-rata

pendapatan dari usaha tani padi hanya sebesar tiga puluh persen dari total pendapatan

keluarga. Dengan kondisi ini pemerintah selalu dihadapkan pada posisi sulit, satu sisi

pemerintah harus menyediakan beras dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat,

dan disisi lain pemerintah harus melindungi petani produsen dan menjaga

(17)

4

Nurmalina (2007) memaparkan bahwa pada hasil analisis dinamis

menunjukkan pada tahun 2015 akan terjadi defisit ketersediaan beras nasional

sebanyak 7,15 juta ton per tahun yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan

permintaan beras yang lebih cepat daripada pertumbuhan penyediaannya. Hal ini

sepatutnya diantisipasi dengan pengelolaan pertanian padi yang baik melalui

pengelolaan faktor-faktor produksinya oleh petani untuk menciptakan peningkatan

hasil produksi dalam rangka memenuhi pertumbuhan kebutuhan beras akibat

pertumbuhan penduduk.

Kebutuhan masyarakat akan beras seyogyanya diimbangi dengan peningkatan

hasil produksi beras melalui optimalisasi pengelolaan faktor-faktor produksi

termasuk teknologi pertanian padi sebagai penghasil beras. Namun dilain pihak,

upaya peningkatan hasil produksi saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti

konversi/alih fungsi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan

iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi (technology fatique), penurunan

kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap penurunan dan

atau pelandaian produktifitas.

Dalam mengantisipasi pertumbuhan akan kebutuhan beras dikarenakan

pertumbuhan penduduk, peningkatan produksi adalah salah satu jalan yang harus

ditempuh. Dalam konteks swasembada beras, usaha meningkatkan hasil produksi

semata-mata bukanlah untuk memenuhi konsumsi penduduk yang sudah

terkontaminasi dengan pola konsumsi yang boros beras (konsumsi faktual yang

konsumtif), namun upaya swasembada yang dimaksud merupakan swasembada yang

(18)

5

yang didasarkan atas pola pangan harapan untuk dapat hidup layak (konsumsi

normatif).

Salah satu wilayah di Indonesia yang memiiki potensi untuk meningkatkan

produksi bahan pangan berupa beras adalah Kabupaten Langkat di Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat 2010 mencatat pada tahun 2009,

produksi padi sawah meningkat dari 432.451 ton pada tahun 2006 menjadi 468.322

ton, sama halnya dengan luas panen dari 80.167 ha pada tahun 2006 menjadi 85.227

ha pada tahun 2009, sedangkan padi ladang pada tahun 2009 juga mengalami

peningkatan dari produksi 810 ton pada tahun 2006 menjadi 1.460 ton pada tahun

2009 dan begitu juga dengan luas panen dari 296 ha pada tahun 2006 menjadi 524 ha

pada tahun 2009 (Langkat Dalam Angka 2010). Namun, Kondisi pertumbuhan

produksi padi tahun 2010 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun

2009, yakni sebesar 14,54 persen (Statistik Daerah Langkat 2011).

Salah satu Kecamatan di Kabupaten Langkat yang menjadi basis pertanian padi

adalah Kecamatan Babalan. Kecamatan Babalan merupakan Kecamatan yang secara

administratif berada dalam naungan pemerintah Kabupaten Langkat. Kecamatan

Babalan secara astronomis terletak pada 04004’ 30” - 030 58’ 13” pada lintang Utara

dan 980 27’ 02” – 980 17’ 00” pada bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 5 meter

di atas permukaan laut. Kecamatan Babalan yang memiliki luas 7.641 Ha

(76,41Km2) adalah Kecamatan yang memiliki potensi pertanian terutama pertanian

bahan pangan beras di Kabupaten Langkat. Pada panen pertama tahun 2010, jumlah

panen padi di Kecamatan Babalan mencapai 21.228 ton (11.617 ton beras) dengan

luas lahan panen seluas 3660 ha atau masa panen pertama (antarasumut.com).

(19)

6

mendukung pemenuhan kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Babalan yang pada

tahun 2010 tercatat sebanyak 56.456 jiwa (Babalan Dalam Angka 2011).

Siswoyo (Kepala Unit Pelayanan Terpadu Daerah (KPUTD) Pertanian

Babalan) mengatakan dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2006-2010) sekitar

147 ha lahan sawah dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan dan permukiman

(antarasumut.com). Hal ini akan menimbulkan pertanyaan jika dengan kondisi yang

demikian, bagaimana posisi Kecamatan Babalan ke depan jika dikaitkan dengan

kebutuhan beras penduduknya yang kian meningkat seiring peningkatan jumlahnya

apakah masih bisa berswasembada ataukah tidak karena areal tanah yang

dikhususkan untuk usaha pertanian luasnya relatif konstan, akan tetapi jumlah

penduduk yang semakin bertambah menyebabkan kebutuhan pangan akan meningkat

demikian juga pemilikan luas tanah pertanian rata-rata semakin menyempit, sehingga

dengan alasan apapun keduanya harus selalu diupayakan dalam keadaan seimbang.

Meningkatkan produksi beras melalui optimalisasi pengelolaan faktor-faktor

produksi termasuk teknologi dalam pertanian padi oleh petani merupakan salah satu

langkah yang harus tetap diupayakan untuk menjaga hasil produksi terlebih lagi

dengan kondisi alihfungsi yang masih terus berjalan akibat pertumbuhan dan

pertambahan penduduk yang memberikan dampak ganda. Satu sisi peningkatan

jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah kebutuhan pangan termasuk

beras, di sisi lain peningkatan jumlah penduduk juga akan berdampak pada besarnya

permintaan lahan yang akan digunakan untuk keperluan non pertanian yang pada

akhirnya mengakibatkan berkurangnya luas lahan pertanian. Tidak akan terbantahkan

lagi jika luas lahan pertanian berkurang maka produksi juga akan berkurang terlebih

(20)

7

Dalam konteks swasembada beras, hal yang menjadi patokan utama bagi

Kecamatan Babalan adalah bagaimana perimbangan antara hasil produksi dan

konsumsi. Satu sisi pengelolaan produksi oleh petani meliputi semua faktornya

termasuk teknologi akan berpengaruh terhadap hasil produksi beras yang dihasilkan

Kecamatan Babalan untuk memposisikan diri sebagai suatu wilayah yang memiliki

potensi produksi beras yang mumpuni. Di sisi lain, tingkat kebutuhan beras

penduduk juga merupakan hal yang sangat mempengaruhi apakah suatu daerah

masih dapat dikatakan sebagai daerah yang berpotensi untuk berswasembada atau

bahkan masuk dalam zona defisit bahan pangan beras sehingga pada akhirnya

menjadi daerah yang bergantung pada ketersediaan pasokan dari daerah lain.

Bukan mudah bagi Kecamatan Babalan untuk tetap menjadi daerah yang

mandiri dalam pemenuhan kebutuhan domestik sesuai dengan peraturan menteri

pertanian yang menetapkan kondisi swasembada apabila skor dari rasio antara

kebutuhan dan ketersediaan berkisar antara > 1.00 – 1.14. Artinya dalam mencapai

status swasembada pangan di suatu daerah khususnya swasembada beras, maka

daerah tersebut harus memenuhi kebutuhan beras masyarakat dari hasil produksi

lokal setidaknya seimbang dengan kebutuhan beras masyarakat atau 1,14 kali lebih

banyak ketersediaannya dibandingkan dengan kebutuhan beras penduduk.

Peningkatan produksi melalui optimalisasi faktor-faktor produksi termasuk teknologi

oleh petani dan pemenuhan kebutuhan beras penduduk berdasarkan pola konsumsi

dan kebutuhan normatif berdasarkan pola pangan harapan yang dianjurkan untuk

hidup layak merupakan sebuah tantangan bagi Kecamatan Babalan. Komparasi

(21)

8

konsumsi yang pada akhirnya akan menggambarkan apakah Kecamatan Babalan

merupakan daerah yang sebenarnya mampu untuk berswasembada beras atau tidak.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka

beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: (1) produksi

pangan belum cukup untuk membentuk cadangan pangan yang memenuhi

persyaratan status ketahahan pangan yang mantap, (2) pola konsumsi pangan pokok

sangat terfokus pada beras, diversifikasi ke arah pangan lokal kurang berkembang,

dan perbaikan pola konsumsi ke arah pola pangan harapan berlangsung lambat serta

tingginya konsumsi faktual beras (3) rata-rata luas garapan petani hanya 0,3 ha, (4)

sekitar tujuh puluh persen petani padi termasuk golongan masyarakat miskin dan

berpendapatan rendah, (5) hampir seluruh petani padi adalah net konsumer beras dan

(6) rata-rata pendapatan dari usaha tani padi hanya sebesar tiga puluh persen dari

total pendapatan keluarga, (7) upaya peningkatan produksi beras saat ini terganjal

oleh berbagai kendala, seperti konversi/alih fungsi lahan sawah subur yang masih

terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi

(technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang

berdampak terhadap penurunan dan atau pelandaian produktifitas, (8) rendahnya

produktifitas karena belum optimalnya pengelolaan produksi meliputi faktor

produksi lahan/tanah, modal, tenaga kerja, serta teknologi sehingga berdampak pada

kondisi hasil produksi (9) pertumbuhan dan pertambahan penduduk di Babalan yang

meningkat akan berdampak langsung pada peningkatan kebutuhan akan pangan

beras, (10) tingginya rata-rata konsumsi faktual penduduk (11) belum optimalnya

(22)

9

meningkat, dan (12) besarnya tantangan dalam upaya untuk tetap dalam kondisi

swasembada pangan beras.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah yang ada dalam penelitian ini yang telah

diuraikan sebelumnya pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, dengan

berbagai pertimbangan dan keterbatasan juga agar permasalahan yang akan diteliti

menjadi jelas dan terarah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya

menyangkut: (1) produksi beras melalui optimalisasi pengelolaan faktor produksi

(faktor produksi lahan/tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi) di Kecamatan

Babalan, (2) pola konsumsi dan kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Babalan,

dan (3) mampukah Kecamatan Babalan berswasembada beras.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana produksi beras melalui pengelolaan faktor produksi (faktor produksi

lahan/tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi) di Kecamatan Babalan?

2. Bagaimana pola konsumsi dan kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Babalan?

3. Apakah Kecamatan Babalan mampu berswasembada beras?

E. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Produksi beras melalui pengelolaan faktor produksi (faktor produksi lahan/tanah,

modal, tenaga kerja dan teknologi) di Kecamatan Babalan;

(23)

10

3. Apakah Kecamatan Babalan mampu berswasembada beras .

F. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini nantinya diharapkan memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi mahasiswa

Sebagai media untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama

perkuliahan dan dalam rangka memperkaya wawasan ilmiah dalam penulisan karya

ilmiah.

2. Bagi Daerah Penelitian

Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah penelitian dalam hal

pembangunan pertanian mengenai hasil produksi pertanian yang dipengaruhi oleh

luasan lahan dan pengelolaan yang menggambarkan produktifitasnya, kemudian

sebagai masukan untuk ketahanan pangan terkait dengan pertumbuhan pola

konsumsi penduduk agar menjadi bahan dalam kebijakan di masa yang akan datang

menuju swasembada.

3. Bagi Pembaca

Sebagai bahan referensi bagi seluruh pembaca mengenai pertanian khusunya

dalam hal swasembada dan kebutuhan beras penduduk dan sebagai referensi bagi

peneliti yang ingin melakukan kegiatan penelitian lanjutan pada lokasi dan waktu

(24)

92

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil penelitian ini yang telah dibahas pada BAB V, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Produksi beras melalui pengelolaan faktor produksi di Kecamatan Babalan dari

tahun 2000-2010 sangat berfluktuasi, dengan produksi beras tertinggi pada tahun

2001 mencapai 27.086 ton, dan terendah pada tahun 2002 yakni mencapai 16.048

ton. Produksi beras rata-rata kecamatan Babalan pada rentang tahun 2000-2010

mencapai 2,873 ton per hektar per tahun. Faktor produksi seperti lahan terus

mengalami penyusutan terutama dalam hal luas panen, modal rata-rata yang

dikeluarkan untuk tiap hektar adalah Rp Rp 4.220.570,00/Ha, dibutuhkan 6-8

orang tenaga kerja tiap hektar mulai dari membajak, merumput, menanam,

merawat, dan memanen hasil, beberapa pengelolaan seperti mengolah lahan dan

menanam serta memanen diserahkan kepada tenaga kerja di luar pemilik lahan.

Setidaknya 46,44% dari biaya total produksi digunakan untuk biaya curahan

tenaga kerja diluar keluarga dan 53,56% sisanya untuk membeli bibit, pupuk,

pestisida, dan herbisida. Pengolahan lahan seluruhnya menggunakan jetor dan

petani menggunakan bibit unggul, sementara untuk pengairan petani

mengandalkan tadah hujan dan ketidakcukupan ditanggulangi dengan memompa

air. Berdasarkan hasil proyeksi, produksi beras Kecamatan Babalan tahun

2011-2020 terus menurun sebesar 1,213% per tahun dengan rata-rata produksi beras

sebesar 2,734 ton/Ha per tahun . Jumlah produksi pada tahun 2020 akan mencapai

16.971,578 ton.

(25)

93

2. Pola konsumsi penduduk kecamatan Babalan terkait dengan konsumsi penghasil

karbohidrat sangat tergantung dan monoton kepada beras dari padi. Konsumsi

penduduk mencapai 130 kg per kapita per tahun atau lebih tinggi 29,6 kg dari

Pola Pangan Harapan (PPH), yakni sebesar 275 gr/kapita/hari atau 100,4

Kg/kapita/tahun yang ditetapkan oleh pemerintah. Kebutuhan beras penduduk di

Kecamatan Babalan pada tahun 2000 mencapai 6.656,603 ton dan 7.339,280 ton

pada tahun 2010. Berdasarkan hasil proyeksi jumlah kebutuhan beras meningkat

karena konsumsi juga meningkat, yakni 7.669,48 ton pada tahun 2011 dan

11.397,49 ton pada 2020 atau lebih tinggi dari kebutuhan beras berdasarkan PPH

dengan rata-rata kenaikan kebutuhan 4,86% per tahun.

3. Kecamatan Babalan pada tahun 2000 hingga 2010 tidak hanya mencapai

swasembada, tetapi mencapai keadaan surplus beras dengan rasio perimbangan

mencapai 3,73 pada tahun 2000 dan 3,23 pada tahun 2010. Pada hasil proyeksi

menunjukkan pada tahun 2011 hingga 2020 Kecamatan Babalan juga tidak hanya

berswasembada namun juga mengalami surplus dengan rasio perimbangan 2,52

pada tahun 2011 dan menjadi 1,49 pada tahun 2020 atau mengalami tren

penurunan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka beberapa saran yang dapat

diberikan, yakni sebagai berikut:

1. Kepada pemerintah Kecamatan Babalan untuk berusaha mempertahankan posisi

surplus beras yang didapatkan dengan melakukan perbaikan dalam bidang

pertanian padi sebagai penyangga ketersediaan beras daerah Babalan termasuk

(26)

94

meminimalisir alihfungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian serta menjaga

produksi agar dapat memenuhi kebutuhan beras penduduk Kecamatan Babalan.

Selain itu, sebagai lumbung beras di Kabupaten Langkat, hendaknya pemerintah

Kecamatan babalan mengatur sistem ketersediaan beras agar tetap stabil walaupun

di kemudian hari akan terjadi sesuatu hal yang tidak dapat diprediksi.

2. Kepada pemerintah Kecamatan Babalan agar menerapkan program diversifikasi

pangan secara intensif untuk memberagamkan konsumsi penduduk selain beras

supaya konsumsi dan permintaan beras di masa mendatang tidak terlalu tinggi

serta swasembada ataupun surplus beras tetap terjaga meskipun produksi beras

menurun dan jumlah penduduk bertambah.

3. Kepada seluruh penduduk Kecamatan Babalan agar melakukan pemberagaman

jenis konsumsi penghasil karbohidrat selain beras supaya ketergantungan terhadap

(27)

95

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Denny. 2010. Analisis Pengaruh Stok Beras, Luas Panen, Rata-Rata Produksi, Harga Beras, dan Jumlah Konsumsi Beras Terhadap Ketahanan Pangan di Jawa Tengah. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro (Online) diakses pada laman : http://eprints.undip.ac.id/22602/1/SKRIPSI_DENNY_AFRIANTO.pdf (diunduh pada tanggal 25 Februari 2012 pukul 13.57 WIB).

Amang, Beddu. 2010. Sejak 32 Tahun Lalu, Kita Impor Beras Terus. online: diakses pada laman: http://www.tempo.co.id/ang/min/03/15/ekbis1.htm pada pukul 17.17 WIB.

Ariani, Mewa. 2010. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Mendukung Swasembada Beras. Prosiding Pekan Serealia Nasional tahun 2010. Banten: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten.

Aritonang, Evawany, dkk. 2004. Pola Konsumsi Pangan, Hubungannya Dengan Statys Gizi Dan Prestasi Belajar Pada Pelajar SD Di Daerah Endemik Gaki Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik. 2011. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi RI Edisi Maret 2011. Republik Indonesia: Badan Pusat Statistik Nasional.

Badan Pusat Statistik . 2011. Statistik Daerah Langkat. Stabat: BPS Langkat.

_________________. Langkat Dalam Angka 2011,2010, 2009, 2008, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 2000. Stabat: BPS Langkat.

_________________________. Babalan Dalam Angka 2011, 2010, 2009, 2008, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 2000. Stabat: BPS Langkat.

Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian. 2007. Buku Pedoman Pengumpulan dan Pengolahan Data Tanaman Pangan. Jakarta: BPS dan Deptan.

BAPPENAS (Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional). 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. (Online) diunduh pada laman:

(28)

96

Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Buku saku (online),

diunduh pada laman:

http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/images/PDF/bukusaku07.pdf. diakses pada tanggal 27 Maret 2012 pukul 17.20 WIB.

Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pertanian. 2006. Satuan Kegiatan Usaha (SKU) Budidaya Tanaman Jagung (Materi Pembelajaran siswa SPP dengan Pendekatan Mastery Learning). Jakarta: Pusat Pengembangan Pendidikan Pertanian Badan Pengembangan SDM Pertanian (online). (Diunduh pada laman http://www.deptan.go.id/bpsdm/Webdiktan08/Pusat07/Kurikulum07/SKU_j agung/SKU%20Jagung%20book.pdf pada Tanggal 5 April 2012 pukul 11.27 WIB).

Ekaputri, Yuliana. 2011. Swasembada Pangan. Online: diakses pada laman: http://yuliana-ekaputri.blogspot.com/2011/04/swasembada-pangan.html pada pukul 17.21 WIB.

Hasyim, Hasman. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara”. Tesis (tidak diterbitkan). Medan: Universitas sumatera Utara

Hehamahua, Hayati. 2009. Produksi Beras di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan bisnis Islam. Maluku: Universitas Iqra-Buru.

Hessie, Rethna. 2009. Analisis Produksi dan Konsumsi Beras Dalam Negeri serta Implikasinya Terhadap Swasembada Beras di Indonesia. Skripsi. Bogor: IPB.

Irawan. 2005. Analisis Ketersediaan Beras Nasional: Suatu Kajian Simulasi Pendekatan Sistem Dinamis. (Online) Jurnal Prosiding Multifungsi Pertanian Balai Penelitian Tanah, Bogor (diakses pada: http://pdfsb.com/readonline/59464e4465513138563378394358706a56413d 3d-1298634pada tanggal 31 Januari 2012, pukul 11.16 WIB).

Ihsan,Nurman. 2011. 3 Macam Dosis Pupuk Untuk Tanaman Padi. (Artikel Online). Diaksespadalaman:

http://ceritanurmanadi.wordpress.com/2011/07/30/kebutuhan-pupuk-buat-tanaman-padi-perhektar/.html. Diunduh pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 15.00.

(29)

97

Laba, I Wayan. 2010. Analisis Empiris penggunaan Insektisida Menuju Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi Volume 3, No. 2, Tahun 2010: halaman 120-137. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

Maleha, dkk. 2006. Kajian Konsep Ketahanan Pangan. Jurnal Protein Vol.13.No.2.Th.2006. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Manahanto, dkk. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi, studi Kasus di Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah. Jurnal Wacana Volume. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199. Malang: PPSUB.

Mantra, Ida Bagoes. 2009. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Mustopa, Zaenil. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alihfungsi lahan Pertanian di Kabupaten Demak. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Notarianto, Dipo. 2011. Analisis Efesiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik (studi Kasus: Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen). Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Nurmala, Tati, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurmalina, Rita. 2008. Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Sistem Ketersediaan Beras Di Beberapa Wilayah Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi (Online), Volume 26 No.1, Mei 2008: halaman 47-79 ( diakses pada:

http://pdfsb.com/readonline/5a564e416551683058585a3141586c6b-3496946, tanggal 31 Januari 2012 pukul 11.22 WIB).

Peraturan Menteri Pertanian No. 65/Permentan/OT.140/12/2010 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

________________________ No. 45/Permentan/OT.140/8/2011 Mengenai Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian, dan Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).

Ravianto, J. 1986. Orientasi Produktifitas dan Ekonomi Jepang, Apa yang Harus Dilakukan Indonesia. Jakarta: UI-Press

(30)

98

Simatupang, Pantjar. 2007. Analisis Kritis Terhadap Paradigma dan Kerangka Dasar Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional. Bogor: Prosiding Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Suhari, Iswadi. 2011. Konversi Gabah Menjadi Beras 62,74 Persen, Tahukah Anda Darimana Angka Itu Berasal?. (Online) Artikel Kompas. Diakses pada laman : http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/09/08/konversi-

gabah-menjadi-beras-6274-persen-tahukah-anda-darimana-angka-itu-berasal/) pada tanggal 25 Februari 2012 pukul 13.38 WIB.

Sumaryanto. 2009. Diversifikasi Sebagai Salah Satu Pilar Ketahanan Pangan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Jakarta: Makalah disajikan dalam Memperingati Hari Pangan Sedunia tanggal 1 Oktober 2009 (online), diakses pada laman: http:pdfsb.com/readonline/5a6c424364514630583331374148706d56413d3d -3694626 pada pukul 11.50 WIB.

Sukisti. 2010. “Usahatani Padi Dengan Sistem Tanam Pindah (Tapin) dan Sistem Tabur Benih Langsung (Tabela) Di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul Yogyakarta”. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (online). Diakses pada laman: http://pdfsb.com/readonline/5931524165677430585831384448356d56413d 3d-246509 pada tanggal 31 januari 2012 pukul 12.50.

Sumodiningrat, Gunawan. 2001. Menuju Swasembada Pangan, Revolusi Hijau II: Introduksi Manajemen Dalam Pertanian. Jakarta: RBI.

Suparyono, dkk. 1997. Padi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tarigan, Robinson. 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.

Taufiq. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di Kabupaten Tuban. Surabaya: Fak. Ekonomi UPN “Veteran” (Online). Diakses pada laman: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/5307379384.pdf. Tanggal 17 Maret Pada Pukul 12.12 WIB.

Triyanto, Joko. 2006. Analisis Produksi Padi Di Jawa Tengah. Tesis. Semarang: Pasca Sarjana Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro Semarang.(online) Diakses pada:http://pdfsb.com/readonline/594646486541463957484a364448356a56 413d3d-3434435 (31 januari 2012, pukul 09.51 WIB).

(31)

d.pdii.lipi.go.id%2Fadmin%2Fjurnal%2F21071923_1907-99

0640.pdf&ei=bKdpT6nBJLG5iAeVgbXDCg&usg=AFQjCNHC_Y5SFDFi VqRDyVfeDUOszLUzbA&cad=rja pada pukul 17.05 WIB.

http://www.antarasumut.com/berita-sumut/Kecamatan-babalan-sumut-tanam-4-229-hektare-padi/ (diakses pada tanggal 2 Februari 2012 pukul 13.25 WIB).

http://www.antaranews.com/presiden-instruksikan-pemda-perhatikan-produksi-padi.htm (diakses pada hari Jumat 05 April 2012 pukul 11.34 WIB).

http://www.etradinggaleri.com/panelNewsBody1/68192?page=195 (Diakses tanggal 01 Februari 2012 Pukul 14.47 WIB).

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan yang dilaksanakan menjelang akhir tahun 2010 ini diikuti oleh semua anggota tim teknis BKPRN dan 9 (sembilan) provinsi terpilih dengan status

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ni’mah menyatakan bahwa terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI ek- sklusif dengan dengan kejadian stunting

Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh positif terhadap risiko sistematis (beta), sedangkan variabel likuiditas (LDR) tidak berpengaruh signifikan

Sebagai sarana pengenalan instansi pendidikan kuliah khususnya Jurusan Teknik mesin, pada badan usaha perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja yang dihasilkan oleh

Tahap norming terdiri dari pembentukan struktur yang dilakukan melalui diskusi dan votting , pembagian peran dengan cara berdiskusi, pembentukan aturan kelompok dengan

dihadapan Kyai pada tanggal 25 Desember 2011 dengan wali nikah serta 2 (dua) orang saksi, tanpa dicatatkan di Kantor Urusan Agama setempat. Para pemohon ini melakukan perkawinan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 3 siklus di dasarkan penilaian proses dan hasil yang diperoleh pada siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa

02 CIBEUNYING KALER PIM IV PENGELOLAAN KEU BAGI APARATUR KELURAHAN 28/6/2013..