PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK
MELALUI PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
Tesis
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
BUDIMAN SIRAIT
8106171005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK
MELALUI PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
Tesis
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
BUDIMAN SIRAIT
8106171005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
BUDIMAN SIRAIT. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa SMK Dengan Menggunakan Pembelajaran Kontekstual.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui peningkatan pemecahan masalah siswa, (2) mengetahui peningkatan komunikasi matematis siswa, (3) mengetahui proses jawaban siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Telkom Sandhy Putra Medan pada semester II, Tahun Pelajaran 2011/2012. Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 TS-1 berjumlah 36 orang sebagai kelas kontrol dan siswa kelas 2 TKJ-1 berjumlah 36 orang sebagai kelas eksperimen yang dilakukan secara random.Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksprimen, teknik analisis data menggunakan gain ternormalisasi dan uji t. Test hasil kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa menggunakan test berbentuk essay masing-masing sebanyak 4 butir soal.
Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa: (1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa, (2) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa, (3) Proses jawaban siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa.
ABSTRACT
BUDIMAN SIRAIT. Improved Problem Solving Mathematical and Communication Skill using Contextual Learning Teaching SMK
This study aims to: (1) the increase in student problem solving, (2) to increase
students 'mathematical communication, (3) determine the students' answers. This study was
conducted at SMK Telkom Sandhy Medan Putra in the first semester, Academic Year
2011/2013. As the samples in this study were grade 2 TS-2 accounted for 36 people as the
control class and the Grade 2 TKJ-2 amounted to 36 people as a experiment class conducted
at random. The research method used was quasi experimental, data analysis techniques
using normalized gain and t test. Test results of the problem solving and mathematical
communication students use the essay test each shaped by 4 points questions.
The results of hypothesis testing showed that: (1) increase students' problem-solving
skills using contextual learning is higher than the students who use ordinary learning, (2)
increase the ability of students to use mathematical communication of contextual learning is
higher than the students who use ordinary learning, (3) the process of students' answers
using contextual learning is better than the students who use ordinary learning.
Based on these findings, the researchers suggest that the application of contextual
learning can be used as an alternative to enhance the problem solving and mathematical
communication students, so it can be used as input for teachers and principals to be
DAFTAR ISI
b. Membuat Rencana untuk Menyelesaikan Masalah ... 21
H. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 64
a. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis ... 89
b. Uji Normalitas data ... 89
1.1. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajarkan dengan Menggunakan Pembelajaran Kontekstual ... 93
1.2. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajarkan Menggunakan Pembelajaran Biasa. ... 94
2. Deskripsi Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 96
2.1. Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajarkan dengan Menggunakan Pembelajaran Kontekstual ... 96
2.2. Data Hasil Kemampuan Komunikasi Siswa yang diajarkan dengan Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 97
DAFTAR TABEL
1. Tabel. 2.1 Langkah-langkah aktivitas Guru dan Siswa ... 44
2. Tabel 3.1 Rekapitulasi SMK Kota Medan Tahun Pelajaran 2012/2013 (Khusus Sekolah yang diakreditasi Tahun 2012) ... 58
3. Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ... 61
4. Tabel 3.3 Tabel Weinner Tentang Keterkaitan antara Kemampuan yang diukur dengan Pendekatan Pembelajaran ... 61
10. Tabel: 3.9 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 73
11. Tabel 3.10.Hasil Validasi RPP ... 74
12. Tabel 3.11 Hasil Validasi LAS ... 75
13. Tabel 3.10 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 75
14. Tabel 3.10 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 77
15. Tabel 3.12 Tabel Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 78
16. Tabel 3.13 Hasil ValiditasSoal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 82
17. Tabel 3.14 Hasil Validitas SoalKemampuan Komunikasi Matematis ... 83
18. Tabel 3.15 Rangkuman Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 84
19. Tabel 3.16 Rangkuman Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 84
20. Tabel 3.17 Hasil reliabilitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 86
21. Tabel 3.18 Hasil reliabilitas Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 86
22. Tabel 3.19 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Beda SoalKemampuan Pemecahan Masalah ... 87
23. Tabel 3.20 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 87
24. Tabel 3.21 Keterkaitan permasalahan, hipotesis dan jenis uji statistik yang Digunakan antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji dan Uji Statistik ... 94
26. Tabel 4.2. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Menggunakan
Pembelajaran Kontekstual ... 96
27. Tabel 4.3. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajarkan dengan
Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 98
28. Tabel 4.4. Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajarkan dengan
Menggunakan Pembelajaran Kontekstual ... 99
29. Tabel 4.5. Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajarkan dengan
Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 100
30. Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Data ... 102
31. Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Data ... 102
32. Tabel 4.8 Persentase Perhitungan Gain ternormalisasi untuk Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas control ... 103
33. Tabel 4.9. Persentase Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelompok Kontekstual
dan Biasa ... 104
34. Tabel 4.10 Skor Butir Soal nomor 1 Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan
Rendah ... 107
35. Tabel 4.11 Skor Butir Soal nomor 2 Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan
Rendah ... 110
36. Tabel 4.12 Skor Butir Soal nomor 3 Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan
Rendah ... 112
37. Tabel 4.13 Skor Butir Soal nomor 4 Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan
Rendah ... 114
38. Tabel 4.14 Skor Butir Soal nomor Satu Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan
Rendah ... 116
39. Tabel 4.15 Skor Butir Soal nomor Satu Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan
Rendah ... 119
40. Tabel 4.16 Skor Butir Soal nomor Satu Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan
Rendah ... 122
41. Tabel 4.17 Skor Butir Soal nomor Satu Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1.1 Kerangka kotak tanpa tutup ... 4
2. Gambar .1.2 Kebun ... 5
3. Gambar 2.1. Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika ... 22
4. Gambar: 3.1. Rangkuman Alur Penelitian ... 64
5. Gambar 4.1. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajarkan dengan Menggunakan Pembelajaran Kontekstual ... 96
6. Gambar 4.2. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajarkan Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 98
7. Gambar 4.3. Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajarkan dengan Menggunakan Pembelajaran Kontekstual ... 100
8. Gambar 4.4. Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajarkan Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 101
9. Gambar 4.5. Persentase Perhitungan Gain ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Massalah Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 104
10. Gambar 4.6. Persentase Perhitungan Gain ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 105
11. Gambar 4.7.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 1 kelas kontekstual ... 107
12. Gambar 4.7.2 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kelas Biasa ... 107
13. Gambar 4.8.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 2 kelas kontekstual ... 109
14. Gambar 4.8.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 2 kelas Biasa ... 109
15. Gambar 4.9.1 Interpretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kelas Kontekstual ... 111
16. Gambar 4.9.1 Interpretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kelas Biasa ... 111
17. Gambar 4.10.1 Interpretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor kelas Kontekstual ... 113
kelas Biasa ... 113
19. Gambar 4.11.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 1
Kelas Kontekstual ... 117
20. Gambar 4.11.2 Interpretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 1
Kelas Biasa ... 117
21. Gambar 4.12.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 2
kelas kontekstual ... 119
22. Gambar 4.12.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 2
kelas kontekstual ... 119
23. Gambar 4.13.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 3
kelas kontekstual ... 121
24. Gambar 4.13.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 3
kelas biasa ... 122
25. Gambar 4.14.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 4
kelas kontekstual ... 124
26. Gambar 4.14.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 4
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat
membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa. Pendidikan
sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan kehidupan
manusia merupakan bagian dari pembangunan nasional. Sebagai makhluk pribadi
maupun makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan hubungan
dengan manusia lain. Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan
komunikasi dua arah melalui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan.
Kebutuhan yang cenderung berbeda-beda dan saling
membutuhkan membuat manusia cenderung untuk melayani manusia lainnya
selain demi kepentingan pribadi, maka pembangunan tentu saja dibutuhkan
kerjasama dan interaksi dengan orang lain. Dengan berinteraksi dengan orang lain
berarti kita telah berkomunikasi dengan orang lain. Dalam dunia pendidikan
komunikasi yang efektif tidak mungkin terjadi tanpa adanya umpan balik. Oleh
karena itu, dalam suatu komunikasi, hal yang sangat penting adalah
kemampuan mendengarkan, yaitu mendengarkan dengan penuh
simpati. Masalah-masalah yang timbul di dalam relasi antar manusia sebenarnya
berakar pada salah pengertian dan miskomunikasi.
Suatu organisasi menjadi sangat efisien karena adanya
pengertian dan komunikasi yang efektif diantara para anggotanya. Dilingkungan
2
khususnya pelajaran matematika. Apabila interaksi antar siswa dan guru baik
maka pencapaian hasil belajar juga baik. Namun apabila interaksi antar siswa dan
guru kurang maka akan menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Salah satu
tugas pendidik yang teramat penting adalah bagaimana ia membangun
interaksi dengan peserta didik di kelas, terlebih jika pendidik harus bertatap
muka perseorangan secara langsung dengan peserta didiknya.
Komunikasi matematis tidak hanya dikaitkan dengan
pemahaman matematika, namun juga sangat terkait dengan peningkatan
kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan siswa dalam berkomunikasi
dengan menggunakan matematika sangat penting untuk diungkapkan.
Untuk mengkomunikasikan matematika ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan yaitu aspek merepresentasi, merekontruksi, kerjasama.
Dalam pembelajaran matematika siswa perlu mendengarkan dengan
cermat, aktif dan menuliskan kembali peryataan atau komentar penting yang
diungkapkan oleh teman atau guru. Suryadi, (2000) menyatakan pemecahan
masalah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran
matematika, hal senada juga dikemukakan Sagala, (2006) bahwa peningkatan
kemampuaan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran sangat penting,
karena selain para siswa mencoba menjawab pertanyaan atau memecahkan
masalah-masalah mereka juga termotivasi untuk bekerja keras. Hudojo, (2003)
menjelaskan bahwa mengajar matematika untuk menyelesaikan masalah-masalah
memungkinkan siswa menjadi lebih analitis didalam mengambil keputusan pada
3
menyelesaikan masalah maka siswa tersebut akan mampu mengambil keputusan
sebab siswa tersebut telah memiliki ketrampilan tentang bagaimana
mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari
beatapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.
Namun sangat disayangkan, dewasa ini banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam mempelajari matematika. Siswa tidak mau berusaha, siswa
beranggapan matematika pelajaran yang tidak menarik dan tidak disenangi siswa.
Sriyanto (2007) menyatakan bahwa matematika sering kali dianggap sebagai
momok yang menakutkan oleh sebagian besar siswa dan rendahnya minat siswa
dalam mempelajari matematika, hasil belajar siswa pada pelajaran matematika
belum memuaskan dan siswa tidak terbiasa memecahkan masalah-masalah yang
ada disekeliling mereka. Kenyataan juga menunjukkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa masih rendah dan kemampuan komunikasi
matematis siswa juga masih sangat rendah. Hal ini diakibatkan Guru belum
menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Sebagai contoh pengalaman
peneliti selama mengajar matematika di kelas XI SMK Telkom Sandhy Putra
Medan dalam mengukur kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
komunikasi matematis siswa, peneliti memberikan soal pemecahan masalah dan
komunikasi matematis sebagai berikut:
Sebuah karton berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 12 cm. karton
tersebut akan dibuat suatu kotak tanpa tutup dengan cara menggunting keempat
pojoknya berbentuk bujur sangkar dengan sisi x cm. Tuliskanlah apa yang
4
model matematika yang sesuai untuk menghitung volume dan hitunglah volume
maksimum kotak tersebut
Gambar 1.1 Kerangka kotak tanpa tutup
Dari jawaban yang diberikan siswa ternyata ada 20% siswa memahamii
masalah, menuliskan yang ditanyakan dan menyederhanakan pertanyaan dan
mampu membuat model matematika dan gambar dengan baik dan benar, 25%
telah melaksanakan prosedur perhitungan, membuat model matematikanya dan
gambar tetapi belum lengkap dan benar sehingga menemukan kesulitan dalam
penyelesaian masalah, 25% salah menginterpretasi soal, mengabaikan kondisi soal
dan menjawab soal tetapi mengarah kepada jawaban yang salah dan tidak
membuat model matematika dan gambar dengan benar, 15% siswa
kurang memahami permasalahan, tidak membuat strategi yang benar, menjawab
dengan cara sendiri, dan 15% tidak mengerti tentang masalah yang dihadapi.
Dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa hasilnya
menunjukkan ternyata banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami
maksud soal dan menuliskan apa yang diketahui dari soal tersebut, merumuskan
apa yang diketahui dari soal tersebut, tidak dapat membuat model matematika
dan gambar dengan benar, rencana penyelesaian siswa tidak terarah dan proses
5
serta tidak memeriksa kembali jawabannya, sebagai implementasinya maka
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi hendaknya dimiliki
oleh semua anak yang belajar matematika. Sebagai contoh soal yang menunjukkan
bahwa kemampuan komunikasi matematika masih rendah dapat kita lihat dari salah satu
persoalan berikut:
Ali mempunyai 80 meter kawat duri yang akan digunakan untuk memagari kebun
sayur yang berbentuk persegi panjang dan satu sisi kebun dibatasi oleh gudang. Sisi
sepanjang gudang tidak memerlukan kawat duri. Uraikan bagaimana cara mendapatkan
luas maksimum kebun yang dapat dipagari kawat duri. Dari keterangan diatas siswa
dapat menuliskan apa yang diketahui memudahkan siswa menyelesaikan soal
diatas. Misalkan panjang kebun = p dan lebar kebun = l
Gambar .1.2 Kebun
Dari jawaban yang diberikan siswa ternyata 18 % siswa salah
menginterpretasikan soal dan tidak menuliskan dengan benar apa yang diketahui, 23%
mampu membuat gambar dan menuliskan apa yang diketahui dengan benar tetapi masih
mendapatkan kesulitan dalam penyelesaian, 25% mampu membuat model matematika
dengan benar dan mendapatkan penyelesaian dengan benar,22% mampu
mengekspresikan, menggambarkan tetapi jawaban masih kurang lengkap, serta 12% salah
menginterpretasikan soal dan salah menuliskan dari apa yang diketahui.Dari hasil yang
diperoleh menunjukan banyak siswa yang mengalami kesulitan menuliskan dengan benar
apa yang diketahui, tidak mampu membuat model matematika , mengekspresiikan, dan
6
menggambar dengan benar, yang menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematis
siswa masih rendah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
kemam-puan pemecahan masalah serta komunikasi matematika siswa adalah
dengan melaksanakan model pembelajaran yang relevan untuk diterapkan oleh
guru. Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model pembe
lajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk memahami
konsep-konsep yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan
maupun tulisan.
Kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu
faktor yang mempengaruhi adalah ketepatan pendekatan yang digunakan.
Pendekatan yang digunakan oleh para guru pada umumnya di lapangan
merupakan pendekatan yang berpusat pada guru. Guru masih menyampaikan
materi pelajaran matematika dengan pendekatan konvensional yang menekankan
pada latihan pengerjaan soal-soal atau drill and practice, prosedural, serta
penggunaan rumus. Pada pembelajaran ini guru berfungsi sebagai pusat atau
sumber materi, sedangkan siswa dipandang sebagai botol kosong yang perlu diisi
sampai penuh.
Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih
banyak sebagai penerima. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya
kualitas pemahaman siswa terhadap matematika. Informasi-informasi tersebut
7
para peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Selain itu fakta-fakta di
atas menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran konvensional ternyata kurang
mendukung untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan baik.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan
keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. (Depdiknas, 2002: 26).
Selain itu, dalam pembelajaran kontekstual siswa diharapkan untuk memiliki
kemampuan berpikir kritis dan terlibat penuh dalam proses pembelajaran yang
efektif. Sedangkan guru mengupayakan dan bertanggungjawab atas terjadinya
proses pembelajaran yang efektif tersebut.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dapat dicoba
sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk melatih siswa dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam matematika. Pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, ) adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan mengambil,
mensimulasikan, menceritakan, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi pada
kejadian dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa, kemudian
diangkat kedalam konsep yang akan dipelajari dan dibahas.
Melalui pendekatan ini memungkinkan terjadinya proses belajar yang
8
dalam berbagai variasi konteks, didalam ataupun diluar kelas, untuk dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya baik secara mandiri ataupun
berkelompok. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Berns dan Ericson
(2001), yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
adalah suatu konsep pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan
materi pelajaran dengan situasi nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat
koneksi antara pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari-hari dalam
peran mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja, sehingga
mendorong motivasi mereka untuk bekerja keras dalam menerapkan hasil
belajarnya.
Dengan demikian pembelajaran kontekstual merupakan suatu sistem
pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih
produktif dan bermakna, tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada
sehingga guru harus merencanakan pengajaran yang cocok dengan tahap
perkembangan siswa, baik itu mengenai kelompok belajar siswa, memfasilitasi
pengaturan belajar siswa, mempertimbangkan latar belakang dan keragaman
pengetahuan siswa, serta mempersiapkan cara-teknik pertanyaan dan pelaksanaan
assessmen otentiknya, sehingga pembelajaran mengarah pada peningkatan
kecerdasan siswa secara menyeluruh untuk dapat menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya.
Pendapat lain mengenai komponen-komponen utama dari pengajaran
kontekstual menurut Johnson (2009:67) pendekatan CTL adalah sebuah proses
9
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek
akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan
konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran Kontekstual adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan
siswa untuk memahami materi pelajaran melalui permasalahan/ konteks yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa mengalami
kebermaknaan dalam belajar.
Proses pembelajaran Kontekstual berlangsung dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan memahami sendiri materi pelajaran bukan hasil transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pemahaman konsep dan gagasan
pembelajaran matematika kontekstual bermula dari dunia nyata. Dunia nyata tak
hanya berarti konkret secara fisik dan kasat mata, tapi juga dapat dibayangkan
oleh alam pikiran. Hal ini berarti masalah yang digunakan dapat berupa
masalah-masalah aktual (sungguh-sungguh ada dalam kehidupan siswa) atau masalah-masalah yang
dapat dibayangkan oleh siswa. Dari uraian diatas ada dua hal yang harus dipahami
dalam proses pembelajaran dengan pembelajaran Kontekstual yaitu :
1. Pembelajaran Kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa
untuk menemukan sendiri materi pelajaran, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman siswa secara langsung.
2. Pembelajaran Kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
10
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
di-identifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sangat sulit.
2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika belum memuaskan.
3. Rendahnya minat siswa dalam mempelajari matematika.
4. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.
5. Siswa tidak terbiasa memecahkan masalah masalah yang banyak
liling mereka.
6. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
C. Pembatasan Masalah
Setiap aspek dalam pembelajaran matematika mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas, sehingga agar tidak terlalu melebar, perlu pembatasan masalah
dalam penelitian ini. Penelitian ini dibatasi pada:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
3. Penerapan Pendekatan pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran
belum dipahami dan diaksanakan Guru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian
11
1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada
siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan pembelajaran biasa?
2. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada
siswa yang diberi pendekatan pembelajaran biasa?
3. Bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada
masing-masing pembelajaran?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan
masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara siswa
yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual
dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika antara
siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual
dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa.
3. Mengetahui proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada
masing-masing pembelajaran.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan
12
cara guru mengajar dikelas, khususnya dalam meningkatkan pemecahan masalah
dan komunikasi serta sikap siswa, antara lain :
1. Manfaat untuk Siswa:
- Meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam penguasaan konsep
matematika sehingga hasil belajar matematika menjadi lebih baik.
- Melalui Pendekatan Kontekstual akan terbina sikap belajar yang
kreatif dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi permasalahan
matematika yang akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan
pemecahan masalah matematika siswa.
- Meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam pemecahan
- masalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
2. Manfaat untuk Guru:
- Menjadi acuan bagi guru matematika tentang penerapan pembelajaran
dengan Pendekatan Kontekstual sebagai alternatif untuk
meningkatkan pemecahan masalah dan komunikasi siswa.
- Memberikan informasi sejauh perbedaan peningkatan pemecahan
masalah dan komunikasi matematika siswa yang mendapat
pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual dengan siswa yang
mendapat pembelajaran biasa.
- Memberikan alternatif pembelajaran yang digunakan dalam
13
dengan cara memperbaiki kelemahan dan kekurangannya serta
mengoptimalkan hal-hal yang sudah baik.
3. Manfaat untuk Peneliti:
Sebagai bekal membangun pengalaman dalam mencari pendekatan
pembelajaran yang tepat, guna membantu siswa senang dan kreatif dalam
pembelajaran matematika sehingga siswa tidak menganggap matematika pelajaran
yang sangat sulit dan perlu dihindarkan.
4. Manfaat untuk Kepala Sekolah:
Memberikan kewenangan kepada para Guru untuk dapat mengembangkan
pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
124
BAB. V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil análisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran kontekstual dengan menekankan kemampuan pemecahan
masalah dan komunikasi matematis siswa, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang memperoleh pembelajaran
kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
melalui pendekatan biasa. Kemampuan rata-rata memahami masalah kelas
kontekstual (78.56) lebih tinggi dari kemampuan rata-rata memahami masalah kelas
biasa (70,31). Membuat perencanaan kelas kontekstual mempunyai rata-rata (79.61)
lebih tinggi dari kelas biasa yang mempunyai rata-rata (70,39); melakukan
perhitungan rata-rata (84.94) lebih tinggi dari kelas biasal (74,20) dan memeriksa
kembali rata (80.69) sedang pada kelas biasa (70,31) secara keseluruhan
rata-rata kelas kontekstual lebih tinggi dari kelas biasa.
2. Kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran
kontekstual lebih tinggi darri siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional
seperti menulis untuk kelas kontekstual (90,31) lebih tinggi dari kelas konvensional
(88,25) ; membuat gambar untuk kelas kontekstual (90,03) juga lebih tinggi dari
kelas biasa (83,11) ; membuat model (98,39) lebih tinggi dari kelas biasa (89,75)
dan mengekspresikan (80,69) juga lebih tinggi dari kelas konvensional (70,58)
125
3. Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian dapat disampaikan bahwa kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
pembelajaran kontekstual lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sangat efektif
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa.
Dengan pendekatan kontekstual membuat siswa berani mengemukakan pendapat
dan menerima pendapat orang lain, memiliki sikap demokratis serta menimbulkan
rasa senang dalam belajar matematika. Guru sebagai teman belajar, mediator,
fasilitator membawa konsekwensi memahami kelemahan dan kekuatan dari bahan
ajar serta karakteristik kemampuan individual siswa. Jika hal ini dilakukan secara
berkesinambungan akan membawa dampak yang positif terhadap pengetahuan guru
dimasa yang akan datang.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, diharapkan guru mempunyai
pengetahuan, pemahaman, dan wawasan yang lebih luas dalam memilih dan menyususn
strategi pembelajaran yang lebih inovatif khususnya strategi pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah mata pelajaran yang memiliki konsep,
skill, dan prinsip-prinsip pemecahan masalah yang secara logis dan rasional. Dalam
penguasaan pengetahuan, pemahaman dan wawasan tersebut, maka seorang guru diharapkan
mampu merancang suatu desain pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi
126
Melalui penelitian ini dapat diperoleh bahwa tedapat peningkatan skor rata-rata
hasil kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan yang diajarkan menggunakan pembelajaran
konvensional.
Dengan melihat luasnya cakupan objek matematika maka dibutuhkan siswa yang
mampu membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Siswa mampu belajar secara
aktif dan mandiri dengan mengembangkan atau menggunakan gagasan-gagasan dalam
menyelesaikan masalah pembelajaran. Penggunaan strategi pembelajaran kontekstual sangat
tepat untuk pembelajaran matematika, karena dengan menggunakan pembelajaran ini siswa
dapat lebih aktif dalam mengembangkan ide-ide atau gagasan yang muncul dan mampu
mengkonstruk ketrampilan yang dimiliki serta mampu mengaitkan pengalaman belajar
dengan pengalaman baru yang akan diterima dengan cara menciptakan lingkungan belajar
yang merangsang untuk pembelajaran matematika sehingga ketrampilan dan pengetahuan
yang dibutuhkan akan dapat diingat dan dipahami dalam memori jangka panjang yang
sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai kebutuhan siswa.
Dengan demikian apabila strategi pembelajaran yang dipergunaka kurang tepat atau
tidak sesuai denngan pembelajaran akan mengakibatkan berkurangnya pastisipasi aktif
siswa dalam pembelajaran khususnya matematika. Oleh karena itu implikasi hasil penelitian
ini terhadap pendidikan adalah:
1. Bagi Siswa, penerapan strategi pembelajaran kontekstual membawa dampak positif
127
dikarenakan dalam pembelajaran ini siswa dituntut bekerja dan belajar secara
maksimal.
2. Bagi Guru, penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam meningkatkan hasil kemampuan pemecahan
masalah dan komunikasi matematis siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disampaikan beberapa
saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil
penelitian ini sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan salah satu alternatif
bagi guru bidang studi matematika dalam menyajikan materi pelajaran
matematika.
2. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual hendaknya diterapkan pada
materi yang esensial menyangkut benda-benda nyata disekitar tempat
belajar, agar siswa lebih cepat memahami pelajaran yang sedang dipelajari.
3. Dalam pembelajaran kontekstual guru sebaiknya menciptakan suasana
belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif mengungkapkan
gagasan-gagasan atau ide matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri,
sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani ber-argumentasi,
lebih percaya diri aktif dan kreatif.
4. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya dapat dilengkapi dengan meneliti
128
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak,I, (2001). “KomunikasiPembelajaran : Pendekatan Konvergensi Dalam Peningkatan Kualitas dan Efektifitas Pembelajaran, ”Bandung;
Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan
Ansari, B. (2009). Komunikassi Matematika, Banda Aceh:Yayasan Pena
Arikunto, (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bandung, Bumi Aksara
---(2008).Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Bumi Aksara.
Baroody, A.J. (1993) Problem Solving, Reasoning, and Communicating. K-8: Helping Children Think Mathematically. New York: Mac Millan Publishing Company.
Berns, R.G and Erickson, P.M. (2001). Contextual Teaching and Learning. The Highlight Zone : Research a Work No. 5 (Online) Available: http:
//www.ncte.org/publications/infosyntesis/highlight 05/index.asp ?dirid = 145 & dspid =1.
12Jan2010
Berns, R and Se-Stefano,J. (2001) Best Practise in Contextual Teaching and Learning (A Research Monograph). Office of Vocational and Adult Education
Darhim, (2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual Terhadap hasil Belajar dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal Dalam Matematika. Disertasi tidak diterbitkan.Bandung : PPS UPI
Depdikbud, (1994).Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Jakarta : Depdikbud
Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Kurikulum Standar Kompetensi SMK Edisi 1999. Jakarta : Dirjen Dikmenjur
---,(2002). Pendekatan Kontekstual. (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas
---(2004). Kurikulum SMK Edisi 2004. Jakarta : Dirjen Dikmenjur
---(2007). Kurikulum SMK Edisi 2006 Jakarta: Dirjen Dikmenjur
Dewi, Izwita.(2009). Profil Komunikasi Matematika Mahasiswa Calon Guru Ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Disertasi.
129
Goetz, Jane.( 2004.) Top Ten Thoughts about Communication in Mathematics. http://www.kent.k12.wa.us/KSD/15/Communication_in_math.htm.
Greenes, C dan Schulman, L. (1996). Communication Processes in Mathematical Explorations and Investigtions. In P.C Elliot, and M.J Kenney (Eds) 1996. Yearbook, Communication in Mathematics. K-12 and Beyond. Reston: NCTM
Haji, Saleh. 2005. Pengaruh pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika Di Sekolah Dasar. Disertasi. Bandung: UPI Bandung.
Hake. (1999). Analyzing Change / GainScores, (online),
(http://physics.indiana.edu/~sdi/analyzingchange-gain.pdf)
Hudoyo, H(1980). Strategi Mengajar Belajar Matematika, Malang, IKIP Malang.
---(1989)).Pengembangan kurikulum matematika dan Pelaksanaanya di depan Kelas. Surabaya: Usaha Nassional
---,(2003).Common Text Book. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang. FMIPA
Hulukati, E. (2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Generatif. Disertasi Doktor pada PPS UPI.Tidak Diterbitkan
Jacob , C. (1988). Mengajar Belajar Matematika, Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
---1998. Pembelajaran Matematika. Jakarta : Depdikbud
---(2000). Matematika Sebagai Penalaran: Suatu Upaya Meningkatkan
Kreativitas Berpikir. Makalah pada Seminar Nasional Jurusan
Pendidikan FPMIPA Universitas Negeri Malang.
---(2003). Pembelajaran Penalaran Logis (Suatu Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika). Makalah disajikan pada Seminar Nasional Matematika: RME. Yogyakarta: Sanata Dharma.
---(2007). Logika Informal: Pengembangan Penalaran Logis. Laporan Hasil Penelitian Kompetitif UPI 2007. Bandung: Lembaga Penelitian UPI.
---(2007). Logika Informal: Pengembangan Penalaran Logis. Makalah
disajikan pada Seminar Nasional Matematika: Permasalahan
Pendidikan Matematika dan Matematika Terkini. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia.
130
Jennings, Sue & R, Dunne.1999. Math Stories,Real Stories, Real-life Stories. http://www.ex.ac.uk/telematics/T3/maths/actar01.htm
Johnson, R (2009). Cooperative Learning [online]. Tersedia:
http://www.cooplearn.org/pages/cl.html. [8 Mei 2003] LACOE (Los Angeles County Office of Education). Communication. http://teams.lacoe.edu. 2004.
Marpaung,Y.(2003).“Perubahan Paradigma Pembelajaran Matematika di Sekolah Makalah
disampaikan pada Seminar Pendidikan Matematika di USD Yogjakarta tanggal 27-28 Maret 2003
Meltzer,D.E. (2002) The Relationship between Mathematics Preperation and Conceptual Learning Gain in Physics: Apossible “Hidden variable” in Diagnostics Pretes Scores. Dalam American journal of Physics (On Line). Vol 70(12)1259-1268. Tersedia : http://www.physics. iastate.Edu/ Dec 2002.Vo 70 -1259-1268.pdf (August 2005)
Mullis, I.V.S., et.al. (2000). TIMSS Trends in Mathematics and Science study; Assessment Frameworks and Spesifications 2003. Boston: ISC.
Nasution, S (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.
---,(1999). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: P.T. Bumi Aksara
NCTM (1989) Curriculum and Evaluation Standard for school Mathematics Virginia: The National Council of Teachers of Mathematics Inc.
---, (2000) Mathematics Assessment A Practical Handbook. Virginia: The National Council of Teachers of Mathematics Inc.
---, (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM
Nurhadi (2002) Pendekatan kontekstual. Jakarta : Dirjen Dikdasmen
Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Polya, G. 1973. How to Solve It A New Aspect of Mathematical Method. Princeton University Press
---(1980). On Solving Mathematichal Problem in High School, dalam Krulik Stephen & Rays, Robert E. (eds). Problem Solving in School Mathematics. Reston-Virginia, NCTM.
---(1985) Mathematical Discovery on Understanding, Learning an Teaching Problem Solving. New york: John Wiley & Sons.
---(1988) How Solve It, New Jersey: Princeton University Perss.
Poerwadarmita, W.J.S., (1996), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai
131
Purba, G.(2010). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Yang Berorientasikan Masalah Untuk Maningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matemtika Siswa. Tesis. Medan: UNIMED Medan.
Ruseffendi, E.T. (1984). Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru.
Bandung: Tarsito.
---(1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
---(1998:165). Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Pres.
---(2001). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Pres.
Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sandra, L.A. (1999). Listening to Students. Teaching Children Mathematics. Vol.5 5. Januari. Hal 289-295.
Saragih,S.(1996). Penerapan Langkah-Langkah Pemecahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita. Laporan Penelitian: IKIP Medan
Schneider. D.J. (1999). The Belief Machine. Dalam English, 1999. Mathematical Thinking and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Sinaga, B.(1999). Efektivitas Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
(Problem-Based Instruction) pada Kelas 1 SMU dengan Bahan
Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis: Magister Pendidikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya
Sriyanto, H.J. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Penerbit Indonesia Cerdas. Yogyakarta.
Sudjana, N. (1989) Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru: Bandung.
---(1996) Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjono, A (1998) . Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta
Suharsimi_Arikunto. (2002), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Angkasa, Jakarta.
Suherman, E. (1993). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Dirjen
132
Sumarmo, U. (1993) Peran Kemampuan Logik dan Kegiatan Belajar terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung ( tidak dipublikasikan).
---(1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian IKIP Bandung. Tidak Dipublikasikan.
---(2002) Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Makalah disajikan pada Pelatihan Guru Mts, Agustus 2002 Bandung.
---(2003). Pembelajaran Ketrampilan Membaca pada Siswa Sekolah Menengah dan Mahasiswa Calon Guru. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan MIPA UPI Bandung.
---(2004).Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Pertemuan MGMP Matematika SMPN I Tasikmalaya.
---(2005). Alternatif Pembelajaran matematika Dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung: UPI Bandung.
---(2005). Pengembangan Berfikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU Serta Mahasiswa Strata Satu (S1) Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Tesis. Bandung : UPI Bandung.
Suparno, P (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suprihatin, T. (2003). Pengembangan Kemampuan Komunikasi Siswa. Penerbit Indonesia Cerdas. Yogyakarta.
Suryadi, D. (2000). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SLTP melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Thesis UPI Bandung: tidak di publikasikan.
Tarigan, D. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
TIMSS. 1999. International Student Achievement in Mathematics. http://timss.bc.edu/timss 1999i/pdf/T99i_math_01.pdf
---(2005), Matematika III, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta : Leuser Cita Pustaka.
133
Usman, H. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara.