• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK

MELALUI PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL

Tesis

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

BUDIMAN SIRAIT

8106171005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK

MELALUI PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL

Tesis

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

BUDIMAN SIRAIT

8106171005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

BUDIMAN SIRAIT. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa SMK Dengan Menggunakan Pembelajaran Kontekstual.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui peningkatan pemecahan masalah siswa, (2) mengetahui peningkatan komunikasi matematis siswa, (3) mengetahui proses jawaban siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Telkom Sandhy Putra Medan pada semester II, Tahun Pelajaran 2011/2012. Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 TS-1 berjumlah 36 orang sebagai kelas kontrol dan siswa kelas 2 TKJ-1 berjumlah 36 orang sebagai kelas eksperimen yang dilakukan secara random.Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksprimen, teknik analisis data menggunakan gain ternormalisasi dan uji t. Test hasil kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa menggunakan test berbentuk essay masing-masing sebanyak 4 butir soal.

Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa: (1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa, (2) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa, (3) Proses jawaban siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa.

(9)

ABSTRACT

BUDIMAN SIRAIT. Improved Problem Solving Mathematical and Communication Skill using Contextual Learning Teaching SMK

This study aims to: (1) the increase in student problem solving, (2) to increase

students 'mathematical communication, (3) determine the students' answers. This study was

conducted at SMK Telkom Sandhy Medan Putra in the first semester, Academic Year

2011/2013. As the samples in this study were grade 2 TS-2 accounted for 36 people as the

control class and the Grade 2 TKJ-2 amounted to 36 people as a experiment class conducted

at random. The research method used was quasi experimental, data analysis techniques

using normalized gain and t test. Test results of the problem solving and mathematical

communication students use the essay test each shaped by 4 points questions.

The results of hypothesis testing showed that: (1) increase students' problem-solving

skills using contextual learning is higher than the students who use ordinary learning, (2)

increase the ability of students to use mathematical communication of contextual learning is

higher than the students who use ordinary learning, (3) the process of students' answers

using contextual learning is better than the students who use ordinary learning.

Based on these findings, the researchers suggest that the application of contextual

learning can be used as an alternative to enhance the problem solving and mathematical

communication students, so it can be used as input for teachers and principals to be

(10)

DAFTAR ISI

b. Membuat Rencana untuk Menyelesaikan Masalah ... 21

(11)

H. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 64

a. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis ... 89

b. Uji Normalitas data ... 89

1.1. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajarkan dengan Menggunakan Pembelajaran Kontekstual ... 93

1.2. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajarkan Menggunakan Pembelajaran Biasa. ... 94

2. Deskripsi Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 96

2.1. Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajarkan dengan Menggunakan Pembelajaran Kontekstual ... 96

2.2. Data Hasil Kemampuan Komunikasi Siswa yang diajarkan dengan Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 97

(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel. 2.1 Langkah-langkah aktivitas Guru dan Siswa ... 44

2. Tabel 3.1 Rekapitulasi SMK Kota Medan Tahun Pelajaran 2012/2013 (Khusus Sekolah yang diakreditasi Tahun 2012) ... 58

3. Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ... 61

4. Tabel 3.3 Tabel Weinner Tentang Keterkaitan antara Kemampuan yang diukur dengan Pendekatan Pembelajaran ... 61

10. Tabel: 3.9 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 73

11. Tabel 3.10.Hasil Validasi RPP ... 74

12. Tabel 3.11 Hasil Validasi LAS ... 75

13. Tabel 3.10 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 75

14. Tabel 3.10 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 77

15. Tabel 3.12 Tabel Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 78

16. Tabel 3.13 Hasil ValiditasSoal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 82

17. Tabel 3.14 Hasil Validitas SoalKemampuan Komunikasi Matematis ... 83

18. Tabel 3.15 Rangkuman Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 84

19. Tabel 3.16 Rangkuman Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 84

20. Tabel 3.17 Hasil reliabilitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 86

21. Tabel 3.18 Hasil reliabilitas Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 86

22. Tabel 3.19 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Beda SoalKemampuan Pemecahan Masalah ... 87

23. Tabel 3.20 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 87

24. Tabel 3.21 Keterkaitan permasalahan, hipotesis dan jenis uji statistik yang Digunakan antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji dan Uji Statistik ... 94

(13)

26. Tabel 4.2. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Menggunakan

Pembelajaran Kontekstual ... 96

27. Tabel 4.3. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajarkan dengan

Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 98

28. Tabel 4.4. Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajarkan dengan

Menggunakan Pembelajaran Kontekstual ... 99

29. Tabel 4.5. Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajarkan dengan

Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 100

30. Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Data ... 102

31. Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Data ... 102

32. Tabel 4.8 Persentase Perhitungan Gain ternormalisasi untuk Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas control ... 103

33. Tabel 4.9. Persentase Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelompok Kontekstual

dan Biasa ... 104

34. Tabel 4.10 Skor Butir Soal nomor 1 Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan

Rendah ... 107

35. Tabel 4.11 Skor Butir Soal nomor 2 Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan

Rendah ... 110

36. Tabel 4.12 Skor Butir Soal nomor 3 Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan

Rendah ... 112

37. Tabel 4.13 Skor Butir Soal nomor 4 Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan

Rendah ... 114

38. Tabel 4.14 Skor Butir Soal nomor Satu Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan

Rendah ... 116

39. Tabel 4.15 Skor Butir Soal nomor Satu Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan

Rendah ... 119

40. Tabel 4.16 Skor Butir Soal nomor Satu Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan

Rendah ... 122

41. Tabel 4.17 Skor Butir Soal nomor Satu Berdasarkan Kelompok Tinggi, Sedang dan

(14)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1.1 Kerangka kotak tanpa tutup ... 4

2. Gambar .1.2 Kebun ... 5

3. Gambar 2.1. Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika ... 22

4. Gambar: 3.1. Rangkuman Alur Penelitian ... 64

5. Gambar 4.1. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajarkan dengan Menggunakan Pembelajaran Kontekstual ... 96

6. Gambar 4.2. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajarkan Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 98

7. Gambar 4.3. Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajarkan dengan Menggunakan Pembelajaran Kontekstual ... 100

8. Gambar 4.4. Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajarkan Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 101

9. Gambar 4.5. Persentase Perhitungan Gain ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Massalah Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 104

10. Gambar 4.6. Persentase Perhitungan Gain ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 105

11. Gambar 4.7.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 1 kelas kontekstual ... 107

12. Gambar 4.7.2 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kelas Biasa ... 107

13. Gambar 4.8.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 2 kelas kontekstual ... 109

14. Gambar 4.8.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 2 kelas Biasa ... 109

15. Gambar 4.9.1 Interpretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kelas Kontekstual ... 111

16. Gambar 4.9.1 Interpretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kelas Biasa ... 111

17. Gambar 4.10.1 Interpretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor kelas Kontekstual ... 113

(15)

kelas Biasa ... 113

19. Gambar 4.11.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 1

Kelas Kontekstual ... 117

20. Gambar 4.11.2 Interpretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 1

Kelas Biasa ... 117

21. Gambar 4.12.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 2

kelas kontekstual ... 119

22. Gambar 4.12.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 2

kelas kontekstual ... 119

23. Gambar 4.13.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 3

kelas kontekstual ... 121

24. Gambar 4.13.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 3

kelas biasa ... 122

25. Gambar 4.14.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 4

kelas kontekstual ... 124

26. Gambar 4.14.1 Intepretasi Penyelesaian Jawaban Butir Soal Nomor 4

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat

membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa. Pendidikan

sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan kehidupan

manusia merupakan bagian dari pembangunan nasional. Sebagai makhluk pribadi

maupun makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan hubungan

dengan manusia lain. Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan

komunikasi dua arah melalui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan.

Kebutuhan yang cenderung berbeda-beda dan saling

membutuhkan membuat manusia cenderung untuk melayani manusia lainnya

selain demi kepentingan pribadi, maka pembangunan tentu saja dibutuhkan

kerjasama dan interaksi dengan orang lain. Dengan berinteraksi dengan orang lain

berarti kita telah berkomunikasi dengan orang lain. Dalam dunia pendidikan

komunikasi yang efektif tidak mungkin terjadi tanpa adanya umpan balik. Oleh

karena itu, dalam suatu komunikasi, hal yang sangat penting adalah

kemampuan mendengarkan, yaitu mendengarkan dengan penuh

simpati. Masalah-masalah yang timbul di dalam relasi antar manusia sebenarnya

berakar pada salah pengertian dan miskomunikasi.

Suatu organisasi menjadi sangat efisien karena adanya

pengertian dan komunikasi yang efektif diantara para anggotanya. Dilingkungan

(17)

2

khususnya pelajaran matematika. Apabila interaksi antar siswa dan guru baik

maka pencapaian hasil belajar juga baik. Namun apabila interaksi antar siswa dan

guru kurang maka akan menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Salah satu

tugas pendidik yang teramat penting adalah bagaimana ia membangun

interaksi dengan peserta didik di kelas, terlebih jika pendidik harus bertatap

muka perseorangan secara langsung dengan peserta didiknya.

Komunikasi matematis tidak hanya dikaitkan dengan

pemahaman matematika, namun juga sangat terkait dengan peningkatan

kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan siswa dalam berkomunikasi

dengan menggunakan matematika sangat penting untuk diungkapkan.

Untuk mengkomunikasikan matematika ada beberapa aspek yang perlu

diperhatikan yaitu aspek merepresentasi, merekontruksi, kerjasama.

Dalam pembelajaran matematika siswa perlu mendengarkan dengan

cermat, aktif dan menuliskan kembali peryataan atau komentar penting yang

diungkapkan oleh teman atau guru. Suryadi, (2000) menyatakan pemecahan

masalah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran

matematika, hal senada juga dikemukakan Sagala, (2006) bahwa peningkatan

kemampuaan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran sangat penting,

karena selain para siswa mencoba menjawab pertanyaan atau memecahkan

masalah-masalah mereka juga termotivasi untuk bekerja keras. Hudojo, (2003)

menjelaskan bahwa mengajar matematika untuk menyelesaikan masalah-masalah

memungkinkan siswa menjadi lebih analitis didalam mengambil keputusan pada

(18)

3

menyelesaikan masalah maka siswa tersebut akan mampu mengambil keputusan

sebab siswa tersebut telah memiliki ketrampilan tentang bagaimana

mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari

beatapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.

Namun sangat disayangkan, dewasa ini banyak siswa yang mengalami

kesulitan dalam mempelajari matematika. Siswa tidak mau berusaha, siswa

beranggapan matematika pelajaran yang tidak menarik dan tidak disenangi siswa.

Sriyanto (2007) menyatakan bahwa matematika sering kali dianggap sebagai

momok yang menakutkan oleh sebagian besar siswa dan rendahnya minat siswa

dalam mempelajari matematika, hasil belajar siswa pada pelajaran matematika

belum memuaskan dan siswa tidak terbiasa memecahkan masalah-masalah yang

ada disekeliling mereka. Kenyataan juga menunjukkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa masih rendah dan kemampuan komunikasi

matematis siswa juga masih sangat rendah. Hal ini diakibatkan Guru belum

menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Sebagai contoh pengalaman

peneliti selama mengajar matematika di kelas XI SMK Telkom Sandhy Putra

Medan dalam mengukur kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

komunikasi matematis siswa, peneliti memberikan soal pemecahan masalah dan

komunikasi matematis sebagai berikut:

Sebuah karton berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 12 cm. karton

tersebut akan dibuat suatu kotak tanpa tutup dengan cara menggunting keempat

pojoknya berbentuk bujur sangkar dengan sisi x cm. Tuliskanlah apa yang

(19)

4

model matematika yang sesuai untuk menghitung volume dan hitunglah volume

maksimum kotak tersebut

Gambar 1.1 Kerangka kotak tanpa tutup

Dari jawaban yang diberikan siswa ternyata ada 20% siswa memahamii

masalah, menuliskan yang ditanyakan dan menyederhanakan pertanyaan dan

mampu membuat model matematika dan gambar dengan baik dan benar, 25%

telah melaksanakan prosedur perhitungan, membuat model matematikanya dan

gambar tetapi belum lengkap dan benar sehingga menemukan kesulitan dalam

penyelesaian masalah, 25% salah menginterpretasi soal, mengabaikan kondisi soal

dan menjawab soal tetapi mengarah kepada jawaban yang salah dan tidak

membuat model matematika dan gambar dengan benar, 15% siswa

kurang memahami permasalahan, tidak membuat strategi yang benar, menjawab

dengan cara sendiri, dan 15% tidak mengerti tentang masalah yang dihadapi.

Dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa hasilnya

menunjukkan ternyata banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami

maksud soal dan menuliskan apa yang diketahui dari soal tersebut, merumuskan

apa yang diketahui dari soal tersebut, tidak dapat membuat model matematika

dan gambar dengan benar, rencana penyelesaian siswa tidak terarah dan proses

(20)

5

serta tidak memeriksa kembali jawabannya, sebagai implementasinya maka

kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi hendaknya dimiliki

oleh semua anak yang belajar matematika. Sebagai contoh soal yang menunjukkan

bahwa kemampuan komunikasi matematika masih rendah dapat kita lihat dari salah satu

persoalan berikut:

Ali mempunyai 80 meter kawat duri yang akan digunakan untuk memagari kebun

sayur yang berbentuk persegi panjang dan satu sisi kebun dibatasi oleh gudang. Sisi

sepanjang gudang tidak memerlukan kawat duri. Uraikan bagaimana cara mendapatkan

luas maksimum kebun yang dapat dipagari kawat duri. Dari keterangan diatas siswa

dapat menuliskan apa yang diketahui memudahkan siswa menyelesaikan soal

diatas. Misalkan panjang kebun = p dan lebar kebun = l

Gambar .1.2 Kebun

Dari jawaban yang diberikan siswa ternyata 18 % siswa salah

menginterpretasikan soal dan tidak menuliskan dengan benar apa yang diketahui, 23%

mampu membuat gambar dan menuliskan apa yang diketahui dengan benar tetapi masih

mendapatkan kesulitan dalam penyelesaian, 25% mampu membuat model matematika

dengan benar dan mendapatkan penyelesaian dengan benar,22% mampu

mengekspresikan, menggambarkan tetapi jawaban masih kurang lengkap, serta 12% salah

menginterpretasikan soal dan salah menuliskan dari apa yang diketahui.Dari hasil yang

diperoleh menunjukan banyak siswa yang mengalami kesulitan menuliskan dengan benar

apa yang diketahui, tidak mampu membuat model matematika , mengekspresiikan, dan

(21)

6

menggambar dengan benar, yang menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematis

siswa masih rendah.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman

kemam-puan pemecahan masalah serta komunikasi matematika siswa adalah

dengan melaksanakan model pembelajaran yang relevan untuk diterapkan oleh

guru. Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model pembe

lajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk memahami

konsep-konsep yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan

maupun tulisan.

Kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu

faktor yang mempengaruhi adalah ketepatan pendekatan yang digunakan.

Pendekatan yang digunakan oleh para guru pada umumnya di lapangan

merupakan pendekatan yang berpusat pada guru. Guru masih menyampaikan

materi pelajaran matematika dengan pendekatan konvensional yang menekankan

pada latihan pengerjaan soal-soal atau drill and practice, prosedural, serta

penggunaan rumus. Pada pembelajaran ini guru berfungsi sebagai pusat atau

sumber materi, sedangkan siswa dipandang sebagai botol kosong yang perlu diisi

sampai penuh.

Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih

banyak sebagai penerima. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya

kualitas pemahaman siswa terhadap matematika. Informasi-informasi tersebut

(22)

7

para peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Selain itu fakta-fakta di

atas menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran konvensional ternyata kurang

mendukung untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan baik.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) membantu guru

mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan

keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. (Depdiknas, 2002: 26).

Selain itu, dalam pembelajaran kontekstual siswa diharapkan untuk memiliki

kemampuan berpikir kritis dan terlibat penuh dalam proses pembelajaran yang

efektif. Sedangkan guru mengupayakan dan bertanggungjawab atas terjadinya

proses pembelajaran yang efektif tersebut.

Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dapat dicoba

sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk melatih siswa dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam matematika. Pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, ) adalah

suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan mengambil,

mensimulasikan, menceritakan, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi pada

kejadian dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa, kemudian

diangkat kedalam konsep yang akan dipelajari dan dibahas.

Melalui pendekatan ini memungkinkan terjadinya proses belajar yang

(23)

8

dalam berbagai variasi konteks, didalam ataupun diluar kelas, untuk dapat

menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya baik secara mandiri ataupun

berkelompok. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Berns dan Ericson

(2001), yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

adalah suatu konsep pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan

materi pelajaran dengan situasi nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat

koneksi antara pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari-hari dalam

peran mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja, sehingga

mendorong motivasi mereka untuk bekerja keras dalam menerapkan hasil

belajarnya.

Dengan demikian pembelajaran kontekstual merupakan suatu sistem

pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih

produktif dan bermakna, tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada

sehingga guru harus merencanakan pengajaran yang cocok dengan tahap

perkembangan siswa, baik itu mengenai kelompok belajar siswa, memfasilitasi

pengaturan belajar siswa, mempertimbangkan latar belakang dan keragaman

pengetahuan siswa, serta mempersiapkan cara-teknik pertanyaan dan pelaksanaan

assessmen otentiknya, sehingga pembelajaran mengarah pada peningkatan

kecerdasan siswa secara menyeluruh untuk dapat menyelesaikan permasalahan

yang dihadapinya.

Pendapat lain mengenai komponen-komponen utama dari pengajaran

kontekstual menurut Johnson (2009:67) pendekatan CTL adalah sebuah proses

(24)

9

akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek

akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan

konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran Kontekstual adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan

siswa untuk memahami materi pelajaran melalui permasalahan/ konteks yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa mengalami

kebermaknaan dalam belajar.

Proses pembelajaran Kontekstual berlangsung dalam bentuk kegiatan

siswa bekerja dan memahami sendiri materi pelajaran bukan hasil transfer

pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pemahaman konsep dan gagasan

pembelajaran matematika kontekstual bermula dari dunia nyata. Dunia nyata tak

hanya berarti konkret secara fisik dan kasat mata, tapi juga dapat dibayangkan

oleh alam pikiran. Hal ini berarti masalah yang digunakan dapat berupa

masalah-masalah aktual (sungguh-sungguh ada dalam kehidupan siswa) atau masalah-masalah yang

dapat dibayangkan oleh siswa. Dari uraian diatas ada dua hal yang harus dipahami

dalam proses pembelajaran dengan pembelajaran Kontekstual yaitu :

1. Pembelajaran Kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa

untuk menemukan sendiri materi pelajaran, artinya proses belajar

diorientasikan pada proses pengalaman siswa secara langsung.

2. Pembelajaran Kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan

antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa

dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar

(25)

10

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat

di-identifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sangat sulit.

2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika belum memuaskan.

3. Rendahnya minat siswa dalam mempelajari matematika.

4. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

5. Siswa tidak terbiasa memecahkan masalah masalah yang banyak

liling mereka.

6. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Setiap aspek dalam pembelajaran matematika mempunyai ruang lingkup

yang sangat luas, sehingga agar tidak terlalu melebar, perlu pembatasan masalah

dalam penelitian ini. Penelitian ini dibatasi pada:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

3. Penerapan Pendekatan pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran

belum dipahami dan diaksanakan Guru.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian

(26)

11

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang

pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada

siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan pembelajaran biasa?

2. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada

siswa yang diberi pendekatan pembelajaran biasa?

3. Bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada

masing-masing pembelajaran?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan

masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara siswa

yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual

dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika antara

siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual

dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa.

3. Mengetahui proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada

masing-masing pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan

(27)

12

cara guru mengajar dikelas, khususnya dalam meningkatkan pemecahan masalah

dan komunikasi serta sikap siswa, antara lain :

1. Manfaat untuk Siswa:

- Meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam penguasaan konsep

matematika sehingga hasil belajar matematika menjadi lebih baik.

- Melalui Pendekatan Kontekstual akan terbina sikap belajar yang

kreatif dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi permasalahan

matematika yang akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan

pemecahan masalah matematika siswa.

- Meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam pemecahan

- masalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2. Manfaat untuk Guru:

- Menjadi acuan bagi guru matematika tentang penerapan pembelajaran

dengan Pendekatan Kontekstual sebagai alternatif untuk

meningkatkan pemecahan masalah dan komunikasi siswa.

- Memberikan informasi sejauh perbedaan peningkatan pemecahan

masalah dan komunikasi matematika siswa yang mendapat

pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual dengan siswa yang

mendapat pembelajaran biasa.

- Memberikan alternatif pembelajaran yang digunakan dalam

(28)

13

dengan cara memperbaiki kelemahan dan kekurangannya serta

mengoptimalkan hal-hal yang sudah baik.

3. Manfaat untuk Peneliti:

Sebagai bekal membangun pengalaman dalam mencari pendekatan

pembelajaran yang tepat, guna membantu siswa senang dan kreatif dalam

pembelajaran matematika sehingga siswa tidak menganggap matematika pelajaran

yang sangat sulit dan perlu dihindarkan.

4. Manfaat untuk Kepala Sekolah:

Memberikan kewenangan kepada para Guru untuk dapat mengembangkan

pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

(29)

124

BAB. V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil análisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran kontekstual dengan menekankan kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi matematis siswa, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang memperoleh pembelajaran

kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

melalui pendekatan biasa. Kemampuan rata-rata memahami masalah kelas

kontekstual (78.56) lebih tinggi dari kemampuan rata-rata memahami masalah kelas

biasa (70,31). Membuat perencanaan kelas kontekstual mempunyai rata-rata (79.61)

lebih tinggi dari kelas biasa yang mempunyai rata-rata (70,39); melakukan

perhitungan rata-rata (84.94) lebih tinggi dari kelas biasal (74,20) dan memeriksa

kembali rata (80.69) sedang pada kelas biasa (70,31) secara keseluruhan

rata-rata kelas kontekstual lebih tinggi dari kelas biasa.

2. Kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran

kontekstual lebih tinggi darri siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional

seperti menulis untuk kelas kontekstual (90,31) lebih tinggi dari kelas konvensional

(88,25) ; membuat gambar untuk kelas kontekstual (90,03) juga lebih tinggi dari

kelas biasa (83,11) ; membuat model (98,39) lebih tinggi dari kelas biasa (89,75)

dan mengekspresikan (80,69) juga lebih tinggi dari kelas konvensional (70,58)

(30)

125

3. Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian dapat disampaikan bahwa kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan

pembelajaran kontekstual lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sangat efektif

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa.

Dengan pendekatan kontekstual membuat siswa berani mengemukakan pendapat

dan menerima pendapat orang lain, memiliki sikap demokratis serta menimbulkan

rasa senang dalam belajar matematika. Guru sebagai teman belajar, mediator,

fasilitator membawa konsekwensi memahami kelemahan dan kekuatan dari bahan

ajar serta karakteristik kemampuan individual siswa. Jika hal ini dilakukan secara

berkesinambungan akan membawa dampak yang positif terhadap pengetahuan guru

dimasa yang akan datang.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, diharapkan guru mempunyai

pengetahuan, pemahaman, dan wawasan yang lebih luas dalam memilih dan menyususn

strategi pembelajaran yang lebih inovatif khususnya strategi pembelajaran yang digunakan

dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah mata pelajaran yang memiliki konsep,

skill, dan prinsip-prinsip pemecahan masalah yang secara logis dan rasional. Dalam

penguasaan pengetahuan, pemahaman dan wawasan tersebut, maka seorang guru diharapkan

mampu merancang suatu desain pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi

(31)

126

Melalui penelitian ini dapat diperoleh bahwa tedapat peningkatan skor rata-rata

hasil kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan yang diajarkan menggunakan pembelajaran

konvensional.

Dengan melihat luasnya cakupan objek matematika maka dibutuhkan siswa yang

mampu membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuan dan ketrampilan yang

dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Siswa mampu belajar secara

aktif dan mandiri dengan mengembangkan atau menggunakan gagasan-gagasan dalam

menyelesaikan masalah pembelajaran. Penggunaan strategi pembelajaran kontekstual sangat

tepat untuk pembelajaran matematika, karena dengan menggunakan pembelajaran ini siswa

dapat lebih aktif dalam mengembangkan ide-ide atau gagasan yang muncul dan mampu

mengkonstruk ketrampilan yang dimiliki serta mampu mengaitkan pengalaman belajar

dengan pengalaman baru yang akan diterima dengan cara menciptakan lingkungan belajar

yang merangsang untuk pembelajaran matematika sehingga ketrampilan dan pengetahuan

yang dibutuhkan akan dapat diingat dan dipahami dalam memori jangka panjang yang

sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai kebutuhan siswa.

Dengan demikian apabila strategi pembelajaran yang dipergunaka kurang tepat atau

tidak sesuai denngan pembelajaran akan mengakibatkan berkurangnya pastisipasi aktif

siswa dalam pembelajaran khususnya matematika. Oleh karena itu implikasi hasil penelitian

ini terhadap pendidikan adalah:

1. Bagi Siswa, penerapan strategi pembelajaran kontekstual membawa dampak positif

(32)

127

dikarenakan dalam pembelajaran ini siswa dituntut bekerja dan belajar secara

maksimal.

2. Bagi Guru, penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran dapat

dipergunakan sebagai acuan dalam meningkatkan hasil kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi matematis siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disampaikan beberapa

saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil

penelitian ini sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan salah satu alternatif

bagi guru bidang studi matematika dalam menyajikan materi pelajaran

matematika.

2. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual hendaknya diterapkan pada

materi yang esensial menyangkut benda-benda nyata disekitar tempat

belajar, agar siswa lebih cepat memahami pelajaran yang sedang dipelajari.

3. Dalam pembelajaran kontekstual guru sebaiknya menciptakan suasana

belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif mengungkapkan

gagasan-gagasan atau ide matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri,

sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani ber-argumentasi,

lebih percaya diri aktif dan kreatif.

4. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya dapat dilengkapi dengan meneliti

(33)

128

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak,I, (2001). “KomunikasiPembelajaran : Pendekatan Konvergensi Dalam Peningkatan Kualitas dan Efektifitas Pembelajaran, ”Bandung;

Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Ansari, B. (2009). Komunikassi Matematika, Banda Aceh:Yayasan Pena

Arikunto, (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bandung, Bumi Aksara

---(2008).Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Bumi Aksara.

Baroody, A.J. (1993) Problem Solving, Reasoning, and Communicating. K-8: Helping Children Think Mathematically. New York: Mac Millan Publishing Company.

Berns, R.G and Erickson, P.M. (2001). Contextual Teaching and Learning. The Highlight Zone : Research a Work No. 5 (Online) Available: http:

//www.ncte.org/publications/infosyntesis/highlight 05/index.asp ?dirid = 145 & dspid =1.

12Jan2010

Berns, R and Se-Stefano,J. (2001) Best Practise in Contextual Teaching and Learning (A Research Monograph). Office of Vocational and Adult Education

Darhim, (2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual Terhadap hasil Belajar dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal Dalam Matematika. Disertasi tidak diterbitkan.Bandung : PPS UPI

Depdikbud, (1994).Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Jakarta : Depdikbud

Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Kurikulum Standar Kompetensi SMK Edisi 1999. Jakarta : Dirjen Dikmenjur

---,(2002). Pendekatan Kontekstual. (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas

---(2004). Kurikulum SMK Edisi 2004. Jakarta : Dirjen Dikmenjur

---(2007). Kurikulum SMK Edisi 2006 Jakarta: Dirjen Dikmenjur

Dewi, Izwita.(2009). Profil Komunikasi Matematika Mahasiswa Calon Guru Ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Disertasi.

(34)

129

Goetz, Jane.( 2004.) Top Ten Thoughts about Communication in Mathematics. http://www.kent.k12.wa.us/KSD/15/Communication_in_math.htm.

Greenes, C dan Schulman, L. (1996). Communication Processes in Mathematical Explorations and Investigtions. In P.C Elliot, and M.J Kenney (Eds) 1996. Yearbook, Communication in Mathematics. K-12 and Beyond. Reston: NCTM

Haji, Saleh. 2005. Pengaruh pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika Di Sekolah Dasar. Disertasi. Bandung: UPI Bandung.

Hake. (1999). Analyzing Change / GainScores, (online),

(http://physics.indiana.edu/~sdi/analyzingchange-gain.pdf)

Hudoyo, H(1980). Strategi Mengajar Belajar Matematika, Malang, IKIP Malang.

---(1989)).Pengembangan kurikulum matematika dan Pelaksanaanya di depan Kelas. Surabaya: Usaha Nassional

---,(2003).Common Text Book. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang. FMIPA

Hulukati, E. (2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Generatif. Disertasi Doktor pada PPS UPI.Tidak Diterbitkan

Jacob , C. (1988). Mengajar Belajar Matematika, Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

---1998. Pembelajaran Matematika. Jakarta : Depdikbud

---(2000). Matematika Sebagai Penalaran: Suatu Upaya Meningkatkan

Kreativitas Berpikir. Makalah pada Seminar Nasional Jurusan

Pendidikan FPMIPA Universitas Negeri Malang.

---(2003). Pembelajaran Penalaran Logis (Suatu Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika). Makalah disajikan pada Seminar Nasional Matematika: RME. Yogyakarta: Sanata Dharma.

---(2007). Logika Informal: Pengembangan Penalaran Logis. Laporan Hasil Penelitian Kompetitif UPI 2007. Bandung: Lembaga Penelitian UPI.

---(2007). Logika Informal: Pengembangan Penalaran Logis. Makalah

disajikan pada Seminar Nasional Matematika: Permasalahan

Pendidikan Matematika dan Matematika Terkini. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia.

(35)

130

Jennings, Sue & R, Dunne.1999. Math Stories,Real Stories, Real-life Stories. http://www.ex.ac.uk/telematics/T3/maths/actar01.htm

Johnson, R (2009). Cooperative Learning [online]. Tersedia:

http://www.cooplearn.org/pages/cl.html. [8 Mei 2003] LACOE (Los Angeles County Office of Education). Communication. http://teams.lacoe.edu. 2004.

Marpaung,Y.(2003).“Perubahan Paradigma Pembelajaran Matematika di Sekolah Makalah

disampaikan pada Seminar Pendidikan Matematika di USD Yogjakarta tanggal 27-28 Maret 2003

Meltzer,D.E. (2002) The Relationship between Mathematics Preperation and Conceptual Learning Gain in Physics: Apossible “Hidden variable” in Diagnostics Pretes Scores. Dalam American journal of Physics (On Line). Vol 70(12)1259-1268. Tersedia : http://www.physics. iastate.Edu/ Dec 2002.Vo 70 -1259-1268.pdf (August 2005)

Mullis, I.V.S., et.al. (2000). TIMSS Trends in Mathematics and Science study; Assessment Frameworks and Spesifications 2003. Boston: ISC.

Nasution, S (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.

---,(1999). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: P.T. Bumi Aksara

NCTM (1989) Curriculum and Evaluation Standard for school Mathematics Virginia: The National Council of Teachers of Mathematics Inc.

---, (2000) Mathematics Assessment A Practical Handbook. Virginia: The National Council of Teachers of Mathematics Inc.

---, (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM

Nurhadi (2002) Pendekatan kontekstual. Jakarta : Dirjen Dikdasmen

Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Polya, G. 1973. How to Solve It A New Aspect of Mathematical Method. Princeton University Press

---(1980). On Solving Mathematichal Problem in High School, dalam Krulik Stephen & Rays, Robert E. (eds). Problem Solving in School Mathematics. Reston-Virginia, NCTM.

---(1985) Mathematical Discovery on Understanding, Learning an Teaching Problem Solving. New york: John Wiley & Sons.

---(1988) How Solve It, New Jersey: Princeton University Perss.

Poerwadarmita, W.J.S., (1996), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai

(36)

131

Purba, G.(2010). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Yang Berorientasikan Masalah Untuk Maningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matemtika Siswa. Tesis. Medan: UNIMED Medan.

Ruseffendi, E.T. (1984). Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru.

Bandung: Tarsito.

---(1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

---(1998:165). Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Pres.

---(2001). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Pres.

Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sandra, L.A. (1999). Listening to Students. Teaching Children Mathematics. Vol.5 5. Januari. Hal 289-295.

Saragih,S.(1996). Penerapan Langkah-Langkah Pemecahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita. Laporan Penelitian: IKIP Medan

Schneider. D.J. (1999). The Belief Machine. Dalam English, 1999. Mathematical Thinking and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Sinaga, B.(1999). Efektivitas Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

(Problem-Based Instruction) pada Kelas 1 SMU dengan Bahan

Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis: Magister Pendidikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya

Sriyanto, H.J. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Penerbit Indonesia Cerdas. Yogyakarta.

Sudjana, N. (1989) Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru: Bandung.

---(1996) Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjono, A (1998) . Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta

Suharsimi_Arikunto. (2002), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Angkasa, Jakarta.

Suherman, E. (1993). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Dirjen

(37)

132

Sumarmo, U. (1993) Peran Kemampuan Logik dan Kegiatan Belajar terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung ( tidak dipublikasikan).

---(1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian IKIP Bandung. Tidak Dipublikasikan.

---(2002) Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Makalah disajikan pada Pelatihan Guru Mts, Agustus 2002 Bandung.

---(2003). Pembelajaran Ketrampilan Membaca pada Siswa Sekolah Menengah dan Mahasiswa Calon Guru. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan MIPA UPI Bandung.

---(2004).Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Pertemuan MGMP Matematika SMPN I Tasikmalaya.

---(2005). Alternatif Pembelajaran matematika Dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung: UPI Bandung.

---(2005). Pengembangan Berfikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU Serta Mahasiswa Strata Satu (S1) Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Tesis. Bandung : UPI Bandung.

Suparno, P (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suprihatin, T. (2003). Pengembangan Kemampuan Komunikasi Siswa. Penerbit Indonesia Cerdas. Yogyakarta.

Suryadi, D. (2000). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SLTP melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Thesis UPI Bandung: tidak di publikasikan.

Tarigan, D. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

TIMSS. 1999. International Student Achievement in Mathematics. http://timss.bc.edu/timss 1999i/pdf/T99i_math_01.pdf

---(2005), Matematika III, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta : Leuser Cita Pustaka.

(38)

133

Usman, H. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gambar

Tabel. 2.1   Langkah-langkah aktivitas Guru dan Siswa    ..........................................................
Gambar 1.1   Kerangka kotak tanpa tutup    ..............................................................................
Gambar 1.1  Kerangka kotak tanpa tutup
Gambar .1.2 Kebun

Referensi

Dokumen terkait

Tangsi tentara inilah/ waktu itu masih ditempati oleh tentara Jepang// Mereka tidak mau menyerah/ meskipun sudah kalah perang//Para pemuda Yogya tak sabar segera

Bagian pemasaran pada suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengan tercapainya sejumlah

Untuk itu diperlukan suatu analisis dan rancangan sistem informasi khususnya sistem informasi akademik dengan menerapkan suatu metode berorientasi objek yang diharapkan

law’ terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim kerja dan pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan

[r]

PENGEMBANGAN SIKAP BERTANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI MODEL HELLISON DAN CANTER ASSERTIVE.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

[r]