• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA SPM PARULIAN 1 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA SPM PARULIAN 1 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA SMP PARULIAN 1

MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH:

BOYNES MANURUNG

NIM: 8136171013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

BOYNES MANURUNG. Peningkatan kemampuan Pemecahan Masalah dan Self-Efficacy Matematis Siswa SPM Parulian 1 Medan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran biasa. (2) peningkatanself-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran biasa (3) interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika (KAM) siswa terhadap self-efficacy matematis siswa. (4) interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika (KAM) siswa terhadap self-efficacy matematis siswa. (5) pola jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran.Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan pemecahan masalah matematika, (2) angket self-efficacy. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi, serta koefisien reliabilitas sebesar 0,79 dan 0,614 berturut-turut untuk kemampuan pemecahan masalah matematika dan self-efficacy matematis. Analisis data dilakukan dengan analisis kovarian (ANACOVA) dan analisis varian (ANAVA).Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa. Hal ini terlihat dari hasil ANACOVA untuk Fhitung =20,69 lebih besarFtabel adalah 3,97. Konstanta persamaan regresi untuk model pembelajaran berbasis masalah yaitu 8,24 lebih besar dari pembelajaran biasa yaitu 5,39. (2) Terdapat peningkatan self-efficacy matematis antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa. Hal ini terlihat dari hasil ANACOVA untuk Fhitung= 17,67 lebih besarFtabel adalah 3,12. Konstanta persamaan regresi untuk pembelajaran berbasis masalah yaitu 7,65lebih besar dari pembelajaran biasa yaitu 2,31. (3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. (4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa self-efficacy matematik siswa. (5) Proses penyelesaian jawaban siswa yang pembelajaranya dengan mengunakan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa.

(7)

ii ABSTRACT

BOYNES MANURUNG.Increasing Mathematics Problem Solving Ability and Self-Efficacy Students of Parulian 1 Junior High School Medan Through Problem-Based Learning Instruction.Tesis. Field: Mathematics Education Program Post-Graduate Studies, State University of Medan, 2015

The purpose of this study to determine: (1) increasing of student’s mathematical problem-solving skills taught using problem-based learning approach is higer than student’s taught using usually learning instruction, (2) increasingSelf-Efficacy skills taught using problem-based learning approach is higer than student’s taught using usually learning instruction, (3) the interaction between learning of mathematics and priorknowledge of students to increase problem-solving abilities of students (4) the interaction between learning of mathematics and priorknowledge of students to increaseSelf-Efficacy mathematics abilities of students, (5) process of answer made by student in solving problems of mathematics problem solving by student on problem-based learning instruction and ussually learning instrustion.This study is a quasi-experimental study/ research. The instrument used consisted of: (1) test the ability of solving mathematical problems, (2) self-efficacy questionnaire. The instrument has been declared eligible content validity, and reliability coefficient of 0.79 and 0.614 respectively for mathematicalproblem solving skills and mathematic self-efficacy.Data analysis was performed by analysis of covariance (ANACOVA) and analysis of variance (ANAVA). The results showed that (1) There are increasing in mathematical problem-solving skills among students who are given a of problem-based learning instruction with students who were usually instruction. This is evident from the results ANACOVA to F hitung = 20,69 is greater F tabel 3.97. Constants of regression equations to problem-based learning that is 8,24 greater than the usually learning is 5,39. (2) There are increasingin self-efficacy skills among students who are given a mathematical of problem-based learning with students who were usually instruction. This is evident from the results ANACOVA to F hitung = 17,62 is greater F tabel 3.12. Constants of regression equations to problem-based learning that is 7,65 greater than the usually learning is 2,31. (3) There is no interaction between the of learning and early math skills of students to problem-solving abilities of students. (4) There is no interaction between the of learning and early math skills of students of students' mathematical self-efficacy. (5) The process of settlement of the students' answers use instruction with problem-based learning is better than usually learning.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis saya yang berjudul: "Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Self-EfficacyMatematis Siswa SMP Parulian 1 Medan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalahdapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Sejak mulai dari persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Tuhan memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khusunya penulis sampaikan kepada :

1) Opa saya Pdt Drs. J.W. Panjaitan, STh dan oma saya T.O.br. Siagian dan juga kepada opa St. H Manurung (Alm) dan oma S.br Situmorang.

2) Ayahanda tercinta Drs. H. Manurung dan Ibunda R. Br Panjaitan, serta adik adikku Grace Little charlotte dan Mahardika.Juga kepada tante ,tulang ,uda, dan semua sanak keluarga yang selalu memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh dalam setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan Tesis ini.

3) Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak ilmu, bimbingan, arahan, serta motivasi yang sangat bermanfaat dan berharga bagi penulis dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

4) Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si dan Dr. Martua Manullang, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan dan menjadi motivator dalam penyelesaian tesis ini.

5) Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.

6) Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd dan Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Direktur dan Asisten Direktur I Program Pascasarjana UNIMED. 7) Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna kepada penulis selama menjalani pendidikan.

8) Kepada Bapak Tonny Aritonang, S.Pd selaku kepala sekolah kesepatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitiandan seluruh rekan Guru SMP Parulian 1 Medan terlebih kepadaIbu Dina Sitopu, Rotua Yati Siagian, Loly tobing, Etika Nasution, Kawan Sihombing yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan tesis ini.

(9)

iv

Yuliani, Dianna Sari, kak Lina Sarumpaet, Ibu Efi, Putri dan rekan-rekan Dikmat A-1 serta juga sahabat seperjuangan angkatan XXII Prodi Matematika yang telah memberikan dorongan, semangat serta bantuan lainnya kepada penulis.

10) Teristimewa kepada rekan-rekan Alumni/ Alumnus HKBP Nommensen siantar tahun 2012.

11) Teristimewa kepada teman teman RUMUS IA 2 alumni SMA Negeri 4 Pematang siantar

Semoga Tuhan memberikan balasan yang baik atas bantuan dan bimbingan yang diberikan.Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis berharap semoga tesis ini dapat member sumbangan dalam memperkaya khasanah ilmu dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.

Medan, Desember 2015

Penulis

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... ...50

2.2Sintaks Model Pembelajaran Ekspositori ... ...54

2.2 Perbedaan Pedagogik Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Biasa ... ...55

3.1 Desain Penelitian... ...77

3.2 Weiner Keterkaitan Variabel Penelitian ... 78

3.3 Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Matematik Siswa ... 79

3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 80

3.5 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 80

3.6 Kisi-kisi Angket Self-Efficacy ... 82

3.7 Skor Alternatif Jawaban Skala Angket Self-Efficacy ... 82

3.8 Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 83

3.9 Interprestasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 88

3.10 Analisis Daya Pembeda ... 89

3.11Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 90

3.12Klasifikasi Gain Ternormalisasi... 92

3.13 Rancangan Analisis Data Untuk ANACOVA ... 98

3.14 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji Statistik ... ...100

4.1 Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran ... ...104

4.2 Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas dan Reabilitas ... ...104

4.3Hasil Validitas dan Reabilitas Uji Coba Self-Efficacy ...105

4.4Hasil Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Kedua Kelas ...106

4.5 Hasil Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Kedua Kelas ...108

4.6Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Kedua Kelas Berdasarkan Indikator...111

4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes dan N-Gain Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik...116

4.7 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretes dan N-Gain Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik...117

4.8 Perhitungan Koefisen Persamaan Regresi Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen...117

4.9 Perhitungan Koefisien Persamaan Regresei Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ...118

4.10 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Pemecahan MasalahMatematik Kelas Eksperimen...119

4.11Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan Pemecahan MasalahMatematik Kelas Eksperimen ...120

4.12 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Pemecahan MasalahMatematik Kelas Kontrol...121

(11)

viii

4.14 Analisis Kovarians Untuk Kesejajaran Dua Model Regresi

Pemecahan MasalahKonsep Matematik...123 4.15 Analisis Kovarians Untuk KesamaanModel Regresi

Kemampuan Pemecahan MasalahMatematik ...124 4.16 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan

Pemecahan MasalahMatematik...126 4.17 Hasil Uji Lanjut Analisis Kovariatuntuk Kemampuan Pemecahan

MasalahMatematik ...127 4.18 Hasil Uji Interaksi Pembelajaran dan Kemampuan Awal

Matematik terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan

MasalahMatematik ...130 4.19 Hasil PretestAngket Self-EfficacyMatematis pada Kedua Kelas...132 4.20 Hasil Postes Angket Self-Efficacy Matematis Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ...133 4.21 Hasil Pretes dan Postes Angket Self-Efficacy Matematis Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ...134 4.22 Hasil Pretes dan Postes Angket Self-Efficacy Matematis

Berdasarkan Indikator ...138 4.23 Hasil Perhitungan N-gain Angket Self-Efficacy Matematis

Kedua Kelas ...143 4.24 Hasil Perhitungan N-gain Angket Self-Efficacy Matematis

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...145 4.25 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Self-EfficacyMatematis pada

Kedua Kelas ...147 4.26 HasilUji HomogenitasPretest dan N-GainSelf-EfficacyMatematis

pada Kedua Kelas...148 4.27 Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan RegresiKelasEksperimen...149 4.28 Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan RegresiKelasKontrol ...149 4.29 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Self-EfficacyMatematis

Kelas Eksperimen...150 4.30 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Self-EfficacyMatematis

Kelas Eksperimen...151 4.31 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Self-EfficacyMatematis

Kelas Kontrol ...152 4.32 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Self-EfficacyMatematis

Kelas Kontrol ...153 4.33 Analisis Kovarians Untuk Kesejajaran Model Regresi

Self-EfficacyMatematis ...154 4.34 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi Self-Efficacy155 4.35 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Self-EfficacyMatematis .157 4.36 Hasil Uji Lanjut Analisis Kovariat untuk Self-EfficacyMatematis ...158 4.37 Hasil Uji Interaksi KAM terhadap Peningkatan Self-Efficacy

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.1 Salah Satu Hasil Jawaban Siswa Tentang Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematik ...9

3.1. Prosedur Penelitian... 102

4.1 Grafik Rata-rata PretestPemecahan MasalahMatematik Kelas Eksperimen Dan Kontrol...107

4.2 Grafik Rata-rata Posttest KemampuanPemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen Dan Kontrol...108

4.3 Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest Kemampuan Pemecahan MasalahKelas Eksperimen ...109

4.4 Grafik Rata-rata Pretest dan PosttestPemecahan Masalah Kelas Kontrol ...110

4.5 Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator ...112

4.6 Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator ...113

4.7 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematik Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis ...131

4.8 Grafik HasilPretes Angket Self-EfficacyMatematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...132

4.9 Grafik Rata-rata Postes Angket Self-EfficacyMatematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...133

4.10 Grafik Rata-rata Pretes dan Postes Angket Self-EfficacyMatematis dan Kelas Eksperimen ...137

4.11 Grafik Rata-rata Pretes dan Postes Angket Self-EfficacyMatematis dan Kelas Kontrol...139 Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...145

4.15 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematik Siswa terhadap Peningkatan Self-EfficacyMatematis ...162

4.16a Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal 1 Eksperimen...165

4.16b Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal 1 Kontrol ...166

4.17a Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal Nomor 2 Eksperimen ...168

4.17b Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal Nomor 2 Kontrol ...169

4.18a Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Nomor 3 Eksperimen...171

4.18b Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Nomor 3 Kontrol ...172

4.19a Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Nomor 4 Eksperimen...174

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dapat

menimbulkan masalah apabila setiap orang tidak dapat menguasai IPTEK dan

beradaptasi dengan keadaannya, maksudnya sumber daya manusia harus memiliki

kemampuan komparatif, inovatif, kompetitif, dan mampu berkolaboratif sehingga

lebih mudah menerima informasi baru dan mempunyai kemampuan yang lebih

handal untuk menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat.

Matematika sebagai ratunya ilmu sekaligus pelayan ilmu sangat

dibutuhkan dalam menghadapi tantangan di era globalisasi. Seiring dengan

perkembangan IPTEK, perkembangan pendidikan matematika mengalami

pergeseran. Sinaga (2007: 1) mengatakan bahwa :

Matematika merupakan pengetahuan yang esensial sebagai dasar untuk bekerja seumur hidup dalam abad globalisasi. Karena itu penguasaan tingkat tertentu terhadap matematika diperlukan bagi semua peserta didik agar kelak dalam hidupnya memungkinkan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak karena abad globalisasi, tiada pekerjaan tanpa matematika.

Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa.

Matematika selain dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah

sehari-hari, juga dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa.

Karenanya merupakan hal yang wajar jika matematika mulai diajarkan sejak

(14)

2

menumbuh kembangkan kemampuan matematika siswa seperti kemampuan

berfikir logis, kreatif, kritis, cermat, efektif dan sistematis, pemecahan masalah,

representasi, koneksi, komunikasi dan sikap positif terhadap matematika. Sangat

diharapkan setelah pembelajaran matematika dapat meningkatkan

kemampuan-kemampuan matematis tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu untuk mempersiapkan Manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Pembelajaran matematika di beberapa sekolah di Indonesia sejauh ini

masih didominasi oleh pembelajaran konvesional dengan paradigma guru

mengajar hanya berorientasi pada hasil belajar yang dapat diamati dan diukur.

Siswa pasif dan guru cenderung memindahkan informasi yang

sebanyak-banyaknya kepada siswa sehingga konsep, prinsip dan aturan-aturan sulit

dipahami oleh siswa, tidak dapat menerapkan konsep dan sukar untuk

mengadaptasikan pengetahuannya terhadap lingkungan belajarnya dan

menjadikan matematika tidak bermakna bagi siswa. Walaupun banyak siswa

mampu menghafal terhadap materi yang diterimanya tetapi sering kali tidak

memahami secara mendalam substansi materinya. Sebagian besar siswa banyak

mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal tidak rutin yang berkaitan dengan

pemecahan masalah.

Hal ini ditandai dengan rendahnya perolehan ketuntasan belajar siswa

(15)

3

60%untuk rata-rata kelas, 60% untuk daya serap, dan 56% untuk ketuntasan

belajar. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa masih

belum mancapai yang diharapkan oleh kurikulum, yaitu 65% untuk daya serap

dan 75%untuk ketuntasan belajar (sumber: nilai raport siswa tahun pelajaran

2012/2013).Pernyataan tersebut didukung oleh data nilai ulangan pemecahan

masalah siswa kelas VII dalam materi sebelumnya pada tahun ajaran 2014/2015.

Dalam data nilai ulangan tersebut dari 30 siswa hanya 16 siswa (53,3%) yang

mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang berlaku di SMP Parulian 1

Medan dan 14 siswa (46,7%) yang lain tidak mencapai KKM. Hal ini juga terjadi

dikarenakan Self-efficacy siswa yang kurang baik karena cara berfikir, motivasi

diri, perasaan dan keinginan memiliki sesuatu yang mempengaruhi kognitif,

motivasi, afektif, dan proses seleksi.

Alasan pentingnya matematika dipelajari karena begitu banyak

kegunaannya, baik sebagai ilmu pengetahuan, sebagai alat, maupun sebagai

pembentuk sikap yang diharapkan. Berikut beberapa kegunaan sederhana yang

praktis dari pembelajaran matematika menurut Ruseffendi (1988 : 208) adalah :

(1) Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitunganlainnya, (2) Dengan belajar matematika kita memiliki persyaratan untuk belajar bidang studi lain, (3) Dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis, (4) Dengan belajar matematika diharapkan kita menjadi manusia yang tekun, kritis, logis, bertanggung jawab, mampu menyelesaikan permasalahan.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Soedjadi (Saragih, 2007) bahwa :

”pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang meliputi (1) tujuan

(16)

4

pembentukan pribadi anak dan (2) tujuan yang bersifat material yang memberi

tekanan pada penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah

matematika”. Hal ini sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang

dirumuskan oleh NCTM2000 yaitu (1) belajar untuk berkomunikasi

(mathematical communication), (2) belajar untuk bernalar (mathematical

reasoning), (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving), (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections), (5) pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward

mathematics).

Hal di atas dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika, karena

kemampuan-kemampuan tersebut merupakan tujuan dari pelajaran matematika itu

sendiri sebagaimana yang dikatakan oleh Pusat Kurikulum (Depdiknas,2006)

yaitu :

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematikan serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

Dengan menguasai matematika, anak didik diharapkan mampu

memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari hari.Kemampuan

(17)

5

materi matematika dengan keadaan sesungguhnya,serta mampu menggunakan dan

memanfaatkan teknologi disebut dengan daya matematik (mathematical power)

atau keterampilan bermatematika.

Salah satu doing math yang erat kaitannya dengan karakteristik

matematika (berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi) adalah

kemampuan pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan hal yang sangat

penting sehingga menjadi tujuan umum pengajaran matematika bahkan

jantungnya matematika. Memecahakan masalah tidak saja menjadi alasan untuk

mempelajari matematika, tetapi pemecahan masalah pun memberikan suatu

konteks dimana konsep-konsep dan kecakapan-kecakapandapat di pelajari. Selain

itu, pemecahan masalah merupakan wahana utama untuk membangun

kecakapan-kecakapan tingkat tinggi. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah

matematis bukan hanyasebagai tujuan dari pembelajaran matematika, karena

selain siswa mencoba memecahkan maslah dalam matematika, mereka juga

termotivasi untuk bekerja sungguh-sungguh untuk menyelesaikan permasalahan

matematika dengan baik.

Kaitan antara kemampuan pemahaman dengan pemecahan masalah dapat

dipertegas bahwa, jika seseorang telah memiliki kemampuan pemahaman

terhadap konsep-konsep matematika, maka ia mampu menggunakannya untuk

memecahkan masalah. Sebaliknya, jika seseorang dapat memecahkan suatu

masalah, maka orang tersebut harus memiliki kemampuan pemahaman terhadap

(18)

6

umumnya menggunakan cara yang paling mudah dan praktis bagi dirinya, bukan

memilih cara bagaimana membuat siswa belajar.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga di kemukakan oleh

hudoyo (Hoiriyah,2014:6) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah

merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah

disebabkan antara lain : (1) Siswa terampil menyeleksi informasi yang relevan,

kemudian menganalisnya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan

intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah intrinsik; (3) Potensi

intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan

dengan melalui proses penemuan. Dengan demikian sudah sewajarnyalah

pemecahan maslah ini harus mendapat perhatian khusus, mengingat perananya

yang sangat strategis dalam mengembangkan intelektual siswa.

Untuk dapat memecahkan masalah, tentunya seseorang harus memiliki

kemampuan pemecahan masalah yang cukup . Menurut Sumarmo (Juli,2013:6)

pentingnya pemilikan keampuan pemecahan masalah matematik pada siswa

adalah bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan pengajaran

matematika. Pemecahan masalah bukanlah sekedar tujuan dari belajar matematika

tetapi juga merupakan alat untuk melakukaknnya Wahyudin (Juli, 2013:6).

Sebagai pendekatan pemecahan masalah digunakan untuk menemukan dan

memahami materi atau konsep matematika. Sedangkan sebagai tujuan, diharapkan

agar siswa dapat mengidentifikasi unsur yang diketahu, dinyatakan serta

kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah dari situasi sehari-hari

(19)

7

dalam atau diluar matematika, menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai

dengan permasalahan asal, menyusun model matematika dan menyelesaikan

untuk masalah nyata (Real) dan menggunakan matematika secara bermakna (

meaningful)

Pembelajaran yang tidak mengarahkan kepada pemecahan masalah akan

membuat siswa tidak mengetahui mengapa suatu jawaban itu benar atau salah dan

jika salah siswa tidak mampu memperbaiki jawaban yang salah tersebut. Hal ini

akan membuat siswa kurang memahami apa yang ditulisnya dan terkadang siswa

menggunakan rumus secara langsung walaupun siswa kurang mengerti. Karena

selama ini siswa kurang dimotivasi dan diberi kesempatan untuk mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah matematika siswa mengakibatkan siswa

cenderung menghapal konsep matematika, tanpa memahami arti, isinya dan

cenderung pasif sehingga siswa kurang mempunyai keterampilan dalam

melakukan pemecahan masalah dan menimbulkan kebosanan sehingga

mengakibatkan sikap yang acuh terhadap pelajaran matematika.

Pembelajaran matematika yang menekankan mengajarkan rumus dan

langkah cara mengerjakan soal seharusnya diubah ke pembelajaran yang

menekankan pada aspek kemampuan kemampuan pemecahan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah ini erat kaitannya dengan komponen

pemahaman siswa dalam bermatematika. Lepinski (dalam Husnan 2014:297)

menyatakan bahwa: untuk memecahkan masalah matematika ada beberapa tahap

(20)

8

1. Memahami Masalah

Masalah apa yang dihadapi? Bagaimana kondisi datanya? Bagaimana memilih kondisi-kondisi tersebut?

2. Menyusun Rencana

Menemukan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum diketahui. Apakah pernah ada masalah yang mirip?

3. Melaksanakan Rencana

Menjalankan rencana guna menemukan solusi, periksa setiap langkah dengan seksama untuk membuktikan bahwa cara itu benar.

4. Memeriksa kembali

Melakukan penilaian terhadap solusi yang didapat.

Namun berdasarkan fakta di lapangan, lemahnya kemampuan pemecahan

masalah siswa tidak lepas dari kurangnya kesempatan dan tidak di biasakan siswa

dilakukan pemecahan masalah. Proses pembelajaran juga cenderung dilakukan

oleh guru, guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah

sementara para siswa mencatatnya pada buku catatan, tanya jawab dan penugasan

akibatnya siswa hanya mendengar, memperhatikan penjelasan guru dan

menyelesaikan tugas sehingga kurang terjadi interaksi antar sesama siswa dan

guru..

Kemampuan pemecahan masalah matematika perlu mendapat perhatian

karena merupakan kemampuan yang di perlukan dalam belajar.kemampuan

pemecahan masalah metematika dapat mendorong siswa dalam belajar bermakna

dan belajar kebersamaan, selain itu dapat membantu siswa dalam menghadapi

permasalahan keseharian secara umum. Hasil observasi awal yang dilakukan

peneliti di SMP Parulian 1 Medan menunjukkan kemampuan pemecahan masalah

masih rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah tersebut dapat di lihat

(21)

9

Irmadan Iksan merencanakan untuk pergi ke toko buku hari ini. Mereka

ingin membeli komik, bacaan kesukaan mereka. Irma menyukai komik Naruto,

sedangkan Ikhsan Menyukai komik Doraemon.Harga komik Naruto kesukaan

IrmaRp.8.000,- lebih mahal dari komik Doraemon kesukaan Iksan. Jumlah harga

komik mereka Rp.40.000,-. Irmamempunyai uang Rp.120.000,-. Berapakah harga

komik Naruto dan Doraemon yang dibeli oleh Irma dan Iksan ?

Salah satu jawaban siswa yang di pilih secara acak adalah sebagai berikut :

Soal tersebut disajikan kepada 30 orang siswa SMP Parulian 1 Medan, 70% siswa

belum mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, 75% siswa belum

mampu merencanakan penyelesaian masalah, 85% siswa belum mampu

melakukan perhitungan dengan benar, dan 90%siswa belum bisa memeriksa

kembali prosedur dan hasil penyelesaian. Berdasarkan hasil di atas menunjukkan

bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah.

Ketidakmampuan siswa menyelesaikan masalah seperti di atas dipengaruhi

oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, karena itu

(22)

10

kepada siswa. Kemampuan ini diperlukan siswa sebagai bekal dalam

memecahkan masalah matematika dan masalah yang di temukan dalam kehidupan

sehari-hari.

Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika merupakan

pendekatan dan tujuan yang harus di capai. Sebagai pendekatan, pemecahan

masalah digunakan untuk menemukan dan memahami materi atau konsep

matematika. Sedangkan sebagai tujuan, diharapkan agar siswa dapat

mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan serta kecukupan unsure yang

di perlukan, merumuskan masalah dari situasi sehari-hari dalam matematika,

menerapkan stategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah

baru) dalam atau diluar matematika, menjelaskan atau mengintepretasikan hasil

sesuai permasalahan asal, menyusul model matematika dan menyelesaikannya

untuk maslah nyata dan menggunakan matematika secara bermakna (meaningful).

Sebagai implikasinya maka kemampuan pemecahan masalah hendaknya dimiliki

oleh semua anak yang belajar matematika.

Selain kemampuan pemecahan masalah, self- efficacy juga perlu dimiliki

oleh siswa dan merupakan fokus peneliti. Self-efficacy merupakan suatu

keyakinan yang harus dimiliki siswa agar berhasil dalam proses

pembelajaran.Self-efficacy adalah sebuah keyakinan tentang probabilitas bahwa

seseorang dapat melaksanakan dengan sukses beberapa tindakan atau masa depan

dan mencapai beberapa hasil. Kemampuan Self-efficacy yang lemah disebabkan

karena seseorang sering menghindari suatu masalah yang bersifat menantang.

(23)

11

masalah yang ia alami sehingga lebih dari 50% dan terkadang hingga 80% para

siswa dan mahasiswa dilaporkan pernah menyontek.

Bandura (1989 : 1175) mendefenisikan Self-efficacy sebagai pertimbangan

seseorang tentang kemampuan dirinya untuk mencapai tingkatan kinerja yang

diinginkan atau ditentukan, yang akan di pengaruhi tindakan selanjutnya.

Maksudnya adalah keyakinan seseorang mentang kemampuan mereka untuk

menghasilkan tingkat kinerja yang ditunjuk bahwa latihan merupakan suatu

pengaruh atas peristiwa yang mempengaruhi mereka,

Pernyataan ini juga didukung oleh Hill, Smit dan Mann, (damarstuti,

2012:5) bahwa individu dengan self-efficacy yang tinggi maka akan tertarikdengan kesempatan aktivitas untuk mengembangkan diri dan aktif

untukmencoba hasil dari pelatihan serta mencoba pekerjaan yang sulit dan

komplek.Gist dan Latham (damarstuti , 2012:5) menyatakan bahwa self-efficacy

merupakan inti dan hasil yang pentingdalam pelatihan. Tracey, Hinkin,

Tannenbaum dan Mathieu menyatakan bahwapre training self-efficacy tentang

sesuatu kepercayaan individu untuk memperolehpengetahuan dan ketrampilan

selama pelatihan. Apabila individu percaya bahwa merekamemiliki kapasitas

untuk belajar, mereka akan berusaha untuk memperolehpengetahuan dan

ketrampilan yang relevan. Self-efficacy juga dapat berupa bagaimana perasaan

seseorang, cara berfikir, motivasi diri, dan keinginan memiliki terhadap sesuatu.

Keyakinan tersebut menghasilkan efek yang beragam melalui empat proses utama

(24)

12

Self-efficacyseseorang akan dipengaruhi tindakan, upaya, ketekunan, fleksibilitas dalam perbedaan, dan realisasi dari tujuan seseorang itu sendiri.

Penilaian self-efficacy mendorong seseorang menghindari situasi yang diyakini

melampaui kemampuan atau melakukan kegiatan yang di perkirakan dapat

diatasinya. Dengan arti lain bahwa self-efficacy mempengaruhi pengambilan

keputusan dan tindakan yng akan dilaakukan. Misalnya dalam memecahkan

masalah yang sulit, seeorang yang mempunyai keraguan tentang kemampuannya

akan mengurangi usahanya bahkan cenderung untuk menyerah tetapi bagi

seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi menganggap kegagalan sebagai

kurangnya usaha sehingga, dengan self-efficacy yang tinggi yang dimilikinya

tersebut, dijadikan suatu motivasi untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha

yang lebih maksimal. Dengan kata lain individu yang mempunyai self-efficacy

tinggi menganggap kegagalan sebagai kurangnya usaha, sedangkan individu yang

memiliki self-efficacy rendah menganggap kegagalan berasal dari kurangnya

kemampuan.

Self-efficacy harus dikembangkan dalam diri siswa agar dapat memaknai prosespembelajaranmatematika dalam kehidupan nyata, sehingga proses

pembelajaran terjadi secara optimal, dandapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalahmatematika.Keberhasilan dan kegagalan yang dialami siswa

dapat dipandang sebagai suatupengalaman belajar. Pengalaman belajar ini akan

menghasilkan self-efficacy siswa dalammenyelesaikan permasalahan sehingga

(25)

13

dalam pembelajaran agar siswa dapat mencapai tujuan pelajarannya danmencapai

prestasi belajar yang maksimal.

Faktor lain juga yang dapat berkontribusi terhadap kemampuan matematis

siswa dan terhadap sikap belajar matematika siswa, yaitu kemampuan awal

matematika (KAM) siswa, yang digolongkan kedalam kelompok baik, cukup dan

kurang. Kemampuan awal matematik merupakan prasyarat yang harus dimiliki

siswa agar dapat mengikuti pelajaran dengan lancar. Hal ini disebabkan materi

pelajaran yang disusun secara struktur sehingga apabila seseorang mengalami

kesulitan pada pokok bahasan awal, maka otomatis akan mengalami kesulitan

dalam mempelajari pokok bahasan selanjutnya. Begitu juga sebaliknya, siswa

yang memiliki kemampuan awal baik dapat mengikuti pelajaran pada materi

selanjutnya dengan lancar. Siswa yang memiliki KAM cukup atau kurang

membutuhkan waktu dalam menerima ilmu baru dalam proses pembelajaran.

Rendahnya tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik dan

self-efficacy siswa , tidak terlepas dari dan bagaimana guru mengajar serta minat dan respon siswa terhadap matematika itu sendiri. Dari hasi wawancara peneliti

lakukan terhadap siswa dari tingkat SD sampai SMA yang terdapat dalam satu

lokasi sekolah melalui perbincangan di luar kelas, diketahui bahwa pelajaran

matematika merupakan pelajaran yang paling sulit dalam menyelesaikan soal

yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa memberikan alasan bahwa

soal soal yang diajarkan oleh guru tidak sama saat belajar di kelas sehingga siswa

menjadi bingung dan menimbulkan kemalasan dan tidak termotivasi untuk belajar

(26)

14

Hal tersebut diatas biasanya terjadi karena pembelajaran yang biasanya di

lakukan oleh guru dalam kelas. Pendekatan yang digunakan oleh para guru pada

umumnya di sekolah, merupakan pendekatan yang berpusat pada guru ( teacher

oriented). Guru biasanya menyampaikan materi dalam buku paket, memberikan informasi, pengertian, konsep secara langsung kepada siswa, memberikan contoh

penerapan rumus matematika, mengerjakan latihan latihan yang belum berkaitan

dengan fakta real (contextual learning). Roy Killen (Juli, 2013:13) mencatat ada

dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru

(teacher- centred approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa ( student-centred approach). pendekatan yang umumya di gunakan guru di sekolah adalah pendekatan yang berpusat pada guru. Hal tersebut juga disebabkan pada masa lalu

dan mungkin sampai sekarang, sebagian guru matematika memulai proses

pembelajaran dengan membahas pengertiannya, lalu memberikan contoh-contoh

yang diikuti dengan menggunakan aturan-aturan, kegiatan selanjutnya adalah

meminta siswa mengerjakan soal-soal latihan. Dengan pembelajaran yang

demikian guru akan mengontrol secara penuh materi serta metode

penyampaiannya. Akibatnya, proses pembelajaran matematika di kelas saat itu

menjadi proses yang meng ikuti langkah-langkah, aturan-aturan, serta

contoh-contoh yang diberikan guru.

Pendekatan pembelajaran tersebut memberi kesan yang kurang baik kepada

siswa, karena dapat menimbulkan sikap negative terhadap matematika. mereka

hanya melihat matematika sebagai suatu kumpulan aturan dan latihan-latihan yang

(27)

15

kehidupannya , karena aktivitas siswa hanya mengulang prosedur atau menghafal

tanpa diberi peluang lebih banyak berinteraksi dengan sesama, ini dapat

memberikan kesan bahwa matematika merupakan suatu hafalan bukan untuk

belajar bekerja sendiri.

Berdasarkan fenomena di atas, sudah seharusnya guru dituntut mencari dan

menumbuhkan suatu cara yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Salah

satu caranya adalah dengan menawarkan suatu pembelajaran berbasis masalah.

dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah, siswa dapat menemukan

sendiri konsep yang di ajarkan sehingga mereka dapat menggunakan dan

mengingat lebih lama konsep tersebut. Sumarmo (Juli,2013:8) menjelaskan bahwa

pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang

diawali dengan penyajian masalah yang dirancang dalam konteks yang relevan

dengan materi yang akan di pelajari untuk mendorong siswa; memperoleh

pengetahuan dan pemahaman konsep, mencapai berfikir kritis, memiliki

kemandirian belajar, keterampilan berpartisipasi dalam kerja kelompok, dan

kemampuan pemecahan masalah. Dengan kata lain model pembelajaran masalah

merupakan suatu model pembelajaran yang di dasarkan pada kebanyakan

permasalahan yang membutuhkan penyelidikan yang autentik yakni penyelidikan

yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata Trianto

(2009 : 90).

Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman siswa

terhadapmateri yang dipelajari, kemampuan memecahkan masalah, dan

(28)

16

bahwa masalah dalam PBM adalah masalah yang tidak terstruktur (ill-structure),

atau kontekstual dan menarik (contextual and engaging), sehingga meransang

siswa untuk bertanya dari berbagai perspektif. Menurut Slavin

(Fachrurazi,2011:80) karakteristik lain dari PBM meliputi pengajuan pertanyaan

terhadap masalah, fokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan authentik,

kerja sama, dan menghasilkan produk atau karya yang harus dipamerkan. Dengan

demikian PBM menghendaki agar siswa aktif untuk memecahkan masalah yang

sedang dihadapinya.. Sehingga pembelajaran berbasis masalah dapat membuat

siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar maka siswa

dapat memilih strategi belajar yang sesuai, trampil menggunakan strategi tersebut

untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk

menyesuaikan belajarnya itu.

Model ini juga merupakan suatu pengajaran yang menantang siswa untuk

“learn to learn” bekerja sama dalam sebuah grup untuk mencari solusi dari

masalah-masalah yang nyata di dunia ini. Sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Slavin, menurut Pierce dan Jones (Fachrurazi,2001:80) dalam

pelaksanaan PBM terdapat proses yang harus dimunculkan, seperti: keterlibatan

(engagement), inkuiri dan investigasi (inquiry and investigation), kinerja

(performance), Tanya jawab dan diskusi (debriefing). Keterlibatan bertujuan

untuk mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah

(self-directed problem solver) yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mampu mendorong untuk mampu

(29)

17

menyajikan temuan yang diperoleh. Tanya jawab dan diskusi, yaitu menguji

keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang

dilakukan. Masalah- masalah digunakan untuk menarik rasa ingin tahu siswa dan

menginisiasikan pokok-pokok perkara dalam memperkenalkan konsep-konsep

matematika.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, napak pentingnya

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah metematik dan self-efficacy siswa.

Dengan dimilikinya kemampuan emecahan masalah matematik dan self-efficacy

siswa, diharapkan berdampak pada pengembangan mental dan kepribadian siswa

serta meningkatnya hasil belajar matematika siswa. Hal ini mendorong penulis

untuk mengadakan penelitian tentang Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Self-Efficacy Siswa SMP Parulian 1 Medan Melalui Model Pembelajaran Perbasis Masalah

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah

penelitian ini dapat diidentifikasi, adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada proses

pembelajaran.

2. Pembelajaran yang cenderung pasif dan pembelajaran yang cenderung berpusat

pada guru.

3. Dalam proses pembelajaran guru kurang memanfaatkan pengetahuan siswa

sebagai jembatan untuk memahami masalah matematika melalui pemberian

(30)

18

4. Rendahnya self-efficacy yang dimiliki siswa sehingga budaya mencontek masih

banyak dilakukan siswa.

5. Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa pada saat proses pembelajaran

berlangsung

6. Ragam jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah

matematik kurang sistematis

1.3. Batasan Masalah

Berbagai masalah yang telah diidentifikasi di atas merupakan masalah

yang cukup luas dan kompleks, serta cakupan materi matematika yang sangat

banyak. Di samping itu banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi tingkatan

hasil belajar siswa, dengan keterkaitannya tinggi rendahnya kemampuan

kpemecahan masalah dan self-efficacy matematis siswa dikaitkan dengan metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan

self-efficacy siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika. Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan dari penulis maka perlu dialkukan pembatasan masalah

agar penelitian yang dilaksanakan lebih fokus.

Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi penelitian ini

pada:

1. peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik dan

self-efficacy siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah siswa smp kelas VII,

2. Melihat ragam jawaban siswa saat menyelesaikan soal-soal pemecahan

(31)

19

3. Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal

matematika (KAM) siswa terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa

Kelompok kemampuan awal (KAM) siswa, yang digolongkan kedalam

kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan awal matematika merupakan

prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti pelejaran dengan

lancar

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakahpeningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah

lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran biasa?

2. Apakahself-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang

mengikuti pembelajaran biasa?

3. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan

kemampuan awal matematika (KAM) siswa terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan

kemampuan awal matematika (KAM) siswa terhadap self-efficacy

(32)

20

5. Bagaimanakah proses penyelesaian jawaban siswa terkait dengan

pemecahan masalah matematik siswa dengan menggunakan

pembelajaran berbasis masalah dan biasa?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik

siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik

daripada siswa yang mengikuti pembelajaran Biasa?

2. Mengetahui peningkatan self-efficacy siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang

mengikuti pembelajaran biasa?

3. Mengetahui apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran

dengan kemampuan awal matematika (KAM) terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa.

4. Mengetahui apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran

dengan kemampuan awal matematika (KAM) terhadap kemampuan

self-efficacy matematis siswa

5. Mendeskripsikan penyelesaian jawaban siswa saat menyelesaiakan

soal-soal pemecahan masalah pada masing masing pembelajaran.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan

(33)

21

1. Sebagai masukkan bagi guru dalam menentukan pendekatan mengajar yang

tepat dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

optimal dan mengembangkannya yang dapat meningkatkan pemecahan

masalah matematik dan Self-efficacy siswa serta membuat siswa semakin

tertarik dan berminat dalam belajar matematika. Menambah pengetahuan guru

sehingga guru lebih kreatif dan inovatif dalam memodifikasi pembelajaran

yang menjadi lebih menarik.

2. Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siswa berupa variasi

pembelajaran matematika sehingga memahami dan memudahkanserta

mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan Self-efficacy

sehingga siswa lebih mendapat pengalaman belajar yang lebih menarik, dan

menyenangkan sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.

3. Bagi peneliti penelitian sebagai pengalaman langsung dan menambah

cakrawala pengetahuan, khususnya untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan pemecahan masalah matematik dan self-efficacysiswa setelah

dilakukan proses pembelajaran berbasis masalah.

1.7.Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya

penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa

konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menuntut

(34)

22

pengetahuan dengan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran, yaitu: (1)

orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisir siswa untuk belajar, (3)

membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan

dan manyajikan hasil karya dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

2. Pembelajaran Biasa adalah suatu pembelajaran dimana guru menjelaskan

materi pelajaran, memberikan contoh soal, siswa bertanya kemudian

dilanjutkan dengan memberikan soal latihan.

3. Self-efficacymerupakan keyakinan atau kepercayaan seseorang mengenai

kemampuan dirinya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai

suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk

menampilkan kecakapan tertentu.

5. Kemampuan pemecahan masalah siswa adalah kemampuan atau kompetensi

strategi yang ditunjukkan siswa dalam memahami masalah, merencanakan

pemecahannya, menyelesaikan masalah sesuai rencana, memeriksa kembali

prosedur dan hasil penyelesaian.

6. Kemampuan Awal matematika siswa adalah posisi atau tingkat kemampuan

siswa terhadap teman sekelas berdasarkan nilai hasil tes kemampuan awal yang

diperolehnya. Kemampuan siswa siswa dibuat dalam tiga kategori yaitu level

tinggi, level sedang, dan level rendah.

7. Proses jawaban adalah gambaran tentang penyebaran jawaban responden

(35)

190 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan analisis data hasilpenelitian dan pembahasan yang

telahdiuraikandalampenelitianini,diperolehbeberapatemuanyaitutercapainyatujuan

penelitian yang telahditetapkan.

Penelitianiniberkaitandenganpelaksanaanpembelajaranberbasis masalah

danpembelajaranbiasa terhadappeningkatankemampuanpemecahan

masalahdanself-efficacymatematissiswa SMP PARULIAN 1 MEDAN.

Adapunbeberapa simpulan yang diperoleh, yaitu:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalahmatematik siswa yang

diberipembelajaran berbasis masalahlebih tinggi daripada peningkatan

kemampuan pemecahan masalahmatematik siswa yang

diberipembelajaranbiasa.

2. Peningkatanself-efficacymatematissiswa yang diberi pembelajaranberbasis

masalahlebih tinggi daripada peningkatan self-efficacymatematissiswa yang

diberipembelajaranbiasa.

3. Tidakterdapatinteraksiantarapembelajarandankemampuanawalmatematiksisw

aterhadappeningkatankemampuanpemecahan masalahmatematik.

4. Tidakterdapatinteraksiantarapembelajarandankemampuanawalmatematiksiswa

terhadappeningkatanself-efficacymatematis.

5. Proses penyelesaianjawabansiswaterhadapteskemampuanpemecahan

(36)

191

masalahmenunjukkanketercapainyaindikatorkemampuanpemecahan

masalahdanself-efficacymatematisyang lebihbaikdibandingkanproses

tersebutpadasiswa yang mendapatpembelajaranbiasa.

5.2. Implikasi

Penelitianiniberfokuspadapeningkatanpemecahan

masalahdanself-efficacymatematissiswamelaluipembelajaranberbasis masalahpadasiswa SMP PARULIAN 1 MEDAN. Olehkarenaitubeberapa implikasi dari penelitian ini

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran berbasis masalahdapat diterapkan untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalahmatematik siswa, baiksiswa yang

memilikikemampuanawaltinggi, sedangmaupunrendah, walaupun demikian

pembelajaranberbasis masalahmemberikan keuntungan yang lebih besar pada

siwa dengankemampuanawalmatematiktinggi.

2. Pembelajaran berbasis masalahdapat diterapkan untuk

meningkatkanself-efficacymatematissiswa yang memilikikemampuanawaltinggi, sedangdanrendan, walaupun demikian pembelajaranberbasis masalah

memberikan keuntungan yang lebih besar pada siswa

dengankemampuanawaltinggi.

3. Pembelajaranberbasis

masalahdapatditerapkanuntukmeningkatkanaktivitassiswadalampembelajaran

matematika agar menjadilebihaktif,

(37)

192

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian yang

telahdiuraikan,selanjutnyaberkaitandenganhalituberikut ini diberikanbeberapa

saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan

terhadap penggunaan pembelajaranberbasis masalah dalam proses pembelajaran

matematika khususnya. Sarannya adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru matematika

a. Pembelajaran berbasis masalahpada pembelajaran matematika yang

menekankan kemampuan pemecahan masalah dan self-efficacymatematissiswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang innovatif khususnya dalam

mengajarkan materi persamaan linear satu variabel.

b. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai

bandingan bagi guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran

matematika dengan pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan

persamaan linear satu variabel.

c. Aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis masalah adalah efektif.

Diharapkan guru matematika dapat menciptakan suasana pembelajaran

yang menyenangkan, memberi kesempatan pada siswa untuk

mengungkapkan gagasanya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, berani

berargumentasi sehingga siswa akan lebih percaya diri dan kreatif dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian matematika

bukan lagi momok yang sangat menyulitkan bagi siswa.

d. Kurang beragamnya soal yang diberikan kepada siswa selama proses

(38)

193

pada masing-masing kelompok terutama pada indikator menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah dalam memeriksa kembali

jawaban siswa, dan menghasilkan prestasi pada indikator Self-Efficacysehingga kemudian masing-masing kelompok dapat mempresetenasikan soal tersebut di depan kelas dan seluruh kelompok

dapat memahami bentuk soal yang beragam karena siswa cukup

mengalami kendala pada indikator tersebut.

e. Agar model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif diterapkan pada

pembelajaran matematika, sebaiknya guru harus membuat perencanaan

mengajar yang baik dengan daya dukung sistem pembelajaran yang baik

(Buku Guru, Buku Siswa, LAS, RPP, media yang digunakan).

f. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori

pembelajaran dan model pembelajaran yang inovatif agar dapat

melaksanakannya dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran

biasa secara sadar dapat ditinggalkan sebagai upaya peningkatan hasil

belajar siswa.

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan kemampuan

pemecahan masalah dan self-efficacymatematismasih sangat asing bagi

guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah

atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan pemecahan

(39)

194

b. Pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan

self-efficacymatematissiswa pada pokok bahasan persamaan linear satu variabel sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk

dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok

bahasan matematika yang lain.

3. Kepada peneliti lanjutan

a) Dalam penelitian ini model pembelajaran berbasis masalah yang

dibandingkan adalah model pembelajaran berbasis masalah dan model

pembelajaran biasa. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar

membandingkan model pembelajaran yang lebih setara, misalnya model

pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan model pembelajaran

berbasis masalah yang dimodifikasi, seperti berbasis ICT.

b) Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah kemampuan pemecahan

masalah dan self-efficacymatematis, untuk peneliti selanjutnya diharapkan

dapat mengembangkan variabel yang lain seperti kemampuan berpikir

kreatif, kritis, penalaran,kemandirian belajar dan lain-lain.

c) Hasil penelitian atas tiap kelompok kategori KAM siswa menunjukkan

model pembelajaran berbasis masalah cocok digunakan di sekolah yang

siswanya berkemampuan level tinggi dan sedang. Sebaliknya tidak sesuai

(40)

195

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad.2005. KemampuanPemahamandanPemecahanMasalahMatematikaSiswa SLTP dengan Model PembelajaranBerbasisMasalah. Tesis SPs UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Amalia, R. 2009, PengaruhSelf-Efficacy TerhadapPrestasiAkademikSiswa SMA kelas XI Jurusan IPS. Tesis. Universitas Gunadarma. Tidak ditrbitkan

Arends, R. I. 2008, Learning to Teach (Belajar Untuk Mengajar, Pustaka Pelajar, Yokyakarta

Arikunto, S. 2009, Manajemen Penelitian , Rineka Cipta, Jakarta

Arsanti, A.T. 2009, Hubugan Antara Penetapan Tujuan, Self-Efficacy dan Kinerja. Jurnal. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Pdf

Astika, I.KD. U, Suma, Suastra . 2013, Pengaruh Model PembelajaranBerbasisMasalahTerhadapSikapIlmiah Dan KeterampilanBerfikirKritis. Jurnal. Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha .vol.3

Astrid,I. 2013. Hubunganantara Self –efficacy denganKecemasanBerbicara di DepanUmumpadaMahasiswaFakultasPsikologiUniversitasSumatraUtar a.(Online),(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E 00001.pdf.

Atun, I.2006. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Siswa SMA. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Tidak diterbitkan

Bandura, A. 1989. Human Agency in Social Cognitive Theory. American Psychologist, 44.[online] tersedia: http://www.des.emory.edu/mfp/ Bandura 1989.pdf.

---1999. Human Agency in Social Cognitive Theory. Asian Psychologist. Juornal. Pdf

Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Damarstuti, L.M, Djastuti, Yuniawan. 2011. Analisis Variabel Antecedents Bagi Keyakinan Diri (Self-Efficacy) Yang Berpengaruh Pada Motivasi Pra Pelatihan. Jurnal: Pdf.

(41)

196

Daulay, L. 2013.PeningkatanKemampuanPemecahanMasalah Dan

KoneksiMatematikaSiswa SMP

DenganMenggunakanPembelajaranBerbasisMasalah. JurnalParadikma PPs UNIMED.Vol 4, No.1 Juni 2011. Medan: UniversitasNegeri Medan.

Fachrurazi. 2011.

PenerapanPembelajaranBerbasisMasalahUntukMeningkatkanKemempu anBerfikirKritis Dan KomunikasiMatematisSiswaSekolahDasar. Jurnal ISSN vol.1. pdf

Fakhruddin. 2010. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pendekatan Kooperatif. Tesis. Medan: UNIMED

Farawita, Lely. 2013. Pengaruh Model

PembelajaranBerbasisMasalahTerhadapKemampuanPemecahanMasala hMatematis Dan PenalaranLogisSiswaSmp. Tesis. Medan: UniversitasNegeri Medan.Tidak Diterbitkan

Fauzi, A. dkk. Kontribusi Metakognesi di dalam Mengembangkan Self-efficacy matematis siswa. Journal. Medan: UNIMED

Fauzi, dan Firmansyah. Kontribusi Metakognesi di dalam Mengembangkan Self-efficacy matematis siswa dDengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Journal. Medan.

Fitriani, N.dkk. Pengaruh Antara Kematangan Emosi Self-efficacy Terhadap Craving Pada Mantan Pengguna Narkoba. Journal INSAN Vol 3: Universitas Hang Tuah Surabaya.

Hake, R. 1999. Analyzing change/ gain scores. Journal. Pdf

Hidayat, E. 2013.

PeningkatanKemampuanKomunikasiMatematikdanKemandirianBelajarS iswaSekolahMenengahPertamadenganMenggunakanPendekatanMatema tikaRealistik. Tesis SPS UPI: tidakditerbitkan.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor : Ghalia Indonesia

Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran dan pembelajaran. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

(42)

197

Juli, I. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Masalah Matematika dan Self-Efficacy siswa dengan Pendekatan Matematika Realistik. Tesis. Medan: UNIMED

Kemendikbud. 2014. Materi Implementasi Kurikulum 2013 tahun 2014. Medan. Tidak diterbitkan

Marlina. dkk . 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Diskurtif. Jurnal.Syah Kuala: Banda Aceh

Nasution, H. 2013. PerbedaanPeningkatanKemampuanPemecahanMasalah Dan KomunikasiMatematikSiswaPadaPembelajaranBerbasisMasalah Dan PembelajaranLangsungPadaSiswaSekolahMenengahPertama.

UPT.Program StudiPendidikanMatematika Program PascasarjanaUnimed. Vol.6, No.1, Juni 2013.

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 1998. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. [Online]. Tersedia: http://www.nctm.org/focalpoints.

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM).2003. Program for Initial Preperationof Mathematics Specialists.

Tersedia:http://www.ncate.org/ProgramStandars/NCTM/NCTMELEMSt andars.pdf.

Noer, S.H. 2012. Self-Efficay Mahasiswa Terhadap Matematika. Jurnal. Universitas Lampung.

Oemar,M. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Polya. 1973 . How to Solve It A New Aspect of Mathematical Method. Princeton University Press.

Risdianto. 2013. The diffrence of Enhacement Mathematical Problem Solving Ability and Self-Efficacy SMA with MA Student IPS Program Throught Problem Based Learning Model Assisted Autograph Software in Malay. Kuala Lumpur: Journal

Ruseffendi,E.T. 1991. Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

--- .1998. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

(43)

198

Sanjaya, W. 2008, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana.

Saragih, S. 2007, MengembangkanKemampuanBerfikirLogis Dan KomunikasiMatematikSiswaSekolahMenengahPertamamelaluiPendekat

Sinaga, B. 2007, Pengembangan Model

PembelajaranMatematikaBerdasarkanMasalahBerbasisBudayaBatak( PBM-B3),DisertasiTidakditerbitkan.UniversitasNegeri Surabaya.

Sinulinggga, S. 2011. Metode Penelitian. Medan : USU pres .

Slameto. 2003, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2009. Metode Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&A. Bandung :Alfabeta.

Suharsono, Y. 2014. Validitas dan RealibilitasSkalaSelf-Efficcay. ISSN: 2301-8267. 2(1)

Sumarmo, U. 2003. “Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika”. Makalah pada Pelatihan Nasional TOT Guru Matematika dan Bahasa Indonesia SLTP. Bandung: tidak diterbitkan

Sumarmo, U. 2002. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel Jurnal. Bandung : UPI.

Suparno, P. 1997. FilsafatKonstruktivismedalamPendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Thalib, I. J.2013. “Pengaruh Model

PembelajaranBerdasarkanMasalahTerhadapKemampuanKoneksiMatemat

ikaSiswaPadaMateriPrisma Dan Limas ”. (

(44)

199

Trianto . 2009. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovativ dan Progresif. Jakarta: Kencana

Uno, B.H. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Walpole. E. 1995. PengantarStatistik. Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama

Wena, M. 2011. Strategi pembelajaran inovatif kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara.

Widjajanti, D.B. 2009. Mengembangkan Keyakinan/Belief Siswa terhadap Matematika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. MakalahKNPM3.

Yeni, E. M, 2011. Pemanfaatan Benda-Benda Manipulatif Untuk Meningkatkan Pemahamankonsep Geometri Dan Kemampuan Tilikan Ruangsiswa Kelas V Sekolah Dasar.ISSN 1412-565X. Journal. Pdf

Gambar

Tabel2.1Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ........................................
Gambar                                                                                                      Halaman1.1Salah Satu Hasil Jawaban Siswa Tentang Kemampuan Pemecahan

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan zat dari suatu padatan ataupun cairan dengan menambahankan pelarut tertentu untuk mengeluarkan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

[r]

Kondisi optimum evaporasi diperoleh pada saat tekanan dalam labu dan suhu penangas berturut-turut adalah 90 mBar dan 70 o C, dengan waktu dan laju penguapan sebesar 0,7425 jam

We discuss the existence of combined dark and antidark soliton forms or combined solitons in the generalized coupled mode equations of a nonlinear optical Bragg grating.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka beberapa saran yang diajukan dalam upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani antara lain: (1) petani dapat

1) Tahap pertama persiapan, yang meliputi: a) dalam segi materi pembelajaran CIRC dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran kelompok, b) menetapkan siswa dalam

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan partisipasi masyarakat di Desa